You are on page 1of 19

Mudah Lelah

Muh. Ikhsan Fadli Nanlohy


Kalifikasi kata-kata kunci
1. Eksoftalmus : adalah penonjolan abnormal pada salah satu atau kedua
bola mata. Eksoftalmus biasanya digunakan ketika menunjuk pada
penonjolan mata yang disebabkan oleh penyakit tiroid (WHO)
2. Palpitasi : adalah kondisi detak jantung yang lebih cepat dari normalnya
dengan frekuensi dan irama yang tidak teratur. Secara umum, orang tidak
dapat menyadari denyut jantung mereka. Selama denyut jantung berjalan
normal, kita tidak dapat merasakan denyut jantung dalam rutinitas hidup
sehari-hari. Ketika jantung berdenyut terlalu cepat atau tidak teratur, ada
perasaan yang tidak nyaman. Denyut jantung normal pada saat istirahat
berkisar antara 60-100 kali per menit. Para atlet yang sangat terlatih
memiliki denyut jantung istirahat 30-40 per menit dan mereka yang
kurang berolahraga memiliki denyut jantung 80 per menit. Denyut jantung
rata-rata adalah 70 per menit. Jantung berdebar umumnya berlangsung
hanya beberapa menit, namun dalam beberapa kasus bisa berjam-jam
atau berhari-hari. Beberapa orang mengalami palpitasi beberapa kali
sehari, yang lainnya mungkin hanya sesekali. (WHO)
Pertanyaan penting
1. Bagaimana pengaruh hormone T3 dan T4 pada kasus ?
Struma terjadi akibat kekurangan yodium yang dapat menghambat
pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid sehingga terjadi pula
penghambatan dalam pembentukan TSH oleh hipofisis anterior. Hal tersebut
memungkinkan hipofisis mensekresikan TSH dalam jumlah yang berlebihan.
TSH kemudian menyebabkan sel-sel tiroid mensekresikan tiroglobulin dalam
jumlah yang besar (kolid) ke dalam folikel, dan kelenjar tumbuh makin lama
makin bertambah besar. Akibat kekurangan yodium maka tidak terjadi
peningkatan pembentukan T4 dan T3, ukuran folikel menjadi lebih besar dan
kelenjar tiroid dapat bertambah berat sekitar 300-500 gram (Arief, M,
Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ED : 3
jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI)
2. Apa penyebab banjolan yang ada di sekitar leher ?
1. Akibat penyakit TBC
TBC atau tuberculosis tidak hanya menyerang paru bisa juga menyerang
kulit, tulang, otak dan kelenjar. Penyakit ISPA pada TBC, bagian kelenjar
sering menyebabkan benjolan di leher. Benjolan ini bisa satu atau langsung
beberapa buah sekaligus. Ukurannya kecil bisa beberapa milimeter hingga
beberapa sentimeter. Paling sering terjadi di samping leher kiri atau kanan,
terkadang dikeduanya.
2. Akibat penyakit limfoma

Limfoma adalah salah satu jenis kanker darah terjadi ketika limfosit B atau T
(sel darah putih yang menjaga imunitas) menjadi tidak normal dengan
membelah lebih cepat dari sel biasa atau hidup lebih lama. Limfoma ini dapat
terjadi dimana saja lebih sering di sumsum tulang dan limfa. Limfoma di leher
timbul benjolan dengan ciri kenyal, tidak nyeri, mudah digerakkan dan tidak
ditandai peradangan. Jika ciri ini timbul dapat dicurigai limfoma non-Hodgkin.
Tapi benjolan ini juga bisa disebabkan oleh perlawanan limfa terhadap virus
TBC atau jenis virus penyakit menular lainnya.
3. Akibat kanker getah bening
Kanker. Siapa yang mau menderita kanker dan berita yang beredar di
masyarakat jika kanker getah bening sudah tidak dapat diobati lagi. Kasus
tersering jika kanker tidak menimbulkan rasa sakit, benjolan terasa keras dan
jaringan sekitarnya sulit digerakkan. Sedangkan pada benjolan di leher yang
bukan kanker biasanya disebabkan oleh infeksi akut atau kronis.
Benjolan di leher yang disebabkan oleh kanker dibedakan menjadi dua jenis
yaitu:
Kanker kelenjar bening
Metastasis kanker ke kelenjar getah bening
Ciri-ciri benjolan di leher yang disebabkan oleh infeksi akut adalah terjadi
pembengkakan mendadak, terasa panas berwarna merah dan teraba lunak.
Fungsi kelenjar gerah bening itu sendiri adalah penyaring jika ada infeksi
yang disebabkan oleh virus dan bakteri. Kelenjar getah bening berfungsi
sebagai penyaring bila ada infeksi lokal yang disebabkan bakteri atau virus.
Penyebab benjolan di leher pada anak-anak biasanya jinak atau tidak
berbahaya. Tetapi jika hilang lalu muncul lagi dengan rasa sakit atau
peradangan harus segera diperiksakan ke dokter karena dicurigai kanker. Jika
benjolan ukuran lebih dari 1 buah biji kacang harus diwaspadai dan segera
lakukan pemeriksaan.
4. Benjolan pada penderita Gondok
Penyakit ini sering diakibatkan oleh kekurangan yodium yang sering
ditemukan dalam garam. Akibat kekurangan ini dapat fatal jika terjadi pada
ibu hamil yaitu kematian janin atau retardasi mental ataupun kecacatan
anggota tubuh pada janin. Ciri kekurangan yodium adalah mata melotot,
gelisah, sering berkeringat, jantung berdebar, berat badan menurun dan
tremor atau gemetar. Penyakit gondok (struma) ini menyerang kelenjar tiroid,
yaitu kelenjar yang berbentuk kupu-kupu yang terletak dibawah pangkal
tenggorokan.
5. Akibat pembengkakan amandel
Pembengkakan amandel (tonsilitis) ini menyebabkan benjolan di leher.
Akibatnya akan menimbulkan rasa sakit saat menelan yang biasanya disertai
demam. Pembengkakan ini diakibatkan oleh bakteri atau virus.
6. Akibat folikel rambut
Folikel rambut yang terinfeksi dapat menyebabkan benjolan. Akibatnya akan
terasa sakit dan gatal. Terkadang nanah muncul dan menyebabkan
peradangan. Benjolan ini tidak bahaya bisa diatasi dengan obat topikal atau

salep. Folikel rambut yang bengkak dan iritasi kulit dapat menyebabkan kista.
Kista subaceous kecil ini tidak bahaya dapat disembuhkan sendiri, jika
benjolan ini terus membesar maka perlu pengobatan lanjutan.
7. Akibat infeksi virus
Benjolan bisa juga disebabkan oleh infeksi virus yang masuk di tenggorokan.
Jika terjadi peradangan di sekitar tenggorokan maka akan membuat virus
menginfeksi hingga menjadi penyebab benjolan di leher. Beberapa virus
dapat menyebabkan benjolan di leher seperti:
HIV AIDS
Herpes
Rubella (campak jerman)
Mononukleosis infeksiosa
Faringitis viral
8. Akibat Infeksi bakteri
Jika virus mampu menyebabkan benjolan tentu kerabatnya yaitu bakteri
juga bisa menginfeksi tenggorkan Anda dan menimbulkan benjolan di leher.
Beberapa bakteri penyebab benjolan di leher dan tenggorokan:
Radang penyebab amandel
TBC
Radang tenggorokan
Abses peritonsillar (abses atau nanah pada amandel)
Mycobacterium atipikal (paling umum menyerang saat imunitas tubuh turun)
9. Ada batu di saluran air liur
Terjadinya benjolan bisa juga di sebabkan oleh adanya sumbatan benda keras
di balik leher Anda. Kita tahu, bahwa leher kita dilewati berbagai saluran.
Mulai dari urat nadi, syaraf, pencernaan, pernapasan, dan juga yang saluran
air liur. Tersumbatnya saluran air liur karena batu kristal yang mengendap
dan menekan saluran, hingga membuat leher timbul benjolan.
10. Alergi makanan dan obat
Benjolan juga bisa disebabkan oleh makanan yang kita makan. Selain
makanan, bagi Anda yang menderita obat tertentu bisa membuat timbulnya
benjolan di leher. Alergi bisa hilang dengan sendirinya, namun cukup sulit
mendeteksi benjolan yang diakibatkan oleh alergi makanan atau obat kecuali
penderita yang menyadari apa saja yang telah dikonsumsinya. Salah
mendeteksi benjolan yang dikira akibat alergi ternyata disebabkan faktor lain
tentu akan berbahaya. Oleh karena itu, jika terjadi benjolan dan semakin
membesar dalam waktu lama, kita harus segera memeriksakannya ke dokter.
( Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran,
ED : 3 jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI)
3. Bagaimana teknik pemeriksaan fisik untuk mendiagnosa pada kasus Ny.
S?
Melalui pemeriksaan fisik ada dua aspek utama yang dapat di gambarkan
yaitu:
1. Kondisi kelenjar endokrin
2. Kondisi jaringan atau organ sebagai dampak dari kondisi endokrin

Secara umum,tekhnik pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dalam


memperoleh berbagai penyimpangan fungsi adalah :
A. Inspeksi
Disfungsi sistem endokrin akan menyebabkan perubahan fisik sebagai
dampaknya terhadap pertumbuhan dan perkembangan, kesembangan cairan
dan elektrolit , seks dan reproduksi, metabolisme dan energi.Berbagai
perubahan fisik dapat berhubungan dengan satu atau lebih gangguan
endokrin, oleh karena itu dalam melakukan pemeriksaan fisik, perawat tetap
berpedoman pada pengkajian yang komprehensif dengan penekanan pada
gangguan hormonal tertentu dan dampaknya terhadap jaringan sasaran dan
tubuh secara keseluruhan. Jadi menggunakan pendekatan head-to-toe saja
atau menggabungkannya dengan pendekatan sistem, kedua-duanya dapat
digunakan Pertama-tama, amatilah penampilan umum klien apakah tampak
kelemahan berat, sedang dan ringan dan sekaligus amati bentuk dan
proporsi tubuh. Pada pemeriksaan wajah, fokuskan pada abnormalitas
struktur, bentuk dan ekspresi wajah seperti bentuk dahi, rahang dan
bibir.pada mata amati adannya edema periorbita dan exopthalmus serta
apakah ekspresi wajah datar atau tumpul. Amati lidah klien terhadap kelainan
bentuk dan penebalan, ada tidaknya tremor pada saat diam atau bila
digerakkan. Kondisi ini biasanya terjadi pada gangguan tiroid. Didaerah leher,
apakah leher tampak membesar, simetris atau tidak. Pembesaran leher dapat
disebabkan pembesaran kelenjar tiroid dan untuk meyakinkannya perlu
dilakukan palpasi.Distensi atau bendungan pada vena jugularis dapat
mengidentifikasikan kelebihan cairan atau kegagalan jantung. Amati warna
kulit(hiperpigmentasi atau hipopigmentasi) pada leher, apakah merata dan
cacat lokasinya dengan jelas. Bila dijumpai kelainan kulit leher, lanjutkan
dengan memeriksa lokasi yang lain di tubuh sekaligus. Infeksi jamur,
penumbuhan luka yang lama, bersisik dan petechiae lebih sering dijumpai
pada klien dengan hiperfungsi adrenokortikal. Hiperpigmentasi pada jari, siku
dan lutut dijumpai pada klien hipofungsi kelenjar adrenal.Vitiligo atau
hipopigmentasi pada kulit tampak pada hipofungsi kelenjar adrenal sebagai
akibat destruksi melanosit dikulit oleh proses autoimun. Hipopigmentasi biasa
terjadi di wajah, leher, dan ekstremitas. Penumpukan masa otot yang
berlebihan pada leher bagian belakang yang biasa disebut Bufflow neck atau

leher/punuk kerbau dan terus sampai daerah clavikula sehingga klien tampak
seperti bungkuk, terjadi pada klien hiperfungsi adrenokortikal. Amati bentuk
dan ukuran dada, pergerakan dan simetris tidaknya. Ketidakseimbangan
hormonal khususnya hormon seks akan menyebabkan perubahan tanda seks
sekunder, oleh sebab itu amati keadaan rambut axila dan dada. Pertumbuhan
rambut yang berlebihan pada dada dan wajah wanita disebut hirsutisme.
Pada buah dada amati bentuk dan ukuran, simetris tidaknya, pigmentasi dan
adanya pengeluaran cairan. Striae pada buah dada atau abdomen sering
dijumpai pada hiperfungsi adrenokortikal.Bentuk abdomen cembung akibat
penumpukan

lemak

centripetal

dijumpai

pada

hiperfungsi

adrenokortikal.Pada pemeriksaan genetalia, amati kondisi skrotum dan penis


juga klitoris dan labia terhadap kelainan bentuk.
B. Palpasi
Kelenjar tiroid dan testes, dua kelenjar yang dapat diperiksa melalui rabaan.
Pada kondisi normal, kelenjar tiroid tidak teraba namun isthmus dapat diraba
dengan menengadahkan kepala klien. Lakukan palpasi kelenjar tiroid
perlobus dan kaji ukuran, nodul tinggal atau multipel, apakah ada rasa nyeri
pada saat di palpasi. Pada saat melakukan pemeriksaan, klien duduk atau
berdiri samasaja namun untuk menghindari kelelahan klien sebaiknya posisi
duduk.Untuk hasil yang lebih baik, dalam melakukan palpasi pemeriksa
berada dibelakang klien dengan posisi kedua ibu jari perawat dibagian
belakang leher dan keempat jari-jari lain ada diatas kelenjar tiroid.
Selain itu, cara palpasi pada kelenjar tiroid ini dilakukan dengan pendekatan
anterior dan posterior yaitu:
1.Pendekatan posterior
- perawat meminta klien untuk duduk dengan leher pada tinggi yang
nyaman.
- kedua tangan perawat ditempatkan disekeliling leher, dengan dua jari dari
setiap tangan pada kedua sisi trakea tepat dibawah kartilago krikoid.
- pada saat klien menelan, perawat merasakan gerakan istmus tiroid. Tiroid
akan bergerak dibawah jari pada saat menelan.
- untuk memeriksa setiap lobus, perawat meminta klien untuk menelan
sementara perawat menggeser trakea kekiri atau kekanan.
2. Pendekatan anterior
pada pendekatan ini mengharuskan klien duduk dan perawat berdiri
disampingnya. Dengan menggunakan buku-buku jari telunjuk dan jari tengah,

perawat memalpasi lobus kiri dengan tangan kanan dan lobus kanan dengan
tangan kiri pada saat klien menelan.
jika kelenjar tampak membesar, perawat menempatkan diafragma stetoskop
diatas tiroid. Jika kelenjar tsb membesar, darah yang mengalir melewati arteri
tiroid bertambah dan akan terdengar bunyi bruit. Palpasi tes di lakukan
dengan posisi tidur dan tangan perawat harus dalam keadaan hangat.
Perawat memegang lembut dengan ibu jari dan dua jari lain, bandingkan
yang satu dengan yang lainnya terhadap ukuran/besarnya, simetris tidaknya
nodul. Normalnya testes teraba lembut, peka terhadap sinar dan sinyal
seperti karet.
C. Auskultasi
Mendengarkan

bunyitertentu

dengan

bantuan

stetoskop

dapat

menggambarkan berbagai perubahan dalam tubuh.Auskultasi pada daerah


leher, diatas kelenjar tiroid dapat mengidentifikasi bruit. Bruit adalah bunyi
yang dihasilkan oleh karena turbulensi pada pembuluh darah tiroidea. Dalam
keadaan normal, bunyi ini tidak terdengar. Dapat diidentifikasi bila terjadi
peningkatan sirkulasi darah ke kelenjar tiroid sebagai dampak peningkatan
aktivitas

kelenjar

tiroid.

Auskultasi

dapat

pula

dilakukan

untuk

mengidentifikasi perubahan pada pembuluh darah dan jantung seperti


tekanan darah, ritme dan rate jantung yang dapat menggambarkan
gangguan keseimbangan cairan, perangsangan katekolamin dan perubahan
metabilisme tubuh.( Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Volume 2,
(Edisi 8), EGC, Jakarta)
4. Bagaimana mekanisme lelah ?
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa kelelahan merupakan suatu pola
yang timbul pada suatu keadaan yang secara umum terjadi pada saat
individu yang sudah tidak sanggup lagi melakukan aktivitasnya. Pada
dasarnya pola ini ditimbulkan oleh dua hal, yaitu kelelahan fisikologi (fisik
atau kimia) dan kelelahan psikologis (mental atau fungsional). Disisi lain juga
dapat bersifat objektif (dapat dilihat pada akibat-akibatnya dalam berbagai
kinerjanya) dan dapat bersifat subjektif (akibat perubahan dalam perasaan
dan kesadaran). Yang dimaksud dengan kelelahan fisikologis adalah kelelahan
yang timbul karena adanya perubahan-perubahan faali dalam tubuh. Dari
segi fisiologis, tubuh manusia dapat dianggap sebagai mesin yang
mengkonsumsi bahan bakar dan memberikan output berupa tenaga yang
berguna untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari. Pada prinsipnya, ada lima

macam mekanisme yangdijalankan tubuh, yaitu sistem pernapasan, sistem


peredaran darah, sistem pencernaan, sistem otot, dan sistem saraf. Kerja fisik
yang kontinu berpengaruh terhadap mekanisme-mekanisme di atas, baik
sendiri-sendiri maupun sekaligus.
Beberapa butir dibawah ini menambah gambaran tentang proses-proses
yang menimbulkan kelelahan fisik:
1. Oksidasi glukosa dalam otot menimbulkan karbondioksida(CO2) dan zatzat lain diikat dalam darah untuk kemudian dikeluarkan saat bernafas.
Kelelahan terjadi apabila pembentukan zat-zat tersebut tidak seimbang
dengan proses pengeluarannya sehingga timbul penimbunan dalam jaringan
otot yang mengganggu kegiatan otot selanjutnya.
2.Karbohidrat yang didapat dari makanan diubah menjadi glukosa dan
disimpan dihati dalam bentuk glikogen. Setiap 1 cm darah normal akan
membawa 1mm glukosa. Ini berarti setiap sirkulasi darah membawa 0.1%
dari sejumlah glikogen yang ada dalam hati. Oleh karena itu, dengan adanya
aktifitas bekerja persediaan glikogen dalm hati akan menipis. Kelelhan akan
timbul apabila konsentrasi glikogen dalm hati hanya tersisa 0.7 %.
3. Dalam keadaan normal jumlah udara yang harus masuk melalui
pernafasan kira-kira 4 liter/menit, sedangkan dalam keadaan bekerja keras
harus dibutuhkan udara kira-kira 15 liter/menit. Ini berarti bahwa pada suatu
tingkat kerja tertentu akan dijumpai suatu keadaan dimana jumlah oksigen
yang masuk dalam pernafasan lebih kecil dari tingkat kebutuhan. Jika hal ini
terjadi maka kelelahan akan timbul, karena reaksi oksigen dalam tubuh yaitu
untuk mengurangi asam laktat menjadi air dan karbondioksida agar dapat
keluar dari tubuh, menjadi tidak seimbang dengan pembentukan asam laktat
itu sendiri (asam laktat terakumulasi dalam otot atau dalm darah).
Jenis kelelahan kedua adalah kelelahan psikologis, kelelahan ini bisa
dikatakan sebagai kelelahan palsu yang timbul dalam perasaan pekerja.
Kelelahan ini terlihat dari tingkah laku atau pendapat-pendapatnya yang
sudah tidak konsisten lagi, serta labilnya jiwa dengan adanya perubahan
pada kondisi lingkungan atau kondisi tubuhnya. Beberapa sebab kelelahan ini
diantaranya adalah kurangnya minat dalam pekerjaan, terkena penyakit,
keadaan lingkungan, serta sebab-sebab psikologis lain seperti tanggung
jawab, kekhawatiran, dan konflik-konflik. Pengaruh-pengaruh ini seakan-akan
terkumpul dalam tubuh atau benak dan menimbulkan rasa lelah.
Para ahli banyak melakukan percobaan-percobaan yang bertujuan
mengetahui proses terjadinya kelelahan psikologi ini. Suatu konsep
menyatakan bahwa keadaan dan perasaan kelelahan ini timbul karena
adanya reaksi fungsional dari pusat kesadaran (cortex cerebri) yang bekerja
atas pengaruh dua sistem antagonistik, yaitu sistem penghambat (inhibisi)
dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem penghambat terdapat dalam
thalamus dan bersifat menurunkan kemampuan manusia untuk bereaksi.
Sementara sistem penggerak terdapat dalam formatio retikolaris yang
bersifat merangsang pusat-pusat untuk konveresi ergotropis dari organ-organ

tubuh kearah bereaksi. Dengan demikian keadaan seseorang pada suatu saat
sangat tergantung pada hasil kerja kedua sistem antagonis kedua ini. Apabila
sistem penggerak kedua lebih kuat dari sistem penghambat, maka keadaan
orang tersebut dalam keadaan segar untuk bekerja.Sebaliknya apabila sistem
penghambat lebih kuat dari sistem penggerak, maka orang tersebut
mengalami kelelahan. Itulah sebabnya orang yang sedang lelah dapat
melakukan aktivitas secara tiba-tiba apabila mengalami suatu peristiwa yang
tak terduga atau mengalami ketegangan emosi. Demikian pula dengan
halnya pekerjaan seperti menonton yang dapat menimbulkan kelelahan
walaupun mungkin beban kerjanya tidak seberapa. Hal ini disebabkan sistem
penghambat lebih kuat dibandingkan sistem penggerak.( Guyton, Arthur C.
Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC.)
5. Apa hubungan palpitasi dengan mudah berkeringat ?
Penderita hipertiroid jantung, terjadi peningkatan jumlah dan affinitas dari
reseptor beta adrenergik. Hal akan mengakibatkan peningkatan kerja otot
jantung, sehingga denyut jantung meningkat bersamaan dengan
meningkatnya cardiac output (Marks, 2000). Pada pasien hipertiroid terjadi
peningkatan keringat yang keluar akibat pengaruh tingginya metabolisme
dalam tubuh sehingga terjadi akumulasi panas dalam tubuh (intoleransi
panas). Keringat memungkinkan pengeluaran panas berlebih melalui
penguapan atau evaporasi dari permukaan kulit. (Marks, 2000)
6. Bagaimana pola mekanisme terjadinya benjolan pada Ny. S ?
Aktifitas utama kelenjar tiroid adalah untuk berkonsentrasi yodium dari darah
untuk membuat hormon tiroid. Kelenjar tersebut tidak dapat membuat
hormon tiroid cukup jika tidak memiliki cukup yodium. Oleh karena itu,
dengan defisiensi yodium individu akan menjadi hipotiroid. Akibatnya, tingkat
hormon tiroid terlalu rendah dan mengirim sinyal ke tiroid. Sinyal ini disebut
thyroid stimulating hormone (TSH). Seperti namanya, hormon ini merangsang
tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid dan tumbuh dalam ukuran yang
besar Pertumbuhan abnormal dalam ukuran menghasilkan apa yang disebut
sebuah gondok Kelenjar tiroid dikendalikan oleh thyroid stimulating
hormone (TSH) yang juga dikenal sebagaithyrotropin. TSH disekresi dari
kelenjar hipofisis, yang pada gilirannya dipengaruhi oleh hormonthyrotropin
releasing hormon (TRH) dari hipotalamus.
Thyrotropin bekerja pada reseptor TSH terletak pada kelenjar tiroid. Serum
hormone tiroid levothyroxine dan triiodothyronine umpan balik ke hipofisis,
mengatur produksi TSH. Interferensi dengan sumbu ini TRH hormon tiroid
TSH menyebabkan perubahan fungsi dan struktur kelenjar tiroid. Stimulasi
dari reseptor TSH dari tiroid oleh TSH, TSH reseptor antibodi, atau agonis
reseptor TSH, seperti chorionic gonadotropin, dapat mengakibatkan gondok
difus. Ketika sebuah kelompok kecil sel tiroid, sel inflamasi, atau sel ganas
metastasis
untuk
tiroid
terlibat,
suatu
nodul
tiroid
dapat
berkembang.Kekurangan dalam sintesis hormon tiroid atau asupan
menyebabkan produksi TSH meningkat.

Peningkatan TSH menyebabkan peningkatan cellularity dan hiperplasia


kelenjar tiroid dalam upaya untuk menormalkan kadar hormon tiroid. Jika
proses ini berkelanjutan, maka akan mengakibatkan gondok. Penyebab
kekurangan hormon tiroid termasuk kesalahan bawaan sintesis hormon tiroid,
defisiensi yodium, dan goitrogens.Gondok dapat juga terjadi hasil dari
sejumlah agonis reseptor TSH. Pendorong reseptor TSH termasuk antibodi
reseptor TSH, resistensi terhadap hormon tiroid hipofisis, adenoma kelenjar
hipofisis hipotalamus atau, dan tumor memproduksi human chorionic
gonadotropin.
Pemasukan iodium yang kurang, gangguan berbagai enzim dalam tubuh,
hiposekresi TSH, glukosil goitrogenik (bahan yang dapat menekan sekresi
hormone tiroid), gangguan pada kelenjar tiroid sendiri serta factor pengikat
dalam plasma sangat menentukan adekuat tidaknya sekresi hormone tiroid.
Bila kadar kadar hormone tiroid kurang maka akan terjadi mekanisme
umpan balik terhadap kelenjar tiroid sehingga aktifitas kelenjar meningkat
dan terjadi pembesaran (hipertrofi).Dampak goiter terhadap tubuh terletak
pada pembesaran kelenjar tiroid yang dapat mempengaruhi kedudukan
organ-organ lain di sekitarnya. Di bagian posterior medial kelenjar tiroid
terdapat trakea dan esophagus.
Goiter dapat mengarah ke dalam sehingga mendorong trakea, esophagus
dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia yang akan
berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan
elektrolit. Penekanan pada pita suara akan menyebabkan suara menjadi
serak atau parau.Bila pembesaran keluar, maka akan memberi bentuk leher
yang besar dapat simetris atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan
disfagia. Tentu dampaknya lebih ke arah estetika atau kecantikan. Perubahan
bentuk leher dapat mempengaruhi rasa aman dan konsep diri klien.( Guyton,
Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta:
EGC.)
7. Apa yang mengakibatkan pemeriksaan Ny. S mendapatkan eksoftalmus ?
Eksoftalmus bisa disebabkan oleh penyakit tiroid; terutama penyakit grave
(jaringan di dalam rongga mata membengkak dan terdapat endapan yang
mendorong mata ke depan), perdarahan di belakang mata, peradangan di
dalam rongga mata, tumor jinak maupun ganas di dalam rongga mata dan di
belakang bola mata, pseudotumor, trombosis sinus kavernosus, dan
malformasi arteriovenosa.( Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC,
Jakarta)
8. Apa pengaruh berat badan menurun terhadap benjolan pada kasus ?
Gangguan hipotalamus dan hipofisis mengakibatkan produksi TSH meningkat
sehingga produksi T3 danT4 meningkat. Disamping itu produksi TSH yang
meningkat merangsang sel-sel mata akibatnya terjadi pengeluaran sitokin
yang mendorong terjadinya suatu peradangan dan oedema, sehingga
mngakibatkan eksoftalmus yang merusak saraf mata menyebabkan
timbulnya double vision. Dari penyebab umum peningkatan produksi T3 dan

T4 merangsang peningkatan proses glukoneogenesis dan glikogenesis serta


peningkatan aktivitas GIT. Peningkatan glukoneogensis mengakibatkan massa
otot menurun dan terjadi kelemahan. Peningkatan tersebut juga
mengakibatkan peningkatan pembakaran lemak dan protein sehingga terjadi
penurunan BB.( Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta)
9. Asuhan keperawatan Ny. S !
Anamnesa/wawancara
Ny. S
Usia 37 tahun
Berat badan 35 Kg
Tinggi badan 150 cm
Terdapat benjolan dibagian leher
Mudah lelah
Benjolan dirasakan sejak 6 bualn yang lalu
Merasa tidak nyaman
Pemfis(pemeriksaan fisik)
Eksotalmus
Palpitasi
Tidak tahan panas
Banyak berkeringat
Berat badan turun namun nafsu makan meningkat
Tes diagnostic
Analisa data
DS :

terdapat benjolan di bagian leher


Merasa mudah lelah
Merasa tidak nyaman

DO :

berat badan 35 Kg
Tinggi badan 150 cm
Terdapat eksoftalmus
Terdapat pelpitasi
Tidak tahan panas
Banyak berkeringat
Berat badan turun namun nafsu makan meningkat

Diagnose keperawatan

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan metaboisme


(peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penururunan BB)

Keletihan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan


kebutuhan energi.
Resiko Kerusankan integritas jaringan (kornea) berhubungan dengan
perubahan mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutupan
kelopak mata/eksoftalmus

Intervensi

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan metaboisme


(peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penururunan BB)
Klien akan menunjukkan berat badan stabil dengan kriteria :
Nafsu makan baik.
Berat badan normal
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Keletihan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan
kebutuhan energi.
Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan
tingkat energy
Resiko Kerusankan integritas jaringan (kornea) berhubungan dengan
perubahan mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutupan
kelopak mata/eksoftalmus
mempertahankan kelembaban membran mukosa terbebas dari
ulkus
dan mampu mengidentufikasi tindakan untuk
memberikan perlindungan pada mata

Implementasi

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan metaboisme


(peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penururunan BB)
Catat adanya anoreksia, mual dan muntah
Pantau masukan makanan setiap hari, timbang berat badan
setiap hari
Kolaborasi untuk pemberian diet tinggi kalori, protein,
karbohidrat dan vitamin
Keletihan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan
kebutuhan energi.
Pantau tanda vital dan catat nadi baik istirahat maupun saat
aktivitas
Ciptakan lingkungan yang tenang
Resiko Kerusankan integritas jaringan (kornea) berhubungan dengan
perubahan mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutupan
kelopak mata/eksoftalmus
Observasi edema periorbital, gangguan penutupan kelopak
mata, gangguan penutupan kelopak mata, lapang pandang
penglihatan sempit, air mata yang berlebihan.

Catatadanya fotophobia, rasa adanya benda di luar mata dan


nyeri pada mata
Evalusi ketajaman mata, laporkan adanya pandangan mata
kabur atau pandangan ganda (diplopia).
Bagian kepala tempat tidur di tinggikan dan batasi pemasukan
garam jika ada indikasi
Instruksikan agar pasien melatih otot mata ekstraokuler jika
memungkinkan.
Kolabrasi berikan obat sesuai indikasi : obat tetes mata
metilselulosa, ACTH, prednison, obat anti tiroid, diuretik.

Evaluasi
Evaluasi proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh
mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
(Carpenito, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2),
EGC, Jakarta)

Kulit Kuning
Muh. Ikhsan Fadli Nanlohy
Kalifikasi kata-kata kunci
1. Asites : Asites adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan
akumulasi cairan di rongga perut. Rongga perut adalah ruangan di antara
jaringan yang melapisi perut dan organ-organ di dalam perut. Penyebab
paling sering dari asites adalah sirosis hati. Ada dua faktor utama yang
dapat menyebabkan asites: rendahnya kadar albumin dalam darah dan
hipertensi portal. Pertama, rendahnya kadar albumin dalam darah
menyebabkan perubahan tekanan yang diperlukan untuk mencegah
terjadinya pertukaran cairan, yang memungkinkan cairan keluar dari
pembuluh darah. Kedua, asites dapat disebabkan oleh hipertensi portal,
yang mengarah pada peningkatan tekanan di dalam cabang-cabang vena
porta yang melalui hati. Darah yang tidak dapat mengalir melalui hati
karena terjadi peningkatan tekanan akhirnya akan bocor ke rongga perut
dan menyebabkan asites. Asites yang berat dapat menyebabkan
peningkatan berat dan tekanan rongga perut, serta dapat terjadi
pernafasan yang pendek.( Ptofisiologi untuk keperawatan, 2000;145)
2. Infeksi HBV : adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus
Hepatitis B" (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat
menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian
kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Virus ini
tidak menyebar melalui makanan atau kontak biasa, tetapi dapat
menyebar melalui darah atau cairan tubuh dari penderita yang terinfeksi.
Seorang bayi dapat terinfeksi dari ibunya selama proses kelahirannya.
Juga dapat menyebar melalui kegiatan seksual, penggunaan berulang
jarum suntik, dan transfusi darah dengan virus di dalamnya.( Ptofisiologi
untuk keperawatan, 2000;145)
3. Edema : adalah akumulasi cairan pada tubuh diluar sel (ekstraseluler) dan
di
luar
pembuluh
darah
(ekstravaskular)yang
menyebabkan
pembengkakan yang dapat terjadi di mana saja pada tubuh. Biasanya
mempengaruhi ekstremitas seperti kaki, lutut, lengan dan tangan, tetapi
juga di sekitar organ lain seperti edema paru di mana penumpukan cairan
mempengaruhi paru-paru, sehingga edema dapat merupakan gejala dari
penyakit yang mendasari atau kondisi patologis.( Ptofisiologi untuk
keperawatan, 2000;145)
Pertanyaan penting
1. Definisi hepatitis !
Hepatitis adalah inflamasi hati yang dapat terjadi karena infasi bakteri,
cedera oleh agen fisik atau kimia atau infeksi virus hepatitis A,B,C,D,E, obat-

obatan, alcohol, proses ischemic (shock/ proses autoimun).( Doenges, M.E,


2000 )
2. Etiologi asites !
Penyebab dari asites sangat bervariasi dan yang tersering adalah sirosis hati.
Hampir sekitar 80% kejadian asites disebabkan oleh sirosis hati. Penyebab
lainnya adalah gagal jantung kongestif dan gagal ginjal kronik, yang
mengakibatkan retensi air dan garam. Pada beberapa kasus, terjadi
peningkatan tahanan vena porta akibat sumbatan pada pembuluh porta. Hal
tersebut mengakibatkan peningkatan tahanan porta tanpa sirosis, misalnya
pada kasus adanya tumor di dalam perut yang menekan vena porta; atau
adanya sumbatan karena gumpalan darah seperti pada kasus Budd Chiari
syndrome. Asites juga dapat dijumpai pada kasus keganasan.( Sylvia
Anderson Price dan Lorrine Mccarty Wilson. 1981 Patofisiologi, Konsep Klinis
Proses Proses Penyakit. Edisi 2. Jakarta : EGC)
3. Etiologi edema !
Edema dapat dibagi menjadi edema lokal dan edema general. Edema lokal
ialah bila terjadi bengkak pada satu sisi tubuh saja, sedangkan
disebut edema general bila terjadi bengkak pada lebih dari satu bagian
tubuh. Edema lokal biasa terjadi akibat penyebab lokal juga, seperti gigitan
serangga, alergi kulit, sumbatan pembuluh darah di daerah tersebut, dan
sebagainya. Edema lokal biasanya lebih bersifat ringan dan tidak fatal.
Edema general biasa terjadi akibat gangguan atau kegagalan suatu organ
tubuh, seperti gagal jantung, gagal ginjal, gagal hati, tumor, kanker dan
sebagainya. Pada gagal jantung, jantung tidak efektif memompokan darah
sehingga sebagian darah terbendung pada kaki, perut, dan menyebabkan
pembengkakkan. Pada gagal ginjal, ginjal gagal menjalankan fungsinya untuk
menyaring darah dan menghasilkan air urin. Akibatnya, air tidak dapat keluar
dan memnyebabkan hampir seluruh tubuh bengkak. Pada gagal hati terjadi
kondisi kekurangan protein yang dihasilkan hati. Protein tersebut berguna
untuk menjaga air tetap di dalam aliran darah. Akibat kekurangan protein
tersebut, air dalam pembuluh darah akan keluar ke rongga-rongga tubuh
sehingga menyebabkan bengkak.( Sylvia Anderson Price dan Lorrine Mccarty
Wilson. 1981 Patofisiologi, Konsep Klinis Proses Proses Penyakit. Edisi 2.
Jakarta : EGC)
4. Apa penyebab mata dan seluruh tubuh berwarna kuning ?
Penimbunan pigmen empedu dalam tubuh yang menyebabkan warna kuning
pada jaringan yang disebabkan oleh kelebihan kadar bilirubin di dalam
plasma dan cairan ekstra seluler.( Anderson sylvia price, dkk. 2005.
Patofisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.)
5. Apa yang menyebabkan kencing tuan A berwarna kuning pekat ?
Warna air kencing yang normal adalah kuning cerah, warna ini disebabkan
oleh karena zat yang bernama Bilirubin, apabila kencing berwarna kuning tua
seperti air teh, harus dicurigai adanya gangguan pada metabolisme bilirubin
tadi. Keadaan ini disebut sebagai Jaundice / Ikterus yaitu keadaan dimana
kadar bilirubin didalam darah meningkat melebihi kadar normal. Kondisi ini

ditandai dengan warna kulit yang menguning, putih mata (Sclera)


menguning, dan kencing berwarna coklat tadi. Bisa juga kencing berwarna
seperti teh padahal minum air putih banyak, biasanya keadaan ini terjadi
akibat mengonsumsi zat karoten berlebihan (zat ini paling banyak
terkandung dalam buah tomat dan wortel), kulit juga bisa menguning tetapi
untuk membedakannya dengan ikterus bisa dengan melihat putih matanya
(sclera), karena putih matanya tetap putih. Warna kuning agak tua bisa juga
diakibatkan meminum vitamin B kompleks, tetapi kuningnya agak terang dan
muda dibandingkan ikterus.( Ganong, W.F. Buku ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC)
6. Antomi dan fisiologi organ terkait !
Hati adalah organ paling besar dalam tubuh kita, warnanya coklat dan
beratnya 1,5 kg. letaknya di bagian atas dalam rongga abdomen di sebelah
kanan bawah diafragma.
Hati terbagi menjadi dua lapisan utama :
1.permukaan atas berbentuk cembung terletak dibawah diafragma
2.permukaan bawah, tidak rata dan memperlihatkan fisura tranfersus.
Hati dipisahkan menjadi 2 belahan yaitu belahan kanan dan kiri oleh fisura
longitudinal. Dan dibagi menjadi 4 belahan : lobus kanan, lobus kiri, kaudata,
lobus quadratus.
Pembuluh darah hati ada dua peredaran darah yaitu :
a.arteri hepatica, keluar dari aorta 1/5 darah dan keluar sebagai vena
hepatica.
b.Vena porta, terbentuk dari lienalis dan vena mesenterika posterior dan
menghantarkan 4 cc darah ke hati
Fungsi hati :
1.mengubah zat makanan yang diabsorpsi dari usus dan yang disimpan di
suatu tempat dalam tubuh, dikeluarkan sesuai dengan pemakainannya
dalam jaringan.
2.mengubah zat buangan dari bahan-bahan racun untuk dieskresi dalam
empedu dan urin.
3.menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen.
4.sekresi empedu, garam empedu dibuat dihati dibentuk dalam system
retikulo dialirkan ke empedu.
5.pembentukan ureum, hati menerima asam ammonia di ubah menjadi
ureum dikeluarkan dari darah oleh ginjal dalam bentuk urin.
6.menyiapakan lemak untuk pencegahan terakhir asam karbonat dan air
(Charlene J. Reeves, Gayle Roux dan Robin Lackhart. 2001 Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika)
7. Patofisiologi infeksi HBV !
Pada hati manusia merupakan target organ bagi virus hepatitis B. Virus
Hepatitis B (VHB) mula mula melekat pada reseptor spesifik di membran sel
hepar kemudian mengalami penetrasi ke dalam sitoplasma sel hepar. Dalam
sitoplasma virus Hepatitis B (VHB) melepaskan mantelnya, sehingga
melepaskan nukleokapsid. Selanjuntnya nukleokapsid akan
menembus
dinding sel hati. Di dalam asam nukleat virus Hepatitis B (VHB) akan keluar

dari nukleokapsid dan akan menempel pada DNA hopses dan berintegrasi
pada DNA tersebut. Selanjutnya DNA virus hepatitis B (VHB) memerintahkan
sel hati untuk membentuk protein bagi virus baru. Virus ini dilepaskan ke
peredaran darah, mekanisme terjadinya kerusakan hati yang kronik
disebabkan karena respon imunologik penderita terhadap infeksi. Gambaran
patologis hepatitis akut tipe A, B, Non A dan Non B adalah sama yaitu
adanya peradangan akut di seluruh bagian hati dengan nekrosis sel hati
disertai infiltrasi sel sel hati dengan histosit(Price, Sylvia Anderson. 2005 :
485 Patofisiologi, Konsep Klinis Proses Proses Penyakit. Edisi 6, Vol 1.
Jakarta : EGC)
8. Penyakit apa yang mungkin di derita tuan A ?
Penyakit hemolitik atau peningkatan laju destruksi eritrosit merupakan
penyebab tersering dari pembentukan bilirubin yang berlebihan. Ikteus yang
timbul sering disebut sebagai ikterus hemolitik. Konjugasi dan transfer
pigmen empedu berlangsung normal, tetapi suplai bilirubin tak terkonjugasi
melampaui kemampuan hati. Hal ini dapat meningkatkan bilirubin tak
terkonjugasi dalam darah. Meskipun demikian, pada penderita hemolitik
berat, kadar bilirubin serum jarang melebihi 5 mg/dl dan ikterus yang timbul
bersifat ringan serta berwarna kuning pucat. Bilirubin tak terkonjugasi tidak
larut dalam air, sehingga tidak dapat diekskrsikan dalam urin dan tidak
terjadi bilirubinuria. Namun demikian terjadi peningkatan pembentukan
urobilinogen (akibat peningkatan beban bilirubin terhadap hati dan
peningkatan konjugasi serta ekskresi), yang selanjutnya mengakibatkan
peningkatan eksresi dalam feses dan urin. Urin dan feses berwarna lebbih
gelap.
Beberapa penyebab lazim ikterus hemoltik adalah hemoglobin abnormal
(hemoglobin S pada anemia sel sabit), eritrosit abnormal (sferositosis
herediter), antibodi dalam serum (inkompatibilitas Rh atau tranfusi atau
akibat penyakit auto imun), pemberian beberapa obat dan peningkatan
hemolisis. Sebagian kasus ikterus hemolitik dapat disebabkan oleh suatu
proses yang disebut sebagai eritropoisis yang tidak efektif. Proses ini
meningkatkan destruksi eritrosit atau prekursornya dalam sum sum tulang
(talasemia, anemia pernisiosa dan porfiria).
Pada orang dewasa, pembentukan bilirubin yang berlebihan yan berlangsung
kronis dapat menyeabkan terbentuknya batu empedu yang mengandung
sejumlah besar bilirubin diluar itu hiperbilirubinemia ringan umumnya tidak
membahayakan. Pengobatan langsung ditunjukkan untuk memperbaiki
penyakit hemolitik(Grant Metode Anatomi berorientasi Pada Klinik. John V.
Basmajian & Charles E. Slonecker. Ed. 11. jilid 1. FKUI.)
9. Pemeriksaan penunjang tuan A !
Salah
satu
pemeriksaan
penunjang
yang
dilakukan
untuk
diagnosis hepatitis adalah pemeriksaan dengan USG (ultrasonografi). USG
adalah alat yang digunakan untuk mengetahui adanya kelainan pada organ
dalam. USG hati (liver) dilakukan jika pemeriksaan fisik kurang mendukung

diagnosis, sedangkan keluhan klinis pasien dan pemeriksaan laboratorium


menunjukkan hal sebaliknya. Jadi pemeriksan USG dilakukan untuk
memastikan diagnosis kelainan hati (liver).
Melalui pemeriksaan USG hati, dapat dilihat adanya pembesaran hati serta
ada tidaknya sumbatan saluran empedu. Pembesaran hati (liver) dilihat
dengan mengamati bagian tepi hati. Tepi hati (liver) yang tumpul
menunjukkan adanya pembesaran hati (liver). Selain untuk melihat ada
tidaknya fibrosis (jaringan ikat), USG juga dapat digunakan untuk melihat
peradangan hati (liver) dengan mengamati densitas (kepadatan) hati (liver)
yang lebih gelap.
USG hanya dapat melihat kelainan pada hepatitis kronis atau sirosis.
Pada hepatitis akut atau pada proses awal penyakit yang belum
mengakibatkan kerusakan jaringan, pemeriksaan USG tidak akurat.
Pemeriksan USG juga dapat digunakan untuk mengungkap diagnosis lain
yang terkait kelainan hati (liver), seperti tumor hati (liver), abses hati (liver),
radang empedu, dan lain-lain.( Grant Metode Anatomi berorientasi Pada
Klinik. John V. Basmajian & Charles E. Slonecker. Ed. 11. jilid 1. FKUI.)
10.Asuhan keperawatan tuan A !
Anamnesa/wawancara
Tn. A, 61 tahun
Kuning pada mata dan seluruh tubuh
Nafsu makan menurun
Kencing berwarna kunig pekat
Memiliki riwayat infeksi HBV 3 tahun lalu
Pemfis(pemeriksaan fisik)
P: 28 kali/menit
N: 90 kali/menit
TD: 140/90 mmHg
TB: 168 cm
BB: 43 Kg
Terdapat edema pada kedua tungkai
Terdapat asites
Tes diagnostic
Analisa data
DS :

Kuning pada mata dan seluruh tubuh


Nafsu makan menurun
Kencing berwarna kunig pekat
riwayat infeksi HBV 3 tahun lalu

DO :

P: 28 kali/menit
N: 90 kali/menit

TD: 140/90 mmHg


TB: 168 cm
BB: 43 Kg
edema pada kedua tungkai
asites
Diagnose keperawatan

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolic

Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan


perpindahan area ketiga ( asites )

Intervensi

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolic

Menunjukkan

perilaku

perubahan

pola

hidup

untuk

meningkatkan/ mempertahankan berat badan sesuai.

Menunjukkan peningkatan berat badan.

Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan


perpindahan area ketiga ( asites )

TTV stabil yang ditandai dengan hidrasi adekuat.


Turgor kulit baik dan pengisian kapiler pun baik.
Nadi perifer kuat dan haluaran urin individu sesuai

Implementasi

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolic

Mengawasi pemasukan diet / jumlah kalori


Memberikan perawatan mulut sebelum makan
Menganjurkan makan pada posisi tegak
Mendorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat
Mengawasi glukosa darah

Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan


perpindahan area ketiga ( asites )

Mengawasi masukan dan haluaran

Mengkaji TTV, nadi perifer, pengisisan kapiler


Memeriksa asites / pembentukan edema
Memberikan cairan IV, elektrolit
Memberikan obat-obatan antidiare sesui indikasi

Evaluasi
Evaluasi proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh
mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
(Carpenito, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi
2), EGC, Jakarta)

You might also like