You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu bahan industri kimia yang sangat di butuhkan ialah salah satu nya
yaitu aseton. Aseton banyak di gunakan pada industri selulosa asetat, cat, serat,
plastik dan lain sebagainya. Kebutuhan aseton di Indonesia semakin lama semakin
meningkat. Hingga saat ini, masih sangat minim perusahaan pembuat aseton di
Indonesia, seiring dengan meningkat nya kebutuhan aseton yang terus meningkat
sehingga membuat Indonesia harus mengimpor aseton dari negara lain. Dengan
dilakukannya percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu mensintesis aseton
dari isopropil alkohol. Sehingga bisa di terapkan dalam dunia industri.
Aseton merupakan bahan kimia yang berperan penting dalam menunjang kegiatan
manusia, terutama dalam sektor industri. Aseton memiliki banyak kegunaan
seperti pelarut, penghapus spidol permanen, dan pembersih.
Aseton yang dikenal sebagai propanon, dimetil keton, 2-propanon, propa-2-on
atau formaldehida adalah senyawa berfase cair yang tidak berwarna dan mudah
terbakar. Aseton merupakan keton yang paling sederhana. Aseton larut dalam
berbagai perbandingan dengan air, etanol, dietil eter, dll. Aseton merupakan nama
lain dari 2-propanon yang merupakan senyawa keton. Aseton dapat di buat dengan
cara oksidasi alkohol sekunder. Dengan menggunakan oksidator seperti KMnO4
dengan bantuan katalis asam seperti H2SO4. Dari reaksi oksidasi tersebut
menghasilkan aseton dan senyawa lain seperti air dan sisa dari larutan oksidator
yang tidak bereaksi.
Aseton merupakan suatu senyawa yang bersifat polar yang dapat di reduksi
menggunakan LiAlH4 menjadi alkohol. Aseton merupakan senyawa yang sangat
tahan terhadap oksidasi atau sukar untuk di oksidasi. Kecuali dalam keadaan
tertentu dimana rantai karbon mengalami pemutusan ikatan. Seperti pada
percobaan ini yaitu membuat aseton dengan cara mengoksidasi alkohol sekunder.
Aplikasinya aseton dapat membunuh germs(disinfektan), dalam skala industri
aseton digunakan sebagai zat warna dan plastik, pengangkat cat, obat-obatan, dan
senyawa kimia lainnya. Aseton banyak di gunakan sebagai pelarut senyawa
karbon, (misalnya sebagai pembersih cat kuku dan pembersih cat kayu), sebagai
bahan baku pembuatan zat organik (kloroform sebagai obat bius), sebagai
campuran parfum, kosmetik, juga sebagai pelepas lem super. Selain itu aseton
juga dapat melarutkan berbagai macam plastik dan serat sintesis.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun perumusan masalah pada percobaan aseton yaitu bagaimana proses
pembuatan keton dengan cara oksidasi alkohol sekunder melalui destilasi
sederhana menggunakan oksidator KMnO4. Selanjutnya mencari hasil konversi
aseton yang didapat.
1.3 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa
mengetahui dan memahami proses dari pembuatan aseton dengan metode oksidasi
alkohol sekunder.
1.4 Ruang Lingkup Percobaan
Ruang lingkup meliputi penggunaan bahan KMnO4 dan H2SO4 pekat, 2propanol, es , aquades, dengan cara oksidasi alkohol sekunder menggunakan alat
seperti labu leher 3, gelas beker, dan alat destilasi yang dilakukan dalam skala lab
pada laboratorium Rekayasa dan Integrasi Proses FT UNTIRTA.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aseton
Aseton merupakan keton yang paling sederhana, digunakan sebagai pelarut
polar dalam kebanyakan reaksi organik. Aseton dikenal juga sebagai dimetil
keton, 2-propanon, dan propa-2-on. Aseton adalah senyawa berbentuk cairan yang
tidak berwarna dan mudah terbakar, digunakan untuk membuat plastik, serat,
obat-obatan, dan senyawa kimia lainnya. Aseton juga dapat ditemukan secara
alami, termasuk pada tubuh manusia dalam kandungan kecil( Hart,2003).
Umumnya aseton mempunyai atom hidrogen yang terikat pada atom karbon
sangat stabil dan sangat sukar diputuskan. Namun lain halnya dengan atom
hidrogen yang berada pada karbon (C) disamping gugus karbonil yang disebut
atom hidrogen alfa. Sebagai akibat penarikan elektron oleh gugus karbonil,
kerapatan elektron pada atom karbon alfa semakin berkurang, maka ikatan karbon
dan hidrogen alfa semakin melemah, sehingga hidrogen alfa menjadi bersifat
asam dan dapat mengakibatkan terjadinya substitusi alfa (). Substitusi
melibatkan penggantian atom H pada atom karbon dengan elektrofil (Wade,
L.G. 2006:1041-1063). Atom hidrogen alfa pada aseton dapat dilihat pada
Gambar 1 ( Hart,2003).

H
C

H
H

Gambar 1.Atom hidrogen alfa pada aseton

Aseton mempunyai atom hidrogen alfa bersifat asam, oleh karena itu dapat
terionisasi menghasilkan ion enolat. Ion enolat dapat berada dalam dua
bentuk,yaitu bentuk keto dan bentuk enol yang disebut bentuk tautomerisasi.
Tautomer adalah isomer-isomer pada senyawa karbonil yang hanya dibedakan
oleh kedudukan ikatan rangkap dan yang disebabkan perpindahan letak atom
hidrogen alfa ke atom oksigen. Bentuk keto dan bentuk enol pada aseton dapat
dilihat pada Gambar 2 ( Hart,2003).

H 3C

H3 C

CH2

CH3

BENTUK ENOL BENTUK KETO

Gambar 2. Bentuk keto dan bentuk enol pada aseton.


Hidrogen alfa pada senyawa aseton dapat disubtitusi oleh karbokation

O
H 3C

H
CH2

+ RX

CH2

AlCl3

+
H 3C

HX

sehingga terjadi reaksi alkilasi. Reaksi alkilasi pada aseton terdapat pada Gambar
3 ( Hart,2003).
Gambar 3. Alkilasi Pada Aseton
2.2 Keton
Keton merupakan senyawa yang mengandung gugus karbonil. Gugus
karbonil adalah suatu gugus polar. Keton memiliki titik didih yang lebih tinggi
daripada hidrokarbon dan lebih rendah daripada alkohol dengan jumlah atom yang
sama (Fessenden,1982)
Dalam laboratorium, cara paling lazim untuk mensintesisi suatu keton
ialah dengan oksidasi suatu alkohol. Keton akan diperoleh jika bahan baku yang
digunakan merupakan alkohol sekunder (Fessenden,1982).
Meskipun terdapat banyak kemiripan antara aldehid dan keton, namun ada
beberapa perbedaan antara keduanya pada sifat dan struktur yang
mempengaruhinya, antara lain :
Aldehid sangat mudah dioksidasi, sedangkan keton sukar untuk
beroksidasi.
Aldehid biasanya lebih reaktif dari keton. Hal ini karena atom karbonil
dari aldehid kurang dilindungi dibandingkan keton.
Aldehid jika dioksidasi akan menghasilka asam karboksilat, sedangkan
keton tidak tidak mudah megalami oksidasi(Fessenden,1982).
2.3

Alkohol

Alkohol merupakan suatu senyawa yang mengandung gugus hidroksil (-OH).


Sifat fisik dari alkohol, diantaranya :
Titik didih alkohol lebih tinggi dibandinkan dengan alkana yang
mempunyai atom C yang sama.
Makin banyak atom C, makin tinggi titik didihnya.
Ada 3 jenis alkohol, yaitu alkohol primer, alkohol sekunder, dan alkohol tersier.
Alkohol primer : alkohol yang gugus OH nya terletak pada atom C
primer.
Alkohol sekunder : alkohol yang gugus OH nya terletak pada atom C
sekunder.

Alkohol tersier : alkohol yang gugus OH nya terletak pada atom C tersier.
Beberapa oksidasi dari alkohol, antara lain :
Oksidasi menjadi aldehid
Hasil oksidasi mula-mula dari alkohol primer adalah suatu aldehid. Jika aldehid
tersebut dioksidasi kembali maka akan terbentuk suatu asam karboksilat.
Oksidasi menjadi keton
Suatu alkohol sekunder jika dioksidasi oleh oksidator kuat menjadi
keton(Fessenden,1982).
2.4

Destilasi

Destilasi merupakan suatu proses pemisahan dua atau lebih komponen zat cair
berdasarkan titik didih. Secara sederhana, destilasi dilakukan dengan memanaskan
atau menguapkan zat cair lalu uap tersebut didinginkan kembali supaya menjadi
cair dengan bantuan kondensor. Macam-macam destilasi antara lain :
Destilasi sederhana
Destilasi bertingkat atau fraksionasi
Destilasi azeotrop
Destilasi kering
Destilasi Vakum (Fessenden,1982).

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Diagram Alir
Diagram alir yang digunakan dalam praktikum kali ini ialah sebagai
berikut
85ml aquadest
26ml 2-propanol

12ml H2SO4
16g KMnO4
Gelas beker

Labu Leher Tiga

Proses destilasi 75-80oC


selama 3 jam
Destilasi di tampung

Erlemenyer
Menghitung volume dan
berat
Gambar 4. Diagram alir pembuatan aseton
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
a. Gelas beker 150 ml

b. Termometer
c. Gelas ukur
d. Hotplate
e. Labu leher tiga 500 ml
f. Pengaduk
g. Erlenmeyer 100 ml
h. Corong pemisah
i. Peralatan destilasi

3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
a. 26 ml 2-propanol
b. 12 ml asam sulfat pekat
c. 85 ml aquades
d. Es secukupnya
e. 16 gram KMnO4
f. 18 gram KMnO4
3.3

Prosedur Percobaan

Pada percobaan ini diawali dengan memasukan 26 ml 2-propanol ke dalam labu


leher tiga, lalu menyiapkan larutan oksidator dalam gelas beker dengan komposisi
85 ml aquades, 12 ml H2SO4 pekat, dan 16 gram KMnO4 Kemudian
mendinginkannya. Setelah itu, mencampurkan larutan oksidator tersebut ke dalam
labu leher tiga. Lalu, melakukan proses destilasi dengan menjaga suhu 75-80 oC.
Menampung destilat yang keluar di dalam erlenmeyer dan mendinginkannya
dengan menggunakan es, setelah itu menentukan volume dan beratnya. Kemudian
mengulangi percobaan dengan menggunakan massa KMnO4 sebanyak 18 gram.

3.4 Gambar Alat


TERMOMETER

air
masuk
air
keluar

Produk

PEMANAS

Gambar 5. Skema alat praktikum pembuatan aseton

3.5 Variable Percobaan


Variable percobaan dalam praktikum kali ini ialah variable terikat yang
meliputi 2-propanol. Dan variable bebas pada praktikum kali ini ialah asam sulfat
pekat, dan KMnO4

BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
Berikut adalah data hasil perobaan pertama dengan mengunakan 16 gram KMnO4

Tabel 1. Hasil data percobaan 1


Waktu (Menit)
Suhu
0
79
5
77
10
79
15
83
20
82
25
81
30
80
35
82
40
82,5
45
81
50
80
55
80
60
80
65
80
70
79
75
79
80
80
85
79,5
90
78
95
81
100
79
105
79
110
80
115
79
120
80
125
79
130
79
135
78
140
80
145
78
150
80
155
80
160
80
165
80
170
81
175
77
180
80

Tetesan
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
2
0
1
0
0
0
0
1
0
1
2
0
0
0
1
0
0
2
16
17
4
3
50
5
3

Berikut adalah tabel data hasil percobaan ke 2 dengan penambahan KMnO4


Tabel 2. Hasil data percobaan 2

Waktu (Menit)

Suhu

Tetesan

0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
105
110
115
120
125
130
135
140
145
150
155
160
165
170
175
180

75
78
79
80
79
80
80
78
78
79
78
79
80
78
78
80
78
79
81
78
79
80
79
80
80
78
78
80
79
80
80
81
80
80
81
79
80

4.2 PEMBAHASAN
A. Penambahan KMnO4 Sebanyak 16 gram

0
0
1
4
4
2
4
1
0
11
4
2
10
2
1
5
2
2
16
2
1
3
6
1
1
8
4
5
5
3
35
89
4
5
5
2
0

Pada praktikum ini oksidator yang digunakan adalah KMnO4 dengan 2


variasi, yaitu pada percobaan pertama sebanyak 16gram dan pada percobaan
kedua menggunakan KMnO4 sebanyak 18gram. Dan menggunakan alkohol
sekunder 2-propanol.
Saat membuat campuran oksidator, asam sulfat pekat yang berwarna
bening kekuningan dituangkan kedalam gelas beker yang telah diberi aquades.
Lalu memasukan serbuk KMnO4 yang berwarna hitam ke dalam gelas beker yang
berisi campuran aquades dan asam sulfat. Warna campurannya berubah menjadi
warna ungu. Fungsi penambahan aquades ialah untuk mengurangi kereaktifan
asam sulfat pekat. Dan juga sifat dari asam yaitu menghasilkan panas. Jika
langsung dituangkan bisa merusak gelas dan mungkin bisa pecah.
Saat KMnO4 dicampurkan ke dalam gelas beker yang berisi asam sulfat
dan aquades, suhu campuran meningkat sehingga perlu didinginkan terlebih
dahulu dengan diaduk menggunakan batang pengaduk. Fungsi pendinginan dan
pengadukan ialah untuk membuat campuran tercampur semua agar bisa
mengoksidasi alkohol dengan sempurna.
Pada proses destilasi, tiap sambungan harus ditutupi dengan alumunium
foil. Penggunaan alumunium foil ini untuk mencegah gas keluar dari celah
sambungan. Dan juga harus diberi vaseline agar sambungan bisa tersambung
dengan sempurna dan menghindari sambungan lepas saat digunakan.
Pada proses destilasi suhu dijaga 75-80oC. Itu karena untuk menguapkan
aseton yang punya titik didih sekitar 56 oC. Karena campuran sudah berisi zat lain,
maka suhu yang digunakan untuk menguapkan aseton juga naik. Dan juga
penggunaan suhu 75-80 oC untuk mempercepat aseton menguap. Jika kita
menggunakan suhu diatas 80 oC, yang menguap bukan hanya aseton saja, tapi juga
propanol yang digunakan pun akan ikut teruapkan. Jadinya hasilnya tidak murni
aseton.
Dari data praktikum yang didapat, volume aseton pada praktikum 1 sebanyak 5ml.
Pada perhitungan secara teoritis, didapatkan volume aseton sebesar 11.67 ml.
Dari perbandingan diatas, jelas sangat beda perbandingan volumenya, dari
yang diperoleh dari praktikum dan secara teori. Perbedaan volume yang didapat
ini disebabkan oleh beberapa faktor. Seperti pengukuran alkohol yang tidak tepat,
atau saat penuangan oksidator, endapan KMnO4 masi tertinggal sebagian di gelas
beker, maka volume pengoksidator kurang dari yang seharusnya, sehingga alkohol
tidak teroksidasi secara sempurna. Lalu penyebab lainnya yaitu kesalahan saat
memberikan suhu saat memanaskan campuran pada hot plate. Sehingga propanol
juga ikut menguap.

Tetesan
60
50
40
Tetesan
30
20
10
0
0

20

40

60

80

100 120 140 160 180 200

Gambar 6. Grafik perbandingan antara jumlah tetesan dan


suhu pada percobaan 1
Diatas ialah grafik perbandingan antara waktu dan tetesan. Waktu yang digunakan
ialah 3jam. Setiap 5 menit di cek suhu dan tetesannya dihitung. Dari tabel diatas
jumlah tetesan terbanyak ada di menit ke 170. Yaitu pada suhu 81 o C sebanyak 50
tetes. Mungkin pada suhu 81 o C ada sedikit alkohol yang ikut menguap sehingga
menyebabkan tetesan bertambah menjadi 50 tetesan.

B. Penambahan KMnO4 Sebanyak 18 gram


Sintesis aseton dilakukan dengan cara mengoksidasi 2-propanol dengan
menggunakan oksidator KMnO4 serta katalis H2SO4 dan di panaskan pada rentan
suhu 75-800C. Pada percobaan menggunakan prinsip proses pengoksidaisan.
Fenomena yang terjadi saat KMnO4 di larutkan adalah, larutan yang semula
berwarna tidak berwarna berubah menjadi ungu pekat dan ketal. Kemudian di
masukan ke dalam labu leher 3 yang sudah berisi 2-propanol, dan di panaskan
menggunakan hot plate. Fenomena yang terjadi adalah warna larutan menjadi

sangat pekat dan timbul buih buih serta uap. Lalu di destilasi selama 3 jam dan
dilakukan pengamatan setiap 5 menit.
Pada 5 menit pertama belum sama sekali di hasilkan tetesan, namun suhu
larutan sudah mencapai 78 0C. Saat suhu nya di naikan menjadi 79 0C terbentuklah
tetesan yang di hasilakan dari aseton yang menguap. Destilat yang di hasilkan
berwarna bening dan berbau tajam.dalam pengamatan setiap 5 menit rata rata di
hasilkan sebanyak 4-7 tetes. Namun pada saat suhu larutan mencapai 80 0C,
tetesan yang di hasilkan semakin banyak rata rata 10 hingga 89 tetes. Hal ini
dikarenakan pada saat 800C ke atas. Zat yang menguap tidaklah hanya aseton saja,
namun 2-propnol pun dapat ikut menguap dan ikut keluar bersama destilat.
Sehingga pada suhu 800C ke atas sebenar nya kurang baik di karnakan destilat yg
keluar bisa saja bercampur dengan 2-propanol yang mengalami penguapan.
Setelah melakukan destilasi selama 3 jam dalam percobaan ke dua ini, di
dapatkan hasil akhir aseton yang keluar sebanyak 8,5ml. Densitas yang di dapat
sebesar 0.7305 gram/ml dan densitas yang tertera pada literatur sebesar 0.799
gram.ml. Perbedaan juga terdapat pada hasil perhitungan dalam stokiometri yang
di hasil kan (terdapat di lampiran). Dari hasil stokiometri yang telah di hitung
berdasarkan literatur, terdapat volume aseton yang di dapat ialah 9.38ml, namun
data hasil yang di dapat ialah 8.5ml. perbedaan densitas dan volume aseton yang
di dapatkan tersebut di karenakan banyak faktor. Seperti ada nya zat lain seperti 2propanol yang menguap dan ikut bercampur dengan aseton. Dikarnakan pada
suhu yang telah mencapai 800C ke atas, makan 2-propanol akan menguap dan ikut
bercampur besama aseton. Salah pemberian suhu pada saat proses destilasi dengan
tidak menjaga suhu pada rentan 75-800C akan menjadi salah satu faktor kesalahan
yang terjadi. Dan menguap nya aseton keluar lingkungan atau aseton belum ikut
terdestilasi semua menjadi salah satu faktor perbedaan hasil yang di dapat dengan
literatur.

Tetesan
100
90
80
70
60
Tetesan
50
40
30
20
10
0
0

10 15 20 25 30 35 40

Gambar 7 . Grafik perbandingan antara jumlah tetesan dan


suhu pada percobaan 2
Pada grafik di atas dapat di lihat bahwa di setiap 5 menit grafik mengalami
kenaika maupun penurunan. Hal ini di sebabkan oleh suhu yang mengalami
kenaikan maupun penurunan. Namun penurunan atau penaikan tidak begitu jauh.
Pada saat waktu mencapai menit ke 165. Tetesan mencapai 35-85 tetesan, hal ini
di sebabkan oleh kenaikan suhu hingga mencapai hampi 81 0C. Jika suhu telah
mencapai 800C ke atas, 2-propanol ikut menguap dan keluar bersama destilat.
Gambar 8. Pengadukan campuran oksidator KMnO4
Pada gambar diatas ialah saat pencampuran oksidator KMnO4, asam sulfat pekat,
dan aquades. Saat pencampuran, aquades dimasukan terlebih dahulu, agar
mengurangi kereaktifan asam sulfat. Warna ungu di dalam gelas beker karena

pencampuran asam sulfat yang berwarna kekuningan dicampurkan dengan serbuk


KMnO4.
Gelas beker yang berisi oksidator harus ditutup alumunium foil dikarenakan untuk
mencegah oksidator menguap, dikarnakan sifat sehingga dapat mengurangi
kinerja oksidator untuk mengoksidasi alkohol.
Oksidator tidak bisa langsung dimasukan ke dalam labu leher 3 dan direaksikan
dengan alkohol dikarenakan campuran oksidator belum larut dengan sempurna
dan juga suhunya masih panas. Sehingga harus diaduk terlebih dahulu
menggunakan pengaduk sembari menunggu campuran menjadi dingin.

Gambar 9. Hasil aseton yang diperoleh dari kedua percobaan

Diatas ialah gambar produk aseton yang diperoleh dari oksidasi 2-propanol. Pada
percobaan pertama didapatkan 5ml aseton dan pada percobaan kedua didapatkan
8.5 ml. perbedaan disebabkan oleh masa oksidator yang berbeda yaitu 16gram dan
18gram. Semakin banyak masa oksidator maka semakin banyak aseton yang
dioksidasi.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah di lakukan dapat di simpulkan sebagai berikut:
-

Dengan variasi menggunakan masaa KMnO4 yang berbeda didapatkan


hasil yang lebih banyak pada percobaan ke 2
Didapatkan densitas aseton pada percobaan pertama sebesar 0.748 dan
percobcaan ke dua sebesar 0.730
volume yang di dapatkan pada percobaan pertama sebesar 5ml, dan pada
percobaan kedua 8.5ml

5.2 Saran
Saran yang dapat di berikan untuk praktikum aseton adalah sebagai berikut.
-

Pemakaian katalis dapat di variasikan dengan menggunakan katalis yang


berbeda.
Menggunakan alat safety yang lengkap sesuai kebutuhan

DAFTAR PUSTAKA

Fessenden and Fessenden.1982. Kimia Organik Jilid II, edisi II. Jakarta; Erlangga.
Hart, Harold. 2003. Kimia Organik, Suatu Kuliah Singkat. Jakarta : Erlangga.
http://id.scribd.com/doc/225201985/Jurnal-Pembicaraan-Awal-Aseton-Kel-a10#scribd
http://www.slideshare.net/dedenluk/aseton-b-1

PERHITUNGAN

PERCOBAAN 1
2-propanol : 26 ml
H2SO4

12 ml

aquadest

: 85 ml

mass KMnO4 : 16 gram

n 2-propanol :

n MnO4 :

gr v x 26 x 0.785
=
=
=0.340 mol
Mr Mr
60

gr 16
=
=0.101 mol
Mr 119

5C3H7OH + 2MnO4-+

6H+

0.340 mol

0.101mol

0.252mol

0.101mol

0.088mol

Hasil

0.303mol
0.303mol

5C3H6O + 2Mn+2 + 8H2O


0.252mol
0.252mol

0.101mol 0.404mol
0.101mol 0.404mol

n Aseton : 0.252 mol


n Aseton :

gr
Mr

gr aseton=n x Mr =0.252 x 58=14.616 mol


v aseton= x gr =0.799 x 14.616=11.67 ml

Densitas aseton
Berat /volume

0.748

Persen kesalahan densitas aseton


0.7990.748 x 100 x 0.799=6.38

PERCOBAAN 2
2-propanol : 26 ml
H2SO4

12 ml

aquadest

: 85 ml

mass KMnO4 : 18 gram

n 2-propano

n KMnO4 :

gr v x 26 x 0.785
=
=
=0.340 mol
Mr Mr
60

gr
16
=
=0.081 mol
Mr 197.12

5C3H7OH + 2MnO4- + 6H+

5C3H6O + 2Mn+2 + 8H2O

0.340 mol

0.081mol

0.2025mol

0.081mol

0.097mol

0.243mol

0.2025mol 0.081miol 0.324mol

0.243mol

0.2025mol

0.081mol 0.324mol

Hasil
n Aseton : 0.2025 mol
n Aseton :

gr
Mr

gr aseton=n x Mr =0.2025 x 58=11.745


v aseton= x gr =0.799 x 11.745=9.384 ml

Perhitungan densitas dalam percobaan


massa gelas=37.48 gr
massa gelas+ aseton=43.69 gr

aseton=

maseton 43.6937.48 6.21


=
=
=0.730 gr /ml
v aseton
8.5
8.5

Persen kesalahan dalam percobaan

| percobaanliteratur|
literatur

x 100 =

|0.7300.799|
0.799

x 100 =8.63

You might also like