You are on page 1of 13

Beberapa Penyakit dengan Produksi Sekret atau sputum yang banyak

1.TB paru
Tuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi kuman Mikobakterium tuberkulosis yang bersifat sistemik
sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya
merupakan lokasi infeksi primer. Pada tahun 1992 WHO telah mencanangkan tuberkulosis sebagai
Global Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru
tuberkulosis pada tahun 2002, sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut
regional WHO jumlah terbesar kasus ini terjadi di Asia Tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus di dunia.
lasifikasi

Tuberkulosis paru terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis

Tuberkulosis paru tidak terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis

Tuberkulosis pada sistem saraf

Tuberkulosis pada organ-organ lainnya

Tuberkulosis millier

Patofisiologi
Penyebab penyakit ini adalah bakteri kompleks Mycobacterium tuberculosis. Mycobacteria termasuk
dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetales. kompleks Mycobacterium
tuberculosis meliputi M. tuberculosis, M. bovis, M. africanum, M. microti, dan M. canettii. Dari beberapa
kompleks tersebut, M. tuberculosis merupakan jenis yang terpenting dan paling sering dijumpai.
M.tuberculosis berbentuk batang, berukuran panjang 5 dan lebar 3, tidak membentuk spora, dan
termasuk bakteri aerob. Mycobacteria dapat diberi pewarnaan seperti bakteri lainnya, misalnya dengan
Pewarnaan Gram. Namun, sekali mycobacteria diberi warna oleh pewarnaan gram, maka warna tersebut
tidak dapat dihilangkan dengan asam. Oleh karena itu, maka mycobacteria disebut sebagai Basil Tahan
Asam atau BTA. Beberapa mikroorganisme lain yang juga memiliki sifat tahan asam, yaitu spesies
Nocardia, Rhodococcus, Legionella micdadei, dan protozoa Isospora dan Cryptosporidium. Pada dinding
sel mycobacteria, lemak berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur
ini menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik.
Lipoarabinomannan, suatu molekul lain dalam dinding sel mycobacteria, berperan dalam interaksi antara
inang dan patogen, menjadikan M. tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofaga.
Penularan TBC terjadi karena menghirup udara yang mengandung Mikobakterium tuberkulosis (M.Tb),
di alveolus M.Tb akan difagositosis oleh makrofag alveolus dan dibunuh. Tetapi bila M.Tb yang dihirup
virulen dan makrofag alveolus lemah maka M.Tb akan berkembang biak dan menghancurkan makrofag.
Monosit dan makrofag dari darah akan ditarik secara kemotaksis ke arah M.Tb berada, kemudian
memfagositosis M.Tb tetapi tidak dapat membunuhnya. Makrofag dan M.Tb membentuk tuberkel yang
mengandung sel-sel epiteloid, makrofag yang menyatu (sel raksasa Langhans) dan limfosit. Tuberkel
akan menjadi tuberkuloma dengan nekrosis dan fibrosis di dalamnya dan mungkin juga terjadi kalsifikasi.
Lesi pertama di alveolus (fokus primer) menjalar ke kelenjar limfe hilus dan terjadi infeksi kelenjar limfe,

yang bersama-sama dengan limfangitis akan membentuk kompleks primer. Dari kelenjar limfe M.Tb
dapat langsung menyebabkan penyakit di organ-organ tersebut atau hidup dorman dalam makrofag
jaringan dan dapat aktif kembali bertahun-tahun kemudian. Tuberkel dapat hilang dengan resolusi atau
terjadi kalsifikasi atau terjadi nekrosis dengan masa keju yang dibentuk oleh makrofag. Masa keju dapat
mencair dan M.Tb dapat berkembang biak ekstra selular sehingga dapat meluas di jaringan paru dan
terjadi pneumonia, lesi endobronkial, pleuritis atau Tb milier. Juga dapat menyebar secara bertahap
menyebabkan lesi di organ-organ lainnya .
Penularan
Penularan penyakit ini karena kontak dengan dahak atau menghirup titik-titik air dari bersin atau batuk
dari orang yang terinfeksi kuman tuberkulosis, anak anak sering mendapatkan penularan dari orang
dewasa di sekitar rumah maupun saat berada di fasilitas umum seperti kendaraan umum, rumah sakit dan
dari lingkungan sekitar rumah. Oleh sebab ini masyarakat di Indonesia perlu sadar bila dirinya
terdiagnosis tuberkulosis maka hati hati saat berinteraksi dengan orang lain agar tidak batuk sembarangan
, tidak membuang ludah sembarangan dan sangat dianjurkan untuk bersedia memakai masker atau
setidaknya sapu tangan atau tissue.
Dalam memerangi penyebaran Tuberkulosis terutama pada anak anak yang masih rentan daya tahan
tubuhnya maka pemerintah Indonesia telah memasukkan Imunisasi Tuberkulosis pada anak anak yang
disebut sebagai Imunisasi BCG sebagai salah satu program prioritas imunisasi wajib nasonal beserta
dengan 4 jenis imunisasi wajib lainnya yaitu hepatitis B, Polio, DPT dan campak, jadwalnya ada di
Jadwal imunisasi
Manifestasi klinis

Diagnosa tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan jasmani,


pemeriksaan bakteriologi , radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya

Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan gejala sistemik,
bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala respiratori atau gejala gejala
yang erat hubungannya dengan organ pernapasan ( sedang gejala lokal lain sesuai akan sesuai
dengan organ yang terlibat )

Gejala respiratori ialah batuk lebih dari 2 minggu, batuk bercampur darah. Bisa juga nyeri dada
dan sesak napas. Selanjutnya ada gejala yang disebut sebagai Gejala sistemis antara lain Demam ,
badan lemah yang disebut sebagai malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan menurun
menjadi semakin kurus. Gejala respiratori sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai
gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi, sehingga pada kondisi yang gejalanya tidak
jelas sehingga terkadang pasien baru mengetahui dirinya terdiagnosis Tuberkulosis saat medical
check up

DIAGNOSIS
Diagnosis paling tepat adalah ditemukannya basil Tb dari bahan yang diambil dari pasien misalnya
sputum, bilasan lambung, biopsi dll. Tetapi pada anak hal ini sulit dan jarang didapat, sehingga sebagian
besar diagnosis Tb anak didasarkan gambaran klinis, gambaran radiologis, dan uji tuberkulin.
Untuk itu penting memikirkan adanya Tb pada anak kalau terdapat keadaan atau tanda-tanda yang
mencurigakan seperti dibawah ini :

Pada anak harus dicurigai menderita Tb kalau :

Kontak erat (serumah) dengan penderita Tb dengan sputum BTA (+)

Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG dalam 3-7 hari.

Terdapat gejala umum

Gejala-gejala yang harus dicurigai Tb


Gejala umum/tidak spesifik

Berat badan turun atau malnutrisi tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan
penanganan gizi.

Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik (failure to
thrive) dengan adekuat.

Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran nafas
akut), dapat disertai keringat malam.

Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, biasanya multiple, paling sering di
daerah leher, axilla dan inguinal.

Gejala-gejala respiratorik :

batuk lama lebih dari 3 minggu

tanda cairan di dada, nyeri dada

Gejala gastrointestinal

diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare

benjolan/massa di abdomen

tanda-tanda cairan dalam abdomen

Gejala Spesifik
1. Tb kulit/skrofuloderma
2. Tb tulang dan sendi

Tulang punggung (spondilitis)

: gibbus

Tulang panggul (koksitis)

: pincang

Tulang lutut

Tulang kaki dan tangan

: pincang dan/atau bengkak

3. Tb Otak dan Saraf

Meningitis dengan gejala iritabel, kaku kuduk, muntah-muntah dan kesadaran menurun

4. Gejala mata : Conjungtivitis phlyctenularis, Tuberkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi)

Uji tuberculin (Mantoux) Uji tuberkulin dilakukan dengan cara Mantoux (penyuntikan
intrakutan). Tuberkulin yang dipakai adalah tuberkulin PPD RT 23 kekuatan 2 TU atau PPD-S
kekuatan 5 TU. Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan. Diukur diameter tranversal
dari indurasi yang terjadi. Ukuran dinyatakan dalam mm, dikatakan positif bila indurasi : > 10
mm.

Reaksi cepat BCG Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat berupa kemerahan dan
indurasi > 5 mm (dalam 3-7 hari) maka dicurigai telah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.

Foto Rontgen Paru : seringkali tidak khas Pembacaan sulit, hati-hati kemungkinan overdiagnosis
atau underdiagnosis. Paling mungkin kalau ditemukan infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus
atau kelenjar paratrakeal.

Gambaran rontgen paru pada Tb dapat berupa : Milier, Atelektasis, Infiltrat , pembesaran kelenjar
hilus atau paratrakeal, konsolidasi (lobus), reaksi pleura dan/atau efusi pleura, kalsifikasi,
bronkiektasis, kavitas, destroyed lung. Diskongkruensi antara gambaran klinis dan gambaran
radiologis, harus dicurigai Tb. Foto Rontgen paru sebaiknya dilakukan PA dan lateral serta dibaca
oleh ahlinya.

Pemeriksaan mikrobiologi : pemeriksaan langsung BTA (mikroskopis) dan kultur dari sputum
(pada anak bilasan lambung karena sputum sulit didapat ).

Pemeriksaan serologi (ELISA, PAP, Mycodot, dll) masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Pemeriksaan patologi anatomi.

Respon terhadap pengobatan OAT. Kalau dalam 2 bulan terdapat perbaikan klinis nyata, akan
menunjang atau memperkuat diagnosis TBC

2.PNEUMONIA
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pneumonia
pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus ( biasanya siebut
bronchopneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karean paru meradang
secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih
pada anak usia 2 bulan sampai kurang 1 tahun, dan 40 kali per menit atau lebih pada usia 1 tahun sampai
kurang dari 5 tahun. Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal diagnosis pneumonia.
Pneumonia berat ditandai dengan adanya batuk atau (juga disertai) kesukaran bernapas, napas sesak atau
penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam pada anak usia 2 bulan sampai anak usia kurang dari 5
tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga pneumonia sangat berat dengan gejala batuk, kesukaran
bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum. Sementara untuk anak di bawah 2 bulan,
pneumonia berat ditandai dengan frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih atau (juga
disertai) penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah.
Perbedaan yang mendasar antara pneumonia dan TBC terletak pada jenis mikroorganisme yang
menginfeksi. Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri, virus, atau
mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus), bakteri yang umum adalah streptococcus
Pnemoniae, Staphylococcus Aureus, Klebsiella sp, Pseudomonas sp.

Sedangkan yang disebabkan virus, misalnya virus influensa. Pada TBC, jenis mikroorganisme yang
menginfeksinya adalah mikrobakterium tuberculosis. Balita rentanterken penyakit pneumonia, umumnya
dikerenakan lemahnya atau belum sempurnanya sistem kekebalan tubuh mereka. Oleh sebab itu,
mikroorganisme atau kuman lebih mudah menembus pertahanan tubuh.
Jenis bakteri Pneumococcus atau pneumokok belakangan semakin populer seiring dengan dikenalnya
jenis penyakit Invasive Pneumococcal Disease (IPD). Selain pneumonia, yang termasuk IPD adalah
radang selaput otak (meningitis) atau infeksi darah (bakteremia). Pada pneumonia yang disebabkan oleh
bakteri pneumokok, kerap menimbulkan komplikasi dan mengakibatkan penderita juga terkena
meningitis atau bakteremia.
Bakteri pneumokok ini dapat masuk melalui infeksi pada daerah mulut dan tenggorokan, menembus
jaringan mukosa lalu masuk ke pembuluh darah, mengikuti aliran darah sapai ke paru-paru dan selaput
otak. Akibatnya, timbul peradanganpada paru dan dan daerah selaput otak.
Gejala khususnya adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau
seperti karet, serta gambaran hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru. Kepadatan terjadi
karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan
kuman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa
ruang untuk oksigen.
Namun, gejala awalnya yang tergolong sederhana seringkali membuat orang tua kurang waspada terhadap
penyakit ini. Orang tua sering datang terlambat membawa anaknya ke dokter. Karena gejala awal panas
dan batuk, orang tua sring mengobati sendiri di rumah dengan obat biasa, bila sudah sesak baru dibawa ke
dokter. Sebaiknya bila anak mengalami panas tinggi dan batuk, segeralah dibawa ke dokter untuk dicari
tahu penyebabnya.
DiagnosisdanPengobatan
Diagnosis pneumonia dilakukan dengan berbagai cara. Pertama dengan pemeriksaan fisik secra umum.
Setelah itu ada pula pemeriksaan penunjang seperti rontgen paru dan pemeriksaan darah. Penanganan
pneumonia pun dapat dilakukan dengan berbagai cara. Umumya pengobatan dengan pemberian
antibiotik. Penderita pneumonia dapat sembuh bila diberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis
kumannya, hanya saja memerlukan dosis yang tinggi dan waktu yang lama
.
Namun, bakteri Streptococcus pneumoniae mulai resisten atau kebal terhadap beberapa jenis antibiotik.
Bahkan kawasan Asia dinyatakan sebagai hot zone, yakni daerah dengan tingkat resistensi tinggi untuk
bakteri pneumokok. Oleh sebab itu apabila pneumonia yang dialami cukup parah, penanganannya juga
dilakukan dengan cara opname. Dengan perawatan khusus di rumah sakit, pasien bisa mendapatkan
istirahat dan pengobatan yang lebih intensif, atau bahkan terapi oksigen sebagai penunjang. Selain itu
penderita pneumonia juga membutuhkan banyak cairan untuk mencegahnya dari dehidrasi. Cairan ini bisa
diperoleh dengan cara minum air putih melalui infus.
Untuk pneumonia oleh virus sampai saat ini belum ada panduan khusus, meski bebrapa obat antivirus
telah digunakan. Kebanyakan pasien juga bisa diobati di rumah. Biasanya dokter yang menangani

pneumonia akan memilihkan obat sesuai pertimbangan masing-masing, setelah suhu pasien kembali
normal, dokter akan menginstruksikan pengobatan lanjutan untuk mencegah kekambuhan dikarenakan
serangan berikutnya bisa lebih berat dibanding yang pertama. Selain antibotka, pasien juga akan
mendapat pengobatan tambahan berupa pengaturan pola makan dan oksigen untuk meningkatkan jumlah
oksigen dalam darah.
Pada beberapa kasus, pneumonia yang sudah mengalami komplikasi tersebut bisa meninggalka efek
samping. Anak dapat mengalami berbagai efek samping seperti gangguan kecerdasan, gangguan
perkembangan motorik, gangguan pendengaran dan keterlambatan berbicara. Walaupun demikian, anak
dengan pneumonia juga bisa sembuh total dan hidup dengan normal.
Pencegahan
Penanggulangan penyakit pneumonia menjadi fokus kegiatan program P2ISPA (Pemberantasan Penyakit
Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Program ini mengupayakan agar istilah pneumonia lebih dikenal
masyarakat, sehingga mumudahkan kegiatan penyuluhan dan penyebaran informasi tentang
penanggulannya Program P2ISPA mengklasifikasi penderita ke dalam 2 kelompok usia. Yaitu, usai di
bawah 2 bulan (Pneumonia Berat atau Bukan Pneumonia) dan usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun.
Klasifikasi Bukan Pneunomia mencakup kelompok balita penderita batuk yang tidak menunjukkan gejala
peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya penarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam. Penyakit ISPA diluar pneumonia ini antara lain batuk-pilek biasa, pharyngitis, tonsilitis dan otitis.
Ungkapan klasik bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati benar-benar relevan dengan penyakit
pneumonia ini. Mengingat pengobatannya semakin sulit, terutama terkait dengan meningkatnya resistensi
bakteri pneumokolus, maka tindakan pencegahan sangatlah dianjurkan.
Pencegahan penyakit IPD, termasuk pneumonia, dapat dilakukan dengan cara vaksinasi pneumokokus
atau sering juga disebut sebagai vaksin IPD. Peluang mencegah Pneumonia dengan vaksin IPD adalah
sekitar 80-90%.
Adapun mengenai waktu ideal pemberian vaksin IPD, adalah sebanyak 4 kali, yakni pada saat bayi
berusia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan dan diulang lagi pada usai 12 bulan. Vaksin itu aman dan dapat
diberikan bersamaan dengan vaksin lain seperti Hib, MMR maupun Hepatitis B.
Selain imunisasi, pencegahan pneumonia dengan menjaga keseimbangan nutrisi anak dan mengupayakan
agar anak memiliki daya tahan tubuh yang baik, antara lain dengan cara istirahat yang cukup juga
olahraga.
Pneumonia oleh Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siap sajadari bayi sampai usia lanjut. Sebenarnya bakteri
penyebab pneumonia yang paling umum adalah Streptococcus pneumonia sudah ada di kerongkongan
manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri segera
memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Seluruh jaringan paru dipenuhi cairan dan infeksi
dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
Pasien yang terinfeksi pneumonia akan panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah, dan denyut
jantungnya meningkat cepat.Bibir dan kuku mungkin membiru karena tubuh kekurangan oksigen. Pada

kasus yang ekstrem, pasien akan mengigil, gigi bergemeletuk, sakit dada, dan kalau batuk mengeluarkan
lendir berwarna hijau. Sebelum terlambat, penyakit ini masih bisa diobati. Bahkan untuk
pencegahanvaksinnya pun sudah tersedia.
Pneumonia oleh Virus
Setengah dari kejadian pneuimonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Saat ini makin banyak saja virus
yang berhasil diidentifikasi. Meski virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas
terutama pada anak-anak gangguan ini bisa memicu pneumonia. Untunglah, sebagian besar pneumonia
jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat.
Namun, bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influenza, gangguan bisa berat dan kadang
menyebabkan kematian. Virus yang menginfeksi paru akan berkembang biak walaupun tak terlihat
jaringan paru dipenuhi cairan. Gejala pneumonia oleh virus sama saja dengan influenza yaitu demam,
batuk kering, sakit kepala, ngilu di seluruh tubuh. Dan letih lesu selam 12-136 jam, napas menjadi sesak,
batuk makin hebat dan menghasilkan sejumlah lendir. Demam tinggi kadang membuat bibir menjadi biru.
Pneumonia Mikoplasma
Pneumonia jenis ini berbeda gejala dan tanda-tanda fisiknya bila dibandingkan dengan pneumonia pada
mumnya. Karena itu, pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering
juga disebut pneumonia yang tidak tipikal (Atypical Pneumonia). Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan
sebagai virus maupun bakteri, meski mamiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan
biasanya berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala usia. Tetapi paling sering
pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak
diobati.
Gejala yang paling sering adalah batuk berat, namun dengan sedikit lendir. Demam dan menggigil hanya
muncul di awal, dan pada beberapa pasien bisa mual dan muntah. Rasa lemah baru hilang dalam waktu
lama.
Pneumonia Jenis Lain
Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii pnumonia (PCP) yang diduga disebabkan oleh
jamur, PCP biasanya menjadi tanda awal serangan penyakit pada pengidap HIV/AIDS. PCP bisa diobati
pada banyak kasus. Bisa saja penyakit ini muncul lagi beberapa bulan kemudian, namun pengobatan yang
baik akan mencegah atau menundah kekambuhan. Pneumonia lain yang lebih jarang disebabkan oleh
masuknya makanan, cairan,gas,debu maupun jamur. Rickettsia juga masuk golongan antara virus dan
bakteri menyebabkan demam Rocky Mountain, demam Q, tipus, dan psittacosis. Penyakit-penyakit ini
juga mengganggu fungsi paru, namun pneumonia tuberkolosis alias TBC adalah infeksi paru paling
berbahaya kecuali diobati sejak dini.
Penyebab Pneumonia Pada Anak
Dalam banyak penelitian menyebutkan bahwa pneumonia pada anak disebabkan oleh dua jenis bakteri,
yaitu: Haemophilus Influenzae tipe B (Hib) dan Streptococcus pneumoniae. Kedua bakteri ini juga dapat
menyebabkan meningitis akut (infeksi pada selaput yang menutupi otak) pada anak-anak.

3.BRONKIOLITIS

Bronkiolitis adalah suatu peradangan pada bronkiolus (saluran udara yang merupakan
percabangan dari saluran udara utama), yang biasanya disebabkan oleh infeksi virus.

Bronkiolitis biasanya menyerang anak yang berumur di bawah 2 tahun.

PENYEBAB

Penyebabnya adalah RSV (respiratory syncytial virus). Virus lainnya yang menyebabkan
bronkiolitis adalah parainfluenza, influenza dan adenovirus.

Virus ditularkan melalui percikan ludah.

Meskipun pada orang dewasa RSV hanya menyebabkan gejala yang ringan, tetapi pada bayi bisa
menyebabkan penyakit yang berat.

Faktor resiko terjadinya bronkiolitis:

Usia kurang dari 6 bulan

Tidak pernah mendapatkan ASI

Prematur

Menghirup asap rokok.

GEJALA

Gejalanya berupa:

batuk

wheezing (bunyi nafas mengi)

sesak nafas atau gangguan pernafasan

sianosis (warna kulit kebiruan karena kekurangan oksigen)

takipneu (pernafasan yang cepat)

retraksi interkostal (otot di sela iga tertarik ke dalam karena bayi berusaha keras untuk
bernafas)

pernafasan cuping hidung (cuping hidung kembang kempis)

demam (pada bayi yang lebih muda, demam lebih jarang terjadi).

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

Pada pemeriksan dengan stetoskop terdengar wheezing dan ronki.

Pemeriksaan lainnya adalah rontgen dada dan analisa gas darah.

PENGOBATAN

Kadang tidak perlu diberikan pengobatan khusus.Terapi suportif terdiri dari

Pemberian oksigen

Udara yang lembab,

Drainase postural atau menepuk dada untuk mengeluarkan lendir

Istirahat yang cukup

Pemberian cairan.

Kadang bayi menjadi lelah dan mengalami serangan apneu (henti nafas). Jika hal ini terjadi,
dilakukan intubasi dan pemasangan ventilator.
Pada bayi yang sangat muda dan sakit berat, kadang diberikan obat anti-virus Ribavirin. Obat ini
dapat mengurangi beratnya penyakit dan agar efektif harus diberikan pada awal penyakit.
PROGNOSIS

Setelah 1 minggu, biasanya infeksi akan mereda dan gangguan pernafasan akan membaik pada
hari ketiga.

Angka kematian kurang dari 1%.

Masa paling kritis adalah 48-72 jam pertama.

Jarang terjadi bronkiolitis ulang,

PENCEGAHAN

Beberapa tindakan pencegahan pada bronkiolitis:

Jangan membawa bayi berumur kurang dari 3 bulan ke tempat umum, terutama jika banyak anak-

anak

Penderita infeksi saluran pernafasan harus mencuci tangan atau menggunakan masker jika
berdekatan dengan bayi.

You might also like