You are on page 1of 20

Abstrak

Saat Internazionale Milan menyingkirkan Barcelona dalam semifinal Liga Champions Eropa
pada tanggal 28 April 2010 yang lalu, ada satu sosok yang sangat mengemuka. Dialah Jose
Mourinho, sang pelatih Internazionale Milan. Ini sungguh merupakan suatu kejadian yang
cukup fenomenal, biasanya sebuah tim yang superior, memiliki pemain yang sangat
fenomenal, dan biasanya pula pelatih bukan menjadi sosok terdepan, namun hanya sebagai
pengayom di belakang. Namun Jose Mourinho berbeda. Sosoknya adalah sosok kontroversial
dalam dunia sepak bola. Banyak yang menyukainya namun tidak sedikit yang membencinya.
Dalam tulisan ini, kita akan mengenal siapa sebenarnya Jose Mourinho itu, kemudian kita
akan membahas gaya kepemimpinan dengan pendekatan trait yang diterapkan oleh Jose
Mourinho dalam menangani tim yang ia asuh.
Kata kunci: kepemimpinan, pendekatan trait, Jose Mourinho
Siapakah Jose Mourinho?
Jose Mourinho adalah seorang manajer klub sepak bola Internazionale Milan, Italia. Ia adalah
seorang pria berkebangsaan Portugis dan media Inggris menjulukinya The Special One.
Dari julukannya saja, kita akan mengetahui bahwa sosok ini bukanlah seorang pria yang
biasa. Terlahir pada tanggal 26 Januari 1963 di kota Setubal, Jose Mourinho merupakan
seorang putra dari kiper nasional Portugal, Jose Felix Mourinho. Selayaknya anak-anak
Portugal yang lain, ia berkeinginan pula meneruskan tradisi keluarganya sebagai seorang
pemain Sepak Bola, namun dikarenakan minimnya skill bermain bola yang ia miliki maka ia
berganti jalur dengan belajar manajemen di sekolah bisnis. Namun, karena ini semata hanya
permintaan dari ibunya, maka tidak mengherankan kalau hatinya tidak berkenan. Alhasil, ia
keluar dari sekolah tersebuat setelah hanya belajar satu hari.
Jose Mourinho tidak bisa mengalihkan kecintaannya pada dunia olahraga terutama sepak
bola. Terinspirasi oleh ayahnya yang menjadi pemain dan kemudian pelatih, ia pun
memfokuskan dirinya menjadi seorang pelatih sepak bola. Hanya saja, karena ilmu yang ia
miliki terbatas, maka ia pun belajar di Instituto Superior de Educacao Fisica (ISEF), di
Universitas Teknik di kota Lisabon. Di sana, Jose muda belajar ilmu olah raga.
(http://observer.guardian.co.uk/osm/story/0,,1270852,00.html.) Selama menjalani masa
studinya, ia pun melamar dan menjadi guru olah raga di berbagai sekolah di Portugal dan ia
menjalani kehidupan seperti ini selama lima tahun sebelum ia menerima ijazah diplomanya
dengan nilai-nilai yang sangat mengagumkan.
Setelah ia menerima diploma, ia memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya sebagai
pelatih di sekolah, Ia kemudian menjadi pelatih tim muda di salah satu klub sepak bola di
kotanya, Vitoria de Setubal pada awal tahun 1990an. Kemudian setelah sempat berganti-ganti
klub, Mourinho kemudian mengambil tantangan berikutnya, untuk menjadi penerjemah pada
salah satu pelatih hebat saat itu, Bobby Robson, yang saat itu menjadi manajer baru klub
Sporting Lisbon. Bobby Robson saat itu membutuhkan penerjemah yang mengerti sepak
bola, maka ia mencari seorang pelatih sepak bola yang berkemampuan berbahasa Inggris
yang baik. Tanpa menyia-nyiakan salah satu kesempatan untuk belajar, Jose Mourinho
menerima tantangan tersebut.
Pertemuan dengan Bobby Robson ini merupakan titik tolak keberhasilan Jose Mourinho
dalam dunia kepelatihan. Keduanya ternyata sangat cocok, mereka pun terlibat sangat dalam,
hingga mereka pun saling berdiskusi mengenai taktik dan teknik-teknik kepelatihan. Robson
sangat menyukai gaya Mourinho, sehingga ketika ia dipecat dari Sporting Lisbon dan
kemudian ia menangani salah satu tim terbesar Portugal, Porto pun ia membawa Jose turut
serta ke klub barunya. Mourinho yang masih muda dan benar-benar ingin belajar dengan
senang hati mengikuti kepindahan Bobby Robson ini. Kecocokannya dengan Bobby Robson
pun semakin terbukti ketika setelah dua tahun bersama di Porto, Robson pindah ke klub besar

Spanyol, Barcelona. Ternyata Mourinho memutuskan untuk ikut serta ke Spanyol. Maka ia
pun memboyong keluarganya ke kota Barcelona. Perannya semakin besar di klub Catalan ini,
ia ikut menghadiri konferensi pers, merencanakan sesi latihan, dan membantu menasihati
pemain dalam hal taktik dan analisa lawan mereka. Kecocokan mereka berdua menghasilkan
sebuah trofi Eropa yaitu European Cup Winners Cup pada tahun 1996.
Kecocokan keduanya sebenarnya bukan karena kesamaan mereka, karena mereka berdua
sebenarnya memiliki karakter taktik yang berbeda, Robson yang menyukai menyerang
berbeda dengan Mourinho yang memperhitungkan gaya bertahan yang kuat. Robson yang
bergaya manajemen manusia langsung, berbeda dengan Mourinho yang yang memiliki
perencanaan yang kuat. Namun kesamaan visi mereka, yaitu ambisi untuk menanglah yang
menyatukan mereka. Namun Bobby Robson pindah dari Barcelona pada tahun 1996, dan
kepindahan kali ini tidak diikuti oleh Mourinho karena Barcelona menahannya untuk tetap
menjadi assistant manager klub tersebut. Perpisahan mereka ini tidak mengakhiri
persahabatan dua orang berbeda Negara tersebut. Jose menyatakan bahwa ia banyak belajar
dari Bobby Robson. Pada satu kesempatan ia mengatakan bahwa, salah satu hal terpenting
yang saya pelajari dari Bobby Robson adalah ketika kamu menang, janganlah berpikir bahwa
kamulah timnya, dan ketika kamu kalah, janganlah berpikir bahwa kamu adalah
sampah.(http://www.timesonline.co.uk/tol/sport/football/article434404.ece.) Dari pernyataan
tersebut dapat dipahami bagaimana Jose belajar bahwa kemenangan ataupun kekalahan
bukan segalanya. Ketika kita mampu menggapai kemenangan, diharapkan kita tidak
sombong, dan ketika kita mendapatkan kekalahan, jangan pernah beranggapan bahwa kita
hanya seonggok sampah.
Di tahun keduanya di Barcelona, Jose mendapat kesempatan untuk belajar pada salah satu
pelatih terhebat di dunia lainnya, yang juga memiliki gaya kepelatihan berbeda dengan
Bobby Robson, yaitu Louis Van Gaal, seorang berkebangsaan Belanda. Bersama Van Gaal, ia
memenangkan dua juara Liga Spanyol dalam dua tahun, sebuah prestasi yang mengagumkan.
Melihat bakat yang dimiliki Jose, Van Gaal berpendapat bahwa seharusnya Jose tidak hanya
menjadi assistant manager, maka Van Gaal memberinya kepercayaan untuk menjadi pelatih
kepala di klub Barcelona B, klub Barcelona lainnya yang berisi banyak pemain muda
berbakat binaan klub Barcelona.
Setelah itu, karier kepelatihan Mourinho berkembang pesat, ia pun dipercaya menjadi pelatih
kepala di klub Benfica, di Portugal. Setelah beberapa lama di sana, dan terlibat perselisihan
dengan Presiden klub tersebut, maka Mourinho memutuskan untuk pindah ke klub Portugal
lainnya, Uniao de Leiria. Di sini pencapaian tertingginya pun terjadi, ia berhasil mengangkat
klub medioker Portugal ini menempati posisi ke lima di klasemen akhir liga Portugal.
Selanjutnya pada bulan Januari 2002, FC Porto, klub besar Portugal menunjuknya menjadi
pelatih kepala menggantikan Octavio Machado yang gagal membawa Porto ke posisi yang
memuaskan sampai pertengahan musim 2001-2002. Pada klasemen akhir, ia membawa klub
ini ke posisi tiga dan selanjutnya ia menjanjikan bahwa musim selanjutnya Porto akan
menjadi juara.
Dan ia pun membuktikannya, pada musim 2002-2003, Mourinho membawa FC Porto juara
liga Portugal, tak hanya itu, Mourinho juga membawa klubnya meraih juara Piala Portugal
dan piala UEFA. Kesuksesannya dengan Porto ternyata tidak hanya itu saja, setelah memulai
musim baru dengan kegagalan dalam perebutan piala Super Eropa dengan kalah 0-1 dari klub
Italia, AC Milan, Mourinho membawa timnya kembali juara Liga Portugal. Meskipun ia
gagal mempertahankan Piala Portugal, ia membayarnya dengan menjadi juara liga
Champions UEFA, tempat di mana klub-klub top Eropa berada, dan klub dari Portugal
memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk juara liga ini. Sebuah kesuksesan yang
melambungkan nama Jose Mourinho.
Setelah kesuksesan ini, klub-klub atas Eropa berebutan untuk memakai jasanya. Setelah

kedatangan milyuner Rusia ke Inggris dengan membeli klub Chelsea, maka terjadilah
revolusi di klub ini, dan Abramovich berhasil mendatangkan Mourinho. Pada wawancara
pertamanya ia mangatakan Tolong, jangan sebut saya sombong, namun saya adalah juara
Eropa dan saya pikir saya special (Special One)
(http://news.bbc.co.uk/sport1/hi/football/teams/c/chelsea/3769431.stm.). Maka kemudian
media-media Inggris dan berimbas ke media-media seluruh dunia mulai menyebutnya
sebagai The Special One.
Di sana ia mencapai kesuksesan yang sangat besar dengan meraih beberapa prestasi seperti
juara Liga Inggris, juara piala FA, juara piala Liga Carling dan juara Charity Shield. Di sini ia
pun berhasil mengorbitkan pemain-pemain menjadi hebat seperti Frank Lampard dan Didier
Drogba. Ia mengatakan, Siapakah (Frank) Lampard, (John) Terry, dan (Didier) Drogba dua
tahun lalu? Pastinya mereka bukan bintang dunia. Dan saat ini siapakah mereka? Mereka
sudah seperti (Andrei) Shevchenko dan (Michael) Ballack. (http://jose-mourinhonews.newslib.com/story/1115-3242267) Di Inggris, Jose Mourinho merupakan bintang
media, setiap kata-katanya dan tindak-tanduknya menjadi santapan media Inggris.
Kesukaannya akan perang kata-kata dan permainan otak dengan manajer klub Inggris lainnya
membuat ia menjadi sosok yang penuh kontroversi. Setelah tiga tahun bersama dengan
Chelsea, pada tahun 2008, ia pun pergi dari sana karena hubungannya menjadi tidak harmonis
dengan pemilik klub, Roman Abramovich. Namun ia sangat terkesan dengan persepakbolaan
Inggris, ia mengatakan bahwa ia memiliki tiga musim yang fantastis dan fans sangat
mendukungnya. Ia juga berjanji untuk kembali suatu hari nanti.
Setelah ia terbuang dari Chelsea, ia pun ditarik oleh Massimo Moratti, seorang taipan minyak
Italia dan pemilik klub Internazionale Milan atau yang biasa disebut Inter Milan. Di sini ia
pun meneruskan tradisinya sebagai seoarang pelatih juara dengan membawa Inter meraih
berbagai piala domestik seperti Liga Italia, Coppa Italia dan Piala Super Italia. Hubungannya
dengan media dan pelatih lain pun masih menjadi kontroversi. Kesukaannya berperang katakata dengan pelatih-pelatih klub lainnya membuatnya tidak disukai oleh sebagian pelatih di
sana, namun ia juga tidak sedikit mendapat simpati dan dukungan dari pelatih-pelatih lainnya.
Pada media Italia, ia mengatakan pada saat konferensi pers pada bulan Maret 2009, ia
menuduh bahwa pers Italia sebagai prostitusi intelektual.
(http://www.independent.co.uk/sport/football/european/mourinho-rails-against-intellectualprostitution-1636683.html.)
Setelah melalui perjalanan yang panjang dalam karier kepelatihannya, Jose Mourinho pada
tanggal 6 April 2010, menjadi pelatih pertama yang bisa membawa tiga klub berbeda menjadi
semifinalis liga Champions UEFA. Setelah berhasil menyingkirkan Barcelona pada semifinal
liga Champions UEFA musim ini, maka ia berkesempatan menjadikan Inter Milan juara
setelah tahun 1989 dengan mengalahkan klub Jerman, Bayern Muenchen, yang kebetulan
dilatih oleh Louis Van Gaal, mantan mentornya di Barcelona.

Gaya Kepemimpinan Jose Mourinho


Setelah membaca ringkasan biografinya di atas, maka kita mengenal bahwa Jose Mourinho
adalah sesosok yang penuh kontroversi. Namun, kita harus mengakui bahwa orang ini adalah
seorang pemimpin yang hebat. Selanjutnya kita akan memahami gaya kepemimpinan dengan
pendekatan trait seperti apakah yang ia miliki untuk kesuksesannya hingga saat ini. Terlebih
lagi sifat kepemimpinan yang bagaimana yang ia miliki dan bisa kita pelajari. Pendekatan
trait dalam kepemimpinan memang mengandung banyak kontroversi dikarenakan tolok ukur

yang tidak jelas dan gamblang, namun banyak ahli menyatakan bahwa pendekatan trait ini
memang memengaruhi seorang pemimpin.
Para ahli seperti Lord, DeVader, dan Alliger menemukan bahwa trait kepribadian memiliki
pengaruh yang kuat dalam hubungannya dengan persepsi seseorang tentang kepemimpinan.
(Northouse 2007:16) Dalam penemuan itu memang berarti bahwa pendekatan trait dalam
kepemimpinan memiliki tingkat relativitas tertentu, karena kepribadian antara seorang yang
satu dengan yang lainnya pasti berbeda. Demikian pula dengan Kirkpatrick dan Locke yang
menyimpulkan bahwa pemimpin yang efektif sesungguhnya bertipe-tipe berbeda dalam
kepribadiannya. (Northouse 2007:16)
Northouse (2007:16) kemudian menyatakan bahwa pendekatan trait ini hidup dan baik. Ini
diawali dengan penekanan pada identifikasi kualitas orang-orang besar; kemudian melihat
dampaknya pada situasi kepemimpinan; dan yang paling akhir adalah penekanan kembali
pada peranan kritis pada trait dalam kepemimpinan yang efektif.
Jose Mourinho adalah sosok yang sempurna dalam contoh kepemimpinan yang efektif dalam
pendekatan trait, dia memiliki karakteristik pemimpin yang digambarkan oleh ahli-ahli
kepemimpinan trait.
Kemudian Northouse menyimpulkan dari beragamnya pendapat para ahli yang hampir
berlangsung terus selama satu abad bahwa dari beragamnya ciri atau karakteristik yang
dimiliki oleh kepemimpinan trait terdapat beberapa karakter yang menjadi sentral dalam
kepemimpinan trait. Hal itu dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Karakteristik Utama Kepemimpinan Trait
Kecerdasan
Kepercayaan diri
Determinasi
Integritas
Sosialitas
Sumber: Northouse, Peter G. 2007.Leadership:Theory and Practice.London:Sage
Publications
Jose Mourinho diyakini merupakan pemimpin yang memiliki karakteristik utama
kepemimpinan trait tersebut. Berikut ini merupakan gambaran bagaimana Jose Mourinho
dalam kaitannya dengan kepemimpinan trait.
1. Kecerdasan
Kecerdasan atau kemampuan intelektual memiliki peranan yang cukup penting dalam
kepemimpinan. Menurut Zaccaro, Kemp, dan Bader, pemimpin cenderung memiliki tingkat
kecerdasan lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang bukan pemimpin. (Northouse
2007:19) Seorang pemimpin yang cakap biasanya mereka juga cerdas. Kecerdasan itu juga
mempengaruhi kemampuan bicara, persepsi, dan cara berpikir seseorang dalam menjadi
pemimpin yang baik.
Kecerdasan kadangkala berkaitan dengan bagaimana kompetensi seorang pemimpin.
Menurut Maxwell, kompetensi lebih dari sekedar kata-kata. Kompetensi adalah kemampuan
seorang pemimpin untuk berkata-kata, membuat rencana, dan bertindak sedemikian rupa
hingga orang lain mengetahui bahwa pemimpin ini mengetahui caranya dan orang lain itu
mengetahui bahwa ia ingin mengikuti pemimpin itu (Maxwell 2009:33)
Jose Mourinho adalah orang yang sangat kompeten dalam pekerjaannya. Hal ini terlihat
tentang bagaimana ia sejak awal memang bertujuan untuk hidup dalam dunia sepak bola.

Ketika ia menyadari bahwa kariernya sebagai pemain sepak bola tidak terlalu baik, bahkan
tidak lebih baik daripada ayahnya, maka ia belajar Sports Science di salah satu univesitas di
kota Lisbon. Ia menyadari bahwa tidak perlu menjadi pemain hebat untuk menjadi pelatih
hebat. Selain melalui pendidikan formal, Jose Mourinho juga sering mengikuti pelatihan yang
diselenggarakan oleh lembaga-lembaga internasional, seperti kursus kepelatihan yang
diselenggarakan oleh Asosiasi Sepakbola Inggris dan Skotlandia.
(http://www.timesonline.co.uk/tol/sport/football/article434404.ece.) Ia bahkan menyadari
bahwa kepelatihan tidak melulu menganai tekni bertanding semata, namun banyak hal yang
mempengaruhinya, antar lain adalah psikologi. Karena itu ia terkenal dengan bagaimana ia
mampu memotivasi pemain dengan baik.
Selanjutnya Jose Mourinho selalu menghabiskan waktunya untuk belajar. Ia selalu menyukai
mempelajari berbagai macam hal. Sikap mau belajar ini sangatlah penting. Maxwell
(2009:159) mengatakan untuk terus belajar di bidang dimana kita sudah menjadi ahli agar
tidak menjadi tidak mau belajar. Seusai Jose Mourinho lulus dari pendidikan formalnya, ia
pun melatih kompetensi yang ia miliki dengan menjadi seorang guru olahraga, namun, ia
tidak puas hanya dengan pencapaian itu semata. Ia menyadari kemampuan yang ia miliki,
namun ia mengerti, bahwa untuk mencapai kesuksesan, jalan yang ia tempuh tidak akan
mulus. Karena itu Jose Mourinho menunjukkan sikap ingin belajar. Ketika ada kesempatan
untuk menjadi seorang interpreter untuk pelatih terkenal dunia Bobby Robson pun ia tidak
menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia mengerti, bahwa dengan hanya menjadi interpreterpun ia
bisa mendapatkan banyak hal. Terbukti dengan kenyataan bahwa Bobby Robson juga tertarik
dengan kepribadian Mourinho dan ia bahkan membawanya dari tanah Portugal untuk
mendampinginya ke tanah Spanyol. Selain belajar dengan Robson, Mourinho juga
memberikan pandangan-pandangan yang ia miliki dan pahami dalam dunia kepelatihan sepak
bola.
Ketika pergantian kepelatihan di klub Barcelona terjadi, dari Bobby Robson ke Louis Van
Gaal, Jose Mourinho juga menyadari, bahwa dia juga akan memiliki kesempatan untuk
belajar dari pelatih yang memiliki gaya berbeda dibanding dengan Robson. Maka ia pun
bersenang hati untuk tinggal di Barcelona dan belajar dari mentornya yang baru ini.
Ketika menjadi pelatih klub besar seperti Porto, Chelsea, dan klubnya saat ini, Inter Milan,
Jose Mourinho masih menunjukkan sikapnya yang mau belajar, terutama bahasa. Bahasa
menjadi perhatian utama Jose Mourinho, karena menyadari bahwa klub sepak bola saat ini
sudah seperti dunia mini, dimana di dalamnya terlibat berbagai macam orang dari seluruh
penjuru dunia. Jose merasa bahwa dengan berbicara dengan bahasa asal dengan
pendengarnya, maka ia akan mendapat penghormatan lebih besar dari si pendengar tersebut.
Jose juga menyadari bahwa pemberian instruksi dan motivasi dengan bahasa asli pemain
akan lebih bermakna jika keluar dari mulutnya sendiri.
Selain dari sisi motivasi dan psikologi, Mourinho pun tidak jumawa pada kekuatan timnya. Ia
menyadari bahwa pelajaran akan tim yang akan dihadapi tidak aka nada habisnya. Karena itu
ia bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk menganalisa tim yang akan ia lawan pada
esok harinya. Sebelum menghadapi AS Roma pada final Coppa Italia 6 Mei 2010 lalu,
Mourinho menghabiskan banyak waktu untuk mempelajari kekuatan lawannya. Ia
mengatakan bahwa sebelum final, ia menyaksikan enam rekaman pertandingan Roma untuk
mencari titik lemah. Ia menghabiskan 18 jam untuk itu, tiga jam per pertandingan. Setelah itu
ia menghabiskan berjam-jam waktu untuk mengeksploitasi kekuatan tim.
(http://www.goal.com/id-ID/news/1353/sepakbola-italia/2010/05/08/1915027/mourinhoranieri-lupa-pemain-roma-bukan-anak-kecil)
2. Kepercayaan diri
Dalam pendekatan karakter (trait approach), salah satu faktor yang menentukan seorang

pemimpin adalah kepercayaan diri. Northouse (2007:19-20) dalam bukunya


Leadership:Theory and Practice menyatakan bahwa keepercayaan diri adalah kemampuan
akan memahami kompetensi dan keterampilan yang ia miliki. Kepemimpinan adalah
bagaimana kita bisa mempengaruhi orang lain, dan kepercayaan diri membuat pemimpin
yakin akan pendekatan yang ia lakukan adalah benar dan baik.
Kepercayaan diri ini sangat erat dengan karakter juara yang dimiliki Jose Mourinho. Karakter
juara ini biasanya dimiliki oleh seorang yang memiliki kepercayaan diri tinggi. Bernard
Montgomery, Jenderal Inggris pada PD 2, pernah berkata bahwa kepemimpinan adalah
kemampuan serta kemauan untuk menggalang orang mencapai sebuah tujuan, serta karakter
yang membangkitkan keyakinan. (Maxwell 2009:1) Karakter seseorang dapat terlihat ketika
ia mendapati dirinya dalam suatu kesulitan. Apakah ia akan terjatuh dalam sikap
berkompromi atau ia akan memilih karakternya, yaitu meninggalkan sikap kompromi dan
berjalan tegak dalam keyakinan dirinya akan pandangan hidupnya. Mourinho menunjukkan
sikap ini ketika ia memilih untuk meninggalkan klub-klub yang pemimpinnya sudah tidak
sejalan lagi dengannya. Tidak masalah dengan hatinya yang sedih karena kecintaannya pada
klub itu, ataupun para fans dan pemain yang selalu berada di belakangnya, ketika ia sudah
tidak sejalan dengan pemimpinnya, maka ia memutuskan untuk pergi.
Keyakinannya akan suatu itu tidak mustahil memang sangat hebat. Ia menyakini bahwa juara
itu bisa diraih dengan kerja keras dan karakter yang kuat. Hal ini terjadi ketika ia menangani
Benfica dan Chelsea. Ia juga meyakini bahwa seorang juara itu layak dihormati. Hal ini
tercermin ketika ia datang ke Inggris dan kata-kata pertama yang ia ucapkan saat itu adalah,
Saya telah membaca dan saya harus membuktikan banyak dalam pesepak bolaan Inggris. Sir
Alex Ferguson, adalah satu-satunya juara Eropa di Negara ini, tiada lagi orang lain, jadi
apalagi yang harus saya buktikan? (http://www.everestmotivation.com/mustread2005.html.)
Ia mengatakan itu karena ia adalah seorang pelatih juara juga. Ia telah membawa FC Porto
menjadi juara Eropa, maka ia berpendapat bahwa selayaknya ia mendapat penghormatan
yang layak.
Hal lain yang ia tunjukkan sebagai seorang juara adalah dengan menunjukkan empati pada
pemain-pemainnya, Jose Mourinho tidak malu untuk datang dan mengucapkan selamat bagi
pemain-pemainnya saat mereka menang, mulai dari Kapten tim. Bahkan ia juga tidak segan
untuk memeluk mereka dan mengusap kepala mereka. Hal ini jarang sekali ditunjukkan oleh
pelatih-pelatih lainnya. Ia selalu menujukkan bahwa kebersamaan itu penting. Terbukti,
dalam salah satu wawancara, ia mengatakan, Saya benci untuk berkata tentang pemain
secara individu. Pemain tidak memenangkan trofi, skuad yang memenangkan trofi.
(http://news.bbc.co.uk/sport2/hi/football/teams/c/chelsea/3769431.stm.) Hal ini menunjukkan
bahwa ia percaya akan kesatuan tim. Tidak ada yang spesial dalam sebuah tim, satu sama
lainnya saling mendukung. Hal ini sangat baik bagi para pemain untuk membangkitkan
kepercayaan diri mereka bahwa mereka merupakan bagian penting dalam tim.
Dengan menunjukkan sikap empati ini, kepercayaan diri Jose Mourinho akan menular pada
para pemainnya. Para pemain akan menujukkan kepercayaan diri dan determinasi tinggi
dalam bertanding. Hanya saja, kepercayaan diri yang dibangun pada tiap pemainnya adalah
bagaimana seorang pemain itu berfungsi dalam tim, bukan mengenai berpikir bagaimana tim
tanpa saya, melainkan berpikir bagaimana saya tanpa tim. Hal ini menunjukkan bahwa
kepercayaan diri dari tim yang diasuhnya adalah kepercayaan menganai kebersamaan,
bagaimana mereka saling membutuhkan satu sama lainnya.
3. Determinasi
Selain kemampuan intelektual dan kepercayaan diri, seorang pemimpin juga diharapkan
untuk memiliki determinasi yang tinggi untuk mencapai tujuannya. Hal ini sangat penting
untuk memotivasi para pengikut. Northouse (2007:20) menjelaskan bahwa determinasi

adalah keinginan untuk menyelesaikan pekerjaan dan meliputi berbagai karakteristik seperti
inisiatif, konsistensi, dominan, dan kemampuan mengendalikan.
Northouse (2007:20) juga menjelaskan bahwa dengan menjadi pemimpin yang penuh
determinasi, itu berarti pemimpin tersebut harus menunjukkan dominasinya pada saat-saat
atau situasi dimana para pengikutnya membutuhkan arahan. Karena itu, pemimpin yang
memiliki determinasi adalah pemimpin yang proaktif, dan memiliki kemampuan yang baik
dalam menghadapi berbagai permasalahan dan hambatan yang menghalangi jalannya
organisasi yang dipimpinnya untuk meraih visi organisasi tersebut.
Ketika menangani Chelsea, yang baru saja diambil alih kepemilikannya oleh taipan Rusia,
Roman Abramovich, Jose Mourinho menunjukkan bahwa ia pantas dengan sebutan Special
One dan dia juga menujukkan bahwa ia pantas pula menyandang pelatih juara Eropa.
Determinasi dan dominasinya dalam menangani tim membuat para pemainnya
menghormatinya. Dia selalu menujukkan bahwa determinasi yang ia buat merupakan bagian
dari komitmennya dalam menuju visi tim yang ia bela.
Komitmen merupakan faktor penting seorang pemimpin untuk berhasil membawa
pengikutnya ke tujuan yang benar. Stephen Gregg, Direktur Utama Ethix Corp, mengatakan
bahwa orang takkan mengikuti para pemimpin yang tidak memiliki komitmen. Komitmen
tampak dalam berbagai aspek, termasuk jam kerja, usaha Anda dalam meningkatkan
kemampuan, atau pengorbanan apa yang Anda lakukan bagi rekan sekerja Anda. (2009:17).
Menurut Maxwell dalam bukunya The 21 Indispensable Qualities of A Leader, bahwa jika
kita ingin menjadi pemimpin yang efektif, kita harus memiliki komitmen. Pengikut hanya
akan percaya kepada pemimpinnya hanya jika pemimpin tersebut percaya kepada tujuannya
sendiri.
Jose Mourinho menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang berkomitmen kuat. Ia sadar
bahwa ia adalah seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang
menunjukkan komitmennya akan pekerjaannya setiap saat. Jose Mourinho mengatakan
bahwa kepemimpinan dapat dirasakan melalui hal-hal terkecil seperti, detail terkecil, yang
terlihat dari, atau hanya kehadiran dari pemimpin itu sendiri. (http://jose-mourinhonews.newslib.com/story/1115-3242267/)
Selama ia melatih, ia menyadari bahwa ia adalah seorang role-model. Ia membuktikannya
melalui hal-hal terkecil yang ia tunjukkan pada pemainnya, mulai dari pakaian hingga cara
melatih dan bahkan ia menujukkan komitmennya melalui caranya berbicara dengan pemain.
Ia sangat menyadari bahwa kepemimpinannya harus ia terapkan setiap hari. (http://josemourinho-news.newslib.com/story/1115-3242267/)
Kehadirannya dalam tim menginspirasikan pemain-pemain yang ia latih juga berkomitmen
pada tim. Mereka merasa bahwa tim itu adalah milik mereka. Hal ini terjadi karena Jose
Mourinho memiliki komitmen yang kuat untuk bekerja dengan keras demi tim yang ia miliki.
Untuk memiliki komitmen yang kuat ini, dibutuhkan rasa kesadaran untuk tahu apa yang
anda lakukan dan kapan anda akan melakukannya. Bahkan hasilnya pun terkadang di luar
ekspektasi kita. Komitmen yang ditunjukkan oleh para pemain Chelsea terhadap
kepemimpinan Jose Mourinho menjadikan mereka mau untuk berkorban untuk terus bermain
tanpa menghiraukan rasa sakit yang sedang mereka alami. Hanya dengan sedikit obat
penahan rasa sakit, mereka tetap berkomitmen untuk bermain di lapangan. Semua ini karena
mereka telah tertular oleh rasa komitmen yang dimiliki oleh pemimpin mereka, Jose
Mourinho.
Rasa memiliki dan komitmen inilah yang menjadikan Jose Mourinho dicintai oleh segenap
elemen tim yang ia latih. Saat ia meninggalkan Chelsea pada tanggal 20 September 2007,
semua elemen tim seperti staf pelatih, pemain, dan bahkan fans berkaca-kaca. Ia sempatkan
dirinya untuk berpamitan pada mereka dan ini berlangsung selama 3 jam. Jose menyadari
bahwa timnya ini adalah sebuah kesatuan, sebuah keluarga. Mourinho menyempatkan dirinya

untuk berbicara satu per satu dengan pemain dan staf yang mengantar kepergiannya. Semua
ini terwujud karena komitmen dari seorang Jose Mourinho.
4. Integritas
Integritas adalah suatu kualitas dari kejujuran dan kepercayaan. (Northouse 2007; 20). Orang
yang bertahan pada prinsip hidup yang kuat dan berani mengambil tanggung jawab terhadap
apa yang dilakukannya adalah orang yang memiliki integritas. Pemimpin yang berintegritas
menginspirasikan kepercayaan terhadap pengikutnya, mereka akan bersikap setia, bergantung
dan percaya sepenuhnya pada sang pemimpin. Inilah yang terjadi pula pada skuad Jose
Mourinho.
Integritas yang dimiliki oleh Jose Mourinho sangatlah kuat. Ia memiliki pandangan yang ia
anggap benar dan ia yakini benar. Ia tidak ingin dicampuri, bahkan oleh si pemiliki klub itu
sendiri. Hal ini terjadi ketika ia datang ke Chelsea, klub ini tidak memiliki pemain-pemain
juara. Tim ini memilki pemain-pemain berbakat seperti John Terry, Frank Lampard, dan Joe
Cole. Dalam proses kepelatihannya, Jose Mourinho membuat mereka menjadi pemain kunci
tim nasional Inggris. Nama-nama mereka pun menjadi idola bagi pesepak bola muda saat ini.
Kemampuan mereka sebagai pesepak bola tidak diragukan lagi. Begitu pula dengan Didier
Drogba. Kedatangan awalnya dari Marseille sempat diragukan oleh publik. Ia bukanlah sosok
yang terkenal. Namun pada beberapa musim setelahnya, ia mampu menjadi top skor di liga
Inggris, dan ia pun menjadi pemain kunci yang membawa Chelsea meraih beberapa trofi
juara. Drogbapun sempat terpilih menjadi pemain terbaik Liga Inggris dan lebih besar lagi
menjadi pemain terbaik Afrika.
Integritas yang Jose Mourinho milikipun tercermin ketika Abramovich mendatangkan
Michael Ballack dan Andrei Shevchenko, yang pada saat itu merupakan pemain bintang.
Mourinho dan Abramovich sempat bersitegang karena Mourinho sebenarnya tidak
membutuhkan mereka. Bahkan ia berani mengatakan pada Abramovich untuk memecatnya
karena ia telah berani mencampuri pekerjaan Jose Mourinho. Ia tidak takut akan kehilangan
pekerjaannya. Ia tidak pula takut akan kehilangan 5,2 juta pounds setahun gajinya. Itu semua
karena integritasnya. Sebagai hasilnya, kedua pemain itu harus bekerja keras untuk menjadi
pemain utama Chelsea. Mourinho pun tak segan menempatkan mereka ke dalam tim
cadangan. Ketika Abramovich meminta Chelsea bermain menghibur, kembali Jose
Mourinho menolaknya. Ia berpendapat bahwa sepak bola efisien yang akan lebih berhasil.
Sekali lagi Jose Mourinho menempatkan integritasnya sebagai pelatih juara di atas segalanya.
Ia rela kehilangan pekerjaan, hanya karena pimpinannya sudah tidak sejalan dan tidak
menghormati integritasnya sebagai seorang pelatih.
5. Berjiwa Sosial
Northouse (2007:20) mengatakan berjiwa sosial dalam kepemimpinan berarti kecenderungan
pemimpin untuk mencari hubungan sosial yang menyenangkan. Pemimpin-pemimpin yang
berjiwa sosial biasanya ramah, menyenangkan, sopan, cerdas, dan diplomatis.
Jose Mourinho mungkin merupakan sosok yang tidak pernah terpikirkan bahwa ia adalah
seorang pemimpin yang berjiwa sosial. Yang terlihat bagi masyarakat kebanyakan adalah
bahwa sosok Jose Mourinho adalah sosok yang sombong, yang suka mengeluarkan
pernyataan-pernyataan yang kontroversial. Hal ini terlihat ketika dia menangani Chelsea dan
Inter Milan, dimana ia suka berperang kata-kata dengan pelatih-pelatih lainnya. Namun
dalam hidupnya yang nyata, Jose Mourinho merupakan sosok yang ramah. Ia adalah pecinta
keluarga, setiap kali ia mengalami hari yang buruk dan sial dalam dunia pekerjaannya, maka
ia akan menceritakan pada wartawan mengenai keluarganya dan bagaimana ia selalu
menyempatkan diri bersama-sama dengan keluarganya menonton pertandingan gulat.
(www.lovemorenyatsine.wordpress.com/2007/09/26/leadership-lesson-from-jose-mourinho/).

Keluarga merupakan pusat kehidupan dari seorang Jose Mourinho. Ia pernah mengatakan
bahwa hal terpenting adalah keluargaku dan bagaimana saya menjadi seorang figur ayah yang
baik. (http://findarticles.com/p/articles/mi_qn4161/is_20051113/ai_n15840668).
Selain keluarga, pemain, staf klub, hingga para fans membuktikan bahwa Jose Mourinho
adalah sosok yang sangat berjiwa sosial. Bahkan pelatih-pelatih yang sering bertikai
dengannya di media seperti Sir Alex Ferguson dan Arsene Wengerpun merasa kehilangan
dirinya ketika ia hijrah ke Inter Milan. Dalam setiap pertemuan pelatih liga Inggris, Jose
Mourinho pun bisa terlibat dalam percakapan dengan pelatih-pelatih tersebut.
Penutup
Setelah membaca analisa di atas, kita memahami bahwa Jose Mourinho merupakan seorang
pemimpin yang baik. Terlepas dari bahwa ia adalah sosok kontroversial, ia selalu
membuktikan bahwa ia adalah pemimpin yang baik. Ia dicintai dan dihormati oleh para
pemain, staf klub hingga fans klub yang ia bela. Ia juga merupakan satu dari sedikit banyak
pemimpin yang sukses dalam kehidupan berkeluarga dan sukses pula dalam kariernya.
Sehingga memang pantas, ketika ia mendapat julukan Special One.

Daftar Pustaka
Books
Maxwell, John C.2009.The 21 Indispensable Qualities of A Leader (Indonesian Language
Translation). Surabaya:MIC.
Northouse, Peter G. 2007. Leadership:Theory and Practice (4th ed.). Thousand Oaks,
CA:Sage.
Internet Links
http://findarticles.com/p/articles/mi_qn4161/is_20051113/ai_n15840668 diunduh pada 3 Mei
2010
http://jose-mourinho-news.newslib.com/story/1115-3242267/ diunduh pada 3 Mei 2010
http://news.bbc.co.uk/sport2/hi/football/teams/c/chelsea/3769431.stm. diunduh pada 3 Mei
2010
http://observer.guardian.co.uk/osm/story/0,,1270852,00.html.) diunduh pada 3 Mei 2010
http://www.goal.com/id-ID/news/1353/sepakbola-italia/2010/05/08/1915027/mourinhoranieri-lupa-pemain-roma-bukan-anak-kecil diunduh pada 7 Mei 2010
http://www.timesonline.co.uk/tol/sport/football/article434404.ece. diunduh pada 3 Mei 2010
http://www.timesonline.co.uk/tol/sport/football/article434404.ece.) diunduh pada 3 Mei 2010
http://news.bbc.co.uk/sport1/hi/football/teams/c/chelsea/3769431.stm. diunduh pada 3 Mei
2010
http://www.independent.co.uk/sport/football/european/mourinho-rails-against-intellectualprostitution-1636683.html. diunduh pada 3 Mei 2010
http://www.everestmotivation.com/mustread2005.html. diunduh pada 3 Mei 2010
http://jose-mourinho-news.newslib.com/story/1115-3242267 diunduh pada 3 Mei 2010
www.lovemorenyatsine.wordpress.com/2007/09/26/leadership-lesson-from-jose-mourinho/ di
unduh pada 3 Mei 2010
Diposkan oleh Filemon Adeodatus di 06.06
Label: Inter Milan, Jose Mourinho, kepemimpinan, pendekatan trait, trait leadership

Manusia adalah makhluk sosial yang menjadi pemimpin bagi


dirinya sendiri dan menjadi pemimpin bagi orang lain.
Menjadi pemimpin berarti menjadi seseorang yang memiliki
tanggung jawab lebih dalam hidup.
7 Karakter Utama Pemimpin Ideal adalah deskripsi
yang menjelaskan tentang point-point yang harus dimiliki
seorang pemimpin. Baik secara sempit maupun luas, seorang
pemimpin tentunya perlu mengetahui dan memiliki sifat
dari 7 karakter utama pemimpin ideal.
Seorang pemimpin adalah individu dengan jiwa yang terlatih
dan mampu melatih individu-individu lain untuk
mewujudkan visi yang bersifat seragam. Seorang pemimpin
diharuskan mampu melibatkan diri dalam unsur
keberagaman sifat anggota yang menjadi tanggung
jawabnya. Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang
mampu membawa misi kelompoknya ke arah yang baik dan
tetap teguh merangkul semua anggota kelompok.

Pemimpin Ideal adalah Pemimpin yang


Cerdas
Kecerdasan adalah titik tentu yang idealnya harus dimiliki
oleh seorang pemimpin. Kecerdasan merupakan point utama
yang menentukan seberapa baik langkah yang diambil oleh
seorang pemimpin jika dihadapkan oleh suatu masalah

kelompok. Pemimpin ideal adalah pemimpin yang cerdas


dalam membawa diri yang didukung dengan keunggulan
berfikir dan peka terhadap hal-hal sekitar. Dalam
menjalankan tugasnya, seorang pemimpin yang ideal akan
mampu berfikir luwes dan memiliki ide-ide segar untuk
keberlangsungan kepentingan kelompoknya.
Pemimpin Ideal adalah Pemimpin yang
Berinisiatif
Tidak hanya cerdas, pemimpin yang ideal adalah pemimpin
yang berani berinisiatif jika dihadapkan dengan suatu
masalah. Inisiatifme diri jelas dibutuhkan oleh seorang
pemimpin demi terciptanya solusi yang bersifat nyata dan
menjanjikan. Pemimpin yang berinisiatif adalah pemimpin
yang mampu menggerakkan dirinya sendiri terlebih dahulu
untuk memulai segala sesuatunya tanpa adanya paksaan.
Dengan sifat inisiatif yang ada dalam diri pemimpin,
kekuatan diri dari tiap anggota untuk menjalankan misi
kelompok pun akan terjamin dengan baik.

Pemimpin Ideal adalah Pemimpin yang


Bertanggung jawab
Bertanggung jawab berarti berani untuk menanggung
efek dari segala keputusan yang timbul akibat tindakan yang
telah dilaksanakan. Selain cerdas dan berinisatif, seorang
pemimpin yang ideal tentunya perlu memiliki sifat

bertanggung jawab. Pengambilan keputusan terhadap cara


kerja dan pelaksanaan misi suatu kelompok tentunya
diputuskan dengan tidak tergesa-gesa. Pemimpin yang
bertanggung jawab adalah pemimpin yang tetap teguh dan
mampu berfikir taktis untuk menerima segala resiko yang
timbul dari keputusan yang diambil.

Pemimpin Ideal adalah Pemimpin yang


Dapat Dipercaya
Karakter yang satu ini tentunya timbul dari seberapa
berhasilnya seorang pemimpin dalam menggerakkan
anggotanya dan bijak dalam mengambil
keputusan. Pemimpin ideal adalah pemimpin yang tanpa
perlu berfikir ulang, anggotanya akan dengan kesungguhan
hati mampu mempercayai pemimpin tersebut untuk
mengambil keputusan. Pemimpin yang dapat dipercaya
adalah pemimpin yang mampu mendamaikan hati semua
anggota. Dengan pemimpin yang dapat dipercaya, setiap
anggota akan merasa lebih terpacu untuk menyatukan hati
dan menciptakan keseragaman kelompok demi terciptanya
keutuhan.

Pemimpin Ideal adalah Pemimpin yang


Jujur
Kejujuran dalam diri seseorang tentunya menjadi point khas
yang harus dimiliki oleh seorang manusia, terutama oleh

seorang pemimpin. Pemimpin yang jujur menjanjikan


keterbukaan dan keluwesan dalam memberikan segala
informasi yang mencakup kepentingan kelompok. Kejujuran
yang ada dalam diri seorang pemimpin akan menjadi ciri
khas tersendiri yang mampu diandalkan oleh anggota.
Pemimpin ideal dengan tingkat kejujuran tinggi akan
mendapatkan kepercayaan yang luas dari kelompoknya.

Pemimpin Ideal adalah Pemimpin yang


Rela Berkorban
Rela berkorban berarti rela menerjunkan diri dalam
kepentingan kelompoknya dibandingkan dengan kepentingan
pribadi. Pemimpin yang rela berkorban akan mampu
memfokuskan diri untuk mencapai visi kelompok secara
detail. Sifat rela berkorban ini pun tentunya harus didasari
dengan kecerdasan dan kebijakan dari seorang
pemimpin. Pemimpin ideal yang rela berkorban akan
mampu mengambil keputusan secara tepat tanpa merugikan
banyak pihak.

Pemimpin Ideal adalah Pemimpin yang


Dicintai dan Mencintai Kelompoknya
Cinta hadir dalam diri seorang pemimpin yang ideal dan juga
kelompok yang dipimpinnya. Segala bentuk tingkah laku
yang hadir dari seorang pemimpin yang ideal akan selalu
diiringi dengan unsur cinta yang akan meminimalisir bentuk

kecurangan juga hal-hal buruk lainnya. Kelompok yang


dipimpinnya pun akan mampu mencintai pemimpin tersebut
tanpa adanya unsur paksaan yang berlebih. Pemimpin yang
ideal jelas akan mampu menciptakan tindakan dengan cinta
yang terkoordinir rapih untuk kemajuan.
Setelah membaca artikel di atas, tentunya kita bisa
mengetahui 7 karakter utama pemimpin ideal dari
seorang pemimpin. Seorang pemimpin bukanlah manusia
sempurna namun, seorang pemimpin yang ideal dituntut
untuk mengusahakan kesempurnaan untuk kemajuan visi
kelompoknya. Jadilah pemimpin ideal!

Tidaklah mudah menjadi seorang pemimipin, karena mereka


harus memiliki sejumlah kualitas tertentu. Kalau seorang
pemimpin salah dalam bertindak, maka bawahan bisa saja
langsung menganggap buruk. Berikut ini adalah Ciri-Ciri
Pemimpin Yang Tidak Ideal :

1.

Hanya Memerintah

Menjadi Pemimpin bukan berarti bisa seenaknya saja


memerintah. Sebaliknya, hal yang harus dilakukan seorang
pemimpin yang benar yaitu harus bisa menciptakan
komunikasi yang baik dengan tim atau orang yang
dipimpinnya demi mencapai visi dan misi yang telah
ditentukan. Komunikasi di sini artinya komunikasi dua arah,
sehingga bawahan bisa menyampaikan pendapat dan bukan
sekadar menerima perintah.
1.

Jarang Diskusi
Pemimpin yang buruk biasanya jarang berdiskusi dengan
bawahannya tapi dia menuntut timnya untuk solid. Padahal,
solid tidaknya sebuah tim juga dinilai dari adanya
komunikasi yang baik antara atasan dengan bawahan.
Dengan berdiskusi, pemimpin pun bisa tahu jika ada masalah
di antara orang yang dipimpinnya.

1.

Tidak Memberikan Kepercayaan


Seorang pemimpin yang baik bisa memberikan kepercayaan
pada timnya untuk bekerja. Hal ini juga berguna untuk
meningkatkan rasa percaya diri timnya. Sebaliknya,
pemimpin yang buruk tidak mampu memberikan

kepercayaan itu. Akibatnya akan muncul rasa tak percaya di


antara atasan dan bawahannya.
1.

Tidak Memberikan Pujian


Tak sedikit atasan di kantor, perusahaan/lembaga yang
merasa enggan untuk memuji bawahannya. Padahal, hal
tersebut sekali-kali perlu dilakukan demi memberikan
penghargaan pada bawahannya. Ini yang membuat mereka
bisa termotivasi untuk menjadi tim yang lebih baik dan maju.

1.

Konflik
Apabila bawahan Anda ditegur oleh atasan dari divisi lain,
jangan hanya diam saja dan membiarkan bawahan Anda
menghadapinya sendirian. Pemimpin yang baik akan
berusaha untuk memberi dukungan pada timnya, bukan
malah ikut menyalah-nyalahkannya juga.

1.

Tidak Terbuka
Hubungan baik dengan divisi yang berbeda perlu dibina
dalam perusahaan/lembaga. Jika Anda merupakan
pemimpin yang kerap tertutup dan tidak membeberkan
kehebatan kerja tim Anda, itu menandakan bahwa Anda
bukan termasuk pemimpin yang baik.

1.

Tidak Bertanggung Jawab


Jika Anda selalu menyerahkan tugas pada bawahan, padahal
seharusnya pekerjaan tersebut dikerjakan oleh Anda, itu
membuktikan bahwa Anda bukanlah pemimpin yang baik.
Pemimpin yang benar akan bertanggung jawab dengan
pekerjaannya, bukan malah menyuruh bawahan untuk
menyelesaikannya.

1.

Pemimpin yang Tidak Memiliki Visi, Tidak


Akan Bisa Menjalankan Tim.
Pemimpin tanpa visi akan gagal. Pemimpin yang tidak
memiliki visi tidak bisa menginspirasi tim, memotivasi
kinerja, atau menciptakan nilai yang berkelanjutan. Miskin
visi, visi yang berubah-ubah, atau tidak ada visi akan
menyebabkan para pemimpin gagal. Tugas pemimpin adalah
untuk menyelaraskan organisasi sesuai dengan visi yang jelas
dan dapat dicapai. Ini tidak bisa terjadi ketika orang buta
menuntun orang buta, yang artinya pemimpin yang tidak
mempunyai visi menuntun anggota dalam tim yang juga tidak
memiliki tujuan dan arah.

1.

Ketika Pemimpin Gagal Memimpin Dirinya


Sendiri

Seorang pemimpin yang memiliki karakter atau integritas


tidak akan bertahan dalam ujian waktu. Tidak peduli
seberapa cerdas, ramah, dan persuasive seseorang, jika
mereka rentan terhadap rasionalisasi perilaku yang tidak etis
berdasarkan kebutuhan saat ini atau masa depan, mereka
akhirnya akan menjadi mangsa kehancuran mereka sendiri.
Optik atas etika bukanlah formula untuk sukses.
1.

Terlalu Mengandalkan Pengalaman Masa


Lalu
Sydney Finkelstein, profesor di Dartmouth Tuck School
mengatakan dalam Wall Street Journal 2009, Pemimpin
cenderung mengandalkan pengalaman masa lalu yang
tampaknya berguna, tetapi sebenarnya berbahaya. karena
tidak benar-benar cocok dengan situasi saat ini dan itu tidak
akan menjadi bermanfaat.
Pemimpin harus memperhatikan kondisi kerja, rekan kerja,
sumber daya, dan bagaimana menciptakan momentum di
lingkungan yang baru.

1.

Terlibat Politik Kantor

Motivasi politik membuat orang sulit membuat keputusan


secara obyektif dan fokus pada mengelola tanggung jawab.
Pemimpin yang terperangkap dalam politik kantor
kehilangan identitas mereka dan terjebak dalam agenda dan
motivasi orang lain.
12. Tak Punya Tujuan Kerja
Bila Anda tidak tahu apa yang Anda perjuangkan, Anda akan
sulit membuat keputusan yang baik. Kejelasan tujuan
memungkinkan Anda membuat keputusan yang benar dan
konsisten sesuai dengan misi. Ketika tujuan terganggu,
Anda akan kehilangan hubungan dengan naluri dan mulai
membuat keputusan tanpa dependensi yang tepat dan
sumber daya.
1.

Menyalahgunakan Sumber Daya


Memimpin bukan hanya tentang memotivasi orang dan tim
inspirasi, tapi juga mengharuskan Anda untuk mengetahui
alat dan sumber daya yang tersedia dan atau yang harus
diperoleh untuk bersaing.
Pemimpin yang membuat keputusan baik terus
meningkatkan pedoman sumber daya. Mereka memperkuat

kemampuan untuk mendapatkan akses ke informasi yang


benar, statistik, tren, dan hal lainnya yang tersedia dari luar
dan dalam kantor/perusahaan. Mereka tahu kapan harus
melibatkan semua sumber daya itu dalam rangka membuat
keputusan tepat yang berdampak positif bagi perusahaana
atau bagi masa yang akan datang.
1.

Tidak Melihat Peluang


Pemimpin tidak mengerti dengan visi yang disebut Wideangle, melihat peluang dari segala arah. Visi ini membuat
pemimpin ahli dalam mengantisipasi krisis dan mengelola
perubahan jika keadaan memburuk. Ini juga dapat
memperluas pengamatan dan memungkinkan mereka
melihat sekitar, di dalam dan luar perusahaan, sehingga
keputusan-keputusan yang dibuat pun tepat.

1.

Tidak Percaya Diri


Pemimpin yang tidak percaya diri sering menjadi putus asa
dan membuat keputusan tiba-tiba. Mereka tidak memikirkan
konsekuensi saat membuat keputusan.

You might also like