You are on page 1of 15

LAPORAN AWAL

PENETAPAN KADAR ETANOL

NI KETUT RATIH WIJAKSANI KUSUMAWATI


1008505073
KELOMPOK V
GOLONGAN II

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2011
1

I.
1.

TUJUAN
Mahasiswa dapat memahami prinsip destilasi sederhana dalam pemisahan

2.

campuran senyawa.
Mahasiswa mampu menetapkan kadar etanol.

II. DASAR TEORI


2.1. Etanol
Pemerian etanol adalah cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna.
Bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun
pada suhu rendah dan mudah terbakar. Etanol bercampur dengan air dan praktis
bercampur dengan semua pelarut organik (Depkes RI, 1995).
Etanol (CH3CH2OH) termasuk dalam kelompok alkohol yang merupakan
kelompok senyawa kimia yang terdiri dari gugus hidroksil yang terikat pada atom
karbon. Etanol meleleh pada suhu 114,1C dan mendidih pada suhu 78,5C serta
meiliki berat jenis 0,789 g/mL pada suhu 20C (Shakhashiri, 2009).

Gambar 1. Rumus Bangun Etanol


Campuran air dan etanol akan membentuk azeotrop dengan perbandingan
96% volume etanol dan 4% volume air pada tekanan normal dan suhu 315 K.
Komposisi zat azeotropik ini sangat bergantung pada suhu dan tekanan. Ia akan
menghilang pada temperatur di bawah 303 K. Pencampuran etanol dan air bersifat
eksotermik dengan energi sekitar 777 J/mol dibebaskan pada 298 K (Pemberton &
Mash, 1978).
Penetapan kadar etanol kecuali dinyatakan lain, dilakukan dengan cara
penyulingan. Cara untuk cairan yang mengandung etanol kurang dari 30 % v/v
adalah dengan cara memipet 25,0 ml cairan uji ke dalam alat penyuling yang
cocok, catat suhu saat pemipetan. Tambahkan air volume sama, suling hingga
diperoleh sulingan 23 ml. Atur suhu sulingan hingga sama dengan suhu pada
saat pemipetan. Tambahkan air secukupnya hingga volume 25,0 ml cairan uji,
campur. Sulingan harus jernih atau beropalensi lemah. Tetapkan densitas relatif

cairan. Hitung kadar etanol dengan menggunakan daftar bobot jenis dan kadar
etanol (Depkes RI, 1979).
Kadar etanol dapat ditetapkan berdasarkan perolehan bobot jenis destilat
menggunakan Tabel Daftar Bobot Jenis dan Kadar Etanol pada Farmakope. Bobot
jenis didefinisikan sebagai bobot zat dengan bobot air dalam piknometer (Tim
Penyusun, 2011).
Dimana

bobot

Bobot Jenis ( )

W2 W0
W1 W0

jenis
W0 : Bobot piknometer kosong
W0 : Bobot piknometer yang berisi air suling
W0 : Bobot piknometer yang berisi destilat
2.2. Destilasi

Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia


berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (berdasarkan
perbedaan titik didihnya) bahan. Model ideal destilasi didasarkan pada Hukum
Raoult dan Hukum Dalton (Tim Penyusun, 2011).
Jika kedua komponen larutan mudah menguap (memiliki tekanan uap yang
dapat diukur), maka tekanan uap larutan adalah jumlah dari tekanan parsial
masing-masing komponen. Hukum Raoult berlaku untuk kasus ini (Chang, 2005):
PA = XA . P0A
PB = XB . P0B
dengan PA dan PB adalah tekanan parsial larutan untuk komponen A dan B; P0A
dan P0B adalah tekanan uap zat murni; dan XA dan XB adalah fraksi molnya
masing-masing. Tekanan total diberikan oleh hukum Dalton untuk tekanan parsial
(Chang, 2005):
PT = PA + PB
Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap dan uap
ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini termasuk unit operasi
kimia jenis perpindahan massa. Di dalam kondensor akan terjadi proses
perubahan fase uap akan berubah menjadi fase cair yang akan mengalir ke tempat
penampungan destilat. (Kartika, 2009).
Ada beberapa jenis destilasi, diantaranya destilasi sederhana, destilasi
bertingkat atau fraksionasi, destilasi vakum, destilasi kering, dan destilasi
3

azeotrop (Ahuja, 2003). Destilasi sederhana merupakan teknik pemisahan kimia


untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih
yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan destilasi ini untuk
memperoleh senyawa murninya, senyawa-senyawa yang terdapat dalam campuran
akan menguap pada saat mencapai titik didih masing-masing (Kartika, 2009).

Gambar 2. Alat Destilasi Sederhana


Destilator terdiri dari termometer, labu didih, steel head, pemanas,
kondensor, dan labu penampung destilat. Termometer digunakan untuk mengukur
suhu uap zat cair yang didestilasi. Termometer diletakkan tepat di atas refluks
koil, tepat di dekat saluran uap keluar dari kolom menuju kondensor. Labu destilat
berada di ujung kondensor yang berfungsi menampung destilat atau hasil destilasi.
Steel head berfungsi sebagai penyalur uap ke kondensor. Kondensor berfungsi
untuk mendinginkan uap panas dari kolom destilasi sehingga berubah bentuk
menjadi cair kembali. Pemanas berfungsi untuk memanaskan labu destilasi yang
berisi campuran komponen-komponen yang ingin dipisahkan (Kartika, 2009).
III. Alat dan Bahan
3.1. Alat

Satu set alat destilasi lengkap

Labu didih
Termometer
Selang karet
Pipet volume
Gelas ukur
Batu didih
Piknometer
Pipet ukur
4

Erlenmeyer

3.2. Bahan
Sampel yang mengandung etanol
Air suling
IV. PROSEDUR KERJA
Penetapan Kadar Etanol kurang dari 30 % v/v
4.1.
Tidak kurang dari 25 ml cairan uji dimasukkan ke dalam labu alas bundar
dan dicatat volume serta diatur suhu pada 25o.
Ditambahkan 25 ml air suling.

Dipasang alat destilasi.

Dilakukan destilasi sampai diperoleh kurang lebih 23 ml dan volumenya


dicatat.
Diatur suhu destilat hingga 250.

Ditambahkan air secukupnya hingga dicapai volume 25 ml (dengan suhu


250) dan dikocok hingga homogen.

Destilat dipindahkan ke dalam piknometer (sebelumnya piknometer


kosong ditimbang terlebih dahulu).

Ditimbang kembali piknometer yang berisi destilat dan ditetapkan bobot


jenisnya pada suhu 250.

Berdasarkan bobot jenis yang diperoleh, kadar etanol ditetapkan dengan


Tabel Daftar Bobot Jenis dan Kadar Etanol pada Farmakope.
5

4.2.

Penetapan Bobot Jenis


Digunakan piknometer yang bersih dan kering (dibilas dengan alkohol lalu
aseton dan dikeringkan).
Ditimbang bobot piknometer kosong (W0) lalu diisi dengan air suling
dengan suhu 250, bagian luar piknometer dilap kering dan ditimbang (W1).

Penimbangan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali.

Air suling tersebut dibuang, piknometer dikeringkan lalu diisi dengan


destilat pada suhu yang sama (250).

Ditimbang bobotnya (W2).

V.

HASIL

5.1. Hasik Kelompok IV


a. Volume piknometer
b. Bobot piknometer kosong
c. Bobot piknometer yang berisi air suling
d. Bobot piknometer yang berisi destilat
e. Volume destilat yang didapat
Tabel 1. Penimbangan Bahan
No.

Nama Bahan

: 5 ml
: 16,3083 gram
: 20,767 gram
: 20,9510 gram
: 5 ml

Jumlah

1
2
3
4
5
6

Sampel Uji
Air
Piknometer kosong (I)
Air (I)
Piknometer + air (I)
Piknometer kosong (II)
Air (II)
Piknometer + air (II)
Piknometer kosong (III)
Air (III)
Piknometer + air (III)
Cairan Uji
Piknometer + cairan uji:
a. Penimbangan (I)
b. Penimbangan (II)
c. Penimbangan (III)

25 ml
25 ml
16,3095 g
5 ml
20,7335 g
16,2080 g
5 ml
20,8757 g
16,3075 g
5 ml
20,6919 g
5 ml
20,9508 g
20,9512 g
20,9510 g

5.2. Hasil Kelompok VI (Berdasarkan destilat yang diperoleh kelompok V)


a. Volume piknometer
: 5 ml
b. Bobot piknometer kosong
: 15,1565 gr
c. Bobot piknometer yang berisi air suling : 19, 9589 gr
d. Bobot piknometer yang berisi destilat : 19,8122 gr
e. Volume destilat yang didapat
: 4,3 ml
Tabel 2. Penimbangan Bahan
No.

Nama Bahan

Jumlah

Air suling

25 ml

Sampel III

25 ml

Piknometer kosong (W0)

Piknometer+airsuling (W1)

Air suling

Piknometer kosong (sampel)

Destilat

Destilat + air 0,7 mL


Piknometer + destilat

15,1596 gr

II

15,1596 gr

III

15,1540 gr

19,9474 gr

II

20,0049 gr

III

19,9244 gr

5 ml

II

5 ml

III

5 ml
15, 1611 gr
4,3 ml
5 ml

19,8123 gr

II

19, 8122 gr

III

19, 8122 gr

VI. PERHITUNGAN
6.1. Bobot Piknometer Kosong
6.1.1. Bobot Piknometer Kosong Kelompok IV

16,3095 gr 16,3080 gr 16,3075 gr


3
16,3083 gr

6.1.2. Bobot Piknometer Kosong Kelompok VI

15,1596 gr 15,1596 gr 15,1540 gr


3
15,1565 gr

6.2. Bobot Piknometer Berisi Air Suling


6.2.1. Bobot Piknometer Berisi Air Suling Kelompok IV
20,7335 gr 20,8757 gr 20,6919 gr
3
20,7670 gr

6.2.2. Bobot Piknometer Berisi Air Suling Kelompok VI


19,9474 gr 20,0049 gr 19,9244 gr
3
19,9589 gr

6.3. Bobot Piknometer Berisi Destilat


6.3.1. Bobot Piknometer Berisi Cairan Uji Kelompok IV
20,9508 gr 20,9512 gr 20,9510 gr
3
20,9510 gr

6.3.2. Bobot Piknometer Berisi Destilat Kelompok VI


19,8123 gr 19,8122 gr 19,8122 gr
3
19,8122 gr

6.4. Bobot Jenis


6.4.1. Bobot Jenis () Kelompok IV

W2 W0
W1 W0

20,9510 16,3083
20,7670 16,3083
1,041

6.4.2. Bobot Jenis () Kelompok VI

W2 W0
W1 W0

19,8122 15,1565
19,9589 15,1565
0,969

Tabel 3.

Daftar Bobot Jenis dan Kadar Etanol (Depkes RI,1979)


Bobot

Kadar Etanol

Koreksi Bobot Jenis untuk Perbedaan Suhu 10,

Berlaku untuk Suhu antara


% b/b
% v/v
100 & 150 150 & 200 200 & 250 250 & 300
0,9670
22,4
27,4
0,00041
0,00045
0,00048
0,00052
0,9680
21,7
26,5
0,00040
0,00044
0,00048
0,00052
0,9690
21,0
25,7
0,00038
0,00042
0,00046
0,00050
0,9700
20,3
24,8
0,00036
0,00040
0,00044
0,00050
0,9710
19,5
24,0
0,00034
0,00040
0,00042
0,00048
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa untuk destilat dengan bobot
Jenis

jenis 0,969 memiliki kadar etanol 25,7 % v/v. Sedangkan untuk cairan uji, kadar
etanolnya tidak dapat dihitung karena bobot jenisnya lebih dari 1, yakni 1,041.
VII. PEMBAHASAN
9

Pada percobaan kali ini, dilakukan percobaan penetapan kadar etanol yang
bertujuan untuk memahami prinsip destilasi sederhana dalam pemisahan
campuran senyawa dan untuk menetapkan kadar etanol. Destilasi merupakan
suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau
kemudahan menguap bahan yang didasarkan atas perbedaan titik didihnya (Tim
Penyusun, 2011).
Dalam praktikum ini, dilakukan penentuan kadar etanol kurang dari 30% v/v
dengan menggunakan metode destilasi. Jenis destilasi yang digunakan dalam
praktikum ini adalah destilasi sederhana. Air dan metanol memiliki perbedaan
titik didih yang besar, dimana titik didih air adalah 100oC (Alfis, 2011) dan titik
didih etanol adalah 78,5C (Shakhashiri, 2009), sehingga proses pemisahannya
bisa terjadi dengan baik.
Langkah pertama yang dilakukan adalah memasukkan 25 ml etanol ke
dalam labu alas bundar dan diatur suhunya 25o. Pemasukkan etanol ke dalam labu
dilakukan dengan cara memipet menggunakan pipet volume. Hal ini dikarenakan
etanol bersifat mudah menguap (Depkes RI, 1995). Jika etanol yang merupakan
sampel dalam praktikum ini mengalami penguapan, maka kadarnya bisa berubah.
Selain itu suhunya diatur pada 25o bertujuan untuk menyesuaikan suhu yang
digunakan pada praktikum dengan pustaka agar hasil yang diperoleh dapat
dibandingkan dengan pustaka. Selanjutnya dimasukkan 25 ml air suling ke dalam
labu alas bundar tadi.
Sebelum dimasukkan etanol dan air, terlebih dahulu diletakkan batu didih di
dalam labu alas bundar. Batu didih berfungsi untuk meyerap panas berlebih saat
dilakukan pemanasan (Muchtaridi, 2009). Batu didih akan menyerap panas
melalui pori-porinya sehingga dapat mencegah terjadinya letupan (bumping).
Adapun persyaratan batu didih yang digunakan adalah, batu tersebut memiliki
rongga dan tidak kompak sehingga dapat menghantarkan udara.
Setelah penambahan air, alat destilasi dirangkai. Labu bundar diletakkan di
dalam gelas beaker yang telah terisi air. Selanjutnya, gelas beaker diletakkan di
atas penangas air. Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
pemanas, labu alas bundar, termometer, steel head, kondensor, dan labu destilat.
10

Pemanas berfungsi untuk memanaskan labu destilasi yang berisi campuran


komponen-komponen yang ingin dipisahkan, labu alas bundar berfungsi sebagai
penampung sampel, termometer berfungsi untuk mengukur suhu uap zat cair yang
didestilasi, steel head berfungsi sebagai penyalur uap ke kondensor, kondensor
berfungsi untuk mendinginkan uap panas dari kolom destilasi sehingga berubah
bentuk menjadi cair kembali, labu destilat berfungsi menampung destilat atau
hasil destilasi (Kartika, 2009).
Alat destilasi yang digunakan dalam percobaan ini merupakan alat destilasi
yang dimodifikasi dan bukan merupakan alat destilasi yang standar. Hal ini dapat
dilihat dari tempat peletakan termometer. Pada alat destilasi standar, termometer
diletakkan pada labu destilasi sehingga termometer akan mencatat suhu uap di
dalam labu tersebut. Sedangkan pada alat destilasi yang digunakan pada
percobaan ini, termometer diletakkan di dalam gelas beaker sehingga suhu yang
dicatat oleh termometer merupakan suhu air yang ada di dalam gelas beaker,
bukan suhu uap yang ada di dalam labu.
Pada alat destilasi yang digunakan, bagian atas steel head ditutup dengan
menggunakan plastik ikan karena bagian tutupnya longgar sehingga penguapan
bisa dicegah. Pada kondensor juga dilakukan hal yang serupa. Hal ini dilakukan
untuk mencegah terjadinya penguapan.
Setelah alat dirangkai, proses destilasi dimulai dengan menghidupkan
penangas air. Suhu yang digunakan diatur pada suhu yang tinggi untuk
mempercepat proses penguapan. Namun suhu yang digunakan tidak boleh terlalu
tinggi yang nantinya bisa membuat campuran yang ada di dalam labu mendidih.
Apabila hal tersebut terjadi, suhu penangas air perlahan diturunkan agar suhunya
tidak melampaui titik didih etanol. Hal ini dilakukan agar etanol tidak cepat habis
sebelum terkondensasi sehingga etanolnya tidak terlalu cepat menuap. Air juga
akan ikut menguap secara perlahan sehingga destilat bisa bercampur dengan air.
Beberapa saat setelah dilakukan pemanasan, terlihat adanya sedikit destilat
yang tertampung pada penampung destilat kelompok V, padahal suhunya belum
mencapai titik didih etanol. Hal ini disebabkan etanol mudah menguap walaupun
pada suhu rendah (Depkes RI, 1995). Namun hal serupa tidak ditemukan pada
labu destilat kelompok IV dan VI. Hal ini mungkin disebabkan karena
11

perangkaian alat yang kurang baik sehingga proses destilasi tidak dapat berjalan
dengan baik.
Walaupun etanol memiliki sifat yang mudah menguap, proses destilasi
berlangsung sangat lama. Setelah lebih dari 2 jam melakukan proses destilasi,
destilat yang diperoleh sangat sedikit. Bahkan ada yang tidak memperoleh destilat
sama sekali, seperti yang terjadi pada kelompok IV dan kelompok VI. Volume ini
tidak sesuai dengan target yang diharapkan, yakni 23 ml. Target destilat yang
diperoleh diambil kurang lebih 23ml karena campuran etanol dan air merupakan
campuran azeotrop. Adanya interaksi antarmolekul, 95,5% campuran adalah
etanol dan 4,5% campuran adalah air yang mendidih (78,15 oC) di bawah titik
didih etanol murni (78,3oC) sehingga kadar maksimal etanol murni yang diperoleh
adalah 95,5%. Jika lebih dari itu, maka sisa 4,5% dari destilat yang diperoleh
adalah air (Anonim, tt).
Pada saat proses destilasi telihat adanya tetesan yang kembali ke labu
destilasi. Tetesan tersebut merupakan tetesan air. Suhu yang digunakan dalam
pemanasan cukup tinggi sehingga ada sedikit air yang ikut menguap. Namun
semakin ke bagian atas tabung destilasi suhunya semakin rendah, air yang
menguap berubah kembali menjadi fase cair sebelum sampai di kondensor. Etanol
yang menguap dapat masuk ke dalam kondensor dan tidak kembali ke labu
destilasi karena titik didih etanol lebih rendah dari titik didih air.
Hasil destilat yang diperoleh digunakan untuk menetapkan kadar etanol.
Penetapan kadar etanol dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan bobot jenis
dari destilat, bobot jenis tersebut kemudian dicocokkan dengan Daftar Bobot Jenis
dan Kadar Etanol pada Farmakope (Depkes RI, 1979). Bobot jenis suatu zat
adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat dengan bobot air, dalam
piknometer. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi, keduanya ditetapkan pada
suhu 250 (Depkes RI, 1995).
Kadar etanol dapat ditetapkan berdasarkan perolehan bobot jenis destilat
menggunakan Tabel Daftar Bobot Jenis dan Kadar Etanol pada Farmakope. Bobot
jenis didefinisikan sebagai bobot zat dengan bobot air dalam piknometer (Tim
Penyusun, 2011).
Bobot Jenis ( )

W2 W0
W1 W0

12

Dimana : bobot jenis


W0 : Bobot piknometer kosong
W0 : Bobot piknometer yang berisi air suling
W0 : Bobot piknometer yang berisi destilat
Penentuan bobot jenis dilakukan dengan menggunakan piknometer yang
bersih dan kering. Piknometer dicuci dengan mengunakan alkohol bertujuan agar
tidak ada pengotor yang ikut tertimbang sehingga bobot jenisnya tidak
dipengaruhi. Setelah dicuci, piknometer dikeringkan dengan menggunakan hair
dryer untuk mempercepat prose pengeringan. Lalu piknometer kosong ditimbang
bobotnya (W0). Piknometer kosong kemudian ditambahkan 5 ml air suling lalu
bagian luarnya dilap hingga kering dan ditimbang bobotnya (W1) agar tidak ada
kelebihan air yang ditimbang. Penimbangan dilakukan sebanyak 3 kali
pengulangan.
Dalam penetapan kadar etanol digunakan air untuk membagi bobot etanol.
Hal ini dikarenakan air memiliki bobot jenis 1 gr/cm 3 dan di dalam pustaka juga
menyebutkan hal yang serupa sehingga nantinya hasil yang diperoleh bisa
dibandingkan dengan pustaka. Selain itu, jika bukan air yang digunakan, maka
tidak ada pustaka yang memuat tentang tabel daftar bobot jenis dan kadar etanol,
sehingga kadar dari etanol tidak bisa ditentukan.
Air suling yang ada di dalam piknometer dibuang dan dikeringkan.
Kemudian piknometer diisi dengan destilat dan ditimbang bobotnya (W2).
Penimbangan ini juga dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan agar hasil yang
diperoleh lebih akurat.
Pada percobaan kali ini, hanya 1 kelompok yang berhasil memperoleh
destilat, walaupun itu dengan jumlah yang sedikit. Kelompok IV dan kelompok
VI tidak memperoleh destilat, sedangkan kelompok V memperoleh destilat
sebanyak 4,3 ml. Oleh karena itu, dilakukan pula perhitunganterhadap sampel uji.
Dari hasil perhitungan, bobot jenis yang diperoleh pada destilat yaitu 0,969 dan
bobot jenis pada sampel uji yaitu 1,041. Bobot jenis ini kemudian ditetapkan
kadarnya menggunakan Tabel Daftar Bobot Jenis dan Kadar Etanol pada
Farmakope.
Tabel 4. Daftar Bobot Jenis dan Kadar Etanol (Depkes RI,1979)
Bobot
Jenis

Kadar Etanol

Koreksi Bobot Jenis untuk Perbedaan Suhu 10,


Berlaku untuk Suhu antara
13

% b/b
% v/v
100 & 150 150 & 200 200 & 250 250 & 300
0,9670
22,4
27,4
0,00041
0,00045
0,00048
0,00052
0,9680
21,7
26,5
0,00040
0,00044
0,00048
0,00052
0,9690
21,0
25,7
0,00038
0,00042
0,00046
0,00050
0,9700
20,3
24,8
0,00036
0,00040
0,00044
0,00050
0,9710
19,5
24,0
0,00034
0,00040
0,00042
0,00048
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa untuk destilat dengan bobot
jenis 0,969 memiliki kadar etanol 25,7 % v/v. Sedangkan untuk cairan uji, kadar
etanolnya tidak dapat dihitung karena bobot jenisnya lebih dari 1, yakni 1,041.
Hal ini mungkin dikarenakan pada cairan uji terdapat air yang melebihi
perbandingan sehingga memberikan pengaruh terhadap bobot jenisnya.
VIII. KESIMPULAN
8.1. Destilasi merupakan suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap bahan. Destilasi sederhana
digunakan untuk pemisahan senyawa yang memiliki perbedaan titik didih
yang jauh. Perbedaan titik didih air (100oC) dan etanol (78,5oC) cukup jauh,
sehingga destilasi sederhana merupakan metode yang cocok digunakan
8.2.

untuk memisahkan campuran senyawanya.


Kadar etanol pada destilat yakni 25,7% v/v dan pada cairan uji kadar etanol
tidak dapat ditentukan. Penentuan kadar etanol ini diperoleh dengan
menggunakan Tabel Daftar Bobot Jenis dan Kadar Etanol pada Farmakope.

14

DAFTAR PUSTAKA
Ahuja, Satinder. 2003. Chromatography and Separation Science Volume 4. USA:
Academic Press
Alfis. 2009. Suhu Kalor dan Termodinamika. (cited 2011 Nov, 11). Available
from:

http://alifis.files.wordpress.com/2011/09/fisika-dasar-suhu-kalor-

termodinamika.pdf
Anonim. tt. Organic Laboratory Techniques 10. (cited 2011 Nov, 11). Avaliable
from: http://www.chem.ucalgary.ca/courses/351/laboratory/distillation.pdf
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid 2 Edisi Ketiga.
Jakarta: Penerbit Erlangga
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Jilid III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Jilid IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Kartika, Stephanie. 2009. Destilasi Sederhana. Makalah Pemisahan Kimia
Analitik. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Muchtaridi. 2009. Keselamatan Kerja di Laboratorium. (cited 2011 Nov, 11).
Available from: http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/06/
keselamatan_laboratorium.pdf
Pemberton, R. C. and Mash C. J. 1978. Thermodynamic Properties of Aqueous
Non-Electrolyte Mixture II. Vapour Pressure and Excess Gibbs Energies
for Water+Ethanol at 303,15 to 363,15 K Determine by an Accurate Static
Method. J. Chem. Thermodynamics, 1978, 10,867-888
Shakhashiri.

2009.

Ethanol.

(cited

2011

Nov,

5)

Available

from:

http://scifun.chem.wisc.edu/chemweek/pdf/ethanol.pdf.
Tim Penyusun. 2011. Petunjuk Praktikum Metode Pemisahan. Denpasar: Udayana
University Press

15

You might also like