Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam hidup bersama dengan sesamanya (bermasyarakat), setiap individu
menempati kedudukan (status) tertentu, mempunyai dunia dan tujuan hidupnya masingmasing. Namun demikian, ia sekaligus mempunyai dunia bersama dan tujuan hidup
bersama dengan sesamanya.
Masyarakat yang dicita-citakan oleh Islam adalah baldatun thayyibatun wa
rabbun ghafur, yaitu masyarakat yang subur dan makmur, serta adil dan aman. Bukan
sebaliknya masyarakat yang penuh dengan kemewahan, poya-poya, kemungkaran dan
kemaksiatan yang merajalela, lupa terhadap Allah sebagai pencipta.
Dengan mengintegrasikan kedua teori di atas, kami mendapatkan suatu
hubungan erat antara individu dalam suatu masyarakat dengan keterwujudan baldatun
thayyibatun yang dicita-citakan oleh Islam. Setiap individu yang ada dalam suatu
masyarakat dan memiliki tujuan hidup masing-masing pergerakannya dibatasi oleh
tujuan hidup bersama masyarakat tersebut. Dalam artian individu tidak bisa seenaknya
mewujudkan tujuan hidupnya dengan mengabaikan tujuan hidup masyarakat sekitarnya.
Kepedulian setiap individu terhadap tujuan hidup bersama masyarakatnya akan
mempercepat perkembangan menuju terwujudnya tujuan bersama tersebut.
Salah satu masalah yang dihadapi umat Islam sekarang ini adalah rendahnya
rasa kesatuan dan persatuan sehingga kekuatan mereka menjadi lemah. Sektor
kehidupan yang mengalami kelemahan ini salah satunya adalah sektor sosial dan
budaya. Hal ini tampak pada akhlak pergaulan hidup bertetangga, akhlak bertamu dan
menerimanya, serta akhlak bergaul dengan orang-orang muslim dan non-muslim secara
umum.
Dalam hal tamu bertamu, individu yang berposisi sebagai tamu cenderung tidak
beretika. Ada di antara mereka yang ketika bertamu, ia meminta ijin kepada tuan rumah
dengan berteriak-teriak. Di samping itu, ada pula yang tampak memaksa masuk ke
rumah tuan rumahnya meskipun tuan rumah tersebut tidak berkenan untuk
menerimanya. Ada juga yang berposisi sebagai penerima tamu tidak memperlakukan
tamunya dengan baik. Ia menerima tamunya dengan muka yang masam, tidak
memberikan jamuan kepada tamunya, dan bahkan tidak mempersilakan tamunya untuk
duduk.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Akhlak
Kata akhlak berasal dari bahasa arab yaitu Al-Khulk yang berarti tabeat,
perangai, tingkah laku, kebiasaan, kelakuan. Menurut istilahnya, akhlak ialah sifat yang
tertanam di dalam diri seorang manusia yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan senang
dan mudah tanpa adanya suatu pemikiran dan paksaan. Dalam KBBI, akhlak berarti
budi pekerti atau kelakuan. Sedangkan menurut para ahli, pengertian akhlak adalah
sebagai berikut:
Menurut Ibnu Maskawaih, akhlak ialah hal li nnafsi daaiyatun lahaa ila
afaaliha min ghoiri fikrin walaa ruwiyatin yaitu sifat yang tertanam dalam jiwa
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan
terlebih dahulu.
Menurut Ahmad bin Mushthafa, akhlak merupakan sebuah ilmu yang darinya
dapat diketahui jenis-jenis keutamaan, dimana keutamaan itu ialah terwujudnya
keseimbangan antara tiga kekuatan yakni kekuatan berpikir, marah dan syahwat
atau nafsu.
Menurut Muhammad bin Ali Asy Syariif Al Jurjani, akhlak merupakan sesuatu
yang sifatnya (baik atau buruk) tertanam kuat dalam diri manusia yang
darinyalah terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan tanpa berpikir
dan direnungkan.
Yang artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. al-Ahzab : 21)
Berdasarkan ayat tersebut di atas dijelaskan bahwasannya terdapat suri teladan
yang baik, yaitu dalam diri Rasulullah SAW yang telah dibekali akhlak yang mulia dan
luhur. Selanjutnya juga dalam Q.S. 68/Al-Qalam: 4:
Yang artinya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (Q.S.
al-Qalam : 4).
Bahwasannya Nabi Muhammad SAW dalam ayat tersebut dinilai sebagai
seseorang yang berakhlak agung (mulia).
Di dalam suatu hadits juga disebutkan tentang betapa pentingnya akhlak di
dalam
kehidupan
manusia.
Bahkan
diutusnya
rasul
adalah
dalam
rangka
menyempurnakan akhlak yang baik, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, yang artinya:
Dari Abdullah menceritakan Abi Said bin Mansur berkata: menceritakan Abdul Aziz
bin Muhammad dari Muhammad bin Ijlan dari Qoqo bin Hakim dari Abi Shalih dari
Abi Hurairoh berkata Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Aku hanya diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia. (H.R.Ahmad)
Berdasarkan hadits tersebut di atas memberikan pengertian tentang pentingnya
pendidikan akhlak dalam kehidupan manusia, di mana dengan pendidikan akhlak yang
diberikan dan disampaikan kepada manusia tentunya akan menghasilkan orang-orang
yang bermoral, laki-laki maupun perempuan, memiliki jiwa yang bersih, kemauan yang
keras, cita-cita yang benar dan akhlak yang tinggi, mengetahui arti kewajiban dan
pelaksanaannya, menghormati hak-hak manusia, mengetahui perbedaan buruk dan baik,
memilih satu fadhilah karena cinta pada fadhilah, menghindari suatu perbuatan yang
tercela dan mengingat Tuhan dalam setiap pekerjaan yang mereka lakukan.
menjamu tamu lebih dari tiga hari nilainya sedekah, bukan lagi kewajiban.
Rasulullah saw bersabda:
Menjamu tamu itu hanya tiga hari. Jaizahnya sehari semalam. Apa yang
dibelanjakan untuk tamu diatas tiga hari adalah sedekah. Dan tidak boleh bagi tamu
tetap menginap (lebih dari tiga hari) Karen hal itu akan memberatkan tuan rumah.
(HR. Tirmidzi)
Menurut Imam Malik, yang dimaksud dengan jaizah sehari semalam adalah
memuliakan dan menjamu tamu pada hari pertama dengan hidangan yang istimewa
dari hidangan yang biasa dimakan tuan rumah sehari-hari. Sedangkan hari kedua
dan ketiga dijamu dengan hidangan biasa sehari-hari.
2.4 Hubungan Baik dengan Tetangga dan Masyarakat
Semua bentuk akhlak yang baik adalah sikap yang selayaknya diberikan kepada
tetangga kita. Diantaranya adalah bersedekah kepada tetangga jika memang
membutuhkan. Bahkan anjuran bersedekah kepada tetangga ini sangat ditekankan oleh
Rasulullah SAW:
Bukan mukmin, orang yang kenyang perutnya sedang tetangga sebelahnya
kelaparan (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubra 18108, dishahihkan Al Albani dalam
Silsilah Ash Shahihah 149).
Beliau juga bersabda:
Jika engkau memasak sayur, perbanyaklah kuahnya. Lalu lihatlah keluarga
tetanggamu, berikanlah sebagiannya kepada mereka dengan cara yang baik (HR.
Muslim 4766).
Dan juga segala bentuk akhlak yang baik lainnya, seperti memberi salam,
menjenguknya ketika sakit, membantu kesulitannya, berkata lemah-lembut, bermuka
cerah di depannya, menasehatinya dalam kebenaran, dan sebagainya.
2.5 Ukhuwah Islamiyah
Kata ukhuwah berasal dari bahasa arab yang kata dasarnya adalah akh yang
berarti saudara, sementara kata ukhuwah berarti persaudaraan. Adapun secara istilah
ukhuwah islamiyah adalah kekuatan iman dan spiritual yang dikaruniakan Allah kepada
hamba-Nya yang beriman dan bertakwa yang menumbuhkan perasaan kasih sayang,
persaudaraan, kemuliaan, dan rasa saling percaya terhadap saudara seakidah. Dengan
berukhuwah akan timbul sikap saling menolong, saling pengertian dan tidak
menzhalimi harta maupun kehormatan orang lain yang semua itu muncul karena Allah
semata.
Hal tersebut sejalan dengan firman Allah dalam Q.S. Al-Hujurat/49: 10:
bersin mengucapkan Alhamdulillah. Namun jika tidak, maka kita tidak perlu
mendoakannya.
Dalam suatu hadits, Rasulullah bersabda: Apabila salah seorang dari
kalian bersin, hendaklah ia mengucapkan alhamdulillah, sedangkan saudaranya
atau temannya hendaklah mengucapkan yarhamukallah (semoga Allah
merahmatimu), dan hendaklah ia membalas yahdikumullahu wa yushlih
baalakum (semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki hatimu).
3. Memenuhi undangan
Dalam hadits yang lain Rasulullah bersabda bahwa jika kita diundang,
hendaklah datang (memenuhi undangannya). Hal tersebut dapat dijadikan
sebagai wujud menghargai saudara kita yang telah bersedia mengundang untuk
datang ke acaranya. Selama undangannya merupakan hal-hal yang tidak
bertentangan dengan agama, maka kita berkewajiban untuk memenuhinya.
4. Menjenguk yang sakit
Menurut ilmu kedokteran, jika seorang yang sakit ditengok oleh keluarga
ataupun teman-temannya, maka akan muncul respon positif dari otaknya. Hal
tersebut dikarenakan adanya rasa bahagia dalam diri pasien yang ditengok
tersebut.
Saat menengok orang sakit, kita juga dianjurkan untuk mendoakannya
agar lekas sembuh. Begitulah muslim yang sesungguhnya, ia amat peduli dengan
saudaranya. Dengan doa yang kita panjatkan, disadari atau tidak, itu dapat
mempererat hubungan psikologis. Dengan demikian, rasa peduli kita terhadap
orang yang mendoakan ataupun didoakan akan tumbuh semakin kuat.
5. Mengantarkan jenazah
Mengantarkan jenazah merupakan salah satu kewajiban muslim terhadap
muslim lainnya. Ini bertujuan untuk menghormatinya yang telah berperan dalam
hidup kita, sedikit ataupun banyak.
Adapun untuk aturan mengantarkan jenazah ini ialah bagi laki-laki boleh
mengantarkan sampai ke kuburannya. Namun bagi wanita, hal itu lebih baik tidak
dilakukannya karena emosional wanita yang lebih kuat dari laki-laki.
Dikhawatirkan wanita yang mengantar sampai ke kuburannya akan terlarut dalam
kesedihan yang teramat dalam, apalagi jika yang meninggal itu adalah orangorang terdekatnya. Maka dari itu Islam mencegahnya.
Selain 5 kewajiban yang tercantum di atas, akhlak terhadap sesama muslim juga
mencakup kategori ukhuwah islamiyah. Fauzan (2008:371) mengatakan bahwa
ukhuwah Islamiyah tidak akan terwujud kalau tanpa sendi-sendi yang kokoh, yang
mendasarinya. Sendi-sendi ukhuwah islamiyah itu antara lain; husnul zhan (berbaik
sangka), kasih sayang, rela berkorban, toleransi, musyawarah.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Mempelajari akhlak merupakan hal yang sangat penting dipelajari oleh seluruh
umat muslim dikarenakan seruan untuk memiliki akhlak yang baik tercantum
pada Al-Quran dan Al-Hadits. Terlebih dalam suatu hadits Rasulullah SAW
bahkan bersabda bahwa sesungguhnya beliau diutus untuk menyempurnakan
akhlak yang mulia. Sehingga sudah sepatutnya bagi kita umat Islam untuk
mengikuti ajaran-ajaran dan mencontoh perilaku Rasullah SAW.
2. Akhlak dalam kehidupan bermasyarakat yang baik dan sesuai dengan ajaran
Islam sebagaimana yang telah diajarkan Rasullah SAW adalah sebagai berikut:
o Akhlak bertamu yang baik menurut Islam ialah dimulai dengan meminta
ijin dan mengucapkan salam, maksimal sampai tiga kali. Jika sesudah
tiga kali salam tidak juga dibukakan pintu, maka hendaklah pulang dan
jangan memaksakan kehendak untuk bertamu. Peraturan untuk bertamu
pun ialah tidak di sembarang waktu, tidak sampai merepotkan tuan
rumah, tidak sampai mengganggu tuan rumah, menghormati jamuan, dan
pamit ketika akan pulang.
o Akhlak menerima tamu ialah memuliakan tamu dengan memasang muka
manis, bertutur kata yang lemah lembut, mempersilakan duduk, dan
menjamunya. Untuk menjamu tamu, Rasulullah membatasi dengan
waktu paling lama ialah tiga hari.
o Akhlak bertetangga yang baik menurut Islam ialah dengan bersedekah
kepadanya jika ia membutuhkan. Selain itu, dianjurkan pula untuk saling
menyapa, menjenguk ketika ia sakit, berkata lemah lembut, bermuka
cerah di depannya, menasehatinya dalam kebenaran, dan sebagainya.
o Akhlak kepada saudara seIslam ialah dengan berusaha untuk menjaga
hubungan agar tetap baik, harmonis, dan tidak terjadi perselisihan.
Beberapa
kewajiban
muslim
terhadap
muslim
lainnya
ialah
DAFTAR PUSTAKA
11
Assiba'i,
M.H.
(1993).
Kehidupan
Sosial
Menurut
Islam
Tuntunan
Hidup
(2013).
Akhlak
Dalam
Masyarakat.
[Online].
12