You are on page 1of 11

referensi makalah parasitologi helmintologi Desember 7, 2011

Diarsipkan di bawah: Uncategorized awaksehat @ 7:55 am

Parasitologi mengenai helmintologi (berupa cacing) yang dispesifikasikan pada


Toxocara canis dan Toxocara cati merupakan bahasan yang akan kami uraikan
selanjutnya. Kegiatan ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Parasitologi, yang
menjadi pembelajaran bagi kami agar bertambahnya wawasan kami mengenai
kesehatan, terutama pada kesehatan manusia.
Kesehatan manusia semakin hari semakin dihadapkan dengan berbagai
permasalahan yang kompleks. Berbagai macam penyakit yang diderita semakin
beragam. Salah satunya penyakit yang ditimbulkan oleh parasit berupa cacing yang
dipelajari dalam Helmintologi (ilmu yang mempelajari parasit berupa cacing), yang
tentunya sangat beraneka ragam.

Hampir disetiap ruang dalam dunia ini dihidupi oleh mikroorganisme jenis ini.
Mereka dapat masuk ke dalam tubuh manusia dengan berbagai macam cara,
melalui makanan, kebersihan lingkungan yang tidak terjaga, udara, dan banyak lagi
cara yang tentunya sangat berhubungan dengan perilaku manusia itu sendiri.

Beragam jenis cacing dapat menyebabkan angka prevalensi yang sangat tinggi,
dengan berbagai jenis penyakit yang ditimbulkannya. Dalam bahasan ini, kami akan
menguraikan jenis cacing Toxocara canis dan Toxocara cati yang kami kaitkan
dengan kesehatan pada manusia.

Sehingga timbul, pertanyaan Bagaimana hubungan jenis cacing Toxocara canis


dan Toxocara cati terkait pada kehidupannya dengan kahidupan manusia

Dari pembahasan yang kami uraikan, maka tujuan kami menyusun makalah ini
adalah sebagai berikut:

1. Diketahuinya klasifikasi terhadap jenis cacing Toxocara canis dan Toxocara cati,
2. Apa nama penyakit yang ditimbulkannya,
3. Bagaimana kaitannya dengan hospes, morfologi dan daur hidupnya,
4. Apa kaitannya dengan epidemiologi kesehatan,
5. Bagaimana patologi dan gejala klinisnya, serta
6. Bagaimana pencegahan dan pengobatan yang seharusnya dilakukan oleh
manusia yang terinfeksi.

Dalam penyusunan suatu makalah, tentunya banyak manfaat yang di peroleh, di


antaranya sebagai berikut:

1. Sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang


kesehatan yang kami dapat salah satunya melalui mata kuliah parasitologi
kesehatan.
2. Sebagai latihan dalam penyusunan pangumpulan data atau laporan penelitian
agar penulis lebih terampil dalam pengolahan kata dan hasil yang di dapat bisa
lebih maksimal dari laporan sebelumnya.

Semoga hasil yang di dapat menjadi pembelajaran yang positif bagi kita semua dan
dapat menjadi sebuah motivasi dalam meningkatkan prestasi untuk masa depan.

II. TEORI dan FAKTA

1. Klasifikasi Hewan

Dalam istilah parasitologi ada pokok bahasan yang dinamakan helmintologi, yaitu
pokok bahasan yang mempelajari tentang parasit berupa cacing. Berdasarkan
taksonomi, cacing dibagi ke dalam dua kelompok, di antaranya:
1. NEMATHELMINTHES ( cacing gilik)
2. PLATYHELMINTHES ( cacing pipih).

Dalam bahasan ini kami mengulas tentang cacing Toxocara canis dan Toxocara cati
yang termasuk ke dalam NEMATHELMINTHES atau kelas NEMATODA, yang
mempunyai ciri-ciri berbentuk bulat memanjang dan pada potongan transversal
tampak rongga badan dan alat-alat. Cacing jenis ini mempunyai alat kelamin
terpisah.

Dalam Parasitologi Kedokteran nematoda dibagi ke dalam dua bagian, yaitu


nematoda usus yang hidup di rongga usus dan nematoda jaringan yang hidup di
jaringan berbagai alat tubuh.

2. Morfologi

Toxocara canis berjenis kelamin jantan mempunyai ukuran panjang yang bervariasi
antara 3,6 8,5 cm, sedangkan Toxocara canis betina mempunyai ukuran antara 5,6
-10 cm.
Toxocara cati berjenis kelamin jantan berukuran antara 2,5 7,8 cm sedangkan
Toxocara cati betina berukuran 2,5 14 cm. Bentuk hewan ini menyerupai Ascaris
lumbricoides muda. Pada Toxocara canis terdapat sayap servikal yang berbentuk
seperti lanset, sedangkan pada Toxocara cati berbentuk sayap yang lebih lebar,
sehingga kepalanya menyerupai kepala ular kobra. Bentuk ekor Toxocara canis dan
Toxocara cati hampir sama, untuk yang berjenis kelamin jantan ekornya berbentuk
seperti tangan dan dengan jari yang sedang menunjuk (digitiform), sedangkan
untuk yang berjenis kelamin betina bentuk ekornya bulat meruncing.

Toxocara Canis Toxocara Cati

3. Daur Hidup (Siklus Hidup)

Siklus hidup Toxocara canis dan Toxocara cati pada anjing atau kucing serupa
dengan siklus askariasis pada manusia..

Siklus hidup Toxocara cati

Sebagian besar cacing gelang mempunyai siklus hidup yang mirip. Kebanyakan
telur cacing menetas dalam waktu dua minggu. Obat cacing membasmi cacing
dengan cara merusak sistem syaraf cacing. Obat cacing tidak bisa membasmi telur
cacing karena telur tidak mempunyai sistem syaraf. Oleh karena itu pemberian obat
cacing harus diulang 2 minggu kemudian agar cacing yang berasal dari telur yang
baru menetas dapat segera dibasmi dengan tuntas.

Cacing Toxocara canis, hidup di tanah, lumpur, pasir dan tempat-tempat kotor.
Varian lain diantaranya: Toxocara cati, Toxocara vitulorum, Toxocara pteropodis,
Toxocara malayasiensis dll. Cacing ini daur hidupnya terutama melalui anjing,
kucing dan dilaporkan bisa melalui herbivora.

4. Epidemiologi

1. Di Indonesia angka prevalensi tinggi terjadi pada anak-anak yang berusia antara
1-7 tahun, di Jakarta prevalensi pada anjing 38,3% dan pada kucing 26 %.
2. Mereka lebih sering menghabiskan waktu bermainnya di rerumputan, duduk di
pasir, yang merupakan tempat dimana cacing jenis ini berada.
3. Pada remaja, biasanya terjadi pada mereka yang memiliki kegiatan yang aktif,
misalnya, silat (berguling-guling di rerumputan, tanah, dsb), ataupun kegiatan yang
berhubungan dengan tanah atau lapangan kotor.
4. Pada usia dewasa juga bisa terjadi pada mereka yang melakukan kegiatan kerja
bakti membersihkan parit, halaman, pengangkut pasir, dsb.
5. Tanah, lapangan, rumput yang terkontaminasi oleh cacing ini sangat mendukung
cacing jenis ini untuk tinggal dan berkembang biak.

5. Hospes

Hospes atau inang dari cacing Toxocara adalah anjing (T. canis) dan kucing (T. cati).
Pada manusia, cacing ini dapat hidup sebagai parasit dan disebut parasit
pengembara, menyebabkan penyakit yang disebut visceral larva migrans
(pengembaraan larva di jaringan tubuh). Penyakit ini bersifat kosmopolit, ditemukan
juga di Indonesia.
Untuk anjing dan kucing terinfeksi melalui migrasi transplacenta dan migrasi trans
mammaria. Telur cacing dapat ditemukan pada kotoran pada saat anak anjing dan
anak kucing sudah berusia 3 minggu. Infeksi pada anjing betina bisa berakhir
dengan sendirinya atau tetap (dormant) pada saat anjing menjadi dewasa. Pada
saat anjing bunting larva T. canis menjadi aktif dan menginfeksi fetus melalui
placenta dan menginfeksi anak mereka yang baru lahir melalui susu mereka.

Pada kucing, kucing jantan dan kucing betina sama-sama rentan terhadap infeksi,
tidak ada perbedaan nyata; namun kucing dewasa lebih rentan daripada kucing
yang lebih muda.

6. Nama Penyakit
Toksokariasis (Visceral Larva Migrans) adalah suatu infeksi yang terjadi akibat
penyerbuan larva cacing gelang ke organ tubuh manusia. Toksokariosis bisa
disebabkan oleh Toxocara canis ataupun Toxocara cati.

Telur parasit berkembang di dalam tanah yang terkontaminasi oleh kotoran anjing
dan kucing yang terinfeksi . Telur bisa ditularkan secara langsung ke dalam mulut
jika anak-anak bermain di atas tanah tersebut.

Setelah tertelan, telur menetas di dalam usus. Larva menembus dinding usus dan
menyebar melalui pembuluh darah. Hampir setiap jaringan tubuh bisa terkena ,
terutama otak, mata, hati, paru-paru, dan jantung. Larva bertahan hidup selama
beebrapa bulan, menyebabkan kerusakan dengan cara berpindah ke dalam jaringan
dan menimbulkan peradangan di sekitarnya.

Telur Toxocara canis

III. PEMBAHASAN

1. Patologi dan Gejala Klinis

Pada manusia larva cacing tidak menjadi dewasa dan mengembara di alat-alat
dalam, khususnya di hati. Penyakit yang di sebabkan larva yang mengembara ini
disebut visceral larva migrans, dengan gejala eosinofilia, demam dan hepatomegali.
Visceral larva migrans dapat juga di sebabkan oleh Nematoda lain.

Infeksi kronis biasanya ringan terutama menyerang anak-anak, yang belakangan ini
cenderung juga menyerang orang dewasa, disebabkan oleh migrasi larva dari
Toxocara dalam organ atau jaringan tubuh.

Gejala klinis ditandai dengan eosinofilia yang lamanya bervariasi, hepatomegali,


hiperalbuminemia, gejala paru dan demam. Serangan akut dan berat dapat terjadi,
dalam keadaan ini lekosit dapat mencapai 100,000/mm3 atau lebih (dengan unit SI
lebih dari 100 x109/l), dengan 50 90% terdiri dari eosinofil. Gejala klinis bisa
berlangsung sampai satu tahun atau lebih. Bisa timbul gejala pneumonitis, sakit
perut kronis, ruam seluruh tubuh dan bisa juga timbul gejala neurologis karena
terjadi kelainan fokal.

Bisa juga tejadi endoftalmitis oleh karena larva masuk ke dalam bola mata, hal ini
biasanya terjadi pada anak yang agak besar, berakibat turunnya visus pada mata
yang terkena. Kelainan yang terjadi pada retina harus dibedakan dengan
retinoblastoma atau adanya massa lain pada retina. Penyakit ini biasanya tidak
fatal. Pemeriksaan Elisa dengan menggunakan antigen stadium larva
sensitivitasnya 75 90% pada visceral larva migrans (VLM) dan pada infeksi bola
mata. Prosedur western blotting dapat dipakai untuk meningkatkan spesifisitas dari
skrining menggunakan Elisa.

2. Cara-cara Penularan

Kebanyakan infeksi yang terjadi pada anak-anak adalah secara langsung atau tidak
langsung karena menelan telur Toxocara yang infektif. Secara tidak langsung
melalui makanan seperti sayur sayuran yang tercemar atau secara langsung

melalui tanah yang tercemar dengan perantaraan tangan yang kotor masuk
kedalam mulut.

Sebagian infeksi terjadi karena menelan larva yang ada pada hati ayam mentah,
atau hati sapi dan biri biri mentah. Telur dikeluarkan melalui kotoran anjing dan
kucing.

Telur memerlukan waktu selama 1 3 minggu untuk menjadi infektif dan tetap
hidup serta infektif selama beberapa bulan; dan sangat dipengaruhi oleh lingkungan
yang kering.

Telur setelah tertelan, embrio akan keluar dari telur didalam intestinum; larva
kemudian akan menembus dinding usus dan migrasi kedalam hati dan jaringn lain
melalui saluran limfe dan sistem sirkulasi lainnya. Dari hati larva akan menyebar ke
jaringan lain terutama ke paru-paru dan organ-organ didalam abdomen (visceral
larva migrans), atau bola mata (Ocular larva migrans), dan migrasi larva ini dapat
merusak jaringan dan membentuk lesi granulomatosa.

Parasit tidak dapat melakukan replikasi pada manusia dan pada hospes
paratenic/endstage lain; namun larva dapat tetap hidup dan bertahan dalam
jaringan selama bertahun-tahun, terutama pada keadaan penyakit yang
asymptomatic. Jika jaringan hospes paratenic dimakan maka larva yang ada pada
jaringan tersebut akan menjadi infektif terhadap hospes yang baru.

3. Masa Inkubasi

Masa inkubasi pada anak-anak berlangsung dalam beberapa minggu dan beberapa
bulan dan sangat tergantung pada intensitas infeksi, terjadinya reinfeksi dan
sensitivitas penderita. Gejala okuler muncul 4 10 tahun setelah terjadinya infeksi
awal. Masa inkubasi dari infeksi yang diperoleh karena mengkonsumsi hati mentah
sangat cepat (beberapa jam sampai beberapa hari).

4. Gejala

Toksokariasis biasanya menyebabkan infeksi yang relatif ringan pada anak-anak


usia 2-4 tahun, tetapi juga bisa mengenai anak-anak yang lebih tua dan dewasa.

Gejalanya dimulai dalam beberapa minggu setelah terinfeksi atai bisa tertundan
sampai beberapa bulan, tergantung seringnya pameparan dan kepekaan seseorang
terhadap larva.

Yang pertama timbul adalah demam, batuk, atau bunyi nafas mengi dan
pembesaran hati. Beberapa penderita mengalami ruam-ruam di kulit, pembesaran
limpa dan pneumonia yang hilang-timbul.

Anak-anak yang lebih besar cenderung tidak menunjukkan gejala atau gejalanya
ringan, tapi mereka bisa mengalami luka di mata yang mengakibatkan gangguan
penglihatan dan bisa dikelirukan dengan suatu tumor ganas di mata.

5. Diagnosa Penyakit

Cara diagnosis toksokariasis sulit karena cacing ini tidak menjadi dewasa, maka dari
itu harus dilakukan tes immunologis atau biopsi jaringan.
Diduga terserang suatu toksokariasis, bila pada seseorang ditemukan

- kadar eosinofil yang tinggi (eosinofil adalah sejenis sel darah putih)
- pembesaran hati
- peradangan paru-paru
- demam
- kadar antibodi yang tinggi dalam darah.

6. Cara Pencegahan

1). Berikan penyuluhan kepada masyarakat, terutama kepada pemilik binatang


peliharaan tentang bahaya dari kebiasaan pica (menggigit, menjilat benda-benda)
yang terpajan daerah yang tercemar oleh kotoran hewan peliharaan. Juga dijelaskan
tentang bahaya mengkonsumsi hati mentah hewan yang terpajan dengan anjing
dan kucing. Orang tua dan anak-anak diberitahu tentang risiko kontak dengan
binatang peliharaan seperti anjing dan kucing dan bagaimana cara mengurangi
risiko tersebut.

2). Hindari terjadinya kontaminasi tanah dan pekarangan tempat anak-anak


bermain dari kotoran anjing dan kucing, terutama didaerah perkotaan dikompleks
perumahan. Ingatkan para pemilik anjing dan kucing agar bertanggung jawab
menjaga kesehatan binatang peliharaannya termasuk membersihkan kotorannya
dan membuang pada tempatnya dari tempat-tempat umum. Lakukan pengawasan
dan pemberantasan anjing dan kucing liar.

3). Bersihkan tempat-tempat bermain anak-anak dari kotoran anjing dan kucing.
Sandboxes (kotak berisi pasir) tempat bermain anak-anak merupakan tempat yang
baik bagi kucing untuk membuang kotoran; tutuplah jika tidak digunakan.

4). Berikan obat cacing kepada anjing dan kucing mulai dari usia tiga minggu,
diulangi sebanyak tiga kali berturut-turut dengan interval 2 minggu dan diulang
setiap 6 bulan sekali. Begitu juga binatang piaraan yang sedang menyusui anaknya
diberikan obat cacing. Kotoran hewan baik yang diobati maupun yang tidak
hendaknya dibuang dengan cara yang saniter.

5) Biasakan mencuci tangan dengan sabun setelah memegang tanah atau sebelum
makan.

6). Ajarkan kepada anak-anak untuk tidak memasukan barang-barang kotor


kedalam mulut mereka.

7. Pengobatan

Sebelum tahun 1960-an, pengobatan cutaneous larva migrans menggunakan


Chlorethyl, obat anastesi semprot dingin (biasa juga dipakai di persepakbolaan).

Ternyata obat semprot tersebut hanya menghambat, tidak membunuh cacing. Perlu
diketahui, cacing Toxocara canis terhambat pada suhu di bawah 10 derajat cecius,
tetapi tidak mati, dan baru bisa mati pada suhu minus 15 derajat celcius. Itulah
mengapa disemprot Chlorethyl tak kunjung sembuh.
Obat yang dianjurkan antara lain:

Obat cacing:
Obat pilihan adalah: thiabendazole, ivermectin dan albendazole, sedangkan obat
lainnya Mebendazole.
Thiabendazole
Dosis: 25-50 mg/kg berat badan/hari, diberikan 2 kali sehari selama 2-5 hari. Tidak
diperkenankan melebihi 3 gram perhari.
Dapat juga diberikan secara topikal (obat luar) 10-15% dalam larutan.
Albendazole. ( pilih yang ini )
Dosis dewasa dan anak di atas 2 tahun: 400 mg perhari, dosis tunggal, selama 3
hari atau 200 mg dua kali sehari selama 5 hari.
Dosis anak kurang dari 2 tahun: 200 mg perhari selama 3 hari.
Atau 10-15 mg per kg berat badan, 4 kali perhari selama 3-5 hari.Jining Wang, MD,
February 28, 2006
Mebendazole
Dosis dewasa dan anak di atas 2 tahun: 100-200 mg dua kali sehari, selama 4 hari .
Anak kurang dari 2 tahun: tidak dianjurkan
Anti alergi, untuk mengurangi alergi lokal, misalnya menggunakan hidrokortison
cream atau sejenisnya.
Antibiotika, diberikan bila ada infeksi sekunder (bernanah).
Share this:

You might also like