Professional Documents
Culture Documents
Kerusakan terumbu karang menjadi serpihan kecil (rubble) sebagai akibat dari
penggunaan alat tangkap bom ikan (photo: Misool Raja Ampat, oleh Purwanto)
ukuran pelabuhan, keberadaan dan ukuran tangki minyak dan jalur pelayaran. Tingkat sedimentasi
ditentukan oleh komponen persentase pembukaan lahan (tata guna lahan) di darat, kemiringan
lahan dan keberadaan tangkapan sedimen, catchment areas, di muara sungai. Penangkapan berlebih
diukur dari komponen jumlah penduduk dalam jarak 10 km dari pantai, Pendapatan Domestik Bruto
(PDB) dan konsumsi protein hewani dari ikan. Sedangkan komponen penangkapan destruktif didapat
dari konsultasi ahli terkait keberadaan alat tangkap bom dan racun. Semua faktor komponen yang
bernilai negatif tersebut bisa dinetralkan jika terdapat usaha pengelolaan yang efektif (untuk
mengurangi ancaman dari masing-masing komponen). Besarnya ancaman dibuat dalam skor dan
disebut indeks ancaman, dengan kategori: sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah.
Besar dan wilayah sebaran ancaman dari masing-masing komponen dan sumber ancaman
dipetakan pada masing-masing wilayah pesisir dan laut di Asia Tenggara. Penangkapan berlebih dan
penangkapan destruktif ialah dua sumber ancaman yang paling penting dan menyebabkan resiko
paling tinggi terhadap kerusakan terumbu karang di Asia Tenggara. Hal yang sama juga berlaku
untuk wilayah Indonesia di bagian timur (Gambar 3.6). Strategi paling tepat untuk mengurangi
ancaman kerusakan terumbu karang di Indonesia ialah dengan menekan insiden penangkapan
berlebih dan penangkapan destruktif, tentu saja dengan tidak mengabaikan tiga faktor lainnya.
Namun perlu diketahui bahwa usaha yang lebih prioritas harus dilakukan pada kegiatan atau
rencana untuk mengurangi penangkapan berlebih dan penangkapan destruktif.
46
Gambar 3.7
Indeks ancaman terhadap terumbu karang di Asia Tenggara (A) dan Indonesia (B)
(Sumber: dimodifikasi kembali dari Reef at Risk in Southeast Asia, ).
3.4.2 Dam pak Operasi Alat Tangkap pada Terum bu Karang: Studi Kasus
Terumbu karang termasuk ekosistem yang paling produktif, sensitif, menyimpan
keanekaragaman sumber daya hayati sangat beragam dan mempunyai nilai guna ekonomi sangat
tinggi. Indonesia mempunyai peran sangat penting dalam perlindungan terumbu karang karena
posisinya di dalam Coral Triangle. Pada saat yang sama, terumbu karang di Indonesia mengalami
ancaman yang sangat serius, terutama dari kegiatan penangkapan berlebih dan penangkapan
destruktif. Suatu penelusuran jenis kegiatan penangkapan yang memberikan prakiraaan dampak
47
penting pada ekosistem terumbu karang dilakukan di wilayah Jawa Timur, sebagai contoh studi
kasus.
karang
48
Rendah: dampak kerusakan mencapai cakupan yang terbatas, memengaruhi sebagian kecil
karang, atau mengurangi jumlah populasi spesies sebesar 71-100% dalam jangka waktu
sepuluh tahun mendatang.
Tinggi: didalam scope, dampak bisa menurunkan/mengurangi ekosistem terumbu karang
secara nyata, atau mengurangi jumlah populasinya sebesar 31-70% dalam jangka waktu
sepuluh tahun.
Sedang: didalam scope, dampak bisa menurunkan/mengurangi ekosistem terumbu karang
dalam skala sedang, atau mengurangi jumlah populasinya sebesar 11-30% dalam jangka
waktu sepuluh tahun.
Rendah: didalam scope, dampak bisa menurunkan/mengurangi ekosistem terumbu karang
relatif rendah, atau mengurangi populasi sebesar 1-10% dalam kurun waktu sepuluh tahun.
Irreversibility: ireversibilitas, ketidak berbalikan, didefinisikan sebagai tingkat yang
menunjukkan besarnya pengaruh aktifitas penangkapan (melalui mekanisme kerusakan kolateral,
hasil samping atau by-catch, perubahan rakitan spesies, atau alat yang non-selektif) yang
menyebabkan ekosistem terumbu karang atau spesies penghuni terumbu karang tidak bisa
dipulihkan kembali. Kategori irreversibility dibedakan sebagai berikut:
Sangat Tinggi: pengaruh atau dampak kegiatan penangkapan tidak bisa dibalikkan dan
hampir tidak mungkin bagi terumbu karang untuk dipulihkan, dan/atau akan memakan
waktu lebih dari 100 tahun untuk mencapai hal ini (misalnya, seluruh area terumbu karang
dibom yang menyebabkan permukaan substrat dasar tidak stabil)
Tinggi: pengaruh atau dampak kegiatan penangkapan bisa dibalikkan secara teknis dan
ekosistem terumbu karang bisa dipulihkan, tetapi secara finansial tidak praktis untuk
dilakukan dan/atau akan memakan waktu antara 12 sampai 100 tahun untuk mencapai hal
ini (misalnya sebagian besar wilayah terumbu karang tertutup partikel sedimentasi)
Sedang: pengaruh atau dampak kegiatan penangkapan bisa dibalikkan dan ekosistem
terumbu karang bisa dipulihkan dengan adanya komitmen sumber daya secara wajar
dan/atau membutuhkan waktu antara 6 20 tahun untuk kembali (misalnya, penangkapan
berlebih terhadap ikan karang pada tingkatan terbatas)
Rendah: pengaruh atau dampak kegiatan penangkapan bisa dibalikkan dengan mudah dan
ekosistem terumbu karang bisa dengan mudah dipulihkan dengan biaya yang relatif rendah
dan/atau dalam kurun waktu 0 5 tahun (misalnya, penangkapan berlebih terhadap ikan
pelagis pada tingkatan yang terbatas contoh lain misalkan kerusakan terumbu karang
akibat yang ditimbulkan oleh penyelam pemula)
49
50
Format isian untuk mengukur perkiraan dampak kerusakan ekosistem terumbu karang
dari kegiatan penangkapan ikan di Jawa Timur (kategori alat tangkap disintesis dari DJP,
1975 dan Yamamoto, 1980)
Tabel 3.1
No.
Alat Tangkap
Rawai dasar
Gillnet dasar
Pukat pantai
Gillnet pertengahan
Dogol
51
Mekanisme Kerusakan
Karang
Scope
Besaran Dampak:
Severity
Irreversibility
Kerusakan Kolateral
By-catch/hasil sampling
Rakitan spesies
Alat non-selektif
Perkiraan DA alat bubu & pe rangkap terha dap te rumbu karang
Kerusakan Kolateral
By-catch/hasil sampling
Rakitan spesies
Alat non-selektif
Perkiraan DA alat Rawai dasar te rhadap terum bu karang
Kerusakan Kolateral
By-catch/hasil sampling
Rakitan spesies
Alat non-selektif
Perkiraan DA alat Gillnet dasar te rhadap terum bu karang
Kerusakan Kolateral
By-catch/hasil sampling
Rakitan spesies
Alat non-selektif
Perkiraan DA alat pukat pantai terhadap terumbu karang
Kerusakan Kolateral
By-catch/hasil sampling
Rakitan spesies
Alat non-selektif
Perkiraan DA alat bom & sianida terhadap te rumbu karang
Kerusakan Kolateral
By-catch/hasil sampling
Rakitan spesies
Alat non-selektif
Perkiraan DA alat Pancing (hook & line) te rhadap terum bu karang
Kerusakan Kolateral
By-catch/hasil sampling
Rakitan spesies
Alat non-selektif
Perkiraan DA alat Gillnet pertengahan te rhadap terum bu karang
Kerusakan Kolateral
By-catch/hasil sampling
Rakitan spesies
Alat non-selektif
Perkiraan DA alat Dogol te rhadap te rumbu karang =
Impact
Rating
No.
Alat Tangkap
10
Pukat cincin
Mekanisme Kerusakan
Karang
Scope
Besaran Dampak:
Severity
Irreversibility
Impact
Rating
Kerusakan Kolateral
By-catch/hasil sampling
Rakitan spesies
Alat non-selektif
Perkiraan DA alat Rawai Permukaan te rhadap terum bu karang =
Kerusakan Kolateral
By-catch/hasil sampling
Rakitan spesies
Alat non-selektif
Perkiraan DA alat Pukat Cincin te rhadap terum bu karang =
B.1 Responden
Pengisian form isian pada Tabel 3.1 memerlukan penjelasan yang cukup mendalam terhadap
masing-masing istilah yang digunakan dalam tabel. Hal ini memerlukan diskusi yang cukup lama
dengan responden. Untuk menghindari keragu-raguan dalam memilih nilai yang tepat, pengujian
melibatkan responden yang terbatas. Staf pengajar Program Studi Pemanfaatan Sumber Daya
Perikanan, bersama mahasiswa senior pada program studi yang sama telah dipilih secara selektif
untuk mengisi Tabel 3.1. Seleksi dilakukan berdasarkan kriteria: kemauan dan ketertarikan
responden untuk meluangkan waktu dan terlibat dalam diskusi, semua responden mempunyai
pengalaman yang cukup untuk mengetahui proses operasi masing-masing alat tangkap yang
terdapat pada Tabel 3.1, responden memahami semua definisi istilah yang digunakan dalam
penentuan ukuran perkiraan dampak, dan masing-masing responden mempunyai kedudukan yang
sama dalam berbagi informasi maupun dalam memutuskan masing-masing nilai skor. Dari total
responden, hanya satu orang yang berjenis kelamin wanita, dari mahasiswa. Staf Pengajar yang
mempunyai kekhususan alat tangkap (fishing gear) semuanya berjenis kelamin pria, sehingga
proporsi sex responden tidak seimbang.
52
menjelaskan kisaran nilai pada Impact Rating dan Dampak Akumulatif (DA) dari masing-masing alat
tangkap.
Pada tahap selanjutnya, masing-masing responden diminta untuk mengisi Tabel sesuai dengan
infromasi terbaik yang mereka miliki saat ini (best information available). Pengisian Tabel 3.1
dilakukan oleh masing-masing responden berdasarkan persepsi kepakaran mereka (expert
judgment). Data isian oleh mahasiswa mendapat perlakukan yang sama (tidak dibedakan) dengan
tabel isian yang dilakukan oleh staf pengajar (dosen).
Semua form yang sudah diisikan dikumpulkan oleh enumerator. Selanjutnya, semua
responden diminta untuk menyatukan persepsi untuk mengisi Tabel 3.1 secara bersama. Melalui
diskusi dan argumentasi, masing-masing responden harus bisa menerima pilihan suatu nilai
berdasarkan pilihan suara terbanyak dari responden, walaupun pilihan nilai tersebut berbeda
dengan yang diisi oleh responden sebelumnya.
53
Tabel 3.2 Tabulasi penilaian prakiraan dampak (kerusakan) dari 10 jenis alat tangkap yang umum di
Jawa Timur terhadap kerusakan ekosistem terumbu karang
No. ALAT TANGKAP
1 Bubu dan Pe rangkap
2 Rawai dasar
3 Gillnet dasar
4 Pukat pantai
7 Gillnet pertengahan
MEKANISME
KERUSAKAN ALAT
SCOPE
BESARAN DAMPAK
IMPACT
SEVERITY IRREVERSIBILITY RATING
Kerusakan Kolateral
By-catch/hasil sampling 2
1
1
Rakitan spesies
1
2
1
Alat non-selektif
1
2
1
Perkiraan DA alat bubu & pe rangkap terha dap te rumbu karang
1,33
1,33
1,33
1,58
Kerusakan Kolateral
By-catch/hasil sampling
Rakitan spesies
1.67
1.33
1.33
2
2
2
2
1
1
1
1
1
Alat non-selektif
2
2
2
Perkiraan DA alat Rawai dasar te rhadap terum bu karang
Kerusakan Kolateral
1
3
2
By-catch/hasil sampling 2
2
2
2.00
1.58
2.00
2.00
Rakitan spesies
2
2
2
Alat non-selektif
1
2
1
Perkiraan DA alat Gillnet dasar te rhadap terum bu karang
Kerusakan Kolateral
4
4
4
2.00
1.33
1.83
4.00
By-catch/hasil sampling 3
4
3
Rakitan spesies
3
3
3
Alat non-selektif
4
3
3
Perkiraan DA alat pukat pantai terhadap terumbu karang
3.33
3.00
3.33
3.42
Kerusakan Kolateral
By-catch/hasil sampling
Rakitan spesies
4.00
4.00
4.00
4
4
4
4
4
4
4
4
4
Alat non-selektif
4
4
4
Perkiraan DA alat bom & sianida terhadap te rumbu karang
Kerusakan Kolateral
1
1
1
By-catch/hasil sampling 1
2
1
4.00
4.00
1.00
1.33
Rakitan spesies
1
1
2
Alat non-selektif
1
1
1
Perkiraan DA alat Pancing (hook & line) te rhadap terum bu karang
Kerusakan Kolate ral
1
1
1
1.33
1.00
1.17
1.00
By-catch/hasil sampling
Rakitan spesies
Alat non-selektif
1.67
1.00
1.00
2
1
1
1
1
1
2
1
1
54
2,00
1.17
10 Pukat cincin
MEKANISME
KERUSAKAN ALAT
SCOPE
BESARAN DAMPAK
IMPACT
SEVERITY IRREVERSIBILITY RATING
Kerusakan Kolateral
By-catch/hasil sampling
3
2
4
3
Rakitan spesies
2
3
Alat non-selektif
3
3
Perkiraan DA alat Dogol te rhadap te rumbu karang =
Kerusakan Kolateral
1
1
3
3
3.33
2.67
3
3
2.92
1
2.67
3.00
1.00
By-catch/hasil sampling 2
1
1
Rakitan spesies
1
1
1
Alat non-selektif
1
1
1
Perkiraan DA alat Rawai Permukaan te rhadap terum bu karang = 1.08
1.33
1.00
1.00
Kerusakan Kolateral
By-catch/hasil sampling
Rakitan spesies
2.00
3.33
2.67
1
3
2
2
3
3
3
4
3
Alat non-selektif
3
4
4
Perkiraan DA alat Pukat Cincin te rhadap terum bu karang = 2.92
3.67
Tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh alat tangkap terhadap ekosistem terumbu karang
secara berurutan ialah sebagai berikut:
No.
ALAT TANGKAP
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
NILAI DAMPAK
AKUMULATIF (DA)
4,00
3,33
2,92
2,92
1,83
1,58
1,58
1,17
1,17
1,08
BESARAN
DAMPAK
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Semua responden menyatakan bahwa metode perkiraan dampak (kerusakan) ini merupakan
pendekatan baru bagi mereka untuk menilai dampak kegiatan perikanan tangkap terhadap
lingkungan. Hal ini sesuai dengan perubahan paradigma pengelolaan perikanan, dari berbasis spesies
menuju pada basis ekosistem. Undang Undang No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan juga
menyatakan pergeseran kebijakan pengelolaan perikanan ke arah basis ekosistem melalui Kawasan
Konservasi Perairan (KKP).
Semua responden menyatakan bahwa semua variabel sudah didefinisikan dengan jelas,
termasuk: kerusakan kolateral, hasil sampling, perubahan rakitan spesies, alat non-selektif, scope,
severity dan irreversibility. Namun responden masih mengalami kesulitan untuk menentukan nilai
terhadap masing-masing alat tangkap (expert judgment). Hal ini disebabkan karena pengetahuan
responden tentang alat tangkap dan kerusakan yang ditimbulkan akibat operasi alat masih beragam.
55
Untuk mengurangi bias, mereka menyarankan untuk menambah jumlah responden (sample),
walaupun hal ini akan berdampak pada kesulitan dalam penyamaan persepsi, setelah pengisian form
isian (Tabel 3.1).
Ringkasan:
1. Perubahan iklim global melalui global warming berdampak negatif pada struktur populasi
penyu. Bagaimana proses yang menjelaskan hal ini?
2. Peneliti meramalkan bahwa terumbu karang ialah ekosistem di laut yang paling pertama akan
terkenan dampak dari global warming, melalui bleaching. Jelaskan mekanisme terjadinya proses
bleaching masal yang terkait dengan kemampuan terumbu karang untuk pulih (resilience) dari
ancaman
3. Apa karakteristik yang membedakan antara ancaman global dan ancaman lokal pada sumber
daya hayati laut?
4. Sumber daya hayati laut mengalami berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh manusia
(ancaman lokal). Jika anda ialah seorang pengelola perikanan atau praktisi konservasi, jenis
ancaman mana yang menjadi prioritas utama untuk diatasi pertama kali? Apa alasan anda untuk
memilih ancaman prioritas tersebut?
56
5. Jelaskan proses terjadinya seagrass burning dan pengaruhnya pada populasi ikan beronang,
Siganus spp.
6. Susunlah prioritas kerusakan yang ditimbulkan oleh beberapa aktifitas berikut pada habitat di
pesisir pantai: pembangunan pemukiman di wilayah pesisir, pelabuhan pelayaran dan perikanan,
pembukaan lahan hutan untuk pertanian dan pemukiman, penangkapan destruktif dan
penangkapan berlebih.
7. Sebutkan salah satu contoh penangkapan berlebih yang menimbulkan dampak ecological overfishing;
8. Buat deskripsi tentang proses terjadinya recruitment over-fishing;
9. Alat tangkap om ikan dan pukat pantai ialah dua jenis alat tangkap yang menimbulkan dampak
kerusakan besar pada terumbu karang. Jelaskan bagaimana proses ini bisa terjadi
10. Jelaskan yang dimaksud dengan double-blow effect pada alat tangkap destruktif
57