You are on page 1of 7

TUGAS KDM I

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita bisa lari pagi di akhir pekan, kita bisa berenang di gelanggang kesukaan, kita bisa
bermain golf di lapangan yang penuh keindahan, kita bisa beres - beres rumah untuk menjaga
kebersihan dan kerapihan, atau sekedar jalan - jalan ke pusat pembelanjaan, dan kitapun bisa
tidur untuk menepis keletihan. Itu semua penting untuk menjaga kebugaran Bukan sekedar
penting...tapi juga merupakan kebutuhan.
Kita sadar....,Diri kita terdiri dari jiwa dan raga, raga sering kita perhatikan baik untuk
menjaga kebugaran maupun kesehatan. Berbagai supplemen dan multivitamin kita
perhatikan, bahkan anggaran kita alokasikan untuk sebuah kecantikan. Itu tidak salah. Itu
sangat bagus...karena merupakan bagian dari ibadah, dimana kita bisa menyukuri nikmat-Nya
dengan menjaga dan merawat setiap pemberian-Nya, selama semua diniatkan semata - mata
untuk ibadah dan syukur pada-Nya
Ada satu hal yang sering kita lupakan,yaitu kebutuhan gizi spiritualitas yang sering
kita abaikan jangankan memperhatikan gizi masukan, kadang kita tidak mengetahui apa yang
seharusnya dilakukan, bahkan untuk mengenalpun sering tak dihiraukan, padahal spiritualitas
adalah aspek yang sangat penting sama pentingnya dengan menjaga kebugaran dan kesehatan
ragawi.
Ada beberapa hal yang perlu kita ketahui, dengan penyakit spiritual yang ada pada
diri kita dan mungkin kan mengerogoti kebugaran dan kesehatan ruhani kita. Perhatikanlah
ucapan kita.., jangan sampai terjangkit "Penyakit Bohong", perhatikanlah ibadah kita..,
jangan sampai menjadi "Riya", perhatikanlah kecantikan / ketampanan kita, jangan sampai
terindikasi "Penyakit Sombong", jangan sampai karena kekayaan kita menjadi "Penderita
Kikir", Jangan sampai dengan kemiskinan kita menjadi "Pengidap Kufur", Jangan sampai
dengan keilmuan kita menjadi "Penderita takabur", Hati - hatilah selalu jika kita, rajin
beribadah karena dilihat dan dipuji orang, dan menjadi malas ketika sendirian.
Apalagi selalu menceritakan berbagai amalan dan kebajikan, jangan sampai kebaikan
kita pada orang, hanya akan mempermalukan dan menjadi bahan gunjingan.
1

Lakukanlah identifikasi dengan benar, kenali langkah - langkah tindak lanjutnya,


berobatlah ke Klinik spiritual, lakukan perawatan intensif dan regular, sekali - kali mintakan
general check up spiritual, semoga kita menjadi manusia paripurna, yang bugar dan sehat
secara lahir dan bathin. Amin
B. Tujuan
Memahami konsep elemen-elemen spiritual agar dapat memberikan asuhan
keperawatan pada lingkup kesehatan spiritual sebagai wujud keperawatan holistic, perawat
juga dituntut untuk menanggapi keadaan sehat sakit manusia yang beraneka ragam dengan
cara yang berbeda tergantung pada individu secara spiritual karena setiap interaksi dan
perilaku individu sangat dipengaruhi oleh spiritualisme yang dialami dalam kehidupan
individu tersebut.
Dengan mempelajari elemen-elemen spiritual, seorang perawat dapat mengunakan
pendekatan ilmu spiritual dalam memenuhi kebutuhan spiritual klien dalam mencari identitas
dan menemukan arti kehidupan dan menemukan cara untuk mengatasi sakit dan stress yang
terus menerus dalam kehidupan. Tepatnya pelayanan spiritual dibutuhkann oleh perawat
dalam memberikan pelayanan yang memungkinkan pemberian pertolongan dan menerima
bantuan serta kemungkinan membentuk suatu hubungan dengan klien.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Spirituality
Spirituality berasal dari bahasa latin spiritus yang berarti nafas atau udara.spirit
memberikan hidup,menjiwai seseorang. Spirit memberikan arti penting ke hal apa saja yang
sekiranya menjadi pusat dari seluruh aspek kehidupan seseorang( Dombeck,1995).
Spirituality adalah suatu yang dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman
hidup kepercayaan dan nilai kehidupan. Spiritualitas mampu menghadirkan cinta,
kepercayaan, dan harapan, melihat arti dari kehidupan dan memelihara hubungan dengan
sesama. (Perry Potter, 2003).
Spiritual adalah konsep yang unik pada masing-masing individu (Farran et al, 1989).
Masing-masing individu memiliki definisi yang berbeda mengenai spiritual, hal ini
dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup dan ide-ide mereka sendiri

tentang hidup. Menurut Emblen, 1992 spiritual sangat sulit untuk didefinisikan. Kata-kata
yang digunakan untuk menjabarkan spiritual termasuk makna, transenden, harapan, cinta,
kualitas, hubungan dan eksistensi. Spiritual menghubungkan antara intrapersonal (hubungan
dengan diri sendiri), interpersonal (hubungan antara diri sendiri dan orang lain), dan
transpersonal (hubungan antara diri sendiri dengan tuhan/kekuatan gaib)
Spiritual adalah suatu kepercayaan dalam hubungan antar manusia dengan beberapa
kekuatan diatasnya, kreatif, kemuliaan atau sumber energi serta spiritual juga merupakan
pencarian arti dalam kehidupan dan pengembangan dari nilai-nilai dan sistem kepercayaan
seseorang yang mana akan terjadi konflik bila pemahamannya dibatasi. (Hanafi, djuariah.
2005)
Spirituality atau kepercayaan spiritual adalah kepercayaan dengan sebuah kekuatan
yang lebih tinggi dari kekuatan pencipta, sesuatu yang bersifat Tuhan, atau sumber energi
yang tidak terbatas. Contoh, seseorang percaya pada Tuhan, Allah, Kekuatan tertinggi.
Spirituality memiliki beberapa aspek antara lain :
a. Hubungan yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam hidup
b. Menemukan arti dan tujuan dalam hidup.
c. Menyadari dan mampu untuk menarik sumber-sumber dan kekuatan dari dalam diri.
d. Mempunyai perasaan hubungan kedekatan dengan diri sendiri dan Tuhan atau Allah.
(Cozier Barbara, 2000).
Kesehatan spiritual atau kesejahteraan adalah rasa keharmonisan saling kedekatan
antara diri dengan orang lain, alam, dan dengan kehidupan yang tertinggi (Hungelmann et
al,1985).
Spiritual dimulai ketika anak-anak belajar tentang diri mereka dan hubungan mereka
dengan orang lain. Banyak orang dewasa mengalami pertumbuhan spiritual ketika memasuki
hubungan yang langgeng. Kemampuan untuk mengasihi orang lain dan diri sendiri secara
bermakna adalah bukti dari kesehatan spiritual
Kesehatan jiwa ( spiritual ) menurut ilmu kedokteran saat ini adalah suatu kondisi
yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yan optimal dari
seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan orang lain ( suliswati,Hj.tji
anita,2004).
2. Diagnosa Keperawatan

Ketika meninjau pengkajian spiritual dan mengintegrasikan informasi kedalam


diagnosa keperawatan yang sesuai, perawat harus mempertimbangkan status kesehatan klien
terakhir dari perspektif holistik, dengan spiritualitas sebagai prinsip kesatuan (Farran, 1989).
Setiap diagnosa harus mempunyai faktor yang berhubungan dengan akurat sehingga
intervensi yang dihasilkan dapat bermakna dan berlangsung (Potter and Perry, 1997).
Diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan masalah spiritual menurut North
American Nursing Diagnosis Association (2006) adalah distres spiritual. Pengertian dari
distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan arti
dan tujuan hidup seseorang dihubungkan dengan agama, orang lain, dan dirinya.
Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA, 2006) batasan
diagnosa keperawatan distres spiritual adalah :
a. Berhubungan dengan diri, meliputi mengekspresikan kurang dalam harapan, arti, tujuan
hidup, kedamaian, penerimaan, cinta, memaafkan diri, keberanian, marah, rasa bersalah,
koping yang buruk.
b. Berhubungan dengan orang lain, meliputi menolak berinteraksi dengan teman, keluarga, dan
pemimpin agama, mengungkapkan terpisah dari sistem dukungan, mengekspresikan
keterasingan.
c. Berhubungan dengan seni, musik, literatur dan alam, meliputi tidak mampu mengekspresikan
kondisi kreatif (bernyanyi), tidak ada ketertarikan kepada alam, dan tidak ada ketertarikan
kepada bacaan agama
d. Berhubungan dengan kekuatan yang melebihi dirinya, meliputi tidak mampu ibadah, tidak
mampu berpartisipasi dalam aktifitas agama, mengekspresikan marah kepada Tuhan, dan
mengalami penderitaan tanpa harapan.
Menurut North American Nursing Diagnosis Association (2006) faktor yang
berhubungan dari diagnosa keperawatan distres spiritual adalah mengasingkan diri,
kesendirian, atau pengasingan sosial, cemas, kurang sosiokultural/ deprivasi, kematian dan
sekarat diri atau orang lain, nyeri, perubahan hidup, dan penyakit kronis diri atau orang lain.
a. Bagaimana penyesuaian terhadap penyakit yang berhubungan dengan ketidakmampuan
merekonsilasi penyakit dengan keyakinan spiritual.
b. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kehilangan agama sebagai dukungan
utama
c. Takut yang berhubungan dengan belum siap untuk menghadapai kematian dan pengalaman
kehidupan setelah kematian.
d. Berduka yang disfungsional : keputusasaan berhubungan dengan keyakinan bahwa agama
tidak mempunyai arti.
e. Keputusasaan berhubungan dengan keyakinan bahwa tidak ada yang peduli termasuk tuhan

f.
g.
h.
i.

Ketidakberdayaan berhubungan dengan perasaan menjadi korban


Disfungsi seksual berhubungan dengan konflik nilai
Pola tidur berhubungan dengan distress spiritual
Resiko tindak kekerasan terhadap diri sendiri berhubunga ndengan perasaan bahwa hidup

tidak berarti
3. Perencanaan
Dengan menetapkan rencana perawatan, tujuan ditetapkan secara individual, dengan
mempertimbangkan riwayat klien, area beresiko, dan tanda-tanda disfungsi serta data
obyektif yang relevan (Hamid, 2000).
Menurut (Munley, 1983 cit Potter and Perry, 1997) terdapat tiga tujuan untuk pemberian
perawatan spiritual yaitu klien merasakan perasaan percaya pada pemberi perawatan, klien
mampu terkait dengan anggota sistem pendukung, pencarian pribadi klien tentang makna
hidup meningkat. Tujuan askep klien distress spiritual berfokus pada menciptakan lingkungan
yang mendukung praktik keagamaan dan keyakinan yang biasa dilakukannya.
Klien dengan distress spiritual akan :
a. Mengidentifikasi keyakinan spiritual yang memenuuhi kebutuhan
b. Menggunakan kekuatan keyakinan, harapan dan rasa nyaman ketika menghadapi penyakit.
c. Mengembangkan praktik spiritual yang memupuk komunikasi dengan diri sendiri, Tuhan dan
dunia luar
d. Mengekspresikan kepuasan dengan keharmonisan antara keyakinan spiritual dengan
kehidupan sehari-hari.
Kriteria hasil yang diharapkan klien akan :
a.
b.
c.
d.
e.

Menggali akar keyakinan dan praktik spiritual


Mengidentifikasi factor dala mkehiduapn yang menantang keyakinan spiritual
Menggali alternative : menguatkan keyakinan
Mengidentifikasi dukungan spiritual
Melaburkan / mendemonstrasikan berkurangnya distress spiritual setelah keberhasilan
intervensi
Pada dasarnya perencanaan pada klien distress spiritual dirancang untuk memenuhi
kebutuhan klien dengan membantu klien memnuhi kewajiban agamanya dan menggunakan
sumber dari dalam dirinya.

4. Implementasi
Pada tahap implementasi, perawat menerapkan rencana intervensi dengan melakukan
prinsip - prinsip kegiatan asuhan keperawatan sebagai berikut (Hamid, 2000) :
a.
b.
c.
d.
e.

Periksa keyakinan spiritual ibadah


Fokuskan perhatian pada persepsi klien terhadap kebutuhan spritualnya.
Jangan mengasumsi klien tidak mempunyai kebutuhan spiritual
Mengetahui pesan non verbal tentang kebutuhan spiritual pasien
Berespon secara singkat, spesifik dan factual

f. Mendengarkan secara aktif dan menunjukkan empati yang berarti menghayati masalah klien
g. Menerapkan tehnik komunikasi terapeutik dengan tehnik mendukung menerima, bertanya,
memberi infomasi, refleksi, menggali perasaan dan kekuatan yang dimiliki klien
h. Meningkatkan kesadaran dengan kepekaan pada ucapan atau pesan verbal kien
i. Memahami masalah klien tanpa menghukum walaupun tidak berarti menyetujui klien
j. Menentukan arti dari situasi klien, bagaimana klien berespon terhadap penyakit. Apakah
klien menganggap penyakit yang dideritanya merupakan hukuman, cobaan atau anugrah dari
Tuhan ?
k. Membantu memfasilitasi klien agar dapat memenuhi kewajiban agamanya
l. Memberitahu pelayanan spiritual yang tersedia di Rumah Sakit.
Menurut Amenta dan Bohnet (1986) cit Govier (2000) ada empat alat / cara untuk membantu
perawat dalam menerapkan perawatan spiritual yaitu :
a.
b.
c.
d.

Menyimak dengan perilaku wajar


Selalu ada
Menyetujui apa yang dikatakan klien
Menggunakan pembukaan diri
Perawat berperan sebagai komunikator bila pasien menginginkan untuk bertemu dengan
petugas rohaniawan atau bila menurut perawat memerlukan bantuan rohaniawan dalam
mengatasi masalah spiritualnya.
Menurut McCloskey dan Bulechek (2006) dalam Nursing Interventions Classification (NIC),
intervensi dan diagnosa distres spiritual salah satunya adalah support spiritual. Definisi
support spiritual adalah membantu pasien untuk merasa seimbang dan berhubungan dengan
kekuatan Maha Besar. Adapun aktivitasnya meliputi :

a.
b.
c.
d.
e.

Buka ekspresi pasien terhadap kesendirian dan ketidakberdayaan


Beri semangat untuk menggunakan sumber sumber spiritual
Siapkan artikel tentang spiritual, sesuai pilihan pasien
Tunjuk penasihat spiritual pilihan pasien
Gunakan teknik klarifikasi nilai untuk membantu pasien mengklarifikasi kepercayaan dan

nilai, jika diperlukan


f. Mampu untuk mendengar perasaan pasien
g. Fasilitasi pasien dalam meditasi, berdoa atau ritual keagamaan
h. Dengarkan dengan baik komunikasi pasien dan kembangkan rasa pemanfaatan waktu untuk
berdoa atau ritual keagamaan
i. Yakinkan kepada pasien bahwa perawat dapat mensupport pasien ketika sedang menderita
j. Buka perasaan pasien terhadap rasa sakit dan kematian
k. Bantu pasien untuk berekpresi yang sesuai dan bantu mengungkapkan rasa marah dengan
cara yang baik.
5. Evaluasi
Perawat mengevaluasi apakah intervensi keperawatan membantu menguatkan
spiritualitas klien. Perawat membandingkan tingkat spiritualitas klien dengan perilaku dan

kebutuhan yang tercatat dalam pengkajian keperawatan. Klien harus mengalami emosi sesuai
dengan situasi, mengembangkan citra diri yang kuat dan realistis, dan mengalami hubungan
interpersonal yang terbuka dan hangat. Keluarga dan teman, dengan siapa klien telah
membentuk persahabatan dapat dijadikan sumber informasi evaluatif. Klien harus juga
mempertahankan misi dalam hidup dan sebagian individu percaya dan yakin dengan Tuhan
Yang Maha Kuasa atau Maha Tinggi. Bagi klien dengan penyakit terminal serius, evaluasi
difokuskan pada keberhasilan membantu klien meraih kembali harapan hidup (Potter anfd
Perry, 1997).
Untuk mengatahui apakah pasien telah mencapai kriteria hasil yang ditetapkan pada
fase perencanaan, perawat perlu mengumpulkan data terkait dengan pencapaian tujuan
asuhan keperawatan.
Tujuan asuhan keperawatan tercapai apabila secara umum pasien mampu :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Mampu beristirahat dengan tenang


Menyatakan penerimaan keputusan moral / etika
Mengekspresikan rasa damai berhubungan dengan Tuhan
Menunjukkan hubungan yang hangat dan terbuka dengan pemuka agama
Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya
Menunjukkan afek positif tanpa perasaan marah, rasa bersalah dan ansietas
Menunjukkan perilaku lebih positif
Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya.

You might also like