You are on page 1of 10

MAKALAH

MATERIALITAS DAN RESIKO


Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
PEMERIKSAAN AKUNTANSI
Dosen Pembimbing Dr.M. RASULI, SE., M.Si, Akt

Disusun Oleh :
Kelompok 6
Aisyah

(NIM 1402119618)

Indah Ayu Wardina

(NIM 1402122048)

FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS RIAU
RIAU
2015/2016

Statement of Authorship

Kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa RMK


terlampir adalah murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan
orang lain yang kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/ belum pernah disajikan/ digunakan sebagai bahan
untuk makalah/ tugas pada mata ajaran lain kecuali kami menyatakan
dengan jelas bahwa kami menggunakannya.
kami

memahami

bahwa

tugas

yang

kami

kumpulkan

ini

dapat

diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya


plagiarisme.
Mata Kuliah

Pemeriksaan Akuntansi I

Judul RMK/ Makalah/Tugas

Materialitas dan Risiko

Tanggal

26 April 2016

Dosen

Nama

Dr. M. RASULI, SE., M.Si, Akt


Aisyah
1402119618
Indah Ayu Wardina 1402122048

A. MATERIALITAS
Materialitas merupakan dasar penerapan standar auditing, terutama standar
pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Oleh karena itu, materialitas
mempunyai pengaruh yang mencakup semua aspek audit dalam audit atas laporan
keuangan. Dalam SA Seksi 319 Risiko Audit dan Materialitas Audit dalam
Pelaksanaan Audit mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan materialitas
dalam perencanaan audit, dan penilaian terhadap kewajaran laporan keuangan
secara keseluruhan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
Materialitas adalah pertimbangan utama dalam menentukan ketepatan
laporan audit yang harus dikeluarkan. Financial Accounting Standard Board
(FASB) mendefinisikan materialitas sebagai:Besarnya suatu penghapusan atau
salah saji informasi keuangan yang, dengan memperhitungkan situasinya,
menyebabkan pertimbangan yang dilakukan oleh orang yang mengandalkan pada
informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau salah
saji tersebut.
Penentuan materialitas memerlukan pertimbangan profesional. Berikut
langkah-langkah dalam menerapkan materialitas:
1.
2.
3.
4.
5.

Menetapkan materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan


Menentukan materialitas kinerja
Mengestimasi total salah saji dalam segmen
Mengestimasi salah saji gabungan
Membandingkan estimasi salah saji gabungan dengan pertimbangan
pendahuluan atau yang direvisi tentang materialitas

B. MATERIALITAS UNTUK LAPORAN KEUANGAN SECARA


KESELURUHAN
Standar auditing mengharuskan auditor memutuskan jumlah salah saji
gabungan dalam laporan keuangan, yang akan mereka anggap material pada awal
audit ketika sedang mengembangkan strategi audit secara keseluruhan yang bisa
disebut pertimbangan pendahuluan tentang materialitas, karena meskipun
merupakan pendapat profesional, hal itu mungkin saja berubah selama penugasan.
Selama pelaksanaan audit, auditor sering kali mengubah pertimbangan
pendahuluan

tentang

materialitas

yang

disebut

pertimbangan

tentang

materialitas yang direvisi. Auditor mungkin akan melakukan revisi karena


adanya perubahan dalam salah satu faktor yang digunakan untuk menentukan
pertimbangan pendahuluan.
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan pendahuluan
auditor tentang materialitas :
1. Materialitas adalah konsep yang bersifat relatif ketimbang absolut
Salah saji dalam jumlah tertentu mungkin saja material bagi perusahaan
kecil, tetapi dapat saja tidak material bagi perusahaan besar. Jadi, tidak
mungkin menetapkan pedoman nilai dolar bagi pertimbangan pendahuluan
tentang materialitas yang dapat diterapkan pada semua klien audit.
2. Tolak ukur yang diperlukan untuk mengevaluasi materiallitas
Karena materialitas bersifat relatif, diperlukan tolak ukur untuk
menentukan apakah salah saji itu material. Tolak ukur utama biasanya
meliputi laba bersih sebelum pajak, penjualan bersih, laba kotor, serta total
aset atau aset bersih.
3. Faktor-faktor kualitatif yang juga mempengaruhi materialitas
Jumlah yang melibatkan kecurangan biasanya dianggap lebih penting
bagi ketimbang kesalahan yang tidak disengaja dengan nilai dolar yang

sama.
Salah saji yang sebenarnya kecil bisa menjadi material jika ada
konsekuensi yang mungkin timbul dari kewajiban kontraktual.

Salah saji yang sebenarnya tidak material dapat saja menadi material
jika mempengaruhi tren laba.

C. MENENTUKAN MATERIALITAS KINERJA


Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas
pada dua tingkat berikut ini :
1. Tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas kewajaran
mencakup laporan keuangan sebagai keseluruhan.
2. Tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam
mencapai kesimpulan menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan.
Faktor yang harus dipertimbangkan dalam melakukan pertimbangan awal
tentang materialitas pada setiap tingkat dijelaskan berikut ini :

Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan

Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas. Pertama,


auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit dan kedua,
pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanaan audit. Meski
demikian sampai saat ini, tidak terdapat panduan resmi yang diterbitkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia tentang ukuran kuantitatif materialitas.

Materialitas pada Tingkat Saldo Akun

Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang
mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji
material. Meskipun auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan
secara keseluruhan, namun ia harus melakukan audit terhadap akun-akun
secara individual dalam mengumpulkan bukti audit yang dipakai sebagai
dasar untuk menyatakan pendapatnya atas laporan keuangan auditan.
Dalam mempertimbangkan materialitas pada tingkat saldo akun, auditor
harus mempertimbangkan hubungan antara materialitas tersebut dengan
materialitas laporan keuangan.

Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun

Bila pertimbangan awal auditor tentang materialitas laporan keuangan


dikuantifikasikan, penaksiran awal tentang materialitas untuk setiap akun
dapat diperoleh dengan mengalokasikan materialitas laporan keuangan kea
kun secara individual. Dalam melakukan alokasi, auditor harus
mempertimbangkan kemungkinan terjadinya salah saji dalam akun

tertentu dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memverifikasi akun


tersebut.
D. MENGESTIMASI

SALAH

MEMBANDINGKAN

SAJI

DENGAN

MATERIAL

DAN

PERTIMBANGAN

PENDAHULUAN
Ketika melaksanakan prosedur audit untuk setiap segmen audit, auditor
membuat kertas kerja untuk mencatat semua salah saji yang ditemukan. Salah saji
yang ditemukan dapat dibagi menjadi dua jenis: salah saji yang diketahui dan
salah saji yang mungkin. Salah saji yang diketahui adalah salah saji dalam akun
yang jumlahnya dapt ditentukan oleh auditor. Sementara, salah saji yang
mungkin terbagi lagi menjadi dua jenis. Jenis pertama adalah salah saji yang
berasal dari perbedaan antar pertimbangan manajemen dan auditor tentang
estimasi saldo akun. Dan jenis yang kedua adalah proyeksi salah saji berdasarkan
pengujian auditor atas sampel dari suatu populasi.
Estimasi untuk kesalahan sampling timbul karena auditor hanya
mengambil sampel dari sebagian populasi dan ada risiko bahwa sampel itu tidak
secara akurat mewakili populasi.
E. RISIKO AUDIT
Dalam melaksanakan proses audit, auditor menerima beberapa tingkat
risiko atau ketidakpastian dalam melaksanakan fungsi audit. Sebagian besar risiko
yang dihadapi auditor sulit diukur serta membutuhkan pertimbangan yang cermat
sebelum auditor dapat merespon dengan tepat. Auditor menangani risiko dalam
merencanakan pengumpulan bukti audit terutama dengan menerapkan model
risiko audit.
Model risiko audit membantu auditor memutuskan seberapa banyak dan
jenis bukti apa yang harus dikumpulkan dalam setiap siklusnya. Model ini
biasanya dinyatakan sebagai berikut :

PDR=

AAR
IR x CR

Ket:
PDR

= risiko deteksi yang direncanakan

AAR = risiko audit yang dapat diterima


IR

= risiko inheren

CR

= risiko pengendalian
Auditor menggunakan model risiko audit untuk mengidentifikasi lebih

jauh salah saji yang potensial dalam laporan keuangan secara keseluruhan serta
tingkat tujuan audit untuk saldo akun khusus, kelas transaksi, dan pengungkapan
dimana salah saji paling mungkin terjadi.
F. KOMPONEN MODEL RISIKO AUDIT
Berikut adalah keempat risiko dalam model risoko audit:
Risiko deteksi yang direncanakan adalah risiko bahwa bukti audit untuk suatu
tujuan audit akan gagal mendeteksi salah saji yang melebihi materialitas kinerja.
Risiko deteksi yang direncanakan menentukan jumlah bukti substanstif yang
direncanakan akan dikumpulkan auditor, yang besarnya berlawanan dengan risiko
deteksi yang direncanakan.
Risiko inheren mengukur penilaian auditor atas kerentanan asersi salah saji
material, sebelum memperhitungkan keefektifan pengendalian internal. Risiko
inheren berbanding terbalik dengan resiko deteksi yang direncanakan dan bersifat
langsung dengan bukti.
Risiko pengendalian mengukur penilaian auditor mengenai risiko bahwa salah
saji yang material akan terjadi dalam suatu asersi dan tidak dapat dicegah atau
terdeteksi secara tepat waktu oleh pengendalian internal klien.
Risiko audit yang dapat diterima adalah ukuran kesediaan auditor untuk
menerima bahwa laporan keuangan mungkin mengandung salah saji yang material
setelah audit selesai, dan pendapat wajar tanpa pengecualian telah dikeluarkan.
G. MENILAI RISIKO AUDIT YANG DAPAT DITERIMA

Auditor harus memutuskan risiko audit yang dapat diterima. Pertama,


auditor memutuskan risiko penugasan dan kemudian menggunakan risiko
penugasan untuk memodifikasi risiko audit yang dapat diterima.
Risiko Penugasan adalah risiko bahwa auditor atau KAP akan menderita
kerugian setelah audit selesai, walaupun laporan audit sudah benar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko audit yang diterima:
-

Derajat Ketergantungan Pemakai Eksternal pada Laporan Keuangan.

Jika pemakai eksternal sangat tergantung pada laporan keuangan, maka


tepat untuk mengurangi risiko audit yang dapat diterima.
-

Kemungkinan Bahwa Klien Akan Mengalami Kesulitan Keuangan


Setelah Laporan Audit Dikeluarkan

Jika klien terpaksa mengajukan permohonan kebangkrutan atau menderita


kerugian

yang

besar

setelah

audit

selesai,

auditor

menghadapi

kemungkinan yang lebih besar untuk membela mutu audit ketimbang jika
klien tidak mengalami tekanan keuangan.
-

Evaluasi Auditor atas Integritas Manajemen

Bagian dari investigasi atas klien baru dan evaluasi atas kelanjutan klien,
jika klien memiliki integritas yang meragukan, auditor mungkin akan
menilai risiko audit yang dapat diterima yang lebih rendah.

H. MENILAI RISIKO INHEREN


Pencantuman risiko inheren pada model risiko audit adalah salah satu
konsep terpenting dalam auditing. Auditor harus menilai faktor-faktor yang
menyebabkan

risiko

inheren

dan

memodifikasi

bukti

audit

untuk

memperhitungkan faktor-faktor tersebut. Berikut adalah faktor-faktor tersebut:


Sifat Bisnis Klien Risiko inheren untuk akun-akun tertentu dipengaruhi
oleh sifat bisnis klien. Sifat bisnis klien seharusnya tidak berpengaruh atau hanya
berpengaruh kecil terhadap risiko inheren untuk akun-akun seperti kas, wesel
tagih, dan utang hipotik.
Hasil Audit Sebelumnya Salah saji yang ditemukan dalam audit tahun
sebelumnya dapat saja terjadi lagi dalam audit tahun berjalan, karena banyak jenis
salah saji bersifat sistemis, dan organisasi seringkali lamban dalam mengadakan
perubahan untuk menghilangkan salah saji tersebut.
Penugasan Awal Versus Penugasan Berulang Kebanyakan auditor
menetapkan risiko inheren yang tinggi pada tahun pertama audit dan
menguranginya pada tahun-tahun berikutnya setelah memahami klien.
Pihak Terkait Transaksi antara perusahaan induk dan perusahaan anak,
serta antara manajamen dan entitas perusahaan, adalah contoh transaksi dengan
pihak terkait sebagaimana didefinisikan oleh standar akuntansi.
Transaksi Nonrutin atau Kompleks Transaksi-transaksi yang tidak biasa
bagi klien atau melibatkan kontrak yang panjang dan kompleks, lebih besar
kemungkinannya dicatat secara salah ketimbang transaksi rutin karena klien
seringkali belum berpengalaman mencatat transaksi nonrutin tersebut.
Pertimbangan yang Diperlukan untuk Mencatat Saldo Akun dan
Transaksi dengan Tepat Karena saldo dan transaksi ini membutuhkan banyak
pertimbangan, kemungkinan salah saji meningkat dan akibatnya auditor harus
memperbesar risiko inheren.

DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin.A., Elder, Randal J., Beasley Mark S, 2014. Auditing and Assurance
Services An Integrated Approach Fiftennth Edition. Pearson:
Mulyadi, Auditing, Jakarta, Salemba Empat, 2013.

You might also like