You are on page 1of 6

TELISIK

SEJARAH DIBALIK NAMA DAN TANGGAL KELAHIRAN


UNIVERSITAS GADJAH MADA
Musliichah
Tidak sia-sia nama Gadjah Mada dipilih untuk nama Universitas kita
(Laporan Tahunan Rektor UGM 19 September 1964)

Nama tidak hanya sekedar deretan


huruf yang membentuk kata. Demikian halnya
dengan nama Universitas Gadjah Mada.
Gadjah Mada mengandung makna dan
harapan. Seperti yang tercatat dalam laporan
tahunan Rektor UGM tahun 1964 bahwa
mengambil

Gadjah

Mada

sebagai

nama

universitas kita bukanlah hal yang sia-sia.


http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/2/25/Gajah_Mada.jpg

Pada tahun 1964 dalam Rapat Senat Terbuka Univeritas Gadjah Mada
diperingati 600 tahun wafatnya Mahapatih Gadjah Mada, Mahapatih
Negara Kesatuan Madjapahit. Dalam rapat senat tersebut disampaikan
gambaran kemungkinan membentuk sebuah negara kesatuan baik negara
asing maupun negara Indonesia. Dasar-dasar ilmiah yang sangat kuat
sekalipun, belum mampu menjamin mudahnya pembangunan negara
kesatuan dalam daerah kepulauan yang demikian luas. Namun kesatuan
politik berupa Kerajaan Majapahit yang meliputi seluruh kepulauan
Indonesia telah terbentuk pada jaman Hayam Wuruk (1350-1389) atas jasa
Mahapatih Gadjah Mada.
Dalam Laporan Rektor UGM September 1964 ditulis sifat dan watak
Mahapatih Gadjah Mada yaitu :

32

1.

Widjaja artinya berlaku bijaksana, penuh hikmah dalam kesabaran


yang genting, sehingga dengan kebijaksanaannya kegentingan hilang
dan muncul ketentraman;

2.

Mantriwira, artinya seorang pembela negara yang selalu berani;

3.

Witjaksaneng Naja, yaitu bijaksana di dalam segala tindakan;

4.

Matanggwan, artinya seorang yang menjadi kepercayaan, tidak


pernah menyelewengkan kepercayaan yang diberikan kepadanya;

5.

Satya Bhakti Aprabhu, artinya bersifat setia dengan hati yang ikhlas
kepada negara dan sri mahkota/ raja;

6.

Wagmi Wag, artinya pandai berargumen dalam mempertahankan


pendapat;

7.

Sardjawopasama,

yaitu

tingkah

laku

yang

memperlihatkan

kerendahan hati bermaksud manis, tulus, dan ikhlas, lurus dan sabar;
8.

Dhirotsaha, artinya selalu bekerja rajin dan sungguh-sungguh serta


dengan keteguhan hati;

9.

Tan Lalana, artinya selalu bersifat gembira dan selalu memperlihatkan


sikap yang bangun tegak (semangat) dan selalu bertindak cepat;

10. Diwyatjitta, maksudnya selalu berhati baik dalam berhubungan


dengan orang lain dan selalu siap mendengarkan pendapat dan saran
dengan hati yang tenang walaupun tidak setuju;
11. Masihi Samastabhuwana, artinya menyayangi seluruh dunia;
12. Sih Samastabhuwana, artinya dasar kesetiaan hati Gadjah Mada
dalam segala hal;
13. Ginon Pratidino, artinya selalu mengerjakan yang baik dan menghapus
kelakuan yang tidak sempurna;
14. Sumantri, artinya menjadi pegawai negara yang baik dan penuh prilaku
yang sempurna; dan
15. Anayaken

Musuh,

artinya

selalu

bertindak

memusnahkan/

menaklukkan musuh.

33

Watak dan kepribadian


Mahapatih Gadjah Mada penuh
keteladanan. Mahapatih Gadjah
Mada adalah seorang prajurit
yang berani dan cakap, seorang
negarawan yang ulet dan pandai,
seorang idealis yang mempunyai
cit-cita yang tinggi, dan seorang
yang saleh kepada agamanya.

Gedung Pusat UGM Tahun 1960-an

Beberapa contoh keteladanan Gadjah Mada juga diuraikan dalam Laporan


Rektor UGM Tahun 1964.
Dalam Rapat Senat Terbuka UGM disampaikan pernyataan dan
harapan sebagai berikut :
Oleh karena itu tidak sia-sia kita memilih nama Gadjah Mada untuk
nama Universitas kita ini. Kalau Mahapatih Gadjah Mada dahulu
mampu menyatukan kepulauan Nusantara ini menjadi suatu
kesatuan kerajaan, maka Universitas Gadjah Mada ini menjadi
tempat menggembleng dan menggodog pemuda-pemuda Indonesia
dari segala penjuru tanah air, dari segala macam suku menjadi satu
bangsa, Bangsa Indonesia. Universitas Gadjah Mada mempunyai citacita yang sama dengan Mahapatih Gadjah Mada, yaitu bercita-cita
luhur menyatukan berbagai daerah dan suku-suku di kepulauan
Indonesia ini menjadi satu nation. (Laporan Tahunan Rektor UGM
Th. 1964 hal. 10).
Hari Jadi UGM
Setiap tanggal 19 Desember UGM memperingati hari lahirnya.
Sejarah kelahiran UGM tidak lepas dari sejarah Bangsa Indonesia. Secara
hukum UGM resmi didirikan pada tanggal 16 Desember 1949 dengan
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1949 tentang Peraturan
tentang Penggabungan Perguruan Tinggi menjadi Universiteit. Peraturan
pemerintah tersebut tertanggal 16 Desember 1949 ditandatangani oleh Ir.
Soekarno. Mengingat UGM merupakan bagian dari perjuangan bangsa

34

Indonesia maka oleh para pendiri UGM disepakati bahwa tanggal 19


Desember 1949 sebagai hari lahir UGM.
Dalam buku Kenangan Seperembad Abad UGM dituliskan bahwa
tanggal 19 Desember 1949 oleh Pemerintah Republik Indonesia didirikan
Universitas Negeri Gadjah Mada Yogyakarta, gabungan atas Fakultasfakultas Sastera, Hukum, dari Yayasan Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada,
dan Sekolah-sekolah Tinggi Negeri, yaitu Fakultas Tehnik, Fakultas
Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi dan Farmasi, Fakultas Pertanian dan
Fakultas Kedokteran Hewan, dan Fakultas Hukum. Dalam hal ini memang
ada pertanyaan, apakah sebabnya tanggal 19 Desember yang mengingatkan
kita kepada hari yang pahit, pedih, dan suram karena penyerbuan Belanda
di Yogyakarta dipakai sebagai hari berdirinya Universitas Gadjah Mada yang
tiap tahun akan diperingati dengan meriah. Dalam ceramah kepada para
mahasiswa Presiden Soekarno menjawab bahwa 19 Desember itu sangat
penting untuk perkembangan Bangsa Indonesia karena tindakan Belanda
yang bermaksud merebut kembali Indonesia, maka Bangsa Indonesia
menjadi bersatu padu dan dapat mengeluarkan kekuatan yang besar
sampai dapat mengalahkan Belanda. Akhirnya Indonesia memperoleh
pengakuan kemerdekaan dari seluruh dunia. Meskipun UGM secara tertulis
resmi didirikan tanggal 16 Desember 1949 dengan keluarnya PP No. 23
Tahun 1949, dipilihnya tanggal 19 Desember merupakan pilihan yang
didasari berbagai pertimbangan untuk kepentingan sejarah Bangsa
Indonesia.
Digambarkan dalam tulisan Prof. Dr. Koesnadi Hardjasoemantri
mengenai hubungan antara kelahiran UGM dengan sejarah perjuangan
Bangsa Indonesia. Diceritakan bagaimana sejarah mencatat bahwa
semangat rakyat Yogyakarta sangat kental perjuangan nasionalnya. Ini
terbukti pada saat Yogyakarta yang secara fisik diduduki Belanda pada
waktu aksi militer kedua, tidak ada satupun pegawai yang sudi bekerja
dengan Belanda membentuk pemerintahan sipil Belanda dan membentuk

35

negara sebagaimana terjadi di daerah-daerah lain. Sebagai hadiahnya


tanggal 19 Desember 1949, satu tahun setelah penyerangan Belanda ke
Yogyakarta pada tanggal 19 Desember 1948 (agresi militer Belanda), UGM
didirikan sebagai perwujudan terima kasih pemerintah pusat kepada Rakyat
Yogyakarta. Godaan kenikmatan sesaat muncul dengan adanya tawaran
pemerintah untuk memboyong UGM ke Jakarta. Bisa dibayangkan saat itu
UGM bekerja mencetak para generasi penerus bangsa dengan segala
keterbatasan. Dengan pindah ke Jakarta tentu segala derita keterbatasan
tersebut dapat diatasi. Akan tetapi, apa yang terjadi ternyata para pimpinan
UGM menolak saran agar UGM sebagai universitas nasional dipindah ke
Jakarta. Adalah Prof. Sardjito sebagai Presiden UGM, Prof. Notonagoro
sebagai Sekretaris Senat, dan Koesnadi Harjdasoemantri sebagai wakil
Dewan Mahasiswa, yang menghadap ke Jakarta dan menyuarakan
keberatan atas saran dipindahkannya UGM ke Jakarta, padahal UGM ini
adalah hadiah Pemerintah kepada Rakyat Yogyakarta. (Koesnadi
Hardjasoemantri, 2006).
Dalam notulen Rapat Senat UGM pada hari Rabu tanggal 27
September 1961 di Bulaksumur yang arsipnya tersimpan di Arsip UGM
tertulis bahwa dalam rapat senat tersebut dibahas beberapa agenda
diantaranya adalah rencana pembangunan monumen untuk rotonde
dengan surjo dan tjondro sengkolo-nya yang berhubungan dengan tahun
berdirinya UGM. Dalam rapat tersebut terjadi pro dan kontra namun
kemudian dicapai kesepakatan sebagai berikut :
a. Tjondro sengkolo :
Maha

Manggala

Gadjah Loko = 1881


8

Hendaknya diganti dengan :


Ngradjani gadjah ulaning djagat;
b.

Lobang2 supaya dibuat sembilan supaya sempurna

c.

Pada lambung stupa (=tak ada angan2 sifat budistis) digambarkan


aktivitas Gadjah Mada.

36

Dalam notulen tersebut juga dituliskan maksud dari monumen tersebut


yaitu melambangkan pemberantasan yang kurang baik oleh Gadjah Mada.
(GADJAH MENGINJAK ULAR).
Dari sejarah nama dan tanggal kelahiran UGM menyiratkan jati diri
UGM. Hal ini terangkum dalam Mukadimah Anggaran Rumah Tangga
Universitas Gadjah Mada (UGM) yang menyatakan bahwa UGM lahir dari
kancah perjuangan revolusi kemerdekaan bangsa Indonesia. Oleh karena
itu, dalam menyelenggarakan kegiatannya, UGM menyatukan diri dengan
kepentingan masyarakat Indonesia pada khususnya dan kemanusiaan pada
umumnya. Pernyataan Mukadimah ini merupakan perwujudan dari citra/
jati diri UGM sebagai universitas perjuangan yang dibangun sejak awal
kelahirannya.
Sumber :
1.
2.
3.

4.
5.

Laporan Tahunan Rektor UGM September 1964


Notulen Rapat Senat UGM 27 September 1961
Hubungan Dosen dan Mahasiswa dalam Menciptakan Kehidupan
Kampus yang Kondusif oleh Koesnadi Hardjasoemantri dalam buku
Menuju Tertib Kehidupan Kampus UGM: 2006
PP No. 23 Tahun 1949.
Buku Kenangan Seperempat Abad UGM, 1974.

37

You might also like