You are on page 1of 18

MODUL

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN MUSKULOSKELETAL DENGAN
OSTEOPOROSIS

Disusun oleh :
Gita Paradisma (P27820714002)

PRODI DIV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2015/2016

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur penyusun haturkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya.
Sehingga penyusun dapat menyelesaikan pembuatan modul Keperawatan Medikal Bedah
Asuhan Keperawatan Gangguan Muskuloskeletal dengan Osteoporosis Penyusun sangat
menyadari, bahwa dalam modul ini masih banyak kekurangan maupun kesalahan. Untuk itu
kepada para pembaca harap memaklumi adanya mengingat keberadaan penyusunlah yang masih
banyak kekurangannya. Dalam kesempatan ini pula penyusun mengharapkan kesediaan pembaca
untuk memberikan saran yang bersifat perbaikan, yang dapat menyempurnakan isi modul ini dan
dapat bermanfaat di masa yang akan datang.
Tidak lupa penyusun mengucapkan terimakasih kepada pihak yang membantu dalam
penyusunan modul ini.
Akhir kata semoga modul ini dapat membawa wawasan khususnya bagi penyusun dan
umumnya bagi para pembaca.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Surabaya, 07 Mei 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
1.
2.
3.
4.

Tujuan Pembelajaran Umum


Tujuan Pembelajaran Khusus
Pokok Materi Pembelajaran
Uraian Materi
1. Pengertian osteoporosis
2. Epidimiologi
3. Patofisiologi
4. Etiologi
5. Klasifikasi
6. Manifestasi Klinis
7. Faktor factor yang mempengaruhi
8. Pemeriksaan diagnostic
9. Penatalaksanaan medis
10. Pencegahan, komplikasi, dan prognosis
11. Asuhan keperawatan teori osteoporosis

5. Referensi
6. Soal

1. Tujuan Pembelajaran Umum

Mahasiswa DIV Keperawatan setelah melalui mata ajar ini, diharapkan mampu memahami
asuhan keperawatan gangguan musculoskeletal dengan osteoporosis pada pembelajaran
keperawatan medikal bedah ini.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
a. Untuk mengetahui dan memahami pengertian Dislokasi
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Untuk mengetahui dan memahami Epidimiologi


Untuk mengetahui dan memahami Patofisiologi
Untuk mengetahui dan memahami Etiologi
Untuk mengetahui dan memahami Klasifikasi
Untuk mengetahui dan memahami Manifestasi Klinis
Untuk mengetahui dan memahami Faktor factor yang mempengaruhi
Untuk mengetahui dan memahami Pemeriksaan diagnostik
Untuk mengetahui dan memahami Penatalaksanaan medis
Untuk mengetahui dan memahami Pencegahan, komplikasi, dan prognosis

k. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan teori osteoporosis


3. Pokok materi pembelajaran
a. Pengertian osteoporosis
b. Epidimiologi
c. Patofisiologi
d. Etiologi
e. Klasifikasi
f. Manifestasi Klinis
g. Faktor factor yang mempengaruhi
h. Pemeriksaan diagnostic
i. Penatalaksanaan medis
j. Pencegahan, komplikasi, dan prognosis
k. Asuhan keperawatan teori osteoporosis
4. Uraian Materi

OSTEOPOROSIS
A.

Defenisi

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porousberarti
berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit
yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan
mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan
kerapuhan tulang (Tandra, 2009).
Menurut WHO pada International Consensus Development Conference, di Roma, Itali,
1992 Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah,
disertai perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang pada
akhirnya menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan tulang dengan resiko terjadinya patah
tulang (Suryati, 2006).
Menurut National Institute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah kelainan kerangka,
ditandai dengan kekuatan tulang mengkhawatirkan dan dipengaruhi oleh meningkatnya risiko
patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas
tulang dan kualitas tulang (Junaidi, 2007).
Osteoporosis adalah penyakit tulamg sisitemik yang ditandai oleh penurunan
mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Pada tahun
2001, National Institute of Health (NIH) mengajukan definisi baru osteoporosis sebagai
penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh compromised bone strength sehingga tulang mudah
patah (Sudoyo, 2009).
B.

Epidemiologi
Insiden osteoporosis lebih tinggi pada wanita dibandingkan laki-laki dan merupakan problem
pada wanita pascamenopause. Osteoporosis di klinik menjadi penting karena problem fraktur
tulang, baik fraktur yang disertai trauma yang jelas maupun fraktur yang terjadi tanpa disertai
trauma yang jelas.
Diperkirakan lebih 200 juta orang diseluruh dunia terkena osteoporosis , sepertiganya terjadi
pada usia 60-70 th, 2/3nya terjadi pada usia lebih 80 th. Diperkirakan 30% dari wanita di atas
usia 50 th mendapat 1 atau lebih patah tulang vertabra. Diperkirakan 1 dari 5 pria di atas 50 th
mendapat patah tulang akibat osteoporosis dalam hidupnya. Angka kematian 5 tahun pertama
meningkat sekitar 20 % pada patah tulang nertebra maupun panggul.

Di Amerika pada tahun 1995 pata tulang aibat osteoporosis menduduki peringkat 1 dibanding
penyakit lain, jumlah 1,5 juta pertahun dengan patah tulang vertebra terbanyak (750
ribu),hip(250 ribu), wrist(250 ribu), fraktur lain ( 250 ribu),dengan anggaran meningkat sebesar
13,8 miliar dollarpertahun(kebanyakan biaya untuk patah tulang hip sebesar 8,7 miliar dollar.
Bahkan diperkirakan insiden patah tulang hip meningkat bermakna 240% pada wanita dan 320%
pada pria. Perkiraan pada tahun 2050 menjadi 6,3 juta terbanyak di asia.
C.

Patofisiologi
Kartilago hialin adalah jaringan elastis yang 95% terdiri dari air dan matrik ekstra selular, 5
% sel konrosit. Fungsinya sebagai penyangga juga pelumas sehingga tidak menimbulkan nyeri
pada saat pergerakan sendi.
Apabila kerusakan jaringan rawan sendi lebih cepat dari kemampuannya untuk
memperbaiki diri, maka terjadi penipisan dan kehilangan pelumas sehingga kedua tulang akan
bersentuhan. Inilah yang menyebabkan rasa nyeri pada sendi lutut. Setelah terjadi kerusakan
tulang rawan, sendi dan tulang ikut berubah.

D.

Etiologi
Beberapa penyebab osteoporosis dalam (Junaidi, 2007), yaitu:

1. Osteoporosis pascamenopause terjadi karena kurngnya hormon estrogen (hormon utama pada
wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium kedalam tulang. Biasanya gejala
timbul pada perempuan yang berusia antara 51-75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau
lebih lambat. Hormon estrogen produksinya menurun 2-3 tahun sebelum menopause dan
terus berlangsung 3-4 tahun setelah meopause. Hal ini berakibat menurunnya massa tulang
sebanyak 1-3% dalam waktu 5-7 tahun pertama setelah menopause.
2.

Osteoporosis senilis kemungkinan


berhubungan

dengan

usia

dan

merupakan
ketidak

akibat

dari

seimbangan

kekurangan

antara

kalsium

kecepatan

yang

hancurnya

tulang (osteoklas) dan pembentukan tulang baru(osteoblast). Senilis berati bahwa keadaan ini
hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang-orang berusia diatas 70
tahun dan 2 kali lebih sering wanita. Wanita sering kali menderita osteoporosis senilis dan
pasca menopause.

3. Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder yang disebakan
oleh keadaan medis lain atau obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis
dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal) serta obat-obatan (mislnya
kortikosteroid, barbiturat, anti kejang, dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol
yang berlebihan dapat memperburuk keadaan ini.
4. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui.
Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang
normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya
tulang
E.

Klasifikasi
Osteoporosis dibagi 2 kelompok, yaitu :

1)

Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang menyebabkan peningkatan
proses resorpsi di tulang trabekula sehingga meningkatkan resiko fraktur vertebra dan Colles.
Pada usia decade awal pasca menopause, wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan
perbandingan 68:1 pada usia rata-rata 53-57 tahun.

2)

Osteoporosis Sekunder
Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain diluar tulang

F.

Manifestasi Klinis
Osteoporosis dimanifestasikan dengan :

1. Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata.


2. Nyeri timbul mendadak.
3. Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang.
4. Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur.
5. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah jika melakukan aktivitas.
6. Deformitas vertebra thorakalis (Penurunan tinggi badan)
G. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut
1. Determinan Massa Tulang

a. Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang
mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada
umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari pacia bangsa Kaukasia. Jacii
seseorang yang mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap
fraktur karena osteoporosis.
b. Faktor mekanis
Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetk. Bertambahnya
beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya
massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap kerja mekanik Beban mekanik
yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang yang besar. Sebagai
contoh adalah pemain tenis atau pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot
maupun tulangnya terutama pada lengan atau tungkainya, sebaliknya atrofi baik pada otot
maupun tulangnya akan dijumpai pada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam waktu
yang lama, poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum
diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa lama untuk
meningkatkan massa tulang di sampihg faktor genetik.
c. Faktor makanan dan hormone
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan mineral),
pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang
bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih (misainya kalsium) di atas kebutuhan
maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang
melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan kemampuan
genetiknya.
2. Determinan penurunan Massa Tulang
a. Faktor genetik
Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada
seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat
dipakai sebagai ukuran tulang normal. Setiap individu mempunyai ketentuan normal sesuai
dengan sitat genetiknya serta beban mekanis den besar badannya. Apabila individu dengan
tulang yang besar, kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan

dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih mempunyai tulang lebih banyak dari
pada individu yang mempunyai tulang kecil pada usia yang sama.
b. Faktor mekanis
Faktor mekanis mungkin merupakan yang terpenting dalarn proses penurunan massa tulang
schubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi
panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis
akan menurun dengan bertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan fungsi beban
mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.
c. Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa tulang
sehubungan dengan bertambahnya usia, terutama pada wanita post menopause. Kalsium,
merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause, dengan
masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak bak, akan mengakibatkan keseimbangan
kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya
juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari keadaan ini jelas, bahwa pada
wanita masa menopause ada hubungan yang erat antara masukan kalsium dengan keseimbangan
kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita dalam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan
terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta eksresi melalui urin yang bertambah.
Hasil akhir kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause adalah pergeseran
keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium sehari.
d. Protein
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa tulang.
Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandung sulfat
melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium. Pada umumnya protein tidak dimakan
secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut mengandung fosfor,
maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut
akan mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung
protein berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium
yang negative.
e. Estrogen

Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan


keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium
dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.
f. Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan
massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh
merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat
memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.
g. Alkohol
Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu dengan
alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat
urin yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti.
H.

Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan radiologik
Dilakukan untuk menilai densitas massa tulang sangat tidak sensitif. Gambaran radiologik yang
khas pada osteoporosis adalah penipisan korteks dan daerah trabekuler yang lebih lusen.Hal ini
akan tampak pada tulang-tulang vertebra yang memberikan gambaran picture-frame vertebra.
b. Pemeriksaan densitas massa tulang (Densitometri)
Densitometri tulang merupakan pemeriksaan yang akurat dan untuk menilai densitas massa
tulang, seseorang dikatakan menderita osteoporosis apabila nilai BMD ( Bone Mineral Density )
berada dibawah -2,5 dan dikatakan mengalami osteopenia (mulai menurunnya kepadatan tulang)
bila nilai BMD berada antara -2,5 dan -1 dan normal apabila nilai BMD berada diatas nilai -1.
Beberapa metode yang digunakan untuk menilai densitas massa tulang:
1. Single-Photon Absortiometry (SPA)
Pada SPA digunakan unsur radioisotop I yang mempunyai energi photon rendah guna
menghasilkan berkas radiasi kolimasi tinggi. SPA digunakan hanya untuk bagian tulang yang
mempunyai jaringan lunak yang tidak tebalseperti distal radius dan kalkaneus.
2. Dual-Photon Absorptiometry (DPA)
Metode ini mempunyai cara yang sama dengan SPA. Perbedaannya berupa sumber energi yang
mempunyai photon dengan 2 tingkat energi yang berbeda guna mengatasi tulang dan jaringan

lunak yang cukup tebal sehingga dapat dipakai untuk evaluasi bagian-bagian tubuh dan tulang
yang mempunyai struktur geometri komplek seperti pada daerah leher femur dan vetrebrata.
3. Quantitative Computer Tomography (QCT)
Merupakan densitometri yang paling ideal karena mengukur densitas tulang secara volimetrik.
c. Sonodensitometri
Sebuah metode yang digunakan untuk menilai densitas perifer dengan menggunakan gelombang
suara dan tanpa adanya resiko radiasi.
d. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dalam menilai densitas tulang trabekula melalui dua langkah yaitu pertama T2 sumsum
tulang dapat digunakan untuk menilai densitas serta kualitas jaringan tulang trabekula dan yang
kedua untuk menilai arsitektur trabekula.
e. Biopsi tulang dan Histomorfometri
f. Merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk memeriksa kelainan metabolisme tulang.
g. Radiologis
Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang menurun yang dapat dilihat
pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya merupakan lokasi yang paling
berat. Penipisa korteks dan hilangnya trabekula transfersal merupakan kelainan yang sering
ditemukan. Lemahnya korpus vertebra menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari
nukleus pulposus ke dalam ruang intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf.
h. CT-Scan
CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai penting dalam
diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110 mg/cm 3baisanya tidak menimbulkan
fraktur vetebra atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cm3 ada pada
hampir semua klien yang mengalami fraktur.
i. Pemeriksaan Laboratorium
1. Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata.
2.

Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi ekstrogen
merangsang pembentukkan Ct)

3. Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurun.


4. Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat kadarnya.

I.

Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


Pengobatan

1. Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat meningkatkan pembentukan tulan


adalah Na-fluorida dan steroid anabolik
2. Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat mengahambat resorbsi tulang adalah
kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat.
Penatalaksanaan keperawatan
1. Membantu klien mengatasi nyeri.
2. Membantu klien dalam mobilitas.
3. Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita kepada klien.
4. Memfasilitasikan klien dalam beraktivitas agar tidak terjadi cedera.
J.

Pencegahan
Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda, hal ini bertujuan:

1. Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi) yang optimal


2. Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar seperti:
a. Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)
b. Latihan teratur setiap hari
c. Hindari :
1. Makanan tinggi protein
2. Minum alkohol
3. Merokok
4. Minum kopi
5. Minum antasida yang mengandung aluminium
K. Komplikasi
Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan mudah patah.
Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi vertebra torakalis dan

lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter, dan frakturcolles pada
pergelangan tangan
L.

Prognosis
Kondisi kronis merupakan salah satu penyebab utama kecacatan pada pria dan wanita. Kompresi
fraktur pada tulang belakang menyebabkan rasa tidak nyaman dan mengganggu pernafasan.

II.

Asuhan Keperawatan Teori


1. Pengkajian
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a. Kaji pengetahuan pasien tentang penyakit
b. Kebiasaan minum alkohol, kafein
c. Riwayat keluarga dengan osteoporosis
d. Riwayat anoreksia nervosa, bulimia
e. Penggunaan steroid
2) Pola nutrisi metabolic
Inadekuat intake kalsium
3) Pola aktivitas dan latihan
a. Fraktur
b. Badan bungkuk
c. Jarang berolah raga
4) Pola tidur dan istirahat
Tidur terganggu karena nyeri
5) Pola persepsi kognitif
Nyeri punggung
6) Pola reproduksi seksualitas
Menopause
7) Pola mekanisme koping terhadap stress
Stres, cemas karena penyakitnya
2. Diagnosa Keperawatan

1) Risti injury: fraktur b.d kecelakaan ringan/jatuh


2) Nyeri b.d adanya fraktur
3) Konstipasi b.d imobilitas
4) Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi
3. Perencanaan
1) Risti injury: fraktur b.d kecelakaan ringan/jatuh
HYD: klien tidak mengalami jatuh atau fraktur akibat jatuh
Intervensi:
Ciptakan lingkungan yang aman dan bebas bahaya bagi klien.
R/. lingkungan yang bebas bahaya mengurangi risiko untuk jatuh dan mengakibatkan fraktur
Beri support untuk kebutuhan ambulansi; mengunakan alat bantu jalan atau tongkat.
R/. Memberi support ketika berjalan mencegah tidak jatuh pada lansia
Bantu klien penuhi ADL (activities daily living) dan cegah klien dari pukulan yang tidak sengaja
atau kebetulan.
R/. Benturan yang keras menyebabkan fraktur tulang, karena tulang sudah rapuh, porus dan
kehilangan kalsium.
Anjurkan klien untuk belok dan menunduk/bongkok secara perlahan dan tidak mengangkat
beban yang berat.
R/. Gerakan tubuh yang cepat dapat mempermudah fraktur compression vertebral pada klien
dengan osteoporosis
Ajarkan klien tentang pentingnya diet (tinggi kalsium, vitamin D) dalam mencegah osteoporosis
lebih lanjut.
R/ Diet kalsium memelihara tingkat kalsium dalam serum, mencegah kehilangan kalsium ekstra
dalam tulang.
Anjurkan klien untuk menguragi kafein dan alkohol.
R/.

kafein

berlebihan

meningkat pengeluaran

kalsium

berlebihan

alkohol berlebihan meningkatkan asidosis, meningkatkan reabsorpsi tulang.


Ajarkan klien akan efek dari rokok dalam remodeling tulang.
R/. rokok meningkatkan asidosis
2) Nyeri b.d adanya fraktur

dalam

urine;

HYD: Klien mampu melakukan tindakan mandiri untuk mengurangi nyeri, dan nyeri berkurang
sampai hilang.
Intervensi:
1) Kaji lokasi nyeri, tingkat nyeri, durasi, frekuensi dan intensitas nyeri.
R/. menentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk klien
2) Anjurkan klien istirahat ditempat tidur dan anjurkan klien untuk mengambil psosisi terlentang
atau miring yang nyaman bagi kalien
R/. Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di tempat tidur dengan posisi
telentang atau miring ke samping selama beberapa hari.
3) Beri kasur padat dan tidak lentur.
R/. Memberikan rasa nyaman bagi klien
4) Ajarkan klien tehknik relaksasi dengan melakukan fleksi lutut.
R/. Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot.
5) Berikan kompres hangat intermiten dan pijatan punggung.
R/. kompres hangan dan pijat pada punggung memperbaiki relaksasi otot.
6) Ajarkan dan anjurkan klien untuk menggerakkan batang tubuh sebagai satu unit dan hindari
gerakan memuntir.
R/. Gerakan tubuh memuntir dapat meningkatkan risiko cedera.
7) Bantu klien untuk turun dari tempat tidur.
8) Pasang korset lumbosakral untuk menyokong dan imobilisasi sementara, meskipun alat serupa
kadang terasa tidak nyaman dan kurang bisa ditoleransi oleh kebanyakan lansia.
9) Bila pasien sudah dapat menghabiskan lebih banyak waktunya di luar tempat tidur perlu
dianjurkan untuk sering istirahat baring untuk mengurangi rasa tak nyaman dan mengurangi stres
akibat postur abnormal pada otot yang melemah.
10)

Opioid oral mungkin diperlukan untuk hari-hari pertama setelah awitan nyeri

punggung. Setelah beberapa hari, analgetika non opoid dapat mengurangi nyeri.
3) Konstipasi b.d imobilitas atau ileus obstruksi
HYD: Klien tidak mengalami konstipasi, klien dapat bab 2-3 kali dalam seminggu, konsistensi
feces lunak, dan tidak ada kolaps pada T10-L2
Intervensi:
1) Kaji pola elimeinasi bab klien

R/. menentukan intervensi bila ada gangguan pada eliminasi bab


2) b.

Berikan diet tinggi serat.

R/. Tinggi serat membantu proses pengosongan usus dan meminimalkan kostipasi
3) Anjurkan klien minum 1,5-2 liter/hari bila tidak ada kontraindikasi.
R/. Pemenuhan cairan yang adekuat dapat membantu atau meminimalkan konstipasi.
4) Pantau asupan pasien, bising usus dan aktivitas usus karena bila terjadi kolaps vertebra pada
T10-L2, maka pasien dapat mengalami ileus.
5) Kolaborasi untuk pemberian pelunak tinja dan berikan pelunak tinja sesuai ketentuan
R/. Membantu meminimalkan konstipasi
4) Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi
HYD: meningkatkan pengetahuan klien tentang osteoporosis, cara pencegahan dan program
tindakan
Intervensi:
1) Kaji tingkat pengetahuan klien tentang osteoporosis.
Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya oeteoporosis.
2) Anjurkan diet atau suplemen kalsium yang memadai.
3) Timbang Berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup seperti Pengurangan kafein,
rokok dan alkohol.
R/. Hal ini dapat membantu mempertahankan massa tulang.
4) Anjurkan dan ajarka cara latihan aktivitas fisik sesuai kemampuan klien.
R/. Latihan aktivitas merupakan kunci utama untuk menumbuhkan tulang dengan kepadatan
tinggi yang tahan terhadap terjadinya oestoeporosis.
5) Anjurkan pada lansia untuk tetap membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar matahari. R/.
Kebutuhan

kalsium,

vitamin

D,

terpapar

sinar

matahari

pagi

yang

memadai

dapat meminimalkan efek oesteoporosis.


6) Berikan Pendidikan pasien mengenai efek samping penggunaan obat. Karena nyeri lambung dan
distensi abdomen merupakan efek samping yang sering terjadi pada suplemen kalsium, maka
pasien sebaiknya meminum suplemen kalsium bersama makanan untuk mengurangi terjadinya
efek samping tersebut. Selain itu, asupan cairan yang memadai dapat menurunkan risiko
pembentukan batu ginjal.

DAFTAR PUSTAKA

Junaidi, I, 2007. Osteoporosis - Seri Kesehatan Populer. Cetakan Kedua, Penerbit PT Bhuana Ilmu
Populer.
Lippincott dkk. 2011. Nursing Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta : PT Indeks.
Lukman & Nurna Ningsih.2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Muskolokeletal. Jakarta : Salemba Medika.
Sudoyo, Aru dkk. 2009. Buku Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3 Edisi 5. Jakarta : Internal Publishing.
Suryati, A, Nuraini, S. 2006. Faktor Spesifik Penyebab Penyakit Osteoporosis Pada Sekelompok
Osteoporosis Di RSIJ, 2005. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol.2, No.2, Juli 2006:107-126
Tandra, H. 2009. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Osteoporosis Mengenal,
Mengatasi dan Mencegah Tulang Keropos. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

SOAL
1. Pengertian Ossteoporosis penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya
rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas
jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang. Teori tersebut menurut....
a. Tandra, 2009
b. Wendra, 2010
c. WHO
d. NIH
2. Penyebab Osteoporosis senilis adalah...
a. Kemungkinan merupakan akibat dari ketidakseimbangan kalsium yang berhubungan
dengan usia dan ketidak seimbangan antara kecepatan hancurnya tulang (osteoklas) dan
pembentukan tulang baru(osteoblast).
b. Kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan
dengan

usia

dan

ketidak

seimbangan

antara

kecepatan

hancurnya

tulang (osteoklas) dan pembentukan tulang baru(osteoblast).


c. jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak
dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin
yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang

d. jenis osteoporosis yang penyebabnya diketahui. Hal ini terjadi pada lansia dan dewasa
muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang
normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang
3. Diagnosa keperawatan pada pasien osteoporosis yaitu...
1) Risti injury: fraktur b.d kecelakaan ringan/jatuh
2) Nyeri b.d adanya fraktur
3) Konstipasi b.d imobilitas
4) Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi
4. Tindakan Membantu klien mengatasi nyeri, Membantu klien dalam mobilitas, Memberikan
informasi tentang penyakit yang diderita kepada klien, Memfasilitasikan klien dalam
beraktivitas agar tidak terjadi cedera. Hal tersebut merupakan....
a. Penatalaksanaan Medis
b. Penataksanaan keperawatan
c. Pencegahan
d. Pengobatan
5. Makanan yang perlu dihindari oleh pasien osteoporosis yaitu
l. Makanan tinggi protein
2. Minum alkohol
3. Merokok
4. Minum kopi

You might also like