You are on page 1of 32

Muhammad Abduh 1

Islam Liberal dan Rasional


ISLAM LIBERAL DAN RASIONAL
KAJIAN ATAS PEMBAHARUAN PEMIKIRAN
MUHAMMAD ABDUH
Oleh: Basri*
Tujuan
wahyu
pada
dasarnya bersifat relegius,
segala sesuatu yang bisa
dicapai oleh penalaran
merupakan wilayah sains.
Tuhan
memang
mengaturnya
demikian,
dan
iman
harus
menghormati
metode
sains.1
[Muhammad
Abduh}}]
A. Pendahuluan
Sejarahmencatat bahwa dunia Islam mengalami masa
kemunduran setelah bangsa Mongol mengadakan serangan
ke wilayah Barat. Satu demi satu wilayah-wilayah Islam jatuh
ke tanganya. Transxosiana dan Khawarizm dikalahkannya
pada tahun 1219 M, Gazna pada 1221 M, Azerbaijan pada
1224 M dan Saljuk di Asia Kecil pada 1243 M 2. Setiap daerah
yang dilaluinya juga hancur, bangunan-bangunan yang
bernilai sejarah, sekolah-sekolah, gedung-gedung dan masjidmasjid musnah dibakar serta pembunuhan pun terjadi secara
besar-besaran.3
1*Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau.1 Jhon L. Esposito, Ensiklopedi Oxford: Dunia Islam Modren, Jilid I,
(Mizan: Khazanah Ilmu-Ilmu Islam), hlm. 12.

2 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I,


(Jakarta: UI Press, 1985), hlm. 80.
3 Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam:
Melacak akar-akar sejarah, sosial, Politk, dan Budaya Umat Islam,
(Jakata: Rajawali Pers, 2009), hlm. 144.

Muhammad Abduh 2
Islam Liberal dan Rasional
Serangan dilakukan bangsa Mongol tidak hanya sampai
disana, tetapi juga Baghdad4. Kehancuran kota Baghdad
merupakan pukulan yang menentukan bagi peradaban Islam.
Ada dua faktor yang menyebabkan kemunduran dunia Islam
mengalami fase kemunduran, yaitu faktor dari luar
(eksternal) dan faktor yang timbul dari kalangan umat Islam
itu sendiri (internal). Kedua faktor tersebut adalah sebagai
berikut5.
1. Faktor Eksternal
a. Terjadinya Perang Salib.
b. Adanya
serangan
dari
bangsa
Mongol
telah
menghancurkan beberapa negara Islam.
c. Terjadinya bencana alam dari berjangkitnya wabah
penyakit sehingga menyebabkan perekonomian tidak
stabil.
2. Faktor Internal
a. Perpecahan dan tidak adanya kesatuan politik.
b. Rasa puas diri dan kejemudan berfikir.
c. Membudayanya pola hidup mewah dan berfoya-foya
dikalangan penguasa.
Faktor-faktor diataslah yang menyebabkan kemunduran
dunia Islam. Dengan kemunduran peradaban Islam, muncul
para tokoh-tokoh pembaharuan Islam dengan pemikiran
modrennya untuk membangun kembali peradaban Islam
yang dulu maju. Salah satu tokoh pembaharuan itu adalah
Muhammad Abduh.
Dalam sejarah pembaharuan Islam Muhammad Abduh
adalah salah seorang pemimpin yang penting, pemikirannya
meninggalkan pengaruh, tidak hanya di tanah airnya Mesir
dan dunia arab lainnya di Timur Tengah tetapi juga di dunia
Islam lain, termasuk Indonesia Asia Tenggara. Umunya
disebutkan bahwa pembaharuan dalam Islam di Indonesia
timbul atas pengaruhnya, melalui artikel-artikel yang dimuat
Al-Wusqa dan majalah Al-Manar di Cairo, serta pemikirannya
4Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang
sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan juga hancur di
bumi hanguskan pada 1258 M.
5Ibid, Ajid Thohir, hlm. 153.

Muhammad Abduh 3
Islam Liberal dan Rasional
yang terkandung dalam Tafsir Al-Manar dan Risalah Al-Tawhit.
Buku-buku ini memang banyak di pelajari di perguruan tinggi
di Indonesia. Disebut juga bahwa pemikiran-pemikiran K.H
Ahmad Dahlan banyak berasal dari Muhammad Abduh dan
melalui beliau pengaruh pembaharuan Mesir ini masuk ke
dalam tubuh Muhammadiyah.6
Muhammad Abduh juga merupakan salah satu tokoh
ulama besar yang memiliki kualifikasi dan kompetensi dan
keilmuan yang tidak dapat diragukan lagi. Kapasitas keilmuan
yang tidak dapat diragukan lagi. Kapasitas keilmuan yang
beliau miliki dapat dijadikan sandar keulaman beliau di
hadapan masyarakat. Posisi Muhammad Abduh sebagai
teolog, pemikir dan pembaharuan itu merupakan modal awal
yang dijadikan pedoman bahwa beliau dikategorikan ulama
teolog, ulama pemikir, berikut ulama pembaharu.7
Berawal dari ketidakpuasan dan kegelisahanintelektual
Muhammad Abduh terhadap interpretasi Al-Quran yang di
lakukan oleh mufassir sebelumnya, dan suasanan belajar
yang dialami oleh yang cenderung dokterin, telah
menggugah keinginan Muhammad Abduh untuk dialaminya.
Tidak bisa disanggah lagi, bahwa kondisi sosio histories dan
politis dimana seorang mufassir hidup akan mempengaruhi
nalar berfikir dan interpretasinya terhadap Al-Quran.8
B. Biografi Muhammad Abduh
Syaikh Muhammad Abduh adalah Muhammad bin Abduh
bin Hasan Khairullah9. Ia dilahirkan di desa Mahallat Nashr di
Kabupaten Al-Buhairah, Mesir pada 1849 M. Muhammad
Abduh berasal dari keluarga yang tidak tergolong kaya,
bukan pula keturunan bangsawan. Namun demikian ayahnya
dikenal sebagai oarang yang terhormat yang suka memberi
6 Harun Nasution, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional
Mutazillah, (Jakarta: UI-Press, 2006), hlm. 1.
7 Anshori Alfa, El-Qist, Jurnal Ilmiah Fakultas Syariah, (Malang: Fs
UIN Malang, 2007), hlm. 146.
8 http://mahmued123.blogspot.com/2011/03/pemikiranmohammad-abduh-dalam.html

Muhammad Abduh 4
Islam Liberal dan Rasional
pertolongan. Muhammad Abduh berkata saya tadinya
beranggapan bahwa ayahku adalah manusia yang termulia
di kampung saya, lebih jauh, beliau saya anggap manusia
termulia di dunia ini, karena ketika ayahku mengira bahwa
dunia ini tiada lain kecuali kampung Mahallat Nashr. Pada
saat itu para pejabat yang berkunjung ke desa Mahallat
Nashr lebih sering mendatangi dan menginap di rumah kami
daripada di rumah kepala desa, walaupun kepala desa lebih
kaya dan mempunyai banyak rumah serta tanah. Hal ini
menimbulkan kesan yang dalam atas dari saya bahwa
kehormatan dan ketinggian derajat bukan di tentukan oleh
harta atau banyak uang. Saya juga menyadari, sejak kecil,
betapa teguhnya ayah ku dalam pendirian dan tekat serta
keras prilaku terhadap musuh-musuhnya. Semua itulah yang
kutiru dan ku ambil, kecuali kekerasannya.10
Kemampuan
baca-tulis
didapatkannya
di
rumah.
Muhammad Abduh mampu menghafal Al-Quran semenjak
usia remaja. Pada tahun 1279 H/1863 M, orang tuanya
menyerahannya ke Syekh Mujahid, yang masih terhitung
kakak ibunya di Thanta, untuk memperluas bacanya di
masjid Al-Ahmadi.11

9 Hasan Khairullah menikah menikah dengan ibu Muhammad


Abduh pada saat merantau dari desa ke desa dan pada itu
berdomisili di Mahallat Nashr. Menurut sebagian riwayat bahwa
intisabibu Muhammad Abduh berasal dari keturunan bangsa Arab
yang punya silsila langsung mengerucut sampai pada sahabat
Umar bin Khattab. Disamping itu perlu diketahui bahwa pengaruh
terhadap lingkungan dan keluarganya, beliau sangatlah mewarnai
dalam pemikiran dan kehidupan mereka. Meskipun ditengah
kehidupan yang sangat sederhana, ternyata mereka selalu taat
beragama dan cinta terhadap ilmu pengetahuan.
10 Muhammad Abduh, Tafsir Al-Manar (Jakarta: Pustaka Hidayah,
1994), hlm. 11.
11 Muktafi Sahal, Teologi Islam Modren, (Surabaya: Gitamedia
Press), hlm. 15.

Muhammad Abduh 5
Islam Liberal dan Rasional
Sewaktu baru berumur 16 tahun, Abduh pun menikah.
Namun, baru saja 40 hari menikah, ia dipaksa orang tuanya
untuk kembali belajar ke Thanta. Ia pun meninggalkan
kampungnya, tetapi Abduh tidak langsung ke Thanta, Abduh
malahan bersembunyi lagi dirumah pamanya. Disini Abduh
bertemu dengan seseorang yang yang merubah riwayat
hidupnya. Orang tersebut bernama Syekh Darwisy Khadry
yang sekaligus adalah paman dari ayahnya sendiri.12
Pada mulanya Syekh Darwisy tahu bahwa Abduh cukup
enggan untuk belajar, maka ia membujuk pemuda tersebut
untuk
ikut
membaca
bersama-sama
dengannya. 13
Keengganan Abduh dalam belajar rupanya selalu di barengi
dengan bimbingan yang penuh kesabaran dari Syekh Darwisy
tersebut, hal ini sebagaimana yang diceritakan oleh
Muhammad Abduh sendiri, ia pada waktu itu sangat benci
melihat buku, dan buku yang diberikan Syekh Darwisy
kepadanya untuk dibaca ia lemparkan jauh-jauh. Buku itu
dipungut Syekh Darwisy kembali dan diberikan kepadanya
dan akhirnya Abduh membaca juga beberapa baris. Setiap
habis satu kalimat, Syekh Darwisy memberikan penjelasan
luas tentang arti dan maksud yang dikandung dalam kalimat
itu. Setelah beberapa hari membaca buku bersama-sama
dengan cara yang diberikan oleh Syekh Darwisy itu,
Muhammad Abduh pun berubah drastis sikapnya terhadap
buku dan ilmu pengetahuan. Ia sekarang mulai mengerti dan
mengetahui lebih banyak. Setelah belajar di Thanta, pada
tahun 1866 ia meneruskan ke perguruan tinggi Al-Azhar di
Cairo, disinilah ia bertemu dan berkenalan dengan Sayyid
Jamaluddin al-Afghani.14
12 Muhammad Abduh,Tafsir Al-Manar, op.cit, hlm. 13.
13Syekh Darwisy Khadry adalah seorang pengikut tarekat asSyadziliah. Muhammad Abduh akhirnya menimba ilmu, terutama
yang berkaitan dengan tasawuf, untuk beberapa bulan.
14 Jamaluddin Al-Afghani adalah guru Muhammad Abduh. Menurut
Muhammad Abduh Al-Afghani adalah orang yang telah membukakan
dunia Islam dihadapannya, beserta problema yang dihadapinya dizaman
Modern. Jamaluddin Al-Afghani bahkan telah mendorong dan
mengarahkan Abduh untuk membuatsebuah penerbitan yang menjadi

Muhammad Abduh 6
Islam Liberal dan Rasional
Pada tahun 1877 M. Muhammad Abduh berhasil
menyelesaikan studinya di Al-Azhar selesai dengan hasil yang
sangat baik dan ia mendapatkan gelar alim. Kemudian
diangkat menjadi dosen Al-Azhar, disamping itu ia mengajar
di Universitas Darul Ulum (kini Universitas Kairo) 15 dan
perguruan bahasa Khedevi.Karena hubungannya dengan
Jamaluddin Al-Afghani dituduh
mengadakan gerakan
menantang Khadewi Taufik, maka Muhammad Abduh yang
juga dipandang turut campur dalam persoalan ini dibuang
keluar kota Cairo, tetapi setahun kemudian, di tahun 1880M.
Ia dibolehkan kembali ke ibukota dan kemudian diangkat
menjadi redaktur surat kabar resmi pemerintah Mesir yang
bernama Al-Waqail Mishriyah, lembaran negara yang telah
terbit pada masa Muhammad Ali dengan Al-Tahtawi sebagai
pemimpin redaksi yang pertama.16
Abduh merupakan murid Afghani yang paling penting
diantara beberapa orang Mesir yang menjadi muridnya.
media dakwah bagi kedua orang tersebut. Dari sinilah lahirnya majalah
Al-Urwah at-Wutsqa. Jamaluddin Al-Afghani salah satu tokoh Islam yang
mencoba membangkitkan kembali umat Islam dalam berbagai
sisi.Kepada Jamaluddin AL-Afghani, Muhammad Abduh belajar filsafat, ilu
kalam, ilmu pasti dan ilmu pengetahuan lain yang juga diperoleh di AlAzhar. Pengajaran Jamaluddin Al-Afghani dengan metode diskusi sangat
menarik minat Abduh. Sedangkan guru yang lain, Syekh Darwisy, dengan
tekun mengajarinya ilmu dan mengarahkannya pada kehidupan sufi.
Lihat, Herry Mohammad, Dkk, Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh Abad
20, (Jakarta: Gema Insani, 2006), hlm.227-228.

15 Setelah tamat dari Al-Azhar dengan gelar Alim. Ia mulai


mengajar pertama di Al-Azhar kemudian Darul Ulum dan juga
rumahnya sendiri. Diantara buku-buku yang diajarinya adalah
buku aqidah akhlak karangan Ibn Maskawaih, Muqaddimah Ibn
Khaldun dan sejarah Kebudayaan Eropa karangan Guizot, yang
diterjemahkan Al-Tahtawi kedalam bahasa Arabdi tahun 1857,lihat,
Harun Nasution, pembaharuan dalam sejarah Islam, hlm. 52.
16 Albert Hourani, Pengantar Luthfi Assyaukanie, Pemikiran Liberal
di Dunia Arab, (Diterbitkan atas kerja sama: freedom institute,
Royal Danish Embassy, Mizan), hlm. 215.

Muhammad Abduh 7
Islam Liberal dan Rasional
Abduh dipengaruhi, antara lain, oleh ajaran Afghani ketika di
Mesir, yaitu tentang filsafat Islam rasionalis dan juga karena
Afghani menggunakan argumen yang berbeda untuk kaum
elit dan kaum kebanyakkan. Sangat mungkin juga, bahwa
Abduh memilih teologi rasionalis Mutazilah karena pengaruh
Afghani. Teologi ini menekankan pada hal-hal , seperti
keadilan dan kepercayaan bahwa Tuhan wajib bertindak adil.
Sedangkan teologi yang dominan dikalangan Sunni percaya
bahwa Tuhan, karena Mahakuasa, dapat berbuat apa saja
yang dikehendaki-Nya, dan bahwa apa saja yang dilakukanNya adalah adil. Selain itu Mutazilah percaya pada kehendak
bebas. Hal seperti inilah yang menjadi sikap kaum modernis
seperti Abduh.17
Disamping mengajar dan menjadi pemimpin redaksi, atas
pengaruh gurunya, Abduh aktif dalam kegiatan dalam
kegiatan politik untuk menentang kebijakan pemerintah
setempat. Hal ini membuatnya untuk menerima hukum
tahanan kota di Mahallat Nashr, kampung halamannya
sendiri. Atas usaha perdana menteri Riad Pasya, setahun
kemudian ia diizinkan untuk kembali ke Kairo. Seterusnya dia
menjadi anggota dewan redaksi dan menduduki jabatan
sebagai pemimpin redaksi lembaran negara tersebut di
atas.18
Atas undangan Jamaluddin Al-Afghani, dia pergi ke Prancis
untuk bergabung dengan menerbitkan majalah Al-urwat alWutsqa. Setelah 18 bulan, ia kembali ke Beirut dan mengajar
sekolah Sulthaniyah. Disitulah ia menulis Risalah Tauhid dan
menerjemahkan Al-Radd Ala Al-Daheriyyin, buku tulisan
Jamaluddin Al-Afghani yang semula berbahasa Persia. Disini
pula kedua kalinya ia menikah, setelah istri pertamanya
meninggal.19
17 Richard C Martin, Marx Woodward, Dwi S Atmaja, Post
Mutazilah, Geneologi Konflik Rasionalisme dan Tradisionalisme
Islam, (Yogyakarta, IRCISOD, 2002), hlm. 242.
18 Muhammad Abduh, Tafsir Al-Manar, Loc.cit, hlm. 14.
19 Muktafi Sahal, Ahmad Amir Aziz, Teologi Islam Modren,
(Surabaya: GitaMedia Press), hlm. 17.

Muhammad Abduh 8
Islam Liberal dan Rasional
Atas izin dari Khadewi Taufik dia kembali lagi ke Mesir,
namun tidak di izinkan mengajar di Al-Azhar. Sebagai
gantinya, dia diangkat sebagai hakim pada pengadilan negeri
yang kelak akan mengantarkannya menjadi penasehat
mahkamah tinggi. Sebagai penasehat mahkamah tinggi inilah
ia berusaha mengadakan perbaikkan-perbaikkan di Al-Azhar
yang semenjak lama menjadi idamannya di Kairo. Ia ingin
membawailmu-ilmu modern yang sedang berkembang di
Eropa. Usahanya ini mendapat tantangan dari ulama yang
berada di Al-Azhar, karena menurut mereka, pengetahuan
modern tersebut bertentangan dengan Islam.20
Dalam pada itu, dia diangkat menjadi Mufti Mesir, suatu
jabatan resmi penting di Mesir dalam menafsirkan hukum
syariat untuk seluruh Mesir. Fatwa atau ketentuan hukum
yang ditetapkannya mempunyai sifat mengikat. Fatwa yang
dikeluarkannya bukan hanya untuk kepentingan rakyat Mesir
semata, tetapi juga untuk kepentingan masyarakat luas pada
umumnya. Dan pada tahun itu juga (1899 M), dia juga
diangkat menjadi anggota Majelis Syura, dewan legislatif
Mesir, yang waktu itu masuh muda usianya. Sebagai orang
yang tidak asing lagi dalam politik, dia turut aktif dalam
kegiatan dewan legislatif itu. Pada mulanya tidak terdapat
kerja sama antara Majelis Syura dan pemerintah. Atas usaha
Muhammad Abduh, akhirnya kedua lembaga tersebut dapat
melihat bahwa tujuan keduanya adalah sama yaitu demi
kepentingan rakyat. Pemerintah pun mengirim rencanarencana untuk di bahasdi dalam Majelis. Dan jabatannya
sebagai anggota legislatif tersebut dipegangnya sampai dia
wafat pada hari selasa, tanggal 11 Juli 1905 21, di rumah sakit
di Romel, Alexandria. Jenazahnya diangkut dengan kereta api
istimewa ke Kairo untuk disemayamkan atas perintah dan
biaya pemerinyahan Mesir.22
20 Ibid.
21 Muktafi Sahal, Ahmad Amir Aziz, Teologi Islam Modern, hlm. 18.
22 H.M. Laily Mansur, Pemikiran Kalam dalam Islam, (Jakarta:
Pustaka Firdaus, 2004), hlm. 96

Muhammad Abduh 9
Islam Liberal dan Rasional
Demikianlah pemaparan riwayat hidup muhammad
Abduh, seorang ulama berasal dari keluarga sederahan, sang
reforme yang genial, seorang diplomat, mufti, seorang
jurnalis, mufassir dan tokoh yang disegani.
Diantara beberapa karya Muhammad Abduh yang dapat
penulis kemukakan disini antara lain:23
1. Al-Waridat, karya pertama yang ditulis ketika masih
menjadi mahasiswa Al-Azhar, berisi Ilmu Tauhid dari
sudut pandang tasawuf dan dijiwai pokok pikiran AlAfghani.
2. Wahdatu Wujud.
3. Syarah Nahj al-Balaghah, karya sastra yang berisi ilmu
Tauhid dan kebesaran Islam.
4. Falsafah al-Ijtimai wal al-Tarikh, ditulis ketika Abduh
memberi kuliah di Darul al-Ulum, berisi tentang filsafat
sejarah dan perkembangan masyarakat.
5. Syarh Bashairin Nashiriyah, tentang ilmu Mantiq yang
telah dikuliahkan di Al-Azhar dan diakui sebagai kitab
terbaik di bidangnya.
6. Risalah al-Tauhid, telah diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia
dan
beredar
luas
ditengah-tengah
masyarakat.
7. Al-Islam wa al-Nashraniyah Maal Ilmi wa al-Madaniyah,
tangkisan terhadap serangan Menteri Luar Negeri
Prancis, Hanoyoux.
8. Tafsir Surah Al-Ashr.
9. Tafsir Juz Amma.
10.
Tafsir Muhammad Abduh, tafsir ini disusun oleh
Rasyid Ridla dari kuliah yang diberikan di Al-Azhar dan
baru sampai juz ke 10 Abduh wafat. Penafsiran
kemudian di lanjutkan oleh Rasyid ridla hingga juz ke
12, pada mulanya tafsir Muhammad Abduh tersebut
dimuat berturut-turut dalam penerbitan Majalah AlManar, kemudian dibukukan dan diberi nama Tafsir AlManar.
11.
Hasyiyah ala Syarh ad-Dawwani li al-Alqaid al
Adudiyah.
12.
Syarh Maqamat Badi al-Zaman al-Hamazani.
13.
Taqrir fi Ishlah al-Malaki al-Syariyyah.
23 Abd. Khalig, Pemikiran Hukum Muhammad Abduh, hlm. 3.

Muhammad Abduh 10
Islam Liberal dan Rasional
14.

Durus min al-Quran al-Karim.

C. Ide-Ide Pembaharuan Muhammad Abduh


Tentang ide-ide pembaharuannya, para sarjana berbeda
dalam mengklasifikasikannya. Ide-ide tersebut oleh H.A.R
Gibb, dirangkum kedalam 4 kegiatan utama. Pertama,
pembersihan Islam dari bidah dan kurafat. Kedua,
pembaharuan pendidikan Al-Azhar. Ketiga, perumusan
kembali ajaran Islam sejati dengan pemikiran modern.
Keempat, pembelaan Islam terhadap pengaruh-pengaruh
Eropa dan serangan-serangan Kristen. Semua kegiatan
tersebut, menurut H.A.R. Gibb, mempunyai keterkaitan yang
jelas.24
Harun Nasution mengungkapkan adanya enam ide
pembaharuan yang dikedepankan oleh Muhammad Abduh.
Pertama, pembongkaran kejumudan tradisi pemikiran yang
pada gilirannya menyeru kepadaide kedua, yaitu ijtihad
sebagai penghapus adanya taqlid yang membuta. Upaya
untuk melaksanakan ijtihad tersebut memerlukan adanya ide
ketiga, yaitu kekuatan akal pada gilirannya melahirkan ide
keempat, yaitu ilmu pengetahuan modern yang dalam
operasionalnya
tidak
bertentangan
dengan
agama,
karenanya,
kelima,
pendidikan
perlu
diperbaikinya.
Sedangkan ide yang terakhir adalah pemikirannya tentang
politik.25
Ada dua persoalan pokok yang menjadi fokus pemikiran
Muhammad Abduh, sebagaimana diakuinya sendiri. Kedua
persoalan tersebut adalah:26
1. Membebaskan akal pikiran dari belenggu-belenggu
taqlid yang menghambat perkembangan pengetahuan
agama sebagaimanahalnya Salaf Al-Ummah (ulama
24 H.A.R Gibb, Modrern Trends In Islam, Terjemahan Mahrun
Husain, Aliran-aliran Modern dalam Islam, (Jakarta: Rajawali Press,
1993), hlm. 58.
25 Lihat Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah
Pemikiran dan Gerakan, hlm. 68.
26Muhammad Abduh, Tafsir Al-Manar, hlm. 19.

Muhammad Abduh 11
Islam Liberal dan Rasional
sebelum abad ketiga Hijriah), sebelum timbulnya
perpecahan, yakni memahami langsung dari sumber
pokoknya, yakni Al-Quran.
2. Memperbaiki gaya bahasa Arab, baik yang digunakan
dalam percakapan resmi di kantor-kantor pemerintah,
maupun dalam tulisan-tulisan di media massa,
penerjemahan atau korespondensi.
Agar lebih jelas, berikut akan diuraikan ide-ide
pembaharuan yang di kedepankan Muhammad Abduh seperti
yang dipaparkan oleh Harun Nasution diatas.27
1. Membongkar Kejumudan
Jumud
mengandung
arti
kestatisan,
tiadanya
perubahan
dan
pembekuan.
Umat
Islam
harus
dihindarkan dari kebekuan tersebut, dan mau menerima
perubahan serta bisa mengkritis tradisi yang ada.
Muhammad Abduh sangat menetang taqlid yang
dipandang sebagai faktor yang melemahkan jiwa kaum
muslimin. Pandangan Muhammad Abduh tentang
perlunya upaya pembongkaran kejumudan yang telah
sedemikian lama mengalami pergerakan tersebut akan
melahirkan ide tentang perlunya melaksanakan kegiatan
ijtihad.28
Sikap ini sebagai di terangkan Abduh dalam Al-Islam
Din Al-Ilm wa Al-Madaniyah dibawa kedalam Islam oleh
orang-orang bukan Arab yang kemudian dapat merampas
puncak kekuasaan politik di dunia Islam. Dengan
masuknya mereka ke dalam Islam adat istiadat dan
paham-paham
animistis
mereka
turut
pula
mempengaruhi umat Islam yang mereka perintah.
Disamping itu mereka bukan pula berasal dari bangsa
yang mementingkan pemakaian akal seperti yang
dianjurkan dalam Islam. Mereka berasal dari bangsa jahil
yang tidak kenal pada ilmu pengetahuan.29

27 Ibid.
28 Mukhtafi Sahal, Ahmad Amir Aziz, Teologi Islam Modern, hlm.
19.

Muhammad Abduh 12
Islam Liberal dan Rasional
Mereka memusuhi ilmu pengetahuan karena ilmu
pengetahuan akan membuka mata rakyat dan akan
menjadi pintar. Rakyat perlu ditinggalkan dalam
kebodohan agar mudah diperintah. Untuk itu mereka
bawa kedalam Islam ajaran-ajaran yang akan membuat
rakyat berada dalam keadaan statis, seperti pujaan yang
berlebih-lebihan pada Syekh dan Wali, kepatuhan
membuta para ulama, taqlid kepada ulama-ulama
terdahulu, dan tawakkal serta penyerahan bulat dalam
segala-galanya kepada qada dan qadar. Dengan demikian
membekulah akal dan berhentilah pemikiran dalam Islam.
Lama-kelamaan
paham
jumud
meluas
kedalam
masyarakat diseluruh dunia Islam. Ini merupakan bidah
dan Muhammad Abduh, seperti Muhammad Abd alWahabi dan jamaluddin Al-Afghani, berpendapat bahwa
masuknya berbagai macam-macam bidah kedalam
Islamlah yang membuat orang Islam lupa akan ajaranajarab Islam yang sebenarnya. Bidah-bidah itulah yang
mewujudkan masyarakat Islam yang sebenarnya. Untuk
menolong umat Islam, paham asing lagi salah itu harus
dikeluarkan dari tubuh Islam sebagai terdapat di zaman
salaf, yaitu di zaman sahabat dan ulama-ulama besar.30
Penyesuain itu, menurut Abduh dapat dijalankan.
Paham Ibn Taimiyah bahwa ajara-ajaran Islam terbagi
dalam dua kategori, ibadah dan muamalah diambil dan
ditonjolkan Abduh. Ia memilih bahwa ajaran-ajaran yang
terdapat dalam Al-Quran dan hadits mengenai ibadah
bersifat tegas, jelas dan terperinci. Sebaliknya ajaranajaran menegenai hidup kemasyarakatan (muamalah)
umatnya merupakan dasar-dasar dan prinsip-prinsip
umumyang tidak terperinci. Abduh berpendapat bahwa
semua itu dapat disesuaikan dengan tuntutan zaman.31
29Abdul Sani, Perkembangan Modern dalam Islam, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 55.
30 Ibid, hlm. 55-56.
31Ibid, hlm. 56.

Muhammad Abduh 13
Islam Liberal dan Rasional
Dengan sendirinya taqlid kepada ulama lama tidak
perlu dipertahankan bahkan mesti diperangi karena taqlid
inilah yang membuat Islam berada dalam kemuduran dan
tidak akan maju. Dalam bukunya tersebut diatas,
Muhammad Abduh dengan keras mengkritik ulama-ulama
yang menimbulkanm paham taqlid. Sikap ulama ini, kata
Muhammad Abduh , membuat Islam berhenti berfikir dan
akal berkarat. Taqlid ini menghambat perkembangan
bahasa Arab, perkembangan susunan masyarakat Islam,
syariat, sistem pendidikan dan sebagainya. Sikap umat
Islam yang berpegang teguh pada pendapat ulama klasik,
dipandang Muhammad Abduh berlainan betul dengan
sikap umat Islam terdahulu. Al-Quran dan hadits, katanya
melarang umat Islam bersifat taqlid32. Menurutnya
kemunduran umat Islam merupakan akibat faham Jumud
(beku, statis, dan tidak ada perubahan). Oleh sebab itu
Muhammad Abduh banyak mengeluarkan pemikiran
hukum sebagai hasil ijtihadnya.33
Pengamatan
historis
tentang
timbulnya
dan
tenggelamnya rasionalisme dalam Islam ini penting
karena wataknya yang agak priori dan merupakan
metode utama yang dicapai, kemudian dalam lingkungan
kaum moderis. Sekalipun pondasi faktual yang dijadikan
dasar pengamatannya itu bisa dipertanyakan, namun
menurut Muhammad Abduh, mulai menerapkannya
prinsip-prinsip fundamental kepercayaan Islam. Jadi,
intisari Islam menurunya, adalah percaya pada keEsaan
Tuhan seperti di tetapkan oleh akal dan didukung oleh AlQuran. Menerima begitu saja (taqlid) ketentuan atau
dogma adalah tidak sesuai dengan ajaran Al-Quran yang
tegas, yang telah memerintahkan agar kita merenungkan
keajaiban ciptaan dan memperingatkan orang yang
beriman agar tidak menerima secara kritis kepercayaan
kepada para pendahulu mereka.34

32 Ibid, hlm. 57.


33 Nurcholish Madjid, Khazanah Intelektual Islam, (Jakarta:Bulan
Bintang, 1984), hlm. 4.

Muhammad Abduh 14
Islam Liberal dan Rasional
Pandangan Abduh tentang perlunya pembingkaran
kejumudan yang sedemikian lama mengalami pergerakan
tersebut akan melahirkan ide tentang perlunya
melaksanakan ijtihad, karena ijtihad merupakan ruh dari
hukum Islam. Tanpa ijtihad, hukum Islam tidak memiliki
daya menghadapi kehidupan masyarakat yang selalu
berkembang, hukum Islam yang ditetapkan pada zaman
klasik menurut Muhammad Abduh, tidak sesuai lagi yang
ditetapkan pada masa sekarang, karena suasana umat
Islam telah jauh berubah. Oleh karena itu, hukum-hukum
fiqh tersebut perlu disesuaikan dengan keadaan modern
sekarang. Untuk menyesuaikan hukum islam itu dengan
situasi modern perlu diadakan interpretasi baru, dan
untuk ini pintu ijtihad perlu di galakkan. Ijtihad dilakukan
langsung kepada Al-Quran dan hadits sebagai sumber
asli hukum Islam. Pendapat ulama tidak mengikat, bahkan
ijma mereka dalam bidang hukum tidak bersifat masum
(terpelihara dari kesalahan).35
2. Perlunya Ijtihad
Sejak akhir abad ke 4 H, umat Islam meyakini bahwa
pintu ijtihad sudah tertutp. Kenyataan ini berlangsung
dalam waktu yang cukup lama, hingga masa Muhammad
Abduh, muhammad Abduh yang memang mnyadari
bahwa masyarakat dari masa ke masa mengalami
perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan
pintu ijtihad tidak bisa di tutup, selama-lamanya pintu
ijtihad harus di buka.36
Lapangan ijtihad adalah bidang muamalah yang ayatayat dan hadits-hadits bersifat umum dan jumlahnya
sangat sedikit. Hukum-hukum kemasyarakatan inilah
yangbharis disesuaikan dengan zaman. Soal ibadah, yang
merupakan hubungan manusia dengan sang Pencipta,
34 Majid Fakhry, Sejarah Filsafat Islam, Kecenderungankecenderungan Modern dan Kontemporer, (PustakaJaya, hlm. 460.
35 Nucholis Madjid, Khazanah Intelektual Islam, hlm. 4.
36Mukhtafi Sahal, Teologi Islam Modern, hlm. 19.

Muhammad Abduh 15
Islam Liberal dan Rasional
bukan manusia dengan manusia, tidak diinginkan
perubahan. Oleh karena itu ibadah bukan merupakan
lapangan ijtihad.
Jadi, pemikiran utama Muhammad Abduh adalah
ijtihad dan pembaharuan sebagai ruh ajaran Isla>m
universal
untuk
menjawab
persoalan
dinamika
masyarakat. Apabila akal tidak tidak di fungsikan sebagai
tuntunan Islam, maka yang akan terjadi adalah jumud.
Kenyataan menunjuk pada masa hidup Abduh
masyarakat Islam mengalami kemunduran seakan-akan
telah merasa cukup dengan mengikuti mazhab ulama
terdahulu. Taqlid dan fanatisme mazhab memberikan
andil cukup besar dalam mengkondisikan umat saat itu.
Keadaan sosial politik agar bersatu dicermati oleh Abduh
untuk di berikan koreksi gerakan-gerakannya. Abduh
memberikan gambaran ijtihad yang ia lakukan tidak
terikat kepada ulama terdahulu, walaupun tidak
selamanya harus berbeda.37
3. Penggunaan Akal Pikiran
Penggunaan ijtihad di akui atau tidak, tentu saja
memerlukan kekuatan akal pikiran. Menurut Abduh,
dalam Islam ada ajaran untuk menjunjung tinggi akal.
Dalam Al-Quran banyak terdapat ayat yang mengunggah
akal. Tidak hanya penghargaan atas akal yang di
hidupkannya tetapi juga perhatian-perhatian terhadap
kajian-kajian
filsafat
digalakkannya.
Maka
tidak
mengherankan manakala pemikiran filosofis mulai muncul
kembali ke permukaan, setelah dalam waktu yang relatif
lama hilang dari daratan pemikiran umat Islam.38
Menurut Abduh ada masalah keagamaan yang tidak
dapat diyakini kecuali melalui pembuktian logika,
sebagaimana diakuinya pula bahwa ada ajaran-ajaran
agama yang sukar di pahami dengan akal namun tidak
bertentangan dengan akal, Muhammad Abduh tetap

37 Nucholis Madjid, Khazanah Intelektual Islam, hlm. 4


38 Mukhtafi Sahal, Teologi Islam Modern, hlm. 20.

Muhammad Abduh 16
Islam Liberal dan Rasional
mengakui keterbatasan akal dan kebutuhan manusia atas
bimbingan nabi (wahyu).39
Didalam menjelaskan hubungan akal dan wahyu,
Muhammad Abduh sama pendapatnya dengan Ibnu Rusyd
dan pendapat Ibnu Taimiyah. Sebagaimana pendapat
mereka bahwa wahyu mesti sesuai dengan akal manusia,
wahyu menjadi sumber petunjuk dan akal manusia juga
sumber petunjuk, wahyu dalam risalah Tuhan menjadi
salah satu tanda kekuasaan Tuhan dan akal juga menjadi
salah satu tanda kekuasaanya dalam wujud ini.40
Muhammad Abduh juga mengatakan bahwa orang
harus menyerahkan dirinya tanpa syarat Al-Qura>n dan
As-Sunnah
Al-Mutawatir.
Seseorang
hanya
boleh
menerima hadits-hadits ahad yang didengarnya dan yang
di yakini keshahihannya, jika tidak, maka ia boleh
menolaknya. Keimanan seseorang tidak akan diserang
hanya karena dia menolak hadits-hadits ahad yang
pernah didengarnya atau yang tidak dapat di buktikan
keshahihannya, meskipun pada abad pertengahan haditshadits ahad, seperti itu dinyatakan shahih. Orang yang
meragukan sesuatu yang di ketahuinya telah di ucapkan
Nabi, berarti ia menuduh Nabi telahtidak ikhlas dan
dusta.41
4. Ilmu Pengetahuan Modern
Ilmu-ilmu modern yang datang dari Barat, menurut
Muhammad Abduh, tidaklah bidah yang selama ini
diyakini oleh umat Islam. Ilmu pengetahuan tersebut
didasar pada sunnatullah dan tidak bertentangan dengan
Islam, karena juga berasal dari Allah. 42
Selanjutnya Muhammad Abduh menandaskan bahwa
Islam bila dipahami dengan benar maka akan dapat
39 Laily Mansur, Pemikiran Kalam dalam Islam, hlm. 100.
40Laily Mansur, Pemikiran Kalam dalam Islam, hlm. 101.
41Aji Damanuri, Dialogika, Keshahihan Hadits Menurut
Muhammad Abduh, (Jurusan Ushuluddin STAN Ponorogo, 1 Januari
2005), hlm. 7.

Muhammad Abduh 17
Islam Liberal dan Rasional
menerima bahasa ilmiah. Bahkan Islam terlebih dahulu
memiliki
toleransi
untuk
dapat
menerima
ilmu
pengetahuan daripada Nasrani. Selain itu Islam di anggap
penyebab tegaknya semangat ilmiah di Eropa pada abad
ke 16 M.43
5. Perbaikan Pendidikan Modern di Al-Azhar
Ide pembaharuan pendidikan Al-Azhar yang diinginkan
Muhammad Abduh barang kali muncul karena kondisi
minim yang dilihatnya pada saat belajar di Al-Azhar, dia
tidak menemukan ilmu-ilmu fardhu kifayah, sehingga
untuk mendapatkannya dia harus mencari ilmu-ilmu
tersebut di luar Al-Azhar44. Lawatannya ke Eropa selama
beberapa waktu dan kejumudan yang dirasakannya di
Masjid Al-Ahmady, Thanta waktu belajar, nampaknya juga
berperan dalam memunculkan ide pembaharuannya di AlAzhar sama halnya membenahi kondisi umat Islam secara
keseluruhan. Karena para mahasiswanya beasal dari
seluruh penjuru dunia.45
Langkah-langkah yang diambil dalam membenahi AlAzhar paling berkisar pada beberapa hal. Pertama,
pembatasan kurikulum. Kedua, ujian tahunan dengan
memberikan beasiswa bagi mahasiswa yang lulus. Ketiga,
penyeleksian buku-buku yang baik dan bermanfaat.
Keempat, tempo mata kuliah yang primer lebih panjang
daripada yang skunder. Kelima, penambahan mata kuliah-

42 Harun Nasution, Pembaharuan, Seajarah Pemikiran dan


Gerakan, hlm. 68.
43 Mukhtafi Sahal, Ahmad Amir Aziz, Teologi Islam Modern, hlm.
21.
44Husain Ahmad Amin, Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya), hlm. 301.
45 Harun Nasution, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional
Mutazilah, hlm. 12-13.

Muhammad Abduh 18
Islam Liberal dan Rasional
mata kuliah yang terkait dengan ilmu pengetahuan
modern.46
Langkah-langkah yang ditempuhnya dalam bidang
administrasi adalah penentuan gaji yang layak bagi ulama
Al-Azhar dan staf pengajaryang ada. Sarana-prasarana
yang sebelumnya tidak ada pun diprioritaskan.47
Sebagaimana telah diungkapkan oleh Muhammad
Abduh bahwa metodenya dalam perbaikan adalah jalan
tengah. Dalam hal ini beliau membagi umat Islam kepada
dua bagian, yaitu:
a) Mereka yang condong kepada ilmu-ilmu agama dan apa
yang berhubungan dengan itu semua. Mereka itu bisa
disebut al-Muqallid.
b) Mereka yang condong pada ilmu-ilmu dunia. Yang silau
dan kagum akan Barat serta berbagai disiplin ilmu yang
dimiliki dan kemajuan dalam bidang materi.
Metode dalam pembaharuan yang digunakan oleh
Muhammad Abduh adalah mengambil jalan tengah antara
kedua kelompok diata. Menyimbangkan antara kedau
jalan tersebut. Yaitu antara kelompok yang berpegang
teguh pada kejumudan taqlid dan mereka yang
berlebihan dalam mengikuti Barat baik itu budaya dan
disiplin ilmu yang mereka miliki. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Muhammad Abduh dalam metode
pembaharuanya: sesungguhnya aku menyeru kepada
kebebasan berfikir dari ikatan belenggu taqlid dan
memahami
agama
sebagaimana
salaful
ummah
terdahulu. Yang dimaksud dengan salaful ummah disini
adalah kembali kepada sumber-sumber asli yaitu AlQuran dan Al-Hadits sebagaimana yang di praktikkan
oleh para salafus shaleh terdahulu.48
46Mukhtafi Sahal, Ahmad Amir Aziz, Teologi Islam Modern, hlm.
21.
47 Ibid.
48 http://mahmued123.blogspot.com/2011/03/pemikiranmuhammad-abduh-dalam.html

Muhammad Abduh 19
Islam Liberal dan Rasional
Dengan keyakinan bahwa pendidikan dan sains Barat
modern adalah kunci kemakmuran dan kejayaan Eropa,
Syekh Muhammad Abduh memang seorang yang
mengagumi peradaban Eropa. Berulang kali ia pergi ke
Inggris dan Prancis untuk mencari inspirasi. Ia
mengatakan bila pergi ke Eropa saya tidak pernah gagal
mendapat inspirasi untuk merubah bangsaku lebih maju
dan menuju kehidupan yang lebih baik. Apabila
semangtanya turun karena mendapat tantangan ia kembali
lagi ke Eropa satu atau dua bulan. Ide-ide baru yang
dapatnya kembali dan jalan menuju cita-citanya untuk
menjadikan bangsanya maju kelihatannya semakin cerah.49
Dalam bidang metode pengajaran ia pun membawa
cara baru dalam dunia pendidikan saat itu. Ia mengkritik
dengan tajam penerapanmetode hafalan tanpa pengertian
yang umumnya dipraktikkan disekolah-sekolah saat itu,
terutama sekolah agama. Ia tidak menjelaskan dalam
tulisan-tulisannya metodeapa sebaiknya diterapkan, tetapi
dari apa yang dipraktikkannya ketika dia mengajar di AlAzhar tampaknya bahwa ia menerapkan metode diskusi
untuk memberikan pengetian yang mendalam pada
muridnya. 50
Pemikiran Muhammad Abduh yang lain adalah tentang
pendidikan
wanita.
Menurutnya
wanita
haruslah
mendapatkan pendidikan yang sama dengan lelaki.
Mereka, lelaki, wanita mendapatkan hak yang sama dari
Allah.51
Dalam bidang pendidikan nonformal Muhammad Abduh
menyebutkan usaha perbaikkan (ishlah). Dalam hal ini
Abduh melihat perlunya campur tangan pemerintah
terutama dalam hal mempersiapkan para pendakwah.
Tugas mereka yang utama adalah:52
a) Menyampaikan kewajiban dan pentingnya belajar.
49 Richard C. Martin, Post Mutazilah, hlm. 181.
50Fadlun, Sarah, Sejarah Pendidikan Islam, (jakarta: Kencana,
2008),hlm. 250.
51 Ibid, hlm. 251.

Muhammad Abduh 20
Islam Liberal dan Rasional
b) Mendidik mereka dengan memberikan pelajaran
tentang apa yang mereka lupakan atau yang belum
mereka ketahui.
c) Meniupkan kedalam jiwa mereka cinta pada negara,
tanah air, dan pemimpin.
Diluar pendidikan formal pun Abduh menekankan
pentingnya pendidikan akal dan mempelajari ilmu-ilmu
yang datang dari Barat. Disamping itu Abduh pun
meggalakkan umat Islam mempelajari ilmu-ilmu modern.53
Pada tanggal 3 Juni 1899, dengan dukungan Inggris,
Muhammad Abduh diangkat sebagai Mufti Mesir. Karena
kedudukan itu, fatwa-fatwanya tentang masalahdianggap
punya otorisasi. Ia terus memegang jabatan itu hingga
wafat.
6. Pemikiran Politik
Muhammad
Abduh,
atas
pengaruh
gurunya
Jamaluddin Al-Afghani juga terlibat dalam kegiatan politik
praktis. Ia pernah terlibat dalam peristiwa Urabi tahun
1881. Peristiwa tiu mengakibatkan ia tertangkap pada
tahun 1882 ia di buang keSyiria. Dimasa pengasingan itu
Afghani dan Abduh menyusun gerakan Urwat al-Wutsqa,
yakni gerakan kesadaran umat Islamsedunia. Tujuan
gerakan ini adalah untuk membangkit semangat
perjuangan seluruh umat Islam dalam menentang ekspansi
Eropa ke dunia Islam. Karena dianggap berbahaya, majalah
ini hanya sampai 18 nomor penerbitannya dan untuk
berikutnya majalah ini dilarang terbit oleh pemerintah
Prancis.54
Pemikiran-pemikirannya dalam bidang politik tersebut
nampaknya berpengaruh besar dalam pentas politik Mesir.
Hal ini dapa dilihat ketika ia menampaki tangga
52 Ibid.
53 Ibid.
54 http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2201209karya-karya-muhammad-abduh/ixzz2qOW3FA8

Muhammad Abduh 21
Islam Liberal dan Rasional
keanggotaan dewan legislatif Mesir, dimana pemerintahan
tidak lagi mengacuhkan masukan-masukan majelis Syura.55
Pembaharuan Muhammad Abduh dalam bidang politik
adalah kekuasaan Negara di batasi oleh konstitusi. Ia
berusaha membangkitkan kesadaran rakyat akan hakhaknya, pemerintahan harus melaksanakan sistem
musyawarah dengan alasan untuk mencapai keadilan dan
rasa tanggung jawab. Pemerintah juga harus memberikan
kebebasan kepada individu untuk berkarya selama
karyanya itu baik, Muhammad Abduh juga mengatakan
harus ada hubungan erta antara undang-undang dengan
kondisi Negara yang ada. Keterlibatan Muhammad Abduh
pada politik praktis dalam rangka mendidik rakyat
memasuki kehidupan politik yang didasarkan atas
musyawarah. Muhammad Abduh menekankan pentingnya
keterlibatan
rakyat
didalam
pemerintah.
Dalam
melaksanakan
ide-ide
pembaharuan
Abduh
tidak
menggunakan secara revolusioner, melainkan dengan cara
mendidik seseorang yang akan melakukan pembaharuan.56
D. Pengaruh Ide-ide Pembaharuan Muhammad
Abduh
Seperti sejak semula di yakini oleh Muhammad Abduh,
bahwa membenahi Al-Azhar dan mengadakan langkahlangkah pembaharuan didalamnya sama halnya dengan
melakukan
pembaharuan
diseluruh
dunia.
Hal
ini,
sebagaimana
telah
diungkapkan
pada
pembahasan
terdahulu, disebabkan karena mahasiswa-mahasiswanya
yang belajar di Al-Azhar berasal dari seluruh dunia Islam.
Langkah yang ditempuh oleh Muhammad Abduh tersebut
memang tepat, meski dalam operasionalnya dia banyak
ditentang oleh para ulama sezamannya. Paling tidak, para
mahasiswa yang pernahmendengar ide-ide pembaharuannya
akan menularkannya kepada masyarakat muslim diaman
mereka mengabdikan dirinya, meski tidak sedikit dari
mahasiswa-mahasiswa tersebut yang mengalami nasib
55 Mukhtafi Sahal, Teologi Islam Modern, hlm. 22.
56 Abdul Sani, Perkembangan Modern dalam Islam, hlm. 59.

Muhammad Abduh 22
Islam Liberal dan Rasional
serupa dengan Muhammad Abduh. Namun sejarahlah yang
mencatat bahwa ide-ide pembaharuan yang dikemukakan
oleh Muhammad Abduh kelak akan ikut mewarnai bangunan
pemikiran umat Islam.57
Barangkali ada baiknya bilamana diambil sampel
pengaruh Muhammad Abduh di Indonesia sendiri, yang
sebagian diwarnai oleh pemikiran-pemikiran Muhammad
Abduh. Warna tersebut berawal dari para mahasiswamahasiswa Indonesia yang pernah belajar di Mesir, sehingga
secara
langsung dapat bersentuhan dengan angin
pembaharuan yang ada di sana. Tercatatlah nama Syeikh
Thahir Jalaluddin.58
Organisasi-organisasi Islam yang ada di negara Republik
Indonesia, seperti Muhammadiyah dan Al-Irsyad, juga punya
keterkaitan langsung dengan ide-ide Muhammad Abduh. KH.
Ahmad Dahlan dan Ahmad Syurkati, dua ulama yang dikenal
sebagai pendiri kedua organisasi Islam tersebut, adalah
termasuk dari para ulama yang pernah berkenalan dengan
ide-ide pembaharuan Muhammad Abduh di Mesir.59
Apa yang sempat diungkapkan disinin hanya sebagian
kecil dari sedemikian banyak fenomena yang menunjukkan
betapa pengaruh pemikiran pembaharuan Muhammad Abduh
begitu besar mewarnai pikiran umat Islam. Dan selama
pembicaraan
mengenai
ide-ide
pembaharuan
masih
berlangsung, selama itu pula namanya akan tetap masih
dikenang dan disebut.60
E. Murid-murid Pengikut Muhammad Abduh
Yang dimaksud dengan murid-murid Muhammad Abduh
adalah orang-orang yang sempat bergaul dan belajar secara
formal maupun non formal pada beliau. Pengikut-pengikut
adalah orang yang tidak sempat menjadi pemimpin
pembaharuan, tetapi banyak di pengaruhi ide-idenya.
Rasyid Ridla
Rasyid Ridla adalah murid Muhammad Abduh yang
terdekat. Ia lahir padatahun 1865 di Al-Qalamun, suatu
desadi Lebanon yang letaknya tidak jauh dari kota Tripoli
(Syiria), menurut keterangan ia berasal dari keturunan Al57 Mukhtafi Sahal, Teologi Islam Modern, hlm. 23.

Muhammad Abduh 23
Islam Liberal dan Rasional
Husein, cucu nabi Muhammad SAW. oleh karena itu ia
memakai gelar Al-Syyi>d didepan namanya.61
Sebagai murid terdekat, beliau tentu menjadi orang yang
paling banyak mengetahui dan paling akurat dalam mengulas
dan
menjelaskan
gagasan
pembaharuan
pemikiran
62
Muhammad Abduh kepada umat.
Rasyid Ridla, sebagai Muhammad Abduh, menghargai
akal manusia, sungguh pun penghargaan terhadap akal tidak
setinggi penghargaan yang diberikan oleh gurunya. Akal
58 Seorang ulama yang pernah mengenyam pendidikan di Mesir
pada saat mana angin pembaharuan masih kencang berhembus
di langit bumi Mesir. Sekembalinya dari Mesir , Syekh Thahir
menerbitkan majalah Al-Imam yang banyak memuat di majalah AlManar yang di terbitkan oleh Muhammad Rasyid Ridla, salah
seorang murid Nuhammad Abduh yang terkenal. Rasyid tekun
mengikuti pelajarannya, sehingga tak pernah libur dari seluruh
kegiatan yang diadakan oleh Jamial al-Azhar itu. Maka tulisnya
semua apa yang telah didengarnya serta diadakan beberapa
tambahan keterangan bagi masalah yang menurut Rasyid perlu
diterangkan. Dalam penulisannya dia selalu mengadakan
konsultasi dengan gurunya, hingga semua tulisannya telah
diadakan koreksi dan pembetulan seperlunya. Oleh karena itu
pantas jika ia disebut pewaris pertama yang menerima ilmu
Syaikh Muhammad Abduh, sebab ia adalah orang yang paling
banyak menerima dan menulis pelajaran dari gurunya, baik ketika
Muhammad Abduh masih hidup maupun sudah meninggal dunia.
Dalam penulisannay, ia tidak pernah menyimpang dari metode
yang ditempuh oleh gurunya, dan tidak pula menyimpang dari
jalan pemikirannya. Oleh karena itu, Syekh Muhammad Abduh
berkata: pemilik al-Manar adalah penerjemah pikiran saya, dan
salah seorang dari murid Rasyid Ridla berkata: imam Muhammad
Abduh perna h mengomentari sifat Rasyid Ridla, bahwa telah
menyatu dengan Muhammad Abduh dalam aqidah, pikiran, akhlak
dan amalnya. (Lihat Mukhtafi Sahal, Ahmad Amir Aziz, Teologi
Islam Modern, hlm. 23. dan Harun Nasutio, Pembaharuan dalam
Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan, hlm. 60.)
59 Mukhtafi sahal, hlm. 23.

Muhammad Abduh 24
Islam Liberal dan Rasional
dapat di pakai terhadap ajaran-ajaran mengenai hidup
kemasyarakatan, tetapi tidak terhadap ibadah. Ijtihad
diperlukan hanya untuk soal-soal hidup kemasyarakatan.
Terhadap ayat dan hadits yang mengandung arti tegas,
ijtihad tidak bisa dipakai lagi, akal dapat dipergunakan
terhadap ayat dan Hadits yang tidak mengandung arti tegas
dan terhadap persoalan-persoalan yang tidak tersebut dalam
Al-Quran dan Hadits. Disinilah terletak dinamika Islam dalam
paham Rasyid Ridla.63
Qasim Amin
Adalah seorang ahli hukum yang belajar di Prancis dan
mempunyai hubungan persahabatan yang erat dengan
Muhammad Abduh, sehingga beliau dikatakan murid dan
pengikut Muhammad Abduh karena sempat bergaul dan
belajar bersama.64
Disini terdapat perbedaan murid dan guru, Muhammad
Abduh masih terikat pada masa lampau dan mengundang
peradaban Islam di zaman klasik sebagai contoh yang harus
ditiru, sedangkan Qasim Amin telah mulai melepaskan diri
dari ikatan masa lampau dan lebih banyak menoleh ke masa
depan. Disanalah terletak peradaban Islam baru yang
dasarnya berbeda dengan dasar peradaban Islam klasik.
Kalau rasyid Ridla tidak seleberal gurunya. Qasi Amin
sebaliknya melampaui guru dalam liberal.65

60 Ibid.
61 Harun Nasutioan, Pembaharuan dalam Islam, hlm. 60.
62 Ibid.
63 Ibid, hlm. 65.
64Ibid, hlm. 70.
65Ibid, hlm. 70.

Muhammad Abduh 25
Islam Liberal dan Rasional
Pemikiran Qasim Amin salah satunya ialah mengenai
kedudukan wanita, ide ini lah yang dikupas QasimAmin dalam
bukunya Tahrir Al-Marah (emansipasi wanita). Menurut
pendapatnya, umat Islam mundur karena kaum wanita, yang
di Mesirmerupakan setengah dari penduduk, tidak pernah
memperoleh pendidikan sekolah. Pendidikan wanita perlu,
bukan hanya agar mereka dapat mengatur rumah tangga
denganbaik, tetapi lebih jauh dari itu untuk dapat
memberikan didikan dasar bagi anak-anak. Ia menantang
pilihan sepihak, yaitu dari pihak pria dalam soal perkawinan,
menurut pendapatnya, wanita harus diberi hak yang sama
dengan pria dalam memilih jodoh. Karena itu ia menuntu
supaya istri diberi hak cerai, sesungguh pun poligami di
sebut dalam Al-Quran ia berpendapat bahwa Islam pada
Hakikatnya menganjurkan monogami.66
Ide Qasim Amin yang banyak menimbulkan reaksi di
zamannya ialah pendapat bahwa penutupan wajah wanita
dan pemisahan wanita dalam pergaulan bukanlah ajaran
Islam karena tidak terdapat dalam al-Quran dan As-Sunnah.
Menurut pendapatnya penutupan wajah dan pemisahahn
wanita
membawa
kepada
kedudukan
rendah
dan
menghambat kebebasan dan pengembangan daya-daya
mereka untuk mencapai kesempurnaan. Dari berbagai pihak
berdatangan kritik dan protes terhadap ide-ide yang
dikemukakan Qasim Amin itu sehingga ia melihat perlu
memberi jawaban yang keluar dalam bentuk buku bernama
Al-Marah Al-Jadidah (wanita modern) dalam buku itu ia lebih
kuat lagi mempertahankan kebebasan wanita.67
Muhammad Farid Wajdi
Ia adalah seseorang yang banyak membaca mengarang
untuk membela Islam terhadap serangan-serangan dari luar,
salah satu bukunya bernama Al-Madaniah Wa AlIslam(peradaban modern dan islam) dan didalamnya yang
menjelaskan Bahwa orang barat menilai Islam dari praktekpraktek umat Islam yang berada di bawah kekuasaan
66Ibid, hlm. 70
67 Ibid.

Muhammad Abduh 26
Islam Liberal dan Rasional
mereka. Dalam buku ituia mencoba menjelaskan Islam yang
sebenarnya, Islam yang tidak bertentangan dengan
peradaban modern. Menurut pendapatnyatidak satupun dari
dasar-dasar dan teori-teori ilmiah yang membawa kepada
kemajuan umat manusia seperti, terdapat dalam Al-Quran
dan Hadist sendiri, kenyataan ini argumen kuat untuk
membuktikan kebenaran islam dan ia juga berpendapat
bahwa Islam sejati adalah sesuai dengan beradaban. Menurut
Muhammad Abduh peradaban yang sejati sesuai dengan
Islam, tapi bagi Muhammad Farid wajdi keadaannya menjadi
tebalik, Islam sejati sesuai dengan peradaban.68
Syakh Thantawi Jauhari
Bahwa beliau adalah murid Muhammad Abduh yang
menonjolkan ajarannya tetang sunnahtullah. Guru banyak
menyebutkan sunnahtullah yang tidak berubah-ubah, hukum
alam yang diciptakan Tuhan dan yang harus dipatuhi alam
peredarannya. Oleh karena itu beliau banyak menulis ilmu
bintang dan ilmu alam dlam buku-buku Al-Jaz al-Murassa bi
Jawahir Al-Quran Al-Ulum ( mahkota yang dihiasi dengtan
permata-permata Al-Quran dan ilmu pengetahuan) Jamal
Al-lam ( keinginan alam), Al-Nizam wa al-alam (peraturan
dan alam). 69
Ahmad Luthfi Al-Sayyid
Beliau, seperti Muhammad Abduh dan Saad Jaqlul, ia
berasal adri daerah perdesaan Mesir, tetapi setelah
memasuki madrasaha tradisional pindah ke Kairo unutk
belajar pada sekolah modern. Pada tahun 1889 ia
menerusjkan pelajaran pada Perguruan Tinggi Hukum. Di
Kairo
ia
masuk
dalam
lingkungan
teman
murid
MuhammadAbduh ia bnayak membaca karanagn filosoffilosof Barat.70
68Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, hlm. 70.
69Ibid, hlm. 69.
70Ibid.

Muhammad Abduh 27
Islam Liberal dan Rasional
Ide-ide Luthfi Sayyid adalah tentang ide kemerdekaan
dan kebebasan. Kebesannya ialah dalam berfikir dan
kemerdekaan dalam hidup kemasyarakatan dari ikatanikatana politik yang berlebih-lebiahan. Negara yang menjadi
idamannya ialah negara yang bercorak liberal, sedangkan
negara yang menjadi pimpinan oleh seorang raja yang
absolut
ia
tentang,
karena
menurut
pendapatnya
kemeerdekaan
individu
erat
hubungannya
dengan
kemerdekaan negara. Beliau juga menganut paham
nasionalisme dan nasionalisme ialah nasionalisme Mesir.71
Taha Husein
Beliau berasala dari keluarga petani yang dimasa
kecilnya mendapat penyakit yang membuat ia kehilangan
penglihatannya. Setelah lulus dari madrasah ia melanjutkan
pelajarannya di Al-Azhar. Disinilah ia bertemu dengan ide-ide
MuhammAd Abduh dan murid-muridnya, terutama Luthfi
Sayyid. Selanjutnya ia belajar bahasa Prancis , mengikuti
kuliah universitas Kairo dan kemudian pergi ke Paris. Disana
ia belajar selama 4 tahun dan menikah dengan Putri Prancis.
Taha Husein juga menganut paham nasionalisme Mesir, ia
berserta murid-murid Muhammad Abduh lainnya tidak
melepaskan diri dari ikatan diri dari agama.
Ali Abd. Al-Raziq
Beliau adalah putra dari seorang sahabat Muhammad
Abdu tetapi karena masih kecil ia tidak sempat menjadi
muridnya, setelah selesai dari Al-Azhar ua meneruskan studi
di Oxford. Persoalan dijaman beliau ialah tentang khalifah
yang telah dihapuskan Mustafa Kamal pada tahun 1924.72
Pendapat liberal yang dikemukakan oleh Ali Abd. Al-Raziq
ini mendapat kritik dan tantangan keras dari berbagai
golongan umat islam yang ada pada waktu itu, termasuk
Rasyid Ridla seorang murid terdekat Muhammad Abdu yang
mana beliau mempertahankan sistem khalifah dan pendapat
Ali itu akan memperlemah umat islam, selain itu juga Ali
71Ibid. Hlm. 77-79
72Ibid, hlm. 75-76.

Muhammad Abduh 28
Islam Liberal dan Rasional
mendapat tantangan keras yang datang dari Al-Azhar,
mereka mengenggap buku itu mengandung pendapat yang
bertentangan dengan ajaran islam. Sehingga Ali tidak dapat
diakui sebagai seorang ulama, dan namanya dihapus dari
daftar Al-Azhar, selanjutnya ia dipecat pula dari jabatan
hakim agama yang dipegangnya.73
Saad Zaglul
Beliau sama dengan Muhammad Abduh, berasal dari
lingkungan desa yang belum kenal pada sekolah modern.
Pendidikan pertamanya dimadrasah tradisional pada tahun
1871 ia melanjutkan pelajarannya di Al-Azhar dan menjadi
murid Jamaluddin Al-afghani dan Muhammad Abdu, bahkan
ia turut serta dan pernahditangkap bersama gurunya pada
waktu menjalankan kegiatan politik. Sasaran politik utama
beliau bukan lagi pemerintahan Khedefi, tetapi kekuasaan
Inggris di Mesir, tujuan utamanya ialah kemerdekaan Mesir 74.
Dan pada tahun 1922, Mesir memperoleh kemerdekaannya.
Paham nasionalisme Saad sesuai dengan pendapat AlTahtawi dan Muhammad Abdu, mengambil tanah air sebagai
dasar, yang diperjuangkan ialah nasionalisme Mesir dan
bukan
nasionalisme
Arab.
Untuk
kemajuan
Mesir,
pembaharuan dalam pendidikan dan bidang hukum perku
diadakan. Pendidikan mesti terbuka bagi semua orang,
termasuk fakir miskin, jumlah sekolah ia perbanyak, dan
bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar secara berangsur
ia tukar dengan bahasa Arab. Dalam bidang politik ia dirikan
Perguruan
Tinggi
Hakim
Agama.
Tujuannya
untuk
memberikan pendidikan modern bagi calon-calon hakim
agama. Sebgai mana gurunya, ia juga menentang
pemerintahan absokut dan ia menghendaki pemerintahan
demokrasi, yang harus berusaha mewujudkan kesejahteraan
bagi seluruh rakyat, baik islam maupun non muslim.75
73Ibid, hlm. 76-77.
74Ibid, hlm. 72.
75Ibid, hlm. 73.

Muhammad Abduh 29
Islam Liberal dan Rasional
F. Kesimpulan
Dari penjabaran dapat diambil beberapa kesimpulan
tentang pembaharuan pemikiran Muhammad Abduh, yaitu
sebagai berikut:
Muhammad Abdu adalah salah satu murid Jamaluddin AlAfghani yang lahir di Mesir Hilir tahun 1849 ia berpindahpindah dari satu desa kedesa lain mengikuti ayahnya dari
kejaran petugas pajak yang mencekik leher dimasa
Muhammad Ali pasha ayahnya bernama Abdu Hasan
Khoirullah, seorang imigran dari Turki yang sudah lama
tinggal di Mesir. Ibunya adalah keturunan bangsa Arab yang
bila diruntut akan sampai pada Khalifah Umar bin Khattab.
Pemikiran Muhammad Abduh diantaranya sebab-sebab
kemunduran umat islam. Menurutnya yang menyebabkan
mundurnya umat Islam adalah keadaan jumud yang ada
dikalangan umat islam, karena umat Islam tidak mengenal
ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi. Kama untuk
menyesuaikan Islam dengan masa modern perlu adanya
interpretasi baru, perlu dibukakannya pintu ijtihad yang
selama ini sudah tertutup.
Usaha kerasnya untuk merealisasikan idenya itu, tak
jarang menemui tantangan dari umat Islam itu sendiri, ini
juga terbukti yakni terjadinya perubahan kurikulum yang
mana Muhammad Abduh memasukkan ilmu Barat, yaitu ilmu
filsafat, logika, dan juga ilmu pengetahuan modern.
Bukan hanya itu, Muhammad Abduh adalah orang yang
menentang tentang keyakinan Jabariyah, yaitu hanya
merasa lemah, baik kepada Tuhan ataupun orang lain karena
menurutnya bahwa kita manusia harus berikhtiar, harus
mempunyai jiwa kreatif.
Dengan demikian, sikap rasioanl yang digagas Syakh
Muhammad Abduh sangat diperlukan kemajuan Islam,
sebagaimana kemajuan yang telah terjadi dimasa lampau.

Muhammad Abduh 30
Islam Liberal dan Rasional

DAFTAR PUSTAKA
Jhon L. Esposito, Ensiklopedi Oxford: Dunia Islam Modren, Jilid
I, Mizan: Khazanah Ilmu-Ilmu Islam.
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I,
Jakarta: UI Press, 1985.
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia
Islam: Melacak akar-akar sejarah, sosial, Politk, dan Budaya
Umat Islam, Jakata: Rajawali Pers, 2009.
Harun Nasution, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional
Mutazillah, Jakarta: UI-Press, 2006.

Muhammad Abduh 31
Islam Liberal dan Rasional
Anshori Alfa, El-Qist, Jurnal Ilmiah Fakultas Syariah, Malang:
Fs UIN Malang, 2007.
http://mahmued123.blogspot.com/2011/03/pemikiranmohammad-abduh-dalam.html
Muhammad Abduh,
Hidayah, 1994.

Tafsir

Al-Manar

,Jakarta:

Pustaka

Muktafi Sahal, Teologi Islam Modren,Surabaya: Gitamedia


Press.
Richard C Martin, Marx Woodward, Dwi S Atmaja, Post
Mutazilah,
Geneologi
Konflik
Rasionalisme
dan
Tradisionalisme Islam, Yogyakarta, IRCISOD, 2002.
Muktafi Sahal, Ahmad Amir Aziz, Teologi Islam Modren,
Surabaya: GitaMedia Press.
H.M. Laily Mansur, Pemikiran Kalam dalam Islam, Jakarta:
Pustaka Firdaus, 2004.
Abd. Khalig, Pemikiran Hukum Muhammad Abduh,
H.A.R Gibb, Modrern Trends In Islam, Terjemahan Mahrun
Husain, Aliran-aliran Modern dalam Islam,Jakarta: Rajawali
Press, 1993
Abdul Sani, Perkembangan Modern dalam Islam,Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 1998
Nurcholish Madjid, Khazanah Intelektual Islam, Jakarta: Bulan
Bintang, 1984
Majid Fakhry, Sejarah Filsafat Islam, Kecenderungankecenderungan Modern dan Kontemporer, PustakaJaya.
Aji Damanuri, Dialogika, Keshahihan Hadits Menurut
Muhammad Abduh, (Jurusan Ushuluddin STAN Ponorogo, 1
Januari 2005),
Husain Ahmad Amin, Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muhammad Abduh 32
Islam Liberal dan Rasional
Fadlun, Sarah, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana,
2008
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2201209karya-karya-muhammad-abduh/ixzz2qOW3FA8

You might also like