Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Pembedahan adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan
cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan
ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini pada umumnya menggunakan
sayatan. Setelah bagian yang ditangani ditampilkan dilakukan tindakan
perbaikan
yang
diakhiri
dengan
penutupan
dan
penjahitan
2. Etiologi
Adapun penyebab di Laparatomi menurut Mansjoer (2007) :
a. Trauma abdomen (tumpul atau tajam)
b. Peritonitis
c. Perdarahan saluran pencernakan
d. Sumbatan pada usus halus dan usus besar
e. Kasus appendiksitis
f. Masa pada abdomen
g. Obstetry-ginekology
Kususnya pada pylorektomi yang mendasari dilakukan pembedahan
karena indikasi adanya sumbatan di daerah pylorik.
3. Pathofisiologi/Pathway
Setelah pembedahan pylorektomi muskulus pilorus menjadi ke ukuran
normal dan ketika dilihat selama operasi hanya tampak garis halus
diatas pilorus di sisi myotomy. Namun, beberapa kasus pilorus bisa
tetap menebal setelah pembedahan dan bisa sampai 5 bulan untuk
PATHWAY
Hiperaktivitas lambung
Konginental
Stenosis Pylorus
Sedikitnya segmen
4 dari lambung
yang masuk ke usus
Peristaltik
abnormal
Mual muntah
Obstruksi Usus
Konstipasi
Obstruksi di
proksimal
Ketidak
seimbangan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Distensi
abdomen
Risiko infeksi
pasca tindakan
invasiv
Keterbatasan
aktivitas
5. Pengobatan
a. Pasien dijaga tetap hangat tapi tidak sampai kepanasan
b. Dibaringkan datar di tempat tidur dengan tungkai dinaikkan
c. Pemantauan status pernafasan dan CV
d. Penentuan gas darah dan terapi oksigen melalui intubasi atau nasal
kanul jika diindikasikan
e. Penggantian cairan dan darah kristaloid (ex : RL) atau koloid (ex :
komponen darah, albumin, plasma atau pengganti plasma)
f. Terapi obat : kardiotonik (meningkatkan efisiensi jantung) atau
diuretik (mengurangi retensi cairan dan edema)
6. Perawatan
Tindakan yang dapat dilakukan, antara lain:
a. Syok
1) Terapi penggantian cairan r
2) Menjaga trauma bedah pda tingkat minimum
3) Pengatasan nyeri dengan membuat pasien senyaman
mungkin dan dengan menggunakan narkotik secara
bijaksana
4) Pemakaian linen yang ringan dan tidak panas (mencegah
vasodilatasi)
5) Ruangan tenang untuk mencegah stress
6) Posisi supinasi dianjurkan untuk memfasilitasi sirkulasi
7) Pemantauan tanda vital
7
b. Hemorrhagi
1) Pasien dibaringkan seperti pada posisi pasien syok
2) Sedatif atau analgetik diberikan sesuai indikasi.
3) Inspeksi luka bedah
4) Balut kuat jika terjadi perdarahan pada luka operasi
5) Transfusi darah atau produk darah lainnya
6) Observasi Vital Signs
c. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis
1) latihan kaki post operasi dan ambulatif dini
d. Buruknya integriats kulit sehubungan dengan luka infeksi
1) Penggunaan peralatan steril
2) Antibiotik dan antimikroba
3) Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien
4) Pantau tanda-tanda hemorrhagi dan drainage abnormal
5) Perawatan insisi dan balutan
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang
dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan klien yang terdiri dari :
a. Pengkajian keadaan fisik
Setelah pengkajian segera setelah lahir, untuk memastikan bayi
dalam keadaan normal atau mengalami penyimpangan maka
dilakukan pengkajian keadaan fisik yang terdiri dari :
1) Data Subyektif
8
Nyeri
epigastrium
dan
abdomen
sekitar
ileum
meningkat
kanan),
karena
berjalan,
jelas
appendiks,
(sehubungan
contoh
dengan
retrosekal
lokasi
atau sebelah
ureter)
Tanda
10
kelopak
mata,
perdarahan
letak
perempuan
vagina,
uretra
11
tubuh
3. Perencanaan
TGL/JAM
NO DX
1.
TUJUAN
Tujuan:
Setelah
di
lakukan
INTERVENSI
1. Kaji nyeri, catat lokasi,
karakteristik,
beratnya
tindakan keperawatan di
(skala
F L A C C ),dan
atau hilang.
dengan tepat
Kriteria Hasil :
R:
Berguna
pengawasan
dalam
kemajuan
Nyeri klien
penyembuhan.
berkurang / hilang
klien tampak rileks
Perubahan
pada
karakteristik
nyeri
menunjukkan terjadinya
abses/peritonitis,
memerlukan
evaluasi
upaya
medik
dan
intervensi
2. Pertahankan
istirahat
12
TTD
R:
Menghilangkan
penyebab
nyeri
R: Membantu orang tua
klien dalam mekanisme
koping
4. pemberian
Berikan
dengan
terapi
lain
13
1. Posisikan
klien
untuk
Tujuan :
Pola napas klien efektif
1.
setelah
dilakukan
memaksimalkan ventilasi
R: Bebasan jalan nafas
dengan posisi semi ekstensi
2. Auskultasi suara nafas, catat
tindakan keperawatan.
area penurunan dan ketidak
adanya ventilasi dan bunyi
Kriteria Hasil:
-
menit)
- Tidak ada suara napas
-
nafas
R: Meningkatkan ventilasi
dan asupan oksigen
3. Monitoring kecepatan, irama,
SPO2 kedalaman dan upaya
nafas tiap jam.
R: pemantauan yang lebih
tambahan
Tidak ada
retraksi
intensif, memudahkan untuk
dada
- Tidak
ada
hidung
cuping
melakukan
tindakan
akan dilakukan
4. Berikan
health
kepada
keluarga
yang
edukasi
tentang
O2 1 LPM
R: membantu pemenuhan O2
15
2.
Tujuan:
5. Letakkan
bayi
terlentang
ketidakefektifan
termoregulasi klien
memakai selimut
teratasi setelah
R: Mengurangi kehilangan
dilakukan tindakan
keperawatan
Kriteria Hasil:
hangat
Akral hangat
Suhu tubuh 36,5
37,5C
R: kehilangan panas tubuh
bisa terjadi karena konduksi
dengan
suhu
yang
lebih
rendah
7. Observasi suhu tubuh bayi
setiap jam
R: Perubahan suhu tubuh
bayi
dapat
menentukan
tingkat hipotermia
8. HE kepada orang tua tentang
penatalaksanaan suhu normal
pada bayi
R: mempermudah
koping
3.
Tujuan: Perubahan
tapi sering
R: meningkatkan
proses
status
nutrisi
atau
Kriteria Hasil:
observasi intake dan oautput
-
Intake nutrisi
setiap hari dan balance cairan
adekuat..
Reflek hisab baik
BB naik
R: Mengidenfikasi nutrisi
4. Jelaskan
pada
orang
tua
vitamin,
mineral,
jaringan
metabolisme
tubuh.
5. Kolaborasi dengan ahli gisi
untuk pemberian diet pada
pasien
17
R:
Memberikan
dalam
bantuan
perencanaan
diit
18
4.
sesudah tindakan
dilakukan tindakan
R:
keperawatan
penyebaran infeksi
Menurunkan
resiko
Meningkatnya
mengurangi
penyembuhan luka
infeksi
dengan benar.
bebas tanda
infeksi/inflamasi
bebas tanda eritema
penyebaran
dan demam
jelas
pada
keluarga
Pengetahuan
tentang
klien
R:
emosi,
menurunkan
ansietas
5. Evaluasi
darah
lengkap
19
dalam tubuh
6. Kolaborasi
medis
dengan
dalam
tenaga
memerikan
mikroorganisme
20
DAFTAR PUSTAKA
Chirdan LB, Ameh EA, Thomas AH. 2008. Infantile hypertrophic pyloric stenosis. J
Pediatr Surg; 43: 1227-29
Dias SC, Swinson S, Torrao H, Goncalves L, Kurochka S, Vaz CP, et al. 2012.
Hypertrophic pyloric stenosis: tip and trick for ultrasound diagnosis. Insight
imaging.; 3: 247-50
Jitowiyono,
S.dkk.2010.Asuhan
Keperawatan
Post
Operasi.Yogyakarta:
Nuha
Medika
Mansjoer Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Euculapcius UI.
Potter, P.A., Perry, A.G., 2006, Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep
Proses dan Pratik, Edisi 4, volume 2, EGC, Jakarta
Sjamsuhidayat, M. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.