Professional Documents
Culture Documents
sistemik progresif.
Gangguan kongenital dan herediter : penyakit ginjal polikistik dan asidosis tubulus ginjal.
Penyakit metabolik : diabetes melitus, gout, hiperparatiroidisme dan amiloidosis.
Nefropati toksik : penyalahgunaan analgesik dan nefropati timbal.
Nefropati obstruktif : saluran kemih bagian atas (kalkuli, eoplasma, fibrosis retroperitoneal) dan
saluran kemih bagian bawah (hipertrofi prostat, striktur uretra, anomali kongenital apada leher
kandung kemih dan uretra).
C. Tahap-Tahap Perkembangan Gagal Ginjal Kronik
Berikut ini tahap-tahap perkembangan penyakit gagal ginjal kronik menurut Muhammad
a.
1)
2)
3)
4)
(2012), yaitu:
Penurunan cadangan ginjal (faal ginjal antara 40-75%)
Pada tahap ini, ada beberapa hal yang terjadi dalam tubuh penderita, di antaranya:
sekitar 40-75% nefron tidak berfungsi,
laju filtrasi glomerulus 40-50% normal,
BUN dan kreatinin serum masih normal, dan
pasien asimtomatik
Tahap ini merupakan tahap perkembangan penyakit ginjal yang paling ringan, karena faal
ginjal masih dalam kondisi baik. Oleh karena itu, penderita juga belum merasakan gejala apapun.
Bahkan, hasil pemeriksaan laboratorium menunjukan bahwa faal ginjal masih berada dalam
batas normal.
Selain itu, kreatinin serum dan kadar BUN (blood urea nitrogen) masih berada dalam batas
normal dan penderita asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal baru diketahui setelah pasien diberi
beban kerja yang berat, seperti tes pemekatan kemih dalam waktu lama atau melalui tes GFR
b.
1)
2)
3)
4)
5)
dengan teliti.
Indufisiensi ginjal (faal ginjal antara 20-50%)
Pada tahap ini, beberapa hal yang terjadi dalam tubuh penderita, di antaranya:
sekitar 75-80% nefron tidak berfungsi,
laju filtrasi glomerulus 20-40% normal,
BUN dan kreatinin serum mulai meningkat,
Anemia dan azotemia ringan, serta
nokturia dan poliuria
Pada tahap ini, penderita masih dapat melakukan tugas-tugas seperti biasa, walaupun daya
dan konsentrasi ginjal menurun. Pengobatan harus dilakukan dengan cepat untuk mengatasi
kekurangan cairan, kekurangan garam, dan gangguan jantung. Selain itu, penderita juga harus
diberi obat untuk mencegah gangguan faal ginjal. Apabila langkah-langkah ini dilakukan dengan
cepat dan tepat, perkembangan penyakit ginjal yang lebih berat pun dapat dicegah.
Pada stadium ini, lebih dari 75% jaringan ginjal yang berfungsi telah rusak. Selain itu, kadar
BUN dan kreatinin serum juga mulai meningkat melampaui batas normal.
Gagal ginjal (faal ginjal kurang dari 10%)
Beberapa hal yang terjadi dalam tubuh penderita, di antaranya:
1) laju filtrasi glomerulus 10-20% normal,
2) BUN dan kreatinin serum meningkat,
c.
3)
4)
5)
d.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
daerah-daerah tertentu. Selain itu, nafsu makan penderita menurun, merasa mual dan muntah,
terjadi peradangan pada lapisan mulut (stomatitis), rasa tidak enak dimulut, dan penderita
mengalami penurunan berat badan dan malnutrisi. Apabila tekanan darah tinggi, penderita akan
kejang. Dan kelainan kimia darah menyebabkan kelainan fungsi otak penderita (Muhammad,
2012).
D. Patofisiologi
Fungsi ginjal menurun karena produk akhir metabolisme protein tertimbun dalam darah,
sehingga mengakibatkan terjadinya uremia dan mempengaruhi seluruh sistem tubuh. Semakin
banyak timbunan produksi sampah maka gejala semakin berat (Nursalam dan Fransisca, 2008).
Gangguan clearance renal terjadi akibat penurunan jumlah glomerulus yang berfungsi.
Penurunan laju filtrasi glomerulus dideteksi dengan memeriksa clearance kreatinin urine
tampung 24 jam yang menunjukan penurunan clearance kreatinin dan peningkatan kadar
kreatinin serum (Nursalam dan Fransisca, 2008).
Retensi cairan dan natrium dapat mengakibatkan edema, CHF, dan hipertensi. Hipotensi
dapat terjadi karena aktivitas aksis renin angitensin dan kerja sama keduanya meningkatkan
sekresi aldosteron. Kehilangan garam mengakibatkan risiko hipotensi dan hipovolemia. Muntah
dan diare menyebabkan perpisahan air dan natrium sehingga status uremik memburuk (Nursalam
dan Fransisca, 2008).
Asidosis metabolik akibat ginjal tidak mampu mensekresi asam (H) yang berlebihan.
Penurunan sekresi asam akibat tubulus ginjal tidak mampu men sekresi ammonia dan
mengabsorpsi natrium bikarbonat (HCO3). Penurunan ekskresi fosfat dan asam organik lain
terjadi (Nursalam dan Fransisca, 2008).
Anemia terjadi akibat produksi eritropoietin yang tidak memadai, memendeknya usia sel
darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecendurungan untuk mengalami perdarahan akibat status
uremik pasien, terutama dari saluran pencernaan. Eritropoietin yang diproduksi oleh ginjal,
menstimulasi sumsum tulang untuk menhasilkan sel darah merah, dan produksi eritropoietin
menurun sehingga mengakibatkan anemia berat yang disertai keletihan, angina, dan sesak napas
(Nursalam dan Fransisca, 2008).
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat merupakan gangguan metabolisme. Kadar serum
kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan timbal balik. Jika salah satunya meningkat, maka
fungsi yang lain akan menurun. Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal, maka
meningkatkan kadar fosfat serum, dan sebaliknya, kadar serum kalsium menurun. Penurunan
kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon, sehingga kalsium ditulang menurun,
menyebabkan terjadinya perubahan tulang dan penyakit tulang. Demikian juga vitamin D (1, 25
dihidrokolekalsiferol) yang dibentuk di ginjal menurun seiring perkembangan gagal ginjal
(Nursalam dan Fransisca, 2008).
E. Manifestasi Klinik
Menurut Muhammad (2012), manifestasi klinik gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut :
a. Gangguan pada system gastrointestinal
1) Anoreksia, nausea, dan vomitus yang berhubungan dengan gangguan
metabolisme protein didalam usus, terbentuknya zat-zat toksik akibat metabolisme bakteri usus
seperti ammonia dan metal gaunidin, serta sembabnya mukosa .
2) Fetor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur diubah oleh bakteri di mulut
menjadi ammonia sehingga nafas berbau ammonia.
3) Cegukan (hiccup) sebabnya yang pasti belum diketahui .
b. Gangguan sistem hematologi dan kulit
1) Anemia karena kekurangan produksi eritropoetin.
2) Kulit pucat dan kekuningan akibat anemia dan penimbunan urokrom.
3) Gatal-gatal akibat toksis uremik
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk menetapkan adanya GGK, menentukan ada tidaknya
kegawatan, menentukan derajat GGK, menetapkan gangguan sistem, dan membantu menetapkan
etologi. Dalam menentukan ada atau tidaknya gagal ginjal, tidak semua faal ginjal perlu diuji.
Untuk keperluan praktis yang paling lazim diuji adalah laju filtrasi glomerulus. Disamping
diagnosis GGK secara faal dengan tingkatanya, dalam rangka diagnosis juga ditinjau factor
penyebab (etiologi) dan faktor pemburukanya. Kedua hal ini disamping perlu untuk kelengkapan
diagnosis, juga berguna untuk pengobatan.
b.
Pemeriksaan EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis (misalnya voltase
rendah), aritmia dan gangguan elektrolit (hiperkalemia, hipokalsemia).
c.
Ultrasonografi (USG)
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem,
pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostat. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mencari adanya factor yang reversibel seperti obstruksi oleh karena batu atau masa tumor, juga
untuk menilai apakah proses sudah lanjut (ginjal yang lisut). USG ini sering dipakai oleh karena
non-infasif, tak memerlukan persiapan apapun.
f.
h.
a.
sebagai berikut :
Transplantasi ginjal
Transplantasi ginjal adalah suatu metode terapi dengan cara mencangkokkan sebuah ginjal sehat
yang diperoleh dari donor. ginjal yang dicangkokkan ini selanjutnya akan mengambil alih fungsi
ginjal yang sudah rusak. Orang yang menjadi donor harus memiliki karakteristik yang sama
dengan penderita. Kesamaan ini meliputi golongan darah termasuk resus darahnya, orang yang
baik menjadi donor biasanya adalah keluarga dekat. Namun donor juga bisa diperoleh dari orang
lain yang memiliki karakteristik yang sama. Dalam proses pencangkokkan kadang kala kedua
ginjal lama, tetap berada pada posisinya semula, tidak dibuang kecuali jika ginjal lama ini
menimbulkan komplikasi infeksi atau tekanan darah tinggi. Namun, transplantasi ginjal tidak
dapat dilakukan untuk semua kasus penyakit ginjal kronik. Individu dengan kondisi seperti
kanker, infeksi serius, atau penyakit kardiovaskuler (pembuluh darah jantung) tidak dianjurkan
untuk menerima transplantasi ginjal. Hal ini dikarenakan kemungkinan terjadinya kegagalan
transplantasi yang cukup tinggi. Transplantasi ginjal dinyatakan berhasil jika ginjal
dicangkokkan dapat bekerja sebagai penyaring darah sebagaimana layaknya ginjal sehat dan
pasien tidak lagi memerlukan terapi cuci darah.
menyebabkan produksi hormon Epo mengalami penurunan sehingga pembentukan sel darah
merah menjadi tidak normal, kondisi ini menimbulkan anemia (kekurangan darah). Oleh karena
itu, Epo perlu digunakan untuk mengatasi anemia yang diakibatkan oleh PGK. Epo biasanyan
diberikan dengan cara injeksi 1-2 kali seminggu.
4) Zat besi
Anemia juga disebabkan karena tubuh kekurangan zat besi. Pada penderita gagal ginjal konsumsi
zat besi (Ferrous Sulphate) menjadi sangat penting. Zat besi membantu mengtasi anemia.
5)
Suplemen zat besi biasanya diberikan dalam bentuk tablet (ditelan) atau injeksi (disuntik).
Suplemen kalsium dan kalsitriol
Pada penderita gagal ginjal kronik, kadar kalsium dalam darah menjadi rendah, sebaliknya kadar
fosfat dalam darah menjadi terlalu tinggi. Untuk mengatasi ketidakseimbangan mineral ini,
diperlukan kombinasi obat/suplemen yaitu kalsitriol (vitamin D bentuk aktif) dan kalsium.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL KRONIK
A. Pengkajian
a.
Identitas pasien
Nama
:
Umur
:
Jenis kelamin
:
Agama
:
Alamat
:
Pekerjaan
:
Pendidikan
:
Tanggal pengkajian
:
No. Med. Rec
:
Diagnose Medis
: GGK ( gagal ginjal kronik )
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Biasanya badan tersa lemah, mual, muntah, dan terdapat udem.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan lain yang menyerta biasanya : gangguan pernapasan, anemia, hiperkelemia, anoreksia,
tugor pada kulit jelek, gatal-gatal pada kulit, asidosis metabolik.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien dengan GGK, memili riwayat hipertensi.
Aktivitas/istirahat.
Gejala
Tanda
b. Sirkulasi.
Gejala
Tanda
Hipertensi : DVJ, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak, tangan.
Distritmia jantung.
Nadi lemah halus, hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia, yang jarang pada penyakit
tahap akhir.
c.
Integritas Ego.
Faktor stress, contoh financial, hubungan dan sebagainya. Perasaan yang tak berdaya, tak ada
Gejala
d. Eliminasi.
Gejala
Penurunan frekuensi urine, oliguria, onuria (gagal tahap lanjut). Abdomen kembung, diare atau
konstipasi.
Tanda
Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat, berawan, oliguria, dapat menjadi
anuria.
Gejala
e.
Makanan/cairan.
Peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan (malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu
hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut (Pernapasan ammonia).
Tanda
f.
Neurosensori.
Gejala
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, sindrom kaki gelisah bebas rasa terbakar
pada telapak kaki. Bebas kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremitas bawah (neuropati
perifer).
Tanda
g. Nyeri/kenyamanan.
Gejala
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki (memburuk saat malam hari).
Tanda
Gejala
Napas pendek; dispnea noktural paroksismal; batuk dengan/tanpa sputum kental dan banyak.
Tanda
h. Keamanan.
Gejala
Kulit gatal.
Ada/berulangnya infeksi.
Tanda
Pruritis.
Demam (sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara actual terjadi peningkatan pada pasien
yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal (efek GGK/depresi respon imun), petekie,
area ekimosis pada kulit.
Fraktur tulang; deposit fosfal kalsium (klasifikasi metastatik) pada kulit, jaringan lunak, sendi,
keterbatasan gerak sendi.
Gejala
i.
Seksualitas.
Gejala
Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran
biasanya dalam keluarga.
j.
Pembelajaran/penyuluhan.
Gejala
Riwayat DM keluarga (resiko tinggi untuk gagal ginjal) penyakit polikistik, nefritis, herediter,
kalkulus urinaria, malignansi.
Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan.
Penggunaan antibiotic nefrotoksik saat ini/berulang.
a.
1.
2.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
INTERVENSI
RASIONAL
b.
1.
2.
3.
4.
5.
e.
Batasi protein 20-60 gram perhari,
intake karbohidrat 100 gram perhari
2000 kalori perhari keseluruhan intake.
Kaji berat badan perhari dengan
f.
(pakaian, waktu skala yang sama)
Beri informasi alasan untuk pembatasan
g.
protein dan bagaimana memantang
makanan selama 24 jam.
Hindari minum berkafein, juice
h.
makanan panas/berbau
i.
Berikan intake ayam, ikan sebagai
sumber protein.
RASIONAL
Merupakan data dasar terhadap
kemampuan beraktivitas dan untuk
tindakan berikutnya.
Peningkatan yang cepat indikasi terhadap
aktivitas
Tanda dan gejala anemia dengan
pusing
d. Kaji perdarahan dari gusi, luapan
menstruasi berat saluran gastrointestinal.d.
e. Monitor jumlah darah merah,
hematokrit, hemoglobin, jumlah platelet e.
RBC kurang dari 6 juta Hct kurang dari
20% Hgb kurang dari 10 g/dl
f. Kaji tanda-tanda vital setiap 4 jam
f.
g. Obat parrous sulpat (feosl, folic
acid/flovite)
g.
e. Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
Tujuan : kecemasan tidak ada/hilang
Kriteria :
1. Klien mengungkapkan bahwa kecemasan berkurang
2. Tanda-tanda vital dalam ketentuan batas 140/90 mmHg, nadi 80-100 x/m, respirasi 16-20x/m.
3. Klien memperbaharuhi coping, terbukti dengan layaknya.
4. Tidak tampak melemah, murung.
INTERVENSI
RASIONAL
a. Kaji tingkat cemas, ekspresi verbal
a.
perasaan tentang prognosa dan pengaruh
pada gaya hidup.
b. Kaji tingkat penggunaan mekanisme
koping, kemampuan menjelaskan masalah.b.
c. Kaji kepribadian, sumber untuk koping
dengan stress dan kecemasan.
d. Berikan informasi penerimaan tidak
e.
f.
g.
h.
i.
f. Gangguan proses pikir berhubungan dengan terlalu memperhatikan penyakit dan pembatasan.
Tujuan : Proses pikir sempurna
Kriteria :
1. Klien mampu mengungkapkan pikiran yang rasional
2. Mampu meningkatkan peristiwa-peristiwa yang sudah lewat
3. Orientasi tempat, waktu dan orangMampu memutuskan suatu yang bersifat dua pilihan
INTERVENSI
RASIONAL
a. Kaji luasnya gangguan kemampuan
a. Efek sindroma uremik dapat terjadi
berpikir, memori dan orientasi perhatikan
dengan kekacauan dan berkembang ke
lapangan perhatian
perubahan kepribadian atau
ketidakmampuan untuk mengasimilasi
informasi dan berbartisipasi dalam
perawatan. Kewaspadaan terhadap
perubahan memberikan kesempatan
untuk evaluasi dan intervensi.
b. Pastikan dari orang terdekat, tingkat
b. Membiarkan perbandingan untuk
mental klien biasanya.
mengevaluasi perkembangan/perbaikan
gangguan
c. Berikan informasi orang terdekat tentang c. Beberapa perbaikan dalam mental
status klien
mungkin diharapkan dengan perbaikan
kadar BUN, elektrolit dan PH serum yang
lebih normal
d. Berikan lingkungan dan izinkan
d. Meminimalkan rangsangan untuk
menggunakan televisi, radio dan
menurunkan kelebihan
kunjungan.
sensori/peningkatan kekacauan saat
mencegah.
e. Orientasi terhadap lingkungan orang dan e. Memberikan petunjuk untuk membantu
g. Gangguan pada eliminasi defekasi : konstipasi berhubungan dengan pembatasan makanan yang
berserat dan cairan
Tujuan : Eliminasi menjadi lancer
Kriteria :
1. Klien menyatakan dapat buang air besar
2. Feaces lembek
3. Tidak terdapat benjolan pada saat palpasi di bagian epigastrium bawah kiri.
RASIONAL
INTERVENSI
a. Lakukan aktivitas yang cukup
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian nutrisi yang tinggi serat
c. Kolaborasi dengan dokter pemberian
laksative
RASIONAL
Cedera, resiko tinggi terhadap (profil darah abnormal) penekanan produksi/sekresi eritroetin
berhubungan dengan penurunan produksi, gangguan faktor pembekuan; peningkatan kerapuhan
kapiler.
Tujuan : Tidak mengalami tanda/perdarahan
Kriteria : Klien dapat mempertahankan/menunjukkan perbaikan nilai laboratorium
INTERVENSI
RASIONAL
a. Perhatikan keluhan peningkatan
a. Dapat menunjukkan anemia dan respon
kelelahan, kelemahan. Observasi
jantung untuk mempertahankan aksigen
takikadi, kulit/membran mucosa pucat,
sel.
dispnea dan nyeri dada. Rencanakan
aktivitas pasien untuk menghindari
kelelahan.
b. Awasi tingkat kesadaran dan prilaku b. Anemia dapat menyebabkan hipoksia
serebral dengan perubahan mental,
orientasi dan respon prilaku.
c. Evaluasi respon terhadap aktivitas,
c.
Anemia menurunkan oksigenasi jaringan
kemampuan untuk melakukan tugas.
dan
meningkatkan kelelahan sehingga
Bantu sesuai kebutuhan dan buat jadwal
memerlukan intervensi, perubahan
untuk istirahat.
aktivitas dan istirahat.
d. Batasi contoh vaskuler, kombinasikan
d. Pengambilan contoh darah
tes laboratium bila mungkin.
berulang/kelebihan dapat memperburuk
anemia
e. Observasi perdarahan terus menerus
dari tempat penusukan, perdarahan/area
ekimosis karena trauma kecil, petekie; e.
pembengkakan sendi atau membran
mucosa, contoh perdarahan gusi,
epitaksis berulang, hematemesis,
melena dan urine merah/berkabut.
f. Hematemesis sekresi GI/darah feces
g. Berikan sikat gigi halus, pencukur
f.
elektrik; gunakan jarum kecil bila
mungkin dan lakukan penekanan lebih g.
lama seteleah menyuntikan/penyusunan
vaskular.
j.
1.
Klien dapat mengidentifikasi keterbatasan seksual yang disebabkan oleh masalah kesehatan
(GGK)
2. Klien dapat mengidentifikasi modifikasi kegiatan seksual yang pantas dalam respon terhadap
keterbatasannya
3. Melaporkan adanya kepuasan dalam aktivitas seksual.
INTERVENSI
a.
RASIONAL
a.
: Ny. Y.M
: 55 th
: Perempuan
: Kalawat jaga III
: Kr. Protestsn
: Ternate/Indonesia
: SMP
: Menikah
: IRT
: 11 Juli 2014
: 14 Juli 2014
: 41.61.88
: Gagal Ginjal Kronik
Ket.
: Laki-Laki
: Perempuan
: Pasien
: Hubungan
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Mual dan Muntah
b. Riwayat keluhan utama
Mual dan muntah dirasakan pasien 1 hari SMRS, pasien muntah dengan frekwensi 6 kali
sehari, muntah berisi makanan dan minuman yang dimakan pasien, volume muntah 4 gelas
aqua sekali muntah, pasien juga merasa nyeri ulu hati, 1 hari SMRS, nyeri bersifat hilang
c.
timbul dan diraskan 1 menit, pasien juga mengatakan badan terasa lemah.
Riwayat kesehatan sekarang
Pasien tidak ada nafsu makan, badan terasa lemah serta mengalami susah tidur dan konstipasi (+)
mual(+), muntah (-),pucat (+), edema palpebra (+), turgor kulit jelek, bibir kering dan pecah-
Penurunan nafsu makan, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut (Pernapasan
ammonia). Pasien makan 3x/hari dengan menu Diit Protein(0,6 gr /kg/bb/hari) dan Diit kalori
(30ml/kg/bb/hari), makanan tidak dihabiskan (1/2 piring dihabiskan).
f)
Neurosensori.
Kesadaran pasien compos mentis, konsentrasi baik, tidak ada penurunan fungsi saraf.
g) Nyeri/kenyamanan.
pasien tidak merasakan nyeri ulu hati dan nyeri kepala. Pasien merasa aman selama berada di
rumah sakit.
h) Pernapasan.
Pernapasan pasien 20x/m tidak ada ronkhi dan wheezing, batuk tidak ada.
i) Integumen
Turgor kulit pasien jelek dan wajah tampak pucat.
j) Seksualitas.
Pasien pada saat ini sudah tak dapat lagi melakukan aktivitas seks karena dalam keadaan sakit.
k) Interaksi sosial.
[asien sudah tak dapat lagi beraktivitas seperti biasa karena dalam keadaan sakit, pasien tidak
dapat lagi melakukan peran sebagai Ibu Rumah Tangga karena sakit.
l) Pembelajaran/penyuluhan.
Pasien memiliki riwayat DM, salah satu penyebab GGK adalah DM, pasien juga harus diberikan
pendidikan tentang diit Protein dan Kalori.
4. Pemeriksaan Fisik
a. KU
: sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
TTV
: TD :140/90 mmHg
N
: 88x/mnt
BB SMRS : 67kg
R
S
: 20x/mnt
: 36,8C
b. Sistem Integumen
Pucat (+), kulit kering, turgor lambat
c. Kepala
Warna rambut hitam, penyebaran merata, rambut oval & kering
d. Mata
Penglihatan normal, konjungtiva anenis (+), sklera interik (-) edema palpera (+)
e. Telinga
Secret (+), pendengaran baik
f. Hidung
Secret (+), penciuman baik
g. Mulut & Faring
Keadaan mulut kering (+), bau mulut (+), bibir kering dan pecah-pecah (+), stomatitis (-)
h. Ekstremitas Atas
Ekstremitas Bawah
i. Abdomen
Benjolan (-), pembesaran hepar (-), bu (+) normal
5. Pemeriksaan Penunjang
1) Hasil Pemeriksaan Kimia Klinik 14 Juli 2014
No
Parameter
Hasil
Satuan
Nilai Rujukan
.
Hematologi
1.
Leukosit
11.500
/mm^3
4000-10.000
2.
Eritrosit
3,60
10^6/mm^3
4,25-5,40
3.
Hemoglobin
10,9
g/dL
12,0-16,0
4.
Hematokrit
29,7
37,0-47,0
5.
Trombosit
391
10^3/mm^3
150-450
Kimia klinik
6.
GDS
235
mg/dL
70-125
7.
Natrium Darah
129
meg/dL
135-152
8.
Kalium Darah
3,74
meg/dL
3,5-4,5
9.
Chlorida Darah
94
meg/dL
98-109
10.
Kreatinin Darah
2,9
mg/dl
0,6-1,1
11
Ureum Darah
53
mg/dl
20-40
Hasil
5-6
0-1
2-3
1,005
Satuan
/1 pk
/1pk
/lpb
/1pb
M3
Nilai Rujukan
0-1
0-1
1-5
1,010-1030
Parameter
Epitel
Silinder
Eritrosit
Leukosit
Berat jenis
4
5
6
7
8
9
pH
Leukosit
Nitrit
Protein
Glukosa
Keton
Urobilinogen
Bilirubin
Darah/Eri
10
11
12
13
14
3. Terapi obat-obatan
a.
Ranitidin 2 x 1 amp IV
Amlodipine 10 mg 1-0-0
d. Asquidone 2x30 mg
e.
Ciprofloxacin 1x400 mg IV
f.
Simvastatin 10 mg 0-0-1
g. Captopril 3x25 mg
h. Kapsul garam 3x1
i.
7
++
+++
+
+
Normal
-
5-8
+
Normal
0,1-1
Normal
-
ANALISA DATA
N
Data
o
1.
DS : Pasien mengatakan adanya
Etiologi
Problem
Kelebihan
Volume
Cairan
DO :
GFR
(BUN & kreatinin )
Retensi natrium
Total CES
Vol Interstisial
Edema
Preload
2.
Aktivitas
Intoleransi
Ketidakseimbangan dlm
glomerulus & tubulus
imobilisasi, mandi/wc.
-HB 10,9 g/dl
Eritropoetin
Hb
suplai O2
anemia
Pucat, Fatigue malaise
Nutrisi
juga
Kurang
mengatakan
mengalami
GFR
(BUN & kreatinin )
Do :
Dari
Kebutuhan
Tubuh
Nausea, Vomitus
Gangguan Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh
Klasifikasi Data
DS :
Gangguan
Intoleransi Aktivitas
Nefron yang terserang hancur
1. Pasien mengatakan adanya bengkak di kelopak mata, bibir kering dan pecah-pecah.
2. Pasien mengatakan badan lelah dan lemah, malaise.
3. Pasien mengatakan tidak ada nafsu makan karena mual dan berat badan menurun 3 kg.
DO :
1. adanya edema palpebra, bibir kering, pecah-pecah dan bau amoniak, turgor kulit jelek, kadar
kreatinin 2,9Mg/dl dan kadar Ureum Darah 53 mg/dl.
2. Pasien beraktivitas di bantu oleh orang lain baik dalam makan, minum, berjalan, ambulasi dan
imobilisasi, mandi/wc, HB 10,9 g/dl.
3. Selera makan pasien menurun, makan 3x1 diit protein dan kalori (1/2 piring dihabiskan)
No
1 a.
Diagnosa Keperawatan
Gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit
berhubungan dengan
1.
penurunan glomerulo
filtration rate.
DS : Pasien mengatakan
2.
adanya bengkak di
3.
kelopak mata, bibir
Tujuan
Keseimbangan
Intervensi
1. Kaji adanya edema
dengan distensi vena
cairan dan elektrolit
jugularis, dispnea,
1.
Rasio intake dan tachikardi, peningkatan
tekanan
darah
crakles
output pada batas
pada auskultasi.
normal
R :Merupakan tandaBerat badan normal tanda lethargi cairan
Tekanan darah yang menambah kerja2.
dalam
batas dari jantung dan
menuju edema
ketentuan (140/90
kering dan pecah-pecah.
pulmoner dan gagal
mmHg)
dan
jantung.
DO :
elektrolit K, Ca,2. Kaji kelemahan otot
-adanya edema palpebra
Mg, Fosfat, Na tidak adanya reflek
tendon dalam, kram
-bibir kering, pecahpada batas normal.
abdomen dengan diare,
pecah dan bau amoniak 4. Tidak ada edema
tidak teraturnya nadi, 3.
5.
Membran
mukosa
membran mukosa dan
-turgor kulit jelek
baik, bibir lembab turgor kulit..
-kadar kreatinin 2,9
dan turgor kulit R :Tanda-tanda
hipernatremia
4.
Mg/dl
baik.
dihasilkan dari tanda
-kadar Ureum Darah 53
fungsi tubular ginjal.
mg/dl
3. Kaji kelemahan,
kelelahan, penurunan
reflek tendon
R :Tanda-tanda
hipertermia dihasilkan
dari ketidakmampuan 5.
nefron untuk
Implementasi
Tgl. 14 Juli 2014
Jam : 11.00
Mengkaji adanya edema
palpebra, dispnea (-),
TD : 140/90 mmhg
nausea (-) muntah (-).
Jam 11.00
Mengkaji kelemahan otot
(-) tidak adanya reflek
tendon dalam (-) kram
abdomen (-) N : 88x/m,
membran mukosa/bibir
kering, pecah- pecah dan
bau amoniak dturgor kulit
: jelek..
Jam 11.00
Mengkaji kelemahan (+)
kelelahan (+) penurunan
reflek tendon ?(-).
Jam 11.30
Memonitor TTV TD :
140/90mmhg, N : 88x/m,
R : 20x/m, SB : 36,8 c,
Kreatinin : 29 mg/dl,
Ureum Darah 53 mg/dl,
K : 3,74, Na : 129, Cl :
94.
Jam 12.00
Berkolaborasi pemberian
obat diuretik, HCT
Ranitidin 2 x 1 amp IV
Merocloporanide 3x1
amp IV
Amlodipine 10 mg 1-0-0
Asquidone 2x30 mg
Ciprofloxacin 1x400 mg
IV
Simvastatin 10 mg 0-0-1
Captopril 3x25 mg
Kapsul garam 3x1
IVFD NaCl 0,9 20 gtt/
menit
1.
minum, berjalan,
2.
ambulasi dan imobilisasi,
mandi/wc.
-HB 10,9 g/dl
-Eritrosit 3,60 106mm3 3.
-Hematokrit : 29,7 %
merah, hematokrit,
Jam 11.00
Mengkaji tingkat
aktivitas dan toleransi :
Pasien mengatakan badan
lelah dan lemah, malaise.
, pola aktivitas
kemampuan dalam ADL :
makan, minum, berjalan,O :
ke wc di bantu oleh
suami. TTV: TD : 140/90,
N : 88x/m, SB : 36,8c, R
: 20x/m.
Jam 11. 05
Mengkaji kelemahan (+),
dyspnoe (-), pucat(+)
dan pusing (-)
perdarahan dari gusi (-),
luapan menstruasi berat -HB
saluran gastrointestinal
(-).
Jam 12.00
Memonitor jumlah darah
merah : 3,60 106mm3,
hemoglobin, jumlah
platelet RBC kurang
dari 6 juta Hct kurang
dari 20% Hgb kurang 4.
dari 10 g/dl
R : Penurunan
merupakan indikasi
suspek anemia,
kehilangan darah.
5.
4. Bantu klien ketika
diperlukan dalam
pemenuhan ADL
R: Menyimpan energi
dan mengurangi
tuntutan
hematokrit : 29,7 % ,
hemoglobin : 10,9 g/dl.
Jam 01.00
Membantu klien ketika
diperlukan dalam
pemenuhan ADL :
membantu berpindah
kamar serta membawa
pasien ke wc.
Mengajari pasien
bagaimana untuk
merencanakan
pembatasan untu
memodifikasi atau
meningkatkan aktivitas
yang disetujui pada
tingkat toleransi dan
5. Ajari klien bagaimana tujuan realistis.
untuk merencanakan
Jam 01.30
pembatasan untu
6. Menganjurkan pasien
memodifikasi atau
hindari aktivitas atau
meningkatkan aktivitas mengunakan alat (sikat
yang disetujui pada
gigi, pisau cukur) yang
tingkat toleransi dan
mungkin menyebabkan
tujuan realistis.
trauma pada jaringan
R : Izinkan untuk
mengontrol pasien
ketika mencapai
perkembangan dan
menghindari kelelahan
6. Anjurkan pasien
hindari aktivitas atau
mengunakan alat (sikat
gigi, pisau cukur) yang
mungkin menyebabkan
trauma pada jaringan:
catat setiap perdarahan
dari mukosa memar
berlebih
R : Kecenderungan
berdarah menyebabkan
hilangnya darah
terutama jaringan
Setelah dilakukan
intervensi
keperawatan selam
yang terjadi
lambung di tandai
2x24 jam
R : mengetahui pola
pasien
dengan:
diharapkan
Kebutuhan nutrisi
intake makanan
baik
pasien dapat
mual
Dan berat badan menurun
3 kg.
DO :
Pola Nutrisi
Selera makan : Tdk
baik/menurun
Frekuensi : 3x/hari
terpenuhi
R : Mengidentifikasi
KH :
intake makanan
2.
3.
4.
Porsi
makan
habiskan
5.
Berat Badan
di
4. Berikan makanan
(1/2piringdihabiskan)
4. Memberikan makanan
porsi kecil tapi sering
Diit Kalori
dihabiskan (1/2 piring)
Jam : 11.00
Frekuensi : 3x/hari
5. Anjurkan
menghindari minum
berkafein, juice
makanan panas/berbau
5. Menganjurkan
6. Kolaborasi dengan
menghindari minum
panas/berbau
dokter dalam
pasien
pemberian obat
Ranitidin 2 x 1 amp IV
k. Merocloporanide 3x1
amp IV
l.
Amlodipine 10 mg 1-0-0
m. Asquidone 2x30 mg
n. Ciprofloxacin 1x400 mg
IV
o. Simvastatin 10 mg 0-0-1
p. Captopril 3x25 mg
q. Kapsul garam 3x1
r.