Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
1. TRI YULIANI
(201501091)
2. ARMILA YUSTIKAWATI
(201501096)
3. M. ARDI KURNIAWAN
(201501102)
(201501103)
(201501110)
6. FAISAL ABDULLAH
(201501111)
7. RINA ANDRIYANTI
(201501118)
(201501124)
(201501131)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis mengucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
rahmat dan karunia-Nya penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah yang
berjudul Asuhan Keperawatan Anak Dengan Bronkhitis dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tri Ratna S.Kep,Ns.,M.Kes selaku
dosen mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan 1 Sistem Respirasi yang telah membimbing
penulis dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat selesai dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam menulis makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...............................................................................................................
ii
iii
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
2.2.
A.
Pengkajian .......................................................................................................... 11
1) Epidemiologi ...................................................................................................... 11
13
B.
C.
D.
E.
F.
18
18
18
19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Paru paru merupakan salah satu organ vital bagi kehidupan manusia yang
berfungsi pada sistem pernapasan manusia. Bertugas sebagai tempat pertukaran
oksigen yang dibutuhkan manusia dan mengeluarkan karbondiksida yang merupakan
hasil sisa proses pernapasan yang harus dikeluarkan dari tubuh, sehingga kebutuhan
tubuh akan oksigen terpenuhi. Udara sangat penting bagi manusia, tidak menghirup
oksigen selama beberapa menit dapat menyebabkan kematian. Itulah peranan penting
paru-paru.
Cabang trakea yang berada dalam paru paru dinamakan bronkus, yang terdiri
dari 2 yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Organ yang terletak di bawah tulang
rusuk ini memang mempunyai tugas yang berat, belum lagi semakin tercemarnya
udara yang kita hirup serta berbagai bibit penyakit yang berkeliaran di udara. Ini
semua dapat menimbulkan berbagai penyakit paru-paru.
Salah satunya adalah penyakit yang terletak di bronkus yang dinamakan
bronchitis. Bronkitis (Bronkitis inflamasi-Inflamation bronchi) digambarkan sebagai
inflamasi
dari
pembuluh
bronkus.
Inflamasi
menyebabkan
bengkak
pada
1.2.
Rumusan Masalah
1. Apakah definisi Bronkhitis?
2. Apa sajakah klasifikasi Bronkhitis?
3. Apakah etiologi Bronkhitis?
4. Apa sajakah komplikasi Bronkhitis?
5. Bagaimanakah patofisiologi Bronkhitis?
6. Bagaimanakah pathway Bronkhitis?
7. Apakah manifestasi klinis Bronkhitis?
8. Apa sajakah diagnosa Bronkhitis?
9. Bagaimanakah prognosis Bronkhitis?
10. Bagaimanakah pemeriksaan Bronkhitis?
11. Bagaimanakah penatalaksanaan umum Bronkhitis?
12. Bagaimanakah epidemiologi Bronkhitis?
13. Bagaimanakah riwayat penyakit pasien dengan Bronkhitis?
14. Bagaimanakah pemeriksaan fisik pasien dengan Bronkhitis?
15. Apa sajakah pemeriksaan penunjang pasien dengan Bronkhitis?
16. Bagaimanakah diagnosa keperawatan pasien dengan Bronkhitis?
17. Bagaimanakah intervensi keperawatan pasien dengan Bronkhitis?
18. Bagaimanakah implementasi keperawatan pasien dengan Bronkhitis?
19. Bagaimanakah evaluasi keperawatan pasien dengan Bronkhitis?
1.3.
Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit Bronkhitis.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah Asuhan Keperawatan Anak dengan Bronkhitis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Konsep Dasar
A. Definisi Bronkhitis
1) Menurut Sherwood (2014), Bronkitis adalah suatu penyakit peradangan
saluran napas bawah jangka panjang, umumnya dipicu oleh pajanan berulang
ke asap rokok, polutan udara, atau alergen.
2) Menurut Widagdo (2012), bronkitis ialah inflamasi non spesifik pada bronkus
umumnya (90%) disebabkan oleh virus (adenovirus, influenza, parainfluenza,
RSV (respiratory syncytial virus), rhinovirus, dan harpes simplex virus) dan
10% oleh bakteri, dengan batuk sebagai gejala yang paling menonjol.
B. Klasifikasi Bronkhitis
1) Bronkhitis Akut
Bronkhitis akut pada bayi dan anak biasanya bersama juga dengan trakheitis,
merupakan penyakit infeksi saluran nafas akut (ISNA) bawah yang sering
dijumpai. Penyebab utama penyakit ini adalah virus. Batuk merupakan gejala
yang menonjol dan arena batuk berhubungan dengan ISNA atas. Berarti
bahwa peradangan tersebut meliputi laring, trachea dan bronkus. Gangguan ini
sering juga disebut laringotrakeobronkhitis akut atau croup dan sering
mengenai anak sampai umur 3 tahun dengan gejala suara serak, stridor, dan
nafas berbunyi. Bronkitis akut karena bakteri biasanya dikaitkan dengan
Mycoplasma pneumoniae, Boerdetella pertusis, atau Corynebacterium
diphtheriae.
2) Bronkitis Kronik dan atau Batuk Berulang
Penyakit saluran pernapasan yang ditandai dengan batuk kronis berdahak
selama kurang lebih 3 bulan dalam jangka waktu satu tahun. Kedaan klinis
yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan gejala batuk yang berlangsung
sekurang-kurangnya selama 2 minggu berturut-turut dan atau berulang paling
sedikit 3 kali dalam 3 bulan dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik dan
non respiratorik lainnya (KONIKA, 1981).
C. Etiologi Bronkhitis
1) Bronkhitis Akut
Penyebab utama penyakit Bronkitis Akut adalah adalah virus. Sebagai contoh
Rhinovirus Sincytial Virus (RSV), Infulenza Virus, Para-influenza Virus,
Adenovirus dan Coxsakie Virus. Bronkitis Akut selalu terjadi pada anak yang
menderita Morbilli, Pertusis dan infeksi Mycoplasma Pneumonia. Belum ada
bukti yang meyakinkan bahwa bakteri lain merupakan penyebab primer
Bronkitis Akut pada anak. Di lingkungan sosio-ekonomi yang baik jarang
terdapat infeksi sekunder oleh bakteri. Alergi, cuaca, polusi udara dan infeksi
saluran napas atas dapat memudahkan terjadinya bronkitis akut.
2) Bronkitis Kronik dan atau Batuk Berulang
a. Spesifik
1. Asma
2. Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis).
3. Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi
mycoplasma, hlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.
4. Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.
5. Sindrom aspirasi
Menghirup mekonium yang tercampur dengan cairan ketuban, baik
ketika bayi masih berada di dalam rahim maupun sesaat setelah
dilahirkan. Mekonium adalah tinja janin yang pertama.
6. Penekanan pada saluran napas
7. Benda asing
8. Kelainan jantung bawaan
9. Defisiensi imunologis
10. Alergi
Timbul karena makanan, minuman, udara, cuaca, bulu hewan, dan obat
b. Non-spesifik
1. Asap rokok
2. Polusi udara
Fiber, semen, asap las, dan batubara.
D. Komplikasi
1. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik
2. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi
kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia
3. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi
4. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis
5. Gagal jantung kongestif
6. Pneumonia
E. Patofisiologi Bronkhitis
Bronchitis terjadi karena Respiratory Syncytial Virus (RSV), Virus Influenza,
Virus Para Influenza, Asap Rokok, Polusi Udara yang terhirup selama masa
inkubasi virus kurang lebih 5 sampai 8 hari. Unsur-unsur iritan ini menimbulkan
inflamasi pada precabangan trakeobronkial, yang menyebabkan peningkatan
produksi sekret dan penyempitan atau penyumbatan jalan napas. Seiring
berlanjutnya proses inflamasi perubahan pada sel-sel yang membentuk dinding
traktus respiratorius akan mengakibatkan resistensi jalan napas yang kecil dan
ketidak seimbangan ventilasi-perfusi
F. Pathway Bronkhitis
Alergen
Aktivasi IgE
beberapa penyakit
tubuh (Bakterimia/viremia)
Radang bronkus
Ketidakefektifan
bersihan jalan
napas
Hipertermia
(Infeksi Sekunder)
Malaise
Frekwensi pernapasan meningkat
pola nafas
pernapasan
Gangguan
keseimbangan
Nyeri dibagian
belakang tulang dada
nutrisi
b/d
peningkatan
laju
metabolisme
sekunder
dari
bakterimia/viremia.
3. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang b/d peningkatan
metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder terhadap demam.
4. Intoleransi aktivitas yang b/d kelelahan dan kelemahan fisik umum.
5. Cemas yang b/d kondisi sakit, prognosis penyakit yang berat.
6. Kurangnya pemenuhan informasi yang b/d ketidakjelasan sumber informasi.
I. Prognosis Bronkhitis
Bila tidak ada komplikasi, prognosis umumnya baik. Pada bronkitis akut yang
berulang dan disertai merokok terus-menerus secara teratur cenderung menjadi
bronkitis kronis pada waktu dewasa.
J. Pemeriksaan Bronkhitis
1. Keadaan Umum
Pemeriksaan fisik keadaan umum di mulai dengan pengukuran tanda-tanda
vital meliputi nadi, suhu tubuh, tekanan darah, dan frekuensi pernapasan.
Keadaan umum pada klien dengan gangguan sistem pernapasan dapat
dilakukan selintas pandang dengan menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh,
perlu dinilai secara umum kesadaran klien apakah compos mentis, apatis,
somnolen, sopor, soporokoma, atau koma. Pengukuran skala koma Glasgow
bila kesadaran klien menurun.
Respons Motorik yang Terbaik
Menurut
Terlokalisasi
Menghindar
Fleksi abnormal
Ekstensi
Tidak ada
1
Respons Verbal yang Terbaik
Orientasi
Bingung
Hanya suara
Tidak ada
1
Membuka Mata
Spontan
Terhadap panggilan
Terhadap nyeri
Tidak dapat
2. B1 (Breathing)
Pemeriksaan dengan cara melihat keadaan umum sistem pernapasan dan nilai
adanya tanda-tanda abnormal seperti adanya tanda sianosis, pucat, kelelahan,
sesak napas, sifat batuk, penilaian produksi sputum, dan lainnya. Adanya
retraksi dan pernapasan cuping hidung, warna kulit dan membrane mukosa
pucat dan cyanosis, adanya suara serak, stridor dan batuk. Pada anak yang
menderita bronchitis biasanya disertai dengan demam ringan, secara bertahap
mengalami peningkatan distress pernapasan, dispnea, batuk non produktif
paroksimal, takipnea dengan pernapasan cuping hidung dan retraksi,
emfisema.
a. Gejala
1) Takipnea (barat saat aktivitas)
2) Batuk menetap dengan sputum terutama pagi hari
3) Warna sputum dapat hijau, putih, atau kuning dan dapat banyak sekali
4) Riwayat infeksi saluran nafas berulang
5) Riwayat terpajan polusi(rokok dll)
b. Tanda
1) Lebih memilih posisi fowler/semi fowler untuk bernafas
2) Penggunaan otot bantu nafas
3) Cuping hidung
4) Bunyi nafas krekel(kasar)
5) Perkusi redup(pekak)
6) Kesulitan bicara kalimat(umumnya hanya kata-kata yang terputusputus)
7) Warna kulit pucat,normal atau sianosis
8) Clubing finger(jari tabuh)
3. B2 (Blood)
a. Gejala
b. Tanda
c. Banyak minum.
d. Inhalasi.
e. Nebulizer
f. Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan tenang
perlu diberikan minum susu atau makanan lain.
2. Tindakan Medis
a. Jangan beri obat antihistamin berlebih
b. Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bakterial
c. Dapat diberi efedrin 0,5 1 mg/KgBB tiga kali sehari
d. Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedative
Karena penyebab bronchitis pada umumnya virus maka belum ada obat kausal.
Antibiotik tidak berguna. Obat yang diberikan biasanya untuk penurun
demam, banyak minum terutama sari buah-buahan. Obat penekan batuk tidak
diberikan pada batuk yang banyak lendir, lebih baik diberi banyak minum.
Bila batuk tetap ada dan tidak ada perbaikan setelah 2 minggu maka perlu
dicurigai adanya infeksi bakteri sekunder dan antibiotic boleh diberikan, asal
sudah disingkirkan adanya asma atau pertusis.
2.2.
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1) Epidemiologi
(a) Orang
Hasil penelitian mengenai penyakit bronkitis di India, data yang diperoleh
untuk usia penderita ( = 60 tahun) sekitar 7,5%, untuk yang berusia (= 3040 tahun) sekitar 5,7% dan untuk yang berusia (= 15-20 tahun) sekitar
3,6%. Selain itu penderita bronkitis ini juga cenderung kasusnya lebih
tinggi pada laki-laki dibandingkan pada perempuan, hal ini dipicu dengan
keaktivitasan merokok yang lebih cenderung banyak dilakukan oleh kaum
laki-laki.
(b) Tempat dan Waktu
Penduduk di kota sebagian besar sudah terpajan dengan berbagai zat-zat
polutan di udara, seperti asap pabrik, asap kendaraan bermotor, asap
pembakaran dan asap rokok, hal ini dapat memberikan dampak terhadap
terjadinya bronchitis. Bronkitis lebih sering terjadi di musim dingin pada
daerah yang beriklim tropis ataupun musim hujan pada daerah yang
memiliki dua musim yaitu daerah tropis.
2) Riwayat Penyakit
Keluhan utama pada klien dengan bronkhitis meliputi batuk kering dan
produktif dengan sputum purulen, demam dengan suhu tubuh dapat mencapai
>40oC, dan sesak napas. Riwayat penyakit bervariasi tingkat keparahan dan
lamanya. Bermula dari gejala batuk-batuk saja, hingga penyakit akut dengan
manifestasi klinis yang berat. Tanda lainnya pasien sering mengeluh malaise,
demam, badan terasa lemah, banyak berkeringat, takikardia, dan takipnea.
Sebagai tanda terjadinya iritasi, keluhan yang didapatkan yaitu batuk,
peningkatan produksi sekret, dan rasa sakit dibawah sternum.
3) Pemeriksaan Fisik
(a) Keadaan umum dan Tanda-tanda Vital
Didapatkan adanya peningkatan suhu tubuh lebih dari 40oC, frekuensi
napas meningkat dari frekuensi normal, nadi biasanya meningkat seirama
dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, tekanan darah
tidak ada masalah.
(b) Pemeriksaan B1-B6
1. B1 (Breathing)
Mengalami peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan, biasanya
menggunakan otot bantu pernapasan. Mengalami batuk yang produktif
dengan sputum purulen berwarna kuning kehijauan sampai hitam
kecoklatan karena bercampur darah. Adanya retraksi dan pernapasan
cuping hidung, warna kulit dan membrane mukosa pucat dan cyanosis,
adanya suara serak, stridor dan batuk. Pada anak yang menderita
bronchitis biasanya disertai dengan demam ringan, secara bertahap
mengalami peningkatan distress pernapasan, dispnea, batuk non
produktif paroksimal, takipnea dengan pernapasan cuping hidung dan
retraksi, emfisema.
2. B2 (Blood)
Adanya kelemahan fisik secara umum. Senyut nadi takikardi. Tekanan
darah normal. Bunyi jantung tambahan tidak ada.
3. B3 (Brain)
Tingkat kesadaran compos mentis jika tidak ada komplikasi penyakit
yang serius
4. B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan erat dengan intake
cairan.
5. B5 (Bowel)
Mengalami mual dan muntah, penurunan napsu makan, dan penurunan
berat badan.
6. B6 (Bone)
Kelemahan dan kelelahan fisik, secara umum menyebabkan klien
memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan aktivitas
sehari-hari.
4) Pemeriksaan Penunjang
(a) Pemeriksaan Fungsi Paru
Memperlihatkan penurunan dan kapasitas vital
(b) Analisis Gas Darah
Memperlihatkan penurunan oksigen arteri dan peningkatan karbondioksida
arteri
(c) Pemeriksaan Sinar X
Membuktikan adanya bronkitis kronis dan fibrosis jaringan paru
(d) Tes Fungsi Paru
Untuk menemukan dispnea
(e) EKG latihan
Membantu dalam mengkaji derajat disfungsi paru, mengevaluasi
keefektifan terapi
(f) Laboratorium
Leukosit > 17.500 dan Hb meningkat
(g) Pemeriksaan sputum
Menunjukkan adanya mikroorganisme patogen seperti spesies
Streptococcus)
B. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
C. Intervensi Keperawatan
Dx 1
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7 hari bersihan jalan napas pasien
kembali normal
Kriteria Hasil :
1. Frekuensi pernapasan dalam batas normal (usia 1-5 th 40x/mnt, usia >5 th 1620x/mnt)
2. Irama pernapasn normal
3. Kedalaman pernapasan normal
4. Klien mampu mengeluarkan sputum secara efektif
Intervensi :
1. Auskultasi bunyi nafas
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan
nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.
2. Kaji/pantau frekuensi pernafasan.
Rasional : Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan
selama / adanya proses infeksi akut.
3. Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir
Rasional : Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispoe dan
menurunkan jebakan udara.
4. Observasi karakteristik batuk
Rasional : Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia,
penyakit akut atau kelemahan
5. Tingkatkan masukan cairan sampai 1500-2000 ml/hari
Rasional : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret mempermudah
pengeluaran.
Dx 2
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7 hari pertukaran gas pasien kembali
normal. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat
dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
Kriteria Hasil :
1. Mampu batuk efektif
2. Menunjukkan suara nafas bersih
3. Menunjukkan tidak ada sianosis
4. Tidak terdapat dispnea.
5. Menunjukan jalan nafas yang bersih.
Intervensi :
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan kronisnya
proses penyakit.
2. Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam.
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi
dan
3. Latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispnea dan kerja nafas.
Auskultasi bunyi nafas.
Rasional : Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara atau area
konsolidasi
4. Awasi tanda vital dan irama jantung
Rasional : Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat
menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
5. Awasi GDA
Rasional : PaCO2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun sehingga hipoksia
terjadi derajat lebih besar/kecil.
6. Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA
Rasional : Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.
Dx 3
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7 hari pola pernafasan pasien
kembali normal
Kriteria Hasil :
1. Mampu mempertahankan pola napas
2. Mampu mengeluarkan sekret tanpa bantuan
Intervensi :
1. Ajarkan pasien pernafasan diafragmatik dan pernafasan bibir
Rasional : Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik
ini pasien akan bernafas lebih efisien dan efektif.
2. Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dan periode istirahat
Rasional : memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa distres
berlebihan.
3. Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernafasan jika diharuskan
Rasional : menguatkan dan mengkondisikan otot-otot pernafasan.
D. Implementasi Keperawatan
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat
dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini
dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan,
memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang
dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan
keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan jalan nafas,
mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah
komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi
tentang proses penyakit (Doenges Marilynn E, 2000, Rencana Asuhan
Keperawatan)
E. Evaluasi Keperawatan
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap
perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah
dicapai. Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap
tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya
dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi,
intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap
evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : jalan nafas efektif,
pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukan nutrisi adekuat, infeksi tidak
terjadi, intoleransi aktivitas meningkat, kecemasan berkurang/hilang, klien
memahami kondisi penyakitnya. (Keliat Budi Anna, 1994, Proses Keperawatan).
F. Pendidikan Kesehatan Untuk Pasien Bronkhitis
1. Membatasi aktivitas anak
2. Hindari menghirup asap rokok
3. Melakukan vaksin untuk influenza dan Pneumonia
4. Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada yang
tertutup lehernya
5. Hindari makanan yang merangsang timbulnya batuk atau demam.
6. Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan anak
dengan air hangat
7. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan
8. Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi
9. Melakukan terapi uap hangat untuk membantu menghilangkan sumbatan dan
mengencerkan dahak
10. Jangan mengkonsumsi makanan seperti telur ayam, karena bisa menambah
produksi lendirnya. Begitu juga minuman bersoda bisa jadi pencetus karena
saat diminum maka sodanya akan naik ke hidung dan merangsang daerah
saluran pernapasan.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Bronkitis merupakan penyakit infeksi pada saluran pernapasan yang menyerang
bronkus, yang disebabkan oleh virus dan polutan. Penyakit ini bila tidak segera di
tangani akan menyebabkan komplikasi, seperti sinusitis, bronkhietasis, PPOK, gagal
napas.
3.2.
Saran
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menjadi
referensi bagi para mahasiswa keperawatan maupun pembacanya dalam pembuatan
Asuhan Keperawatan tentang penyakit Bronkitis.
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda, K. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta:
Mediaction Jogja.
Rahajoe, N. N. (2010). Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih bahasa, I Made Kariasa; editor, Monica
Ester, Edisi 3, Jakarta : EGC
Rahmawati, H. K. (2015). Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Pernapasan
Bronkitis. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.