You are on page 1of 23

MAKALAH SISTEM NEUROBEHAVIOR II

WAHAM

DISUSUN OLEH :
1. ABIDIN
2. DENI CANDRA
3. FITRI WULANDARI
4. RITA PURNAMASARI
5. PUSPITA RAMADHANI

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEMESTER 5

TAHUN 2016/2017

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT yang Maha Esa atas segala
rahmatNya serta shalawat kita panjatkan kepada nabi besar Muhammad SAW. Sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah tentang WAHAM
Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen
pengampu matakuliah NEUROBEHAVIOR II . Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan
data data yang kami peroleh dari buku panduan, serta informasi dari media massa yang
berhubungan dengan WAHAM
Kami harap makalah ini dapat memberikan manfaat untuk Mahasiswa/i. Makalah ini
masih jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

14 SEPTEMBER 2016

PENULIS

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang...................................................................................................................1
2. Rumusan Masalah ..................................................................................................2
3. Tujuan.......................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian ..................................................................................................................
2.1.1 Tanda dan gejala ....................................................................................................
2.1.2 Macam- Macam Waham........................................................................................
2.1.3 Rentang Respon Waham ........................................................................................
2.1.4 Penyebab ................................................................................................................
2.1.5 Pohon Masalah........................................................................................................
2.1.6 Akibat Dari Waham ................................................................................................
2.1.7 Proses Berpikir........................................................................................................
2.1.8 Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji ...................................................
BAB III PENUTUP
Kesimpulan.......................................................................................................................
Daftar Pustaka..................................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Waham merupakan salah satu gangguan orientasi realitas. Gangguan orientasi realitas
adalah ketidakmampuan klien menilai dan berespons pada realitas. Klien tidak dapat
membedakan rangsangan internal dan eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan
kenyataan. Klien tidak mampu memberi respons secara akurat, sehingga tampak perilaku
yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan.
Gangguan orientasi realitas disebabkan oleh fungsi otak yang terganggu yaitu fungsi
kognitif dan isi fikir; fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan fungsi sosial.
Gangguan pada fungsi kognitif dan persepsi mengakibatkan kemampuan menilai dan menilik
terganggu. Gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial mengakibatkan kemampuan
berespons terganggu yang tampak dari perilaku non verbal (ekspresi muka, gerakan tubuh)
dan perilaku verbal (penampilan hubungan sosial). Oleh karena gangguan orientasi realitas
terkait dengan fungsi otak maka gangguan atau respons yang timbul disebut pula respons
neurobiologik.
Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negaranegara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang
menyebabakan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut dapat menimbulkan
ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidak tepatan individu dalam berprilaku
yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat menghambat
pembangunan karena mereka tidak produktif. (Hawari, 2001)
Prevalensi gangguan waham

menetap

di dunia sangat bervariasi, berdasarkan

beberapa literatur, prevalensi gangguan waham menetap pada pasien yang dirawat inap
dilaporkan sebesar 0,5-0,9% dan pada pasien yang dirawat jalan, berkisar antara 0,831,2%. Sementara, pada populasi dunia, angka prevalensi dari gangguan ini mencapai 2430 kasus dari 100.000 orang (Ariawan dkk, 2014). Sedangkan di Jawa Tengah sendiri

menurut direktur RSJD Amino Gondohutomo Semarang dr. Sri Widyayati, Sppk, M.Kes
mengatakan di tahun 2009 angka kejadian penderita gangguan jiwa di jawa tengah
berkisar antara 3300 orang sampai 9300 orang, angka kejadian ini merupakan penderita
yang sudah terdiagnosa. Pasien rawat inap yang mengalami gangguan jiwa skizofrenia
paranoid dan gangguan psikotik dengan gejala curiga berlebihan, sikap eksentrik,
ketakutan, murung, bicara sendiri, galak dan bersikap bermusuhan. Gejala ini merupakan
tanda dari skizofrenia dengan perilaku waham sesuai dengan jenis waham yang
diyakininya (medical record, 2010).
Intensitas kecemasan yang tinggi, perasaan bersalah dan berdosa, penghukuman diri,
rasa tidak mampu, fantasi yang tak terkendali, serta dambaan-dambaan atau harapan yang
tidak kunjung sampai, merupakan sumber dari waham. Waham dapat berkembang jika
terjadi nafsu kemurkaan yang hebat, hinaan dan sakit hati yang mendalam (Kartono,
1981).

B.
1.
2.
3.
4.

Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan Waham?
Apa saja tanda dan gejala dari Waham?
Apa itu macam macam Waham?
Apa saja penyebab dan akibat dari Waham?

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu supaya pembaca dapat mengerti dan memahami
definisi dari Waham, tanda gejala waham, macam macam waham dan pembaca juga dapat
mengetahui penyebab dan akibat dari gangguan proses pikir waham.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian

Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah.
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien.
Waham dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan perkembangan seperti adanya penolakan,
kekerasan, tidak ada kasih sayang, pertengkaran orang tua dan aniaya. (Budi Anna
Keliat,1999).
Waham adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat, tidak sesuai dengan
kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang budaya, selalu dikemukakan
berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya
atau tidak benar secara umum. (Tim Keperawatan PSIK FK UNSRI, 2005).
Waham adalah keyakinan keliru yang sangat kuat yang tidak dapat dikurangi dengan
menggunakan logika (Ann Isaac, 2004)
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat atau terus
menerus tetapi tidak sesuai dengan kenyataan ( Budi Anna keliat,2006).
Waham adalah merupakan suatu keyakinan tetang isi pikiran yang tidak sesuai dengan
kenyataan atau tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang kebudayaannya keyakinan
tersebut dipertahankan secara kokoh dan tidak dapat diubah-ubah (Ramdi, 2000).
Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola prilaku yang secara klinis bermakna
yang berkaitan langsung distress (penderitaan) dan menimbulkan hendaya (disabilitas)
pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia.
Fungsi jiwa yang terganggu meliputi fungsi biologis, psikologis, sosial, dan
spiritual. Secara umum gangguan fungsi jiwa yang dialami seseorang individu dapat
terlihat dari penampilan, komunikasi, proses berpikir, interaksi dan aktifitasnya seharihari.

B. Tanda dan Gejala :


1. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,
2. Kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan
3. Klien tampak tidak mempunyai orang lain
4. Curiga
5. Bermusuhan
6. Merusak (diri, orang lain, lingkungan)
7. Takut, sangat waspada

8. Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas


9. Ekspresi wajah tegang
10. Mudah tersinggung
C. Macam macam waham yaitu :
1. Waham agama: percaya bahwa seseorang menjadi kesayangan supranatural atau alat
supranatural
2. Waham somatik: percaya adanya gangguan pada bagian tubuh
3. Waham kebesaran: percaya memiliki kehebatan atau kekuatan luar biasa
4. Waham curiga: kecurigaan yang berlebihan atau irasional dan tidak percaya dengan orang lain
5. Siar pikir: percaya bahwa pikirannya disiarkan ke dunia luar
6. Sisip pikir: percaya ada pikiran orang lain yang masuk dalam pikirannya
7. Kontrol pikir: merasa perilakunya dikendalikan oleh pikiran orang lain
D. Rentang Respon Waham

Respon

Adaptif

<----------------------------------->

Pikiran Logis

Respon

Distorsi Pikiran

Maladaptif

Gangguan Pikiran

1. Persepsi Kuat

1. Ilusi

1. Sulit Berespon

2. Emosi Konsisten

2. Reaksi Emosi

2. Emosi

Dengan Pengalaman

Berlebihan

3. Perilaku kacau

3. Perilaku Sesuai
4. Berhubungan Sesuai
E. Penyebab
Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir : waham yaitu Gangguan konsep diri : harga
diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Gangguan harga diri dapat digambarkan
sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, dan merasa gagal
mencapai keinginan.

Tanda dan Gejala :


1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut
botak karena terapi)
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)

3. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)


4. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin
klien akan mengakhiri kehidupannya. ( Budi Anna Keliat, 1999)

F. Pohon Masalah

Resiko

CP

Etiologi

Resiko Perilaku Kekerasan

Perubahan proses pikir: waham

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

G. Akibat dari Waham


Klien dengan waham dapat berakibat terjadinya resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/
membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
Tanda dan Gejala :
1.
2.
3.
4.
5.

Memperlihatkan permusuhan
Mendekati orang lain dengan ancaman
Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
Mempunyai rencana untuk melukai

H. Proses Berpikir

Proses berpikir itu meliputi proses pertimbangan (judgment), pemahaman


(comprehension), ingatan serta penalaran (reasoning). Proses berpikir yang normal
mengandung arus idea, symbol dan asosiasi yang terarah kepada tujuan dan yang
dibangkitkan oleh suatu masalah atau tugas dan yang menghantarkan kepada suatu
penyelesaian yang berorientasi kepada kenyataan.
Berbagai macam factor mempengaruhi proses berpikir itu, umpamanya factor somatic
(gangguan otak, kelelahan), factor psikologik (gangguan emosi, psikosa) dan factor social
(kegaduhan dan keadaan sosial yang lain) yang sangat mempengaruhi perhatian atau
konsentrasi si individu. Kita dapat membedakan tiga aspek proses berpikir yaitu: bentuk
pikiran, arus pikiran dan isi pikiran, ditambah dengan pertimbangan.
Gangguan bentuk pikiran, Dalam kategori ganggauan bentuk pikiran termasuk semua
penyimpangan dari pemikiran rasional, logik, dan terarah kepada tujuan.

1. Dereisme atau pikiran dereistik, titik berat pada tidak adanya sangkut paut terjadi
antara proses mental individu dan pengalamannya yang sedang berjalan. Proses
mentalnya tidak sesuai dengan atau tidak mengikuti kenyataan, logika, atau
pengalaman.
Umpamanya seorang kepala kantor pemerintah pernah mengatakan, Seorang pegawai negeri
dan seorang warga negara yang baik harus kebal korupsi, biarpun gajinya tidak cukup,
biarpun keluarganya menderita.
2. Pikiran otistik menandakan bahwa penyebab distorsi arus asosiasi ialah dari dalam
pasien itu sendiri dalam bentuk lamunan, fantasi, waham atau halusinasi.
Cara berpikir seperti ini hanya akan memuaskan keinginannya yang tak terpenuhi tanpa
memperdulikan keadaan sekitarnya; hidup dalam alam pikirannya sendiri. Kadang-kadang
istilah ini dipakai juga untuk pikiran dereistik.
3. Bentuk pikiran yang non-realistik: bentuk pikiran yang sama sekali tidak berdasarkan
kenyataan, umapamanya: menyelidiki sesuatu yang spektakuler dan revolusioner bila
ditemui mengambil kesimpulan yang aneh serta tidak masuk akal.
(merupakan gejala yang menonjol pada skizoprenia hebefrenik di samping tingkah
laku kekanak-kanakan).
Dibedakan dari pikiran dereistik dan otistik tapi kadang-kadang ketiga gangguan
bentuk pikiran ini dijadikan satu dengan salah satu istilah itu.
Fase Lack of Huma need

Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik


maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan
status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonmi
terpenuhi tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat tinggi. Waham terjadi
karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga
oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang.
Fase Lack of Self Esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal
dan self reality ( kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak
terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
Fase Control Internal Eksternal
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan.
Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena
kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan
menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil
secara optimal.
Fase Environment Support
Adanya beberapa orang yang mempercayai dengan lingkungannya menyebabkan
klien merasa di dukung, lama-kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan
tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai
terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai
dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
Fase Comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering
disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih
sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
Fase Improving

Apabila tidak ada konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang
salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan
traumatik masa lalu atau kebutuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang).
Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham yang dapat menimbulkan
ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan
cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan
menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Menurut tim Depkes RI (1994), pengkajian adalah langkah awal dan dasar proses
keperawatan secara menyeluruh. Pada tahap ini pasien yang dibutuhkan dikumpulkan
untuk menentukan masalah keperawatan. Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat
klien dirawat dan tanggal dirawat. Isi pengkajiannya meliputi:
1. Identifikasi klien
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien
tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan,
topik pembicaraan.

2. Keluhan utama / alasan masuk


Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang
ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan
perkembangan yang dicapai.
3. Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan
jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan
kriminal.
Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin
mengakibatkan terjadinya gangguan:

Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
psikologis dari klien.

Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan
perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.

Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.

4. Aspek fisik / biologis


Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan.
Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada
keluhan.
5. Aspek psikososial

Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang


dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang
terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.

Konsep diri

Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang


disukai dan tidak disukai.

Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien
terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki /
perempuan.

Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat


dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.

Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan
penyakitnya.

Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan


penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi
pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga diri
rendah.

Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,


kelompok yang diikuti dalam masyarakat.

Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.

Status mental

Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien,


aktivitas motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir),
afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi
pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentasi dan berhitung,
kemampuan penilaian dan daya tilik diri.

Kebutuhan persiapan pulang

Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan


membersihkan alat makan.

Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC


serta membersihkan dan merapikan pakaian.

Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.

Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.

Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah


minum obat.

Masalah psikososial dan lingkungan dari data keluarga atau klien


mengenai masalah yang dimiliki klien.

Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap
bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.

6. Aspek medik
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi
psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi
okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan
perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar
dalam kehidupan bermasyarakat.
Untuk mendapatkan data waham, lakukan observasi terhadap perilaku berikut ini:
1) Waham kebesaran. Meyakini bahwa ia meimiliki kebesaran atau kekuasaan khusus,
diucapkan berulang kali tetapi tidak seusuai kenyataan. Contoh : Saya ini pejabat di
departemen kesehatan lho. Atau Saya punya tambang emas.
2) Waham curiga. Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.

Contoh: Saya tahu. Anda ingin menghancurkan hidup saya karena iri dengan kesuksesan
saya.
3) Waham agama. Memiliki keyakinan terhadap suatu agam secara berlebihan, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: Kalau saya mau masuk surga saya
harus menggunakan pakaian putih, setiap hari.
4) Waham somatik. Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu terserang
penyakit, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuati kenyataan. Contoh: Saya sakit
kanker. Setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker namun
pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.
5) Waham nihilistik. Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meinggal,
diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: Ini kan alam kubur ya,
semua yang ada di sini adalah roh-roh.

Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat digunakan sebagai panduan untuk
mengkaji pasien dengan waham:
1. Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan dan menetap?
2. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien cemas secara
berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
3. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda di sekitarnya aneh dan tidak nyata?
4. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada di luar tubuhnya?
5. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
6. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain atau
kekuatan dari luar?
7. Apakah pasien menyatakan bahwa ia meimliki kekuatan fisik atau kekuatan lainnya atau
yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?

Selama pengkajian dengarkan dan perhatikan semua informasi yang diberikan oleh pasien
tentang wahamnya. Untuk mempertahankan hubungan saling percaya yang telah terbina
jangan menyangkal, menolak, atau menerima keyakinan pasien.
B. Diagnosis Keperawatan
Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari hasil
pengkajian adalah:
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham.
2. Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.
C. Perencanaan dan Intervensi Keperawatan
1) Perencanaan Keperawatan
Tindakan keperawatan untuk pasien
Tujuan tindakan :
1. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap.
2. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar.
3. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
4. Pasien menggunakan obat dengan teratur.

Tindakan Keperawatan:
1. Bina Hubungan saling percaya. Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham,
bina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan nyaman
saat berinteraksi. Tindakan yang harus dilakukan dalam rangka membina hubungan
saling percaya:
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Berjabat tangan

c. Menjelaskan tujuan interaksi


d. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.
2. Bantu orientasi realita.
a. Tidak mendukung atau membantah waham pasien.
b. Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman.
c. Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
d. Jika

pasien

memberikan

terus-menerus
dukungan

membicarakan

atau

wahamnya

menyangkal

sampai

dengarkan
pasien

tanpa
berhenti

membicarakannya.
e. Fokuskan pembicaraan pada realitas, (mis., memanggil nama pasien, menjelaskan
hal yang sesuai realita).
f. Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realita.
3. Diskusikan

kebutuhan

psikologis/emosional

yang

tidak

terpenuhi

sehingga

menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah. Misalnya yang menyangkut


masalah-masalah masa kecil, dirumah, dikantor, hubungan dengan keluarga, ditempat
pekerjaan atau harapan-harapan yang selama ini tidak tercapai.
4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien.
5. Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki pada saat yang lalu dan saat ini.
6. Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki.
7. Libatkan pada kegiatan sehari-hari di rumah sakit serta tingkatkan aktifitas yang dapat
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional klien, misalnya menggambar, bernanyi,
membuat puisi, religious terapi, dsb.
8. Lakukan kontrak dengan klien untuk berbicara dalam konteks realita seperti cara-cara
mengisi waktu, cara meningkatkan ketrampilan yang mendatangkan uang, cara belajar
menjahit, menjaga kebersihan, dsb.

9. Berdiskusi tentang obat yang diminum (manfaat, dosis obat, jenis, dan efek samping
obat yang diminum serta cara meminum obat yang benar).
10. Libatkan dan diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami klien, cara
merawat klien dengan waham dirumah, follow up dan keteraturan pengobatan serta
lingkungan yang tepat untuk klien.

2) Intervensi dan Rasional


1.

Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berubungan dengan
waham.

Tujuan umum : Klien tidak menciderai diri, orang lain, dan lingkungan.
Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan
interaksinya.
Tindakan :

Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan

tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik,
waktu, tempat).

Jangan membantah dan mendukung waham klien : katakan perawat menerima

keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai ekspresi menerima,


katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak
membicarakan isi waham klien.

Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi : katakan perawat

akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan
dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.

Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri.

b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.

Rasional : Dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan


memudahkan perawat untuk mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi klien dari
pada hanya memikirkannya.
Tindakan :

Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.

Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat
ini yang realistis.

Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya


saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan perawatan diri).

Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan


waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.

c. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi.


Rasional : Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi perawat dapat
merencanakan untuk memenuhinya dan lebih memperhatikan kebutuhan klien
tersebut sehingga klien merasa nyaman dan aman.
Tindakan :

Observasi kebutuhan klien sehari-hari.

Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah


maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).

Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.

Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan


waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).

Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan


wahamnya.

d. Klien dapat berhubungan dengan realitas.


Rasional : Menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita itu lebih benar
dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien dapat menghilangkan waham yang
ada.

Tindakan :

Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan
waktu).

Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.

Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.

e. Klien dapat menggunakan obat dengan benar.


Rasional : Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan mempengaruhi proses
penyembuhan dan memberikan efek dan efek samping obat.
Tindakan :

Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping minum obat.

Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien, obat,
dosis, cara dan waktu).

Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.

Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.

f. Klien dapat dukungan dari keluarga.


Rasional : Dukungan dan perhatian keluarga dalam merawat klien akan mambentu
proses penyembuhan klien.
Tindakan:

Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang : gejala


waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.

Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga

2. Diagnosa 2: Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.
Tujuan umum : klien tidak mengalami perubahan isi pikir : waham kebesaran
Tujuan khusus :

Klien dapat menyebutkan penyebab dirinya menarik diri dengan kriteria


evaluasi, klien dapat mengetahui penyebabnya.

Klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian berhubungan dengan


orang lain.

a.

Kaji pengetahuan klien dengan prilaku menarik diri sehingga dapat mengenali
tanda-tanda menarik diri.
Rasional : klien dapat menyadari tanda-tanda menarik diri sehingga memudahkan
perawat memberikan intervensi selanjutnya.

b.

Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya terutama penyebab


prilaku menarik diri.
Rasional : klien dapat mengungkapkan penyebab prilaku menarik diri dapat
membantu perawat dalam mengidentifikasi tindakan yang dilakukan.

c.

Berikan pujian terhadap kemampuan berhubungan dengan orang lain dan


kerugian bila tidak mau berhubungan dengan orang lain.
Rasional : pujian akan dapat memotivasi klien untuk mau berhubungan dengan
orang lain.

D. Evaluasi
1) Klien percaya dengan perawat, terbuka untuk ekspresi waham
2) Klien menyadari kaitan kebutuhan yg tdk terpenuhi dg keyakinannya (waham) saat
ini
3) Klien dapat melakukan upaya untuk mengontrol waham
4) Keluarga mendukung dan bersikap terapeutik terhadap klien
5) Klien menggunakan obat sesuai program

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Waham adalah keyakinan yang salah dan menetap dan selalu dikemukakan berulangulang. Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan
kenyataannya atau tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang kebudayaannya,
biarpun dibuktikan kemustahilannya.
B. Saran
Diharapkan bagi pembaca setelah membaca makalah ini khususnya perawat dan
memahami dan mengerti serta dapat mengaplikasikan tindakan keperawatan secara
intensif serta mampu berfikir kritis dalam melaksanakan proses keperawatan apabila
mendapati klien dengan penyakit gangguan kejiwaan.

DAFTAR PUSTAKA

Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 thed.). St.Louis Mosby
Year Book, 1995
http://iloslayers.blogspot.com/2011/05/asuhan-keperawatan-pasien-dengan.html
http://gladiolstrange.blogspot.com/2009/05/gangguan-pikir-bentuk-isi-dan-arus.html

Ariawan D, Made. Ratep, Nyoman. Westa, Wayan. GANGGUAN WAHAM MENETAP PADA
PASIEN DENGAN RIWAYAT PENYALAHGUNAAN GANJA: SEBUAH LAPORAN KASUS.
2014. [Diakses: 16 Sept 2014] Diambil dari:
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/9635/7146.

You might also like