You are on page 1of 22

MAKALAH

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


ISOLASI SOSIAL
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Persyarafan

Oleh :
Eko Hardianto WW

1422010011

Febrian Mikodianti

1422010012

Ita Dian Permata S

1422010017

Novita Sari

1422010026

Santi Dewi

1422010029

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MAJAPAHIT
MOJOKERTO
1

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah


memberi

rahmat,

taufiq

dan

hidayah-Nya

sehingga

kami

dapat

menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Konsep Dasar Asuhan


Keperawatan Isolasi Sosial, makalah ini terselesaikan dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Sistem Persyarafan di STIKES MAJAPAHIT
MOJOKERTO.
Melalui

makalah

memperoleh

informasi

ini
lebih

diharapkan
lanjut

agar

tentang

para
Konsep

pembaca
Dasar

dapat
Asuhan

Keperawatan Isolasi Sosial. Maka dengan terselesaikannya penulisan


makalah ini semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan dari
pembaca.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak
kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu, kami sangat memerlukan
kritik

dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan

makalah ini. Semoga makalah ini menjadi lebih bermanfaaat untuk para
pembaca.

Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman

Judul

.. i
Kata

Pengantar

.
.. ii
Daftar

Isi

..........................................
.....................iii
BAB
I
................................................................................................

Pendahuluan

1
1.1.........................................................................................Latar Belakang
.........................................................................................
1
1.2.........................................................................................Rumusan
Masalah
.........................................................................................
2
1.3.........................................................................................Tujuan
.........................................................................................
2
BAB
II
Pembahasan
................................................................................................
3
a.
Konsep
Materi
Isolasi
.............................................................................................

Sosial

3
b.
Konsep
Dasar
ASKEP
Isolasi
.............................................................................................
8

Sosial

BAB
III
................................................................................................

Penutup

17
Daftar

Pustaka

.18

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar belakang
Perubahan-perubahan sosial yang serba cepat (rapid sosial

cange) sebagai konsekuensi modernisasi , industrialisasi, kemajuan ilmu


pengetahuan dan teknologi telah mempengaruhi nilai-nilai moral etika
dan gaya hidup (value siatem dan way of laife). Tidak semua orang
mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan tersebut diatas
yang pada gilirannya yang bersangkutan dapat jatuh sakit, atau
mengalami gangguan penyesuaian diri.
Perubahan-perubahan nilai kehidupan yang sering kali juga
disebut perubahan-perubahan psikososial antara lain dapat dilihat dari
hal-hal berikut ini, yaitu :
1. Pola hidup masyarakat dari yang semula sosial religius cenderung
kearah pola kehidupan masyarakat individual, matrialistis dan sekuler.
2. Pola hidup sederhana dan produktif cenderung ke arah pola hidup
mewah dan konsumtif.
3. Struktur keluarga yang semula keluarga besar (extended family),
cenderung ke arah keluarga inti (nurclear family, bahkan sampai pada
keluarga tunggal (single parent family)
Dari jaman purbakala sebenarnya sudah terdapat tanda-tanda
yang menunjukkan bahwa manusia telah mengenal tentang gejala-gejala
gangguan jiwa. Sejak saat pembuahan, seorang manusia merupakan satu
kesatuan badan dan jiwa yang tidak dapat dipisahkan. Bila terganggu
maka akan bereaksi adalah manusia secara keseluruhan, bukan hanya
badannya atau jiwanya saja. Jadi dapat dikatakan bahwa badan dan jiwa
bukanlah kesatuan yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan merupakan
aspek-aspek manusia yang digambarkan untuk memudahkan komunikasi.

1.2
Rumusan Masalah
1. Apa konsep teori dari isolasi sosial?
2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan Isolasi Sosial ?

1.3
Tujuan
1. Untuk mengetahui Konsep teori Isolasi Sosial.
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan Isolasi Sosial
1.4

Manfaat
1. Agar pembaca paham dan mengetahui Konsep teori dan konsep
dasar asuhan keperawatan Isolasi Sosial.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Teori
1. Definisi
Isolasi sosial merupakan kondisi ketika individu atau kelompok
mengalami, atau merasakan kebutuhan, atau keinginan untuk
lebih terlibat dalam aktivitas bersama orang lain, tetapi tidak
mampu mewujudkannya (Carpenito, 2009).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana

seorang

individu

mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu


berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, Individu mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Stuart &
Sundeen, 2006).
Isolasi sosial adalah kesendirian yang dialami oleh individu dan
dianggap timbul karena orang lain dan sebagai suatu pernyataan
negatif atau mengancam (NANDA, 2015/2017).
2. Rentang Respon Sosial
Adapun rentang sosial dari adaptif sampai terjadi respon yang
maladaptif (Stuart & Sundeen, 2006), yaitu :
Respon Adaptif
Respon Maladaptif
Menyendiri

Merasa sendiri

Manipulasi
Otonomi

Menarik diri

Impulsif
Bekerjasama

Tergantung

Narcissisme
Saling tergantung
Respon Adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan
cara yang dapat diterima oleh norma-norma masyarakat.
Menurut Sujono & Teguh (2009) Respon adaptif meliuti :
a. Solitude atau menyendiri

Respon yang dilakukan individu untuk merenungkan apa


yang telah terjadi atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi
diri dalam menentukan rencana-rencana.
b. Autonomy atau otonomi
Kemampuan
individu
dalam

menentukan

dan

menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial,


individu

mampu

menetapkan

pengaturan diri.
c. Mutuality atau kebersamaan
Kemampun individu untuk

untuk

interdependen

saling

pengertian,

dan

saling

memberi, dan menerima dalam hubungan interpersonal.


d. Interdependen atau saling ketergantungan
Suatu hubungan saling ketergantungan saling tergantung
antar individu dengan orang lain dalam membina hubungan
interpersonal.
Respon yang berada di tengah antara sehat-sakit :
a) Kesepian
Berkurangnya keinginan akibat kejadian yang bersifat subjektif
sehingga individu sulit berhubungan dengan orang lain.
b) Menarik diri
Menghindari interaksi dengan orang lain.
c) Ketergantungan
Merasa tergantung dan tidak mampu mengambil keputusan.
Respon Maladapdif adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah dengan cara-cara yang tertantang dengan norma- norma
agama dan masyarakat. Menurut Sujono dan Teguh (2009) respon
maladaptif adalah :
a. Manipulasi
Gangguan sosial dimana individu memerlukan orang lain
sebagai

obyek,

hubungan

terpusat

pada

amsalah

mengendalikan orang lain dan individu cenderung berorientasi


pada diri sendiri . tingkah laku mengontrol digunakan sebagai
obyek, hubungan terpusat pada masalah mengendalikan orang
lain dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri.
Tingkah

laku

mengontrol

digunakan

sebagai

pertahanan

terhadap kegagalan atau frustasi dan dapat menjadi alat untuk


berkuasa pada orang lain.
b. Impulsif

Respon sosial yang ditandai individu sebagai subyek yang


tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu
merencanakan, tidak mampuuntuk belajar dari pengalaman dan
miskin penilaian.
c. Narkisisme
Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah
laku egosentris, harga yang rapuh, terus menerus berusaha
mendapatkan
mendapat

penghargaan

penghargaan

dan

dan

mudah

mudah

marah

marah

jika

tidak

apabila

tidak

mendapatkan dukungan dari orang lain.


Sedangkan hubungan sosial yang sering terjadi pada rentang respon
maladaptif (Stuart & Sundeen, 2006) yaitu :
a. Menarik diri : individu kesulitan dengan membina hubangan
dengan orang lain.
b. Tergantung (despenen) : individu sanagt tergantung dengan
orang lain, individu gagal mengembangkan rasa percaya diri.
c. Manipulasi : individu tidak dapat dekan dengan orang lain, rang
lain hanya sebagai objek.
d. Curiga : tertanam rasa tidak percaya terhadap orang lain dan
lingkungan .
3. Faktor Predisposisi dan Presipitasi
Menurut Stuart dan Sundeen , perilaku menarik diri dipengaruhi
oleh faktor predisposisi atau faktor yang mempengaruhi terjadinya
gangguan jiwa.
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yaitu faktor yang dapat menimbulkan respon
sosial yang maladaptif. Faktor yang mungkin mempengaruhi
termasuk :
1) Perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan
mencetuskan seseorang akan mempunyai respon maladaptif.
Dimulai dari masa bayi, toodler, pra sekolah, sekolah, pra
remaja, dewasa muda, dewasa tengah hingga dewasa lanjut.
2) Biologik
Adanya keterlibatan faktor genetik, status gizi, kesehatan
umum yang lalu dan sekarang. Ada bukti terdahulu tentang
terlihatnya neuro transmiter dalam perkembangan gangguan
ini, tetapi masih perlu penelitian.

3) Sosiokultural
Isolasi karena mengadopsi norma, perilaku dan sistem nilai
yang berbeda dari kelompok budaya

mayoritas, seperti

tingkat perkembangan usia, kecacatan, penyakit kronik,


pendidikan, pekerjaan, dll.
4) Faktor dalam Keluarga
Menurut (Gail, 2006 : hal 279) pola komunikasi dalam
keluarga dapat mengantar seseorang dalam gangguan
berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal-hal
yang negative akan mendorong anak mengembangkan
harga diri rendah. Adanya dua pesan yang bertnentangan
disampaikan pada saat yang bersamaan, mengakibatkan
anak menjadi traumatik dan enggan berkomunikasi dengan
orang lain.

b. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus

pada

umumnya

mencakup

kejadian

kehidupan yang penuh stress yang mempengaruhi kemampuan


individu

untuk

berhubungan

dengan

orang

lain

dan

menyebabkan ansietas. Stressor pencetus dapat dikelompokan


menjadi 2 yaitu :
1. Stressor Sosiokultural
Menurutnya stabilitas keluarga dan berpisah dari orang
yang berarti misalnya perceraian, kematian, perpisahan
kemiskinan,

konflik

sosial,

budaya,

(peperanagan,

kerusuhan, kerawanan) ,dsb.


2. Stressor Psikologi
Ansietas berat yang berkepanjangan dan bersama dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya, misalnya
perasaan cemas yang mengambang, merasa terancam.

4 . Tanda dan Gejala


Observasi yang ditemukan pada klien dengan perilaku
menarik diri akan ditemukan (data objektif), yaitu apatis, ekspresi
sedih, afeks tumpul, menghindrai dari orang lain (menyendiri), klien

tampak memisahkan diri dari orang lain, misalnya pada saat makan,
komunikasi

kurang atau tidak, klien tidak tampak bercakap-cakap

dengan klien atau perawat, tidak ada kontak mata, klien lebih suka
menunduk, berdiam diri dikamar atau tempat terpisah, klien kurang
mobilitas,

menolak

berhubungan

dengan

orang

lain,

klien

memutuskan percakapan atau pergi jika di ajak bercakap-cakap,


tidak melakukan kegiatan sehari-hari artinya perawatan diri

dan

kegiatan rumah tangga dan sehari-hari tidak di lakukan, posisi janin


saat tidur. Data subjektif sukar di dapat jika klien menolak
berkomunikasi. Beberapa subjektif adalah menjawab dengan katakata singkat dengan kata-kata tidak , ya, atau tidak tau.
(Dalami, 2009 : hal 10)
Menurut buku panduan Diagnosa NANDA 2015-2017 isolasi
sosial memiliki batasan karakteristik meliputi:
Afek datar dan afek sedih
Anggota subkultur tertentu
Ingin sendirian
Kesendiran yang
ditentukan oleh orang lain
Keterlambatan
perkembangan
Ketidakmampuan
memenuhi harapan orang
lain
Ketidaksesuaian budaya
Kondisi difabel
Menarik diri
Merasa tidak aman di

Nilai tidak sesuai dengan


norma budaya
Perasaan beda dari orang
lain
Preokupasi dengan pikiran
sendiri
Riwayat ditolak
Sakit
Tidak ada kontak mata
Tidak sistem pendukungan
Tidak mempunyai tujuan
Tindakan berulang
Tindakan tidak berarti
Menunjukkan permusuhan

tempat umum

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatn Kesehatan Jiwa Klien


dengan Menarik Diri / Isolasi Sosial.
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapuetik
yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien,

keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang


optimal.
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
1) Perawat yang merawat melakukan kontak dengan klien tentang :
nama klien, nama panggilan klien, nama perawat, panggilan perawat,
tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik pembicaraan.
2) Usia.
3) Nomor rekam medik.
4) Perawat menuliskan sumber data yang didapat.
b. Keluhan utama.
Alasan masuk, menanyakan pada klien atau keluarga penyebab
klien datang kerumah sakit saat ini dan bagaimana koping
keluarga yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah ini dan
bagaimana hasilnya.
c. Faktor Predisposisi.
Tanyakan pada klien
mengalami

gangguan

atau
jiwa

keluarga,
dimasa

apakah

lalu,

klien

pernah

pernah

melakukan,

mengalami, menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan


dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan kriminal,
baik itu yang dilakukan, dialami, disaksiakn oleh orang lain, apakah
ada

anggota

keluarga

yang

mengalami

gangaguan

jiwa,

penglaman yang tidak menyenangkan.

d. Aspek Fisik
Meliputi pengukuran tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan
adanya

keluhan

fisik,

misalnya

tampak

lemah

memuat

minimal

letih

dan

sebagainya.
e. Aspek Psikososial
1) Membuat

genogram

yang

generasi

yang

menggambarkan hubungan klien dengan keluarganya yang terkait

dengan komunikasi, engambilan keputusan, pola asuh, pertumbuhan


individu dan keluarga.
2) Konsep diri, meliputi:
Kaji lebih dalam secara bertahap dengan komunikasi yang sering dan
singkat meliputi:
a) Citra tubuh
b) Identitas diri
c) Peran
d) Ideal diri
e) Harga diri
3) Hubungan sosial ( dirumah dan dirumah sakit)
a. Tanyakan pada klien atau keluarga siapa orang yang paling berarti
dalam kehidupannya, tempat mengadu, tempat bicara, minta
bantuan atau sokongan.
b. Tanyakan pada klien atau keluarga, kelompok apa saja yang diikuti
dalam masyarakat.
c. Tanyakan pada klien atau keluarga sejauh mana klien terlibat
dalam kelompok dimasyarakat.
4)

Spiritual, meliputi pandangan, nilai dan keyakinan klen terhadap


gangguan jiwa sesuai dengan agama yang dianut , kegiatan ibadah
yang biasa dilakukan dirumah.

f. Status Mental nilai aspek-aspek meliputi,


1. Penampilan
2. Pembicaraan
3. Aktivitas motorik
4. Alam perasaan

5. Afek
6. Interaksi selama wawancara
7. Persepsi
8. Proses pikir
9. Isi pikir
10.

Tingkat kesadaran

11.

Memori

12.

Tingkat konsentrasi

13.

Kemampuan penilaian

14.

Daya tilik diri

g. Kebutuhan Persiapan Pulang


Observasi

kemampuan klien akan; makan, BAK/BAB, mandi,

berpakaian, istirahat dan tidur, penggunaan obat, pemeliharaan


kesehatan, aktifitas didalam dan di luar rumah.
h. Mekanisme Koping
Kaji koping adaptif ataupun maladaptif yang biasa digunakan
klien dengan menarik diri, seperti regreasi (kemunduran ketingkat
perkembangan yang lebih rendah dengan respon yang kurang
matang),

represi

(koping

yang

menekan

keadaan

yang

tidak

menyenangakn kealam bawah sadar), isolasi (respon memisahkan diri


dari lingkungan sosial ).
i. Aspek Medik
Jenis obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmaka dan
terapi lainnya.
Data yang didapat dapat dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu
data objective dan subjective ditemukan secara nyata dan didapatkan
melalui observasi atau pemeriksaan langsung, sedangkan data subjective

merupakan data yang disampaikan oleh klien secara lisan dan keluarga
yang didapat melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarga.
2. Pohon Masalah
Pohon masalah pada klien dengan isolasi sosila/menarik diri, yaitu:

Resiko perilaku
kekerasan
terhadap diri
sendiri

Ketidakefektifan
penatalaksanaan
program terapuetik

Ketidakefektifan
koping keluarga:
Ketidakmampuan
keluarga merawat
klien dirumah

Gangguan sensori
atau persepsi:
halusinasi
pendengaran

Akibat

Gangguan
pemeliharaan
kesehatan

Isolasi sosial: menarik


diri

Defisit perawatan
diri:

Masalah utama

Mandi dan berias

Gangguan konsep
diri: harga diri
rendah kronis

Penyeba
b

Gambar 2. Pohon masalah isolasi sosial: menarik diri ( Keliat, B.A.,2006 ).

3. Diagnosa Keperawatan
Keliat, B.A. (2006) merumuskan diagnosa keperawatan pada
klien dengan gangguan isolasi sosial/ menarik diri, sebagai berikut :
a. Isolasi Sosial .
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
c. Perubahan persepsi sensori : halusinasi.
d. Koping individu tidakefektif.
e. Defisit perawatan diri.
f. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
4. Intervensi Keperawatan
Menurut (Workshop Standar Asuhan & Bimbingan Keperawatan
jiwa RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang, 2007) strategi penatalaksanaan
tindakan keperawatan menggunakan SP,yaitu :
a) Diagnosa I. Isolasi Sosial
N

Tujuan

Kriteria Hasil

o.
1.

Rencana Tindakan
Keperawatan

Klien dapat

Menunjukkan tanda-

membina

tanda percaya kepada

hubungan saling

perawat: wajah cerah,

percaya

tersenyum, mau
berkenalan, ada kontak
mata, bersedia

1. Bina hubungan saling


percaya
2. beri salam setiap
berinteraksi
3. Perkenalkan nama,

menceritakan

nama panggilan perawat

perasaannya, bersedia

dan tujuan perawat

mengungkapkan

berkenalan.

masalahnya.
4. Tunjukkan sikap jujurdan

menepati janji setiap


berinteraksi, buat
kontak interaksi yang
jelas
5. Dengarkan dengan
penuh perhatian
ekspresi perasaan klien.
2.

Klien mampu

Klien dapat

1. Tanyakan pada klien

menyebutkan

menyebutkan penyebab

tentang orang yang

penyebab menarik

menarik diri dari orang

tinggal serumah atau

diri

lain dengan lingkungan

teman sekamar, orang


yang paling dekat dan
tidak dekat dengan klien
di rumah atau diruang
keperawatan, apa yang
membuat klien dekat
dengan orang tersebut
dan sebaliknya
2. Tanyakan pada klien apa
yang membuatnya tidak
dekat dengan orang lain
dan menarik diri atau
tidak mau bergaul
dengan orang lain, beri
pujian terhadap klien
karena mengungkapkan
perasaannya.

3.

Klien mampu

Klien mampu

1. Tanyakan pada klien

menyebutkan

menyebutkan

tentang manfaat

keuntungan

keuntungan

hubungan sosial dan

berhubungan

berhubungan sosial dan

kerugian menarik diri,

sosial dan

kerugian menarik diri

beri pujian terhadap

kerugian menarik

kemampuan klien

diri

mengungkapkan
perasaannya.

4.

Klien dapat

Klien dapat

1. Observasi perilaku klien

melaksanakan

melaksanakan

saat berhubungan

hubungan sosial

hubungan sosial secara

dengan sosial, beri

secara bertahap

bertahap dengan

motifasi dan bantu klien

perawat, orang lain dan

untuk berkenalan atau

kelompok

berkomunikasi dengan
orang lain
2. Libatkan klien dalam
terapi aktifitas kelompok
sosialisasi
3. Diskusikan jadwal harian
yang dapat dilakukan
untuk meningaktkan
kemampuan klien untuk
bersosialisasi.
4. Beri motivasi klien untuk
melakukan kegiatan
sesuai jadwal yang telah
dibuat.

5.

Klien mendapat

Keluarga dapat

dukungan keluarga

menjelaskan tentang

peran serta keluarga

dalam

pengertian menarik diri,

sebagai pendukung

memperluas

tanda gejala menarik

untuk mengatasi

hubunga sosial

dir, penyebab dan

perilaku menarik diri

akibat, cara merawat


klien menarik diri

1. Diskusikan pentingnya

2. Diskusiakn potensi
keluarga untuk
membantu klien
mengatasi perilaku

menarik diri dan latih


keluarga dalam merawat
klien
3. Tanyakan perasaan
keluarga agar
membantu klien untuk
bersosialisasi
6.

Klien dapat

Klien menyebutkan

memanfaatkan

manfaat minum obat,

tentang manfaat dan

obat dengan baik

kerugian tidak minum

kerugian tidak minum

obat, nama, warna,

obat

dosisi, efek terapi dan


efek samping.

1. Diskusikan dengan klien

2. Pantau klin saat


penggunaan obat
3. Diskusikan akibat
minum obat tanpa
konsultasi dengan
dokter
4. Anjurkan klien untuk
konsultasi kepada
dokter/perawat jika
terjasi hal-hal yang tidak
diinginkan

Penatalaksanaan medis
Jenis penatalaksaan medis yang biasa dilakukan dalam kelompok penyakit
skizofrenia termasuk isolasi sosial adalah:
a. Psikofarmaka
Adalah terapi dengan menggunaka obat, tujuannya untuk mengurangi
atau menghilangkan gejala-gejala gangugan jiwa. Yang tergolong
dalam pengobatan psikofarma antara lain:

1) Chlorpromazine (CPZ)
2) Haloperidol (HLP)
3) Tryhexipenidil (THP)
b. Pemeriksaan penunjang (ECT/Psikotherapy)
c. Prinsip keperawatan
Menerapkan terapi therapeutik, melibatkan keluarga, kontak sering
tetapi singkat, peduli, empati, jujur, menepati janji, memenuhi
kebutuhan sehari-hari.

3. Evaluasi keperawatan
Evaluasi dalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatn pada klien. Hal yang diharapkan pada klien dengan
gangguan jiwa isolasi sosial, yaitu : Klien dapat membina hubungan
saling percaya; Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri; Klien
mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian
menarik diri; Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara
bertahap; Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas
hubunga sosial; dan Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu merasa
tidak berarti, karena memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan
orang

lain

dan

masyarakat

sekitarnya

namun

tidak

memiliki

kemampuan sehingga menarik diri dari dunia luar dan menyendiri.


Hal ini diakibatkan oleh 2 faktor yaitu :
1. Faktor predisposisi
2. Faktor presipitasi
Sehingga menimbulkan tanda dan gejala tertentu yang akhirnya
menyatakan seseorang itu mengalami gangguan jiwa berupa isolasi
sosial atau bahkap gangguan jiwa lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito,2009. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis.

Jakarta : ECG.
Keliat, Budi Ana. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa

Komunitas. Jakarta :ECG.


Stuart & Sunden, 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta :
ECG.

Sujono & Teguh, 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa Edisi 1. Yogyakarta :

Graha Ilmu.
Herdman, TH & S. Kamitsuru. DIAGNOSA KEPERAWATAN Edisi 10.
2015-2017. Jakarta : ECG.

You might also like