You are on page 1of 77

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG


TEORI PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN
Rancangan sebuah lapangan terbang adalah suatu proses yang rumit dan saling kaitmengkait, sehingga analisa suatu kegiatan tanpa memperhatikan pengaruhnya kepada kegiatan
yang lain bukan merupakan pemecahan yang memuaskan.
Sebuah lapangan terbang meliputi kegiatan yang sangat luas, yang mempunyai
kebutuhan yang berbeda, seperti misalnya kegiatan keamanan membatasi sedikit mungkin
hubungan (pintu-pintu) antara land side dan air side. Sedangkan kegiatan pelayanan
membutuhkan sebanyak mungkin pintu terbuka dari land side ke air side agar pelayanan
berjalan lancar.
Rancangan induk adalah konsep pengembangan lapangan terbang ultimate, tujuan
rancangan induk adalah untuk memberikan pedoman dalam pengembangan di kemudian hari
yang memadai bagi operasi penerbangan yang selaras dengan lingkungan dan pengembangan
masyarakat serta modal transportasi yang lain.
Dengan kata lain, rancangan induk memberikan pedoman untuk :
a. Pengembangan fasilitas fisik sebuah lapangan terbang.
b. Tata guna tanah dan pengembangannya di dalam dan di sekitar lapangan terbang.
c. Menentukan pengaruh lingkungan dari pembangunan lapangan terbang dan operasinya.
d. Pembangunan untuk pembuatan jalan masuk.
e. Pembangunan kegiatan ekonomi dan kegiatan lainnya yang menghasilkan uang bagi
pelabuhan udara yang bisa dikerjakan.
f. Pembagian fase dan kegiatan prioritas yang bisa dilaksanakan sesuai rancangan induk.
Walaupun rancangan induk lapangan terbang mempunyai isi yang berbeda untuk setiap
lokasi dan berbeda untuk setiap perencana, namun paling kurang harus mengandung :
a. Ramalan kebutuhan atau permintaan.
b. Alternatif pemecahan persoalan dari kebutuhan yang diramalkan secara memadai dan
memuaskan.
c. Analisa biaya investasi.

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

d. Pengaruh lingkungan dan alternatif mengatasinya


II.

MERENCANAKAN ARAH, PANJANG dan LEBAR RUNWAY


Konfigurasi bandar udara didefinisikan sebagai jumlah dan orientasi landasan pacu (Runway)

dan letak daerah terminal relatif terhadap runway. Jumlah landasan pacu tergantung pada volume lalu
lintas dan orientasi tergantung pada arah angin dan kadang-kadang pada luas daerah yang tersedia untuk
pengembangan bandar udara.
Secara umum, landasan pacu (runway) dan landasan hubung (taxiway) harus diatur untuk
Memberikan pemisahan yang secukupnya dalam pola lalu lintas udara.

Memberikan keterlambatan dan gangguan sekecil mungkin dalam operasi pendaratan, gerakan
landasan hubung dan lepas landas.

Memberikan jarak landasan hubung yang sependek mungkin dari daerah

terminal menuju ujung landasan pacu.

Memberikan jumlah landasan hubung yang cukup sehingga pesawat yang

mendarat dapat meninggalkan landasan pacu secepat mungkin dan mengikuti

rute yang paling pendek ke arah terminal.

(Sumber : Robert Horonjeff, 201)

1.1 Analisa Angin


A. Analisa Angin dan Arah Runway
Analisa angin adalah dasar dari perencanaan lapangan terbang sebagai pedoman pokok.
Pada umumnya, Run Way (R/W) dibuat sedapat mungkin harus searah dengan arah angin yang
dominan (Prevalling Wind), agar gerakan pesawat pada saat take off dan landing dapat bergerak
bebas dan aman, sejauh komponen angin samping (Cross Wind) yang tegak lurus arah bergeraknya
pesawat. Maksimum Cross Wind yang diijinkan tidak hanya tergantung pada ukuran pesawat, tapi
juga pada konfigurasi sayap dan kondisi perkerasan landasan.
Arah runway dapat ditentukan secara grafis, data angin untuk segala kondisi
penglihatan adalah sebagaimana data yang diberikan, kemudian data tersebut diplot ke dalam
diagram wind rose (mawar angin).
Persentase angin yang bersesuaian dengan arah dan rentang kecepatan yang
diberikan ditandai dalam sektor yang sesuai dengan mawar angin dengan menggunakan skala
koordinat kutub untuk arah dan besar angin.

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

Arah landasan pacu optimum dapat ditentukan dari mawar angin dengan
menggunakan suatu lembar bahan yang tembus pandang yang padanya telah dilukiskan 3
garis sejajar dan berjarak sama. Garis tengah menyatakan garis tengah landasan pacu dan
jarak antara kedua garis yang di tepi, den gan skala adalah 2 kali komponen angin sisi yang
diizinkan. Lembaran tembus pandang itu diletakkan di atas mawar angin sedemkian rupa,
sehingga garis tengah pada lembaran melalui pusat mawar angin. Dengan pusat mawar
angin sebagai titik pusat, lembaran itu diputar di atas mawar angin sampai jumlah dari
persentase yang tercakup di antara garis tepimaksimum, apabila salah satu garis tepi pada
lembaran itu membagi suatu segmen arah angin, bagian yang terbagi itu dihitung secara
visual dengan pembulatan 0,1%.
Langkah berikutnya adalah membaca arah landasan pacu skala sebelah luar
mawar angin, dimana garis tengah pada lembaran itu memotong skala arah.
Sebagai langkah pertama dalam hal ini adalah memplot data kecepatan dan arah angin
ke dalam mawar angin yaitu lingkaran yang terdiri dai berbagai sektor arah angin dan kecepatan
angin.
Peninjauan arah angin dilakukan pada 4 (empat) arah yaitu :
a. Arah N S.
b. Arah N E SW.
c. Arah W E.
d. Arah NW SE.
Kemudian masing-masing arah yang ditinjau dijumlahkan, maka jumlah yang
terbesar dijadikan standar untuk menghitung dan menentukan arah landasan pacu (runway).
Dengan demikian maka diperoleh wind rose untuk masing-masing arah tinjauan sebagaimana
dapat dilihat pada halaman selanjutnya.
B. Persyaratan FAA dan ICAO
Persyaratan FAA (Federal Aviation Administration) untuk Cross Wind semua lapangan
terbang (kecuali utility) :
o Runway harus mengarah sedemilkian sehingga pesawat take off dan landing pada 95%
dari waktu dan Cross Wind.
o Cross Wind tidak melebihi 13 knots (15 mph), untuk utility Cross Wind diperkecil menjadi
11,5 mph.

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

Persyaratan ICAO (International Civil Aviation Organization) :


Pesawat dapat take off dan landing pada sebuah lapangan terbang, minimal 95 % dari
waktu dan komponen Cross Wind.

Berikut ini adalah klasifikasi panjang landasan pacu (ARFL / Aeroplane Reference Field
Length) ICAO :
o Cross Wind 20 knots (37 km/jam)
AFRL = 1500 m atau lebih
o Cross Wind 13 knots (24 km/jam)
AFRL = 1200 s.d 1499
o Cross Wind 10 knots (19 km/jam)
AFRL = < 1200 m
Data Frekuensi Angin :

Untuk perhitungan persentase angin sebagai berikut :


Contoh :
CALM = 1370
Maka = (1370/3240) x 100 % = 42.284 %
Kecepatan 3-6 knots
arah N
Maka = (70/3240) x 100 %
= 2.16 %
Kecepatan 3-6 knots
arah NE
Maka = (70/3240) x 100 %
= 2.16 %
Kecepatan 3-6 knots
arah E
Maka = (70/3240) x 100 %
= 2.16 %

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

Presentase Kekuatan Angin :

Konfigurasi Run Way (R/W)


(persentase wind converge)

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

Menurut
ICAO dan
FAA,
penentuan
arah
runway harus dibuat berdasarkan arah yang memberikan wind coverage yang sedemikian rupa,
sehingga pesawat dapat take off dan landing minimal 95 %, berlaku bagi seluruh kondisi cuaca.
Dalam perencanaan ini, persentase Maximum adalah pada arah NE SW (45 - 225)
sebesar = 99.631%

C. Lebar Jalur Kontrol Angin


BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

AERODROME REFERENCE CODE dari ICAO (dilampirkan ). (Sumber : Freddy Jansen, 37-38)
Jenis pesawat

DC 9-30

Kode angka huruf

4C

ARFL

2134 m

Jarak terluar roda pendaratan

6 m

Wingspan

28.5 m

maksimum permissible crosswind


component

Lebar jalur kontrol angin


Jenis pesawat

20 knots

2 x cross wind (20)

40 knots

ATR 42-200

Kode angka huruf

2C

ARFL

1010 m

Jarak terluar roda pendaratan

4m

Wingspan

24.6 m

maksimum permissible crosswind


component

Lebar jalur kontrol angin


Jenis pesawat

10 knots

1 x cross wind (20)

20 knots

B737-400

Kode angka huruf

4C

ARFL

2295 m

Jarak terluar roda pendaratan

5.2m

Wingspan

28.9 m

maksimum permissible crosswind


component

Lebar jalur kontrol angin

20 knots

2 x cross wind (20)

40 knots

Pesawat yang menjadi pesawat rencana adalah B. 737 400

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

Dari beberapa data pesawat rencana diatas, dipilih ARFL terbesar yang akan menjadi dasar
dari perencanaan Runway. Maka dapat dipilih pesawat rencananya adalah Pesawat B. 737
400, dengan data karakteristik pesawat sebagai berikut :
Data Pesawat Rencana
B. 737 400

Jenis Pesawat

Kode Angka

4C

ARFL

2.295 m

Jarak Terluar Roda Pendaratan

5.2 m

Wing Span

28.9 m

Nilai Maksimum Permissible Cross Wind

Componen

20 Knots

Lebar Jalur Kontrol Angin

2 x 20 Knots = 40 knots

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

III.

Merencanakan Runway (R/W), Taxiway (T/W) dan Exit Way

a).

Panjang Runway
Panjang

runway

(R/W)

biasanya

ditentukan

berdasarkan

pesawat

rencana

terbesar yang akan beoperasi pada airport yang bersangkutan. Dalam perencanaan ini,
diambil pesawat rencana B. 737 400 dengan kode 4C dan ARFL = 2295 m
Elevasi

: 46 m

Slope

: 0,2%

Temperature (T)
T1 (C)
18.2
20.2
17.3
19.3
T2 (C)
16.3
18.3
21.2
20.2
Ketiga data di atas dipakai untuk mengkoreksi panjang runway :
b).

21.3
23.2

20.1
21.2

Koreksi terhadap elevasi


Setiap kenaikan 300 m (1000 ft) dari permukaan laut rata-rata, ARFL bertambah 7 %

L1 = Lo (1 + 0.07

E
300

Dimana : L1 = Panjang runway terkoreksi


Lo = ARFL
E = Elevasi
46

L1 2295 1 0,07

300

L1 2319.633

c).

Koreksi terhadap temperature


T1 = Temperatur rata-rata dari temperature harian rata-rata tiap bulan
T2 = Temperatur rata-rata dari temperature harian maksimum tiap bulan
Ket : T1 = Temperatur rata-2 dari temperature harian rata-2 dalam bulan terpanas.
T2 = Temperatur harian maksimum dalam bulan terpanas
T1

18.2 20.2 17.3 19.3 21.3 20.1


19.400C
6

T2

16.3 18.3 21.2 20.2 23.2 21.2


20.067C
6

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

T eff T 1

Maka

T 2 T1
20.067 19.400
19.400
19.622C
3
3

Panjang runway harus dikoreksi terhadap termperatur sebesar 1 % untuk setiap kenaikan 1
C, sedangkan untuk setiap kenaikan 1000 m diatas permukaan laut, temperature turun 6,5 C .
L2 = L1 ( 1 + 0,01 ( Treff To)
Dimana : L2 = Panjang R/W setelah dikoreksi
To = Temperatur standar sebesar 59 F = 15 C
T0 = (15 C 0.0065 E)
Maka :

L2 2319.6331 0,01 19.622 15 0 ,0065 46


L2 2433.787 m
e).

Koreksi terhadap Slope


Bila ARFL lebih besar dari 900 m, panjang runway bertambah dengan koreksi slope
sebesar 1,0 % setiap kemiringan 1 %
L3 = L2 (1+ 0,10 x S / 1%)

S = Slope

0,2%

L3 2433.787 1 0,1

1%

L3 2482.463 m

Maka panjang Runway direncanakan L = 2482.463 m 2483 m


Dari perhitungan panjang landasan pacu yang dibutuhkan oleh pesawat rencana B. 737
400 adalah L= 2483
f).

Lebar Runway (R/W)


Table 4: Reference Code

CODE

CODE LETTER

NUMBE

R
1

18 m

18 m

23 m

23 m

23 m

30 m

30 m

30 m

30 m

45 m

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

45 m

45 m

45 m

60 m

Table 5: Transverse Slope

CODE LETTER

SLOPE

1,5

1,5

1,5

1,5

MAX(%)
Sumber: Merancang, Merencana Lapangan Terbang (Ir. H. Basuki) (hal.182)

Menurut ICAO, lebar R/W direncanakan berdasarkan kode angka huruf dari
pesawat-pesawat yang akan dilayani oleh lapangan terbang. Lebar R/W paling kurang dua
kali landasan untuk keamanannya (safety area), tetapi FAA mensyaratkan lebar minimum
150 m ( 500 ft ). Lebar perkerasan struktural R/W harus sesuai dengan jenis pesawat.
Dalam tugas ini, pesawat rencana yang digunakan adalah BOEING 737 -400 dengan kode
huruf 4C. Dengan menggunakan tabel Widths and Shoulders (dilampirkan) dari ICAO
untuk kode 4C, diperoleh :
1. Lebar perkerasan struktural

= 45 m(150ft)

2. Lebar bahu landasan


3. Kemiringan Melintang untuk kode huruf C

= 7.5 m
= 1.5 %

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

1.5 %
2.5 %

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang


7.5 m

7.5 m

45.00 m
60.00 m

4. Harus Disediakan bahu dengan kemiringan

= 2.5 %

Area keamanan landasan (Ranway Safety Area) termasuk didalamnya


perkerasan

struktural, bahu landasan serta area bebas hambatan, rata dan

pengaliran airnya terjamin. Area ini harus mampu dilewati peralatan-peralatan


pemadam kebakaran, mobil-mobil ambulance, truk-truk penyapu landasan

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

(sweeper), dalam keadaan dibutuhkan mampu dibebani pesawat yang keluar dari
perkerasan struktural .
Blast Pad, suatu area yang direncanakan untuk mencegah erosi pada

permukaan yang berbatasan dengan ujung landasan. Area ini selalu menerima jet
blast yang berulang. Area ini bisa dengan perkerasan atau ditanami rumput.
Pengalaman menunjukan bahwa panjang blast pad untuk pesawat-pesawat
transport sebaiknya 60 m. Kecuali untuk pesawat berbadan lebar, panjang yang
dibutukan oleh blast pad sebaiknya 120 m.
Perluasan area keamanan (Safety Area) dibuat apabila perlu.Ukurannya

tidak tentu tergantung kebutuhan lokal.


2.

Taxiway (T/W)
Fungsi utama taxiway adalah sebagai jalan keluar masuk pesawat dari landas pacu ke

terminal dan sebaliknya atau dari landas pacu ke hangar pemeliharaan.


Taxiway diatur sedemikian hingga pesawat yang baru saja mendarat tidak mengganggu
pesawat lain yang siap menuju landasan pacu.
Rutenya dipilih jarak terpendek dari bangunan terminal menuju ujung landasan yang dipakai
untuk areal lepas landas.
Dibanyak lapangan terbang, taxiway membuat sudut siku-siku dengan landasan, maka
pesawat yang akan mendarat harus diperlambat sampai kecepatan yang sangat rendah sebelum
belok ke taxiway.
Karena kecepatan pesawat saat di taxiway tidak sebesar saat dilandasan pacu, maka
persyaratan mengenai kemiringan memanjang, kurva vertical dan jarak pandang tidak seketat pada
landasan. Oleh sebab itu, lebar taxiway masih tetap bergantung dari ukuran lebar pesawat.
a. Lebar Taxiway
ICAO telah menetapkan bahwa lebar taxiway dan lebar total taxiway (lebar perkerasan dan bahu
landasan). Dalam data tugas didapat pesawat rencana BOEING 737 - 400 dengan kode huruf C.
Tabel 1. Lebar Taxiway
Code Letter

Taxiway Width

7,5 m

10,5 m

15 m if the taxiway is intended tp be used by aeroplane

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

with a wheel base less than 18 m;


18 m if the taxiway is intended tp be used by aeroplane
with a wheel base equal to or greater than 18 m;
18 m if the taxiway is intended tp be used by aeroplane with
an outer main gear wheel span of less than 9 m;
23 m if the taxiway is intended tp be used by aeroplane with
an outer main gear wheel span equal to or greater than 9 m;
23 m
25 m

D
E
F

Sumber : ICAO, Aerodromes 14 Internasional Standar & Recommended Practices, 3rd Edition, 1999

Tabel 2. Persyaratan Filet Taxiway


Jarak bebas

Kode Huruf Taxiway


C
a. Wheel base < 18

E dan D

minimum sisi
terluar roda

2,25 m

1,5 m

m : 3,0 m

utama dengan

4,5 m

perkerasan

b. Wheel base > 18


: 4,5 m

Taxiway

Sumber : (F. Jansen hal 19. Pelengkap Kuliah Lapangan Terbang)

o Dari table 2, untuk kode huruf C diperoleh : jarak bebas minimum dari sisi terluar
roda utama dengan perkerasan taxiway 3 m.
o Dari table 1, untuk kode huruf C dipeoleh :

Lebar taxiway (T/W)

= 18 m (75 ft)

Lebar total Taxiway

= 25 m (145 ft)

b. Kemiringan (Slope) dan Jarak Pandang (Sight Distance)


Tabel 3. Kemiringan dan Jarak Pandang
Description
Max. Longitudinal
slope %
Max. Rate of
longitudinal slope
change
Min. Sight distance
Max. Transverse
slope %

Code Letter
E

1.5%

1.5%

1.5%

1.5%

1.5%

1% per 30
m

1% per 30
m

1% per 30
m

1% per 25
m

1% per 25 m

300 from
3 m above
1.5%

300 from
3 m above
1.5%

300 from
3 m above
1.5%

200 from
2 m above
2%

150 from
1.5 m above
2%

Max. transverse
slope of the
graded area

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

i) upward (%)
ii) downard (%)

2.5
5

2.5
5

2.5
5

3
5

3
5

Sumber: (F. Jansen, 2007. Pelengkap Kuliah Lapangan Terbang, hal 18)

Persyaratan yang dikeluarkan oleh ICAO untuk taxiway dengan kode huruf C (table 4-9)
adalah :

Kemiringan memanjang maksimum

= 1,5 %

Perubahan kemiringan memanjang max

= 1 % per 30 m

Jarak pandang minimum

Kemiringan transversal max. dari taxiway

Kemiringan transversal max. dari bagian yang diratakan pada strip taxiway :

= 300 m dari 3 m diatas

- Miring ke atas

= 2,5 %

- Miring ke bawah

= 5%

= 1,5 %

c. Jari-jari Taxiway (T/W)


Dapat dicari dengan 2 cara, yaitu cara analitis (dengan rumus) dan table 4-10
buku Lapangan Terbang, Ir. H. Basuki(hal.195)
1. Menggunakan Rumus (Analitis)
R

V2
(125 xf )

atau

0.388 xW 2
(T / 2) s

Dimana : V = Kecepatan pesawat saat memasuki taxiway


f = Koofisien

gesekan

antara

ban

pesawat

dengan

permukaan perkerasan
s = Jarak antara titik tengah roda pendaratan utama dengan
tepi perkerasan
s = wheel track + FK (ambil 2.5)
T = Lebar taxiway
W = Wheel base (jarak roda depan dengan roda pendaratan)utama
Dalammenghitung jari-jari taxiway diambil jenis pesawat rencana yaitu
BOEING 737-400 diperoleh :
Lebar wheel track

= 5.23 m

Lebar whell base

= 14.27 m

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

Lebar taxiway (T/W)

= 18 m

S = x 5.23 +2.5
= 5.115 m

Maka jari-jari taxiway (R) =

0.388 x14.27 2
(18 / 2) 5.115

= 20.34 m 20 m

Berdasarkan kecepatan pesawat rencana Kita ambil

= 30 . Berdasarkan table 4, didapat

jarak antara sumbu T/W dan sumbu landasan (Kode 4C) dan landasan instrumental = 168 m.

Tabel 4. Taxiway Minimum Separation Distance


Distance between taxiway senter line
And runway center line (meter)
Code
Lette
r

(1)

1
(2)

Instrument Runways

Non-Instrument Runways

Code Number

Code Number

2
(3)

3
(4)

4
(5)

1
(6)
37,5

Taxiway
other then
aircraft
stand
taxiline,
ctr-line to
object
(meter)

Aircraft
stand
taxiline
ctr-line
to
object
(meter)

2
(7)

3
(8)

4
(9)

(10)

(11)

(12)

37,50

23,75

16,25

12,00

42,00

33,50

21,50

16,50

93,00
101,0

44,00

26,00

24,50

101,00

66,50

40,50

36,00

107,50

80,00

47,50

42,50

115,00

97,50

57,50

50,50

82,50

82,50

87,00

87,00

168,00

0
-

176,00

176,00

E
F

182,50

0
-

190,00

0
42,0

Taxiway
Ctr-line
to
taxiway
ctr-line
(meter)

Sumber : ICAO, Aerodromes 14 Internasional Standar & Recommended Practices,

3rd Edition, 1999

A. Exit Taxiway
Fungsi exit taxiway adalah menekan sekecil mungkin waktu penggunaan landasan oleh
pesawat yang mendarat. Exit taxiway dapat ditempatkan dengan membuat sudut siku-siku terhadap
landasan atau kalau terpaksa sudut yang lain yang juga bisa. Exit taxiway yang mempunyai sudut
30 disebut Kecepatan Tinggi atau cepat keluar sebagai tanda bahwa taxiway tersebut
direncanakan penggunaannya bagi pesawat yang harus cepat keluar. Apabila lalu lintas rencana
pada jam-jam puncak kurang dari 26 gerakan (mendarat atau lepas landas), maka exit taxiway
menyudut siku cukup memadai. Lokasi exit taxiway ditentukan oleh titik sentuh pesawat waktu
mendarat pada landasan dan kelakuan pesawat waktu mendarat. Untuk menentukan jarak lokasi

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

exit taxiway dari Threshold , dihitung dengan rumus : Jarak dari Threshold kelokasi exit taxiway =
jarak touch down + D. Berikut ini tabel yang digunakan untuk perhitungan Exit taxiway:
Tabel 5. Aircraft/Exit Taxiway Design Groups
Design
Group

Touch
Down

Approac Speed

Right Angle

a)

Sped
See b)

High Speed

Aircraft Type
Speed

L0

Speed

L0

Less than 91 Knots (169 km/h)

Convair 240, Dc-3, DHC-7

Between 91 knots (169 km/h) and


120 knots (222 km/h)

97 knots
(180 km/h)

Convair 600, DC-6, Fokker 28,


Viscount 800,HS-748 series 2A

32 km/h

1106 m

93 km/h

890 m

Between 121 knots (224km/h) and


140 knots (259 km/h)

120 knots
(222 km/h)

Airbus A-300&310, B-707320&420, B-727, B-737,B-757,


B-767, BAC-111, DC-9

32
km/h

1688 m

93 km/h

1470 m

Between 141knots (261km/h) and


165 knots (306 km/h)

140 knots
(259 km/h)

B-747, MD-11, DC-10,L2151 m


93 km/h
1940 m
1011,Airbus A-340, TU-154,Il32 km/h
62M, DC-8(61&63), B-707-200
Aircraft are assumed to tauchdown at an average of 1.3 times the stall speed in the landing configuration at an

a)

average gross landing weight of about 85% of the maximum. This represents a touchdown speed of 92% of the average approach speed used for
grouping the aircraft.
b) The average touch down speed of the group is determined when the type of aircraft expected to use the airport are known.

Sumber: (F. Jansen, 2007. Pelengkap Kuliah Lapangan Terbang, hal 26)

B.

Letak exit taxiway


Fungsi exit taxiway atau biasa disebut turn off adalah menekan sekecil mungkin waktu
penggunaan landasan oleh pesawat yang mendarat.
Exit taxiway dapat ditempatkan dengan membuat sudut siku-siku terhadap landasan atau sudut lain
terhadap landas pacu. Apabila sudut ini besarnya 30, exit taxiway ini di sebut exit taxiway
kecepatan tinggi (high speed exit) di rancang untuk pesawat yang harus cepat keluar meninggalkan
landasan.
Untuk menentukan lokasi exit taxiway yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Kecepatan waktu touchdown (menyentuh landasan)
2. Kecepatan awal sampai titik A (gambar 2.8)
3. Jarak dari treshold sampai ke touchdown
4. Jarak dari touchdown sampai titik A (gambar 2.8)
Touchdown
point Point
Touchdown

Aircraft
Aircraft
Touchdown Speed (S1)
1

Exit Taxiway
Exit taxiway

Touchdown speed (S ) (2)

A
A

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

L0 = Jarak Touchdown (300 m)

Initial Exit Speed S2


Runway

D = Jarak Touchdown ke titik A

L1 = Koreksi terhadap Elevasi

L2 = Koreksi terhadap Temperatur

Gambar 3. Lokasi Exit Taxiway


Untuk menentukan exit taxiway digunakan rumus sebagai berikut:
Distance to Exit taxiway = Touchdown Distance + D
Dalam menentukan exit taxiway di gunakan data-data sebagai berikut:
Pesawat rencana BOEING 737 - 400, dengan design group C.

Dimana : D =Jarak dari Touch Down ke titik A


D

( S12 ) ( S 2 2 )
2a

S1= KecepatanTouch Down (m/det)

180 km/jam (50m/det) untuk pesawat group B

222 km/jam (61,67m/det) untuk pesawat group C

259 km/jam (71.94m/det) untuk pesawat group D


S2= Kecepatanawal ketika meninggalkan landasan (m/det)
-

Untuk Right Angle Exit taxiway = 32 km/jam (8.89 m/det)


Untuk Rapid Exit taxiway = 96 km/jam (26.67 m/det)

a = Perlambatan (m/det2) = 1.5 m/det2


Dalam tugas ini diketahui pesawat rencana :B 737-400 dan perencanaan lokasi yaitu
Right Angle Exit Taxiway, sehingga didapat :
BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

Design group

= C

Kecepatan Touch Down (S1)

= 222 km / jam = 61.67 m/det

Kec. Awal saat meninggalkan Landasan(S2)

= 8.89 m/det

Perlambatan (a)

= 1,5 m/s

Dari jarak Touch down yang sesuai, maka didapat jarak dari Threshold sampai
ketitik awal kurva Exit Taxiway (untuk design group C ).
LO= JarakTouch down dari R/W + D

( S12 ) ( S 2 2 )
D
2a

(61.67 2 ) - (8.89 2 )
2(1.5)
= 1241 m

Untuk kode B, jarak Touch down = 350 m dan untuk kode C & D, jarak
Touch down = 450 m.
LO

= JarakTouch down dari R/W +D


= 450 + 1241 m
= 1691 m

Jarak ini dihitung berdasarkan kondisi Standard Sea Level. Tapi jarak yang
didapatkan ini harus ditambah 3 % per 300 m setiap kenaikan dari permukaan laut, dan
sekitar 1 % setiap 5,6 C (10F ) dan diukur dari 15C = 59 F.

Koreksi terhadap elevasi


Setiap kenaikan 300 m dari muka laut jarak harus ditambah 3 %, maka :

L1 = LO [ 1 + (0.03 x

E
300

= 1691 [ 1+ (0,03 x

)]

46
300

)]

= 1768.786 m

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

Koreksi terhadap temperatur


Setiap kenaikan 5,6 C dari kondisi standar (15 C = 59 F) jarak bertambah 1 %
maka

L2 = L1

Teff 15O

0
.
01

5,6

19.622 15

1 0.01
5,6

= 1768.786
= 1738.935 m
Maka Distance To Exit Taxiway = 1738.935 m 1739 m

3. Holding Bay
Pada lapangan terbang yang mempunyai lalu lintas padat perlu dibangun Holding Bay.
Dengan disediakannya Holding Bay maka pesawat dari apron dapat menuju ke landasan
dengan cepat dan memungkinkan sebuah pesawat lain untuk menyalip masuk ujung landasan
tanpa harus menunggu pesawat didepannya yang sedang menyelesaikan persiapan teknis.
Keuntungan-keuntungan Holding Bay antara lain :

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

1. Keberangkatan pesawat tertentu yang harus ditunda karena sesuatu hal, padahal
pesawat tersebut sudah masuk taxiway menjelang sampai ujung landasan tidak
menyebabkan tertundanya pesawat lain yang ada dibelakangnya. Pesawat
dibelakangnya bisa melewati pesawat didepannya diholding bay. Penundaan pesawat
depan misalnya untuk penambahan payload yang sangat penting pada saat sebelum
lepas landas, penggantian peralatan rusak yang diketahui sesaat sebelum tinggal
landas.
2. Pemeriksaan altimeter (alat pengukur tinggi) sebelum terbang dan

memprogram

alat bantu navigasi udara apabila tidak bisa dilakukan apron.


3. Pemanasan mesin sesaat sebelum lepas landas.
Holding Bay bisa juga digunakan sebagai titik pemeriksaan Aerodrome untuk VOR (Very
Omny High), karena untuk pemeriksaan itu pesawat harus berhenti untuk menerima sinyal dengan
benar. Ukuran Holding Bay tergantung pada :
1. Jumlah dan posisi pesawat yang akan dilayani ditentukan oleh frekuensi pemakaiannya.
2. Tipe-tipe pesawat yang akan dilayani.
3. Cara-cara / perilaku pesawat masuk dan meninggalkan Holding Bay.
Ditentukan pula bahwa kebebasan antara pesawat yang sedang diparkir dengan pesawat
yang melewatinya, yaitu ujung sayap pesawat, tidak boleh kurang dari 15 m, apabila pesawat yang
bergerak adalah tipe turbo jet, dan 10 m apabila pesawat yang bergerak adalah tipe propeller.
Holding Bay harus ditempatkan di luar area kritis yaitu sekitar instalasi ILS (Instrument
Landing System) agar terhindar dari gangguan pada peralatan Bantu pendaratan. Agar tercapai
operasi penerbangan yang aman dan selamat dilapangan terbang, diperlukan jarak minimum dari
sumbu landasan ke holding bay atau posisi taxi holding, tidak boleh kurang dari persyaratan yang
diberikan pada table 4 12.

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

IV.

PERENCANAAN TERMINAL AREA

Perencanaan Apron
Apron merupakan bagian lapangan terbang yang disediakan untuk memuat, dan menurunkan
penumpang dan barang dari pesawat, pengisian bahan bakar parkir pesawat dan pengecekan alat
mesin yang seperlunya untuk pengoperasian selanjutnya.
Dimensi apron dipengaruhi oleh :

Jumlah gate position

Konfigurasi parkir pesawat

Cara pesawat masuk dan keluar

Karakteristik pesawat terbang, termasuk pada saat naik (take off) dan turun (landing).
Gate Position
Dalam menentukan gate position yang diperlukan, dipengaruhi oleh :

Kapasitas runway per jam

Jenis pesawat dan prosentasi jenis pesawat tersebut

Lamanya penggunaan gate position oleh pesawat (gate occupancy time)

Prosestasi pesawat yang tiba dan berangkat


Jumlah gate position ditentukan dengan rumus :

Vxt
U

Dimana :

V =

Volume rata rata

Rata rata gate occupancy time (per jam)

U =

Utilization factor (factor pemakaian)

Untuk penggunaan secara bersama oleh semua pesawat, berlaku U dengan nilai dari

0,6 0,8

(dipakai 0,6). Untuk roda pada gate occupancy time (t) pada setiap kelas pesawat dibagi per jam
(tiap 60 menit).
-

Pesawat kelas A

60 menit

Pesawat kelas B

45 menit

Pesawat kelas C

30 menit

Pesawat kelas D & E

20 menit

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

Untuk kapasitas runway per jam (V) dibagi 2 per jumlah setiap jenis pesawat yang
dilayani.
Sesuai data tugas ini, jenis pesawat yang dilayani adalah :
Pesawat DC9 30

: 3 Unit

Pesawat B 737-400

: 2 Unit

Pesawat ATR 42-200

: 2 Unit

a. Pesawat DC9 30 (kelas C)

b. Pesawat B 737-400 (kelas C)

c. Pesawat ATR 42-200 (kelas C) G3 =

G1 =

G2 =

( 3 ) x(30 )
2
60
0,6
( 2 ) x(30 )
2
60
0,6

( 2 ) x(30 )
2
60
0,6

= 1.25 1

= 0.83 1

= 0.83 1

Jumlah gate position untuk semua jenis pesawat yang akan dilayani adalah :
= G1 + G2 + G3
=1+1+1
= 3 unit
Turning Radius (r)
Turning radius untuk masing-masing pesawat dihitung dengan menggunakan
r = x (wingspan + wheel track) +
fordward roll

rumus :

Dimana, Fordward roll (pada keadaan standar) = 3,048 m (10 ft)


a. Pesawat DC9 30
Dik :
- wingspan

= 28.5 m

- wheel track = 6 m
Maka :
Turning Radius (r)

= x (28.5+ 6) + 3.048
BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

= 20.298 m
Luas gate

= x r2
= x 20.2982
= 1294.4 m2

b. Pesawat B 737 - 400


Dik :
- wingspan

= 28.9m

- wheel track = 5.23 m


Maka :
Turning Radius (r) = x (28.9+ 5.23) + 3.048
= 20.113 m
Luas gate = x r2
= x 20.6982
= 1270.9 m2
c. Pesawat ATR 42-200
Dik :
- wingspan

= 24.6 m

- wheel track = 4 m
Maka :
Turning Radius (r) = x (24.6 + 4) + 3.048
= 17.348 m
Luas gate = x r2
= x 17.3482
= 945.5 m2
Luas Apron
Panjang apron :
Panjang apron dihitung dengan menggunakan rumus :
P = G . W + (G-1) c + 2Pb

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

Dimana : P = Panjang apron


G = Gate position
W = Wingspan
Pb = Panjang badan pesawat
C = wing tip clearance --- menurut ICAO (table. 6)

Tabel 6. Wing Tip Clearence yang Disarankan ICAO


Code Letter
A

Aircraft Wing Span


Up to but including 15 m(49 ft)

3,0 m (10 ft)

15 m (49 ft) Up to but including 24 m (79 ft)

3,0 m (10 ft)

24 m (79 ft) Up to but including 36 m(118 ft)

36m (118 ft) Up to but including 52 m(171 ft)

52m (171ft) Up to but including 60 m(197 ft)

4,5 m (15 ft)


7,5 m (25 ft)
7,5 m (25 ft)

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

Jadi, akan dibangun apron dengan luas total, yakni :

Pesawat DC 9 30 (kode C)
Dik :

G = 1

C = 4.5 m

W = 28.5

Pb = 36.37 m

Maka : P1 = G.W +(G-1).C+2.Pb


= 1 x 28.5 + (1-1) x 4.5 + 2 x 36.37
= 101.24 m

Pesawat B 737 - 400 (kode C)


Dik :

G = 1

C = 4.5 m

W = 28.9

Pb = 36.45 m

Maka : P1 = G.W +(G-1).C+2.Pb


= 1 x 28.9 + (1-1) x 4.5 + 2 x 36.45
= 101.8 m

Pesawat ATR 42-200 (kode C)

Dik :

G = 1

= 4.5 m

W = 24.6

Pb = 22.67 m

Maka : P1 = G.W +(G-1).C+2.Pb


= 1 x 24.6 + (1-1) x 4.5 + 2 x 22.67
= 74.44 m

Jadi, panjang apron total (P total) adalah :


P total

P1 + P2 + P3

101.24 m + 101.8 m + 74.44m

277.48 m

Lebar Apron
Lebar apron dihitung dengan menggunakan rumus :
L = 2. P b + 3. c
Lebar apron dihitung berdasarkan pesawat rencana yaitu B 737 - 400
Dengan Pb = 36.45 dan C = 7,5; sehingga :
BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

L = 2 x 36.45 + 3 x 7,5
= 95.4 m
Luas totoal Apron

95.4*277.48 = 26471.592 m2

26472 m2

Perencanaan Hanggar
Hangar direncanakan untuk 2 pesawat. Dalam hal ini direncanakan berdasarkan
ukuran pesawat rencana yaitu B 737-400. Luas hangar dihitung dengan rumus :
L = 2 x (wingspan x Panjang badan
pesawat)
L

= 2 x

(28.9 x 36.45)

= 2106.81 m2
L =2107 m2
Ruang gerak dan peralatan reparasi diambil 300 m,
Sehingga total luas hangar adalah :
L total = 2107 + 300
= 2407 m2

Passanger Terminal
Luas passenger terminal diperhitungkan terhadap ruang gerak dan sirkulasi dari
penumpang, yaitu : untuk pesawat dengan jenis masing-masing dapat diperkirakan jumlah
penumpang per pesawat dalam 1 jam.
Jenis Pesawat
Pesawat DC 9-30

Jumlah

Payload

Jumlah Penumpang

115

= 3 x 115 = 345

Pesawat ATR 42-200


Pesawat B737-400

50

= 2 x 50 = 100

188

= 2 x 188 = 376

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

Total penumpang = 345 orang + 100 orang + 376 orang = 821 orang
Asumsi : Jika tiap penumpang membawa 3 orang pengantar dengan ruang gerak tiap
penumpang 4m2
Maka, luas passenger terminal adalah :
L = 821+ 3 821 4 13136 m 2
Maka direncanakan Luas passenger terminal 13136 m2

Terminal Building
Perencanaan terminal building diperhitungkan berdasarkan penumpang pada jam sibuk.
Pesawat yang akan dilayani 7 buah / jam. Untuk pesawat Pesawat B.737-400 merupakan
pesawat terbesar dalam perencanaan mempunyai kapasitas penumpang maksimum
(payload max) adalah 188 orang dengan load factor = 75%
Jadi jumlah penumpang pada jam sibuk = 7*188*75% = 987 orang.
Gedung terminal fungsinya adalah sebagai tempat untuk memberikan pelayanan bagi
penumpang maupun barang yang akan tiba dan yang akan berangkat. Oleh sebab itu perlu
disediakan ruang pemberangkatan, ruang tiba, ruang tiket, dan lain-lain.
Untuk melengkapi gedung terminal perlu disediakan fasilitas yang meliputi:
2. Fasilitas penumpang antara lain: ruang tunggu, kafetaria, pertokoan, toilet, tempat
ibadah, ruang istirahat, telpon umum, ruang pertolongan pertama, serta ruang
informasi.
3.

Fasilitas perusahaan penerbangan antara lain: ruang kantor perusahaan


penerbangan,

loket

check

in,

fasilitas

penanganan

bagasi,

serta

fasilitas

Telekomunikasi.
4.

Fasilitas untuk kantor pemerintahan: kantor pengamat cuaca (Meteorologi


dan Geofisika), kantor Telekomunikasi, kantor kesehatan, dan kantor keamanan.
Untuk menjamin dan memberikan kenyamanan kepada penumpang serta kepada

penjemput dan pengantar, biasanya gedung terminal dibatasi oleh dua wilayah yaitu:
1. Wilayah utama adalah wilayah dimana para calon penumpang masih membaur dengan
para pengantar atau penjemput.

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

2. Wilayah steril adalah wilayah yang hanya dikhususkan bagi calon penumpang serta
petugas airline maupun keamanan.
Untuk menentukan luas gedung terminal FAA membuat factor pengali untuk masingmasing kebutuhan ruangan, agar dapat menampung arus penumpang dan barang
berdasarkan ramalan-ramalan yang sudah ada.
Tabel Faktor Pengali Kebutuhan Ruang Gedung Terminal
2

Fasilitas Ruangan

Kebutuhan ruangan 100 m


untuk setiap 100 penumpang
pada jam sibuk

Tiket/check in

1,0

Pengambilan barang

1,0

Ruang tunggu penumpang

2,0

Ruang tunggu pengunjung

2,5

Bea cukai

3,0

Imigrasi

1,0

Restoran

2,0

Operasi airline

5,0

Total ruang domestik

25,0

Total ruang international

30,0

Sumber : (R. Horonjeff, 1979. Planning and Design Airport, hal 258)

A.

Perencanaan Gudang
Gudang berfungsi sebagai tempat penampungan barang dan pos paket yang akan

dikirim maupun yang tiba. Untuk perencanaan gudang dipakai standar yang dikeluarkan
IAIA yaitu 0,09 m2/ton/tahun untuk pergerakan barang ekspor dan 0,1 m2/ton/tahun untuk
barang impor. Untuk menghitung luas gudang diambil angka 0,1 m2/ton/tahun dikali
dengan pos paket + barang.
B.

Perencanaan Pelataran Parkir

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

Dalam merencanakan luas parkir kendaraan penumpang terlebih dahulu dihitung


besarnya jumlah penumpang pada jam sibuk, dan diperkirakan untuk 2 penumpang
menggunakan satu kendaraan.
Rata-rata luas parkir untuk satu kendaraan adalah lebar 2,6 m dan panjang 5,5 m
dimana konfigurasi parkir dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Sumber: (Heru Basuki, 1984 Merancang dan Merencanakan Lapangan Terbang, hal 122)

Gambar Konfigurasi Parkir Kendaraan

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

Parking area
Ada beberapa cara untuk menentukan luas parking area, walaupun kadang-kadang cara
tersebut tidak dapat dilakukan karena ada perbatasan.
Cara-cara tersebut antara lain :
1. Mendapatkan proyeksi harian penumpang yang masuk (datang) dan keluar (berangkat) lapangan
terbang. Jumlah ini dikonversikan kejumlah kendaraan untuk menentukan akumulasi puncak
dari jumlah kendaraan.
2. Menghubungkan akumulasi maksimum jumlah kendaraan dengan jam-jam sibuk jumlah
penumpang pada tahun yang diketahui. Koreksi ini dipergunakan untuk memproyeksikan
permintaan kendaraan pada jam-jam sibuk dimasa depan.
Batasan dari kedua cara ini adalah : karakteristik sifat kendaraan sulit untuk menentukan tingkat
estimasi kendaran dan lain-lain. Rata-rata luas ruang parkir untuk 1 mobil adalah lebar 2,6 m dan
panjang 5,5 m(Sumber : Merancang, Merencana Lapangan Terbang oleh Ir.H.Basuki, hal 118-121)
Dalam tugas ini telah dihitung :
- Banyaknya penumpang pada jam sibuk

= 987 orang

- Banyaknya pengantar (3 pengantar / penumpang)

= 2961 orang

- Total

= 3948 orang

Asumsi : Tiap mobil memuat 4 orang


Sehingga jumlah mobil : 9.880 / 4 = 987 kendaraan
Asumsi : Jumlah mobil pengantar = jumlah mobil penjemput
Jadi, jumlah mobil keseluruhan : 3 x 987 = 2961 kendaraan
Diketahui bahwa ukuran pemakaian ruang parkir yang normal untuk 1 buah mobil termasuk bagian
samping adalah : 2,6 x 5,5 = 14,3 m2
Jadi, luas areal parkir yang direncanakan adalah :
= 14,3 x 2961 = 42342.3 m2
Ruang gerak sirkulasi dari pada mobil sama dengan luas areal parkir mobil. Jadi, total luas areal
parkir adalah :
L total = 2 x 42342.3 m2 = 84684.6 m2

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

PERENCANAAN PERKERASAN STRUKTURAL


Perkerasan adalah struktur yang terdiri dari beberapa lapisan dengan kekerasan dan daya
dukung yang berlainan. Perkerasan berfungsi sebagai tumpuan rata-rata pesawat. Permukaan yang
rata menghasilkan jalan pesawat yang comfort, maka harus dijamin bahwa tiap-tiap lapisan dari atas
kebawah cukup kekerasan dan ketebalannya sehingga tidak mengalami DISTRES (perubahan
bentuk perkerasan karena tidak mampu menahan beban yang diberikan di atasnya).
Perkerasan fleksibel adalah perkerasan yang dibuat dari campuran aspal dan agregat digelar
di atas permukaan material granular mutu tinggi. Perkerasan fleksibel terdiri dari lapisan surfase
course, base course dan subbase course. Masing-masing bisa terdiri dari satu atau lebih lapisan.
Semuanya digelar diatas tanah asli yang dipadatkan (subgrade) yang bisa terletak diatas tanah
timbunan atau asli.
Perkerasan kaku (rigid) adalah perkerasan yang dibuat dari slab-slab beton,digelar di atas
granular atau subbase course yang telah dipadatkan dan ditunjang oleh lapisan tanah asli
dipadatkan (subgrade), yang pada kondisi-kondisi tertentu kadang-kadang subbase tidak diperlukan.
A. Perencanaan Perkerasan Struktural fleksibel Runway dan Taxiway
Dari data yang ada :
- Tipe pesawat rencana

: B737-400

- Maximum Take Off Weight (MTOW)

: 68.040 Kg

- Roda Pendaratan

: Dual Wheel Gear (DG)

- Annual Departure

Jenis Pesawat
DC 9 - 30
ATR 42 - 200
B737 - 400
Titik
CBR

Annual Departure
6000
6000
15.000
1
7

2
6

- CBR Sub Base


: 22 %
- CBR Sub Grade
3
7

4
9

5
10

6
12

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

* Perhitungan Nilai CBR


- Cara analitis
Jumlah titik

=6

X = Xi/n
= (7 + 6 + 7 + 9 + 10 + 12) / 6
= 8.5
Titik (n)
1
2
3
4
5
6

CBR (Xi)
7
6
7
9
10
12
Jumlah

(Xi X)2
2.25
6.25
2.25
0.25
1.5
3.5
16

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

(Xi X) 2
n 1

Simpangan Baku : Sd =

16
5

= 1.79

Nilai CBR batas bawah

Nilai CBR batas atas

X sd = 8.5 1.79

X sd = 8.5 + 1.79

= 6.71

= 10.29

Untuk confidance kumulatif 95% didapat nilai CBR Subgrade diantara 6.71% dan 10.29 %.
Jadi CBR rencana diambil 8.5 % karena berada di antara batas bawah dan batas atas.
* Perhitungan Tebal Perkerasan
Dik :

CBR Sub Grade

: 8.5 %

CBR Sub Base

: 22 %

Pesawat yang dilayani :


Jenis Pesawat
DC 9 - 30
ATR 42 - 200
B737 - 400

Annual Departure
6000
6000
15.000

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

- Menentukan pesawat rencana


1. Dari table 1.1 pada buku Merancang, Merencana Lapangan Terbang diperoleh MTOW
dari masing-masing pesawat yang dilayani dalam satuan kg. Nilai ini dikonversi ke satuan
lbs (=0,454 kg).
2. Dari table 1-2 pada buku yang sama diperoleh konfigurasi roda pendaratan pada masingmasing pesawat, dimana jenis roda pendaratan akan menentukan jenis grafik yang akan
dipakai untuk menentukan tebal perkerasan sementara.
3. Annual Departure dari tiap pesawat diperoleh dari data tugas.
4. Tebal perkerasan total sementara di peroleh dari grafik-grafik yang dilampirkan, berdasarkan
jenis pesawat, tipe roda, annual departure dan CBR ( digunakan CBR Sub Grade = 8.5 %).

Pesawat
DC 9 - 30
ATR 42 - 200
B737 - 400

MTOW (Kg)
54,885
16.700
68.040

Tipe roda pendaratan


DWG
SWG
DWG

Annual

Tebal total perkerasan

Departure
6000
6000
15.000

sementara
25
14
28

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

25

Pesawat DC 9 30

14
BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

Pesawat ATR 42-200

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

28

Pesawat B.7373-400
Tabel Faktor Konversi

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

Karena

tebal

total

perkerasan

sementara

terbesar adalah 28 dari pesawat, maka yang


dipakai

sebagai

pesawat

rencana

untuk

menentukan tebal perkerasan adalah pesawat B.737-400 (dengan tipe roda pendaratan DWG).
- Menghitung Ekuivalent Annual Departure terhadap pesawat rencana
1. Hitung R2
R2 =

Factor konversi ke DWG x Annual departure pesawat.


Factor konversi dari SWG ke DWG = 0,8

2. Hitung W2 (Kg)
1
W2 =
n

x 0,95 x MTOW tiap pesawat

= jumlah roda masing-masing pesawat

3. Hitung W1 (Kg)
1
W1 =
n

x 0,95 x MTOW pesawat rencana

= jumlah roda pesawat rencana


= 6 buah
w2

4. Hitung R1 dengan rumus = Log R1 = Log R2 (

w1

1
2

log R 2 (

W2 2
)
W1

R1 = 10

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

Jumlah

Annual

Roda

Departure

DC 9 - 30

ATR 42 - 200
B737 - 400

Pesawat

MTOW

R2

W2

W1

R1

6000

54.885

6000

8690.125

10733

2509.753

6000

4800

5288.333

10733

383.710

15.000

16.700
68.040

6000

10733

10733

6000

EKUIVALENT ANNUAL DEPARTURE (R1)

= 8893.4463
= 8894

Jadi Equivalent Annual Departure yang akan digunakan dalam menghitung tebal perkerasan adalah
8894

- Menghitung tebal perkerasan dengan pesawat rencanax


Pesawat rencana

= B.737-400

MTOW

= 68.040 Kg

Annual

= 8894

Sub base coarse CBR

= 22 %

Sub grade CBR

= 8.5 %

Sub Grade CBR 8.5% (CBR rencana


batas Atas Batas & batas Bawah)

Sub Base Coarse CBR 25% (Dari data)

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

13

28

Kurva Perkerasan Flexible Untuk Daerah Kritis, Pesawat Rencana B 737-400


(Dual Wheel Gear) Dengan Subgrade 8.5 % CBR Antara

Langkah Perhitungan:
a. Dari kurva perkerasan Flexible untuk pesawat rencana B.737- 400 dengan MTOW
= 68.040 Kg
CBR Sub grade

= 8.5 %

Equivalent Departure = 8894


Didapat tebal perkerasan 28 inch
b. Tebal sub base dari kurva yang sama untuk CBR 22 % didapat:
Tebal = 13 inch
Jadi tebal surface + base (28 13) = 15 inch
c. Surface untuk daerah kritis 4 inch
Jadi tebal sub base coarse = 15 4 = 11 inch
Kesimpulan:
Surface coarse

= 4 inch

= 10 cm

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

Base coarse

= 15 inch

= 38 cm

Sub base coarse = 11 inch

= 28 cm

Tebal total

= 76 cm

= 30 inch

Di Chek dengan Kurva Tebal Minimum Base Coarse

12
Dicek dengan menggunakan kurva tebal minimum base coarse = 12 inch, maka
tebal base coarse = 15 inch sudah memenuhi syarat.
Dari hasil perhitungan tersebut diambil kesimpulan sebagai berikut:

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

Kesimpulan:
Surface coarse

= 4 inch

= 10 cm

Base coarse

= 15 inch

= 38 cm

Sub base coarse = 11 inch

= 28 cm

Tebal total

= 76 cm

= 30 inch

Gambar lapisan perkerasan flexible:


Daerah Kritis:
Surface

10 cm

Base coarse

38 cm

Sub base coarse


CBR 22 %

28 cm

Sub grade CBR 8.5 %

Daerah Non Kritis:


Surface

Daerah Transisi/pinggir:
9 cm
surface

Base coarse

34 cm
Base coarse

Sub base coarse


CBR 22 %

Sub grade CBR 8.5 %

6 cm

25 cm

Sub base coarse


CBR 22%

27 cm
20 cm

Sub grade CBR 8.5 %

Ket : Untuk daerah non kritis ketebalan T direduksi 0,9T sedangkan untuk daerah
transisi direduksi 0,7 T.
Gambar Penampang Kritis, Non Kritis dan daerah Transisi/Pinggir

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

B. Perencanaan Perkerasan Kaku Untuk Apron


Perencanaan perkerasan kaku untuk apron dihitung berdasarkan metoda PCA. Ada 2
metode yang dibuat oleh PCA untuk menghitung tebal perkerasan untuk apron, yaitu:
- metode yang didasarkan pada factor keamanan
- metode yang didasarkan pada konsep kelelahan
Dalam tugas ini hanya akan dihitung tebal perkerasan berdasarkan factor keamanan. Faktor
keamanan adalah perbandingan Modulus of Rapture beton umur 90 hari dengan Working Stress.

MR90
Working stress
Rumusnya :

FK =

Untuk menentukan working stress dibutuhkan ramalan lalu lintas yang akan datang, yakni
menyangkut jenis pesawat, MTOW-nya dan roda-roda pendaratan yang sepadan.
Dalam tugas ini dianjurkan untuk menggunakan angka keamanan 2 (lihat buku Merancang,
Merencana Lapangan Terbang hal 363). Dalam menentukan perkerasan rigid, dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1.

Tentukan k Subgrade atau bila tersedia subbase, harga k subbase.

2.

Hitung lalu lintas pesawat dimasa yang akan datang dan


pembebanannya sehingga bisa dipilih angka keamanan yang sesuai.

3.

Tentukan working stress bagi tiap-tiap jenis pesawat, yaitu membagi


modulus of rapture beton umur 90 hari dengan angka keamanan yang telah
ditentukan.

4.

Hitung

tebal

perkerasan

dengan

memasukkan

harga-harga

parameter diatas ke dalam grafik yang sesuai dengan tipe roda pendaratan.
5.

Ulangi langkah-langkah diatas untuk jenis-jenis pesawat yang


berbeda.

6.

Pilih tebal perkerasan untuk kondisi yang paling kritis


Data-data yang ada

kapasitas pesawat per jam adalah 7 buah, dengan lama operasi landasan (1 x 24 jam)

Win Rose yang diperoleh untuk harga NE SW memberi harga prosentase wind
coverage maksimum yakni 99,631%

Equivalent Annual Departure pada pengolahan data adalah 8894

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

6000
25

INTERPOLAS
I

x=

8894
x

15000
28

88946000
( 2825 ))+25 =26
([ 150006000
]
-

Material yang akan dipakai untuk subbase adalah Batu pecah.


Direncanakan

- Landasan dioperasikan selama 1 x 24 jam


- Dalam 1 x 24 jam landasan bisa beroperasi : 24 x 99,631 %= 23,911 jam
- Annual Departure,misalnya untuk 1 tahun

= 23,911 x 7 x 365
= 61093 buah/tahun
= 167 buah/hari

Didapat dari pengolahan data bahwa bahan subgrade mempunyai nilai CBR 8.5 %, dapat
dikategorikan sebagai material lumayan baik. Harga k (Modulus of Subgrade Reaction) untuk
Lumayan baik adalah 200-250 Psi.
Nilai Modulus of Subgrade Reaction (k)
Harga k
Bahan sub grade

Sangat jelek

MN/m
< 40

Pci (lbs/in )
< 150

Lumayan baik

55 68

200 250

Sangat baik

> 82

> 300

Sumber: (H. Basuki, 1984. Merancang, Merencana Lapangan Terbang, hal 341

Perhitungan tebal plat beton metode PCA


Menghitung MR 90
Menghitung MR 90 digunakan perencanaan beton dengan umur 90 hari, namun jika tidak
mempunyai beton umur 90 hari maka bisa dipakai beton umur 28 hari dengan persentase 110%.
MR = k
Dimana: k

fc ,

= Konstanta yang harganya 8, 9.2, 10

fc ,

= Kuat tekan beton (lbs/in )

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

Data-data:

Digunakan beton mutu K 300.

bk = 300 kg/cm = 30 Mpa


fc

= 300 14,223 lbs/in = 4266,9 lbs/in

Harga k diambil 10 (maksimal)


Sehinnga : MR

= k

MR 90 = 110%

fc ,
= 10

4266,9

= 653,215 lbs/in

653,215 lbs/in

= 718,5365 lbs/in

Menghitung Working Sterss

Working Stress =

MR 90 718,5365

FK
2

= 359,268 Psi

Diketahui:
CBR Sub garde

= 8.5 %

k sub grade

= 200 Pci

Dengan menggunakan gambar 4.18 didapat harga k = 200 Pci


Direncanakan Sub base terdiri dari agregat batu pecah dengan tebal 15 cm
Menghitung tebal perkerasan Rigid:
-

Pesawat Rencana: DC 9 30

Working Stress = 359,268 Psi

MTOW

= 120.892 lbs
= 200 Pci

Dengan menggunakan gambar kurva perkerasan rigid untuk tipe roda Dual wheel gear
didapat tebal perkerasan rigid untuk pesawat rencana DC 9-30= 11.8 inch .

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

Berikut ini Perhitungan tebal perkerasan dengan jenis pesawat ATR 42-200
-

Working Stress = 359,268 Psi

MTOW

= 36.784 lbs
= 200 Pci

Dengan menggunakan gambar Kurva perkerasan rigid untuk tipe roda Dual wheel gear
didapat tebal perkerasan rigid untuk pesawat ATR 42-200 = 7 inch .

Berikut ini Perhitungan tebal perkerasan dengan jenis pesawat B737-400


-

Working Stress = 359,268 Psi

MTOW

= 150.002 lbs
= 200 Pci

Dengan menggunakan gambar Kurva perkerasan rigid untuk tipe roda Dual Wheel gear
didapat tebal perkerasan rigid untuk pesawat DC 10 30 = 13 inch .

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

11.8

Gambar kurva perkerasan rigid untuk tipe roda Dual tandem gear pesawat rencana DC 8 63

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

Gambar kurva perkerasan rigid untuk tipe roda Single Wheel gear pesawat rencana ATR 42200

13

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

Gambar kurva perkerasan rigid untuk tipe roda Dual wheel gear pesawat rencana B737-400
C. Perhitungan Penulangan (Pembesian)
Dari hasil perhitungan tebal rigid perkerasan berdasarkan parameter-parameter diatas di
dapat tebal perkerasan yang paling kritis yaitu 13 = 33.02 cm (Pesawat B.737-400)
Dengan demikian untuk perkerasan Rigid pada apron memiliki ketebalan rencan yaitu sebesar 13
Jumlah besi yang diperlukan untuk penulangan pada perkerasan rigid ditentukan dengan
rumus :
3,7 L

LxH
fs

As =

0.64 L

LXH
fs

As =
Dimana :

(imperial unit)

(metric unit)

As : luas penampang melintang setiap lebar/panjang slab (cm)


L : panjang/lebar slab (cm)
H : tebal slab (m), tebal perkerasan rigid yang paling kritis
Fs : tegangan tarik baja (kg/cm2)

Dari data :
- mutu baja

: U 32
kg

cm 2

- fs

: 3200

-H

: 13 = 33.02 cm

- L : Direncankan Slab beton ukuran 25 m 2, jadi L= 5m (500 cm)

0.64 x 500 500 x 33.02


3200

= 12.85 cm2

o Tulangan melintang

: As =

o Tulangan minimum

: Amin = 0,05% x penampang melintang (H x L)


= 0,05% x 33.02 x 500
= 8.255 cm2

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

Amin = 8.255 cm2 < As = 12.85 cm2


Pakai As = 12.85 cm2
Direncanakan menggunakan tulangan D-12 mm, dimana As = 1.131 cm 2

Banyaknya tulangan : n =

Jarak tulangan : R =

12.85
1.131

500
12 1

= 11.361 buah/m 12 buah/m

= 45.454 cm 45 cm

Jadi tulangan yang dipakai adalah 12 D- 12 mm 45 cm


o

Kontrol Jumlah Tulangan


Tulangan baja D 12 mm, dengan As = 1.131 cm 2
Banyaknya tulangan = 12 buah/m
Maka :

As(12 D-12 mm) = 12 x 1.131 = 13.572 > AminOK

Jadi dengan tulangan baja 12 D 12 mm dan tebal perkerasan rigid yang ada, mampu
menahan beban yang didapat dari perhitungan sebelumnya.

Joint (sambungan)
Joint / sambungan dibuat pada perkerasan kaku, agar beton bisa mengembang dan menyusut
tanpa halangan, sehingga mengurangi tegangan bengkok (flexural stress ) akibat gesekan,
perubahan temperatur, perubahan kelembaban serta untuk melengkapi konstruksi.
Joint dikategorikan menurut fungsinya, yaitu joint yang berfungsi kembang, disebut Expantion
Joint, untuk susut disebut Constraction Joint serta untuk penghentian waktu cor disebut
Construction Joint.
1. Expantion Joint
Expantion Joint

berfungsi memberikan ruang untuk beton mengembang, sehingga

terhindarlah adanya tegangan tekan yang tinggi, yang bisa menyebabkan slab beton
menjadi melengking. biasanya expantion Joint dibuat pada slab beton yang berpotongan
menyudut satu sama lain.
Dalam perencanaan tugas ini, karena menurut pengalaman, Expantion Joint merupakan
sumber kesulitan, maka tidak dibuat Expantion joint, karena slab beton yang ada sudah
cukup tebal (slab beton yang didapat = 33.02 cm).

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

3/4

Ujung dowel diberi gemuk

Diameter dan pan

2. Construction Joint
a. Construction joint memanjang
Joint model ini terdapat pada tepi setiap jalur pengecoran dan dibuat dengan diberi
tulangan Dowel sebagai pemindah beban pada bagian itu dan dapat berbentuk tepi
dengan kunci. (gambar type C)
T
2

0.2 T

0.1 T
Slope 1:4

Tipe C - Kunci

b. Construction joint melintang


Sambungan melintang diperlukan pada akhir pengecoran setiap harinya atau apabila
pengecoran diperhitungkan akan berhenti selama 1/2 jam atau lebih, misalnya karena
hujan akan turun sehingga operasi pengecoran dihentikan.

Untuk itu dititik

pemberhentian ini harus dibuat Construction Joint melintang. Apabila pemberhentian ini

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

sudah dekat dengan Construction Joint melintang rencana, disarankan membuet joint
dengan Dowel. (gambar type D)
0.5 T
0.5 T

T
Dowel diberi gemuk satu sisi
TipeD - Dowel

3. Contraction Joint (Dummy Joint)


Yaitu : Suatu permukaan pada potongan beton yang sengaja diperlemah, sehingga bila
terjadi penyusutan slab beton, tegangan susut bisa diperingan dan kalau material beton
harus retak, retak yang terjadi ini pada bidang yang telah dipersiapkan itu
Tegangan susust bisa terjadi karena penyusutan beton akibat perubahan temperatur,
kelembaban dan geseran. Pada slab beton yang tidak dibuat Constraction Joint, akan
terjadi keretakan secara random (dimana-mana) pada seluruh permukaan perkerasan.
Constraction Joint bisa dibuat dengan membuat alur pada beton dengan alat potong beton
(Sawed Groove) atau dipersiapkan ketika mengadakan pengecoran.

a. Contraction joint memanjang


Contraction Joint memanjang (Intermediate Longitudinal joint) ini dipakai untuk jalur
pengecoran yang lebarnya melebihi 25 ft

(= 7,62 m) dan dibuat diantara dua

Constraction joint memanjang. (gambar type H)


Alurnya digergaji atau dicetak pada acuan

T
TipeH - Dummy

b. Contraction joint melintang


FAA menyarankan pemberian Dowel untuk dua joint pertama pada masing-masing sisi
dari Expantion Joint dan semua Constraction Joint melintang dalam perkerasan rigid
dengan penulangan. (gambar type F)

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

Alurnya digergaji atau dicetak pada acuan


0.5 T
0.5 T

T
Dowel diberi gemuk satu sisi
Tipe F - Dowel

4. Jarak antara joint


Jarak antar joint diambil berdasarkan tabel 6 - 14 Merancang, Merencana lapangan
terbang oleh Ir. heru basuki, hal 389. Untuk tebal slab beton yang di dapat maka jaral
joint melintang dan memanjang = 6,1m atau 20 feet

5. Joint Sealent
Dipakai untuk mencegah merembesnya air dan benda-benda asing ke dalam joint. Sealant
dapat berbentuk bahan panas atau dingin. bahan panas atau dingin dituang atau ditekan
masuk dalam joint untuk mengisinya, idealnya Sealant masuk ke dalam sambungan dengan
permukaan 3 mm di bawah permukaan slab beton. Untuk daerah yang peka terhadap
bensin, dipakai Sealant yang tahan minyak.
Dalam perencanaan ini dipakai joint Sealant tinggal pasang yang sudah diproduksi oleh
pabrik. Ukuran Joint Sealant ini diambil berdasarkan daftar dari PCA seperti tercantum
dalam tabel 6 - 16 dan tabel 6 - 17, Merancang, Merencana Lapangan Terbang, oleh Ir.
herru Basuki, hal 395.
6. Dowel
Besi ini dipasang pada joint, berfungsi sebagai pemindah beban melintang sambungan, juga
berfungsi mengatasi penurunan vertikal relatif pada slab beton ujung.

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

Ukuran Dowel harus proporsional dengan beban yang harus dilayani dan direncanakan
berdasarkan fungsi tebal perkerasan.
FAA memberi daftar ukuran Dowel dan jarak Dowel untuk berbagai tebal slab beton seperti
tercantum pada tabel 6 - 15, Merancang, Merencana Lapangan Terbang, oleh Ir. herru
Basuki, hal 392.

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

Perkerasan struktur (structural pavement) berfungsi untuk mendukung beban yang bekerja
pada landasan pacu yaitu kendali, stabilitas, dan kriteria dimensi operasi lainnya sehingga mampu
melayani lalulintas pesawat.
Bahu landasan (shoulder), yang terletak berdekatan dengan tepi perkerasan yang berfungsi
untuk menahan erosi akibat hembusan mesin jet dan menampung peralatan untuk pemeliharaan
saat kondisi darurat.
Bantalan hembusan (blast pad) adalah suatu area yang dirancang khusus untuk mencegah
erosi permukaan pada ujung-ujung landasan pacu akibat hembusan mesin jet yang tserus-menerus
atau berulang-ulang. Biasanya area ini ditanami dengan rumput. FAA menetapkan panjang bantal
hembusan harus 100 kaki untuk penggunaan pesawat kelas I, 150 kaki untuk penggunaan pesawat
kelas II, 200 kaki untuk penggunaan pesawat kelas III dan IV dan 400 kaki untuk kelompok
rancangan V dan VI. (Horonjeff, 1994).
Daerah aman untuk landasan pacu (runway safety area) adalah daerah yang bersih tanpa
benda-benda yang mengganggu, dimana terdapat saluran drainase, memiliki permukaan yang rata,
dan mencakup bagian perkerasan, bahu landasan, bantalan hembusan, dan daerah perhentian,
apabila diperlukan. Daerah ini selain harus mampu untuk mendukung peralatan pemeliharaan saat
keadaan darurat juga harus mampu menjadi tempat aman bagi pesawat seandainya pesawat keluar
dari jalur landasan pacu. FAA menetapkan bahwa daerah aman landsan pacu harus memiliki

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

panjang 240 kaki dari ujung landasan pacu untuk pesawat kecil dan 1000 kaki untuk seluruh
rancangan kelas pesawat rencana. (Horonjeff, 1994).
Perluasan area aman (safety area extended), dibuat apabila dianggap perlu, yang bertujuan untuk
mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan terjadinya kecelakaan. Panjang area ini normalnya
adalah 800 kaki, tetapi itu bukan suatu ukuran baku karena bergantung pada kebutuhan lokal dan
luas area yang tersedia.

Cara Menentukan Runway Designator


Runway adalah salah satu bangunan atau icon yang sangat mencolok di suatu bandara.
Karena memang semua bandara memiliki runway. Pengertian runway tersendiri ialah
wilayah berbentuk persegi panjang di atas lapangan terbang yang digunakan untuk
pendaratan dan lepas landas pesawat.

Runway
Panjang dan lebar runway di setiap bandara berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan,keadaa
n obstacle sekitar bandara, dll. Kekuatan runway juga berbeda-beda, dalam bahasa
penerbangan kekuatan runway/bangunan lainnya di bandara lebih dikenal dengan sebutan
PCN (Pavement Classification Number). PCN juga ditentukan sesuai dengan kebutuhan
suatu bandara, dilihat dari pesawat apa yang akan menggunakan runway bandara tersebut,
semuanya ada hitung-hitungannya.
Angka
28
pada
gambar
di
atas,
adalah
merupakan Runway
Designator / pengenal runway. Dalam penentuan runway designator di suatu bandara,
diadakan observasi angin dalam kurun waktu 5 tahun setiap 3 jam sekali, hal ini dilakukan
untuk mengetahui mayoritas pergerakan angin di suatu wilayah di mana bandara akan
didirikan.
Misalkan hasil suatu observasi di suatu wilayah menunjukkan bahwa rata-rata pergerakan
angin sebesar 283 derajat. Dari angka tersebut diambil dua angka didepan, dan terjadi
pembulatan. Jika angka ketiga sebesar 1-4 maka pembulatan kebawah, 6-9 pembulatan
keatas. Karena rata-rata pergerakan angin sebesar 283 derajat maka runway designatornya
adalah 28 dan 10. Runway 28 berarti runway menuju ke arah angin 280 derajat, dan
runway 10 berarti runway menuju ke arah angin 100 derajat.
BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

Marking dan Perlampuan

Pada bagian pertama tentang Alat Bantu Pendaratan Pesawat di bandar udara, telah dibahas
mengenai Alat Bantu Pendaratan secara Instrument berupa Instrument Landing System
(ILS) walaupun Runway Visual Range (RVR). Dengan adanya Instrument Landing
SYstem (ILS) maka walaupun cuaca kurang baik maka pesawat terbang dapat mendarat
dengan selamat.
Untuk bagian ke 2 ini akan kita bahas Alat Bantu Pendaratan secara Visual. Artinya kondisi
cuaca di bandar udara cerah dan pilot secara visual dapat melihat langsung landasan. Alat
Bantu Pendaratan secara Visual terdiri dari :
2. Airfield Lighting System (AFL)
adalah alat bantu pendaratan visual yang berfungsi membantu dan melayani pesawat
terbang selama tinggal landas, mendarat dan melakukan taxi agar dapat bergerak secara
efisien dan aman.

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

Airfield Lighting System (AFL) meliputi peralatan-peralatan sebagai berikut :


1

Runway Edge Light.


yaitu rambu penerangan landasan pacu, terdiri dari lampu-lampu yang
dipasang pada jarak tertentu di tepi kiri dan kanan landasan pacu untuk
memberi tuntunan kepada penerbang pada pendaratan dan tinggal landas
pesawat terbang disiang hari pada cuaca buruk, atau pada malam hari.

Threshold Light,
yaitu rambu penerangan yang berfungsi sebagai penunjuk ambang batas
landasan, dipasang pada batas ambang landasan pacu dengan jarak tertentu
memancarkan cahaya Pemasangan lampu sepanjang tepi landasan sejauh 3
m dari tepi perkerasan. Jarak memanjang dari lampu ke lampu tidak boleh
lebih dari 60m. Apabila threshold landasan digeser, tetapi daerah yang
digeser tadi masih dipakai untuk lepas landas dan taxi, lampu tepi landasan
pada displaced area yang menghadap pilot berwarna merah. Sedangkan
berwana putih, lampu yang mneghadap arah kedatangan pesawat, dan
berwarna kuning untuk mengingatkan pilot bahwa landasan hampir habis
tinggal 600m. hijau jika dilihat oleh penerbang pada arah pendaratan.

Runway End Light,


yaitu rambu penerangan sebagai alat bantu untuk menunjukan batas
akhir/ujung landasan, dipasang pada batas ambang landasan pacu dengan
memancarkan cahaya merah apabila dilihat oleh penerbang yang akan
tinggal landas

Taxiway Light
yaitu rambu penerangan yang terdiri dari lampu-lampu memancarkan

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

cahaya biru yang dipasang pada tepi kiri dan kanan taxiway pada jarakjarak tertentu dan berfungsi memandu penerbang untuk mengemudikan
pesawat terbangnya dari landasan Kriteria perencanaannya sebagai berikut :
Taxiway dirancang sehingga mudah dikenali dan tidak
terkacau dengan landasan
Tanda keluar dari landasan masuk taxiway harus betul-betul
dikenali terutama pada rapid taxiway.
Harus merupakan pedoman sepanjang taxiway.
Perpotongan taxiway dengan landasan harus jelas ditandai
Rute dari landasan ke apron atau sebaliknya harus gampang
dikenal.
Lampu taxiway berwarna biru, lampu sumbu taaxiway
berwarna hijau.
pacu ke dan atau dari tempat parkir pesawat.
5

Flood Light,
Yaitu rambu penerangan untuk menerangi tempat parkir pesawat terbang
diwaktu siang hari pada cuaca buruk atau malam hari pada saat ada pesawat
terbang yang menginap atau parkir. Pada awal mula pendaratan malam
dilakukan, seluruh area landasan disinari seluruhnya (Flood Light). Lama
kelamaan dirasakan tidak perlu seluruh lapangan pendaratan disinari, cukup
bagian-bagian utama saja, kemudian dipakai lampu khusus untuk
pendaratan. Perlampuan menyinari seluruh permukaan landasan akhirnya
diganti dengan lampu yang menunjukkan arah sumbu landasan serta
ditambahkan lampu tepi landasan dipasang sepanjang tepi landasan. Pada
visibility jelek lapangan terbang dilengkapi dengan lampu touch down zone.

Approach light,
yaitu rambu penerangan untuk pendekatan yang dipasang pada
BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

perpanjangan landasan pacu berfungsi sebagai petunjuk kepada penerbang


tentang posisi, arah pendaratan dan jarak terhadap ambang landasan pada
saat pendaratan.

Precision Approach Path Indicator (PAPI) dan Visual Approach Slope


Indicator System (VASIS)
yaitu rambu penerangan yang memancarkan cahaya untuk memberi
informasi kepada penerbangan mengenai sudut luncur yang benar, dan
memandu penerbang melakukan pendekatan menuju titik pendaratan pada
daerah touch down.

Rotating Beacon,
yaitu rambu penerangan petunjuk lokasi bandar udara, terdiri dari 2 (dua)
sumber cahaya bertolak belakang yang dipasang pada as yang dapat
berputar, sehingga dapat memancarkan cahaya berputar dengan warna hijau
dan putih pada umumnya Rotating Beacon dipasang diatas tower.

Turning Area Light,


yaitu rambu penerangan untuk memberi tanda bahwa didaerah ini terdapat
tempat pemutaran pesawat terbang.

10 Apron Light,
yaitu rambu penerangan yang terdiri dari lampu-lampu yang memancarkan
cahaya merah yang dipasang di tepi Apron untuk memberi tanda batas
pinggir Apron.
11 Sequence Flashing Light (SQFL),
yaitu lampu penerangan berkedip berurutan pada arah pendekatan. SQFL
dipasang pada Bar 1 s/d Bar 21 Approach Light System.

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

12 Traffic Light,
yaitu rambu penerangan berfungsi sebagai tanda untuk pengaturan
kendaraan umum yang dikhawatrikan akan dapat menyebabkan gangguan
terhadap pesawat terbang yang sedang mendarat.
13 Obstruction Light,
yaitu rambu penerangan berfungsi sebagai tanda untuk menunjukan
ketinggian suatu bangunan yang dapat menyebabkan gangguan/rintangan
pada penerbangan.
14 Wind Cone,
yaitu rambu penerangan menunjukan arah angin bagi pendaratan atau lepas
landas suatu pesawat terbang.

15 Threshold lighting
Ketika melakukan approach final untuk melakukan pendaratan, pilot harus
membuat keputusan untuk melakukan pendaratan atau membatalkannya
karena miss approach. Tanda Threshold yang segera dikenal oleh pilot
merupakan pedoman bagi pilot apakah dia bisa mendarat atau atau tidak.
Pada lapangan besar Threshold bisa dikenali sebagai garis perlampuan
menerus berwarna hijau, melintang landasan dari tepi ke tepi. Lampu
threshold dipandang dari pesawat yang akan mendarat berwarna hijau,
tetapi sebaliknya berwarna merah sebagai pertanda akhir ujung landasan

MARKING TAXIWAY

Tanda-tanda di Taxiway

Normal Centreline. Sebuah garis kuning tunggal yang berkesinambungan yang


terletak ditengah-tengah landasan, selebar 6 inci (15 cm) sampai 12 inci (30 cm).

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

Enhanced Centreline. Garis tengah yang diperpanjang ini terdiri dari garis parallel
berwarna di kedua sisi garis tengah landasan. Garis tengah landasan bisa
diperpanjang hingga 150 kaki (45,7 m) sebelum sampai pada tanda posisi siappacu.

Taxiway Edge Markings. Digunakan untuk menunjukan ujung landasan pacu


apabila ujung landasan pacu tidak ditandai (sampai dengan) dengan ujung
perkerasan. Continuous Markings. Tanda berkesinambungan terdiri dari garis
kuning ganda, dengan setiap garis setidaknya selebar 6 inci (15 cm) dan berjarak 6
inci (15 cm) saling terpisah dan menunjukan ujung landasan dari bahu perkerasan
atau dari permukaan beraspal lainnya yang tidak dimaksudkan untuk digunakan
oleh pesawat.

Taxi Shoulder Markings. Taxiway, holding bays, dan apron terkadang diberikan
bahu perkerasan untuk mencegah tabrakan dan erosi air. Bahu perkerasan ini tidak
dimaksudkan untuk digunakan oleh pesawat terbang, dan mungkin tidak dapat
memikul beban pesawat. Bahu landasan ditandai dengan garis kuning yang tegak
lurus terhadap tepi landasan, dari ujung landasan ke tepi perkerasan, sekitar 10
meter.

Surface Painted Taxiway Direction Signs. Latar belakang kuning dengan tulisan
hitam, dan diberikan bila tidak mungkin untuk memberikan tanda arah landasan
pacu di persimpangan, atau bila diperlukan untuk melengkapi tanda-tanda seperti
itu. Tanda-tanda ini terletak di kedua sisi tengah landasan.

Surface Painted Location Signs. Latar belakang hitam dengan tulisan kuning. Bila
diperlukan, tanda-tanda ini melengkapi tanda lokasi yang berada di sepanjang
landasan pacu dan membantu pilot dalam menunjukan jalan menuju tempat
pesawat akan ditempatkan. Tanda-tanda ini terletak di sisi kanan garis tengah.

Geographic Position Markings. Tanda-tanda ini terletak pada titik-titik di


sepanjang rute taxi dengan visibilitas rendah (ketika RVR berada di bawah 1.200
kaki (360m)). Mereka diposisikan di sebelah kiri garis tengah landasan ke arah taxi.

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

Contoh pemasangan lampu pada runway sumber buku Horronjjef. 5th edition

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

Lampu taxiway

Untuk operasi malam, taxiway di banyak bandara dilengkapi dengan lampu, meskipun
beberapa bandara kecil yang tidak dilengkapi dengan peralatan ini.

Taxiway Edge Lights. Digunakan untuk garis tepi taxiway selama periode
kegelapan atau kondisi visibilitas terbatas. Perlengkapan ini akan meningkat dan
memancarkan cahaya biru.

Taxiway centerline Lights. Peralatan ini tetap menyala dan memancarkan cahaya
hijau yang terletak di sepanjang landasan tengah

Clearance Bar Lights. Tiga lampu berwarna kuning di posisi siap pacu di taxiway

Runway Guard Lights.

Stop Bar Lights.

Lampu taxiway berjarak setiap 75 kaki. Di beberapa bandara, lampu-lampu lebih


berdekatan ketika di persimpangan.

Sumber:
http://bachaddiah.blogspot.co.id/2011/07/pengertian-runwaydan-cara-menentukan.html
http://dokumen.tips/documents/marking-danperlampuan.html
BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

www.ilmuterbang.com
Buku horronjeff Planning and Design of Airports 5 th Edition.
CHAPTER 8 Airport Lighting,Marking, and Signage

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

Tugas: Perencanaan Lapangan Terbang

BELTSAZAR ELOANSEN KARANGAN [13021101008]

You might also like