You are on page 1of 25

TUGAS UTS

KEPEMIMPINAN
Tugas ini disusun untuk memenuhi Tugas UTS mata kuliah
Kepemimpinan yang dibina oleh :
Bapak Abdul Juli Andi Gani, Prof. Dr, MS

Disusun oleh:
Rendra Wijaya
Absen 24
(NIM 135030601111008)

MINAT PERENCANAAN PEMBANGUNAN


JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015

A. Trans Leardership
Kepemimpinan sebagai sebuah proses pengaruh social yang dalam hal ini pengaruh yang
sengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur aktifitas-aktifitas serta
hubungan-hubungan sebuah kelompok atau organisasi (Yukl, 1994:2).
1. Leadership Transaksional
Burns mendefinisikan kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang
memotivasi bawahan atau pengikut dengan minat-minat pribadinya. Kepemimpinan
transaksional juga melibatkan nilai-nilai akan tetapi nilai-nilai itu relevan sebatas proses
pertukaran (exchange process), tidak langsung menyentuh substansi perubahan yang
dikehendaki. Kudisch, mengemukakan kepemimpinan transaksional dapat digambarkan sebagai :
a) Mempertukarkan sesuatu yang berharga bagi yang lain antara pemimpin dan bawahannya.
b) Intervensi yang dilakukan sebagai proses organisasional untuk mengendalikan dan
memperbaiki kesalahan.
c) Reaksi atas tidak tercapainya standar yang telah ditentukan.
Kepemimpinan transaksional adalah gaya kepemimpinan di mana seorang pemimpin
menfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal antara pemimpin dengan karyawan yang
melibatkan hubungan pertukaran. Pertukaran tersebut didasarkan pada kesepakatan mengenai
klasifikasi sasaran, standar kerja, penugasan kerja, dan penghargaan.
Ada beberapa definisi berkaitan dengan transactional leadership, diantaranya:

Proses

memotivasi

pengikut

dengan

menariknya

ke

arah

kepentingan

diri,

mempertukarkan imbalan dan status dengan upaya yang dilakukan pengikut

Melibatkan nilai-nilai yang relevan dengan proses pertukaran itu seperti kejujuran,
kewajaran, tanggung

jawab, dan timbal balik (saling membalas)

Di dasarkan pada wewenang Birokratis yang menekankan pada kekuasaan resmi serta
menghormati aturan dan tradisi

Seorang transactional leader biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

Memanfaatkan kebutuhan manusia untuk mengembangkan anggota agar mau bekerja dan
memperoleh penghasilan

Selalu memikirkan kekuasaan, kedudukan politik, kemegahan dan terpaku kepada


rutinitas sehari-hari

Berorientasi pada tujuan jangka pendek dan hard data

Mencampur adukan sebab dan gejala. Ia lebih banyak melakukan tindakan untuk
mengatasi masalah daripada upaya pencegahan

Memfokuskan pada isu taktis

Bersandar pada human relations guna memperlancar interaksi antar anggota

Mengikuti dan memenuhi harapan dengan berusaha bekerja secara efektif dan efisien
dalam sistem yang berlaku

Mendukung struktur dan sistem yang meningkatkan hasil keseluruhan, memaksimalkan


efisiensi, dan menjamin keuntungan jangka pendek

Contoh Kasus Leadership Transaksional :


Seorang walikota dari sebuah kota terkotor di dunia yang letaknya berada di salah satu
Negara Amerika Latin, berhasil mengubah negaranya menjadi negara terbersih di dunia
dengan melarang pembelian sayur kecuali dengan menukarnya dengan sampah. Jadi
masyarakat akan diberikan sayur yang merupakan salah satu makanan pokok mereka

hanya dengan mereka membawa sampah ketempat pembuangan yang telah ditentukan
pemerintah, disana masyarakat kemudian dapat menukar sampah tersebut dengan sayur.
Analisis Kasus :
Seorang walikota dalam mengatasi sampah, berinisiatif untuk dengan malarang
warganya untuk membeli sayur dengan uang, kecuali dengan menukarnya sampah.
Dalam permasalahan ini, seorang Pemimpin menggunakan model atau gaya
kepemimpinan transaksional. Dimana dalam memotivasi individunya, Walikota tersebut
akan memberikan imbalan yaitu sayuran pada warganya.
2. Leadership Transformasional
Diartikan sebagai cara yang digunakan seorang pemimpin dalam menggerakkan
anggotanya dengan menawarkan imbalan/akibat terhadap setiap kontribusi yang diberikan oleh
anggota kepada organisasi. Kepemimpinan ini mendorong pengikutnya untuk lebih menyadari
pentingnya suatu hasil pekerjaan untuk lebih mendahulukan kepentingan organisasi tersebut dari
pada kepentingan individu.
Ada beberapa definisi berkaitan dengan transformational leadership, diantaranya:

Proses membangun komitmen pada tujuan organisasi dan memberdayakan pengikut


untuk mencapai tujuan itu

Proses di mana pemimpin dan pengikut saling meningkatkan ke tingkat moralitas dan
motivasi yang lebih tinggi

Proses meningkatkan kesadaran pengikut dengan menariknya:


a) Ke arah cita-cita dan nilai-nilai moral yang lebih tinggi, seperti kebebasan,
persamaan (hak), perdamaian dan kemanusiaan.
b) Bukan ke arah emosi-emosi dasar seperti rasa takut, tamak, iri atau benci

Mengubah dan memotivasi anggotanya dengan:

a) Membuat pengikut sadar terhadap pentingnya hasil usahanya


b) Membujuk pengikut agar lebih mementingkan kepentingan organisasi atau tim
daripada kepentingan pribadinya
c) Mengaktifkan kebutuhan-kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi
Berbagai penelitian dilakukan untuk menguji bagaimana seorang pemimpin dapat
mengubah kultur dan struktur organisasi agar konsisten dengan strategi manajemen sehingga
tujuan organisasi tercapai.
Transformational Leadership diukur dari seberapa besar pengaruh seorang pemimpin
pada bawahannya. Bawahannya ini percaya, kagum, setia dan hormat kepada sang pemimpin dan
juga termotivasi untuk melakukan hal-hal yang lebih daripada yang sebenarnya diharapkan.
Seorang transformational leader memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

Memanfaatkan kebutuhan manusia agar anggota mengembangkan makna

Selalu memikirkan tujuan, nilai, moral, etika dan tidak terpaku pada tujuan sehari-hari

Berorientasi ke arah pencapaian tujuan jangka panjang tanpa merusak nilai dan prinsip,
serta berfokus kepada misi dan strategi untuk mencapai visi

Mampu memisahkan sebab dengan gejala dan melakukan upaya pencegahan

Menilai keuntungan/manfaat yang diperoleh sebagai dasar pengembangan

Bertindak proaktif, katalitis (mempercepat perkembangan anggota) dan sabar

Mendorong penggunaan penggunaan potensi insani anggota secara optimal

Mengenali dan mengembangkan anggota dengan menuntun ke arah yang baru

Memperlakukan anggota dengan kasih, mengakui dan menghargai kontribusinya

Selalu melakukan redesign kerja agar lebih bermaknan dan menantang

Menyejajarkan struktur dan sistem internal untuk mengembangkan nilai dan tujuan dalam
aplikasi dilapangan.

Transformational leader memberikan standar tampilan kerja dan prestasi yang tinggi serta
inspirasi untuk mencapai standar itu. Proses transformasional yang terjadi yaitu:

Biasanya melibatkan pendakian kebutuhan, sehingga anggota mampu self directing


(mengarahkan diri) dan self reinforcing (memperkuat dan mendorong diri)

Meningkatkan anggota menjadi mampu self actualizing (mengembangkan diri), self


regulating (mengatur diri) dan self controlling (mengendalikan diri)

Transformational Leader memiliki sikap, nilai dan keterampilan yang disebut atribut pemimpin
transformasional, yaitu:

Memandang dirinya sebagai agent of change

Pengambil resiko yang bijaksana

Percaya pada orang dan peka terhadap kebutuhan mereka

Mampu mengungkapkan nilai-nilai utama yang menuntun tingkah lakunya

Fleksibel dan terbuka terhadap belajar dari pengalaman

Memiliki keterampilan kognitif serta yakin pada cara berpikir tertibdan perlunya analisis
masalah secara hati-hati

Memiliki angan-angan ( dreams ) dan percaya pada intuisinya

Ada beberapa komponen Transformational Leadership yang dimiliki seorang pemimpin


transformasional sejati, yaitu:

Stimulasi Ideal
Mampu menunjukkan perilaku yang bisa:

Membuat anggota bersemangat dalam melaksanakan tugasnya

Memberi keyakinan pada anggota (informasi, gagasan dan tindakan)

Menjadi contoh/suri tauladan

Mengilhami berkembangnya kesetiaan kepada organisasi

Membuat anggota merasa tenang jika berada di dekatnya

Membuat anggota merasa bangga kalau bergaul dengannya

Mengilhami kesetiaan anggota untuk bekerja sama

Mendorong anggota untuk mengungkapkan gagasan dan pendapatnya Ia juga mampu

Mengungkapkan gagasan/informasi yang bisa menjadi sumber inspirasi

Mengatasi setiap hambatan yang dihadapi

Memahami sudut pandang anggota

Stimulasi Inspirasional
Mampu menunjukkan perilaku yang bisa:

Mengembangkan rasa bangga pada anggota

Menggunakan kata-kata yang membangkitkan moril (semangat juang) anggota

Memberi contoh tentang apa yang diharapkan dalam kerja dan kerja sama

Memberi dorongan pribadi kepada anggota untuk mengembangkan keyakinannya

Membuat anggota merasa bangga pada tim dengan memberikan apresiasi terhadap
kontribusi/keberhasilannya

Membangkitkan semangat dan rasa percaya diri pada anggota dengan cara:
o Mengapresiasi jika berhasil menyelesaikan tugas yang sulit.
o Memandang/ menghargai bahwa tugas atau misinya sangat penting.
o Memberi dorongan / spirit pada saat tim kurang memperlihatkan semangat kerja

Menjadi contoh tentang keberanian mengambil resiko dan pengabdian dengan cara:
o Menunjukkan kesediaan untuk berkorban

Tetap tinggal bersama dalam situasi yang mengundang resiiko keselamatan

Bersedia tetap bersama orang lain dalam situasi yang sulit

Stimulasi Intelektual
Mampu menunjukkan perilaku yang bisa:

Merangsang anggota untuk memikirkan kembali gagasan/tindakannya yang selama ini


tidak pernah diragukannya

Mendorong anggota untuk berpikir tentang masalah yang dihadapi dengan menggunakan
perspektif baru

Mengilhami anggota dengan cara-cara baru untuk melihat masalah yang dianggap
membingungkan

Membuat anggota meningkat kesediaannya untuk mengerjakan lebih baik daripad apa
yang diharapkan/diinginkannya

Merangsang anggota meningkatkan motivasinya untuk berhasil

Perhatian Individual

Memberi perhatian pribadi kepada anggota yang terabaikan

Mengetahui apa yang diinginkan anggota dan membantu untuk mendapatkannya

Menyatakan apresiasinya pada saat anggota menyelesaikan tugasnya dengan baik

Merasa puas apabila anggota memenuhi standar kinerja yang telah disepakati dengan
baik

Memberikan pujian jika anggota melakukan pekerjaan yang baik

Memperlakukan setiap anggota secara individual

Membuat anggota merasa bisa mencapai tujuannya tanpa didampingi dirinya

Seorang pemimpin transformasional mampu menguasai perubahan dalam organisasinya karena


ia adalah:
Berani
Menghadapi realita sekalipun menyakitkan
Menunjukkan komitmen pada tugas transformasional
Bekerja keras, cerdas dan menunjukkan kesediaan berkorban
Sangat percaya kepada karyawan
Merupakan pemimpin yang bersemangat, coach dan konselor
Hubungan interpersonal dengan karyawan dekat
Value Driven

Mengungkapkan secara jelas core values dalam tingkah laku

Didorong

kepuasan

membangun

organisasi,

melihat

orang

berkembang

dan

menyelesaikan segala sesuatu melalui orang lain


Visionary

Memiliki gagasan jelas tentang apa yang dibutuhkan perusahaan untuk berkompetisi di
masa datang

Mampu mengkomunikasikan angan-angannya ( dreams)

Contoh Kasus Leadership Transformasional :


Kepemimpinan ini sering muncul pada situasi-situasi yang monoton dan atau terpuruk
pada sebuah organisasi. Dimana organisasi menghadapi sebuah kondisi yang luar biasa.
Ilustrasi yang paling mudah dipahami menurut kami adalah saat seorang pelatih tim
sepak bola misalnya, yang akan berhadapan dengan tim yang selama ini dianggap sebagai
raksasa maka pelatih akan memberi motivasi dan sistem latihan baru untuk
meningkatkan kepercayaan diri dan kekuatan mental dari timnya.

Analisis :
Jadi dalam sebuah tim sepak bola, tidak lagi masalah pribadi namun menjadi masalah
kelompok. Sehingga dalam mencapai tujuan kelompok yaitu kemenangan dalam ajang
sepak bola, maka perlu motivasi untuk meningkatkan performa kelompok walaupun
lawan yang dihadapi merupakan lawan yang berbahaya. Dalam hal ini yang berperan
sebagai pemimpin Transformasional yaitu Pelatih Sepak Bola.

3. Leadership Transforming

Merupakan kepemimpinan yang berkaitan pada moral,pembentukan pemimpin pemimpin


baru. Bertujuan untuk mengubah , mengarahkan , memberikan cara mengenai pembentukan diri.
Perubahan ini dimaksudkan agar pengikut dapat menjadi lebih baik tanpa paksaan, namun
kepemimpinan tersebut muncul secara bebas melalui inspirasi dan nalar.
Sedangkan mengenai leadership transforming, adalah pembentukan, pelatihan diri akan
kepemimpinan dalam setiap pegawai , sehingga mereka memiliki jiwa kepimpinan dalam diri
mereka. Kepemimpinan ini dapat berfungsi untuk memimpin hidup individu maupun kelompok ,
namun pembentukan leadership ini tidak dapat dipaksakan, tergantung pada individunya dan
sifat bawaan lahir.

Perbedaan
Kepemimpinan transaksional, transformasional, dan transforming memiliki perbedaan
esensial dalam konstruksi perilaku kepemimpinan tetapi sifatnya saling melengkapi dan tidak
saling meniadakan. Seberapa besar kombinasinya tergantung dari situasi masing-masing.
Perbedaan esensial antara pemimpin transaksional dan transformasional berikut ini :
1.

Kepemimpinan Transaksional

a. Pemimpin menyadari hubungan antara usaha dan imbalan


b. Kepemimpinan adalah responsif dan orientasi dasarnya adalah berurusan dengan
masalah sekarang.
c. Pemimpin mengandalkan bentuk-bentuk standar bujukan, hadiah, hukuman dan sanksi
untuk mengontrol pengikut.
d. Pemimpin memotivasi pengikutnya dengan menetapkan tujuan dan menjanjikan imbalan
bagi kinerja yang dikehendaki.
e. Kepemimpinan tergantung pada kekuatan pemimpin memperkuat bawahan untuk
berhasil tawar-menawar.
2.

Kepemimpinan Transformasional
a. Pemimpin membangkitkan emosi pengikut dan memotivasi mereka bertindak di luar
kerangka dari apa yang digambarkan sebagai hubungan pertukaran.
b. Kepemimpinan adalah bentuk proaktif dan harapan-harapan baru pengikut.

c. Pemimpin dapat dibedakan oleh kapasitas mereka mengilhami dan memberikan


pertimbangan individual (bentuk perhatian, dukungan, dan pengembangan bagi
pengikut), stimulasi intelektual (upaya pemimpin untuk meningkatkan kesadaran
terhadap permasalahan organisasional dengan sudut pandang yang baru) dan pengaruh
ideal (membangkitkan emosi dan identifikasi yang kuat terhadap visi organisasi) untuk
pengikut.
d. Pemimpin memiliki visi yang baik, retoris dan keterampilan manajemen untuk
mengembangkan ikatan emosional yang kuat dengan pengikutnya.
e. Pemimpin memotivasi pengikutnya bekerja untuk tujuan yang melampaui kepentingan
pribadi.
3. Kepemimpinan Transforming
a. Pemimpin punya fokus pada moral, sehingga sangatlah intim hubungan yang tercipta
antara leader yang dipimpin.
b. Tujuanya untuk mengubah cara cara orang membentuk mereka sendiri.
c. Perubahan yang di harapakan pada leader dan follower menjadi lebih baik sehingga
perubahan tidak di paksakan, tidak induksi, dan tidak dilatih namun muncul melalui
inspirasi.
Kesimpulan dan Manfaat

Kepemimpinan transaksional merupakan sebuah kepemimpinan dimana seorang


pemimpin mendorong bawahannya untuk bekerja dengan menyediakan sumberdaya dan
penghargaan sebagai imbalan untuk motivasi, produktivitas dan pencapaian tugas yang efektif.
Kepemimpinan transaksional menurut Bass memiliki karakteristik yaitu Contingent
reward (kontrak pertukaran penghargaan untuk usaha, penghargaan yang dijanjikan untuk kinerja
yang baik, mengakui pencapaian), Active management by exception (melihat dan mencari
penyimpangan dari aturan atau standar, mengambil tindakan perbaikan), Pasive management by
exception (intervensi hanya jika standar tidak tercapai), Laissez-faire (melepaskan tanggung
jawab, menghindari pengambilan keputusan).
Kepemimpinan transformasional adalah kemampuan seorang pemimpin dalam bekerja
dengan dan atau melalui orang lain untuk mentransformasikan secara optimal sumber daya

organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan target capaian yang telah
ditetapkan.
Kepemimpinan transformasional menurut Bernard M. Bass memiliki karakteristik yaitu
Charisma (memberikan visi dan misi yang masuk akal, menimbulkan kebanggaan, menimbulkan
rasa hormat dan percaya), Inspiration (mengkomunikasikan harapan yang tinggi, menggunakan
simbol untuk memfokuskan upaya, mengekspresikan tujuan penting dengan cara yang
sederhana), Intellectual stimulation (meningkatkan intelegensi, rasionalitas, dan pemecahan
masalah secara teliti), Individualized consideration (memberikan perhatian pribadi, melakukan
pelatihan dan konsultasi kepada setiap bawahan secara individual).
Kepemimpinan Transforming, leadership semacam ini akan terjadi ketika satu atau lebih
orang terlibat dengan orang lain, sehingga leader dan follower memeunculkan satu sama lain
pada motivasi dan moralitas yang lebih tinggi. Pada akhirnya leadership transforming menjadi
moral di mana hal ini akan meningkatkan level prilaku manusia dan aspirasi etis dari leader dan
yang dipimpin dan karenanya memiliki pengaruh transforming terhadap keduanya
Perbedaan kepemimpinan transaksional, kepemimpinan transformasional, dengan
kepemimpinan transforming ini yaitu suatu contoh kasus kepala sekolah transaksional bekerja di
dalam budaya organisasi sekolah seperti yang ada, sedangkan kepala sekolah transformasional
mengubah budaya organisasi sekolah, tapi di satu sisi kepala sekolah transforming bisa
mewujudkan harapan orang orang yang ada dalam budaya organisasi sekolah agar bisa tercapai
apa yang di jadikan visi dan misi tersebut.

B. Teori Teori Kepemimpinan


1. Teori Serba Sifat
Teori kepemimpinan ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari Great Man Theory
yang mengatakan bahwa para pemimpin dilahirkan dan bukan diciptakan (leader are born and
not made). Tetapi sejalan dengan pemikiran mahzab behavioralis, pada peneliti di tahun 1950-an
berkesimpulan bahwa karakteristik pemimpin tidak seluruhnya merupakan bawaan sejak lahir,
namun diperoleh melalui pembelajaran dan pengalaman. Karena itu mereka berkesimpulan

bahwa kepemimpinan yang efektif dapat dipelajari. Pemimpin tebentuk karena warisan
karakteristik perilaku tertentu yang dimiliki seseorang.
Tetapi, Jika perilaku tertentu adalah indikator kepemimpinan, mengapa banyak orang
yang memiliki sifat kepemimpinan tetapi tidak menjadi pemimpin.
Riset mereka menunjukkan bahwa ada karakteristik individu yang dimiliki oleh seorang
pemimpin sehubungan dengan kepemimpinan efektif, yaitu:
-

Kecerdasan,
Pengetahuan & keahlian,
Dominasi,
Percaya diri,
energi yang tinggi,
Toleran terhadap stress,
Integritas & kejujuran,
Kematangan.

Teori sifat tersebut mengasumsikan bahwa para pemimpin telah mewarisi sifat-sifat di
dalamnya yang membuat orang cocok untuk menjadi pemimpin. Banyak yang mengatakan
bahwa pemimpin adalah orang yang dapat sepenuhnya mengekspresikan diri, sementara yang
lain tidak bisa, dan ini adalah apa yang membuat mereka berbeda dari orang lain. Seorang
pemimpin memiliki kombinasi yang tepat dari sifat-sifat yang membuatnya menjadi pemimpin
yang baik
Kekurangan :
-

Tidak selalu ada hubungannya antara sifat yang dianggap unggul dengan efektivitas
kepemimpinan, karena situasi dan kondisi tertentu memerlukan sifat tertentu pula
yang berbeda dari yang lain

Kelebihan :
-

Walaupun beberapa karakteristik dari pemimpin dalam teori ini tidak relevan dengan
keefektifan suatu kepemimpinan. Tetapi karakter ini menjadi suatu kebutuhan
idealnya seorang pemimpin

2. Teori lingkungan
Teori ini dikemukakan bahwa teori lingkungan ini mengkonstatir bahwa munculnya
pemimpin pemimpin itu merupakan hasil daripada waktu, tempat dan keadaan atau situasi dan
kondisi. Suatu tantangan atau suatu kejadian penting dan luar biasa akan menampilkan seseorang
untuk menjadi pemimpin. Jelaslah bahwa situasi dan kondisi tertentu melahirkan tantangan
tantangan tertentu, dan dengan sendirinya diperlukan orang orang yang memiliki sfat sifat
atau ciri ciri tertentu yang cocok. Dengan perkataan lain, setiap situasi dan kondisi menuntut
kualitas kepemimpinan yang berbeda. Seorang pemimpin yang berhasil pada situasi dan kondisi
tertentu tidak menjamin bahwa ia pasti berhasil pada situas dan kondisi yang lain.
Ternyata daftar sifat sifat yang telah dihasilkan oleh teori serba sifat juga tidak
menjamin keberhasilan sorang pemimpin. Teori lingkungan ini karena memperhitungkan faktor
situasi dan kondisi juga disebut teori serba situasi. Kebangkitan dan kejatuhan seorang pemimpin
dikarenakan oleh situasi dan kondisi apabila seseorang menguasai situasi dan kondisi maka ia
akan menjadi pemimpin.
Kekurangan :
-

Tidak bisa menjamin seorang pemimpin yang berhasil pada situasi dan kondisi
tertentu tidak menjamin bahwa ia pasti berhasil pada situasi dan kondisi yang lain.

Kelebihan :
-

Teori ini menyatakan bahwa seseorang akan muncul sebagai pemimpin apabila ia
berada dalam lingkungan sosial, yaitu suatu kehidupan kelompok, dan memanfaatkan
situasi dan kondisi sosial untuk bertindak dan berkarya mengatasi masalah masalah
yang timbul.

Teori ini dapat membangkitkan seorang pemimpin dari situasi dan kondisi apabila
seseorang menguasai situasi dan kondisi maka ia akan dapat menjadi pemimpin

3. Teori personal situasional

Hersey dan Blanchard (1977) mengatakan pemimpinharus memilih tindakan yang terbaik
berdasarkan situasi yang sedang dihadapi. Gaya kepemimpinan berbeda-beda tergantung situasi
yang berlainan. Misalnya di tengah cendikiawan, gaya kepemimpinan demokratis mungkin
paling tepat diterapkan.
Teori Kepemimpinan Situasional adalah suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang
menganjurkan pemimpin untuk memahami perilaku bawahan, dan situasi sebelum menggunakan
perilaku kepemimpinan tertentu. Pendekatan ini menghendaki pemimpin untuk memiliki
kemampuan diagnosa dalam hubungan antara manusia (Monica, 1998). Teori ini muncul sebagai
reaksi terhadap teori perilaku yang menempatkan perilaku pemimpin dalam dua kategori yaitu
otokratis dan demokratis. Dalam teori ini dijelaskan bahwa seorang pemimpin memilih tindakan
terbaik berdasarkan variabel situasional. Menurut pandangan perilaku, dengan mengkaji
kepemimpinan dari beberapa variabel yang mempengaruhi perilaku akan memudahkan
menentukan gaya kepemimpinan yang paling cocok. Teori ini menitikberatkan pada berbagai
gaya kepemimpinan yang paling efektif diterapkan dalam situasi tertentu. Keefektifan
kepemimpinan tidak tergantung pada gaya tertentu terhadap suatu situasi, tetapi tergantung pada
ketepatan pemimpin berperilaku sesuai dengan situasinya.
Seorang pemimpin yang efektif dalam teori ini harus bisa memahami dinamika situasi
dan menyesuaikan kemampuannya dengan dinamika situasi yang ada. Penyesuaian gaya
kepemimpinan yang dimaksud adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku
karena tuntunan situasi tertentu. Demikian pula seorang bawahan perlu dipertimbangkan
sebelum pimpinan memilih gaya yang cocok atau sesuai. Dengan demikian berkembanglah
berbagai macam model-model kepemimpinan diantaranya :
Model kontinuum Otokratik-Demokratik
Gaya dan perilaku kepemimpinan tertentu selain berhubungan dengan situasi dan kondisi
yang dihadapi, juga berkaitan dengan fungsi kepemimpinan yang harus diselenggarakan. Sebagai
contoh, dalam hal pengambilan keputusan, pemimpin bergaya otokratik akan mengambil
keputusan sendiri. Ciri kepemimpinan yang menonjol ketegasan disertai perilaku yang
berorientasi pada penyelesaian tugas. Sedangkan pemimpin bergaya demokratik akan mengajak
bawahannya untuk berpartisipasi. Ciri kepemimpinan yang menonjol disini adalah menjadi

pendengar yang baik disertai perilaku memberikan perhatian pada kepentingan dan kebutuhan
bawahan.
Model Interaksi Atasan-Bawahan
Menurut model ini, efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada interaksi yang
terjadi antara pemimpin dan bawahannya dan sejauh mana interaksi tersebut mempengaruhi
perilaku pemimpin yang bersangkutan. Seorang akan menjadi pemimpin yang efektif apabila :

Hubungan atasan dan bawahan dikategorikan baik


Tugas yang harus dikerjakan bawahan disusun pada tingkat struktur yang tinggi
Posisi kewenangan pemimpin tergolong kuat

Model Situasional
Model ini menekankan bahwa efektivitas kepemimpian seseorang tergantung pada
pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasi tertentu dan tingkat
kematangan jiwa bawahan. Dimensi kepemimpinan yang digunakan dalam metode ini adalah
perilaku pemimpin yang berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan hubungan atasanbawahan. Berdasarkan dimensi tersebut, gaya kepemimpina yang dapat digunakan adalah :

Memberitahukan
Menjual
Mengajak bawahan berperan serta
Melakukan pendelegasian

Model Jalan-Tujuan
Seorang pemimpin yang efektif menurut model ini adalah pemimpin yang mampu
menunjukkan jalan yang dapat ditempuh bawahan. Salah satu mekanisme untuk mewujudkan hal
tersebut yaitu kejelasan tugas yang harus dilakukan bawahan dan perhatian pemimpin kepada
kepentingan dan kebtuuhan bawahannya. Perilaku pemimpin berkaitan dengan hal tersebut harus
merupakan faktor motivasional bagi bawahannya.
Model Pimpinan-Peran serta Bawahan

Perhatian utama model ini adalah perilaku pemimpin dikaitkan dengan proses
pengambilan keputusan. Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan struktur tugas yang harus
diselesaikan oleh bawahannya. Salah satu syarat penting untuk paradigma tersebut adalah adanya
serangkaian ketentuan yang harus ditaati oleh bawahan dalam menetukan bentuk dan tingkat
peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan. Bentuk dan tingkat peran serta bawahan
tersebut didiktekan oleh situasi yang dihadapi dan masalah yang ingin dipecahkan melalui
proses pengambilan keputusan.
Pada teori situasional ini terdapat empat dimensi situasi yang dimana secara dinamis akan
memberikan pengaruh terhadap efektifitas kepemimpinan seseorang :
1. Kemampuan Manajerial
Kemampuan

ini

merupakan

faktor

terpenting

yang

mempengaruhi

efktivitas

kepemimpinan seseorang. Kemampuan manajerial meliputi kemampuan teknikal, kemampuan


sosial, pengalaman, motivasi dan penilaian terhadap reward yang disediakan oleh perusahaan.
2.Karakteristik Pekerjaan
Merupakan unsur kedua terpenting yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan.
Pekerjaan yang penuh tantangan akan membuat seseorang lebih bersemangat untuk berprestasi
dibanding pekerjaan rutin yang membosankan. Juga pada tingkat kerja dengan kelompok yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan akan sangat mempengaruhi efektivitas seorang
pemimpin.
Karakteristik Organisasi
Budaya korporat, kebijakan, dan biokrasi bisa membatasi gaya kepemimpinan seorang
manajer. Juga bila didalam suatu organisasi banyak terdapat profesional dan kelompok ahli.
Maka gaya kepemimpinan yang efektif tentu berbeda dengan organisasi perusahaan yang terdiri
dari para pekerja kasar.
3. Karakteristik Pekerja
Dalam karakteristik pekerja meliputi karakteristik kepribadian, kebutuhan, pengalaman
dari para pegawai akan mempengaruhi efektivitas kepemimpinan manajer. Keberhasilan seorang

pemimpin menurut toeri situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku yang
disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi
dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap
gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagan (1994:129) adalah :
-

Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas


Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan
Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan
Norma yang dianut kelompok
Rentang kendali
Ancaman dari luar organisasi
Tingkat stress
Iklim yang terdapat dalam organisasi.

4. Kepemimpinan Kharismatik
Dalam teori ini para pengikut memiliki keyakinan bahwa pemimpin mereka diakui
memiliki kemampuan yang luar biasa. Kemampuan mempengaruhi pengikut bukan berdasarkan
pada tradisi atau otoritas formal tetapi lebih pada persepsi pengikut bahwa pemimpin diberkati
dengan bakat supernatural dan kekuatan yang luar biasa. Dimana kemampuan yang luar biasa
tersebut hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu dan tidak semua orang memilikinya. Seorang
pemimpin dianggap orang yang lebih tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari. Kharisma
berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti berkat yang terinspirasi secara agung atau
pemberian tuhan. Seperti kemampuan melakukan keajaiban atau memprediksikan peristiwa
masa depan. Para pemimpim akan lebih dipandang sebagai kharismatik jika mereka membuat
pengorbanan diri, mengambil resiko pribadi dan mendatangkan biaya tinggi untuk mencapai visi
yang mereka dukung. Kepercayaan terlihat menjadi komponen penting dari kharismatik dan
pengikut akan lebih mempercayai pemimpin yang kelihatan tidak terlalu termotivasi oleh
kepentingan pribadi daripada oleh perhatian terhadap pengikut. Yang paling mengesankan adalah
seorang pemimpin yang benar-benar mengambil resiko kerugian pribadi yang cukup besar dalam
hal status, uang posisi kepemimpinan atau keanggotaan dalam organisasi. Menurut Weber
(1947), kharismatik terjadi saat terdapat sebuah krisis social, seorang pemimpin muncul dengan
sebuah solusi untuk krisis itu, pemimpin menarik pengikut yang percaya pada visi itu. Mereka
mengalami beberapa keberhasilan yang membuat visi tersebut dapat terlihat, dapat dicapai dan
para pengikut dapat mempercayai bahwa pemimpin itu sebagai orang yang luar biasa.

Konsep kharismatik menurut Weber (1947), konsep yang lebih ditekankan kepada
kemampuan pemimpin yang memiliki kekuatan luar biasa dan mistis. Menurutnya, ada lima
faktor yang muncul bersamaan dengan kekuasaan yang kharismatik yaitu :
-

Adanya seseorang yang memiliki bakat luar baisa


Adanya krisis sosial
Adanya sejumlah ide yang radikal untuk memecahkan krisis trsebut
Adanya sejumlah pengikut yang percaya bahwa seseorang itu memiliki kemampuan

luar biasa yang bersifat transendental dan supranatural, serta


Adanya bukti yang berulang bahwa apa yang dilakukan itu mengalami kesuksesan.

House (1977), berpendapat bahwa seorang pemimpin kharismatik mempunyai dampak


yang dalam dan tidak biasa terhadap para pengikut. Mereka menerima pemimpin tersebut tanpa
mempertanyakannya lagi, mereka tunduk kepada pemimpin dengan senang hati, merasa disayang
terhadap pemimpin tersebut, mereka terlibat secara emosional dalam misi kelompok atau
organisasi tersebut, percaya bahwa mereka dapat memberi kontribusi terhadap keberhasilan dan
mereka mempunyai tujuan-tujuan kinerja tinggi. Kharismatik negatif memiliki orientasi
kekuasaan secara pribadi :

Mereka menekankan identifikasi pribadi daripada internalisasi.


Mereka lebih menanamkan kesetiaan kepada diri mereka sendiri daripada idealisme.
Mereka dapat menggunakan daya tarik ideologis, tetapi hanya sebagai cara untuk
memperoleh kekuasaan, kemudian diabaikan atau diubah secara sembarangan sesuai

dengan sasaran pribadi pemimpin itu.


Mereka berusaha untuk mendominasi dan menaklukkan pengikut dengan membuat

mereka tetap lemah dan bergantung pada pemimpin.


Otoritas untuk membuat keputusan penting dipusatkan pada pemimpin, penghargaan dan
hukuman digunakan untuk memelihara sebuah citra pemimpin yang tidak dapat berbuat

kesalahan atau untuk membesar-besarkan ancaman eksternal kepada organisasi.


Keputuasan dari para pemimpin ini mencermnkan perhatian yang lebih besar akan
pemujaan diri dan memelihara kekuasaan daripada bagi kesejahteraan pengikut.

Kharismatik positif memiliki orientasi kekuasaan sosial :

Para pemimpin ini menekankan internalisasi dari nilai-nilai bukannya identifikasi pribadi.

Mereka tidak berusaha untuk menanamkan kesetiaan kepada diri mereka sendiri, tetapi

lebih pada ideologi.


Otoritas didelegasikan hingga batas yang cukup besar, informasi dibagikan secara

terbuka, didorongnya partisipasi dalam keputusan, dan


Penghargaan digunakan untuk menguatkan perilaku yang konsisten dengan misi dan

sasaran dari organisasi.


Hasilnya adalah kepemimpinan mereka akan makin menguntungkan bagi pengikut.
Beberapa teori-teori membahas mengenai bagaimana kharisma seorang pemimpin

mempengaruhi bawahannya. Telah dibahas bahwa seorang bawahan begitu kuat terpengaruh oleh
kharisma pimpinannya dalam menyelesaikan sebuah misi. Terdapat beberapa hal yang
mempengharuhi proses pengaruh kharismatik seorang pemimpin yaitu :
Identifikasi Pribadi (personal identification)
Identifikasi pribadi merupakan sebuah proses mempengaruhi yang dyadic yang terjadi
pada beberapa orang pengikut namun tidak pada yang lainnya. Proses ini paling banyak terjadi
pada para pengikut yang mempunyai rasa harga diri rendah, identitas diri rendah, dan kebutuhan
yang tinggi untuk menggantungkan diri kepada tokoh-tokoh yang berkuasa.
Identifikasi Sosial (social identification)
Identifikasi sosial merupakan sebuah proses mempengaruhi yang menyangkut definisi
diri sendiri dalam hubungannya dengan sebuah kelompok atau kolektivitas. Para pemimpin
kharismatik meningkatkan identifikasi sosial dengan membuat hubungan antara konsep diri
sendiri, para pengikut individual dan nilai-nilai yang dirasakan bersama serta identitas-identitas
kelompok. Seorang pemimpin kharismatik dapat meningkatkan identifikasi sosila dengan
memberi kepada kelompok sebuah identitas yang unik, yang membedakan kelompok tersebut
dengan kelompok yang lainnya.
Internalisasi (internalization)
Para pemimpin kharismatik mempengaruhi para pengikut untuk merangkul nilai-nilai
baru, namun lebih umum bagi para pemimpin kharismatik untuk meningkatkan kepentingan
nilai-nilai yang ada sekarang pada para pengikut dan dengan menghubungkannya dengan

sasaran-sasaran tugas. Para pemimpin kharismatik juga menekankan aspek-aspek simbolis dan
ekspresif pekerjaan itu, yaitu membuat pekerjaan tersebut menjadi lebih berarti, mulia, heroic
dan secara moral benar. Para pemimpin kharismatik itu juga tidak menekankan pada imbalanimbalan ekstrinsik dalam rangka mendorong para pengikut untuk memfokuskan diri kepada
imbalan-imbalan instrinsik dan meningkatkan komitmen mereka kepada sasaran-sasaran
objektif.
Kemampuan diri sendiri (self-efficacy)
Efikasi diri sendiri merupakan suatu keyakinan bahwa individu tersebut mampu dan
kompeten untuk mencapai sasaran tugas yang sukar. Efikasi diri kolektif menunjuk kepada
persepsi para anggota kelompok jika mereka bersama-sama dan mereka menghasilkan hal-hal
yang luar biasa. Para pemimpin kharismatik meningkatkan harapan diri para pengikut bahwa
usaha-usaha kolektif dan individual mereka untuk melaksanakan misi kolektif akan berhasil.
Kekurangan :
-

Tindakan terbaik berdasarkan situasi belum menentukan keberhasilan suatu


kepemimpinan.

Ada

variabel-variabel

yang

menentukan

seperti

gaya

kepemimpinan,kualitas para pengikut, dan aspek lingkungan.


Kelebihan :
-

Teori ini melengkapi teori perilaku, karena sudah memperhatikan situasi sebagai
variabel faktor penetuan karakter kepemimpinan yang baik.

4. Teori interaksi harapan


Homan (1950) menyatakan semakin tinggi kedudukan individu dalam kelompok maka
aktivitasnya semakin meluas dan semakin banyak anggota kelompok yang berhasil diajak
berinteraksi.
Teori ini berasumsi bahwa semakin terjadi interaksi dan pertisipasi dalam kegiatan
bersama semakin meningkat perasaan saling menyukai/menyenangi satu sama lain dan semakin
memperjelas pengertian atas norma norma kelompok, semakin mendekati kesesuaian kegiatan
dengan norma norma, semakin luas jangkauan interaksina dan semakin besar jumlah anggota

kelompok yang tergerak. Yang penting harus dijaga agar aksi aksi pemimpin tidak
mengecewakan harapan harapan.
Kekurangan :
- Teori ini tidak memberikan rincian seperti apa memelihara jarak sosial dengan anak
buah sehingga bisa lebih efektif
Kelebihan :
- Teori ini mempunyai kelebihan yaitu pemimpin yang memelihara jarak sosial dengan
anak buah cenderung lebih efektif dalam situasi situasi yang sangat mudah dan
sangat sulit. Semakin tinggi perasaan keakraban pemimpin dengan anak buahnya
semakin lebih efektif dalam situasi di mana di tuntuk kepemimipinan yang moderat.

5. Teori humanistik
Likert (1961) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan proses yang saling
berhubungan dimana seseorang pemimpin harus memperhitungkan harapan-harapan, nilai-nilai
dan keterampilan individual dari mereka yang terlibat dalam interaksi yang berlangsung.
Menurut teori ini perlu dilakukan motivasi pada pengikut, dengan memenuhi harapan
harapan mereka dan memuaskan kebutuhan kebutuhan mereka. Beberapa kebutuhan sudah
disebutkan didepan, antara lain fisiologis, keamanan sosial, prestige dan sebagainya. Oleh karena
melakukan motivasi berarti juga melakukan human relation ( hubungan antar manusia ) maka
teori ini dinamakan juga sebagai teori hubungan antar manusia, yang dimaksudnya
mengusahakan

keseimbangan

antara

kebutuhan/kepentingan

perseorangan

dan

kebutuhan/kepentingan umum organisasi.


Teori ini lebih menekankan pada prinsip kemanusiaan. Teori humanistic biasanya
dicirikan dengan adanya suasana saling menghargai dan adanya kebebasan. Teori Humanistik
dengan para pelopor Argryris, Blake dan Mouton, Rensis Likert, dan Douglas McGregor. Teori
ini secara umum berpendapat, secara alamiah manusia merupakan motivated organism.
Organisasi memiliki struktur dan sistem kontrol tertentu. Fungsi dari kepemimpinan adalah
memodifikasi organisasi agar individu bebas untuk merealisasikan potensi motivasinya didalam
memenuhi kebutuhannya dan pada waktu yang sama sejalan dengan arah tujuan kelompok.
Apabila dicermati, didalam Teori Humanistik, terdapat tiga variabel pokok, yaitu;

1. Kepemimpinan yang sesuai dan memperhatikan hati nurani anggota dengan segenap
harapan, kebutuhan, dan kemampuan-nya,
2. Organisasi yang disusun dengan baik agar tetap relevan dengan kepentingan anggota
disamping kepentingan organisasi secara keseluruhan, dan
3. Interaksi yang akrab dan harmonis antara pimpinan dengan anggota untuk menggalang
persatuan dan kesatuan serta hidup damai bersama-sama. Blanchard, Zigarmi, dan Drea
bahkan menyatakan, kepemimpinan bukanlah sesuatu yang Anda lakukan terhadap orang
lain, melainkan sesuatu yang Anda lakukan bersama dengan orang lain (Blanchard &
Zigarmi, 2001).

Kekurangan :
- Teori ini hanya berfokus kepada motivasi saja tidak ada dengan cara lain untuk
tercapainya kebutuhan - kebutuhan yang ada di dalam organisasi.
Kelebihan :
- Teori ini mengusahakan keseimbangan antara kebutuhan atau kepentingan
perseorangan dan kebutuhan atau kepentingan umum organisasi demi tercapainya
kebutuhan yang di dalam organisasi.
6. Teori pertukaran
Blau (1964) menyatakan pengangkatan seseorang anggota untuk menempati status yang
cukup tinggi merupakan manfaat yang besar bagi dirinya. Pemimpin cenderung akan kehilangan
kekuasaaanya bila para anggota tidak lagi sepenuh hati melaksanakan segala kewajibannya.
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa interaksi sosial menggambarkan suatu bentuk tukarmenukar dalam mana anggota anggota kelompok memberikan kontribusi dengan pengorbanan
pengorbanan mereka sendiri dan menerima imbalan dengan pengorbanan pengorbanan
kelompok atau anggota anggota lain. Interaksi berlangsung terus, oleh karena anggota
anggota merasakan tukar-menukar secara sosial ini saling memberikan penghargaan. Demikian
pula antara pemimpin dan yang dipimpin, antara anggota anggota yang dipimpin satu sama lain
harus berlangsung tukar-menukar keuntungan dan keenakan, harus saling memberi dan
menerima. Dengan jalan demikian maka akan selalu terjadi gerak, yaitu gerak dari pengikut
pengikut yang digerakan oleh pemimpin. Hal ini dapat terjadi karena saling menguntungkan. Jadi

dalam teori ini ditekankan adanya give and take antara pemimpin dan yang dipimpin, oleh
karenanya teori ini disebut juga teori beri-memberi atau dapat juga disebut saling memberi dan
menerima.
Kekurangan :
-

Pemimpin di teori inisangat pesimis dan takut akan kehilangan kekuasaanya bila para

anggota tidak lagi sepenuh hati melaksanakan segala kewajibannya.


Kelebihan :
- Teori ini bisa saling merasakan keuntungan dan keenakan bersama antara anggota
anggota yang di pimpin.

Daftar Pustaka
Danim, Sudarwan. 2003. Menjadi Komunitas Pembelajar ( Kepemimpinan Transformasional
dalam Komunitas Organisasi Pembelajaran). Jakarta: Bumi Aksara.
______,Ematurbongs,2010. Teori Kepemimpinan(online)
http://ematurbongs.blogspot.com/2010/04/teori-kepemimpinan.html
Diakses: 7 april 2015
______,Innurma,2013. Kepemiminan Transaksional Dan(online)
http://innurma.blogspot.com/2013/01/kepemimpinan-transaksional-dan.html
Diakses: 7 april 2015
_____,Khaernuisaekaoktari,2012. Defini Kepemimpinan Tipe Kepemimpinan(online)
http://khaerunisaekaoktari.blogspot.com/2012/05/definisi-kepemimpinan-tipekepemimpinan.html
Diakses: 8 april 2015

You might also like