Professional Documents
Culture Documents
A. LUKA TUSUK
Luka tusuk merupakan bagian dari trauma tajam yang mana luka tusuk
masuk ke dalam jaringan tubuh dengan luka sayatan yang sering sangat kecil pada
kulit, misalnya luka tusuk pisau. Berat ringannya luka tusuk tergantung dari dua
faktor yaitu :
1. Lokasi anatomi injury
2. Kekuatan tusukan, perlu dipertimbangkan panjangnya benda yang digunakan
untuk menusuk dan arah tusukan.
Jika abdomen mengalami luka tusuk, usus yang menempati sebagian besar
rongga abdomen akan sangat rentan untuk mengalami trauma penetrasi. Secara
umum organ-organ padat berespon terhadap trauma dengan perdarahan.
Sedangkan organ berongga bila pecah mengeluarkan isinya dalam hal ini bila usus
pecah akan mengeluarkan isinya ke dalam rongga peritoneal sehingga akan
mengakibatkan peradangan atau infeksi.
Penyebab kematian pada trauma abdomen adalah penurunan volume cairan
karena perdarahan (syok hipovolemik). Secara ringkas proses tersebut dapat
digambarkan sbb :
Faktor penyebab (penurunan volume cairan)
Penurunan arus balik vena
Penurunan isi sekuncup
dapat
intrapulmoner
(Shunt)
diartikan
sebagai
darah
yang
yang
mungkin
dalam
waktu
relatif
singkat
dapat
memburuk.
1)
2)
3)
4)
1)
1)
2)
penundaan alat bantu nafas yang berlarut dapat berakibat fatal. Sebaliknya
tindakan terlalu dini dan agresif tidak selalu menguntungkan bahkan dapat
merugikan. Beberapa patokan untuk menentukan indikasi ventilasi adalah :
Parameter Indikasi Nilai Normal
a. Mekanik
Laju napas
Volume tidal
Kapasitas vital
Tekanan inspirasi maksimal
Lebih 35/menit = 10 20 (dewasa), Kurang 5 ml/kgBB = 5 7,
Kurang 15 ml/kgBB = 65 75, Kurang 25 cmH2O = 75 100
b. Oksigenasi
PaO2
Kurang 60 mmHg (FiO2 = 0,6), 75 100 (udara kamar)
c. Ventilasi
PaCo2
Vd/Vt
Lebih 60 mmHg, Lebih 0,6,35 45 = 0,3
Pemakaian alat bantu nafas (respirator/ventilator) bukanlah untuk
menggantikan fungsi paru dan jantung, melainkan hanya berfungsi sebagai alat
ventilasi yang memompakan udara/oksigen ke dalam paru dengan takanan
positif. Fungsinya lebih bersifat mempertahankan agar penderita tetap hidup
sambil menunggu proses reparatif badan dapat mengambil alih fungsi
ventilasinya kembali.
6. Obat yang dipakai pada gagal nafas
Pada penderita gagal nafas karena asma, diberikan obat bronkhodilator
baik per infus maupun per inhalasi, pada keadaan berat biasanya ditambahkan
kortikosteroid. Untuk infeksi biasanya diberikan antibiotika ber spektrum luas.
Untuk penderita dengan ventilator, diberikan sedativ seperti diazepam (valium),
dormikum dan golongan narkotik untuk menekan pernafasan dan bila perelu
obat pelumpuh otot seperti pavulon dll agar penderita dapat mengikuti/seirama
perbafasannya dengan alat ventilator tersebut.
A. PENGKAJIAN
Initial Klien : Tuan M.Y.
Umur : 20 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Cengkareng Timur, Jakarta
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan
Tanggal Masuk RS : 29 November 1998
Tanggal Pengkajian : 1 Desember 1998
Diagnosa Medis : Post Op Laparatomy ec. Luka tusuk tembus abdomen
1. Perjalanan Penyakit
Pasien masuk ke IGD tanggal 27 November 1998 Pk. 17.25 WIB
dimana sekitar 20 menit sebelumnya pasien terkena trauma tusuk di perut
kemudian dilakukan operasi laparatomy tanggal 29 November 1998 dengan
Trombocyt
Ureum darah
Creatinin urine
Urinalisa
Sedimen
Kejernihan jernih
Leukocyt
Eritrosit
Kristal
Berat jenis
Glukosa
Protein
Keton
Bilirubin
Urobilinogen
Nitrit
3,5
3,47
10,0
36
29,1
36.000
30 mg/DL
1,15 mg/DL
+
1 3 /LPB
>100/LPB
()
1010.pH 5
2+
()
()
()
0,1
()
Trombo 105.000
Pengukuran CVP : Tgl. 1-12-1998 + 11 cmH2O, Tgl 2-12-1998 10,5
cmH2O
Cairan Infus Tanggal 1-12-1998
KaEM MG3 500 cc
Pan Amin 600 : 500 cc RL
FFP 2 x 300 cc
g. Cairan Infus Tanggal 2-12-1998
KaEM MG3
Pan Amin
Tranfusi Darah 500 cc
FFP 2 x 300 cc RL
h. Cairan Infus Tanggal 3-12-1998
KaEM MG3
Pan Amin
RL
FFP 3 x 300 cc
i. Obat-obatan Tanggal 30 s/d 2-12-1998
Cimetidine 3 x 1
Alinamin F 3 x 1
Vit K 3 x 1
Kemicitin 3 x 1 gr ( Tanggal 3-12-1998 diganti dengan Penicillin
f.
Prokain). Novalgin 3 x 50 mg
3. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos Mentis
Kepala : Simetris
Mata : Conjunctiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : terpasang NGT, cairan warna coklat tua
Mulut : terpasang ETT, mukosa kering
Leher : kelenjar getah bening tidak membesar
Dada : auskultasi paru, ronchi basah ringan +/+, wheezing (-) ; auskultasi
jantung
BJ
I,
II
murni,
gallop
(-)