Professional Documents
Culture Documents
b. Pertahankan kulit cukup hidrasi, gunakan krim pada daerah yang kering, dan jangan terusc.
d.
e.
2.
a.
Selanjutnya, kita lihat bagaimana reaksi local yang ditibulkan. Apabila ditemukan kelainan
atau ada perubahan pada kulit, hasil uji ini positif.
Lokasi anatomis, tempat lesi pertama kali timbul, jika perlu digambar.
Gejala dan riwayat penyakit yang berhubungan.
Urutan waktu perkembangan perubahan kulit atau gejala sistemik yang berkaitan.
Perkembangan lesi atau perubahan lesi sejak timbul pertama kali.
Waktu terjadinya lesi, atau kondisi seperti apa yang menyebabkan lesi.
Riwayat pemaparan bahan kimia dan pemakaian obat-obatan.
Efek terpapar sinar matahari.
Riwayat pengobatan atau terpapar zat: obat apa saja yang pernah dikonsumsi atau
pernahkah klien terpapar faktor-faktor yang tidak lazim. Terkena zat-zat kimia atau bahan
iritan lain, memakai sabun mandi baru, minyak wangi atau kosmetik yang baru, terpapar sinar
matahari.
- Riwayat pekerjaan atau aktifitas sehari-hari: bagaimana pola tidur klien, lingkungan kerja
klien untuk mengetahui apakah klien berkontak dengan bahan-bahan iritan, gaya hidup klien
-
(suka begadang, minum-minuman keras, olah raga atau rekreasi, pola kebersihan diri klien).
Riwayat psikososial: Stress yang berkepanjangan
Pemeriksaan Kulit
Peubahan menyeluruh
Kaji ciri kulit secara keseluruhan. Informasi tentang kesehatan umum klien dapat diperoleh
dengan memeriksa turgor, tekstur, dan warna kulit.
Turgor kulit umumnya mencerminkan status dehidrasi. Pada klien yang dehidrasi dan lansia,
kulit terlihat kering. Pada klien lansia, turgor kulit mencerminkan hilangnya elastisitas kulit
dan keadaan kekurangan air ekstrasel.
Tekstur kulit pada perubahan menyeluruh perlu dikaji, karena tekstur kulit dapat berubahubah di bawah pengaruh banyak variabel. Jenis tekstur kulit dapat meliputi kasar, kering atau
halus.
Perubahan warna kulit juga dipengaruhi oleh banyak variabel. Gangguan pada melanin dapat
bersifat menyeluruh atau setempat yang dapat menyebabkan kulit menjadi gelap atau lebih
terang dari pada kulit yang lainnya. Kondisi tanpa pigmentasi terjadi pada kasus albino.
Ikterus adalah warna kulit yang kekuningan yang disebabkan oleh endapan pigmen empedu
didalam kulit, sekunder akibat penyakit hati atau hemolisis sel darah merah. Sianosis adalah
perubahan warna kulit menjadi kebiruan; paling jelas terlihat pada ujung jari dan bibir.
Sianosis ini disebabkan oleh desiturasi hemoglobin.
Pada teknik palpasi, gunakan ujung jari untuk merasakan permukaan kulit dan
kelembapannya. Tekan ringan kulit dengan ujung jari untuk menentukan keadaan teksturnya.
Secara normal, tekstur kulit halus, lembut dan lentur pada anak dan orang dewasa. Kulit
telapak tangan dan kaki lebih tebal, sedangkan kulit pada penis paling tipis. Kaji turgor
dengan mencubit kulit pada punggung tangan atau lengan bawah lalu lepaskan. Perhatikan
seberapa mudah kulit kembali seperti semula. Normalnya, kulit segera kembali ke posisi awal
. pada area pitting tekan kuat area tersebut selama 5 detik dan lepaskan. Catat kedalaman
pitting dalam millimeter, edema +1 sebanding dengan kedalaman 2 mm, edema +2 sebanding
-
Mengenai susunan lesi, tanyakan bagaiman pola lesinya. Lesi kulit dengan distribusi
sepanjang dermatom menunjukan adanya penyakit herpes zoster. Disini, lesi vesikuler timbul
tepat pada daerah distribusi saraf yang terinfeksi. Linearitas merupakan lesi yang terbentuk
garis sepanjang sumbu panjang suatu anggota tubuh yang mungkin mempunyai arti tertentu.
Garukan pasien merupakan penyebab tersering lesi linear. Erupsi karena poison iny, seperti
dermatitis kontak, berbentuk linear karena iritannya disebabkan oleh garukan yang bergerak
naik-turun. Peradangan pembuluh darah atau pembuluh limfe dapat menyebabkan lesi linear
berwarna merah. Sedangkan parasit scabies dapat membuat liang-liang pendek pada lapisan
epidermis, terutama pada kulit di antara jari-jari tangan, kaki, atau daerah lain yang memiliki
lapisan epidermis tipis dan lembap sehingga akan membentuk lesi linear yang khas berupa
garis kebiru-biruan.
Lesi satelit adalah suatu lesi sentral yang sangat besar yang dikelilingi oleh dua atau lebih lesi
serupa tetapi lebih kecil yang menunjukan asal lesi dan penyebarannya, seperti yang dijumpai
pada melanoma malignum atau infeksi jamur. Tapi lesi merupakan cirri penting yang berguna
dalam menegakkan diagnosis. Lesi berbatas tegas adalah lesi yang mempunyai batas yang
jelas, sedangkan lesi terbatas tidak tegas adalah lesi kulit yang menyatu tanpa batas tegas
dengan kulit yang normal.
- Ruam kulit
Untuk mempelajari ilmu penyakit kulit, mutlak diperlukan pengetahuan tentang ruam kulit
atau ilmu yang mempelajari lesi kulit. Ruam kulit dapat berubah pada waktu berlangsungnya
penyakit. Kadang-kadang perubahan ini dapat dipengaruhi oleh keadaan dari luar, misalnya
trauma garkan dan pengobatan yang diberikan., sehingga perubahan tersebut tidak biasa lagi.
Perawat perlu menguasai pengetahuan tentang ruam primer atau ruam sekunder untuk
digunakan sebagai dasar dalam melaksanakan pengkajian serta membuat diagnosis penyakit
kulit secara klinis.
Ruam primer adalah kelainan yang pertama timbul, berbentuk macula, papula, plak, nodula,
vesikula, bula, pustule, irtika, dan tumor.
Ruam sekunder adalah kelainan berbentuk skuama, krusta, fisura, erosion, ekskoriasio, ulkus,
dan parut.
Tabel 1.1 bentuk-bentuk ruam primer
Gambaran
Makula
Keterangan
Macula adalah kelainan kulit yang sama tinggi
dengan permukaan kulit, warna berubah dan
berbatas jelas, contoh : meladonema, petekie.
Papula
Plak
Fugoides
mikosis
terlokalisasi,
neurodermatitis.
Nodula
Vesikula
Bula
Pustule
Urtika
Tumor
keterangan
Skuama adlah jaringan mati dari lapisan
tanduk
yang
menyerupai
terlepas,
sisik.
sebagian
Contoh
kulit
ketombe,
psoriasis.
Krusta
Erosio
Erosion
adalah
kulit
yang
bagian
Ulkus
Parut
3. Terdapat lesi sekunder, misalnya krusta, skuama/sisik, fisura, erosi, atau lkus.
4. Ditemukannya tanda-tanda radang (rubor/kemerahan, dolor/nyeri, kalor/panas, tumor/benjolan
dan fungsieolesa/perubahan bentuk).
5. Dari pemeriksaan penunjang (kultur kulit, biopsy, uji alergi atau pemeriksaan darah)
didapatkan kelainan.
Keluhan :
1.
Mengeluh kulit gatal, nyeri, kemerahan, berminyak, kering, kasar, tidak rata, terkelupas,
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan masalh integument adalah :
1. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan kerusakan jaringan, gangguan
kekebalan tubuh, atau infeksi.
2. Gangguan rasa nyaman yang berhubungan dengan proses peradangan, terbukanya ujungujung saraf kulit, atau tidak adekuatnya pengetahuan tentang pelaksanaan nyeri.
3. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan anatomi kulit atau bentuk
tubuh.
4. Gangguan harga diri yang berhubungan dengan penyakit yang tidak teratasi dengan mudah.
5. Kecemasan yang berhubungan dengan penyakit kronis, perubahan kulit, atau potensial
keganasan.
6. Resiko infeksi yang berhubungan dengan tidak adanya perlindungan kulit.
7. Defesiensi pengetahuan tentang factor penyebab timbulnya lesi, cara pengobatan, dan
perawatan diri.
8. Gangguan istirahat tidur yang berhubungan dengan rasa gatal atau nyeri pada kulit.
9. Isolasi sosial yang berhubungan dengan penolakan dari oranglain karena perubahan bentuk
kulit.
10. Potensial kecacatan sekunder yang berhubungan dengan hilangnya sensasi rasa/anastesi,
kurangnya pengetahuan tentang perawatn diri.
C. Rencana Keperawatan
Tujuan yang harus dicapai pada klien dengan masalah kulit dapat ditentukan berdasarkan
tujuan jangka pendek atau jangka panjang. Tujuan keperawatan secara umum adalah sebagai
berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Bahan aktif, bahan ini umumnya berasal berbagai golongan obat, antara lain golongan
antibiotic, kortikostiroid, analgesi, dan lain-lain.
kulit.
Pengawet, mempertahankan khasiat bahan aktof yang lebih lama.
Dibawah ini akan dijelaskan karekteristik dari beberapa bahan topical.
1.
Salep ialah bahan aktif yang dicampur dengan bahan dasar vaselin atau lanonin. Fungsi
vaselin adalah sebagai bahan dasar pembentuk salepdan mendistribusikan bahan aktif
dipermkaan kulit dan memasukkannya kedalam kulit. Contohnya, salep kemisitin, bahan
aktifnya berasal dari dari golongan antibiotic, yaitu kloramfenikol yang dicampur dengan
bahan dasar vaselin.
2.
Krim ialah bahan aktif yang dicampur dengan bahan dasar emulsi. Contohnya, krim
hidrokortison 2%, bahan aktifnya dari steroid yang dicampur dengan bahan dasar emulsi
(emulgade cream)
3.
Bedak ialah bahan aktif yang dicampur dengan bahan dasar talcum atau talek. Misalnya,
talcum asidum borikum yang biasa dikenal dengan boortalek, bahan aktifnya asidum borikum
yang dicampur dengan bahan dasar dasar talcum. Talcum asidum salisikum adalah bahan
aktif asidum salisikum (asam salisilat) yang dicampur dengan talk sehingga menjadi sediaan
bedak yang lebih dikenal dengan nama salisil. Talcum atau talk itu sendiri merupakan bedak
dengan sifat kimia netral/tidak aktif. Pada saat memberi bedak, keringkan dahulu lesi untuk
menghindari terjadinya kerak, dan jangan memberi bedak pada lesi yang basah dan kotor.
4. Gel ialah bahan dasar yang banyak dipakai untuk dicampur dengan bebagai bahan aktif atau
hanya untuk pelicin. Gel ini mudah diabsorbsi dan cepat kering serta tidak lengket. Harus
digunakan secara hati-hati, karena ada beberapa gel yang menggunakan bahan dasar alcohol
sehingga jika diberikan pada area yang sensitive / abrasi dapat menyebabkan rasa terbakar.
5. Solusio ialah satu sediaan topical dengan bahan dasar air. Jenis obat ini banyak digunakan
untuk kompres basah pada kulit atau mandi, tergantung pada luas dan lokasi kelainan kulit.
Dalam melakukan perawatn kulit, prinsip umum yang perlu diperhatikan meliputi kondisi
kulit, obat topical, dan cara pemberiannya. Disamping itu, pengobatan topical harus dengan
mempertimbangkan stadium, luas, kedalaman, dan lokalisasi penyakit.
Stadium, pada stadium akut jenis lesi eritema, edema, papul, vesikel, erosi, atau ekskoriaio,
dapat digunakan obat cair (solusio) untuk kompres atau mandi, bergantung pada luas dan
lokasinya. Pemberian bahan aktif perlu dperhatikan, makin akut penyakitnya makin ringan
konsentrasi obat yang digunakan.
Pada stadium subakut ketika eritema dan edema sudah berkurang, erosi dan ekskoriasi sudah
menjadi krusta, dapat digunakan bahan dasar/vesikulum berbentuk krim atau pasta. Pada
stadium kronis biasanya kulit menebal (hyperkeratosis) sehingga perlu dibentuk salep atau
gel.
Luas atau distribusi. Luas permukaan tubuh yang terkena perlu pertimbangan dalam
pemilihan obat topical yang akan digunakan. Bila sangat luas, dapat digunakan bedak, bedak
kocok, mandi rendam, atau krim sesuai dengan stadiumnya. Sedangkan pada lokasi yang
terbatas penggunaan jenis obat lebih leluasa kecuali pada daerah tertentu.
Kedalaman lesi. Kedalaman lesi perlu menjadi bahan pertimbangan untuk pemilihan bahan
dasar obat topical. Untuk lesi yang dalam atau tebal, misalnya dermatitis kronis atau
psoriasis, bahan dasar yang sesuai adalah salep karena penetrasinya dalam. Pada lesi yang
inflamasinya dangkal, bahan dasar yang sesuai adalah bedak atau bedak kocok.
Lokasi lesi. Lokasi lesi perlu diperhatikan, terutama di daerah wajah, skrotum, atau bagian
kulit yang tipis, bagian kulit yang tebal (palmo-plantar), atau daerah berambut. Pada daerah
yang kaya vaskularisasi, selain memperhatikan konsentrasi, bahan aktif yang digunakan juga
harus berbahan dasar krim. Sedangkan salep dapat digunakan dengan peryimbangan tertentu.
Demikian pula pada daerah berambut, solusio atau krim lebih mudah diberikan dan
dibersihkan. Untuk daerah yang memeiliki kulit yang tebal sebaliknya digunakan salep agar
obat dapat berpenetrasi lebih baik.
I. GANGGUAN INTEGUMEN AKIBAT INFEKSI VIRUS
A. HARPES ZOSTER
Radang kulit akut dengan sifat khas yaitu terdapat vesikel yang tersusun berkelompok
sepanjang persarafan sensorik sesuai dengan dermatomnya dan biasanya unilateral.
Diperkirakan kurang lebih terdapat 1,3-5 penderita per 1000 orang/tahun. Lebih dari 2/3
penderita berusia >50 tahun dan <10% usia dibawah 20 tahun. Penyebab herpes zoster adalah
virus varisela zoster,virus ini masuk kedalam tubuh melalui lesi pada kulit, mukosa saluran
napas atas, dan orofaring. Virus ini berkembang biak serta menyebar keberbagai organ,
terutama kekulit dan lapisan mukosa, selanjutnya masuk keujung saraf sensoris, dan menuju
ganglion saraf tepi dan kornu posterior. Saat virus masuk pertama kali kedalam tubuh disebut
infeksi primer yang kemudian menimbulkan vesikel. Pertahanan tubuh dan kekebalan tubuh
yang menurun dapat menjadi faktor utama penyebab virus aktif.
Faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya herpes zoster adalah (hal33)
1.
2.
3.
4.
5.
Biodata
Cantumkan semua identitas klien: umur,jenis kelamin
1. Keluhan utama
Alasan yang sering membawa klien penderita herpes datang berobat ke rumah sakit atau
berobat ke rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lain adalah nyeri pada daerah
terdapatnya vesikel berkelompok
2. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien mengeluh sudah beberapa hari demam dan timbul rasa gatal/nyeri pada
dermatom yang terserang,klien juga mengeluh nyeri kepala dan badan terasa lelah.Pada
daerah yang terserang mula-mula timbul papula atau plakat berbentuk urtika,setelah 1-2 hari
timbul gerombolan vesikula.
3. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya keluarga atau teman dekat ada yang menderita penyakit herpes zoster,atau klien
klien pernah kontak dengan penderita varisela atau herpes zoster.
4. Riwayat psikososial
Perlu dikaji bagaimana konsep diri klien terutama tentang gambaran/citra diri dan harga diri
5. Kebutuhan sehari-hari
Dengan adanya rasa nyeri,klien akan mengalami gangguan tidur/istirahat dan juga
aktivitas.Perlu juga dikaji tentang kebersihan diri klien dan cara perawatan diri,apakah alatalat mandi/pakaian bercampur dengan orang lain
6. Pemeriksaan fisik
Pada klien dengan herpes zoster jarang ditemukan gangguan kesadaran keculi jika sudah
terjadi komplikasi infeksi lain.Tingkatan nyeri yang dirasakan oleh klien bersifat individual
sehingga perlu dilakukan pemeriksaan tingkat nyeri dengan skala nyeri.Apabila nyeri terasa
hebat tanda-tanda vital cenderung akan meningkat.pada inspeksi kulit ditemukan adanya
vesikel berkelompok sesuai dengan alur dermatom.vesikel ini berisi cairan jernih yang
kemudian menjadi keruh (berwarna abu-abu),dapat menjadi pustula dan krusta.Kadang
ditemukan vesikel berisi nanah dan darah yang disebut herpes zoster hemoragik.Apabila yang
terserang adalah ganglion kranialis,dapat ditemukan adanya kelainan motorik.Hiperestesi
pada daerah yang terkena memberi gejala yang khas,misalnya kelainan pada wajah karena
gangguan pada nerous trigeminus,nerous fasialis,dan oligus.
7. Pemeriksaan laboratorium
Sitologi (64% zanck smear positif ) adanya sel raksasa yang multilokuler dan sel-sel
okantolitik.
8. Penatalaksanaan
Terapi pada kasus herpes zoster bergantung pada tingkat keparahannya.Terapi sistemik
umumnya bersifat sistomatik,untuk nyerinya diberikan analgesik.Jika disertai infeksi
sekunder diberikan antibiotik asiklovir.Herpes zoster sangat cocok dengan obat asiklovir
yang diminum.Dengan cepat obat akan menghentikan munculnya lepuhan kecil,memperkecil
ukurannya,mengurangi
rasa
gatal,dan
membunuh
virus
yang
ada
pada
cairan
relaksasi,dan lainnya.
Tingkatkan aktivitas distraksi
Jaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan sekitar klien
Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian terapi:
Analgesik untuk pereda/penawar rasa sakit
Larutan kalamin untuk mengurangi rasa gatal
Steroid untuk mengurangi serangan neuralgia
B. HERPES SIMPLEKS
Herpes simpleks adalah penyakit yang mengenai kulit dan mukosa, bersifat kronis dan
residif, disebabkan oleh virus herpes simpleks/herpes virus hominis (FK Unair,1993). Herpes
simpleks disebabkan oleh virus DNA.
Herpes simpleks ada 2 tipe:
1. Herpes simpleks I, mengenai bibir, mulut, hidung,dan pipi. Diperoleh dari kontak dekat
dengan anggota keluarga atau teman yang terinfeksi, melalui ciuman, sentuhan, atau
memakai pakaian/handuk bersama,dan tidak ditularkan melalui hubungan seksual.
2. Herpes simpleks tipe II, menginfeksi daerah genital dan didahului oleh hubungan seksual.
Akan tetapi,sesuai dengan perkembangan pola hubungan seksual, kasus ini dapat timbul
tanpa harus melalui hubungan seksual.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Biodata
Dapat terjadi pada remaja dan dewasa muda.jenis kelamin dapat terjadi pada pria dan
wanita.Pekerjaan berisiko tinggi pada penjaja seks komersil.
2. Keluhan utama
Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ketempat pelayanan kesehatan adalah
nyeri pada lesi yang timbul.
3. Riwayat penyakit sekarang
Kembangkan pola PQRST pada setiap keluhan klien.Pada beberapa kasus,timbul lesi/vesikel
berkelompok pada penderita yang mengalami demam atau penyakit yang disertai peningkatan
suhu tubuh atau pada penderita yang mengalami trauma fisik maupun psikis.Penderita
merasakan nyeri hebat,terutama pada area kulit yang mengalami peradangan berat dan
vesikulasi yang luas.
4. Riwayat penyakit dahulu
Sering diderita kembali oleh klien yang pernah mengalami penyakit herpes simpleks atau
memiliki riwayat penyakit seperti ini.
5. Riwayat penyakit keluarga
Ada anggota keluarga atau teman dekat yang terinfeksi virus ini.
6. Kebutuhan psikososial
Klien dengan penyakit kulit,terutama yang lesinya berada pada bagian muka atau yang dapat
dilihat oleh orang,biasanya mengalami gangguan konsep diri.Hal itu meliputi perubahan citra
tubuh,ideal diri,harga diri,penampilan peran,atau identitas diri.Reaksi yang mungkin timbul
adalah:
a. Menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu bagian tubuh
b. Menarik diri dari kontak sosial
c. Kemampuan untuk mengurus diri berkurang
7. Kebiasaan sehari-hari
Dengan adanya nyeri,kebiasaan sehari-hari klien juga dapat mengalami gangguan,terutama
untuk istirahat/tidur dan aktivitas.Terjadi gangguan buang air besar dan buang air kecil pada
penderita herpes genitalia
8. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum klien bergantung pada luas lokasi timbulnya lesi,dan daya tahan tubuh
klien.Pada kondisi awal/saat proses peradangan dapat terjadi peningkatan suhu tubuh atau
demam dan perubahan tanda-tanda vital.Pada pengkajian kulit ditemukan adanya vesikelvesikel berkelompok yang nyeri,edema disekitar lesi,dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi
sekunder.Perhatikan mukosa mulut,hidung,dan penglihatan klien.Pada pemeriksaan genitalia
pria,daerah yang perlu diperhatikan adalah bagian glans penis,batang penis,uretra,dan
anus.pada
wanita
daerah
mayora,klitoris,intratus
yang
perlu
vaginal,dan
diperhatikan
serviks.Jika
adalah
labia
timbul
minora
lesi
dan
catat
Dx
2:
Gangguan
citra
tubuh/gambaran
diri
berhubungan
dengan
perubahan
dirinya
Hindari mengkritik
Jaga privasi dan lingkungan individu
Berikan informasi yang dapat dipercaya dan diperjelas informasi yang telah diberikan
Tingkatkan interaksi sosial
Dorong klien untuk melakukan aktivitas
Hindari sikap untuk selalu melindungi,tetapi terbatas pada permintaan individu
ditimbulkan
2. Anjurkan klien untuk menghentikan kegiatan hubungan seksual selama sakit dan jika perlu
menggunakan kondom
3. Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan kegiatan seksual dengan satu orang (satu
sama lain saling setia) dan pasangan yang tidak terinfeksi (hubungan seks yang sehat)
4. Lakukan tindakan pencegahan yang sesuai:
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah ke semua klien atau kontak dengan spesimen
b. Gunakan sarung tangan setiap kali melakukan kontak langsung dengan klien
c.
Anjurkan klien dan keluarga untuk memisahkan alat-alat mandi klien,dan tidak
leprae,yang primer menyerang saraf tepi, dan sekunder menyerang kulit, otot saluran
pernapasan bagian atas, mata, dan testis. (RSUD Dr.Soetomo 1994).
Timbulnya penyakit kusta adalah pada seorang tidak mudah sehingga tidak perlu di
takuti.hal ini bergantung pada beberapa factor,antara lain.
a.
b. Cara penularan
c.
Sumber penularan
f.
a.
b.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
a.
b.
c.
9.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Biodata
Keluhan Utama
Riwayat Penyakit sekarang
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat psikososial
Kebiasaan sehari hari
Pemeriksaan fisik
Uji kulit
Uji keringat
Uji lepromin
Pemeriksaan penunjang
1.
2.
3.
4.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
5.
diobati.
4. Beri penyuluhan tentang perawatan penderita kusta sebelum pengobatan, selama pengobatan,
a.
b.
c.
d.
ditimbulkan.
e. Perawatan luka di rumah.
f. Pentingnya gizi/nutrisi.
g. Perubahan gaya hidup/aktivitas.
III.
A. SCABIES
Skabies banyak diderita masyarakat dengan hiegenenyang buruk dan juga lingkungan yang
padat karena disebabkan oleh parasit sejenis kutu. Skabies adalah penyakit kulit yang
disebabkan oleh Sarcoptes scbiei yang menyebabkan iritasi kulit. Parasit ini menggali paritparit di dalam epidermis sehingga menimbulkan gatal-gatal dan merusak kulit penderita
(Soedarto 1992). Skabies adalah penyakit kulit yang mudah menular dan ditimbulkan oleh
investasi kutu Sarcoptes scabiei var homini yang membuat terowongan pada startum
korneum kulit, terutama pada tempat predileksi (Wahidayat, 1998). Skabies adalah penyakit
kulit menular dengan keluhan gatal-gatal terutama pada malam hari.
Cara penularan (transmisi) penyakit ini ada 2 macam, yaitu:
1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan
hubungan seksual.
2. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dsb.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Biodata
2. Keluhan utama, biasanya klien datang dengan keluhan gatal dan ada lesi dikulit.
3. Riwayat penyakit sekarang. Biasanya klien mengeluh gatal terutama pada malam hari dan
timbul lesi berbentuk pustule pada sela-sela jari tangan, telapak tangan, ketiak, aerola
mammae, bokong, atau peru bagian bawah.
4.
Riwayat penyakit terdahulu. Tidak ada penyakit lain yang dapat menimbulkan skabies
kecuali kontak langsung atau tidak langsung dengan penderita.
5. Riwayat penyakit keluarga. Pada penyakit skabies, biasanya ditemukan anggota keluarga
lain, tetangga atau juga teman yang menderita, atau mempunyai keluhan dan gejala yang
sama.
6.
Psikososial. Penderita skabies biasanya merasa malu, jijik, dan cemas dengan adanya lesi
yang berbentuk pastula.
7.
Pola kehidupan sehari-hari. Pada saat anamnesis, perlu ditanyakan secara jelas tentang
pola kebersihan diri klien maupun keluarga.
8. Pemeriksaan fisik. pada saaat inspeksi ditemukan lesi yang khas berbentuk, papula, pustule,
vesikel, urtikaria, dll.
9.
dengan gelas pentup, selanjutnya dilihat di bawah mikroskop. Hasil dianggap positif bila
dianggap positif bila didapatkan sarcoptes scabiei atau telurnya.
10. Terapi. Kolaborasikan dengan tim medis, biasanya jenis obat topical
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Sulfur presipitatum
Emulsi benzyl-benzous
Gama benzene heksa klorida
Krotamiton 10%
Permetrin 5%
Antibiotil jika ditemukan adanya infeksi sekunder
Dx 1: gangguan pola tidur b/d pruritus/ gatal
a.
b.
c.
d.
Intervensi :
Identifikasi faktor-faktor penyebab tidak bisa tidur dan penunjang keberhasilan tidur
Beri penjelasan pada kx dan keluarga penyebab gangguan pola tidur.
Kurangi atau hilangkan distraksi lingkungan
Atur prosedur tindakan medis atau keperawatan untuk member sedikit mungkin gangguan
IV.
(PSORIASIS)
Psioriasis adalah penyakit kulit kronis dengan bentuk lesi-lesi yang khas berupa penebalan
epidermis dengan pergantian epidermis yang cepat. (Harahap, M, 1990). Suatu dermatosis
kronis residif dengan gambaran klinis yang khas, yaitu adanya makula eritematosa yang
berbentuk bulat dan bulat lonjong, diatasnya ada skuama yang tebal, berlapis-lapis dan
berwarna putih transparan seperti mika (Sastrawijaya, 1993).
Etiologi penyakit ini secara pasti belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang diduga
dapat mempengaruhinya, yaitu:
1. Genetic/herediter
Penyakit ini diturunkan melalui suatu gn dominan.
2. Infeksi
Merupakan faktor pencetus dan faktor yang memperberat timbulnya psoriasis. Misalnya,
infeksi kronis tonsillitis, faringitis, dermatokosis, dan TB paru.
3. Faktor cuaca
Biasanya penyakit ini sering kambuh terutama pada musim dingin. Hal ini terjadi karena pada
suhu dingin, proses eksresi atau pengeluaran zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh melalui
kulit tidak berlangsung lancar.
4. Trauma
Adanya gesekan atau tekanan serta trauma pada kulit dapat menyebabkan timbulnya lesi
psoriasis.
5. Faktor psikologis
Sebagian besar (68%) stress dan gangguan emosi yang berlebih dapat memicu kekambuhan
dan eksaserbasi.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
a. Biodata
Cantumkan biodata klien secara lengkap yang mencakup umur, penyakit psioriasis dapat
menyerang semua kelompok umur tetapi umumnya pada orang dewasa, jenis kelamin
insidens pada pria lebih banyak daripada wanita, suku bangsa, lebih banyak diderita orang
kulit putih daripada kulit berwarna.
b. Keluhan utama
Biasanya klien dating ketempat pelayanan kesehatan dengan keluhan timbul lesi bersisik
pada kulit, terasa agak gatal, dan panas.
c. Riwayat penyakit sekarang
Faktor pencetus dapat disebabkan oleh adanya infeksi sehingga tanda-tanda infeksi dapat
ditemukan, apat juga karena faktor psikologis. Biaanya klien sedang mengalami psikologis
yang tidak menyenangkan (stress, sedih, marah, dll). Lesi yang timbul semakin menghebat
pada cuaca dingin, dan rasa gatal semakin terasa tterutama pada daerah predileksi.
d. Riwayat penyakit dahulu
Prosis adalah penyakit kronis residif/hilang timbul, sehingga pada riwayat penyakit dahulu
sebagian besar lklien pernha menderita penyakit yang sama dengan kondisi yang dirasa
sekarang. Riwayat penyakit infeksi juga perlu dikaji (mis, tosilitis, faringitis, atau TB paru).
Pada klien yang menderita infeksi, terutama infeksi kronis, dapat terjadi penurunan daya
tahan tubuh/imunitas.
e. Riwayat penyakit keluarga
Etiologi penyakit psoriasis belum dpat diketahu pasti. Namun diduga faktor genetic/herediter
juga mempengaruhi sehingga perlu dikaji riwayat keluarga yang menderita psoriasis.
f. Riwayat psikososial
penampilan peran.
Beri penjelasan dan penyuluhan tentang konsep diri yang positif.
Dx 2: Kerusakan interaksi sosial yang berhubungan dengan keadaan yang memalukan pada
psoriasis.
Hasil yang diharapkan:
Klien dapat megidentifikasi perilaku yang bermaalah yang menghalangi hubungan sosial.
Klien dapat menunjukan perilaku yang konstruktif dalam hubungan sosial.
Klien dan keluarga dapat menjelaskan strategi untuk meningkatkan sosialisasi yang efektif.
Rencana keperawatan :
Beri dukungan untuk mempertahankan dasar keterampilan sosial dan mengurangi isolasi
sosial.
Ciptakan hubungan yang baik dengan klien:
1. Kaji kemampuan klien dalam mengelola stress kehidupannya.
2. Ajak klien untuk berpikir realitas, berfokus pada kondisi saat ini.
3. Bantu klien mengidentifikasi massalah pencetus stress.
4. Bantu klien untuk mengidentifikasi alternative tindakan.
Beri dukungan untuk melakukan aktivitas kelompok:
Dorong pperilaku sosial baru.
Beri model peran yang pasti dalam perilaku sosial (mis, menjawab salam, teman melawan
tidak ditanggapi).
Bantu perkembangan hubungan di antara anggota melalui pengungkapan diri dan
kesungguhan.
Gunakan pertanyaan dan observasi untuk mendorong klien dengan keterbatasan interaksi.
Dorong anggota untuk memvalidasi persepsi mereka dengan yang lain.
Pantau perkembangan keterampilan sosial klien.
Libatkan keluarga dan anggota masyarakat dalam memahami dan memberikan dukungan
pada klien.
Beri informasi yang nyata tentang penyakit, pengobatan, dan kemajuan pada anggota
keluarga.
katekolamin yang meningkatkan resistensi perifer (Vasokonstriksi) dan frekuensi denyut nadi.
Selanjutnya vasokonstriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung.
Resusitasi cairan yang segera dilakukan memungkinkan dipertahankannya tekanan darah
dalam kisaran normal yang rendah sehingga curah jantung membaik. Meskipun sudah
dilakukan resusitasi cairan yang adekuat, tekanan pengisian jantung-tekanan vena sentral,
tekanan arteri pulmonalis dan tekanan baji arteri pulmonalis-tetap rendah selama periode
syok luka bakar. Jika resusitasi cairan tidak adekuat, akan terjadi syok distributif.
Efek pada Cairan, Elektrolit, dan Volume Darah
Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat terjadi syok luka-bakar.
Di samping itu, kehilangan cairan akibat evaporasi lewat luka bakar dapat mencapai 3 hingga
5L atau lebih selama periode 24 jam sebelum permukaan kulit yang terbakar ditutup.
Selama syok luka-bakar, respons kadar natrium serum terhadap resusitasi cairan bervariasi.
Biasanya hiponatremia (deplesi natrium) terjadi. Hiponatremia juga sering dijumpai dalam
minggu pertama fase akut karena air akan pindah dari ruang interstisial ke dalam ruang
vakuler.
Segera setelah terjadi luka bakar, hiperkalemia (kadar kalium yang tinggi) akan dijumpai
sebagai akibat dari destruksi sel yang massif. Hipokalemia (deplesi kalium) dapat terjadi
kemudian dengan berpindahnya cairan dan tidak memadainya asupan cairan.
Pada saat luka bakar, sebagian sel darah merah dihancurkan dan sebagian lainnya mengalami
kerusakan sehingga terjadi anemia. Kendati terjadi keadaan ini, nilai hematokrit pasien dapat
meninggi akibat kehilangan plasma. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan,
perawatan luka dan pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis serta tindakan hemodialisis
lebih lanjut turut menyebabkan anemia. Transfusi darah diperlukan secara periodik untuk
mempertahankan kadar hemoglobin yang memadai yang diperlukan guna membawa oksigen.
Abnormalitas koagulasi, yang mencakup penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) dan
masa pembekuan serta waktu protrombin yang memanjang juga ditemukan pada luka
Respon Pulmoner
Sepertiga dari pasien-pasien luka bakar akan mengalami masalah pulmoner yang
berhubungan dengan luka bakar. Meskipun tidak terjadi cedera pulmoner, hipoksia (starvasi
oksigen) dapat dijumpai. Pada luka bakar yang berat, konsumsi oksigen oleh jaringan tubuh
pasien akan meningkatkan dua kali lipat sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme dan
respon local (White, 1993).
jelaga,
Sputum yang berdarah,
Pernapasan yang berat atau takipnea (pernapasan yang cepat) dan tanda-tanda penurunan
kadar oksigen (hipoksemia) yang lain,
Eritema dan pembentukan lepuh pada mukosa oral atau faring.
Respons Sistemik Lainnya
Fungsi renal dapat berubah sebagai akibat ari berkurangnya volume darah. Destruksi sel-sel
darah merah pada lokasi cedera akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Jika terjadi
kerusakan otot (misalnya, akibat luka bakar listrik), mioglobin akan dilepaskan dari sel-sel
otot dan diekskresikan oleh ginjal.
Pertahanan imunologik tubuh sangat berubah akibat luka bakar. Semua tingkat respon imun
akan dipengaruhi secara merugikan. Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan
pelepasan faktor-faktor inflamasi yang abnormal, perubahan kadar immunoglobulin serta
komplemen
serum,
gangguan
fungsi
neutrofil,
dan
penurunan
jumlah
limfosit
(limfositopenia). Imunosupresi membuat pasien luka bakar beresiko tinggi untuk mengalami
sepsis.
Hilangnya kulit juga menyebabkan ketidakmampuan tubuh untuk mengatur suhunya. Karena
itu pasien-pasien luka bakar dapat memperlihatkan suhu tubuh yang rendah dalam beberapa
jam pertama pasca-luka bakar, tetapi kemudian setelah keadaan hipermetabolisme menyetel
kembali suhu inti tubuh, pasien luka bakar akan mengalami hipertermia selama sebagian
besar periode pasca-luka bakar kendati tidak terdapat infeksi.
Ada dua komplikasi gastrointestinal yang potensial, yaitu: ileus paralitik (tidak adanya
peristalsis usus) dan ulkus Curling. Berkurangnya peristalsis dan bising usus merupakan
manifestasi ileus paralitik yang terjadi akibat luka bakar. Distensi lambung dan mausea dapat
mengakibatkan vomitus kecuali jika segera dilakukan tindakan dekompresi lambung (dengan
pemasangan sonde lambung).
Respon local dan luas luka bakar
Kedalaman luka bakar
Luka bakar derajat satu (super ficial partial-thickness)
Epidermis mengalami kerusakan atau cedera dan sebagian dermis turut cedera. Luka tersebut
bisa terasa nyeri, tampak merah dan kering seperti luka bakar matahari, atau mengalami
lepuh/bullae.
Luka bakar derajat dua (deep partial-thickness)
Meliputi destruksi epidermis serta lapisan atas dermis dan cedera pada bagian dermis yang
lebih dalam. Luka tersebut terasa nyeri, tampak merah dan mengalami eksudasi cairan.
Pemutihan jaringan yang terbakar diikuti oleh pengisian kembali kapiler; folikel rambut
masih utuh.
Luka bakar derajat tiga (full-thickness)
Meliputi destruksi total epidermis serta dermis, dan pada sebagian kasus, jaringan yang
berada di bawahnya. Warna luka bakar sangat bervariasi mulai dari warna putih hingga
merah, cokelat atau hitam. Daerah yang terbakar tidak terasa nyeri karena serabut-serabut
sarafnya hancur. Luka bakar tersebut tampak seperti bahan kulit. Folikel rambut dan kelenjar
keringat turut hancur.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN.
Hipotermia
yang
berhubungan
dengan
gangguan
stabil
pemanas.
Bekerja dengan cepat kalau
lukanya
3.
terpajan
udara
dingin
2.
Kaji suhu inti tubuh dengan
sering
3.
Pajanan
yang
mengurangi
minimal
kehilangan
yang
frekuen
membantu
mendeteksi
terjadinya
hipotermoa
DIAGNOSA KEPERAWATAN. Nyeri yang berhubungan dengan dan saraf serta dampak
emosional cedera
1.
bedakan
dasar
dengan mengevaluasi
untuk menurun
Tidak
efektivitas
dilaksanakan.
Penyuntikan
analgetik
menurut
program
pernapasan
preparat
intravena
pada
pasien
3. Dukungan emosional sangat
terhadap pemberian analgetik
3. Berikan dukungan emosional penting untuk mengurangi
dan
respon
kekhawatiran pasien.
ada
petunjuk
keadaan hipoksia
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN. Ansietas yang berhubungan dengan rasa takut dan dampak
emosional luka bakar
1.
berhasil
Pasien
dan
keluarga
bakar, keterampilan koping dikuatkan untuk digunakan tentang perawatan luka bakar
dann dinamika keluarga.
pada
krisis
Pengkajian
sekarang. darurat.
Mampu
memungkinkan
menjawab
sekarang
Perningkatan pemahaman
akan
3.
menghilangkan
rasa
pemahaman
penjelasan
yang
kompleks.
4. Nyeri akan meningkatkan
ansietas
5. Tingkat ansietas selama fase
4. Mempertahankan peredaan
darurat dapat melampawi
nyeri
5.
Pertimbangkan pemberian kemampuan koping pasien.
preparat
antiansietas
diprogramkan
jika
yang Pengobatan
dapat
pasien menurunkan
respon
perubahan
pada
pola mencerminkan
respirasi.
respirasi yang memburuk.
batas yang dapat diterima
2. Pantau hasil pemeriksaan
2. Tanda-tanda semacam itu
pO2 >80 mm Hg.
oksimetri denyut nadi, hasil mencerminkan oksigenisasi
menunjukan
respirasi
Foto
ronsen
hasil
toraks
yang
normal
Tidak adanya tanda-tanda
hipoksia pada otak.
yang
yang
dapat
ventilasi
Eskarotomi
perbaikan
Tanda-tanda
itu
dapat
Haluaran
urin
berkisar
urin, tekanan arteri pulmunal, menunjukan syok sirkulasi antara 0,5 ml/kg/jam dan 1,0
tekanan
baji
kapiler dan
intravaskular ml/kg/jam
Tekanan dalam darah normal
polmunalis, curah jantung yang tidak stabil
pasien
(biasanya
atau peningkatan frekuensi
denyut nadi.
2. Kaji edema yang progresif
2.
volume
>90/60mmhg
Frekuensi jantung berada
ketikak terjadi perpindahan ruang intersisial pada syok pada kisaran normal pasien
cairan.
dengan
respon
dokter
terhadap
gambaran fsikologik.
Gagal ginjal akut
1. Pantau haluaran urin, kadar
1. Nilai-nilai ini mencerminkan
Haluaran urin yang memadai
tubulus
mengurangi
renal
dan
kemungkinan
Sindrom kompartemen
Kaji nadi perifer setiap satu
1.
jam
2.
sekali
dengan
ultrasound dofler
menunjukan
karakteristik otot
Kaji kehangatan pengisian
jam
sekali.
yang normal
Lepaskan menset transmeter
3.
setiap kali selesai mengukur
tekanan darah
terjadi
pembengkakan
4. Tinggikan ekstermitas yang
akstermitas
terbakar
4.
Akan
mengurangi
5.
Laporkan dengan segera
pembentukan edema
kepada dokter jika denyut
5. Tanda-tanda dan gejala ini
nadi pasien tidak teraba atau dapat menunujukan perfusi
bila
terjadi
membantu
dalam
6. Eskaratomi akan mengurangi
pelaksanaan eskaratomi
konstriksi yang disebabkan
oleh pembengkakan di bawah
luka bakar yang melingkar
dan
akan
memperbaiki
perfusi jaringan
Usus paralitik
1.
Pertahankan
nasogastrik
selang
1. Tindakn ini akan mengurangi
dengan distensi
lambung
dan
bertahap.
Distensi
abdomenmencerminkan
tindakan dekompresi yang
tidak memadai
Tukak curling
1. Kaji hasil anspirasi lambunr
1.
menunjukan
Ph
yang
atau
menunjukan
tukak
pada
2.
3.
lambung
dan
terjadinya ulserasi
resiko