Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
SATRIYO BAYU DWI KRISNA
1501031028
A. PENGERTIAN ANEMIA
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin
(Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas
sel darah merah dalam membawa oksigen.
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan
normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41%
pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita,
wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang
dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan merupakan penyakit,
melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan
fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah
hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb
sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah
gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen
tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah,
yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada
banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya.
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi
hemoglobin turun dibawah normal.
B. KLASIFIKASI ANEMIA
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a. Anemia aplastik
Penyebab:
agen neoplastik/sitoplastik
terapi radiasi
antibiotic tertentu
obat anti konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
benzene
infeksi virus (khususnya hepatitis)
Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler
Pansitopenia
Anemia aplastik
Gejala-gejala:
Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan
saluran cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan
saraf pusat.
Morfologis: anemia normositik normokromik
b. Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
Hematokrit turun 20-30%
Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah
merah maupun defisiensi eritopoitin
c. Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan
anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan
ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi artristis
rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai
keganasan
d. Anemia defisiensi besi
Penyebab:
Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama
hamil, menstruasi
Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis,
varises oesophagus, hemoroid, dll.)
gangguan eritropoesis
limfositik kronik
Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
Proses autoimun
Reaksi transfusi
Malaria
multiple,
leukemia
Anemia hemolisis
Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)
DERAJAT
Derajat 0 (nilai normal)
WHO
> 11.0 g/dL
Derajat 1 (ringan)
NCI
Perempuan 12.0 - 16.0
g/dL
Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL
10.0 g/dL - nilai normal
Derajat 2 (sedang)
Derajat 3 (berat)
C. ETIOLOGI:
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic
acid, piridoksin, vitamin C dan copper
Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:
D. PATOFISIOLOGI
hemplitik)
(hemoglobinemia).
maka
Apabila
hemoglobin
konsentrasi
akan
muncul
plasmanya
dalam
melebihi
plasma
kapasitas
Anemia
payah jantung
E. PATHWAY ANEMIA
F.
G.
H.
I. KEMUNGKINAN KOMPLIKASI YANG MUNCUL
J.
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
1. gagal jantung,
2. kejang
3. Perkembangan otot buruk (jangka panjang)
4. Daya konsentrasi menurun
W. RENCANA KEPERAWATAN
Y. DIANGOSA
KEPERAWA
TAN DAN
KOLABORA
SI
AB. 1. Ketidakefektifa
n
perfusi
1
jaringan
b.d
perubahan
ikatan
O2
dengan
Hb,
penurunan
konsentrasi Hb
dalam darah.
AC.
X.
N
Z. TUJUAN
DAN
KRITERIA
HASIL
AA.
INTER
VENSI
AD.
Setelah
AJ. Peripheral
dilakukan
Sensation
tindakan
Management
keperawatan
(Manajemen
selama3 x 24
sensasi perifer)
jam perfusi AK.
Monitor
jaringan klien
adanya daerah tertentu
adekuat dengan yang hanya peka
kriteria :
terhadap
Membran
panas/dingin/tajam/tum
mukosa merah pul
AL.
Monitor
AE.
adanya paretese
Konjungtiva tidak
AM.
Instruksikan
anemis
keluarga untuk
AF.
- Akral
mengobservasi kulit
hangat
AG.
- Tandajika ada lesi atau
tanda vital dalam
laserasi
AN.
Gunakan
rentang normal
sarun tangan untuk
AH.
proteksi
AI.
AO.
Batasi
Anjurkan
cukup untuk
badan sesuai dengan
pasien
untuk
keperluan
tujuan
meningkatkan intake Fe
metabolisme CB.
Berat badanCV.
Anjurkan
tubuh.
ideal sesuai dengan
pasien
untuk
AY.
tinggi badan
meningkatkan protein
AZ.
BatasaCC.
dan vitamin C
n karakteristik MampumengidentifikaCW.
Berikan
:
si kebutuhan nutrisi
substansi gula
BA.
- Berat
CD.
Tidk ada CX.
Yakinkan diet
badan 20 % atau lebih tanda tanda malnutrisi yang
dimakan
di bawah ideal
CE.
mengandung
tinggi
BB.
- Dilaporkan Menunjukkan
serat untuk mencegah
adanya intake
peningkatan fungsi
konstipasi
makanan yang kurang pengecapan dari
CY.
Berikan
dari RDA
menelan
makanan yang terpilih
(Recomended Daily CF. Tidak terjadi
( sudah dikonsultasikan
Allowance)
penurunan berat badan dengan ahli gizi)
BC.
- Membran
yang berarti
CZ.
Ajarkan pasien
mukosa dan
CG.
Pemasukan
bagaimana
membuat
konjungtiva pucat
yang adekuat
catatan makanan harian.
BD.
- KelemahanCH.
Tanda-tandaDA.
Monitor jumlah
otot yang digunakan
malnutri si
nutrisi dan kandungan
untuk
CI. Membran
kalori
menelan/mengunyah
konjungtiva dan
DB.
Berikan
BE.
- Luka,
mukos tidk pucat
informasi
tentang
inflamasi pada ronggaCJ. Nilai Lab.:
kebutuhan nutrisi
mulut
CK.
Protein total:DC.
Kaji
BF.
- Mudah
6-8 gr%
kemampuan
pasien
merasa kenyang,
CL.
Albumin:
untuk
mendapatkan
sesaat setelah
3.5-5,3 gr %
nutrisi yang dibutuhkan
mengunyah makanan CM.
Globulin 1,8DD.
BG.
- Dilaporkan 3,6 gr %
DE.
Nutritio
atau fakta adanya
CN.
HB tidak
n Monitoring
kekurangan makanan kurang dari 10 gr % DF. BB pasien dalam
BH.
- Dilaporkan
CO.
batas normal
adanya perubahan
CP.
DG.
Monitor adanya
sensasi rasa
penurunan berat badan
BI. - Perasaan
DH.
Monitor tipe
ketidakmampuan
dan jumlah aktivitas
untuk mengunyah
yang biasa dilakukan
makanan
DI. Monitor interaksi
BJ. - Miskonsepsi
anak atau orangtua
BK. - Kehilangan BB
selama makan
dengan makanan
DJ. Monitor lingkungan
cukup
selama makan
BL. - Keengganan
DK.
Jadwalkan
untuk makan
pengobatan
dan
BM. - Kram pada
tindakan tidak selama
abdomen
jam makan
BN. - Tonus otot jelek
DL.
Monitor kulit
BO. - Nyeri
kering dan perubahan
abdominal dengan
pigmentasi
atau tanpa patologi
DM. Monitor turgor
BP. - Kurang
kulit
berminat terhadap
DN.
Monitor
makanan
kekeringan,
rambut
BQ. - Pembuluh
kusam, dan mudah
darah kapiler mulai
patah
rapuh
DO.
Monitor mual
BR. - Diare dan atau
dan muntah
steatorrhea
DP.
Monitor
kadar
BS. - Kehilangan
albumin, total protein,
Monitor
BT. - Suara usus
makanan kesukaan
hiperaktif
DR.
Monitor
BU. - Kurangnya
pertumbuhan
dan
informasi,
perkembangan
misinformasi
DS.
Monitor pucat,
BV.
kemerahan,
dan
BW.
Faktorkekeringan
jaringan
faktor yang
konjungtiva
berhubungan :
DT.
Monitor kalori
BX.
Ketida
dan intake nuntrisi
kmampuan
DU.
Catat adanya
pemasukan
edema,
hiperemik,
atau mencerna
hipertonik papila lidah
makanan atau
dan cavitas oral.
mengabsorpsi
DV.
Catat jika lidah
zat-zat gizi
berwarna
magenta,
berhubungan
scarlet
dengan faktor
DW.
biologis,
psikologis
atau ekonomi.
BY.
DX. DY.
Defisit
EG.
Setelah
EL.NIC :
3
perawatan diri
dilakukan
EM.
Self
b/d kelemahan
tindakan
Care assistane :
fisik
keperawatan
ADLs
DZ.
selama
EN.
Monitor
EA.
Definis
. jam
kemempuan klien untuk
i:
kebutuhan
perawatan diri yang
EB.
Gangg
mandiri klien
mandiri.
uan
terpenuhi
EO.
Monitor
kemampuan
dengan kriteria kebutuhan klien untuk
untuk
EH.
Klien
alat-alat bantu untuk
melakukan
terbebas dari bau
kebersihan
diri,
ADL pada diri badan
berpakaian,
berhias,
EC.
EI. Menyatakan
toileting dan makan.
ED.
Batasa kenyamanan terhadapEP. Sediakan bantuan
n karakteristik kemampuan untuk
sampai klien mampu
:
melakukan ADLs
secara
utuh
untuk
ketidakmampu
EJ. Dapat melakukan
melakukan self-care.
an untuk
ADLS dengan bantuanEQ.
Dorong klien
mandi,
EK.
untuk
melakukan
ketidakmampu
aktivitas
sehari-hari
an untuk
yang normal sesuai
berpakaian,
kemampuan
yang
ketidakmampu
dimiliki.
an untuk
ER.
Dorong untuk
makan,
melakukan
secara
ketidakmampu
mandiri,
tapi
beri
an untuk
bantuan ketika klien
toileting
tidak
mampu
EE.
melakukannya.
EF. Faktor yang
ES.
Ajarkan
klien/
berhubungan :
keluarga
untuk
kelemahan,
mendorong
kerusakan
kemandirian,
untuk
kognitif atau
memberikan
bantuan
perceptual,
hanya jika pasien tidak
kerusakan
mampu
untuk
neuromuskula
melakukannya.
r/ otot-otot
ET. Berikan aktivitas
saraf
rutin sehari- hari sesuai
kemampuan.
EU.
Pertimbangkan
usia
klien
jika
mendorong pelaksanaan
aktivitas sehari-hari.
EV.
EW. EX.
Risiko
FP. Setelah
FU.
NIC :
4
infeksi
dilakukan
FV.Infection
EY.
tindakan
Control
EZ.Definisi :
keperawatan
(Kontrol
Peningkatan
selama
infeksi)
resiko
. jam FW.
Bersihkan
masuknya
status imun
lingkungan
setelah
organisme
klien
dipakai pasien lain
patogen
meningkat FX.
Pertahankan
FA.
dengan kriteria teknik isolasi
FB.Faktor-faktor FQ.
Klien bebas
FY.
Batasi
resiko :
dari tanda dan gejala pengunjung bila perlu
FC.Prosedur
infeksi
FZ.
Instruksikan
Infasif
FR.
Menunjukkan pada pengunjung untuk
FD.
kemampuan
untuk mencuci tangan saat
Ketidakcukupan
mencegah timbulnya berkunjung dan setelah
pengetahuan untuk
infeksi
berkunjung
menghindari paparanFS. Jumlah leukosit meninggalkan pasien
patogen
dalam batas normal GA.
Gunakan
FE.Trauma
FT.
Menunjukkan sabun
antimikrobia
FF. Kerusakan
perilaku hidup sehat
untuk cuci tangan
jaringan dan
GB.
Cuci
peningkatan paparan
tangan setiap sebelum
lingkungan
dan sesudah tindakan
FG.
Ruptur
kperawtan
membran amnion
GC.
Gunakan
FH.
Agen
baju, sarung tangan
farmasi
sebagai alat pelindung
(imunosupresan)
GD.
FI. Malnutrisi
Pertahankan lingkungan
FJ. Peningkatan
aseptik
selama
paparan lingkungan
pemasangan alat
patogen
GE.
Ganti letak
FK.
IV perifer dan line
Imonusupresi
central dan dressing
FL.sesuai dengan petunjuk
Ketidakadekuatan
umum
imum buatan
GF.
Gunakan
FM. Tidak
kateter intermiten untuk
adekuat pertahanan
menurunkan
infeksi
sekunder (penurunan
kandung kencing
Hb, Leukopenia,
GG.
Tingktkan
penekanan respon
intake nutrisi
inflamasi)
GH.
Berikan
FN.
Tidak
terapi antibiotik bila
adekuat pertahanan
perlu
tubuh primer (kulit
GI.
tidak utuh, trauma
GJ. Infection
jaringan, penurunan
Protection
kerja silia, cairan
(proteksi
tubuh statis,
terhadap
perubahan sekresi pH,
infeksi)
perubahan peristaltik)
GK.
Monitor
FO.
Penyakit
tanda dan gejala infeksi
kronik
sistemik dan lokal
GL.
Monitor
Batasi
pengunjung
GO.
Saring
pengunjung
terhadap
penyakit menular
GP.
Partahankan
teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
GQ.
Pertahankan
teknik
isolasi k/p
GR.
Berikan
perawatan kuliat pada
area epidema
GS.
Inspeksi
kulit dan membran
mukosa
terhadap
kemerahan,
panas,
drainase
GT.
Ispeksi
kondisi luka / insisi
bedah
GU.
Dorong
masukkan nutrisi yang
cukup
GV.
Dorong
masukan cairan
GW.
Dorong
istirahat
GX.
Instruksikan
pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
GY.
Ajarkan
pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
GZ.
Ajarkan
cara
menghindari
HD. HE.
Intoler
5
ansi aktifitas
b.d
ketidakseimba
ngan suplai
dan kebutuhan
oksigen
infeksi
HA.
Laporkan
kecurigaan infeksi
HB.
Laporkan
kultur positif
HC.
HF.Setelah
HO.
Toleransi
dilakukan
aktivitasi
tindakan
HP.
1. Menentukan
keperawatan
penyebab
intoleransi
selama .. aktivitas&menentukan
klien
dapat apakah penyebab dari
beraktivitas
fisik, psikis/motivasi
dengan kriteria HQ.
2.
Observasi
HG.
adanya
pembatasan
Berpartisipasi
klien dalam beraktifitas.
dalam aktivitasHR.
3.
Kaji
fisik dgn TD, kesesuaian
HR, RR yang aktivitas&istirahat klien
sesuai
sehari-hari
HH.
HS.
4. aktivitas
Menyatakan
secara bertahap, biarkan
gejala
klien
berpartisipasi
memburuknya dapat perubahan posisi,
efek
dari berpindah & perawatan
OR&menyatak diri
an
onsetnyaHT.
5.
Pastikan
segera
klien mengubah posisi
HI. -Warna
kulit secara
bertahap.
normal,hangat Monitor
gejala
&kering
intoleransi aktivitas
HJ. Memverbalisa- HU.
6.
Ketika
sikan
membantu klien berdiri,
pentingnya
observasi
gejala
aktivitasseca-ra intoleransi spt mual,
bertahap
pucat, pusing, gangguan
HK.
Menge kesadaran&tanda vital
kspresikan
HV.
7.
Lakukan
pengertian
latihan ROM jika klien
pentingnya
tidak dapat menoleransi
keseimbangan aktivitas
latihan&istira HW.
8. Bantu klien
HL.
Hat
memilih aktifitas yang
HM.
- Peningkatan mampu untuk dilakukan
toleransi aktivitas
HX.
HN.
HY. HZ.
Gangg
6
uan
pertukaran gas
b.d ventilasiperfusi
IA. Setelah
IF. Terapi Oksigen
dilakukan
IG. Bersihkan mulut,
tindakan
hidung dan secret trakea
keperawatan IH. Pertahankan jalan
selama .. nafas yang paten
status
II.
Atur
peralatan
respirasi
: oksigenasi
pertukaran gas
IJ.
Monitor
aliran
membaik
oksigen
dengan kriteria
IK. Pertahankan posisi
:
pasien
IB.
IL. Onservasi adanya
Mendemonstrasikan
tanda
tanda
peningkatan ventilasi hipoventilasi
dan oksigenasi yang
IM. Monitor adanya
adekuat
kecemasan
pasien
IC.
Memelihara terhadap oksigenasi
kebersihan paru paru
IN.
dan bebas dari tanda
IO. Vital
sign
tanda
distress
Monitoring
pernafasan
Monitor
TD,
ID.
nadi, suhu, dan
Mendemonstrasikan
RR
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih,
Catat
adanya
tidak ada sianosis dan
fluktuasi
dyspneu
(mampu
tekanan darah
mengeluarkan sputum,
mampu
bernafas
Monitor VS saat
dengan mudah, tidak
pasien
ada pursed lips)
berbaring,
IE. Tanda
tanda
duduk,
atau
vital
dalam
berdiri
rentang normal
Auskultasi TD
pada
kedua
lengan
dan
bandingkan
Monitor
TD,
nadi,
RR,
sebelum,
selama,
dan
setelah aktivitas
Monitor kualitas
dari nadi
Monitor
frekuensi
dan
irama
pernapasan
Monitor
paru
Monitor
pola
pernapasan
abnormal
Monitor suhu,
warna,
dan
kelembaban
kulit
Monitor sianosis
perifer
Monitor adanya
cushing
triad
(tekanan
nadi
yang melebar,
bradikardi,
peningkatan
suara
sistolik)
IP.
7
IQ. Ketidakefektif
an pola nafas
b.d keletihan
Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign
IR. Setelah
IV. Airway
dilakukan
Management
tindakan
Buka jalan
keperawatan IW.
selama . nafas, guanakan teknik
untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
JH.
JI.
JJ. Keletihan b.d
JL. Setelah
JT. Energi
8
anemia
dilakukan
manajemen
JK.
tindakan
JU.
Monitor respon
keperawatan
klien terhadap aktivitas
selama
takikardi,
disritmia,
..
dispneu, pucat, dan
.keletihan klien jumlah respirasi
JV. Monitor dan catat
teratasi dengan
jumlah tidur klien
kriteria :
JW.
Monitor
JM.
Kemampuan aktivitas ketidaknyamanan atauu
nyeri selama bergerak
adekuat
dan aktivitas
JN. JX.
Monitor intake
Mempertahankan
nutrisi
nutrisi adekuat
JY. Instruksikan klien
JO. Keseimbangan
untuk mencatat tandaaktivitas dan istirahat
tanda
dan
gejala
JP. Menggunakan
kelelahan
teknik
energi
JZ.
Jelakan kepada
konservasi
klien
hubungan
JQ. kelelahan dengan proses
Mempertahankan
penyakit
interaksi sosial
KA.
Catat
JR. aktivitas yang dapat
Mengidentifikasi
meningkatkan kelelahan
faktor-faktor fisik dan
KB.
Anjurkan
psikologis
yang klien melakukan yang
menyebabkan
meningkatkan relaksasi
KC.
Tingkatkan
kelelahan
pembatasan bedrest dan
JS. aktivitas
Mempertahankan
kemampuan
untuk
konsentrasi
KD.
KE.
KF.
KG.
KH.
KI.
KJ.
KK.
KL.
DAFTAR PUSTAKA
KM.
KN. Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8
vol 3. Jakarta: EGC
KO. Marlyn E. Doenges, 2003. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC
KP.
KQ. Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
KR.
KS. Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7.
EGC : Jakarta.
KT.
KU.
KV.