You are on page 1of 3

1.

Obat mulai dari kandungan sampai melahirkan


- Perawatan dalam kandungan : menggunakan salusu yaitu satu butir telur
ayam kampung yang terlebih dahulu di doakan
- Perawatan setelah melahirkan : menggunakan kemiri , jeruk purut dan daun
sirih
- Perawatan bayi : biasanya menggunakan kemiri , biji lada putih dan iris
jorango
- Perawatan dugu dugu : sebuah makanan ciri khas Batak saat melahirkan
yang diresap dari bangun bangun , daging ayam , kemiri dan kelapa.

Mayoritas orang Batak sangat suka makan ikan asin. Terutama yang tinggal di
Bonapasogit, semboyannya adalah : tiada hari tanpa ikan asin. Ikan asin sudah berjasa besar
mengentaskan jutaan orang Batak dari kemiskinan; mencetak sejumlah jenderal, menteri,
pejabat tinggi, pengusaha besar, dan menghasilkan sejuta sarjana. Jika mengikuti acuan
budaya pop, ikon masyarakat Batak modern adalah gulamo ataugambas (ikan asin); terutama
jenis kapala batu atau hase-hase. Namun di balik jasa besarnya itu, ternyata ikan asin
merupakan faktor kedua yang membuat orang Batak rentan terhadap kanker hidung.
Penyakit yang dapat ditimbulkan dari budaya suku batak yang mengkonsumsi ikan asin
adalah Kanker nasofaring ( KNF ). Hal ini disebabkan karena, secara genetis orang Batak
punya keunikan atau kelebihan dibanding etnis lain. Orang Batak memiliki gen HLADRB
108, yang tidak dipunyai oleh orang Jawa, Melayu, Minang dan suku-suku lain. Hanya
orang-orang di Cina Selatan yang punya kesamaan dengan orang Batak dalam perkara genetis
ini. Dan lantaran memiliki gen yang namanya sulit diucapkan itu, orang Batak sangat disukai
oleh Karsinoma Nasofaring. Nama yang terdengar eksotis dan biasa disingkat KNF ini
adalah, ternyata, nama panggung si kanker hidung.
Selain karena gen HLADRB 108, hal yang menyebabkan ikan asin menjadi penyebab
KNF adalah di dalam ikan asin terdapat kandungan yang dapat memicu virus dalam tubuh
sehingga kekebalan tubuh akan menurun. Berdasarkan penelitian, kemungkinan adanya
nitrosamin pada ikan asin karena dalam proses pengeringan dijemur di bawah terik matahari.
Diduga, sinar ultraviolet dari matahari yang membentuk nitrosamin pada ikan asin.
a. Perawatan dalam kandungan
Siraja Batak berpesan :
Jika hendak hubungan suami istri jangan dilakukan pada saat hujan turun agar kelak anak
yang lahir tidak berpenyakit batuk-batuk, embun-embun, dan cawan.
Jika si Ibu sudah mengandung tiga bulan segala yang diinginkan sebaiknya harus diberikan
sebab jika tidak diberikan, kelak si anak yang akan lahir dikemudian hari akan terkendala
dalam mencari hidup.
Sebelum si Ibu melahirkan, orangtua dari si Ibu sebaiknya memberikan makanan adat batak
berupa ikan batak beserta perangkatnya dengan tujuan agar si Ibu sehat-sehat pada waktu
melahirkan dan anak yang akan dilahirkan menjadi anak yang berguna bagi nusa dan bangsa
serta pada sanak saudara.
Jika waktu untuk melahirkan sudah tiba sanak saudara memanggil Sibaso (dukun beranak).
Dukun beranak akan memberikan obat agar si Ibu tidak susah untuk melahirkan yang disebut
SALUSU.
SALUSU adalah:
Satu butir telur ayam kampung yang terlebih dahulu didoakan,selesai didoakan dihembus,

kemudian dipecah lalu diberikan kepada si ibu untuk ditelan. Daun ubi rambat dan daun
bunga raya direbus beserta air dari pancuran disaring lalu di minumkan kepada si Ibu
mengarah ke bawah.
b. Perawatan setelah melahirkan dan anak yang baru lahir
Setelah si Ibu melahirkan, dukun beranak mengambil buah ubi rambat dan sisik bambu, lalu
dukun beranak mematok tali pusat bayi dengan sisik bambu yang tajam dengan beralaskan
buah ubi rambat dengan ukuran 3 jari dari bayi. Kemudian penanaman ari-ari bayi menurut
orang batak biasa ditanam di tanah yang becek (sawah). Ari-ari dimasukkan dalam tandok
kecil yang di anyam dari pandan bersama dengan 1 biji kemiri, 1 buah jeruk purut dan 7
lembar daun sirih. Setelah bayi lahir si dukun memecahkan kemiri dan mengunyahnya
kemudian memberikannya kepada bayi dengan tujuan untuk membersihkan kotoran yang di
bawa bayi dari kandungan sekaligus membersihkan dalam perjalanan pencernaan makanan
yang pertama yang disebut TILAN (kotoran pertama) , Si dukun memberikan kalung yang
berwarna merah, putih, hitam bersama Soit dan hurungan tondi.
SOIT : Sebuah anyaman kalung yang terdapat dari buah sebuah kayu.
HURUNGAN TONDI : Buah kayu yang bernama Kayu Hurungan Tondi, buah kayu yang
bertuliskan tulisan batak. Kalung ini mempunyai kegunaan agar jauh dari seluruh mara
bahaya, tekanan angin, petir dan seluruh setan jahat. Apabila bayi tersebut terus menerus
menangis, maka dia dimandikan dengan bahan yang memotong pusar tadi, yaitu Kulit
bambu, jeruk purut dan ubi rambat.
Pada hari ke tujuh setelah bayi lahir :
- Bayi tersebut dibawa ke Pancur dimandikan dan dalam acara inilah sekaligus pembuatan
nama yang disebut dengan PESTA MARTUTU AEK yang dipimpin oleh Pimpinan Agama
yaitu : ULU PUNGUAN.
c. Perawatan Bayi
Setelah bayi dimandikan biasanya DIPUPUS
PUPUS adalah mengunyah : - 1 lembar daun sirih
- 1 buah kemiri
- 1 biji ladak putih
- 1 iris jarango
Selesai dikunyah di tempelkan ke ubun-ubun bayi dan sebahagian diolesi keseluruh tubuh
bayi dengan tujuan :
Untuk memelihara tubuh bayi agar kuat dan tetap sehat Untuk menjauhkan bayi dari
penyakit-penyakit demam, angin-angin dan sekaligus mengobatinya.
Untuk menjaga agar kelak dia besar tidak menderita penyakit sawan.
d. DUGU-DUGU
Dugu-dugu adalah : sebuah makanan ciri khas batak pada saat melahirkan, yang di resep dari
bangun-bangun, daging ayam, kemiri dan kelapa.
Dugu-dugu bertujuan untuk :
Mengembalikan peredaran urat bagi si Ibu yang baru melahirkan
Membersihkan darah kotor bagi Ibu yang melahirkan
Menambah, menghasilkan air susu Ibu dan sekaligus memberikan kekuatan melalui asi
kepada anaknya.

You might also like