Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Kecacingan merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit
berupa cacing. Sedangkan berdasarkan WHO (2011), kecacingan adalah
sebagai infestasi satu atau lebih cacing parasit usus yang terdiri dari
golongan nematoda usus. Penyakit kecacingan ini kerap kali kurang
mendapat
perhatian.
Hal
tersebut
dikarenakan
kecacingan
tidak
dengan
tingginya
prevalensi
kecacingan.
Berdasarkan
Tujuan
1. Mengidentifikasi keberadaan parasit di dalam ikan sarden
2. Mengidentifikasi jenis parasit yang menginfeksi ikan sarden
Manfaat
A Bagi Mahasiswa
1. Meningkatkan pengetahuan mengenai cara menidentifikasi
adanya parasit.
2. Meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan pengujian
dan identifikasi parasitologi
B Bagi Masyarakat
1. Membuka jendela pengetahuan masyarakat mengenai parasit yang
dapat menginfeksi ikan
2. Meningkatkan kewaspadaan dalam mengolah ikan sehingga ikan
aman dikonsumsi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Parasit adalah organisme yang keberadaannya bergantung kepada organisme lain
yang dikenal sebagai induk semang (Anonim 2016). Terdapat banyak sekali jenis
parasit. Kesmua parasit tersebut dapat menginfeksi manusia, tumbuhan dan
binatang. Beberapa hubungan organisme yang hidup bersama :
-
saling menguntungkan
Simbiosis
: Hubungan antara dua organisme tersebut
Parasitisme : Hubungan antara dua organisme dimana salah satunya
diuntungkan dan pihak lainnya dirugikan (Irawati n.d.).
d. Parasit eratika yaitu parasit yang berada pada hospes yang wajar, namun
posisi parasit tidak wajar.
e. Parasit spuriosa
Sedangkan berdasarkan waktu atau derajat keparasitannya, parasit dibagi
menjadi :
a. Parasit temporer yaitu organisme yang sebagian besar hidupnya
dihabiskan sebagai parasit dan sisanya sebagai organisme bebas
b. Parasit stasioner yaitu parasit yang selama satu stadium perkembangannya
selalu kontak dengan hospes
Berdasarkan jumlah hospesnya, parasit dibagi menjadi :
a. Parasit holoksenosa yaitu parasit yang dalam siklus hidupnya butuh satu
orgnisme lain sebagai hospes
b. Parasit heteroksenosa yaitu parasit yang siklus hidupnya membutuhkan
lebih dari satu organisme lain sebagai hospesnya.
Berdasarkan lokasinya, parasit dibagi menjadi :
a. Ektoparasit yaitu parasit yang hidup pada permukaan tubuh hospes atau di
dalam liang-liang pada kulit yang masih mempunyai hubungan berbas
dengan dunia luar.
b. Endoparasit yaitu parasit yang berlokasi di dalam jaringan tubuh hispes.
Sedangkan berdasarkan pengaruhnya terhadap hospes, parasit dibagi menjadi :
a. Parasit patogen yaitu parasit yang berefek patogen terhadap hospesnya
b. Parasit kurang patogen
c. Parasit tidak patogen
Pada klasifikasi hewan, parasit dibagi menjadi :
a. Uniseluler parasit yaitu hewan bersel satu yang sebagian besar hidupnya
dihabiskan sebagai penyakit.
b. Multiseluler parasit yaitu hewan yang hidup sebagai parasit pada hewanhewan invetebrata (Anonim 2016a)
Di dunia ini banyak terdapat banyak sekali parasit, baik yang dapat
membahayakan kehidupan manusia maupun yang tidak membahayakan. Dari
sekian banyak parasit tersebut, salah satu jenis parasit yang sering dibahas adalah
cacing. Cacing merupakan hewan invetebrata yang beberapa spesiesnya adalah
hewan parasit. Cacing dapat menjadi parasit pada hewan maupun manusia.
Beberapa cacing bahkan bersifat patogen. Namun umumnya cacing tidak
menyebabkan penyakit berat.
Ada banyak jenis cacing yang hidup baik di dalam manusia maupun hewan.
Hewan yang umumnya sering menjadi hospes bagi cacing yaitu sapi, ikan, babi,
anjing dan lain sebagainya. Manusia juga merupakan salah satu hospes dari
cacing. Cacing yang menjadikan hewan sebagai hospesnya diantaranya adalah
Dipylidium canium
hepatica pada sapi, dan Anisakiasis sp pada ikan (Anonim 2016a)(Arifudin &
Abdulgami 2014)
Cacing dapat menular ke manusia melalui berbagai cara. Umumnya manusia
tertular cacing dari makanan yang dimakan dan karena kurangnya kebersihan
masyrakat itu sendiri. Manusia dapat tertular cacing melalui makanan terutama
yang berbahan daging atau ikan dikarenakan ikan atau daging yang diolah tidak
matang, atau setengah matang. Dalam kondisi seperti itu, maka larva cacing tidak
mati, dan akhirnya masuk ke dalam tubuh manusia (Susanti 2008)
Untuk mengetahui adanya cacing di dalam tubuh ikan, dapat dilakukan
pemeriksaan otot daging. Caranya yaitu dengan mengambil sayatan tipis otot
daging kemudian diteruh di atas gelas objek. Setelah itu taruhlah gelas objek lain
diatasnya dan tekan secara perlahan. Untuk mengetahui adanya larva cacing dan
kisa periksa gelas objek di bawah mikroskop (Kusnandar 1990).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
I.
II.
Semarang
B Waktu
: Praktikum ini berlangsung pada hari Jumat, 16
September 2016 pada pukul 08.30-12.00 WIB
Populasi dan Sampling
A Populasi
Populasi yang digunakan dalam praktikum identifikasi parasit
adalah semua jenis ikan, daging, dan hewan.
B Sampel
Sampel pada praktikum ini adalah ikan sarden kaleng. Ikan sarden
III.
BAB IV
HASIL
I.
Gambar
o
1
Nama Parasit
Asal
Strongyloide
Daging
Stercoralis
Babi
dewasa
Larva
Kucing
filariform
Gambar 4.2
Larva filariform
3
Telur
Feses
oxyurisveram
Manusi
i cularis
N.Americanu
Daging
Sapi
Mikrofilaria
Darah
Plasmodium
Darah
vivax
tropozoit
Ascaris
Daging
Lumbricoides
Sapi
10
BAB V
PEMBAHASAN
11
merupakan parasit yang paling banyak menginfeksi ikan baik ikan laut atau ikan
air tawar (Rokhmani 2001). Anisakis sp memiliki siklus hidup yang melibatkan
ikan dan mamalia laut. Larva parasit infektif bagi manusia dan menyebabkan
Anisakiasis, dan ikan yang telah terinfeksi dengan Anisakis sp., dapat
menghasilkan anafilaksis reaksi pada orang yang telah menjadi peka terhadap
Immunoglobulin E (IgE). Anisakis sp dapat menular ke manusia apabila larva
stadium III yang terdapa di dalam tubuh ikan laut yang tidak dimasak dengan
matang termakan oleh manusia.
Manusia sendiri bukanlah hospes definitif bagi Anisakis sp namun menjadi hospes
incidental jika mengonsumsi ikan mentah atau kurang marang, diasap, dibekukan,
diasinkan atau diasamkan.
Anisakiasis adalah penyakit parasitik yang disebabkan oleh larva Anisakis yang
termakan melalui makanan olahan seafood mentah, khususnya mentah atau
setengah matang. Penyakit ini diketahui menyebabkan penyakit gastrointertinal
pada manusia. Spesie Anisakis yang diketahui menginfeksi manusia yaitu
Anisakis simplex. Efek apabila manusia mengonsumsi ikan yang mengandung
larva Anisakis yaitu inflamasi, perdarahan dan pembengkakan pada usus. Infeksi
Anisakis pada manusia juga dapat mengakibatkan penyakit asma.
Pada ikan sarden yang diuji, adanya cacing Anisakis dan larva mungkin
disebabkan oleh proses pemasakan yang tidak sempurna. Proses pemasakan ikan
yang tidak sempurna menyebabkan larva cacing tetap hidup sehingga dapat
menularkan kepada manusia. Seperti yang diketahui proses pemasakan ikan
adalah hal yang sangat penting. Hal tersebut selain untuk menambah cita rasa
dimaksudkan untuk membunuh bakteri-bakteri dan parasit penyebab penyakit.
Apabila ikan tidak dimasak dengan benar, maka kemungkinan besar parasit masih
hidup di dalam tubuh ikan. Dan ketika ikan dimakan oleh manusia, secara tidak
langsung manusia juga ikut memakan parasit tersebut. Selanjutnya parasit/ cacing
akan masuk ke dalam saluran pencernaan manusia dan menyebabkan berbagai
gangguan kesehatan.
12
DAFTAR PUSTAKA
14