You are on page 1of 18

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)


Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebun Jeruk Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU
Nama Mahasiswa

: Defita Firdaus

NIM

: 11-2015- 027

Tanda Tangan

Dokter pembimbing : dr. Irena Sandra Sari, Sp.PD


IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. MM
Umur
: 58 tahun
Pendidikan
: SLTA
Pekerjaan
: Wiraswasta
No CM
: 421128
Tanggal dikasuskan : 13 April 2016

Jenis kelamin
Status perkawinan
Agama
Alamat
Tanggal masuk RS
Dirawat di ruang

: Laki-laki
: Menikah
: Islam
: Jati wetan, Kudus
: 12 April 2016
: Betani B

ANAMNESIS
Diambil: Autonamnesis, Ruang Betani B, Bed 3 Tanggal : 13 April 2016 pukul 16.00 WIB
Keluhan utama: Nyeri perut kanan atas
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri perut kanan atas sejak 3 hari
SMRS. Rasa nyeri perut kanan atas dirasa pasien mengganggu aktivitas sehingga pasien
datang ke rumah sakit. Nyeri perut dirasakan seperti ada sesuatu yang bergerak, pasien
mengaku seperti ada angin yang berputar-putar. Nyeri perut kanan atas dirasakan perlahanlahan dan hilang timbul sudah 1 bulan, terkadang menjalar ke punggung kanan sampai ke
1

bahu sebelah kanan. Nyeri perut kanan atas biasanya menghilang setelah setengah jam,
namun karena tidak begitu mengganggu aktivitas, pasien mengabaikannya. Nyeri muncul
biasanya setelah pasien makan, terutama makan makanan yang berlemak misalnya makanan
bersantan dan jeroan, kadang juga disertai mual.
Pasien juga muntah. Muntah sebanyak 5 kali selama tiga hari ini saat dirumah.
Setiap kali muntah sebanyak gelas aqua, muntah mengeluarkan sisasisa makanan, yang
tidak disertai dengan darah. Pasien mengeluhkan badan terlihat sedikit kuning dan badan
terasa lemas. Pasien menyangkal adanya demam, sesak nafas, pusing, bengkak tangan kaki
dan kejang. Nafsu makan dan minum menurun. Bak seperti teh, frekuensi 3-4 kali/hari, nyeri
saat bak tidak ada, tidak anyang-anyangan. Bab

1x perhari berwarna seperti dempul,

konsistensi lembek, nyeri saat bab tidak ada. Riwayat minum alkohol dan merorok disangkal.
Riwayat mengkonsumsi obat-obatan disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah dirawat di RS 3 kali dengan keluhan yang sama yang dirasakan saat ini yakni
nyeri perut kanan bagian atas. Penyakit jantung, penyakit ginjal, kencing manis, hipertensi,
sakit paru, sakit kuning, alergi, dan asma disangkal. Tidak ada riwayat operasi sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit dengan gejala yang sama dalam keluarga disangkal. Riwayat penyakit
kencing manis, hipertensi, alergi, asma, sakit kuning, dan sakit jantung dalam keluarga
disangkal oleh pasien.
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Fisik (tanggal 13 April 2016)
Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan darah

: 120/70 mmHg

Nadi

: 90 kali/ menit, regular, teraba kuat

Suhu

: 36,8 0C suhu aksila

Pernapasan

: 22x/menit

Saturasi O2

: 98%

Tinggi badan

: 165 cm

Berat badan

: 58 kg
2

BMI

: 21,3 kg/cm2 Berat badan normal (normalweight)

Kulit
Warna sawo matang, sianosis (-), ikterik (+), lesi (-), ptechiae (-), kemerahan (-), hangat,
lembap.
Kepala
Normocephali, tidak teraba benjolan,tak tampak alopesia,tidak mudah rontok, distribusi
rambut merata, warna hitam, rambut tidak mudah dicabut, turgor dahi cukup
Mata
Edem palpebra (-/-),konjungtiva palpebralis pucat (-), sklera ikterik (+/+), pendarahan
sub-conjungtival (-/-), pupil isokor diameter 3mm/3mm, refleks cahaya langsung (+/+),
refleks cahaya tidak langsung (+/+).
Telinga
Normotia (+/+),nyeri tekan tragus (-/-), serumen (-/-)
Hidung
Septum tidak deviasi, pernafasan cuping hidung (-), sekret (+), epistaksis (-)
Mulut
Simetris, bibir sianosis (-), bibir kering (+), pucat (-) , perdarahan gusi (-), atrofi papil
lidah (-), coated tongue (-), purse lips breathing (-), hiperplasia ginggiva (-), tonsil T1-T1
tenang, faring hiperemis (-)
Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar thyroid (-), JVP 5-2 cmH2O,
bruit (-), tidak ada benjolan, hiperplasia musculus sternocledomastedeus (-), retraksi
suprasternal (-), deviasi trakea (-)

Thorax

Inspeksi: Bentuk thorax normal, gerakan dinding dada saat statis dan dinamis, tipe
pernafasan abdominothorakal, retraksi sela iga (-), spider naevi (-),tidak ada
benjolan, jejas trauma (-), atrofi musculus pectoralis mayor (-)
Palpasi: Nyeri tekan pada thoraks (-), benjolan (-), sela iga tidak melebar
Pulmo
Inspeksi

Anterior
Posterior
Pergerakan dinding dada simetris saat Pergerakan dinding dada simetris saat

Palpasi

statis dan dinamis.


statis dan dinamis.
Sela iga tidak melebar, fremitus taktil Sela iga tidak melebar, fremitus taktil

Perkusi

simetris, nyeri tekan (-).


Sonor pada seluruh lapang paru

simetris, nyeri tekan (-).


Sonor pada seluruh lapang paru

Batas paru-hati linea midclavicularis


dextra intercosta V
Auskultas

Batas peranjakan hati : 2 cm


Suara nafas dasar vesikuler, suara Suara nafas dasar vesikuler, suara

nafas

tambahan:

halus/kasar

(-/-)

rhonki
di

basal

basah nafas

tambahan:

paru, halus/kasar

wheezing (-/-).

(-/-)

rhonki
di

basal

basah
paru,

wheezing (-/-).

Cor
Inspeksi: ictus cordis tidak terlihat
Palpasi: ICS V 1 cm lateral linea midclavicularis sinistra (reguler, kuat angkat)
Perkusi:
Batas kanan

: ICS IV linea sternal dextra.

Batas atas

: ICS II linea parasternalis sinistra.

Pinggang jantung

: ICS III linea midclavicularis sinistra.

Batas kiri

: ICS V 1 cm lateral linea midclavicularis sinistra.

Auskultasi:
Katup Mitral dan Tricuspid : BJ I lebih besar dari BJ II, murni, reguler, gallop (-),
murmur (-)
Katup Aorta dan Pulmonal : BJ II lebih besar dari BJ I, murni, reguler, gallop (-), murmur
(-)

Abdomen
Inspeksi

: datar, warna sawo matang, tidak tampak pelebaran vena, spider nevi (-),

caput medusa (-), tidak tampak luka bekas operasi, massa (-).
Auskultasi

: bising usus (+), normoperistaltik

Palpasi

: supel, tidak teraba massa, nyeri tekan hipokondrium kanan (+), murphy sign

(-)
Hati

: tidak teraba

Lien

: tidak teraba

Ginjal : ballotemen dan bimanual ginjal tidak teraba


Perkusi
Hati

: timpani seluruh lapang perut, shifting dullness (-), undulasi (-)


: pekak hepar 4 cm dibawah papilla mammae dextra linea midclavicularis

dextra, 4 cm dibawah prosesus xiphoideus linea sternalis.


Lien

: ruang traube timpani

Ginjal : nyeri ketok CVA -/-

Ekstremitas
Sianosis
Edema

Superior
-/-/-

Inferior
-/-/5

Akral dingin
Clubbing finger
Palmar eritem

-/-/-/-

-/-/-/-

Ekstermitas superior
Otot : tonus
Otot : massa
Sendi
Gerakan
Kekuatan
CRT
Turgor kulit

Dextra
Normotonus
Eutrofi
Normal
Tidak terbatas
+5
<2 detik
Cukup

Sinistra
Normotonus
Eutrofi
Normal
Tidak terbatas
+5
<2 detik
Cukup

Ekstermitas inferior
Otot : tonus
Otot : massa
Sendi
Gerakan
Kekuatan
Pulsasi arteri dorsalis

Dextra
Normotonus
Eutrofi
Normal
Bebas
+5
Teraba

Sinistra
Normotonus
Eutrofi
Normal
Bebas
+5
Teraba

pedis
CRT

<2 detik

<2 detik

Colok Dubur
Tidak dilakukan
Genitalia
Tidak dilakukan
Pemeriksaan Penunjang
Darah lengkap : Tanggal 12 April 2016
Darah lengkap
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
DIFF COUNT
Limfosit
Monosit
Neutrofil
Eosinofil
Basofil
Luc

14.6 g/dl
15.36 x 103/L
42.50 %
205

13,2-17.3
3.6-11.0
41-52
150-400

4.60%
3.80%
91.30%
0.10 %
0,20
0.00

25-40
2-8
50-70
1-3
0-1
1-4
6

MCH
MCHC
MCV
Eritrosit
RDW
MPV
PDW
Golongan darah + rhesus

29 pg
34 g/dl
84 fL
5.0 x 106 fL
12.7
8.6
8.9
O positif

Kimia darah
Gula darah sewaktu

26-34
32-36
80-100
4.40-5.90
11.5-14.5
6.8-10.0
10.0-18.0

140

75-110

Kimia ( tanggal 13 April 2016)


SGOT
SGPT
Gamma GT
Alkhali phosphatase
Bilirubin total + serum

126 U/L
154 U/L
16l U/L
98 U/L
7.40 mg/dL

15-40
10-40
11-49
30-120
< 1.3

ikterik
Bilirubin direk
Bilirubun indirek
Protein total
Albumin
Globulin

4.90 mg/dL
2.50 mg/dL
6.5 g/dL
3.70 g/dL
2.80 g/dL

0.10-0.30
0.0-0.8
6.0-8.0
3.4-4.8
2.5-3.0

USG Abdomen (Tanggal 13 April 2014)

Kesan

Gambaran kolestatis intra-ekstrahepatal dengan gambaran koledokolitiasis distal

Kalsifikasi parenkim ginjal kanan

Apendiks tidak menebal , nyeri tekan (-), fluid collection (+) dengan penebalan
dinding bowel, suspek gambaran inflamasi.

Daftar Abnormalitas
a. Anamnesis
a. Nyeri perut kanan atas
b. Nausea dan vomitus
c. Badan sedikit kuning
d. Lemah
e. Bak seperti teh
f. Bab berwarna seperti dempul (putih keabu-abuan)
b. Pemeriksaan fisik
1. Kulit ikterik
2. Skelera ikterik
3. Nyeri tekan hipokondrium kanan (+)

Problem
Nyeri perut kanan atas sejak 3 hari SMRS. Nyeri perut dirasakan seperti ada sesuatu yang
bergerak. Nyeri perut kanan atas dirasakan perlahan-lahan dan hilang timbul sudah 1 bulan,
terkadang menjalar ke punggung kanan sampai ke bahu sebelah kanan. Nyeri muncul
biasanya setelah pasien makan, terutama makan makanan yang berlemak, kadang juga
disertai mual. Pasien juga muntah sebanyak 5 kali selama tiga hari ini saat dirumah. Setiap
kali muntah sebanyak gelas aqua, muntah mengeluarkan sisasisa makanan, yang tidak
disertai dengan darah. Pasien mengeluhkan badan terlihat sedikit kuning dan badan terasa
lemas. Nafsu makan dan minum menurun. Bak seperti teh. Bab 1x perhari berwarna seperti
dempul.
Assesment :

Koledokolitiasis

Pankreatitis

Kolik bilier

Sclerosing Cholangitis
Abses Hati
Kanker Hepar (Hepatoma)

IPDx (Initial Plan Diagnosis) :

Pemeriksaan enzim pankreas (amilase dan lipase)

Pemeriksaan Computed Tomography ( CT )

Pemeriksaan ERCP (Endoscopic retrograde cholangio-pancreatography)

Pemeriksaan MRCP (Magnetic resonance cholangio-pancreatography)

Pemeriksaan Percutaneous Transhepatic Cholangiography ( PTC )

IPTx (Initial Plan Therapy) :

Omeprazole 2 x 40 mg

Sucralfat 3 x CI

Metoclopramid 3 x 5 mg

Cefo-sulbactam 2 x 2 g

Tramadol 3 x 50 mg

Operasi
10

Sfingterotomi Endoskopik

Endoprostesis Endoskopik

IPMx (Initial Plan Monitoring) :

Monitoring keluhan utama dan kesadaran pasien

Monitoring TTV

IPEx (Initial Plan Education) :


a. Menjelaskan tentang keadaan pasien, perjalanan penyakit, pemeriksaan serta terapi
yang diberikan
b. Patuh dalam pengobatan yang telah di rencanakan
c. Megurangi untuk makan yang berlemak
d. Edukasi mengenai pentingnya control kembali setelah pengobatan di rumah sakit
e. Menyarankan untuk dirawat oleh dokter spesialis bedah
PROGNOSIS
Ad vitam
Ad functionam
Ad sanationam

: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam

Follow Up
Tanggal
14 april 2016

Follow up
S :pasien sudah tidak ada keluhan dan menolak untuk di operasi

14.30 WIB

O:
KU : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
TTV : TD : 130/90, RR : 20x/menit, N : 86x/menit, S : 36,80C,
SaO2 : 98% SI +/+, CA -/-, JVP 5-2 cmH2O
Paru :
Inspeksi : bentuk thorax normal, tidak tampak retraksi sela iga
Palpasi : Sela iga tidak melebar, fremitus simetris
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronki -/-, whezing -/-

11

Jantung :
Inspeksi

: Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

: Ictus cordis teraba di 1cm medial dari linea

midclavicula sinistra ICS V


Perkusi

Batas kanan

: terletak di garis sternalis kanan pada sela iga

Batas atas

: terletak di garis sternalis kiri pada sela iga ke

Batas kiri

: 1 cm medial dari garis midclavicula sinistra

ke IV
II
sela iga ke V
Batas bawah : terletak di garis midclavicula kiri sela iga ke
VI
Auskultasi: BJ I&II normal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi

: datar, tidak tampak benjolan atau massa

Auskultasi : Bising usus (+), normoperistaltik


Perkusi

: Timpani

Palpasi

: Supel, tidak teraba massa, nyeri tekan abdomen (-)

A : Koledokolitiasis
P : boleh pulang

Pembahasan kasus

12

Pada anamnesis pada pasien didapatkan keluhan utama adalah nyeri perut kanan atas
sejak 3 hari SMRS. Rasa nyeri perut kanan atas dirasa pasien mengganggu aktivitas sehingga
pasien datang ke rumah sakit. Nyeri perut dirasakan seperti ada sesuatu yang bergerak, pasien
mengaku seperti ada angin yang berputar-putar. Nyeri perut kanan atas dirasakan perlahanlahan dan hilang timbul sudah 1 bulan, terkadang menjalar ke punggung kanan sampai ke
bahu sebelah kanan. Nyeri perut kanan atas biasanya menghilang setelah setengah jam,
namun karena tidak begitu mengganggu aktivitas, pasien mengabaikannya. Nyeri muncul
biasanya setelah pasien makan, terutama makan makanan yang berlemak misalnya makanan
bersantan dan jeroan.
Nyeri dapat menjalar ke abdomen kanan, ke pundak, punggung, jarang ke abdomen
kiri dan dapat menyerupai angina pektoris. Kolik bilier harus dibedakan dengan gejala
dispepsia yang merupakan gejala umum pada banyak pasien dengan atau tanpa kolelitiasis.
Proses obstruksi yang terjadi dapat diakibatkan oleh penyumbatan dari dalam saluran empedu
atau dari luar saluran empedu, dalam hal ini ada organ yang mendesak saluran empedu yang
mengakibatkan adanya penyempitan saluran empedu, proses pendesakan dapat berasal dari
pankreas, hepar atau organ abdomen lainnya. Nyeri muncul biasanya setelah os makan
terutama makan makanan yang berlemak, hal ini dikarenakan adanya rangsangan pada
kantung untuk mengeluarkan empedu, dalam hal ini terkait dengan fungsi garam empedu
untuk membantu dalam metabolisme lemak dalam tubuh. Penderita batu kandung empedu
baru memberi keluhan bila batu tersebut bermigrasi menyumbat duktus sistikus atau duktus
koledokus, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari yang tanpa gejala (asimptomatik),
ringan sampai berat karena adanya komplikasi.
Os mengeluhkan badan kuning sejak 3 hari SMRS. Badan kuning dimulai dari mata
os kemudian setelah beberapa hari tangan dan kaki os terlihat kuning, Hal ini terjadi karena
adanya peningkatan bilirubin yang berasal dari proses pemecahan eritrosit. Ikterus dijumpai
pada 20 % kasus, umumnya derajat ringan (bilirubin < 4,0 mg/dl). Apabila kadar bilirubin
tinggi, perlu dipfikirkan adanya batu di saluran empedu ekstra hepatic. Peningkatan bilirubin
direk terjadi karena adanya gangguan dalam transport bilirubin. Secara klinis,
hiperbilirunemia terlihat sebagai pigmentasi pada sklera dan kulit (kulit berwarna
kekuningan/ikterik) jika kadar bilirubin serum melebihi 2-2,5 mg/dl. Gejala ikterus sering
sulit dilihat pada orang yang memiliki kulit berwarna gelap. Gejala ikteus sering muncul
pertama pada mata karena pada sklera kaya akan jaringan elastin yang memiliki afinitas yang
13

tinggi terhadap bilirubin, sehingga ikterus pada sklera biasanya merupakan tanda yang
sensitif untuk menunjukan hiperbilirunemia yang menyeluruh. Gejala ikterus dapat
disebabkan oleh gejala yang berasal dari prehepatik, intrahepatik dan post hepatik. Beberapa
faktor yang mempengaruhi metabolisme bilirubin yaitu adanya gangguan proses produksi
yang berlebihan, uptake dan konjugasi hepar, transportasi dan ekresi. Proses produksi
bilirubin terjadi dalam retikuloendotaleal system (RES) yang berasal dari proses degradasi
hemoglobin. Hemoglobin yang lisis membentuk biliverdin yang dengan bantuan enzim
biliverdin reduktase dirubah menjadi bilirubin indirek. Bilirubin indirek dalam darah
berikatan dengan albumin untuk di metabolisme di hepar (masuk siklus enterohepatik), di
dalam hepar terjadi proses uptake yang akan diikat oleh protein Y dan Z yang terdapat dalam
sel hepar dengan bantuan enzim glukoronil tranferase bilirubin berikatan dengan asam
glukoronat yang pada akhirnya menjadi bilirubin direk yang akan dikeluarkan melalui saluran
empedu ke usus. Jika terjadi gangguan pada proses diatas maka akan menyebkan gangguan
dalam proses metabolisme tubuh.
Berdasarkan pemeriksaan fisik ditemukan adanya nyeri tekan pada hipokondrium
kanan dan Murphy sign (-).

Murphy sign dapat positif karena kandung empedu yang

meradang. Pada perabaan hepar tidak ditemukan sedikit pembesaran hepar, hal ini biasa
ditemukan hepar yang membesar pada kasus batu saluran empedu karena fungsi hepar yang
terganggu akibat aliran balik bilirubin direk ke hepar. Pada kasus ini tidak terdapat tanda trias
charcot yakni demam kadang sampai menggigil, nyeri pada daerah epigastrium dan ikterus,
trias ini muncul akibat adanya peradangan pada kandung empedu atau kolangitis.
Komponen utama dari batu empedu adalah kolesterol, sebagian kecil lainnya
terbentuk dari garam kalsium. Cairan empedu mengandung sejumlah besar kolesterol yang
biasanya tetap berbentuk cairan. Jika cairan empedu menjadi jenuh karena kolesterol, maka
kolesterol bisa menjadi tidak larut dan membentuk endapan di luar empedu. Batu empedu
lebih banyak ditemukan pada wanita dan faktor risikonya usia lanjut, Kegemukan (obesitas),
diet tinggi lemak dan Faktor keturunan.
Batu empedu bisa terbentuk di dalam saluran empedu jika empedu mengalami aliran
balik karena adanya penyempitan saluran atau setelah dilakukan pengangkatan kandung
empedu.Batu empedu di dalam saluran empedu bisa mengakibatkan infeksi hebat saluran
empedu (kolangitis), infeksi pankreas (pankreatitis) atau infeksi hati. Jika saluran empedu
tersumbat, maka bakteri akan tumbuh dan dengan segera menimbulkan infeksi di dalam
14

saluran. Bakteri bisa menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan infeksi di bagian tubuh
lainnya. Sebagian besar batu empedu dalam jangka waktu yang lama tidak menimbulkan
gejala, terutama bila batu menetap di kandung empedu. Kadang-kadang batu yang besar
secara bertahap akan mengikis dinding kandung empedu dan masuk ke usus halus atau usus
besar, dan menyebabkan penyumbatan usus (ileus batu empedu), yang lebih sering terjadi
adalah batu empedu keluar dari kandung empedu dan masuk ke dalam saluran empedu. Dari
saluran empedu, batu empedu bisa masuk ke usus halus atau tetap berada di dalam saluran
empedu tanpa menimbulkan gangguan aliran empedu maupun gejala.

Gambar 1 : Lokasi batu empedu


Terdapat tiga jenis batu kandung empedu : batu kolesterol, batu bilirubin/pigmen (kalsium
bilirubinat) dan batu campuran. Usia tersering penderita batu kandung empedu yakni 45-50
tahun. Lokasi batu empedu paling bayak terdapat pada kandung empedu sedangkan
sepertiganya terdapat pada duktus koledokus.
Pada kasus ini terdapat gangguan proses eksresi bilier bilirubin direk oleh sel
hepatosit yang menyebabkan masuknya kembali pigmen ini ke sirkulasi sistemik sehingga
terjadi hiperbilirubinemia terkonjugasi. Hambatan aliran empedu yang disebabkan oleh
sumbatan mekanik menyebabkan terjadi kolestasis, jika hambatan terjadi pada saluran atau
ductus maka dapat menyebabkan koledokolisis. BAB os berwarna putih dempul dikarenakan
sedikit atau tidak adanya sterkobilin yang berasal dari proses metabolisme bilirubin direk.
Berdasarkan hasil pemeriksaan USG terlihat adanya dilatasi kantung empedu,
pelebaran saluran empedu intrahepatika dan terdapat batu pada ductus choledokus yang
15

multiple. Batu empedu adalah timbunan kristal di dalam kandung empedu atau di dalam
saluran empedu. Batu yang ditemukan di dalam kandung empedu disebut kolelitiasis,
sedangkan batu di dalam saluran empedu disebut koledokolitiasis.

Gambaran2: gambaran USG batu saluran empedu


Karakteristik batu pigmen adalah bianya batu multiple dan meningkat seiring dengan
peningkatan usia serta memiliki kandungan kolesterol kurang dari 25 %.
Biasanya sering ada keluhan demam, hal ini terjadi kemungkinan adanya proses
infeksi pada kantung empedu (kolesistitis) yang ditandai dengan demam yang dapat sampai
menggigil. Terjadinya Kolesistitis akut merupakan komplikasi penyakit batu empedu yang
paling sering dan sering menyebabkan kedruratan abdomen, khususnya diantara wanita usia
pertengahan dan manula. Peradangan akut dari kandung empedu berkaitan dengan obstruksi
duktus sistikus, biasanya timbul dari impaksi batu empedu kedalam duktus sistikus atau
dalam infundibulum. Pada kasus ini anemia terjadi karena perangan kronis yang terjadi pada
kandung empedu. Respon peradangan selanjutnya timbul mencakup distensi, edema,
hipervaskularitas, dan hipertensi vena. Banyak pasien dengan riwayat kolik biliaris episodic.
Nyeri yang berkaitan dengan peradangan akut kandung empedu, awal timbul dan karakternya
sama dengan kolik biliaris, tetapi biasanya menetap lebih dari 4-6 jam. Palpasi abdomen
seringkali mencetuskan nyeri lepas. Tanda Murphy positif, dan dalam 20% kasus dapat
dipalpasi adanya massa. Manifestasi sistemik dari peradangan (leukositosis dan hiperpireksia)
membedakan kolesistitis akut dari kolik biliaris sederhana. Pada kasus ini hasil pemeriksaan
laboratorium darah ditemukan peningkatan SGOT, SGPT, Gamma GT, Bilirubin total+serum
ikterik, bilirubin direk dan bilirubin indirek hal ini biasa terjadi pada koledokolitiasis.

16

Pankreatitis batu empedu terjadi dalam <15% semua pasien dengan batu empedu
simptomatik. Obstruksi sementara dari ampula Vateri oleh batu empedu merupakan faktor
paling umum yang menimbulkan komplikasi ini.
Nyeri akibat penyumbatan saluran tidak dapat dibedakan dengan nyeri akibat
penyumbatan kandung empedu. Penyumbatan menetap pada duktus sistikus menyebabkan
terjadinya peradangan kandung empedu (kolesistitis akut). Batu empedu yang menyumbat
duktus pankreatikus menyebabkan terjadinya peradangan pankreas (pankreatitis), nyeri,
jaundice dan mungkin juga infeksi.
Komplikasi
Komplikasi yang mungkin segera terjadi adalah

Perdarahan

Peradangan pankreas (pankreatitis)

Perforasi atau infeksi saluran empedu. Pada 2-6% penderita, saluran menciut kembali
dan batu empedu muncul lagi.

Pencegahan
Karena komposisi terbesar batu empedu adalah kolesterol, sebaiknya menghindari makanan
berkolesterol tinggi yang pada umumnya berasal dari lemak hewani.
Penatalaksanaan
Jika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan. Nyeri yang hilangtimbul bisa dihindari atau dikurangi dengan menghindari atau mengurangi makanan
berlemak. Jika batu kandung empedu menyebabkan serangan nyeri berulang meskipun telah
dilakukan perubahan pola makan, maka dianjurkan untuk menjalani pengangkatan kandung
empedu (kolesistektomi). Pengangkatan kandung empedu tidak menyebabkan kekurangan zat
gizi dan setelah pembedahan tidak perlu dilakukan pembatasan makanan.
Kolesistektomi laparoskopik mulai diperkenalkan pada tahun 1990 dan sekarang ini sekitar
90% kolesistektomi dilakukan secara laparoskopi. Kandung empedu diangkat melalui selang
yang dimasukkan lewat sayatan kecil di dinding perut. Jenis pembedahan ini memiliki
keuntungan sebagai berikut:

Mengurangi rasa tidak nyaman pasca pembedahan.


17


Teknik

Memperpendek masa perawatan di rumah sakit.


lainnya

untuk

menghilangkan

batu

kandung

empedu

adalah:

1. Pelarutan dengan metil-butil-eter.


2.Pemecahan dengan gelombang suara (litotripsi).
3. Pelarutan dengan terapi asam empedu menahun (asam kenodiol dan asam
ursodeoksikolik).
Batu saluran empedu bisa menyebabkan masalah yang serius, karena itu harus
dikeluarkan baik melalui pembedahan maupun melalui suatu prosedur yang disebut
endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP). Pada ERCP, suatu endoskop
dimasukkan melalui mulut, kerongkongan, lambung dan ke dalam usus halus.
Zat kontras radioopak masuk ke dalam saluran empedu melalui sebuah selang di
dalam sfingter oddi. Pada sfingterotomi, otot sfingter dibuka agak lebar sehingga batu
empedu yang menyumbat saluran akan berpindah ke usus halus. ERCP dan sfingterotomi
telah berhasil dilakukan pada 90% kasus. Kurang dari 4 dari setiap 1.000 penderita yang
meninggal dan 3-7% mengalami komplikasi, sehingga prosedur ini lebih aman dibandingkan
pembedahan perut. ERCP saja biasanya efektif dilakukan pada penderita batu saluran empedu
yang lebih tua, yang kandung empedunya telah diangkat.

18

You might also like