You are on page 1of 6

PERMUKIMAN TERENCANA

DAN
TIDAK TERENCANA

RAHMAT HIDAYAT S. TAHER


F 221 14 091

S1 ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2016

Permukiman merupakan suatu proses dimana awalnya manusia berkumpul


dan tinggal bersama pada tempat-tempat tertentu (Marpaung dan Alip, 2009)
Kemudian manusia tersebut hidup secara berkelompok yang didasari oleh hubungan
kekerabatan, status kemasyarakatan ataupun pekerjaan yang sama. Seiring dengan
berjalannya waktu, maka terbentuklah suatu area hunian dengan latar belakang
masyarakat yang beragam. Proses terbentuknya suatu area hunian manusia terjadi
melalui proses yang panjang. Proses inilah yang dinamakan sejarah atau asal usul
terjadinya suatu permukiman. Sejarah mempunyai peran penting dalam menjelaskan
suatu kronologis peristiwa yang terjadi, dimana selalu ada kesinambungan antara
kejadian sebelumnya dengan kejadian selanjutnya.
Menurut Kevin Lynch, bentuk permukiman terjadi sangat didukung oleh
fungsi utamanya. Fungsi utama tersebut dipengaruhi oleh ide-ide masyarakat yang
menghuni suatu permukiman. Ide-ide tersebut selalu dilatarbelakangi oleh peristiwaperistiwa yang menjadi basis terciptanya suatu bentuk (Kostof, 1991). Terbentuknya
suatu permukiman tidak terlepas dari tokoh dibalik pendirinya. Pendiri atau pencipta
suatu permukiman bisa berasal dari kalangan apapun. Militer, pejabat pemerintahan,
pengusaha, peneliti, penjajah maupun tokoh agama bisa dikategorikan pendiri suatu
permukiman (Kostof, 1991 : 12).
Apabila kita menelusuri kembali bentuk-bentuk permukiman dari dahulu
hingga kini, maka akan didapati bahwa pada bentuk permukiman manusia sebenarnya
terdapat tatanan spasial (spatial order). Tatanan ruang ini merupakan ekspresi dari
lingkungan sosial dan budaya bermukim masyarakatnya. Sebagai contoh bagaimana
tatanan ruang permukiman masyarakat tradisional, yang biasanya menerapkan
kaidah-kaidah tersendiri dalam pengaturan gubahan ruang dan massa bangunannya,
mengikuti alam pikir atau kosmologi yang dianutnya. Hal ini tercermin dalam
pengaturan tata letak bangunan yang pada umumnya disesuaikan dengan aturan
hirarki dan fungsi-fungsinya. Kaidah - kaidah teoritik tatanan spasial (spatial order)
secara aplikatif biasanya diterapkan pada permukiman yang direncanakan dengan
baik (well planned), apakah itu permukiman tradisional maupun permukiman urban.

Lalu, bagaimana dengan tatanan ruang pada permukiman yang berkepadatan tinggi
yang merupakan permukiman tak terencana (unplanned)?
Pada permukiman yang terencana, biasanya telah diterapkan aturan tatanan
ruang baku secara teoritis dalam perencanaannya. Lain halnya pada kawasan
permukiman padat yang tidak terencana (unplanned), pola ruang atau tatanan ruang
terkadang dapat terjadi dengan sendirinya akibat adanya prinsip-prinsip aturan
sebagai hasil kesepakatan dan interaksi antarwarganya. Walaupun tak terencana dan
sulit untuk dijelaskan, tetapi dapat dilihat bahwa tatanan tersebut merupakan proses
pengembangan permukiman yang pada dasarnya memiliki sifat keruangan yang
secara arsitektural dapat dipahami. Dari problema ini kita dapat melihat bahwa
arsitektur bukan semata merupakan pembahasan sistem visual bentuk dan ujud dari
sisi materialnya, tapi lebih merupakan gubahan sistem ruang dimana kita hidup dan
bergerak. Terdapat hubungan langsung yang lebih jauh dari sekedar simbolis bentuk
wadah sebagai aktualisasi kemampuan ekonomi manusia dalam memenuhi
huniannya, tetapi juga kehidupan sosial dan interaksi sosial yang pada akhirnya akan
membentuk pengalaman ruang.
Pemahaman Mengenai Pola Tatanan Spasial Permukiman Keberadaan
manusia pada dasarnya merupakan sinergi dengan fenomena spasial. Manusia yang
tinggal di bagian bumi ini saling bersosialisasi dan bertukar informasi. Pada tatanan
ini kita dapat melihat bahwa manusia akan eksis tinggal pada suatu tempat dan
melakukan hal-hal yang lebih dari sekedar tinggal dalam ruang, tetapi juga membagi
bentuk-bentuk spasial dalam dua katagori. Pertama, mengatur manusia dalam ruang
agar saling berhubungan, dengan kondisi tertentu yang berkaitan dengan agregasi,
separasi, pola pergerakan yang dilakukan manusia dalam berbagai kelompok. Kedua,
mengatur ruang tersebut melalui elemen-elemen bangunan, batas-batas, jalan,
penanda, zona, dan lain-lain, yang secara fisik merupakan pola-pola yang pasti. Dari
kedua keadaan tersebut maka dapat dikenali bagaimana sebenarnya tatanan
spasialnya atau spatial order pada suatu kondisi.

Permukiman Yang Tumbuh Secara Tidak Terencana


Pada dasarnya bentuk permukiman terdiri dari dua jenis, yaitu permukiman
terencana dan permukiman tidak terencana. Permukiman terencana merupakan suatu
area hunian yang dirancang oleh seseorang tokoh. Permukiman ini biasanya
berbentuk grid, lingkaran atau poligon dengan sirkulasi jalan berbentuk radial dan
berasal dari pusat permukiman. Permukiman tidak terencana berkembang sesuai
dengan berjalannya waktu. Permukiman ini biasanya memiliki beberapa keunikan
antara lain bentuknya yang tidak beraturan, sirkulasi jalan yang berliku, dan
munculnya lorong-lorong di sekitar bangunan (Kostof, 1991:43).
Permukiman tidak terncana berkembang sesuai dengan aktifitas manusia
didalamnya yang pada dasarnya dilakukan sesuai keinginannya sendiri (Kostof,
1991:48). Terbentuknya permukiman tidak terencana dapat dijelaskan melalui proses
dimana awalnya individu mendatangi suatu kawasan tertentu dan kemudian
bermukim di kawasan tersebut yang disebutkan oleh F. Castagnoli dalam bukunya
yang berjudul Orthogonal Town Planning in Antiquity, 1971 (Kostof, 1991: 43).
Kemudian individu tersebut akan menghasilkan keturunan sehingga pada
permukiman tidak terencana mayoritas penduduknya memiliki hubungan saudara.
Permukiman yang terbentuk tidak terencana tidak selalu sudah jelas, karena adanya
unsur campuran antara sifat yang statis dan dinamis (Krier, 1997). Bangunan dan
aspek fisik yang mempengaruhi keberadaan suatu massa bangunan dianggap sebagai
elemen statis. Jalan sebagai ruang penghubung merupakan elemen dinamis (Mc
Clusky, 1979). Jalan merupakan ruang luar utama dan komponen dasar dari
permukiman (Oktay, 1998). Secara umum, bentuk dari permukiman tidak terencana
menurut Fernandez (2011) adalah bentuk grid teratur, bentuk grid tidak teratur,
bentuk dengan koridor sentral dan bentuk dengan koridor pusat. Bentuk permukiman
tidak terencana dengan grid teratur memliki bentuk grid urban dengan jalan yang
paralel dan melintang dengan dimensi yang hampir seragam. Hal ini biasa terjadi

pada lahan yang relatif datar. Bentuk yang teratur ini mengikuti kondisi lahan dan
sangat memungkinkan untuk menemukan kekacauan konfisgurasi pada lahan yang
datar

Kesimpulan :
Berdasarkan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa permukiman tidak
terencana, cenderung memiliki pola yang tidak terencana pula. Hal itu biasanya
diakibatkan oleh pergerakan manusia di dalam permukiman tersebut. Namun pola
yang tidak terencana tersebut dapat memberikan suatu tersendiri terhadap
permukiman tersebut. Sesuatu yang cenderung terjadi secara acak, dapat memberikan
kesan yang menyenangkan, penasaran dan kebahagiaan.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/46454/3/Chapter%20II.pdf

Dwi Kustianingrum - Jurnal Rekayasa Institut Teknologi Nasional Oktober - Tatanan


Spasial Permukiman Tak Terencana Kampung Babakan Ciamis Kota Bandung

You might also like