You are on page 1of 96

BAGI KARYAWAN INDUSTRI ALUMINIUM EKSTRUSI SE INDONESIA

Disusun oleh :

RIZAL SANI
Widyaiswara TEDC Bandung

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
PENDAHULUAN...............................................................................................................iv

KEGIATAN BELAJAR 1....................................................................................6


PROSES DAN PERLENGKAPAN LAS TIG (GTAW)...................................................6

KEGIATAN BELAJAR 2..................................................................................16


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LAS....................................................16

KEGIATAN BELAJAR 3..................................................................................25


ISTILAH PENGELASAN................................................................................................25

KEGIATAN BELAJAR 4..................................................................................31


KARAKTERISTIK ALUMINIUM DAN PADUANNYA.............................................31

KEGIATAN BELAJAR 5..................................................................................34


KLASIFIKASI ALUMINIUM DAN PADUANNYA.....................................................34
(KODE DAN STANDAR).................................................................................................34

KEGIATAN BELAJAR 6..................................................................................41


ALUMINIUM DALAM PENGELASAN.......................................................................41

KEGIATAN BELAJAR 7..................................................................................45


DISAIN SAMBUNGAN, POSISI DAN SIMBOL LAS.................................................45

KEGIATAN BELAJAR 8..................................................................................54


CACAT DAN PEMERIKSAAN HASIL LAS................................................................54

KEGIATAN BELAJAR 9..................................................................................63


STANDAR KRITERIA PENGELASAN ALUMINIUM...............................................63

KEGIATAN BELAJAR 10................................................................................66


PENGUJIAN HASIL LAS...............................................................................................66

KEGIATAN BELAJAR 11................................................................................72


PRAKTIK LAS ALUMINUM.........................................................................................72
Latihan 1...................................................................................................................................78
Latihan 2...................................................................................................................................79
Latihan 3...................................................................................................................................80
Latihan 4...................................................................................................................................85
Latihan 5...................................................................................................................................89

REVIEW.......................................................................................................................91
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................95
LEMBAR PENILAIAN......................................................................................96

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

ii

Pendahuluan

PENDAHULUAN
Modul ini menggunakan sistem pelatihan berdasarkan pendekatan kompetensi, yakni salah
satu pendekatan pembelajaran atau mengajarkan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja
yang dibutuhkan dalam suatu pekerjaan di industri. Penekanan utamanya adalah tentang
prosedur-prosedur dan teknik-teknik yang benar dalam melakukan pengelasan dengan proses
Las TIG (GTAW) pada bahan Aluminium serta apa yang dapat dilakukan seseorang setelah
mengikuti pelatihan. Salah satu karakteristik yang paling penting dari pelatihan yang
berdasarkan pendekatan kompetensi adalah penguasaan individu secara aktual di tempat
kerja.
Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan dapat menjadi panduan bagi peserta
pelatihan untuk dapat :

mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan

mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan

memeriksa kemajuan peserta pelatihan

meyakinkan bahwa semua elemen ( Sub-Kompetensi ) dan kriteria unjuk kerja


telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian.

A. Tujuan dan Lingkup Materi


Secara umum, dengan mempelajari dan berlatih menggunakan modul ini peserta diklat
diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja tentang proses las TIG
(GMAW) dan penerapannya di tempat kerja/ industri.
Adapun lingkup materi (pokok-pokok) pengetahuan dan keterampilan yang akan dinilai
penguasaan dan penampilannya adalah sebagai berikut :
1. Proses dan perlengkapan las TIG (GTAW)
2. Keselamatan dan kesehatan kerja las
3. Istilah pengelasan
4. Karakteristik Aluminium dan paduannya
5. Klasifikasi Aluminium dan paduannya (Kode dan standar)
6. Aluminium dalam pengelasan (pengaruh selama pengelasan)
7. Disain sambungan, posisi dan simbol las
8. Cacat las dan pemeriksaan hasil las
Jurusan Las dan Fabrikasi Logam
Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

iii

Pendahuluan

9. Standar kriteria pengelasan aluminium


10. Pengujian hasil las (NDT dan DT)
11. Praktik las aluminium, meliputi :

Sambungan sudut (fillet) pada pelat

Sambungan tumpul pada pelat

Sambungan-sambungan pada aluminium ekstrusi, a.l : profil L, I, dan C

B. Prasyarat Peserta
1. Prasyarat Umum :

Umur maks. 45 tahun

Berbadan sehat (tidak berkaca mata lebih diutamakan)

2. Prasyarat Penguasaan Kompetensi :


Agar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang disajikan pada modul ini, para
peserta diklat diharapkan telah memiliki kompetensi-kompetensi berikut :

Dasar las busur manual (SMAW) dan/ atau Las oksi asetilin (OAW)

Dasar gambar teknik

Penggunaan peralatan tangan (Hand and Power tools)

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

iv

Materi Pembelajaran

KEGIATAN BELAJAR 1
PROSES DAN PERLENGKAPAN LAS TIG (GTAW)
Tujuan Khusus Pembelajaran :
Setelah mempelajari topik ini, peserta diharapkan mampu :
1. Menjelaskan proses pengelasan las TIG (GTAW) secara umum
2. Mengidentifikasi dan menjelaskan perlengkapan las TIG (GTAW)

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

Materi Pembelajaran

MATERI PEMBELAJARAN 1
A. PROSES PENGELASAN
Las TIG (Tungsten Inert Gas) atau juga disebut GTAW (Gas Tungsten Arc Welding) adalah
proses las cair yang panas pengelasannya dihasilkan oleh busur listrik di antara elektroda
tungsten dan permukaan benda kerja.
Istilah-istilah yang digunakan dalam proses las TIG (Tungsten Inert Gas/ GTAW) yang utama
adalah :
Tungsten : Elektroda yang mengalirkan arus listrik.
Inert Gas : Gas yang secara kimia tidak akan bercampur dengan unsur lain dan
pelindung kawah cairan dan busur las.
Elektroda tungsten mempunyai titik cair yang sangat tinggi (kurang lebih 3400 drajat C) dan
relatif tidak habis apabila digunakan dengan kapasitas/arus yang benar dan tidak menyentuh
benda kerja selama mengelas.
Gas Argon adalah gas yang paling banyak digunakan sebagai media pelindung untuk
melindungi logam las dari kontaminasi udara luar (al.: nitrogen dan oksigen di atmosfir).
Proses las GTAW utamanya digunakan dalam fabrikasi ringan, sedang dan keteknikan umum.
Proses las ini digunakan hampir semua logam untuk kualitas/standar yang tinggi dan terutama
untuk baja tahan karat, alumunium dan logam non fero lainnya.
Secara umum, proses pengelasan dengan GTAW dapat digambarkan sebagai berikut :
Elektroda tungsten
Bahan tambah
Hood

Gambar 7 : Pemasangan Peralatan GTAW


Gas pelindung

Bahan dasar

Busur las

B. PERLENGKAPAN PENGELASAN
Perlengkapan utama untuk proses pengelasan dengan GTAW terdiri dari mesin las
(transformer) atau inverter dan komponen-komponen pendukung lainnya yang terdiri dari:
Silinder gas pelindung (Argon)

Regulator Argon dan flow meter

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

Materi Pembelajaran

Unit pembakar (torch)

Elektroda tungsten

Berikut ini adalah gambar mesin las dan perlengkapannya :

Regulator Ar
Silinder Ar

Torch

Klem

Mesi las

Kabel las dan


saluran air

1. Mesin Las
Secara operasional, pengkutuban mesin las TIG (GTAW) menggunakan 3 macam proses
yaitu :

Alternating Curent High Frequency (ACHF)

Direct Current Straight Polarity (DCSP)

Direct Current Reverse Polarity (DCRP)

Adapun ke tiga pengkutuban tersebut memiliki karakteristik dan aoplikasi yang berbeda,
yakni sangat tergantung pada bahan yang dilas dan kedalaman penembusan (penetrasi)
yang diinginkan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar berikut :

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

Materi Pembelajaran

Penetrasi sedang

Penetrasi dalam

Penetrasi dangkal

2. Regulator Argon dan Flowmeter

Regulator

Fungsi regulator adalah untuk mengetahui tekanan isi selinder (botol) dan mengatur
tinggi-rendahnya tekanan yang akan digunakan.

Flowmeter

regulator

Regulator dan flowmeter

Alat pengukur aliran gas (flowmeter)

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

Materi Pembelajaran

Alat pengukur aliran gas (flowmeter) adalah untuk mengukur besarnya aliran gas yang
digunakan untuk melidungi proses pencairan dalam pengelasan. Di dalam alat ini
mempunyai bola dalam tabung gelas yang berfungsi sebagai penunjuk ukuran gas yang
dikehendaki dengan satuan cubic feet per hour (CFH)
Juga ada flowmeter yang dilengkapi dengan ekonomiser. Fungsi ekonomiser adalah untuk
menghemat gas, karena gas yang digunakan apabila tidak dipakai akan terus menerus
keluar, oleh karena itu maka digunakan ekenomiser sebagai pengatur gas apabila kait yang
sebagai tempat menyimpan mulut pembakar mendapat beban, maka gas akan tertutup dan
apabila mulut pembakar dipakai lagi maka gas akan bekerja kembali.

Dalam prakteknya dalam pemakaian gas sering digunakan dengan dua cara yaitu :

Sistem penggunaan secara individual atau digunakan satu unit botol digunakan
seorang operator.

Sistem penggunaan secara manifold atau dengan menggunakan beberapa botol gas
yang ditempatkan pada satu ruangan dan digunakan oleh beberapa orang, hal ini
banyak digunakan di industri-industri.

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

Materi Pembelajaran

3. Unit Pembakar (Torch)

Mulut pembakar dengan pendinginan udara :

Pendinginan untuk pengelasan dengan menggunakan udara hanya digunakan untuk


pengelasan dibawah 50 Amp, sedangkan untuk pengelasan diatas 50 Amp mengunakan
sampai dengan 200 amperes atau lebih menggunakan air pendingin.
Selang saluran yang mengalirkan udara dengan gas digabungkan dengan melalui tabung
PVC , juga disatukan dengan kabel arus listrik.

Mulut pembakar dengan pendinginan air (water cooled torches) :

Mulut pembakar dengan pendinginan air dibuat dengan berbagai ukuran, karena akan
dioperasikan dalam berbagai besar arus listrik untuk pengelasan.
Isi selang gabungan terdiri dari :
1. Kabel arus listrik
2. Saluran gas
3. Saluran air pendingin
4. Tombol On/Off
Berikut adalah gambar torch las TIG (GMAW) yang lazim dipakai di industri-indutri :

Nozzle :

Ukuran nozel yang akan digunakan oleh operator harus terlebih dahulu melihat petunjuk
atau datadata atau tabel yang dikeluarkan oleh perusahan yang membuat mesin las juga
berapa ketetapan ukuran nozzel yang sesuai dengan ukuran mulut pembakar. Seorang
operator las harus melihat besar kecilnya ukuran nozzel dengan kesesuaian terhadap
keperluan pengelasan.
Jurusan Las dan Fabrikasi Logam
Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

10

Materi Pembelajaran

Nozzle harus berfungsi baik terhadap mulut pembakar karena gas akan melindungi
terjadinya oksidasi udara luar terhadap elektroda pengelasan
Adapun, contoh-contoh nozzle yang lazim dipakai dalam pengelasan serta pemasangannya
adalah sebagai berikut :

4. Elektroda Tungsten
Elektroda pada las TIG (GTAW) digunakan tungsten, logam ini mempunyai titik cair yang
sangat tinggi yaitu 33710 C lebih tinggi dari baja, sedangkan baja biasa titik cairnya yakni
sekitar1573 0 C.
1. Pemakaian macam-macam elektroda tungsten
Jurusan Las dan Fabrikasi Logam
Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

11

Materi Pembelajaran

Ada tiga macam elektroda tungsten:

Tunsten murni (pure tungsten)


Untuk pengelasan dengan arus AC digunakan tungsten murni, karena harganya
relatif lebih murah.
Bila amper yang digunakan terlalu tinggi berakibat ujung elektroda mengembang
hasil pengelasannya tidak baik.
Jika ujung elektroda menyentuh cairan logam maka akan lengket pada cairan
logam, sehingga dapat merusak pengelasan, terjadi kerusakan las yang dinamakan
tungsten inclusion.
Jika hal ini terjadi, maka ujung elektroda harus dipotong dengan tang potong dan
diasah kembali sesuai dengan bentuk semula.

3 s.d 6 mm untuk kampuh tumpul

4 s.d 8 mm untuk kampuh


sudut
Elektrda

Bentuk elektroda tungsten murni dengan arus AC


Elektroda tungsten yang digunakan dengan arus DC ujungnya digerinda tajam.
Batu gerinda yang dipakai untuk mengasah ujung electroda tungsten tidak boleh
dipakai untuk meggerinda logam yang lainnya, karena akan mempengaruhi
kadaan ujung elektroda, titik ujung elektroda harus betul-betul ditengah-tengah,
jika tidak aliran gas akan tidak mengarah pada cairan logam.

4 s.d 8 mm untuk kampuh sudut

3 s.d 6 mm untuk kampuh tumpul


Elektroda

Bentuk elektroda tungsten untuk pengelasan arus DC

Thoriated tungsten

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

12

Materi Pembelajaran

Untuk pengelasan dengan DC negatif digunakan elektroda tungsten thoriated,


harganya lebih mahal dari pada tungsten murni, tetapi pemakaiannya lebih awet,
karena tidak terjadi panas lebih akibat busur las, tidak sering terjadi lengket
dengan logam dasar.

Zirconium
Untuk mencapai hasil pengelasan yang memuaskan, maka menggunakan eletroda
tungsten zirconium dengan pengkutuban AC, akan tetapi elektroda tungsten
zirconium harganya lebih mahal dari pada tungsten murni, sedangkan
karakteritiknya sama dengan tungsten thoriated.
Perlu perhatian :
Elektroda tungsten paduan thorium mengandung unsur radio aktif sedang,
berbahaya apabila serbuk kecil terisap pernafasan sewaktu menggerinda atau
menggosoknya tanpa menggunakan sistim pengisap udara yang baik !

Adapun penggunaan elektroda tungsten secara umum adalah sebagai berikut :Penggunaan
elektroda pada pengelasan aluminum.
Tebal pelat
(mm)

Jenis
sambungan

Alternating
Current
(amp)

Diameter
elektroda
(mm)

Aliran gas
Argon

1,6

Sambungan I

70 100

3,2

Sambungan I

6,35

(cfh)

Diameter
bahan tambah
(mm)

Jumlah
jalur las

1,6

20

2,4

125 160

2,4

20

3.2

Sambungan V

225 275

30

4,75

9,53

Sambungan V

325 400

6,35

35

6,35

12,52

Sambungan V

375 450

6,35

35

6,35

25,4

Sambungan V

500 - 600

8 9,5

35 - 45

6,35 9,53

8 - 10

2. Persiapan elektroda tungsten


Untuk pengelasan pelat dan pipa yang tipis, digunakan elektroda yang diameternya 1,0
mm sampai 2,4 mm, karena arus yang dipakai rendah.
Ujung elektroda digerinda runcing panjang ujungnya antara 2 s.d 3 x diameter
elektroda.
Untuk pekerjaan yang lebih tebal dipakai elektroda diameter 2,4 mm s.d 3,2 mm,
dipakai untuk mengelas benda kerja yang tebal dan dengan arus yang tinggi.

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

13

Materi Pembelajaran

Bentuk elektroda tungsten untuk benda tipis

Bentuk elektroda tungsten untuk benda tipis

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

14

Materi Pembelajaran

KEGIATAN BELAJAR 2
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LAS
Tujuan Khusus Pembelajaran :
Setelah mempelajari topik ini, peserta diharapkan mampu :
1. Menjelaskan macam-macam gangguan
kecelakaan pada kerja las secara umum.

kesehatan

dan

penyebab

2. Menjelaskan alat pelindung diri (APD) yang dipakai pada kerja las TIG
(GTAW).
3. Menjelaskan penggunaan rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja
4. Menjelaskan penggunaan obat-obatan pada PPPK di bengkel las

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

15

Materi Pembelajaran

MATERI PEMBELAJARAN 2
A. GANGGUAN KESEHATAN DAN PENYEBAB KECELAKAAN PADA KERJA
LAS TIG (GTAW)
Pekerjaan las TIG (GTAW) adalah salah satu jenis pekerjaan yang cukup berpotensi
menyebabkan gangguan terhadap kesehatan atau malah dapat menyebabkan kecelakaan kerja.
Gangguan kesehatan atau kecelakaan dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, yakni operator
atau teknisi las itu sendiri, mesin dan alat-alat las, maupun lingkungan kerja. Secara umum
ada beberapa resiko kalau bekerja dengan proses las TIG (GTAW), yaitu :

Kejutan listrik ( electric shock )

Sinar las

Debu dan asap las

Luka bakar dan kebakaran

1. Kejutan Listrik
Kecelakaan akibat kejutan listrik dapat terjadi setiap saat, baik itu pada saat pemasangan
peralatan, penyetelan atau pada saat pengelasan. Resiko yang akan terjadi dapat berupa
luka bakar, terjatuh, pingsan serta dapat meninggal dunia
Oleh sebab itu perlu hati-hati waktu menghubungkan setiap alat yang dialiri listrik,
umpamanya meja las, tang elektroda, elektroda dan lain-lain. Hal ini dapat menyebabkan
kejutan listrik, terutama bila yang bersangkutan tidak menggunakan sarung tangan.
Untuk mempermudah pertolongan kepada penderita,
penolong harus dapat membedakan kecelakaan ini
satu sama lain. Bagaimanapun keterlambatan
pertolongan akan dapat mengakibatkan fatal kepada
penderita. Cara-cara untuk menolong bahaya akibat
kecelakaan listrik yaitu :
Matikan stop kontak (switch off) dengan segera

Berikan pertolongan pertama sesuai dengan


kecelakaan yang dialami oleh penderira.

Apabila tidak sempat mematikan stop kontak dengan


segera, maka hindarkanlah penderita dari aliran
listrik dengan memakai alat-alat kering yang tidak
bersifat konduktor (jangan gunakan bahan logam.
Jurusan Las dan Fabrikasi Logam
Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

16

Materi Pembelajaran

Cara-caranya adalah sebagai berikut :

Tarik penderita dengan benda kering (karet, plastik, kayu, dan sejenisnya) pada
bagian-bagian pakaian yang kering.

Penolong berdiri pada bahan yang tidak bersifat konduktor (papan, sepatu karet)

Doronglah penderita dengan alat yang sudah disediakan.

Bawalah kerumah sakit dengan segera.


PERHATIAN !
Luka-luka akan menjadi lebih parah dengan
pemindahan ( pertolongan ) yang terburu-buru.

Upaya mencegah kecelakaan pada mesin las TIG (GTAW) :

Kabel primer harus terjamin dengan baik, mempunyai isolasi yang baik.

Kabel primer usahakan sependek mungkin

Hindarkan kabel dari goresan dan kejatuhan benda panas

Periksalah sambungan-sambungan kabel, apakah sudah ketat/ kuat, sebab


persambungan yang longgar dapat menimbulkan panas yang tinggi.

Jangan meletakkan torch pada meja las atau pada benda kerja yang panas

Perbaikilah segera kabel-kabel yang rusak

Pemeliharaan dan perbaikan mesin las sebaiknya ditangani oleh orang yang telah
ahli dalam teknik listrik

Jangan mengganggu komponen-komponen dari mesin las.

2. Sinar Las
Dalam proses pengelasan timbul sinar yang membahayakan operator las dan pekerja lain
didaerah pengelasan.
Sinar yang membahayakan tersebut adalah :
Cahaya tampak
Sinar infra merah
Sinar ultra violet
a. Cahaya Tampak :
Benda kerja dan bahan tambah yang mencair pada las TIG (GTAW) mengeluarkan
cahaya tampak Semua cahaya tampak yang masuk ke mata akan diterusksn oleh lensa
dan kornea mata ke retina mata. Bila cahaya ini terlalu kuat maka mata akan segera
Jurusan Las dan Fabrikasi Logam
Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

17

Materi Pembelajaran

menjadi lelah dan kalau terlalu lama mungkin menjadi sakit. Rasa lelah dan sakit pada
mata sifatnya hanya sementara.
b. Sinar Infra Merah :
Sinar infra merah berasal dari busur listrik. Adanya sinar infra merah tidak segera terasa
oleh mata, karena itu sinar ini lebih berbahaya, sebab tidak diketahui, tidak terlihat.
Akibat dari sinar infra merah terhadap mata sama dengan pengaruh panas, yaitu akan
terjadi pembengkakan pada kelopak mata, terjadinya penyakit kornea dan kerabunan.
Jadi jelas akibat sinar infra merah jauh lebih berbahaya dari pada cahaya tampak. Sinar
infra merah selain berbahaya pada mata juga dapat menyebabkan terbakar pada kulit
berulang-ulang (mula-mula merah kemudian memar dan selanjutnya terkelupas yang
sangat ringan).
c. Sinar Ultra Violet
Sinar ultra violet sebenarnya adalah pancaran yang mudah terserap, tetapi sinar ini
mempunyai pengaruh yang besar terhadap reaksi kimia yang terjadi didalam tubuh.
Bila sinar ultra violet yang terserap oleh lensa melebihi jumlah tertentu , maka pada
mata terasa seakan-akan ada benda asing didalamnya dalam waktu antara 6 sampai 12
jam, kemudian mata akan menjadi sakit selama 6 sampai 24 jam. Pada umumnya rasa
sakit ini akan hilang setelah 48 jam.
Pencegahan Kecelakaan karena Sinar Las :

Memakai pelindung mata dan muka ketika mengelas, yaitu kedok atau helm las.

Memakai peralatan keselamatan dan kesehatan kerja ( pakaian pelindung ) pakaian


kerja , apron / jaket las, sarung tangan , sepatu keselamatan kerja ).

Buatlah batas atau pelindung daerah pengelasan agar orang lain tidak terganggu
(menggunakan kamar las yang tertutup, menggunakan tabir penghalang.

Kedok las dan helm las dilengkapi dengan kaca penyaring (filter) untuk menghilangkan
dan menyaring sinar infra merah dan ultra violet. Filter dilapisi oleh kaca bening atau
kaca plastik yang ditempatkan disebelah luar dan dalam, fungsinya untuk melindungi
filter dari percikan-percikan las.

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

18

Materi Pembelajaran

Adapun ukuran ( tingkat kegelapan / shade ) kaca penyaring tersebut berbanding lurus
dengan besarnya amper pengelasan.
Berikut ini ketentuan umum perbandingan antara ukuran penyaring dan besar amper
pengelasan pada proses las TIG (GTAW) :
AMPER

UKURAN PENYARING

Sampai dengan 150 Amper

10

150 250 Amper

11

250 300 Amper

12

300 400 Amper

13

Lebih dari 400 Amper

14

3. Debu dan Asap Las


a. Sifat fisik dan akibat debu dan asap terhadap paru-paru
Debu dan asap las besarnya berkisar antara 0,2 um sampal dengan 3 um jenis debu ialah
eternit dan hidrogen rendah. Butir debu atau asap dengan ukuran 0,5 um dapat terhisap,
tetapi sebagian akan tersaring oleh bulu hidung dan bulu pipa pernapasan, sedang yang
lebih halus akan terbawa ke dalam dan ke luar kembali.
Debu atau asap yang tertinggal dan melekat pada kantong udara diparu-paru akan
menimbulkan penyakit, seperti sesak napas dan lain sebagainya. Karena itu debu dan
asap las perlu dapat perhatian khusus.
b. Harga bata kandungan debu dan asap las
Harga bata ( ukuran ) kandungan debu dan asap pada udara tempat pengelasan menurut
International Institute of Welding (IIW) ditentukan besarnya 10 mg/m2 untuk jenis
elektroda karbon rendah dan 20 mg/m2 untuk jenis lain.
Pencegahan kecelakaan karena debu dan asap las :

Peredaran udara atau ventilasi harus benar-benar diatur dan diupayakan, di mana
setiap kamar las dilengkapi dengan pipa pengisap debu dan asap yang
penempatannya jangan melebihi tinggi rata-rata / posisi wajah ( hidung ) operator
las yang bersangkutan.

Menggunakan kedok/ helm las secara benar, yakni pada saat pengelasan
berlangsung harus menutupi sampai di bawah wajah (dagu), sehingga mengurangi
asap/ debu ringan melewati wajah.

Menggunakan baju/ jaket las (Apron) terbuat dart kulit atau asbes.

Menggunakan alat pernafasan pelindung debu, jika ruangannya tidak ada sirkulasi
udara yang memadai ( sama sekali tidak ada ).

Berikut, adalah contoh sistem pengisap yang dapat dipakai pada bengkel-bengkel las
secara umum :
Jurusan Las dan Fabrikasi Logam
Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

19

Materi Pembelajaran

4. Luka Bakar
Luka bakar dapat terjadi karena :

Logam panas

Busur cahaya

Loncatan bunga api

Luka bakar dapat diakibatkan oleh logam panas karena adanya pencairan benda kerja
antara 12000C 15000C , sinar ultra violet dan infra merah, hal ini dapat mengakibatkan
luka bakar pada kulit.
Luka bakar pada kulit dapat menyebabkan kulit melepuh / terkelupas, dan yang sangat
fatal dapat menyebabkan kanker kulit.
Luka bakar pada mata mengakibatkan iritasi ( kepedihan, silau ) yang sangat fatal
menyebabkan katarak pada mata. Luka bakar yang diakibatkan oleh loncatan bunga api
adalah loncatan butiran logam cair yang ditimbulkan oleh cairan logam. Biarpun bunga api
itu kecil, tapi dapat melubangi kulit melalui pakaian kerja, lobang kancing yang lepas atau
pakaian kerja yang longgar.
Pencegahan Luka Bakar :
Untuk mencegah luka bakar, operator las harus memakai baju kerja yang lengkap yang
meliputi :

Baju kerja (overall) dari bahan katun

Apron / jaket kulit

Sarung tangan kulit

Topi kulit ( terutama untuk pengelasan posisi di atas kepala )

Sepatu kerja

Helm / kedok las

Kaca mata bening, terutama pada saat membuang terak.

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

20

Materi Pembelajaran

B. PENGGUNAAN RAMBU-RAMBU KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


Pada bengkel-bengkel kerja las, terutama pada industri yang mempekerjakan banyak orang,
maka rambu-rambu penggunaan peralatan keselamatan dan kesehatan kerja serta tanda-tanda
peringatan amatlah penting. Hal ini adalah demi terhindarnya seluruh orang ( pekerja dan non
pekerja ) dari resiko kecelakaan.
Untuk itu, maka pada tempat-tempat atau daerah kerja yang memerlukan penggunaan alatalat keselamatan kerja harus diberi tanda peringatan / rambu-rambu yang mengharuskan
seseorang yang bekerja atau berada ditempat tersebut untuk menggunakan alat yang
ditentukan untuk bekerja/ berada daerah tersebut.
Berikut ini adalah contoh-contoh rambu-rambu yang banyak digunakan pada bengkelbengkel las :
CONTOH RAMBU-RAMBU
No.

RAMBU-RAMBU

ARTI RAMBU-RAMBU

1.
Helm pengaman harus dipakai !

2.
Sepatu kerja/ pengaman harus dipakai !

3.
Sarung tangan harus dipakai !

4.
Kaca mata pengaman harus dipakai !

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

21

Materi Pembelajaran

5.
Pengaman telinga harus dipakai !

6.
Saringan pernafasan harus dipakai !

7.
Hati-hati !

8.
Penunjuk arah

Catatan :
Penempatan rambu-rambu disesuaikan dengan kondisi dan tuntutan pekerjaan.
C. OBAT-OBATAN PPPK
Resiko kecelakaan yang banyak terjadi pada kerja las TIG (GTAW) adalah jenis luka bakar
dan goresan ringan sampai sedang. Luka bakar dapat terjadi pada seluruh anggota tubuh,
terutama pada tangan dan kaki, baik diakibatkan oleh panas langsung, benda kerja yang panas
ataupun oleh sinar las. Adapun luka tergores atau terpotong dapat disebabkan oleh sisi-sisi
tajam benda kerja ataupun oleh alat-alat potong bahan.
Secara umum obat-obatan yang perlu disediakan pada bengkel las TIG (GTAW) adalah obatobatan yang umum dipakai pada bengkel-bengkel kerja, kecuali untuk obat mata; yakni untuk
luka bakar pada mata yang diakibatkan oleh sinar las. Untuk hal tersebut diperlukan obat
tetes khusus untuk luka bakar pada mata disamping obat pembersih mata yang dipakai
sebelum obat tetes (boor water).
Berikut ini adalah macam-macam obat-obatan/ peralatan PPPK yang disarankan untuk
disediakan pada bengkel las TIG (GTAW) :

Livertran, untuk luka bakar pada anggota tubuh

Betadine atau obat merah, untuk luka tergores/ terpotong ( ringan s.d. sedang )

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

22

Materi Pembelajaran

Boor water, untuk pembersih mata setelah melakukan pengelasan atau sebelum diberi
obat tetes mata.

Obat tetes mata ( yang umum tersedia dipasaran )

Verban

Kapas

Band aid ( spt. Tensoplast, Handyplast, dll ).

Perhatian :
Jika terjadi kecelakaan yang lebih berat atau tidak mampu ditangani, segera bawa ke
klinik , Rumah Sakit, atau dokter terdekat.

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

23

Materi Pembelajaran

KEGIATAN BELAJAR 3
ISTILAH PENGELASAN
Tujuan Khusus Pembelajaran :
Setelah mempelajari topik ini, peserta diharapkan mampu :
1. menjelaskan pengertian tentang istilah las;
2. menemutunjukkan macam-macam istilah las yang meliputi :

istilah-istilah pada persiapan pengelasan

istilah-istilah pada proses pengelasan

istilah-istilah pada hasil pengelasan.

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

24

Materi Pembelajaran

MATERI PEMBELAJARAN 3
A. PENGERTIAN
Pada proses pengelasan, khususnya las TIG (GTAW) banyak digunakan kata-kata, kalimat
pendek atau istilah yang berasal dari bahasa asing, namun pada proses perencanaan/
persiapan, pelaksanaan dan pemeriksaan atau pengujian hasil las istilah tersebut dipakai
secara luas untuk kesamaan pemahaman atau acuan dalam suatu standar pengelasan.
Secara umum, dalam modul ini akan disajikan istilah-istilah yang umum dipergunakan dalam
standar-standar pengelasan yang dipakai sebagai acuan di Indonesia, adalah sebagai berikut :
1. Istilah-istilah pada sambungan tumpul (but-tweld)
Beberapa istilah (terminologi) yang perlu diketahui pada sambungan tumpul adalah :

Argon
Adalah salah satu jenis gas pelindung yang dipakai untuk melindungi logam las
dari pengaruh udara sekelilingnya.

Backing bar
Adalah pelat logam yang dipakai sebagai alas pada saat akan dilakukan las catat

Baking bar pelat tebaga

jig
Pelat baja

Logam dasar/ las

Backing bar

Creep resitance
Adalah sifat suatu logam yang tahan terhadap deformasi bila dibebani sampai
temperatur tertentu

Dioxidiser

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

25

Materi Pembelajaran

Adalan unsur atau unsur paduan yang terkandung pada kawat las dan logam dasar
yang dapat mencegah pengaruh dari udara luar

Gas purging
Adalah memasukkan gas pelindung kedalam pipa yang akan dilas dengan proses
las TIG untuk mencegah pengaruh udara terhadap pengelasan dari bagian dalam
dan kaki akar las.

Tutup karton

Gas purging

Parent-metal (logam dasar)


Ialah logam atau benda kerja yang akan dilas.
Pekerjaan dengan proses las TIG biasanya dikhususkan atau lebih banyak
diterapkan untuk pada logam baja tahan karat dan logam non ferro terutama
aluminium dan tembaga disamping untuk pengelasan baja karbon dan baja karbon
paduan.

Gap.(celah)
Yaitu jarak antara dua bagian sisi benda kerja pada bagian sambungan tumpul
yang akan dilas (sebelum dilakukan pengelasan secara penuh).

Celah

Pre set (set-awal)


Yaitu penyetelan benda kerja pada saat akan dilas catat (tack weld) untuk menjaga
kelurusan dan mencegah perubahan bentuk pada waktu pelaksanaan pengelasan
3 - 5

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

26

Materi Pembelajaran

Pre-set

Tack-weld (las-catat)
Yaitu pengelasan yang dilakukan pada kedua ujung sisi pelat dan di bagian tengah
atau di beberapa tempat dengan jarak tertentu untuk mengikat sambungan sebelum
dilakukan pengelasan dan untuk menghindari perubahan bentuk waktu dilas.

Las catat

Filler rod (logam-pengisi)


Adalah logam yang dipakai sebagai bahan pengisi atau penyambung. Biasanya ,
jenis logam sebagai bahan pengisi sama dengan logam dasarnya.
Bentuk logam-pengisi yang dibuat oleh pabrik biasanya berbetuk bulat, dengan
diameter yang bermacam-macam.
Menentukan ukuran logam pengisi (kawat-las), tergantung ketebalan bahan yang
akan dilas.

Weld diposit (logam-las)


Adalah cairan logam yang berasal dari kawat las setelah membeku berbentuk rigirigi las sebagai penguat sambungan.
Logam las

Weld penetration (penembusan)

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

27

Materi Pembelajaran

Adalah cairan logam yang menembus pada sisi lain dari sambungan, tercapainya
penembusan ini sangat diharapkan karena akan menambah kekuatan sambungan.
Salah satu kriteria keberhasilan tukang las pada pengelasan sambungan tumpul
yaitu apabila dapat dicapai penembusan yang sempurna.

Penetrasi

2. Istilah-Istilah pada Sambungan Sudut

Incline angle: kemiringan sudut siku saat dilas catat (tack weld), karena tidak
diklem dengan baik.

Incline angle

Miss alightment: bergesernya salah satu ujung pelat saat dilas dan terjadi
penyimpangan kelurusan sambungan karena las catat yang tidak sempurna atau
tak seimbang.

Miss alightment

Pre-set
Yaitu penyetelan benda kerja pada saat akan dilas catat untuk menjaga kelurusan
dan mencegah perubahan bentuk pada waktu pengelasan.

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

28

Materi Pembelajaran
Klem C

Backing bar

Pre-set

Weld diposit
Adalah cairan logam (logam las) yang berasal dari kawat las setelah membeku
berbentuk rigi-rigi las sebagai penguat sambungan.
Logam las

Weld diposit

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

29

Materi Pembelajaran

KEGIATAN BELAJAR 4
KARAKTERISTIK ALUMINIUM DAN PADUANNYA
Tujuan Khusus Pembelajaran :
Setelah mempelajari topik ini, peserta diharapkan mampu :
1. Menjelaskan sifat-sifat aluminum secara umum
2. Menjelaskan karakteristik aluminium dan paduannya, khususnya untuk
aluminium seri 6xxx.

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

30

Materi Pembelajaran

MATERI PEMBELAJARAN 4
Aluminium mudah disambung dengan cara pengelasan, brazing, maupun penyolderan. Dalam
banyak hal aluminium disambung dengan peralatan dan teknik konvensional dengan logam
lain, kadang diperlukan peralatan dan teknik khusus.
Paduan konfigurasi sambungan, kekuatan yang dibutuhkan, penampilan dan biaya adalah
beberapa contoh faktor yang menentukan pilihan proses penyambungan . Dalam hal ini akan
dibahas beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pengelasan aluminium, khususnya
aluminium paduan seri 6xxx.
Aluminium merupakan logam ringan, beberapa paduannya mempunyai ketangguhan yang
sebanding dengan baja karbon rendah(mild steel). Aluminium mempunyai keuletan yang baik
dibawah temperatur nol, mempunyai ketahana korosi yang baik, dan tidak beracun.
Aluminium mempunyai konduktivitas listrik dan panas yang baik, dan tidak magnetis.
Aluminium sangat mudah dibentuk dalam variasi bentuk yang luas. Aluminium juga
memberikan variasi yang sangat luas dalam hal mekanik, elektokimia dan kimia.
Aluminium leleh pada suhu 660o C, tergantung paduannya, tidak terjadi perubahan warna
ketika mendekati titik leleh, akibatnya pada saat pengelasan cukup sulit untuk menentukan
kapan logam tersebut sudah dekat dengan tititk leleh. Hal ini terjadi bila menggunakan
peralan las oksi asetilin, bila menggunakan peralatan las TIG, titik leleh pada saat pengelasan
dapat diamati kapan mulai terjadi leleh. Untuk pengelasan komposisi kimia dan titik leleh
paduan pada umumnya lebih dipertimbangkan dibanding dengan parameter lainnya, misalnya
bentuk dan dimensinya.
Tingginya konduktivitas thermal (dibandingkan dengan baja) mengharuskan tingginya
masukan panas pada saat pengelasan, dan lebih banyak bagian yang memerlukan pemanasan
mula (pre-heating).
Tingginya konduktivitas listrik membutuhkan arus yang lebih tinggi dan waktu pengelasan
yang lebih lama pada pengelasan tahan (dibandingkan dengan baja), hal ini hanya terjadi
pada awal pengelasan.
Aluminium tidak magnetis, sehingga akan terjadi ketidak stabilan busur listrik pada
pengelasan dengan arus DC oleh karena itu diperlukan peralatan tambahan untuk pengelasan
dengan arus DC yaitu dengan menambahkan arus AC frekuensi tinggi, Karene sifat yang
tidak magnetis ini direkomendasikan menggunakan arus AC.
Aluminium dan paduannya dengan cepat akan menghasilkan lapisan oksida yang kuat dan
sukar untuk dihilangkan begitu berekasi dengan udara
Gas hidrogen atau gas oksigen dapat berasal dari uap air yang bereaksi seperti berikut ;
4 [ ( AL ) ] + 3 (O2)

2 (AL2O3) (1)

2 [ ( AL ) ] + 3 (H2O)

(AL2O3)+ 6 [ H ] Al.(2)

reaksi (1) terjadi sangat cepat ketika permukaan aluminium di ekspos ke atmosfir, satusatunya gas yang dapat larut didalam aluminium adalah hidrogen seperti pada rekasi (2).
Hidrogen terdistribusi merata didalam aluminium cair tetapi sedikit larut dalam aluminium
padat dan cenderung terjadi pelepasan hidrogen ketika aluminium cair membeku. Kecepatan
pembekuan yang normal agar tejadi pelepasan hidrogen tidak terjadi dalam praktek yang
sebenarnya, sehingga mengakibatkan hidrogen tersisa didalam larutan padat yang jenuh
Jurusan Las dan Fabrikasi Logam
Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

31

Materi Pembelajaran

dengan gas hdirogen, keadaan ini cepat berubah menjadi mikropori sangat kecil yang
didalamnya terdapat molekul hidrogen.
Sebelum proses pengelasan, lapisan oksida yang terjadi harus dihilangkan, karena lapisan
oksida tersebut akan mengisolasi dan menghalangi grounding pada sirkuit las listrik. Selama
pengelaan lapisan tersebut juga harus dihilangkan atau dipecah agar pengabungan (fusi)
antara logam induk dan filler dapat terjadi. Lapisan oksida ini dapat dikurangi denga Flux,
busur listrik didalam selubung gas mulia, atau dengan cara mekanik maupun kimia.
Aluminium murni dapat dengan muah dipadukan dengan logam-logam lain untuk
menghasilkan sifat-sifat fisik dan mekanik yang lebih baik.
Tabel. 1 berikut ini menggambarkan unsur-unsur paduan utama dalam paduan aluminium
(wrought aluminium).
Paduan tempaan (wrought alloy) dalam bentuk sheet dan plate, tabung ekstrusi dan forging,
memiliki karakteristik pengelasan yang sama tanpa memperhatikan bentuknya. Alumnium
paduan yang dihasilkan dengan pengecoran (cast alloy) menggunakan pasir cetak, cetakan
permanen, atau die casting juga mempunyai karakteristik pengelasan yang sama. Jadi pada
dasarnya, praktekl pengelasan, brazing, penyolderan yang sama dapat diterapkan pada
paduan tempaan maupun paduan coran.
Untuk meningkatkan ketahanan korosi, beberapa paduan sering dilapisi dengan aluminium
super murni atau padua aluminium khusus, lapisan (cladding) ini memepunyai ketebalan 2,5
s/d 15 % ketebalan total, disalah satu atau kedua sisi material, mekanisme ketahanan korosi
terjadi secara kimiawi dan secara galvanis sebagaimana diuraikan pada tabel Sistem
Penamaan Paduan menurut American Aluminium Association berikut ini:

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

32

Materi Pembelajaran

KEGIATAN BELAJAR 5
KLASIFIKASI ALUMINIUM DAN PADUANNYA
(KODE DAN STANDAR)
Tujuan Khusus Pembelajaran :
Setelah mempelajari topik ini, peserta diharapkan mampu :
1. Menjelaskan klasifikasi aluminum secara umum
2. Menjelaskan klasifikasi aluminium dan paduannya, khususnya untuk
aluminium seri 6xxx.

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

33

Materi Pembelajaran

MATERI PEMBELAJARAN 5
A. KLASIFIKASI ALUMINUM SECARA UMUM
Berdasarkan cara pembuatannya, secara garis besar aluminium diklasifikasikan dalam dua
kategori, yaitu aluminium paduan tempaan (wrought alloys / unalloyed aluminium) dan
aluminium paduan coran (casting alloys).
Secara umum klasifikasi ini dapat digambarkan seperti bagan Klasifikasi Aluminium
berdasarkan cara pembuatannya berikut ini :

Berdasarkan kemurniannya, alumnium tempaan (wrought alloys ) diklasifikasikan dalam tiga


kelompok, yaitu aluminium super murni, aluminium komersial, dan alumnium paduan.
Penggunaan yang paling sering ada pada aluminium paduan, sedangkan alumnium super
murni sangat terbatas pemakaiannya.
Berdasarkan unsur paduan pembentuknya, secara skematis, aluminium diklasifikasikan
sebagai berikut, seperti pada bagan Klasifikasi Aluminium berdasarkan unsur paduan
pembentuknya berikut ini :

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

34

Materi Pembelajaran

Unsur-unsur terpenting yang biasa dipadu dengan aluminium adalah bismuth (Bi), Boran (B),
Chromium (Cr), Copper (CU), Besi (Fe), Timbal (Pb), Magnesium (Mg), Mangan (Mn),
Nikel (Ni), Silikon (Si), Titanium (Ti), seng (Zn), dan Zirconium (Zr). Magnesium adalah
yang paling sering dipadukan. Dalam banyak paduan. Mg ditambahkan bersama-sama
dengan Cu, Zn, Si, dan / atau Mn.
Penamaan paduan alumnium, yang dapat diterima oleh sebagian besar negara produsen
alumnium didasarkan pada sistem penamaan yang digunakan oleh Aluminium Assocition
(AA) di AS. Sistem ini dinamakan International Alloys Designation System (IADS), memiliki
empat digit angka yang digunakan untuk mengidentifikasi alumnium tempaan (wrought
aluminium ) dan aluminium paduan tempaan (wrought alloys), seperti ditunjukkan pada tabel
Sistem Penamaan Paduan menurut American Aluminium Association diatas dan pada tabel
Komposisi kimia dalam Paduan Aluminium berikut ini ;

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

35

Materi Pembelajaran

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

36

Materi Pembelajaran

Angka pertama, yang merupakan seri paduan, menunjukkan jenis unsur paduan utama. Angka
ketiga dan keempat mempunyai arti lebih untuk padua seri 1xxx, sedangkan untuk paduan
lainnya tidak begitu penting.
Pada seri 1xxx, kemurniaan aluminiumnya ditunjukkan oleh angka ketiga dan keempat,
seperti misalnya 1145, kemurnian minimumnya 99,45%; 1200 kemurnian aluminiumnya
99%. Pada seri-seri yang lain, angka ketiga dan keempat digunakan untuk identifikasi lebih
jauh, seperti nomor seri. Angka menunjukkan modifikasi dari paduan asal, seperti misalnya
7075 dan 7178 berbeda sedikit komposisinya. Paduan aluminium seperti tersebut diatas,
dapat dibagi dalam dua kelompok besar berdasarkan cara penguatannya. Kelompok pertama
yang dapat ditingkatkan kekuatannya dengan perlakukan panas (heat treable/age hardening
alloys), sedangkan kelompok kedua adalah paduan yang penguatannya dapat diperoleh
dengan pengerjaan mekanik (non heat treable/age hardening alloys), pada gambar Klasifikasi
Aluminium berdasarkan unsur paduan pembentuknya menunjukkan kelompok-kelompok
tersebut.
Jurusan Las dan Fabrikasi Logam
Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

37

Materi Pembelajaran

B. PADUAN ALUMINIUM MANGAN-SILIKON (AL-MG-SI SERI 6XXX)


Kalau sedikit Mg ditambahkan pada Al, pengerasan penuaan sangat jarang terjadi, tetapi
apabila secara simultan mengandung Si dalam jumlah yang seimbang untuk membentuk
paduan quasi biner AL-Mg2-Si (Mg:Si =1,73 :1) atau dengan kadar Si yang lebih tinggi dari
yang diperlukan untuk membentuk Mg2Si, maka dapat dikeraskan dengan penuaan panas
setelah diperlukan pelarutan dan mempunyai sifat yang baik dalam daya tahan korosi, dan
sifat mampu lasnya. Sifat yang kurang baik dari paduan ini adalah terjadnya pelunakan pada
daerah lasan sebagai akibat dari panas pengelasan yang timbul. Hal ini disebabkan kurang
senyawa Mg2Si berkelakuan sebagai komponen murni dan membuat keseimbangan dari
sistem biner semu dengan aluminium. Gambar.3 menunjukkan diagram fasa paduan ALMg2Si. Presipat Mg2Si terhadap larutan padat aluminium dari temperatur tinggi ke
temperatur yang lebih rendah.
Bagan Diagram fasa Al-Mg2-Si berikut menunjukkan hubungan antara kekuatan setelah
penuaan dan kadar Mg2Si. Pada temperatur biasa, cukup untuk dapat dikeraskan dengan
penuaan, akan tetapi pengerasan maksimum dapat dicapai dengan jalan perlakuan pelarutan
pada 160o selama 18 jam

Berdasarkan pada kadar paduan utamanya (Mg dan Si) seri 6xxx ini dapat dibagi dalam tiga
kelompok. Kelompok pertama dengan kadar Mg dan Si yang seimbang antara 0,8 % s/d 1,2
% mempunyai keuntungan karena tidak memerlukan proses solution treatment yang terpisah
sehingga langsung dapat disemprot dengan air (quenching) begitu keluar dari cetakan
ekstrusi. Kekuatan yang memadai dihasilkan dengan pengerasan presipitasi. Pada kondisi T6
kekuatan luluhnya berkisar antara 215 Mpa s/d 245Mpa. Contoh yang banyak digunakan
untuk produk-produk arsitektur dan dekoratif karena menunjukkan respon yang baik terhadap
anodisasi.
Dua kelompok lainnya mengandung Mg dan Si lebih besar dari 1,4 % menghasilkan kekuatan
yang lebih tinggi pada kondisi T6 dan karena lebih sensitif terhadap Quench diperlukan
proses solution treatment yang terpisah. Salah satu kelompok yang populer adalah 6061 yang
Jurusan Las dan Fabrikasi Logam
Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

38

Materi Pembelajaran

mempunyai kadar Mg dan Si yang seimbang sebesar 1,0 % dan 0,6% dengan tambahan 0,25
% Cu untuk mengimbangi pengaruh buruk yang ditimbulkan oleh Cu pada ketahanan
korosinya. Paduan ini banyak digunakan sebagai material struktur yang umum. Kelompok
ketiga mempunyai kadar silikon yang lebih besar dari yang dbutuhkan untuk membentuk
Mg2Si. Adanya kelebihan Si ini mendorong terjadinya peningkatan kekuatan karena terjadi
penghalusan ukuran partikel Mg2Si dan presipitasi silikon. Namun presipitasi silikon ini
mengakibatkan terjadinya penggetasan batas butir, karena silikon cenderung mengendap pada
batas butir, Cr dan Mn dapat membantu mengatasi pengaruh tersebut dengan mendorong
terbentuknya butir halus dan menghambat rekristalisasi pada solution treatment. Paduan ini
digunakan untuk material ekstrusi dan tempa.
Adapun pengaruh kadar Mg2Si pada kekuatan tarik padaun Al-Mg2-Si dapat dilihat pada
bagan berikut :

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

39

Materi Pembelajaran

KEGIATAN BELAJAR 6
ALUMINIUM DALAM PENGELASAN
Tujuan Khusus Pembelajaran :
Setelah mempelajari topik ini, peserta diharapkan mampu :
1. Menjelaskan klasifikasi aluminum mampu las
2. Menjelaskan pengaruh panas pengelasan terhadap sifat aluminium.

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

40

Materi Pembelajaran

MATERI PEMBELAJARAN 6
Sebagian besar paduan aluminium dapat dilas, baik dengan las MIG maupun las TIG
(GTAW), dan mampu lasnya pada dasarnya sama untuk kedua proses tersebut.
Aluminium paduan tempaan yang mudah dilas dengan proses las busur listrik dengan
pelindung gas adalah seri 1xxx, 3xxx, 5xxx, dan 6xxx. Seri 2xxx dan 4xxx, dengan teknik las
khusus, juga dapat dilas dengan proses las tersebut, tetapi menghasilkan kekuatan yang
sedikit lebih rendajh. Paduan 7075, 7079, dan paduan 7178, jika las akan menghasilkan HAZ
yang getas . Drai seri 7xxx, paduan yang mampu lasnya baik adalah paduan 7003dan 7093.
Pengelasan akan mengubah sebagian atau seluruh efek strain hardening, akibatnya batas luluh
(yield) di HAZ pada paduan yang tidak dapat di laku panaskan, tidak dapat lebih tinggi dari
batas luluh paduan tersebut yang telah dianil. Besarnya daerah dengan kekuatan rendah
tersebut sangat tergantung pada kecepatan pengelasan dan besarnya strain hardening. Hal ini
dapat terjadi akibat rekristalisasi selama pemanasan saat pengelasan.
Ketika aluminium yang telah dipanaskan (dalam kondisi T4 maupun T6 dilas, kekuatan
HAZnya akan menjadi sedikit lebih rendah dibanding kekuatan paduan tersebut dalam
kondisi T4 yang belum dilas, ini berarti jika logam induk dalam kondisi T^, maka di HAZ
akan terbentuk T4, sehingga kekuatan paling lunak terjadi di HAZ. Untuk mengatasi hal ini
biasanya dilakukan solution heat treatment dan aging setelah pengelasan. Tabel Sifat Paduan
Aluminium dalam hal mampu laku panas akibat pengelasan menunjukkan sifat paduan
aluminium dalam hal mampu laku panas akibat pengelasan.

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

41

Materi Pembelajaran

Pada paduan yang mampu dilaku panas (heat treatable alloys), didaerah HAZ nya akan
terdapat zona-zona, yaitu patial fusion zone, solution treated zone, dan over age zone.
Partial fusion zone adalah daerah yang temperatur puncaknya antara temperatur liquidus dan
temperatur solidus. Fasa adalah + setelah pendinginan.
Solution treated zone adalah daerah yang temperatur puncaknya antara temperatur solidus
dan temperatur solvus. Fasanya adalah selama temperatur puncaknya, dan + setelah
pendinginan pada daerah cair (fusion zone), setelah pendinginan butir-butir kristalnya
membentuk struktur pilar. Fasanya adalah dengan matriks

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

42

Materi Pembelajaran

Gambar di atas, pembagian daerah di HAZ berdasarkan temperatur puncak yang terjadi.
Pada daerah logam induk (un affekted zone), fasanya adalah fasa awal, logam induk biasanya
adalah atau GP-2 dalam matriks
Dalam paduan aluminium yang dapat dilakupanaskan didapatkan fasa-fasa kedua seperti Cu
Al2, Mg2Si, CU Mg Al2, Cu Fe Al2, dan lain-lain tergantung paduannya, yang dikenal sebagai
intermetallic compound yang berperan dalam menaikkan kekerasan paduan aluminium
tersebut sebagai presipitat.
Dalam hal mampu las, dikelompokkan non heat treatable alloys, paduan AL-Si (seri 4xxx)
adalah yang paling mudah dilas, bahkan lebih mudah dilas dari aluminium murni, sedangkan
kelompok heat treatable alloys paduan yang paling rendah dilas adalah paduan Al-Mg-Si
(seri 6xxx).
Dari semua padua aluminium, baik yang non heat treatable alloys maupun yang heat
treatable alloys, Al-Si adalah paduan Aluminium yang paling mudah dilas, sehingga paduan
ini sering digunakan sebgai logam pengisi ( Filler metal) pada pengelasan paduan aluminium
Sifat mampu las aluminium jika dibanding dengan baja mempunyai beberapa kelemahan
antara lain :
1.

Paduan aluminium reaktif terhadap oksigen sehingga memungkinkan mudah


terbentuk Al2O3 yang mempunyai titik lebur tinggi sehingga sukar untuk mencair dan
pencairan antara logam induk dan filler metal terhalang.

2.

Konduktivitas paduan aluminium tinggi, mengakibatkan suka mencair sebagaian dan


dapat terjadi deformasi yang dapat berlanjut pada cacat retak las.

3.

Adanya perbedaan kelarutan gas hidrogen dalam fasa padat dan fasa cair dari
aluminium, oleh karena itu metode las untuk logam ini digunakan las elektroda
terbungkus. Las gas dan las sinar elektron, akan tetapi las gas yang lebih banyak
digunakan karena selain ekonomis, juga dapat memeprkecil tingkat kesulitan
pengelasan.

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

43

Materi Pembelajaran

KEGIATAN BELAJAR 7
DISAIN SAMBUNGAN, POSISI DAN SIMBOL LAS
Tujuan Khusus Pembelajaran :
Setelah mempelajari topik ini, peserta diharapkan mampu :
1. Mengidentifikasi dan menjelaskan berbagai bentuk sambungan las
2. Menjelaskan dan membaca simbol las
3. Mengidentifikasi dan menjelaskan berbagai posisi pengelasan

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

44

Materi Pembelajaran

MATERI PEMBELAJARAN 7
A. DISAIN SAMBUNGAN LAS
1. Sambungan tumpul (butt joint)
Sambungan tumpul adalah jenis sambungan las pada bahan pelat logam (sheet metal),
batang logam (rod bar) atau pipa dimana kedua ujung sisi pelat yang akan disambung
posisinya diletakan secara lurus atau saling berhadapan.
Berikut ini adalah macam-macam bentuk kampuh sambungan tumpul
a. Kampuh siku (I) (square butt) :

Kampuh I tertutup

Kampuh I terbuka
Digunakan untuk sambungan las pada pelat (sheet) atau pipa yang relatif tipis
(tebalnya antara 0,8 s.d 3 mm).
b. Kampuh tumpul dengan persiapan (bevel preparation butt joint)
Bila pelat, batang atau pipa tebalnya 4 s.d 8 mm atau lebih, maka pengelasan
sambungan tumpul harus dengan persiapan, yaitu pada salah satu bagian atau kedua
sisi yang akan disambung dibentuk menyudut atau miring.(bevel). Mengerjakan
persiapan ini menggunakan gerinda tangan atau mesin gerinda, dikikir atau dengan
pemotong-gas atau pemotong plasma (plasma cutting).

Celah (gap) akar

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

Muka akar

45

Materi Pembelajaran

2. Kampuh Sudut (FiIlet Joint)


Bilamana kedua sisi pelat yang akan disambung posisinya tegak lurus atau menyudut
satu sama lain, maka sambungan tersebut disebut sambungan sudut (fillet joint).

Sambungan sudut luar

Sambungan-T

3. Sambungan Tumpang (Lap Joint)


Sambungan tumpang adalah dilakukan pada sambungan pelat, dimana kedua belah
pelat diletakkan saling-menumpang satu-sama lain.
Pada sambungan pipa, sambungan tumpang dilakukan pada pipa baja yang tipis
(sekitara tebal 0.4 mm) atau pipa dari bahan logam lunak (tembaga, aluminium dsb).

B. POSISI PENGELASAN
Posisi pengelasan adalah kedudukan benda kerja pada saat proses pengelasan dilakukan.
Macam-macam possisi pengelasan yang umum adalah :
1.Posisi bawah tangan (flat posisition)
Posisi pengelasan bawah tangan (flat) yaitu, apabila benda kerja saat dilakukan
pengelasan posisinya benar-benar dibawah tangan tukang las.

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

46

Materi Pembelajaran

Posisi bawah tangan


2. Posisi mendatar (horizontal posisition).
Posisi medatar yaitu apabila saat dilakukan pengelasan posisinya mendatar dan penarikan
jalur las arahnya kekiri atau kekanan

Posisi mendatar
3. Posisi tegak (vertical posisition)
Posisi tegak, yaitu apabila benda kerja saat dilakukan pengelasan dan penarikan jalur las
posisinya tegak.
Apabila arah penarikan jalur las dari bawah ke atas.disebut posisi tegak naik (verticl-up)
dan sebaliknya apabila arah penarikan jalur las dari atas ke bawah disebut posisi tegak
turun (vertical-down)
Jurusan Las dan Fabrikasi Logam
Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

47

Materi Pembelajaran

Posisi tegak
4. Posisi diatas kepala (over head posision)
Posisi pengelasan disebut posisi di atas kepala, yaitu apabila pada saat dilakukan
pengelasan benda kerja berada diatas kepala tukang las. Arah penarikan jalur las dapat
dilakukan kearah kiri atau kearah kanan, dapat juga kearah maju atau mundur.

Posisi diatas kepala

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

48

Materi Pembelajaran

Sebagai pedoman untuk menentukan posisi pengelasan dapat dilihat pada pada diagram
berikut ini :

Diagram Posisi pengelasan

C. SIMBOL LAS
Pada pekerjaan las dan fabrikasi logam gambar kerja sangat memegang peranan penting,
terutama tentang simbol las, karena dengan adanya simbol las seorang pekerja akan dapat
menentukan konstruksi sambungan yang akan dikerjakan. Oleh karena itu pemahaman
tentang simbol-simbol las sangat perlu dikuasai oleh seseorang yang bekerja di bidang las
dan fabrikasi logam.
Berikut ini adalah macam-macam simbol las secara umum/ dasar yang digunakan dalam
berbagai konstruksi pengelasan :
Bentuk
Pengelasan

Gambar

Simbol

Sambungan
sudut ( fillet )

Jalur las

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

49

Materi Pembelajaran

Penebalan
permukaan

Sambungan
tumpul (umum)

( Penetrasi penuh pada


sambungan tumpul )

Sambungan
tumpul
( Kampuh I )

Sambungan
tumpul
( Kampuh V )

Sambungan T
( di bevel )

Sambungan
tumpul
( Kampuh U )
Sambungan T
( Kampuh J )

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

50

Materi Pembelajaran

Bentuk Permukaan Jalur Las ( capping ) :


Tipe
Pengelasan

Gambar

Simbol

Rata

Cembung

Cekung

Simbol Tambahan ( Suplemen ) :


Tipe
Pengelasan

Gambar

Simbol

Fillet

Contoh Penerapan Simbol Las pada Sambungan Tumpul:


No.

Bentuk
Sambungan

Gambar

Simbol

1.
Kampuh I tertutup

2.
2

Kampuh I terbuka
2

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

51

Materi Pembelajaran

3.

60

Kampuh V

2
60

8
2

4.

60

60

Kampuh X

8
82

60

8
2

Contoh Penerapan Simbol Las pada Sambungan Sudut:


No.

Bentuk
Sambungan

Gambar

Simbol

1.
Bentuk T dilas
kontinu pada satu
sisi

2.
8

Bentuk T dilas
kontinu pada dua
sisi

8
8
8

3.
Bentuk T dilas
tidak kontinu pada
satu sisi

50
8

50 - 100

100

4.
Sumbat

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

52

Materi Pembelajaran

KEGIATAN BELAJAR 8
CACAT DAN PEMERIKSAAN HASIL LAS

Tujuan Khusus Pembelajaran :


Setelah mempelajari topik ini, peserta mampu :
1. Mengidentifikasi dan menjelaskan macam-macam cacat (kerusakan) hasil las
TIG
2. Menjelaskan penyebab kerusakan las
3. Menjelaskan teknik-teknik pencegahan distorsi
4. Menjelaskan prosedur perbaikan hasillas.

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

53

Materi Pembelajaran

MATERI PEMBELAJARAN 8
A. CACAT (KERUSAKAN) HASIL LAS
1. Macam-macam kerusakan hasil las
Kerusakan hasil pengelasan pada las TIG pada bagian luar dapat diamati secara langsung.
a. Kerusakan bagian luar
Takikan (undercut)
Yaitu kerusakan hasil las yang disebabkan oleh termakannya bahan las oleh proses
pengelasan sehingga membentuk alur pada sisi pertemuan jalur las dengan bahan
las (pada toe)

undercut

Penumpukan logam las (overoll atau overlap)


Yaitu bentuk logam las yang menumpuk pada sisi jalur las dan tidak menyatu
dengan bahan las (logam dasar).
Ciri-cirinya adalah : Pada sisi jalur las tidak terjadi pencairan yang sempurna,
sehingga logam las hanya menempel pada logam dasarnya.

overroll

Kropos (porosity)
Yaitu kerusakan hasil las yang disebabkan oleh adanya lubang-lubang udara yang
kelihatan pada permukaan bahan las (logam dasar)

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

54

Materi Pembelajaran

udara dan gas

Keropos
Kurang pencairan (lack of fusion)
Hasil tidak mencair sempurna, seakan-akan logam las hanya menempel saja.

TiIdak mencair

Kurang pencairan
Tercemar tungsten (tungsten inclusion)
Apabila ujung elektroda tungsten menempel pada cairan logam, maka elektroda
lengket dengan logam las terjadi pencemaran. Profilnya hampir sama dengan
keropos, bagian yang keropos terisi oleh partikel tungsten.
Partikel tungsten

Tercemar tungsten.
b. Kerusakan las bagian dalam
Kerusakan las bagian dalam hasil las TIG tidak bisa diamati secara visual, harus
dideteksi dengan menggunakan alat khusus seperti dengan ultrasonic tracing.
Macam-macam kerusakan las bagian dalam diantaranya yaitu:

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

55

Materi Pembelajaran

Terak terperangkap/ Kotor (inclusion)


Kotoran

Terperangkap kotoran
Bila logam yang akan dilas tidak dibersihkan dahulu, maka akan terjadi kontiminasi
pada logam las. Kotoran-kotoran yang menyebabkan hasil menjadi kotor:adalah :
karat, oli, grease, debu dan lain-lain.
Untuk mencegah keadaan tersebut, maka sebelum melakukan pengelasan bendakerja harus dibersihkan terlebih dahulu.
Sebagai alat pembersihnya dapat digunakan : kikir, batu-gerida halus dan diterjen.
Retak (cracking)
Tanda-tanda pengelasan yang retak, yaitu pada permukaan logam terlihat pecah atau
retak.

Retak

Retak
Kurang penembusan (less penetration)
Setelah benda diperiksa secara visual, hasil las dibelah dan permukaannya
dihaluskan kemudian dietsa, maka akan terlihat penembusan dari logam lasnya.

B. PEMERIKSAAN HASIL LAS


Pemeriksaan hasil las sangat perlu dalam proses dan penilian hasil las. Untuk itu sebelumnya
perlu dipahami apa-apa yang menjadi penyebab terjadinya kerusakan atau cacat hasil las
tersebut.
Jurusan Las dan Fabrikasi Logam
Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

56

Materi Pembelajaran

Berikut ini adalah berbagai jenis kerusakan dan identifikasi penyebab terjadinya cacat
tersebut :
1. Takikan-bawah (undercut)
Kerusakan las ini dapat diakibatkan oleh :

Amper terlalu tinggi

jarak busur (arc length) terlalu tinggi

kurang pengisian

pengelasan terlalu lambat.

2. Logam las menumpuk (overoll atau overlap)


Ciri-ciri kerusakan las ini dapat dilihat diamati yaitu adanya penumpukan pada sisi jalur las.
Kerusakan las ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :

Kecepatan pengelasan terlalu lambat

Penyetelan amper terlalu rendah

Posisi elektroda tidak benar

3. Kropos
Kerusakan las ini dapat dilihat pada pemukaan rigi-rigi las, dimana terlihat adanya lubanglubang bekas udara.
Kerusakan ini adalah diakibatkan oleh hal-hal sebagai berikut :

Busur las terlalu tinggi.

Kurang gas pelindung.

Pengelasan tidak dilakukan diruang tertutup

Lubang nozzle terlalu kecil atau tersumbat

Benda yang dilas kotor

4. Kurang pencairan
Kerusakan las kurang pencairan adalah diakibatkan oleh hal-hal berikut ini :

Penyetelan arus terlalu rendah.

Teknik pengelasan yang salah.

Persiapan pengelasan kurang sempurna.

Menggunakan kawat las tidak sesuai dengan jenis sambungan.

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

57

Materi Pembelajaran

Permukaan logam las kotor.

5. Tercemar tungsten
Kerusakan las ini penyebabnya adalah sebagai berikut :

Penyetelan arus terlalu tinggi dan tidak sesuai dengan ukuran elektroda yang
dipakai.

Pengasahan elektroda tidak benar.

Elektroda menyentuh benda kerja saat pengelasan.

Logam las banyak tercemar oleh elektroda.

Adapun pemeriksaan hasil las bertujuan untuk mengetahui kualitas suatu konstruksi.
Konstruksi dengan kualitas yang jelek akan menyebabkan penambahan biaya untuk
mengerjakan ulang, kehilangan kepuasan langganan dan beresiko terhadap keselamatan.
Seluruh konstruksi harus sering diperiksa selama proses pembuatan/ fabrikasi. Selanjutnya
tergantung pada penggunaan komponen tersebut dan mungkin memerlukan tes khusus.
Misalnya bahan benda kerja dan hasil las perlu dites baik secara merusak maupun dengan
tidak merusak.
Tujuan pemeriksaan adalah untuk mengetahui apakah hasil pekerjaan telah sesuai dengan
standar yang diakui.
Pemeriksaan hasil las secara visual (visual inspection) adalah salah satu metode untuk
memeriksa hasil las dengan cara tanpa merusak (non destructive) yang keseluruhannya
akan dibahas pada materi yang lain (selanjutnya).
Dalam pemeriksaan secara visual ini, operator atau petugas pemeriksa perlu menggunakan
alat-alat bantu sederhana, yakni untuk melakukan pemeriksaan cacat las, ukuran hasil las,
bentuk rigi las, dll.
Contoh pemeriksaan hasil las :

Pengamatan Langsung

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

58

Materi Pembelajaran

Pemeriksaan Tinggi Rigi Las (reinforcement)

Pemeriksaan Panjang Rigi Las

Pemeriksaan Tinggi Rigi Las

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

59

Materi Pembelajaran

C. TEKNIK-TEKNIK PENCEGAHAN DISTORSI


Pada proses pengelasan akan terjadi perubahan bentuk akibat panas pengelasan, untuk
pecegahan/pengontrolannya diperlukan teknik-teknik khusus yaitu :
1. Las catat (tack-weld)
Sebelum dilakukan pengelasan penuh, harus dilakukan las catat dengan sempurna seperti
terlihat pada gambar berikut ini :

Las catat

Las catat
2. Menggunakan alat bantu (jig and fixture)
Gunakan alat bantu pengikat yang sesuai, seperti klem untuk mencegah terjadinya
perubahan bentuk. Baik sebelumpengelasan maupun saat pengelasan.
Klem C

Backing bar

3. Menggunakan pelat penguat (backing bar)


Sebelum pengelasan penuh pada bagian sisi sebelah sambungan dipasang pelat pengganjal
(penguatan). Biasanya sebagian pelat penguat dibuat dari bahan tembaga.agar setelah
pengelasan tidak menempel.

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

60

Materi Pembelajaran

Logam las

Celah akar

Backing-bar

Backing bar
4. Pengelasan berurutan (squence weld)
Mengelas sambungan yang panjang ada kecenderungan tejadi distorsi yang besar, untuk
pencegahannya ialah dengan melakukan teknik pengelasan berurutan (squence-weld) seperti
terlihat pada gambar berikut:

Squence weld

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

61

Materi Pembelajaran

KEGIATAN BELAJAR 9
STANDAR KRITERIA PENGELASAN ALUMINIUM

Tujuan Khusus Pembelajaran :


Setelah mempelajari topik ini, peserta mampu :
1. Mengidentifikasi dan menjelaskan cacat las yang umum terjadi pada las
aluminium
2. Mengidentifikasi dan menjelaskan standar kriteria yang harus dicapai dalam
pengelasan alumium.

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

62

Materi Pembelajaran

MATERI PEMBELAJARAN 9
Kerusakan pada hasil las adalah sesuatu yang sangat mungkin terjadi dengan berbagai
penyebab.
Selanjutnya untuk mengetahui sejauh mana kualitas hasil las yang dapat diterima perlu ada
batasan cacat las tersebut dan dinamakan kriteria hasil las, artinya apabila suatu hasil las
memenuhi kriteria minimum, maka hasil las tersebut dinyatakan dapat diterima dan
sebaliknya apabila suatu hasil las tidak memenuhi kriteria minimum, hasil las tersebut
dinyatakan tidak diterima dan pengelasannya dianggap belum memenuhi kompetensi yang
diperlukan.
Adapun kriteria hasil las yang dimaksud adalah sebagai berikut :
TABEL KRITERIA HASIL LAS
NO.

CACAT LAS

KRITERIA HASIL LAS

1.

Retak

0 mm2 ( Tidak ada retak )

2.

Terak terperangkap

Tidak lebih dari dua buah terak denga luas


2mm2 untuk panjang pengelasan 200 mm.

3.

Lubang pada akhir jalur las

Tidak ada lubang pada akhir jalur las

4.

Jalur las terlalu lebar

Lebar jalur las pada sambungan tumpul tidak


boleh lebih dari 3 mm dari pinggir kampuh las

5.

Ukuran kaki las tidak sama

Kaki las = tebal bahan dengan toleransi 2mm

6.

Undercut

Kedalaman undercut kurang dari 1,0 mm


dengan panjang maksimum 10% dari 200mm
panjang pengelasan.

7.

Overlap

Tidak ada bagian yang overlap

8.

Cekungan pada akar las

Kedalaman cekungan pada akar las maks. 1mm


dan panjang cekungan maksimum 10% dari
200mm panjang pengelasan.

9.

Pengisian jalur kurang

Tinggi pengisian minimum sama/ rata dengan


permukaan bahan yang di las/tidak ada
cekungan pada pengisian jalur.

10.

Keropos

Tidak ada keropos/porositas pada logam las.

11.

Kurang penetrasi

Kekurangan penetrasi maksimum 15 mm untuk


panjang pengelasan 200 mm.

12.

Kelebihan penetrasi

Ketinggian/kelebihan penetrasi maks. 2 - 0


mm

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

+2

63

Materi Pembelajaran

13.

Bentuk jalur las tidak simetris

Permukaan jalur las mempunyai bentuk


teratur/ simetris dengan sudut tidak kecil dari
135.

14.

Kelebihan tinggi pengisian

Tinggi pengisian pada sambungan tumpul dari


permukaan benda kerja tidak boleh lebih dari 3
mm.

15.

Bebas pukulan

Tidak tampak bekas pukulan

16.

Penyimpangan/distorsi

Permukaan benda kerja tidak segaris kurang


dari 2 mm penyimpangan sudut maksimum 5.

Kriteria hasil las tersebut di atas adalah kriteria secara umum, namun untuk kriteria
hasil las yang diperlukan untuk suatu proyek, harus mengacu pada WPS yang
ditetapkan oleh proyek tersebut.

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

64

Materi Pembelajaran

KEGIATAN BELAJAR 10
PENGUJIAN HASIL LAS

Tujuan Khusus Pembelajaran :


Setelah mempelajari topik ini, peserta mampu :
1. Mengidentifikasi dan menjelaskan pengujian tanpa merusak (non
destructive test /NDT)
2. Mengidentifikasi

dan

menjelaskan

pengujian

dengan

merusak

(destructive test /DT)

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

65

Materi Pembelajaran

MATERI PEMBELAJARAN 10
Pemeriksaan dan pengujian hasil las bertujuan untuk mengetahui kualitas suatu konstruksi.
Konstruksi dengan kualitas yang jelek akan menyebabkan penambahan biaya untuk
mengerjakan ulang, kehilangan kepuasan langganan dan beresiko terhadap keselamatan.
Seluruh konstruksi harus sering diperiksa selama proses pembuatan/ fabrikasi. Selanjutnya
tergantung pada penggunaan komponen tersebut dan mungkin memerlukan tes khusus.
Misalnya bahan benda kerja dan hasil las perlu di tes baik secara merusak (destructive test)
maupun dengan tidak merusak (non destructive test).
Tujuan pengujian adalah untuk mengetahui apakah hasil pekerjaan telah sesuai dengan
standar yang diakui.
A. PENGUJIAN TANPA MERUSAK ( NON-DESTRUCTIVE TEST / NDT )
Metode-metode yang biasa dilakukan dalam memeriksa dan menguji hasil las dirancang
untuk dapat memeriksa kualitas hasil pengelasan baik pada bagian luar maupun bagian dalam
tanpa merusak benda kerja. Adapun pemeriksaan dan pengujian tersebut terdiri dari :

Pemeriksaan secara Visual ( visual inspection )

Pengujian dengan Pewarna ( liquid / dye penetrant testing )

Pengujian dengan partikel magnit ( magnetic particle testing )

Pengujian ultrasonik ( ultrasonic testing )

Pengujian dengan Radiografi / Sinar X ( radiographic examination )

Walaupun ada beberapa jenis tes untuk pengujian tidak merusak akan tetapi hanya ada tiga
jenis pengujian yang banyak dilaksanakan di lapangan, yaitu:
1. Pengujian dengan Pewarna
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui cacat las seperti retak atau rongga yang
terbuka sampai ke permukaan. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

Membersihkan permukaan benda kerja, sehingga terbebas dari debu, minyak, dll

Bersihkan zat pewarna yang berlebihan dari permukaan benda kerja

Laburkan zat pengembang berwarna putih pada permukaan.

Menyemprotkan zat pewarna dengan


daya rembes yang tinggi (biasanya
berwarna merah).

Membersihkan zat pewarna yang


berlebihan dari permukaan benda
kerja

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

66

Materi Pembelajaran

Menyemprotkan zat pengembang


(biasanya berwarna putih) untuk
menarik keluar zat pewarna dari
retak.

Jika memang terdapat cacat, zat pewarna yang terperangkap akan terhisap keluar daerah
yang retak atau pori-pori dan akan tercetak pada zat pengembang berwarna putih.
2. Pengujian Ultrasonik ( UT )
Pengujian ultrasonik (ultrasonic test/ UT) dilakukan dengan cara melewatkan gelombang
suara frequensi tinggi pada hasil las. Setelah dilewatkan pada permukaan bahan tersebut,
maka pada layar oscilloscope akan tergambar gelombang-gelombang yang kemudian
dapat dianalisis karakteristiknya.
Gelombang suara yang lewat pada keseluruhan tebal bahan akan lebih panjang
dibandingkan gelombang suara yang terputus oleh adanya cacat las, sehingga dengan
demikian, maka penguji dapat memastikan di mana terdapat cacat las pada pengelasan
tersebut.
kabel
transducer/ sensor

cacat las

gelombang suara

3. Pengujian Radiografi (X-Ray)


Pengujian dengan radiografi ( radiographic examination ) adalah tehnik pengujian tidak
merusak dengan menggunakan sinar X yang tidak bisa dilihat, yakni untuk mengamati
ciri-ciri internal suatu sambungan las. Prosesnya sama dengan fotografi biasa, kecuali
bahwa disini digunakan sinar X, bukan cahaya, untuk pencahayaan film. Dalam
pemeriksaan sinar X pada sebuah hasil pengelasan, film diletakkan dibawah benda uji.
Film tersebut akan terkena pencahayaan sinar x yang menembus sambungan las, setelah
proses pencahayaannya film dicuci dan film negatifnya akan menunjukkan citra profil
hasil lasan beserta cacatnya.
Pemeriksaan radiografi banyak dipakai karena cara ini dapat dilakukan pada semua jenis
bahan dan film negatifnya dapat disimpan sebagai dokumentasi yang permanen.
Jurusan Las dan Fabrikasi Logam
Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

67

Materi Pembelajaran

Hasil sinar-X memperlihatkan cacat las


Sinar-X

bahan

B. PENGUJIAN MERUSAK ( DESTRUCTIVE TEST / DT )


Pengujian ini dilakukan untuk memeriksa kualitas bahan, struktur, ataupun sambungan las,
sehingga akan dapat mengukur :

Kemampuan tukang/ juru las

Proses dan prosedur pengelasan apakah sesuai dengan pekerjaannya

Kualitas kawat las

Dalam pengujian merusak antara lain ini meliputi :

Pengujian pematahan sambungan sudut ( fillet break )

Pengujian pematahan kampuh las ( nick break )

Pengujian pelengkungan ( bend test )

Pengujian makro ( macro test )

Sedangkan pengujian merusak dengan cara pengujian kekerasan, pengujian pukul kejut dan
tegangan tarik tidak dibahas, mengingat tes-tes tersebut tidak banyak dilakukan di lapangan.
1. Pengujian Pematahan Las Sudut ( Fillet Break )
Las tumpang (dilaskan pada satu sisi saja) dites dengan menekan sambungan atau
memukulnya dengan palu untuk mematahkan hasil las. Bagian dalam rigi las kemudian
diamati untuk menentukan kualitas dan kelayakannya.
dipukul

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

68

Materi Pembelajaran

Tes pematahan pada sambungan fillet akan menunjukkann cacat-cacat las berikut ini :

Kurangnya peleburan

Rongga

Terperangkapnya terak las

Penembusan atau penetrasi yang kurang

2. Pengujian Pematahan Kampuh Las ( Nick Break )


Pengujian pematahan kampuh las ( nick break ) ini mengukur kualitas internal
penampang melintang dari sambungan las yang sudah selesai dikerjakan. Rigi las diiris/
dialur sedikit untuk memastikan agar bisa patah sepanjang rigi las. Bagian ini dipatahkan
dengan dipres atau ditahan pada ragum dan dipukul dengan palu.

dialur

Pengujian ini akan menunjukkan cacat las sebagai berikut :

Kurangnya penetrasi

Rongga

Terperangkapnya terak

3. Pengujian Pelengkungan ( Bend Test )


Tes pelengkungan adalah untuk mengetahui keliatan dan cacat las. Keliatan adalah sifat
mekanis logam untuk dapat diregang dan dilengkungkan tanpa menjadi patah.
Suatu sampel diambil dari bagian yang sudah dilas serta digerinda atau dikikir halus
sebelum dilengkungkan. Sampel tersebut kemudian diletakkan dibawah alat pres dan
dilengkungkan tanpa menjadi patah atau retak.
Tes pelengkungan yang banyak dilakukan adalah :

Pelengkungan permukaan rigi las ( capping )

Pelengkungan akar rigi las ( root )

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

69

Materi Pembelajaran

Pelengkungan sisi rigi las


Face bend

Root bend

4. Pengujian Makro ( Macro Test )


Logam yang disambung dengan sambungan sudut dan sambungan tumpul dites dengan
pengamatan makro untuk mengetahui hasil las, daerah peleburan, dan daerah
disekitarnya. Suatu penampang melintang kecil dipotongkan dari hasil pengelasan dan
digosok dengan kertas amplas dan dipoles dengan berbagai tingkatan kehalusan sampai
permukaannya menyerupai cermin. Permukaan tersebut kemudian dilabur dengan larutan
asam tertentu. Cara ini akan memunculkan :

Jalur las

Jumlah jalur las (run) pada sambungan

Tingkat penembusan dan daerah peleburan

Daerah pengaruh panas ( HAZ / Heat Affected Zone )

Cacat las
permukaan diratakan
dan dipoles

permukaan dilabur
dengan larutan asam

Struktur las terlihat


Jurusan Las dan Fabrikasi Logam
Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

70

Materi Pembelajaran

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

71

Praktik

KEGIATAN BELAJAR 11
PRAKTIK LAS ALUMINUM

Tujuan Khusus Pembelajaran :


Setelah mempelajari topik ini, peserta mampu :
1. Menjelaskan prosedur-prosedur pengelasan pelat dan aluminium ekstrusi
dengan proses las TIG (GTAW)
2. Menjelaskan dan menerapkan teknik-teknik pengelasan sambungan tumpul
(butt) dan sambungan sudut (fillet) pada pelat aluminium posisi di bawah
tangan.
3. Menjelaskan dan menerapkan teknik-teknik pengelasan sambungan sudut
(fillet) pada posisi mendatar (2F) pada bahan baja tahan karat dan
aluminium.

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

72

Praktik

MATERI PEMBELAJARAN 11
A. PROSEDUR PENGELASAN
1. Persiapan pengelasan permukaan logam
Permukaan logam yang akan di las harus terbebas dari kotoran yang akan menghambat
pencairan di daerah yang akan disambung. Untuk sambungan tumpang dan fillet agak
sulit dibersihkan pada bagian sudut permukaan dan mudah terkontaminasi oleh zat lain.
Sebelum dilas permukaan logam dibersihkan terlebih dahulu dengan mesin sikat baja,
ampelas, kikir, zat kimia sikat baja manual, sikat wool dan lain-lain.

Mesin sikat baja

Zat kimia

sikat baja atau sikat wool

Zat kimia yang digunakan untuk membersihkan permukaan adalah trichlorethylene dan
perchclorethylene,utamanya zat ini untuk membersihkan oli dan gemuk (grease)
Penggunaan zat kimia dalam membersihkan permukaan logam harus hati-hati, karena
cairan zat ini akan berubah menjadi gas racun, oleh karena itu dalam proses
membersihankan pelat harus memakai alat pengaman khususnya alat penutup sistem
pernapasan.
2. Memasang peralatan/ perlengkapan Las TIG (GTAW)
1. Pilih kabel sekunder yang sesuai dengan arus listrik pengelasan untuk pengelasan
maksimum
2. Kabel negatif (ground) hubungkan dengan meja kerja mengelas atau dengan
pekerjaan yang dilas, maka arus yang digunakan untuk mengelas akan sepenuhnya
berfungsi.
3. Hubungkan kabel negatif (ground lead) dari unit pembangkit tenaga (mesin las) ke
meja las.
4. Hubungkan kabel mulut pembakar (torch) elektroda dengan pembangkit tenaga
(mesin las)
5. Pemasangan conector (penghubung) gas
Jurusan Las dan Fabrikasi Logam
Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

73

Praktik

Adapun pemasangan peralatan las TIG adalah sebagai berikut :

Kran air

3. Memasang silinder gas Argon


1. Bersihkan lubang katup silinder dan bebaskan dari debu sebelum regulator dipasang
2. Masukan ulir regulator ke ulir katup pengeluran gas dari silinder (ulir kanan)
3. Ikuti petunjuk menurut buku pedoman untuk memasang selag gas dengan regulator

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

74

Praktik

4. Memasang saluran air pendingin

Pendinginan dalam proses las TIG digunakan air, air untuk pendinginan ini dialirkan
dari saluran yang dipompakan dari instalasi pipa air atau juga bisa digunakan pompa
air tersendiri dan biasanya pompa air ini sudah merupakan satu unit dengan mesin las
(cooling unit).
5. Pemilihan jenis arus listrik
Jenis Alternating Current (AC) atau Arus searah digunakan untuk pengelasan
aluminum, magnesium, logam paduan Al, Mg, nikel, aluminum bronze.
Jenis Direct Current (DC) atau arus bolak-balik digunakan untuk pengelasan baja, baja
paduan, stainless steels, tembaga, tembaga paduan, nikel, nikel paduan, titanium dan
logam reaktif lainnya.
Pemilihan arus pengalasan harus menghasilkan :
a Cairan las bahan tambah dengan bahan yang dilas berpadu dengan baik.
b. Penetrasi cairan sangat memadai.
Ketepatan dalam pemilihan tingkat arus listrik harus berdasarkan :
a. bahan yang akan dilas.
b. Tebal bahan yang akan dilas.
c. Jenis sambungan.
d. Posisi pengelasan
e. Jenis elektroda yang digunakan.
f. Jenis penjepit (holder) elektroda

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

75

Praktik

6. Prosedur umum pengelasan dengan proses las TIG (GTAW)


a. Lengkapi alat keselamatan kerja dan pelajari prosedur cara penanggulangan apabila
terjadi kecelakaan
b. Periksa kabel ground lead yang dihubungkan dengan meja dan sumber daya
c. Periksa sistem sambungansambungan (conector) saluran yang menghubungkan
terhadap mulut pembakar (torch)
d. Periksa kekakuan dan kekenyalan selang gas argon, kabel listrik dan selang air juga
yang yang sifatnya menghambat kelancaran aliran
e. Periksa switched on sumber daya listrik yang ada pada mesin las.
f. Periksa dan bersihkan katup pengeluaran gas dari silinder argon.
g. Periksa ukuran nozzel gas dan cocokan dengan ukuran mulut pembakar (torch)
h. Periksa jenis dan diameter elektroda tungsten yang akan dipakai juga kondisi ujung
yang akan dipakai sudutnya dipersiapkan dengan tepat.
i. Periksa peralatan yang ada keterkaitannya dengan elektroda yang akan dipergunakan
j. Atur semua alat ukur penujukan pengelasan untuk perubahan dan setel kembali yang
tepat
k. Periksa kecepatan aliran gas argon dan atur dengan tepat. Kecepatan aliran gas harus
selalu diperiksa dan disesuaikan dengan aturan yang telah ditentukan.
l. Periksa aliran air pendingin dan juga periksa salurannya dengan cermat (apabila
menggunakan air sebagai media pendingin mulut pembakar/torch).
n. Gunakan peralatan yang diijinkan dan juga baju pengaman harus diperhatikan.
o. Kondisi badan harus sehat agar supaya dalam proses pengelasan dapat berkonsentrasi
penuh.
p. Memberi peringatan kepada orang yang berada di lingkungan pengelasan supaya
menghindari terkenanya cahaya maupun percikan api pengelasan.
q. Memutar switch off yang ada pada sumber daya (mesin las)., bila sudah selsai
pengelasan
r. Tutup katup silinder argon
s. Putar turn off air pendingin (bila digunakan)
7. Prosedur pengelasan posisi bawah tangan
1. Pembakar (torch) dipegang antara dua jari yaitu ibu jari dengan telunjuk tangan
kanan dan ditahan oleh tangan bagian bawah (spt. gambar di bawah ini)
2. Duduk atau atur posisi tubuh secara nyaman dan rileks agar tangan dapat bergerak
secara leluasa.

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

76

Praktik

3. Gagang mulut pembakar cendrung membawa kearah belakang , oleh karena itu arahkan
titik pengelasan pada bagian yang akan disambung dengan sudut kemiringan elektroda
tungsten antara 750 - 850 sudut ini digunakan mulai proses penyambungan awal sampai
berakhirnya pengelasan
.

Arah pengelasan

750 850

4. Bila nyala busur sudah stabil maka atur sudut pengelasan yang sesuai dengan yang telah
ditentukan. Panjang busur akan mencapai 0,8 mm ( 1/32 in).
5. Untuk gerakan arah maju dengan pengaturan arus/amper tepat dengan tebal pelat yang
dilas, maka bunyi dan bentuk nyala busur yang keluar dari mulut pembakar akan halus
6. Pada gerakan lurus dengan kecepatan pengelasan yang stabil akan membentuk daerah
cairan yang lebih cepat
7. Cairan yang sempurna adalah cairan yang tidak mengandung terak , buih atau oksida
8. Periksalah setiap jalu las yang dibuat agar kualitas las selalu terjaga.

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

77

Praktik

B. KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN LATIHAN LAS ALUMINIUM

Latihan 1
SAMBUNGAN LAS DAN POSISI PENGELASAN
A. Identifikasi Sambungan Las
Ditunjukkan macam-macam sambungan las dari contoh-contoh pekerjaan, peserta
ditugaskan memilih dan menyebutkan jenis-jenis sambungan meliputi :

Sambungan tumpul

Sambungan tumpang

Sambungan sudut ( T dan sudut luar)

B. Gambar Sambungan Las


Dari hasil pengamatan terhadap benda kerja (sampel), peserta ditugaskan membuat
gambar sket gambar macam sambungan las lengkap dengan bagian-bagiannya :

Sambungan tumpul

Sambungan tumpang

Sambungan sudut

C. Identifikasi Posisi Pengelasan

Ditunjukkan kepada peserta gambar dan diagram macam-macam posisi


pengelasan.

Sediakan waktu bagi peserta untuk mendiskusikan hasil pengamatannya

Berikan waktu pada peserta untuk melakukan tanya jawab

Pada akhir diskusi peserta ditugaskan untuk membuat kesimpulan

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

78

Praktik

Latihan 2
PEMILIHAN BAHAN PENGISI, GAS DAN ELEKTRODA LAS TIG
A. Jenis-Jenis Kawat Las
1. Pada peserta ditunjukkan jenis-jenis kawat las untuk las baja karbon, aluminium dan
baja tahan karat.
2. Berikan kesempatan para peserta untuk mengamati dengan cermat
3. Adakan diskusi diantara peserta, serta adakan tanya jawab
4. Tugaskan untuk memilih jenis kawat las untuk pengelasan :

Baja karbon

Baja tahan karat

Aluminium

B Jenis-Jenis Gas Pelindung


1. Peserta ditunjukkan macam-macam gas yang terdiri antara lain :

Argon

CO2

2. Tugaskan peserta untuk mengamati tanda-tanda yang ada pada label dan jenis dan
bentuk ulir masing-masing botol
3. Berikan kesempatan mendiskusikan hasil pengamatannya
4. Tugaskan untuk memilih gas yang sesuai dengan pengelasan yang akan dilakukan
C. Memilih Elektroda
1. Ditunjukkan macam-macam elektroda tunsten
2. Berikan kesempatan untuk mengamati secara seksama, teliti perbedaan kode warnanya
3. Diskusikan dan lakukan tanya jawab
4. Tugaskan untuk memilih elektroda yang sesuai dengan yang dibutuhkan
5. Dari hasil pilihannya minta penjelasannya

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

79

Praktik

Latihan 3
PENGELASAN SAMBUNGAN TUMPUL KAMPUH V PADA
PELAT ALUMINIUM POSISI BAWAH TANGAN (1G)
A.Tujuan
Setelah mempelajari dan berlatih dengan tugas ini, peserta diharapkan mampu membuat
sambungan tumpul kampuh V pada pelat aluminium tebal 6 mm menggunakan peralatan las
TIG.posisi di bawah tangan dengan kriteria :

Rigi-rigi las rata dan halus

Tanpa ada overlap

Undercut maks. 5 %

Distorsi maks. 5

Keropos maks. 4mm2

Kesalahan penembusan maks. 10%

Cacat sambungan maks. 5 %

B. Alat dan Bahan


1. Alat
Seperangkat mesin las TIG (GTAW)
Satu set alat keselamatan dan kesehatan kerja las TIG (GTAW)
Satu set alat bantu las TIG
2. Bahan
Dua buah pelat aluminium tebal 6 mm, ukuran 70 x 200 mm, bevel 30
Satu botol gas argon.
Elektroda Tungsten murni atau zirconium 1,2 mm
Kawat las aluminium 2,6 mm

C. Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Ikuti petunjuk keselamatan dan kesehatan kerja sesuai petunjuk.
Gunakan kacamata filter yang sesuai (shade No 9 s.d 11)
Rapihkan sisi-sisi tajam pelat dengan grinda atau kikir.
Pakailah pakaian kerja yang aman dan sesuai.
Hati-hati dengan benda panas dari pengelasan.
Jurusan Las dan Fabrikasi Logam
Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

80

Praktik

D. Gambar Kerja
1. Persiapan Bahan

las catat

2. Teknik Pengelasan

E. Langkah kerja.
a. Siapkan peralatan las TIG, gas argon dan bahan (pelat aluminium tebal 6mm)
b. Potong sisi pelat menurut kemiringan sesuai gambar persiapan sambungan
c. Potong pelat yang dipotong miring tadi menurut ukuran (gambar benda kerja)
d. Ambilah pelat benda kerja 2 buah
e. Bersihkan dan ratakan bagian yang dipotong miring dengan gerinda tangan atau
dikikir halus sambil periksa sudut kemiringannya dengan mal sudut.
f. Periksa keadaan mesin las TIG antara lain:

Penyetelan besar arus

Penyetelan pengkutuban (AC)

Kebocoran pada saluran gas

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

81

Praktik

Penyetelan kecepatan aliran gas

Sistim pendinginan

g. Lakukan las catat pada tiga tempat


h. Lakukan pengelasan jalur akar (root run) dengan penembusan yang sempurna
i. Bersihkan jalur akar dengan sikat baja dan/ atau grinda potong (cutting disk)
sampai bersih benar
j. Lakukan jalur las pengisian (deposit run) menurut urutan yang benar
k. Setiap selesai pengelasan satu jalur selalu dibersihkan dengan sikat baja dan/ atau
grinda potong (cutting disk).
l. Setelah selesai jalur penutup (reinforcement run/ capping), bersihkan dan
tunjukkan pada instruktur, mintalah komentarnya
m. Kembalikan peralatan yang telah dipakai ketempatnya, rapihkan dan bersihkan
tempat kerja

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

82

Praktik

F. Pengamatan Proses
Nama Pekerjaan

Nama Peserta

No. I.D. Peserta

Lama Pengerjaan

: Mulai tanggal .. pukul


Selesai tanggal .. pukul .

NO

1.

ASPEK YANG DIAMATI

Keselamatan dan kesehatan


kerja

KRITERIA

CEKLIS
Benar Salah

KET.

- Menggunakan kaca
mata pengaman yang
sesuai.
- Memakai pakaian kerja
- Memakai sepatu kerja
- Mesin las TIG diset
sesuai SOP

2.

Peralatan kerja

- Menggunakan alat
bantu yang sesuai

3.

Aliran gas (L / menit)

12 liter/menit

4.

Ukuran elektroda tungsten

1,2 mm

5.

Posisi pelat

Di bawah tangan (1G)

6.

Pekerjaan akhir (finishing)

Didinginkan dan
dibersihkan

7.

Keadaan tempat kerja

Rapih seperti semula

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

83

Praktik

G. Lembar Penilaian Hasil


Nama Pekerjaan

Nama Peserta

No. I.D. Peserta

Lama Pengerjaan

: Mulai tanggal .. pukul


Selesai tanggal .. pukul .

NO

ASPEK YANG DIUKUR

KRITERIA PENILAIAN

1.

Reinforcement

2mm, tol. 1mm

2.

Lebar jalur las

2mm dari pinggir kampuh

TL

REKOM.

(12mm, tol 2mm)


3.

Rigi las

4.

Overlap

5.

Undercut

6.

Penetrasi

7.

Keropos

8.

Cacat sambungan

9.

Distorsi

Min. 80 % halus dan rata


Tidak ada
Maks. 5% x panjang las
Min. 90% x panjang las
Maks. 4mm2
Maks. 5 %
Maksimum 5
,

..200.
Penilai,

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

84

Praktik

Latihan 4
PENGELASAN SAMBUNGAN PIPA-FLENS POSISI 2F PADA
BAHAN ALUMINIUM
A.Tujuan
Setelah mempelajari dan berlatih dengan tugas ini, peserta diharapkan mampu membuat
sambungan pipa-flens pada bahan aluminium tebal 6 mm menggunakan peralatan las TIG,
posisi horizontal-vertikal (2F) dengan kriteria :

Kaki las 6mm

Rigi-rigi las rata dan halus

Konstruksi rapat

Tanpa ada overlap

Undercut maks. 5 %

Keropos maks. 4mm2

Distorsi maks. 5

Cacat sambungan maks. 5 %

B. Alat dan Bahan


1. Alat
Seperangkat mesin las TIG (GTAW)
Satu set alat keselamatan dan kesehatan kerja las TIG (GTAW)
Satu set alat bantu las TIG
2. Bahan

Pipa aluminium tebal 6 mm ukuran 75 mm x 75 mm (1 buah)

Pelat aluminium ukuran 120 x 120 mm, tebal 6 mm

Satu botol gas argon.

Elektroda Tungsten murni atau zirconium 1,2 mm

Kawat las aluminium 2,6 mm

C. Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Ikuti petunjuk keselamatan dan kesehatan kerja sesuai petunjuk.
Gunakan kacamata filter yang sesuai (shade No 9 s.d 11)
Rapihkan sisi-sisi tajam pelat dengan grinda atau kikir.
Pakailah pakaian kerja yang aman dan sesuai.
Hati-hati dengan benda panas dari pengelasan.
Jurusan Las dan Fabrikasi Logam
Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

85

Praktik

D. Gambar Kerja
1. Persiapan Sambungan

las catat

2. Pengelasan Sambungan

E. Langkah Kerja.
a. Siapkan peralatan las TIG, gas argon dan bahan (pelat dan pipa aluminium tebal 6mm).
b. Bersihkan bagian pinggir pipa yang yang akan disambung dengan kikir atau gerinda
tangan.
c. Periksa keadaan mesin las TIG antara lain :

Penyetelan besar arus

Penyetelan pengkutuban (AC)

Kebocoran pada saluran gas

Penyetelan kecepatan aliran gas


d. Lakukan las catat pada tiga atau empat tempat
e. Lakukan pengelasan jalur menurut urutan yang benar
f. Bersihkan hasil pengelasan dengan sikat baja
g. Perksakan hasil pengelasannya pada instruktur, mintalah komentarnya
h. Bersihkan tempat kerja dan kembalikan peralatan yang telah dipakai pada tempat
semula
Jurusan Las dan Fabrikasi Logam
Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

86

Praktik

F. Pengamatan Proses
Nama Pekerjaan

Nama Peserta

No. I.D. Peserta

Lama Pengerjaan

: Mulai tanggal .. pukul


Selesai tanggal .. pukul .

NO

1.

ASPEK YANG DIAMATI

Keselamatan dan kesehatan


kerja

KRITERIA

CEKLIS
Benar Salah

KET.

- Menggunakan kaca
mata pengaman yang
sesuai.
- Memakai pakaian kerja
- Memakai sepatu kerja
- Mesin las TIG diset
sesuai SOP

2.

Peralatan kerja

- Menggunakan alat
bantu yang sesuai

3.

Aliran gas (L / menit)

10 liter/menit

4.

Ukuran elektroda tungsten

1,2 mm

5.

Posisi

Pipa-flens 2F

6.

Pekerjaan akhir (finishing)

Didinginkan dan
dibersihkan

7.

Keadaan tempat kerja

Rapih seperti semula

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

87

Praktik

G. Lembar Penilaian Hasil


Nama Pekerjaan

Nama Peserta

No. I.D. Peserta

Lama Pengerjaan

: Mulai tanggal .. pukul


Selesai tanggal .. pukul .

NO

ASPEK YANG DIUKUR

KRITERIA PENILAIAN

1.

Kaki las

6mm, tol. 1mm

2.

Rigi las

Min. 80 % halus dan rata

3.

Overlap

Tidak ada

4.

Undercut

Maks. 5% x panjang las

5.

Konstruksi

90% rapat dan tidak ada celah

TL

REKOM.

lebih dari 0,5mm


6.

Keropos

Maks. 4mm2

7.

Cacat sambungan

Maks. 5 %

Distorsi

Maksimum 5
,

..200.
Penilai,

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

88

Praktik

Latihan 5
KERUSAKAN LAS
A. Pengamatan Kerusakan Las
Ditunjukkan pada peserta macam-macam hasil pengelasan yang memperlihatkan
kerusakan-kerusakan las, antara lain :

undercut

overlap

Keropos

Retak

Peserta ditugaskan untuk mendiskusikan dan mengamati kerusakan las tersebut.


Peserta diberi kesempatan untuk melakukan tanya jawab.
Dari hasil diskusi peserta membuat laporan tentang hasil pengamatannya.
B. Penyebab Kerusakan Las
Untuk mengidentifikasi kasus-kasus penyebab kerusakan las, peserta melakukan kegiatan
sebagai berikut. :

Undercut
Peserta melakukan pengelasan, dengan perubahan penyetelan, sebagai berikut
kemudian amati hasil lasnya :
- Amper dinaikan
- Jarak busur las dibesarkan
- Posisi elektroda dibuat tidak seperti yang ditunjukkan pada gambar

Overlap
Peserta melakukan pengelasan dengan melakukan perubahan-perubahan antara lain :
- Amper dinaikan
- Kecepatan las diturunkan
- Jarak busur las (arc length) dinaikan
- Posisi elektroda tidak pada posisi yang benar
Kemudian, peserta ditugaskan mengamati hasil pengelasan diatas
Diskusikan dalam kelompok sehinga terjadi interaksi diantara peserta
Berikan kesempatan untuk bertanya melalui hasil pengamatannya

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

89

Praktik

Buat laporan hasil pengamatannya

Keropos
Peserta melakukan pengelasan tanpa membersihkan pekerjaan dan keadaan
disekelilingnya (di ruang terbuka).
Amati dan diskusikan hasil pengelasannya, kemudian buat rangkuman hasil diskusi
tersebut
Buat laporan dan kesimpulannya

C.Teknik-Teknik Pengontrolan Distorsi


1. Siapkan peralatan bantu untuk mengontrol adanya distorsi pada pengelasan antara lain
:
- Klem
- Pelat penahan (backing plate)
2. Lakukan las catat pada kedua ujung sambungan tanpa menggunakan klem dan/ atau
backing plate dengan menggunakan klem.
3. Amati dampak distorsi dari kedua hasil las.
4. Diskusikan hasil pengamatan dalam kelompok serta buat kesimpulan.
D. ProsedurPerbaikan Kesalahan Las
1. Ditujukkan kepada peserta melalui transfaransi macam-macam kerusakan hasil las
2. Peserta mendiskusikan pengamatannya dan diberi kesempatan untuk tanya jawab
3. Adakan presentasi yang menerangkan tentang prosedur perbaikan kerusakan las
antara lain kerusakan karena :
- undercut
- overlap
- keropos
- kurang pencairan
- tercemar tungsten

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

90

Review

REVIEW
A. Berilah tanda X (silang) pada jawaban yang paling tepat dan benar !
1. Unsur yang terdapat pada kawat las yang berfungsi sebagai oksidan adalah .
a. Karbon
b. Silikon
c. Krum
d. Pospor
2. Jenis kawat las untuk mengelas baja karbon dengan GTAW adalah .
a. Kawat las mangan austenit
b. Kawat las dioksid pospor
c. Kawat las karbid besi
d. Kawat las dioksid ganda
3. Unsur dioksidan ditambahkan pada kawat las baja lunak (semi killed) adalah berfungsi
untuk mencegah :
a. keropos pada akhir pengelasan
b. kerusakan pada daerah pengaruh panas
c. kurang pencairan pada bagian celah akar
d. kehilangan sifat magnetis pada logam las
4. Unsur-unsur paduan pada kawat las untuk mengelas baja paduan rendah adalah .
a. Besi dan magnesium
b. Chrom dan molibdum
c. Timbel dan timah
d. Nikel dan perak

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

91

Review

5. Sebagai gas pelindung pada GTAW untuk mengelas baja karbon rendah yaitu campuran
antara :
a. Helium dan hidrogen
b. Argon dan hidrogen
c. Argon dan hellium
d. Helium dan CO2
6. Pengelasan dengan campuran gas argon dan helium banyak dipakai karena dapat:
a. meningkatkan kecepatan pengelasan
b. mencegah panas lebih
c. menghemat pemakaian gas
d. menghasilkan busur las yang lebih panas
7. Jenis elektroda tungsten yang dipakai untuk mengelas baja karbon dan baja paduan karbon
rendah dengan GTAW adalah .
a. elektroda tungsten thoriated
b. elektroda tungsten zirconium
c. elektroda tungsten carbide
d. elektroda tungsten copper
8. Jika mengelas pelat atau pipa tipis dengan arus rendah bentuk ujung elektroda haruslah :
a. cembung
b. rata
c. tajam
d. bulat
9. Pertimbangan utama dalam menentukan besar aliran gas mengelas baja karbon dan baja
karbon paduan rendah adalah .
a. harga pekerjaan
b. komposisi yang dikandung pada kawat las

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

92

Review

c. pengkutuban
d. ketebalan bahan yang dilas bentuk sambungan/ kampuh

B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut secara tepat dan benar !


10. Termasuk jenis gas apakah argon dan helium ?
.
.
11. Mengapa selalu diperlukan membersihkan permukaan benda kerja sebelum dilas ?
.
.
12. Sebutkan tiga macam pembersihan awal
.
.
.
13. Sebutkan dua macam elektroda tungsten paduan untuk mengelas baja karbon rendah dan
baja paduan karbon rendah

14. Jelaskan tentang penggunaan pengkutuban untuk mengelas baja karbon dan baja paduan
karbon rendah !
.
.
.

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

93

Review

15. Buat gambar seket bentuk bentuk ujung elektroda tungsten untuk mengelas pipa baja
tebal dan pelat baja karbon yang tipis !
a.
b.

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

94

Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA
Departement of Education and Training. 1998. Gas Tungsten Arc Welding 2. Southern Sydney
Institute NSW : Manufacturing and Engineering Education Services Division.
Departement of Education and Training. 1998. Gas Tungsten Arc Welding 3. Southern Sydney
Institute NSW : Manufacturing and Engineering Education Services Division.
Edgin, A., Charles. 1982. General Welding : John Wiley & Sons.
The Lincoln Electric Company. 1973. The Procedure Handbook of Arc Welding : The Lincoln
Electric Company.

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

95

Lembar Penilaian

LEMBAR PENILAIAN
Modul :Las Aluminium dengan Proses GTAW
Nama Perserta Pelatihan

Nama Penilai

: ....

Peserta yang Dinilai

Kompetensi yang Dicapai

Kompeten

Umpan balik untuk Peserta:

Tanda tangan
Peserta sudah diberitahu tentang hasil

Tanda tangan Penilai:

penilaian dan alasan-alasan mengambil


keputusan
Tanggal :
Saya sudah diberitahu tentang hasil

Tanda tangan Peserta Pelatihan:

penilaian dan alasan mengambil


keputusan tersebut.
Tanggal :

Jurusan Las dan Fabrikasi Logam


Technical Education Development Centre (TEDC) Bandung
332171024.doc

96

You might also like