You are on page 1of 26

METODOLOGI DAN PENDEKATAN TEKNIS

METODE SUB BOTTOM PROFILLING

Pendahuluan
Metode geofisika merupakan pengukuran menggunakan prinsip ilmu geofisika
yang digunakan untuk memperoleh gambaran lingkungan bawah laut, seperti jenis batuan
dan kedalaman laut, struktur batuan dasar laut serta obyek-obyek yang relevan dalam
penggelaran kabel listrik bawah laut seperti kondisi jalur kabel atau jalur pipa existing,
reruntuhan kapal dan lain sebagainya. Metode yang dilakukan dalam survey geofisika ini
meliputi Pengukuran Sub Bottom Profilling dan pengambilan sample tanah menggunakan
teknik Grab Sample dan Pengukuran Magnetometer.
Selain informasi kedalaman laut, untuk mensupport pekerjaan pergelaran kabel,
informasi lingkungan pengendapan dan sedimentasi bawah laut, terutama informasi di
sekitar jalur pergelaran kabel sangatlah dibutuhkan. Informasi yang dibutuhkan meliputi
Jenis batuan atau jenis sedimen pada jalur pergelaran ; kedalaman lapisan sedimen batuan ;
informasi mendetail tentang jenis kandungan batuan pada lapisan pertama ; informasi
mengenaiu keberadaan objek besi seperti runtuhan kapal , jangkar , atau keberadaan jalur
kabel atau informasi keberadaan jalur pipa yang mungkin sudah ada (existing). Untuk
mendapatkan informasi tersebut maka dilakukan survey, dimana ilmu yang mendasari dan
memahami untuk melakukan survey tersebut adalalah disiplin ilmu geofisika, sehingga
survey ini dinamakan survey geofisika.
Berikut ini adalah penjelasan jenis survey geofisika dan kemanfaatan dalam
pekerjaan pagelaran kabel bawah laut .
1. Sub Bottom profiling (SBP): Survey ini dilakukan untuk mendapatkan informasi
stratigrafi lapisan, dengan memanfaatan konsep penjalaran gelombang akustik yang
telah dimodifikasi, sehingga gelombang yang dipancarkan bukan hanya menangkap
gelombang pantul dari lapisan permukaan saja, namun juga gelombang yang
II-1

dipantulkan oleh lapisan yang terbentuk dibawah permukaan. Informasi yang


dibutuhkan adalah ketebalan lapisan, dan pola penyebaran ketebalan lapisan
permukaan pada jalur kabel yang telah ditentukan.
2. Sedimen sample (grab sample): prinsip dasarnya adalah mendapatkan sample
sedimen pada lapisan permukaan. Sample sedimen ini diambil untuk meperoleh
informasi jenis batuan atau sedimen secara fisis. Sample sedimen akan dilakukan
analisis lab untuk mendapatkan infromasi lebih mendetail mengenai karakteristik
mikoskopis pada sample yang di ambil.

PERSIAPAN PENDAHULUAN
Tahap

persiapan

merupakan

rangkaian

kegiatan

sebelum

pelaksanaan pekerjaan survey untuk pengumpulan data primer


beserta

pengolahannya.

Pada

tahapan

awal

ini

disusun

perencanaan yang komprehensif agar pelaksanaan pekerjaan


survey dapat berjalan dengan efektif dalam variable waktu dan
kualitas pekerjaan. Tahapan persiapan pendahuluan meliputi hal-hal
sebagai berikut:
1. studi

pustaka,

terkait

dengan

kondisi

lokasi

survey,

infrastruktur dan fasilitas survey, kondisi fisik dan sosial di


lokasi

survey

berikut

studi

tentang

lokasi

survey

yang

sebelumnya pernah dilakukan


2. menyusun rencana pelaksanaan survey, berikut didalamnya
menyusun dan menentukan recana lintasan pelaksanaan
survey, waktu pelaksanaan serta personil yang terlibat.
3. Mempersiapkan peralatan dan metodologi pelaksanaan survey
sesuai dengan arahan kerangka acuan kerja

II-2

4. Mempersiapkan prosedur administrasi dan persyaratan teknis


yang telah diatur oleh pemerintah
5. Berkomunikasi

dengan

pihak

pemberi

pekerjaan

untuk

mempertajam fokus pelaksanaan pekerjaan


6. Survey recondisi untuk mendapatkan gambaran utuh tentang
lokasi survey.

Metodologi pelaksanaan survey hidro-oseanografi dan geofisika laut


ini didasarkan pada kajian ilmiah serta pengalaman yang telah
dilakukan pihak pelaksana pekerjaan survey sebelumnya. Jenis
survey yang akan dilakukan adalah meliputi

2.1.1 METODOLOGI SURVEY GEOFISIKA


Metode

geofisika

merupakan

pengukuran

menggunakan

prinsip ilmu geofisika yang digunakan untuk memperoleh


gambaran lingkungan bawah laut seperti jenis batuan dan
kedalaman laut, struktur batuan dasar laut serta obyek-obyek
yang relevan dalam penggeleran kabel listrik bawah laut
seperti kondisi jalur kabel atau jalur pipa existing, reruntuhan
kapal dan lain sebagainya. Metode yang dilakukan

dalam

survey geofisika ini meliputi Pengamatan Sedimen dan


Pengukuran Sub Bottom Profilling.
Pengukuran Sub bottom profiling diperlukan untuk menentukan ketebalan dan
struktur lapisan tanah dasar laut yang berada pada rute rencana.
Pengidentifikasian dilakukan dengan menggunakan Sub Bottom Profiller /

II-3

Survey Seismik Dangkal, dimana dapat memberikan gambaran lapisan tanah


permukaan dasar laut sampai dengan kedalaman minimal 3 m.
Secara umum tujuan utama dari pengukuran seismik adalah untuk
memperoleh rekaman yang berkualitas baik. Kualitas rekaman seismik dapat
dilihat dari perbandingan sinyal refleksi terhadap sinyal noise (S/N) yaitu
perbandingan antara banyaknya sinyal refleksi yang direkam dibandingkan
dengan sinyal noisenya dan keakuratan pengukuran waktu tempuh (travel
time). Alat yang digunakan adalah Stratabox Syqwest. Gambar peralatan
ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 7.1 Peralatan Strataboz Syqwest

Peralatan ini terdiri dari gramaphone sebagai pelepas dan


penerima

(source

dan

receiver),

sensor

dan

monitor

pengamat. StrataBox adalah peralatan seismic laut yang


dipergunakan untuk perairan dangkal dengan resolusi yang
dihasilkan masih tergolong kategori tinggi, bersifat prtable
dengan pencitraan instrument yang mampu memberikan
resolusi

hingga

ketelitian

cm

dengan

kemampuan

penetrasi dapat mencapai hinnga 40 meter. Peralatan ini

II-4

digunakan untuk survei kelautan perairan dangkal dan


sedang hingga kedalaman air dapat mencapai 150 meter.
Metoda sub bottom profiling merupakan metoda seismik
dikhususkan

pada

penterasi

perairan

dangkal

dengan

sounding yang relatif terus menerus, dengan memiliki


frekuensi tinggi sehiinga mempunyai ketelitian yang cukup
baik. Sub bottom profile digunakan untuk penyelidikan
aspek geologi di bawah dasar laut, seperti penentuan batas
lapisan tanah atau batuan, jenis litologi, dan struktur
geologi.
Pengukuran pada metoda ini menggunakan waktu tempuh
gelombang seismik dari saat gelombang dikirim sampai
dengan gelombang diterima, sebagai akibat dari pantulan
bidang lapisan media rambat yang memiliki cepat rambat
berbeda ( densitas yang berbeda ).Perbandingan perbedaan
cepat rambat gelombang seismik pada dua media yang
mengakibatkan

gelombang

koefien

refeksi

atau

seismik

Akustik

terpantukl

Impedansi.

disebut

Persamaan

Koefisein refleksi ini adalah sebakai berikut


R = ( Pb2V2 Pb1v1 ) /
Dimana (Pb2v2+Pb1V1)
R
: Koefisein refleksi
Pb1Pb2
: densitas lapisan 1 dan 2
V1 dan V2 : kecepatan gelombagn seismik di lapisan 1 dan
lapisan 2
Pada metode sub bottom profilling terdapat beberapa tipe
peralatan yang dapat menghasilkan sumber gelombang
seismik,

dimana

tiap-tiap

tipe

peralatan

tersebut

mempunyai karakteristik yang berbeda sesuai dengan

II-5

fungsinya.

Perbedaan

tersebut

meliputi

perbedaan

frekuensi, resolusi dan kemampuan penetrasi dari lapisan


pertama.
Tabel 5.1 : Spesifikasi Beberapa Peralatan Sub Bottom Profilling
Sistem
Chirp
Pinger
Boomer
Sparker
Airgun

Frekuensi (kHz)
1 15
3 12
15
0.1- 1
0.001 0.4

Resolusi (m)
0.10 0.15
0.20
0.5 1.0
2.0 5.0
3.0 - 100

Penetrasi(m)
5 50
10 40
50 100
100 > 1000
100 > 10.000

Dalam survey kali ini , peralatan yang digunakan menggunakan


sistem Pinger. secara spesifikasi, penetrasi yang dihasilkan sudah
cukup untuk memberikan informasi untuk pergelaran kabel laut.

Gambar 7.2 Skema Pengambilan Data Menggunakan Metode Sub


Bottom Profilling menggunakan metode refleksi

Secara sederhana prinsip kerja sub bottom profiling dapat di jelaskan dalam proses
sebagai berikut

II-6

1. Source mengirimkan sumber energy berupa listrik dari sumber pembangkit masuk
kedalam tranducer
2. Dari tranducer energy listrik dirubah menjadi energy mekanik, berupa gelombang
yang merambat.
3. Energy mekanik ini berbentuk pulsa atau gelombang, merambat menuju dasar laut
melalui medium air yang memiliki kerapatan massa jenis tertentu.
4. Pada saat gelombang menyentuh permukaan, terjadi perubahan medium
perambatan. Perubahan medium perambatan ini akan mengakibatkan perubahan
impulse gelombang
5. Gelombang yang telah menyentuh permukaan akan mengalami beberapa proses,
diantaranya adalah: gelombang akan dipantulkan (direfleksikan) kembali dan akan
ditangkap oleh tranducer, yang si (s1), gelombang akan ditransmisikan kedalam
lapisan bawah.
6. Gelombang yang direfleksikan akan tertangkap oleh tranducer dan kemudian akan
mengambil data berupa kedalaman lapisan pertama
7. Gelombang yang diteruskan akan terus terpenetrasi sampai dia menemukan lapisan
dengan berat jenis yang berbeda, dan jika menemukan pola lapisan dengna pola
yang berbeda maka akan di mengalami proses seperti sebelumnya

2.1.1.1

Pengamatan Pengamatan Sifat Fisik Tanah

Pengambilan

contoh

dasar

laut

(seabed

sampling)

dilaksanakan dengan menggunakan salah satu dari alat


berikut: Grab Sampler atau Gravity Corer. Grab/ gravity
coring dilaksanakan sepanjang rencana jalur survey hingga
kedalaman maksimum 10m dari permukaan dasar laut, dan
dengan interval jarak 2,0km atau di lokasi di mana terdapat
perubahan litology yang signifikan yang diindikasikan dari
hasil survei SSS ataupun survei SBP. Pengambilan contoh

II-7

tanah dilakukan dari atas kapal survei dan dilaksanakan


setelah adanya hasil interpretasi sementara di atas kapal
survei atas hasil survei Side Scan Sonar dan Sub-bottom
Profiling.
Setiap pengambilan contoh tanah harus diusahakan agar
memperoleh penetrasi optimum. Setiap kali contoh tanah
telah diambil harus dicatat dan dideskripsikan secara visual
di lapangan tentang: posisi, jenis, ukuran butir, warna, dan
lain-lain yang berhubungan.
Pengamatan sifat fisik tanah dilakukan dalam dua jenis
yaitu:
Pengamatan Sedimen yaitu pengamatan sifat fisik tanah
pada dasar laut yang menggambarkan sedimentasi di

permukaan dasar laut


Pengamatan Soil boring yaitu pengamatan sifat fisik tanah
yang dilakukan di area daratan, dalam hal ini pada landing
point untuk memperoleh gambaran daya dukung tanah
pada pembangunan instalasi kelistrikan.

Gambar 2.22 Pengambilan data sedimen di laut

II-8

Pengambilan sampel sedimen dasar laut akan dilakukan


dengan menggunakan Gravity Drop Core yang nantinya
akan ditentukan atau ditempat dimana terdapat perubahan
feature yang signifikan yang diindikasikan dari interpretasi
sementara hasil Side Scan Sonar dan Sub Bottom Profile.
Gravity Drop Core akan dilengkapi dengan barrel dan
catcher untuk mendapatkan penetrasi yang diinginkan. Jika
sampel tidak memenuhi ketentuan maka prosedur akan
diulang

untuk

yang

kedua

kalinya,

apabila

hasil

yang

didapatkan sama saja maka diambil keputusan bahwa itu


merupakan hasil yang terbaik untuk Gravity Drop Core. Di
lokasi Landing Point pengambilan sampel akan dilakukan
dengan menggunakan Grab sample pada kedalaman sampai
dengan 10 m, dan Piston Core pada kedalaman lebih dari 10
m. Pengambilan sampel dilakukan tiap 2 Km sepanjang rute
rencana. Untuk keperluan uji laboratorium volume sampel
yang diambil setidaknya seberat 3 Kg untuk tanah lunak
seperti lumpur, lempung, atau pasir, dan seberat 2 Kg untuk
tanah keras seperti koral, atau karang. Sampel dikemas
dengan baik dan segera dikirim ke labotorium. Soil boring
dilakukan untuk mendapatkan sampel pada kedalaman 0 10
m pada lokasi landing point, dengan prosedur yang mengacu
pada standar ASTM D 1452-2
Program pengujian sampel offshore akan meliputi:

Kalsifikasi visual

Kandungan air
Berat Jenis
Torvance dan Pocket Penetrometer

II-9

Uji dan test laboratorium akan dilakukan sesuai internasional


seperti standar ASTM 2000

2.1.1.2

Pengukuran Sub Bottom Profilling

Tujuan dari Survei Sub-bottom Profiling (SBP) adalah untuk


investigasi dan identifikasi lapisan sedimen dekat dengan
permukaan dasar-laut (biasanya hingga 10m) dan untuk
menentukan informasi penting yang berhubungan dengan
stratifikasi dasar laut. Survei SBP dapat dilaksanakan
bersamaan dengan survei Batimetri dan Side Scan Sonar.
Survei

SBP

dilaksanakan

mencakup

sepanjang

koridor

survey dengan lebar bervariasi. Lajur utama dijalankan


dengan interval 100 meter dan lajur silang (cross line)
dengan interval 1.000 meter. Kemudian setelah rencana
jalur ditetapkan, lajur utama kembali dijalankan sebanyak 3
lajur dengan interval 50 meter, dimana satu lajur dijalankan
tepat

di

tengah-tengah

rencana

jalur

kabel.

System

Parametric Subbottom Profiling (atau system lain yang dapat


memberikan data sepadan) digunakan untuk mendapatkan
rekaman data permanent secara grafis atas profil dasar laut
dan perlapisan di bawahnya dengan penetrasi dan resolusi
optimum di seluruh kedalaman sepanjang koridor rencana
jalur kabel.

II-10

Gambar 2.23 Alat SBP Stratabox Syqwest


Untuk mencapai maksud ini, peralatan dioperasikan sesuai
dengan petunjuk pabrik dan diset untuk mendapatkan
rekaman data optimum. Sub-bottom profiler memberikan
rekaman data secara grafis dengan jelas pada skala dan
resolusi yang jelas.

Gambar 2.24 Metodelogi dan Prosedur SBP

II-11

Jarak antara transducer/hydrophone dan antena GPS dicatat


secara

tertib

pada

Operators

Log

dan

kemudian

diperhitungkan pada saat pekerjaan interpretasi. Survei Subbottom Profiling tidak boleh dilaksanakan pada cuaca
berombak karena sangat mempengaruhi kualitas data,
kecuali

apabila

menggunakan

heave

compensator.

Kemungkinan terjadinya noise yang bersumber dari mesin


atau kapal survei harus diupayakan seminimal mungkin
dengan berbagai cara. Panjang kabel seismic source dan
hydrophone

(bila

menggunakan

sistem

demikian)

disediakan cukup sehingga memungkinkan diulur pada jarak


yang dapat memberikan rekaman data optimum.

Gambar 2.25 Instalasi SBP


Pengukuran

Sub

bottom

profiling

diperlukan

untuk

menentukan ketebalan dan struktur lapisan tanah dasar laut


yang

berada

pada

rute

rencana.

Pengidentifikasian

dilakukan dengan Sub Bottom Profiller/Survey Seismik

II-12

Dangkal, dimana dapat memberikan gambaran lapisan


tanah permukaan dasar laut sampai dengan kedalaman
minimal 3 m. Secara umum tujuan utama dari pengukuran
seismik

adalah

untuk

memperoleh

rekaman

yang

berkualitas baik. Kualitas rekaman seismik dapat dilihat dari


perbandingan sinyal refleksi terhadap sinyal noise (S/N)
yaitu perbandingan antara banyaknya sinyal refleksi yang
direkam

dibandingkan

dengan

sinyal

noisenya

dan

keakuratan pengukuran waktu tempuh (travel time).

Gambar 2.26 Gambar perekaman Stratabox SBP

II-13

Gambar 2.27 Analisa data SBP dan SSS

7.1.2 Pelaksanaan Teknis Lapangan


Sub Bottom Profile adalah salah satu perangkat eksplorasi
geofisika yang memanfaatkan parameter koefisien refleksi dari
perambatan gelombang akustik yang dipancarkan oleh sumber
gelombang

(pinger,

boomer,

sparker).

Gelombang

yang

dipancarkan secara kontinue akan menjalar ke seluruh arah,


gelombang yang terpantul pada suatu reflektor kemudian akan
diterima oleh geophone atau hydrophone untuk selanjutnya akan
diproses menjadi bentuk penampang seismik bawah permukaan.
Hasil dari pengukuran Sub Bottom Profilling ini adalah suatu gambaran yang dapat
mewakili lapisan-lapisan di bawah permukaan bumi.

II-14

(b)

(a)

(c)
Gambar 7.5 Output Citra Sea Bottom Profilling Stratabox

2.1.2 METODOLOGI PENGOLAHAN DATA


2.1.3 Pengolahan Data Geofisika
2.1.3.1

Pengolahan Data SBP

Secara garis besar urutan pengolahan data seismik menurut


SANNY (2004) adalah sebagai berikut:

Field Tape

II-15

Data seismik direkam ke dalam pita magnetik dengan


standar format tertantu. Standarisasi ini dilakukan oleh
SEG (Society of Exploration Geophysics). Magnetic tape
yang digunakan biasanya adalah tape dengan format:
SEG-A, SEG-B, SEG-C, SEG-D, dan SEG-Y. Format data
terdiri dari header dan amplitudo. Header berisi informasi
mengenai survei, project dan parameter yang digunakan
dan informasi mengenai data itu sendiri

Demultiplex
Data seismik yang tersimpan dalam format multiplex
dalam pita magnetik lapangan sebelum diproses terlebih
dahulu harus diubah susunannya. Data yang tersusun
berdasarkan

urutan

pencuplikan

disusun

kembali

berdasarkan receiver atau channel (demultiplex).

Gain Recovery
Akibat adanya penyerapan energi pada lapisan batuan
yang kurang elastis dan efek divergensi sferis maka data
amplitudo (energi gelombang) yang direkam mengalami
penurunan sesuai dengan jarak yang ditempuh. Untuk
menghilangkan efek ini maka perlu dilakukan pemulihan
kembali energi yang hilang sedemikian rupa sehingga
pada setiap titik seolah-olah datang dengan jumlah energi
yang sama.

Editing dan Muting


Editing

adalah

proses

untuk

menghilangkan

semua

rekaman yang buruk, sedangkan mute adalah proses


untuk

menghilangkan

sebagian

rekaman

yang

II-16

diperkirakan sebagai sinyal gangguan seperti ground roll,


first break dan lainnya yang dapat mengganggu data.

Koreksi Statik
Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh
topografi (elevasi shot dan receiver) sehingga shot point
dan receiver seolah-oleh ditempatkan pada datum yang
sama.

Dekonvolusi
Dekonvolusi

dilakukan

untuk

menghilangkan

atau

mengurangi pengaruh ground roll, multiple, reverberation,


ghost serta memperbaiki bentuk wavelet yang kompleks
akibat pengaruh noise. Dekonvolusi merupakan proses
invers filter karena konvolusi merupakan suatu filter.

Analisis Kecepatan
Tujuan dari analisis kecepatan adalah untuk menentukan
kecepatan yang sesuai untuk memperoleh stacking yang
terbaik. Pada grup trace dari suatu titik pantul, sinyal
refleksi yang dihasilkan akan mengikuti bentuk pola
hiperbola. Prinsip dasar analisa kecepatan pada proses
stacking adalah mencari persamaan hiperbola yang tepat
sehingga memberikan stack yang maksimum.

Koreksi Dinamik / Koreksi NMO


Koreksi ini diterapkan untuk mengoreksi efek adanya jarak
offset antara shot point dan receiver pada suatu trace
yang berasal dari satu CDP (Common Depth Point). Koreksi
ini menghilangkan pengaruh offset sehingga seolah-olah
gelombang pantul datang dalam arah vertikal (normal
incident).

II-17

Stacking
Stacking adalah proses penjumlahan trace-trace dalam
satu gather data yang bertujuan untuk mempertinggi
sinyal to noise ratio (S/N). Proses ini biasanya dilakukan
berdasarkan CDP yaitu trace-trace yang tergabung pada
satu CDP dan telah dikoreksi NMO kemudian dijumlahkan
untuk mendapat satu trace yang tajam dan bebas noise
inkoheren.

Migrasi
Migrasi

adalah

suatu

proses

untuk

memindahkan

kedudukan reflektor pada posisi dan waktu pantul yang


sebenarnya

berdasarkan lintasan gelombang. Hal ini

disebabkan

karena

penampang

seismik

hasil

stack

belumlah mencerminkan kedudukan yang sebenarnya,


karena rekaman normal incident belum tentu tegak lurus
terhadap bidang permukaan, terutama untuk bidang
reflektor yang miring. Selain itu, migrasi juga dapat
menghilangkan pengaruh difraksi gelombang yang muncul
akibat adanya struktur-struktur tertentu (patahan, lipatan).
Hasil dari pengukuran Sub Bottom Profilling ini adalah
suatu gambaran yang dapat mewakili lapisan-lapisan di
bawah permukaan bumi.
Untuk pengolahan data sub bottom profiling dilaksanakan dengan menggunakan
software pengolahan data Sonar Wiz Map. Supaya data terlihat lebih baik dan
lebih jelas dibanding data playback maka pada data olahan dilakukan beberapa
langkah perlakuan terhadap data seperti filtering, stacking, penambahan gain
sehingga data terlihat lebih baik. Untuk kemudian dilakukan interpretasi data
sekaligus dilakukan digitasi terhadap lapisan-lapisan sedimen yang telah
diinterpretasi. Bersasarkan hasil digitasi pada software ini didapatkan data X, Y, Z.

II-18

Data Mentah

Sampling Data

Proses &Analisis
Sinyal Geosains

Filtering

Penguatan

Analisis
Parameter

Layer Horizon
Picking
( Digitasi Lapisan )
PEmanfaatan Data Digitasi
( Pemetaan, 3D ,
Penampang, Perhitungan
Volume )

Tujuan dari Survei Sub-bottom Profiling (SBP) adalah untuk


investigasi
permukaan
menentukan

dan

identifikasi

dasar-laut
informasi

lapisan

(biasanya
penting

sedimen

hingga
yang

dekat

40m)

dan

berhubungan

dengan
untuk
dengan

stratifikasi dasar laut. Survei SBP dapat dilaksanakan bersamaan


dengan survei Batimetri dan Side Scan Sonar. Survei SBP
dilaksanakan mencakup sepanjang koridor survey dengan lebar
bervariasi. Lajur utama dijalankan dengan interval 100 meter dan

II-19

lajur silang (cross line) dengan interval 1.000 meter. System


Parametric Subbottom Profiling (atau system lain yang dapat
memberikan

data

sepadan)

digunakan

untuk

mendapatkan

rekaman data permanent secara grafis atas profil dasar laut dan
perlapisan di bawahnya dengan penetrasi dan resolusi optimum di
seluruh kedalaman sepanjang koridor rencana jalur kabel. Untuk
mencapai maksud ini, peralatan dioperasikan sesuai dengan
petunjuk pabrik dan diset untuk mendapatkan rekaman data
optimum. Sub-bottom profiler memberikan rekaman data secara
grafis dengan jelas pada skala dan resolusi yang jelas. Jarak antara
transducer/hydrophone dan antena GPS dicatat secara tertib pada
Operators Log dan kemudian diperhitungkan pada saat pekerjaan
interpretasi.
Pada dasarnya hasil rekaman dari peralatan sub bottom profiling,
khususnya

stratabox

sudah

dapat

memberikan

informasi

mengenai bentuk dan pola lapisan bawah permukaan. Namun


kondisi data ini masih sangat terkotori oleh noise (gangguan),
sehingga

dibutuhkan

tahap

pengolahan

data

untuk

lebih

memperjelas bentuk dan pola lapisan pada data. Salah satu tahap
pengolahan data sub bottom profiling adalah dengan melakukan
pengolahan signal seismic. Tujuan akhir dari pengolahan ini
adalah untuk meningkatan nilai ratio signal/noise , atau biasa di
simbolkan dengan S/N.
Beberapa tahapan pengolahan data signal yang dilakukan
pada sub bottom profiling ini diantaranya adalah

Band Pass Filer : Dalam proses ini akan dipilih signal dengan
frekuensi dalam range ter-tentu akan diloloskan.

II-20

Gain Control : kondisi setiap waktu, pada saat gelombang


menyentuh permukaan sangat berbeda

kondisinya (sudut

dating gelombang, posisi receiver dll ).

Stacking

: stcking dilakukan untuk menyatukan beberapa

trace gelombang, dengan dilakukan stacking, maka bentuk


lapisan yang tidak begitu jelas pada awalnya akang terlihat
membentuk pola, karena di gabungkan dengan beberapa
trace yang berdekatan.
Berikut ini adalah tampilan pengolahan data sub bottom profiling .

Gambar 7.7 Tampilan pada salah satu tahap pengolahan SBP

II-21

Gambar 7.8 Tampilan pada salah tahap pengolahan analisis sinyal.

Tapan analisis sinyal memerlukan ketelitian dan pemahaman secara fisis


terhadap teknik- teknik yang dilakukan. Jika salah melakukan pengolahan
signal, maka data akan semakin tidak memberikan informasi yang tidak
berarti. Berikut ini adalah salah satu tampilan pengolahan data dengan
parameter-paramter pengolahan yang salah .

Gambar 7.8 Tampilan pengolahan data dengan parameter yang kurang tepat

Setelah proses pengolahan data selesai, maka tahap selanjutnya adalah tahap
intrepetasi dan analisis data.

Analisis data Sub Bottom Profilling akan lebih

II-22

memberikan informasi jika ditambahkan dengan data pengambilan sample sedimen


permukaan.
7.1.4 Analisis
Analisis Jumlah Lapisan Terdeteksi
Secara global, pada alur pergelaran kabel terdetesi dua lapisan utama sedimen. Pola
sebaran sedimen tersebar secara merata dengan pola yang teratur dan homgen, tidak
memiliki pola sebaran yang kompleks dan heterogen. Keteraturan pola ini mengikuti pola
kedalaman bathimetri.

Keteraturan dan kehomogenan yang terjadi n karena proses

pengendapan pada daerah ini hanya mengikuti pola arus dan gelombang yang terjadi secara
kontinu, kedalaman perairan tidakmasih tergolong dangkal dan sedang, sehingga proses
sedimentasi tidak terganggu oleh kejadian tektonik.
Pada area jalur pergelaran peta, terdeteksi dua jenis lapisan sedimen. Yaitu sedimen teratas
yang merupakan sedimen yang masih dapat termobilisasi oleh aktifitas arus dan
gelombang, dan sedimen dibawahnya. Jenis sedimen dibawah permukaan akan memiliki
jenis batuan yang hampir sama.

Analisis Jenis Sedimen


Jenis sedimen dasar laut pada jalur pergelaran kabel didominsi oleh dua jenis yaitu,
sedimen Pasir Lumpuran dengan hampir mendekati pasir murni untuk lintasan dari arah
pantai tembolok menuju sungsang, sedangkan satu pertiga jarak dari arah sungsang di
dominasi jenis sedimen lumpur. Perubahan jenis sedimen di sinyalir akan berada diantara
titik sample kedua (S2) dan titik sample ke tiga (S3), seperti yang ditunjukkan pada
gambar di bawah ini.
Dilihat dari pola data Sub bootom profiling secara global, type sedimentasi dari
arah mentok menuju sungsang merupakan type sedimentasi yagn cenderung tidak terlalu

II-23

komplek, dimana merupakan jenis sediment deltaic dan . Dari titik landing daerah mentok,
sedimenta murni terddominasi dari arah lautan, dimana jenis sedimen nya adalah lumpur,
sedangkan pada aera mendektai sungsang akan merupakan campuran dari jenis sedimen
lumpur dan pasir, dengan beberapa area akan sangat terdominias dari lumpur. DOminasi
dari sedimen lumpur ini karena area sungsang dipengaruhi oleh dua sumber pengendap
sedimen, yaitu sungai dan laut. Sungai akan mengendapkan type sedimen lumpur,
sedangkan laut akan mengendapkan type sedimen pasir.

Gambar 7.3 : Bagan Pembagian Jenis Sedimen

II-24

Analisis tebal sedimen


Telah disebutkan bahwa jumlah lapisan yang dapat terekam berjumlah 2 lapisan
dimana lapisan pertama memiliki jenis sedimen yang berbeda dengan lapisan di bawahnya.
penetrasi kedalaman lapisan dari permukaan yang dapat terdeteksi oleh sub buttom
profiling berada pada kisaran 3 sampai dengan 7 meter. Dimana ketebalan lapisan pertama
mencapai 3 sampai dengan 5 meter.
Kabel dibutuhkankan untuk dibenamkan kedalam tanah sedalam 4 (empat) meter.
Kondisi ini menunjukkan bahwa untuk proses penggalian untuk menanamkan kabel
sedalam 4 meter tersebut akan dipertemukan dengan dua buah lapisan dominan.
Analisis Lapisan Keras
Dengan memperhatikan kedalaman setiap lapisan sedimen, dan memperhatikan
analisis jenis sedimen untuk setiap lapisan, dapat dipastikan bahwa untuk kedalaman
sampai dengan 4 meter tidak akan ditemukan lapisan keras yang akan mempersulit
pembenaman kabel.
Analisis Potensi Sedimen/lapisan yang mengganggu
Secara teknis, pada saat melakukan pergelaran kabel, maka sedimen disepnajang
jalur akan digali/dikeruk sesuai dengan kebutuhan (dalam hal ini akan dikeruk sedalam 4
meter). Sepanjang jalur . pergelaran haruslah diketahui jenis sedimen, sehingga peralatan
pada saat melakukan penggaliandigunakan dengan peralatan yang tepat. Harus pula
dideteksi apakah terdapat jenis batuan yang keras yang akan ditemui di sepanjang jalur
pergelaran, atau mungkin terdapat lapisan karang yang terlintasi jalur pergelaran.
Berdasarkan hasil pengolahan data SBP, dapat dipastikan bahwa kemungkinan
besar tidak terdapat batuan keras dan atau karang yang akan dijumpai disepanjang jalur
perlintasan kabel.

II-25

Tabel 2. 2 Peralatan Utama Survey

No

KATEGORI

PERALATAN
Kapal Survei

Peralatan Navigasi

Peralatan SBP

JENIS / TIPE
Kapal Kayu Putra Jaya
DGPS Hemisphere A100
GPS Garmin 1208
Hydropro Navigation System
Stratabox Syqwest
Genset Loncin 3 kVA
Power Supply 12V 45 Ah
Power Supply 24V

Peralatan Pendukung Accumulator


Life Jacket
Topi Keselamatan
Fire Extinguisher

II-26

You might also like