You are on page 1of 2

Flavonoid: Sifat Antioksidatif dan Perananya dalam Sistem Biologis

Miftah Al Azizah
4311414003
Senyawa bahan alam yang dikenal sebagai natural product atau metabolit sekunder
telah banyak dimanfaatkan sebagai agen obat-obatan, baik dibidang farmasi maupun
pertanian. Salah satu golongan metabolit sekunder yang sering dimanfaatkan adalah
falvonoid. Flavonoid merupakan senyawa turunan dari phenylobenzo--pirone (Mierziak, et
al., 2014). Menurut Nijveldt, et al., (2001) senyawa flavonoid pertama kali diisolasi pada
tahun 1930. Pada saat itu, berhasil diisolasi senyawa dari jeruk. Senyawa tersebut diyakini
sebagai vitamin jenis baru dan disebut sebagai vitamin P. Ketika hasil penelitian menunjukan
bahwa senyawa tersebut merupakan flavonoid, kemudian minat untuk mencari dan
mengisolasi senyawa flavonoid jenis baru menjadi semakin meningkat. Sampai saat ini telah
ditemukan lebih dari 9000 jenis senyawa flavonoid. Senyawa flavonoid umumnya terdapat
pada tanaman dan sangat sedikit terdapat pada hewan maupun manusia. Menurut Kumar, et
al., (2013) senyawa flavonoid banyak ditemukan pada buah, ranting, daun, bunga dan biji
tumbuhan.
Flavonoid merupakan senyawa yang memiliki manfaat diberbagai bidang. Menurut
Cushnie, et al., (2005) beberapa senyawa flavonoid terbukti memiliki aktivitas anti mikroba,
anti kanker, anti inflamasi, antivirus, dapat mencegah penyakit jantung koroner. Selain itu
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pawlak, et al., (2010) senyawa flavonoid sebagai
salah satu kelompok senyawa fenolik juga memiliki aktivitas antioksidan serta berperan
dalam mencegah kerusakan sel komponen selularnya oleh radikal bebas.
Radikal bebas merupakan suatu senyawa asing yang masuk ke dalam tubuh dan
merusak sistem imunitas tubuh. Radikal bebas tersebut dapat timbul akibat berbagai proses
kimia yang kompleks dalam tubuh, polutan lingkungan, radiasi zat-zat kimia, racun,
makanan cepat saji, dan makanan yang digoreng pada suhu tinggi. Jika jumlahnya berlebih,
radikal bebas akan memicu efek patologis. Radikal bebas yang berlebih dapat menyerang apa
saja terutama yang rentan seperti lipid, protein dan berimplikasi pada timbulnya berbagai
penyakit degeneratif. Oleh karena itu pembentukan radikal bebas harus dihalangi atau
dihambat dengan antioksidan.
Senyawa-senyawa yang mampu menghilangkan, membersihkan, menahan efek
radikal disebut antioksidan. Antioksidan dapat menstabilkan radikal bebas dengan
melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas dan menghambat terjadinya
reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas. Selain itu, antioksidan juga berguna untuk
mengatur agar tidak terjadi proses oksidasi berkelanjutan di dalam tubuh. Senyawa flavonoid
merupakan salah satu senyawa yang memiliki kemampuan sebagai antioksidan. Mekanisme
senyawa flavonoid sebagai antioksidan adalah dengan cara mendonasikan atom hidrogennya
atau melalui kemampuannya mengkelat logam. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Pawlak, et al., (2010) membuktikan bahwa senyawa 4-metoksi 5,7-dihydroxyflavone 6C--glukopyranosida (isocytisoside) dan senyawa 7-o--[2-o-feruloyl--glukuronopyranosil
(12) glukoropyranosida] yang merupakan suatu flavonoid memiliki kemampuan
antioksidan lebih baik daripada -karotin.
Peran senyawa flavonoid sebagai antioksidan dalam sistem biologis salah satunya adalah
dengan cara menghambat oksidasi LDL (low density lipoprotein). Produk oksidatif dari LDL
dapat mengakibatkan terjadinya penyempitan pembuluh darah koroner. Sebagai contoh,
menurut Kumar, et al., (2013) glabridin isoflavan, senyawa polifenol utama yang ditemukan
di Glycyrrhiza glabra (Fabaceae), dapat menghambat oksidasi LDL melalui mekanisme yang

melibatkan penghambatan radikal bebas. Selain itu, aktivitas meminum the hijau dapat
meningkatkan resistensi LDL terhadap kondisi oksidasi, sehingga dapat menurunkan resiko
terkena penyakit kardiovaskuler. Hal ini dikarenakan the hijau mengandung beberapa
senyawa fenolik. Menurut Kumar, et al., (2013) teh hijau mengandung catechin, epicatechin,
dan epigallochatecin, ketiga senyawa tersebut masuk dalam kelas flavanol.
Flavanoid memiliki efek toksik yang rendah apabila dikonsumsi oleh manusia. Hal
ini dikarenakan, daya larut flavonoid yang rendah. Daya larut mungkin memainkan peran
utama dalam keberhasilan terapi flavonoid. Kelarutan rendah aglikon flavonoid dalam air
ditambah dengan waktu tinggal pendek di usus serta penyerapan yang lebih rendah tidak
memungkinkan manusia untuk menderita efek toksik akut dari konsumsi flavonoid. Namun,
kelarutan rendah dari flavonoid dalam air sering menyajikan masalah untuk aplikasi
flavonoid sebagai obat. Oleh karena itu, pengembangan semisintetik flavonoid yang larut
dalam air, misalnya, hydroxyethylrutosides dan inositol-2-phosphatequercetin, telah terlibat
untuk pengobatan hipertensi dan microbleeding (Kumar & Pandey, 2013).
Penyerapan flavonoid dari makanan tergantung pada sifat fisikokimia seperti ukuran
molekul, lipophilicity, kelarutan, dan pKa. Flavonoid yang dapat diserap dari usus kecil atau
harus berada di usus sebelum penyerapan (Kumar & Pandey, 2013). Mekanisme penyerapam
ini mungkin tergantung pada struktur flavonoid, yaitu, apakah itu glikosida atau aglycone.
Kebanyakan flavonoid, kecuali untuk subclass katekin, yang hadir pada tumbuhan terikat
gula sebagai b-glikosida. Flavanoid dalam bentuk aglycans dapat dengan mudah diserap oleh
usus kecil, sedangkan flavonoid glikosida harus diubah menjadi bentuk aglycan terlebih
dahulu sebelum diserap oleh usus. Setelah penyerapan, flavonoid terkonjugasi dalam hati
oleh glucuronidation, sulfation, atau metilasi lebih kecil senyawa fenolik. Karena reaksi
konjugasi ini, tidak ada aglikon flavonoid bebas dapat ditemukan dalam plasma atau urin,
kecuali katekin
Berdasarkan beberapa uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa flavonoid memiliki
efek toksik yang rendah dan sifat antioksidan yang baik. Hai ini memungkinkan agar
senyawa flavonoid digunakan sebagai alternatif terapi untuk mencegah ataupun mengobati
berbagai penyakit yang disebabkan karena adanya radikal bebas. Salah satunya yaitu pada
pencegahan penyakit kardiovaskuler

You might also like