You are on page 1of 4

Antagonis Opioid

Nalokson merupakan prototip antagonis opioid yang relative murni, demikian pula
naltrekson yang dapat diberikan per oral dan memperlihatkan masa kerja yang lebih lama
daripada nalokson. Kedua obat ini merupakan antagonis kompetitif pada reseptor , , dan ,
tetapi afinitasnya terhadap reseptor jauh lebih tinggi. Dalam dosisi besar keduanya
memperlihatkan beberapa efek agonis, tetapi efek ini tidak berarti secara klinis.1
Obat-obat yang tergolong antagonis opioid umumnya tidak meinmbulkan banyak efek
kecuali bila sebelumnya telah ada efek agonis opioid atau bila opioid endogen sedang aktif
misalnya pada keadaan stress atau syok.
Naorfin, levalorfan, siklazosin dan sejenisnya di samping memperlihatkan efek antagonis,
enimbulkan efek otonomik, endokrin, analgetik, dan depresi napas mirip efek yang ditimbulkan
oleh morfin. Obat-obat ini merupakan antagonis kompetitif reseptor , tetapi juga
memperlihatkan efek agonis pada reseptor-reseptor lain.1
Farmakodinamik
Efek tanpa pengaruh opioid,
Pada berbagai eksperimen diperlihatkan bahwa nalokson:
1. Menurunkan ambang nyeri pada mereka yang biasa ambang nyerinya tinggi
2. Mengantagonis efek analgetik placebo
3. Mengantagonis analgesia yang terjadi akibat perangsangan lewat jarum akupuntur
Semua efek ini diduga berdasarkan antagonisme nalokson terhadap opioid endogen yang
masih aktif. Namun, masih perlu pembuktian lebih lanjut efek nalokson ini sebab banyak
factor fisiologi yang berperan dalam analgesia di atas. Dugaan yang sama juga timbul
tentang efek nalokson terhadap hipotensi pada hewan dalam keadaan syok, dan efeknya
dalam mencegah overeating dan obesitas pada tikus-tikus yang diberi stress berat.4
Efek subyektif yang ditimbulkan nalorfin pada manusia tergantung dari dosis, sifat orang
yang bersangkutan, dan keadaan. Pada beberapa pasien timbul reaksi yang tidak
menyenangkan, misalnya rasa cemas, perasaan yang aneh, sampai timbulnya day dreams
yang mengganggu, atau lebih berat lagi timbul halusinasi, paling sering halusinasi visual.
Semua efek ini timubl akibat sifat agonisnya pada reseptor opioid , meskipun kerjanya
pada reseptor mungkin juga berperan
Nalorfin dan levarofran juga menimbulkan depresi napas yang diduga karena kerjanya
pada reseptor . Berbeda dengan morfin, depresi napas ini tidak bertambah dengan
bertambahnya dosis. Kedua obat ini, terutama levalorfan memperberat depresi napas oleh
morfin dosis kecil, tetapi mengantagonis depresi napas akibat morfin dosis besar.1,4

Efek dengan pengaruh opioid


Semua efek agonis opioid pada reseptor diantagonis oleh nalokson dosis kecil (0,4-0,8
mg) yang diberikan IM atau IV. Frekuensi napas meningkat dalam 1-2 menit setelah
pemberian nalokson pada pasien dengan depresi napas akibat antagonis opioid; efek
sedative dan efek terhadap tekanan darah juga segera dihilangkan. Pada dosis besar,
nalokson juga menyebabkan kebalikan efek dari efek psikomimetik dan disforia akibat
agonis-antagonis. Antagonisme nalokson ini berlangsung selama 1-4 jam, tergantung dari
dosisnya.
Antagonisme nalokson terhadap efek agonis opioid sering disertai dengan terjadinya
fenomena overshoot misalnya berupa peningkatan frekuensi napas melebihi frekuensi
sebelum dihambat oleh opioid. Fenomena ini diduga berhubungan dengan terungkapnya
ketergantungan fisik akut yang timbul 24 jam setelah morfin dosis besar.
Terhadap individu yang memperlihatkan ketergantungan fisik terhadap morfin, dosis
kecil nalokson SK akan menyebabkan gejala putus obat yang dapat berat. Gejala ini mirip
dengan gejala akibat penghentian tiba-tiba pemberian morfin, hanya timbulnya beberapa
menit setelah penyuntikan dan berakhir setelah 2 jam. Berat dan lama berlangsungnya
sindrom ini tergantung dari dosis antagonis dan beratnya ketergantungan. Hal yang sama
terjadi ada orang dengan ketergantungan fisik terhadap agonis parsial, tetapi diperlukan
dosis lebih besar.8
Farmakokinetik
Nalokson hanya dapat diberikan parenteral dan efeknya segera terlihat setelah
penyuntikan IV. Secara oral nalokson jga diserap, tetapi karena hampir seluruhnya mengalami
metabolism lintas pertama maka harus diberikan parenteral. Obat ini dimetabolisme di hati,
terutama dengan glukoronidasi. Waktu paruhnya kira-kira 1 jam dengan masa kerja 1-4 jam.
Naltrekson efektif setelah pemberian per oral, kadar puncaknya dalam plasma dicapai dalam
waktu 1-2 jm, waktu paruhnya sekitar 3 jam dan masa kerjanya mendekati 24 jam. Metabolitnya,
6-natreksol, merupakan agonis opioid yang lemah dan masa kerjanya panjang.1
Naltrekson lebih poten dari nalokson, pada pasien adiksi opioid pemberian 100 mg secara
oral dapat menghambat efek euphoria yang ditimbulkan oleh 25 mg heroin IV selama 48 jam.1
Toleransi dan ketergantungan fisik
Toleransi hanya terjadi terhadap efek yang ditimbulkan oleh sifat agonis, jadi hanya
timbul pada fek subyektif, sedative, dan psikomimetik dari nalorfin. Penghentian tiba-tiba
pemberian nalorfin kronis dosis tinggi menyebabkan gejala putus obat yang khas tetapi lebih
ringan daripada gejala putus obat morfin.1
Nalokson, nalorfin, dan levalorfan kecil kemungkinannya untuk disalahgunakan sebab:

1. Tidak menyebabkan ketergantungan fisik


2. Tidak menyokong ketergantungan fisik morfin
3. Dari segi subyektif dianggap sebagai obat yang kurang menyenangkan bagi para
pecandu.
Indikasi
Antagonis opioid inni diindikasikan untuk mengatasi depresi napas akibat takar lajak
opioid, pada bayi yang baru dilahirkan oleh ibu yang mendapat opioid sewaktu persalinan, atau
akibat tentamen suicide dengan suatu opioid, dalam hal ini nalokson merupakan obat terpilih.
Obat ini juga digunakan untuk mendiagnonsis atau mengobati ketergantungan fisik terhadap
opioid.4
Sediaan dan posologi
Nalorfin HCl (Nalin HCl), tersedia untuk penggunaan parenteral, masing-masing
mengandung 0,2 mg nalorfin/mL untuk anak, 5 mg nalorfin/mL untuk dewasa. Juga tersedia
levalorfan 1mg /mL dan nalokson 0,4 mg/mL.
Pada intoksikasi opioid diberikan 2 mg nalokson dalam bolus IV yang mungkin perlu
diulang. Karena waktu paruh yang singkat, dosis ini diulang tiap 20-60 menit, terutama pada
keracunan opioid kerja lama misalnya metadon. Cara lain ialah memberikan 60% dari dosis awal
setiap jam setelah dosis awal. 8
Naltrekson opiate antagonist aintenance treatment programs
Farmakoterapi rumatan dapat dilakukan dengan menggunakan naltrekson. Program terapi
tersebut dikenal dengan istilah Opamat-ED (Opiate Antagonist Maintenance Therapy) yang
merupakan kombinasi antara farmakoterapi dan konseling kelompok. Opamat-ED dimulai
seketika setelah pasien berhasil menyelesaikan terapi rapid detox atau 1-2 minggu clean pada
terapi detoxifikasi konvensional. Tujuan terapi adalah untuk mengurangi resiko relaps dan
mencegah terjadinya ketergantungan fisik kembali.
Ada banyak cara pemberian dosis harian naltrekson, antara lain dengan pemberian
naltrekson 50mg setiap hari atau dosis 100mg/100mg/150mg dalam waktu 3 kali seminggu.
Pemberian naltrekson disarankan sekurang-kurangnya selama satu tahun. Angka drop-out
dengan penggunaan naltrekson cukup tinggi, khususnya kalau terapi tergantung pada hanya
pemberian naltrekson tanpa relapse prevention therapy or training. Namun program terapi
naltrekson sangat bermanfaat untuk pasien yang mempunyai motivasi tinggi, dukungan keluarga
yang kuat serta sedang meniti jenjang karir dalam pekerjaan yang legitimate. Umumnya
dianggap pemberian terapi naltrekson digunakan sebagai alat dalam relapse prevention. Angka
drop-out cukup tinggi. Naltrekson tidak lagi tersedia di Indonesia karena industry farmasi yang
mendapat izin edar naltrekson enggan meneruskan usahanya (dianggap non-profitable).9

Dapus:
1. Gunawan Sulistia Gan, Setiabudi Rianto, Nafrialdi, Elysabeth. Farmakologi dan terapi.
Ed 5. Jakarta: Balai penerbit FKUI; 2008: h. 225-6.
2. Brunton Laurence L., Lazo John S., Parker Keith L. The pharmacological basic of
therapeutics. 11th ed. United States of America: McGraw-Hill; 2008.
3. Katzung Bertram G. Basic and clinical pharmacology. 10th ed. United States of America:
Lange medical publications; 2007.

*sebenernya yang dipake cuman no.1, tp yg 2 sama 3 lumayan buat tambahan dapus. Hahhaaa
yg no.2 itu ada bab khusus ttg drug addiction and drug abuse.

You might also like