You are on page 1of 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN EMPIEMA

EMPIEMA
A.

Anatomi Fisiologi Pleura

Paru kanan normalnya terdiri dari tiga lobus (atas, tengah, dan bawah) dan
merupakan 55% bagian paru. Paru kiri normalnya terdiri dari dua lobus (atas dan
bawah). Pada lobus atas paru kiri pada bagian bawahnya terdapat lingula yang
merupakan analog dari lobus tengah paru kanan. Paru mengalami perkembangan
yang hebat, saat lahir, bayi memiliki 25 juta alveoli ; jumlah ini bertambah menjadi
300 juta setelah dewasa. Pertumbuhan paling sering terjadi saat usia 8 tahun.
Pertumbuhan tercepat pada usia 3 4 tahun. Pleura adalah membran tipis terdiri
dari 2 lapisan yaitu pleura viseralis dan parietalis. Secara histologis kedua lapisan
ini terdiri dari sel mesotelial, jaringan ikat, dan dalam keadaan normal, berisikan
lapisan cairan yang sangat tipis. Membran serosa yang membungkus parekim paru
disebut pleura viseralis, sedangkan membran serosa yang melapisi dinding toraks,
diafragma, dan mediastinum disebut pleura parietalis. Rongga pleura terletak
antara paru dan dinding thoraks. Rongga pleura dengan lapisan cairan yang tipis ini
berfungsi sebagai pelumas antara kedua pleura. Kedua lapisan pleura ini bersatu
pada hilus paru. Dalam hal ini, terdapat perbedaan antara pleura viseralis dan
parietalis, diantaranya pleura viseralis memiliki ciri ciri permukaan luarnya terdiri
dari selapis sel mesotelial yang tipis < 30mm, diantara celah-celah sel ini terdapat
sel limfosit, di bawah sel-sel mesotelial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit
dan histiosit, di bawahnya terdapat lapisan tengah berupa jaringan kolagen dan
serat-serat elastik, lapisan terbawah terdapat jaringan interstitial subpleura yang
banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari arteri pulmonalis dan arteri
brakhialis serta pembuluh limfa, menempel kuat pada jaringan paru, fungsinya
untuk mengabsorbsi cairan pleura.
Volume cairan pleura selalu konstan, dipengaruhi oleh tekanan hidrostatik sebesar 9
mmHg , diproduksi oleh pleura parietalis, serta tekanan koloid osmotik sebesar 10
mmHg yang selanjutnya akan diabsorbsi oleh pleura viseralis.

B.

PENGERTIAN

Empiema adalah terkumpulnya cairan purulen (pus) didalam rongga pleura.Pada


awalnya,cairan pleura encer dengan jumlah leukosit rendah,tetapi sering kali
menjadi stadium fibropurulen dan akhirnya sampai pada keadaan dimana paru-paru
tertutup oleh membran eksudat yang kental.Meskipun empiema sering kali
disebabkan oleh komplikasi dari infeksi pulmonal, namun tidak jarang penyakit ini
terjadi karena pengobatan yang terlambat.
Empiema merupakan salah satu penyakit yang sudah lama ditemukan dan berat. Di
India terdapat 5 10% kasus anak dengan empiema toraks. Empiema toraks
didefinisikan sebagai suatu infeksi pada ruang pleura yang berhubungan dengan
pembentukan cairan yang kental dan purulen baik terlokalisasi atau bebas dalam
ruang pleura yang disebabkan karena adanya dead space, media biakan pada

cairan pleura dan inokulasi bakteri. Empiema paling banyak ditemukan pada anak
usia 2 9 tahun. Empiema adalah akumulasi pus diantara paru dan membran yang
menyelimutinya (ruang pleura) yang dapat terjadi bilamana suatu paru terinfeksi.
Pus ini berisi sel sel darah putih yang berperan untuk melawan agen infeksi (sel sel
polimorfonuklear) dan juga berisi protein darah yang berperan dalam pembekuan
(fibrin). Ketika pus terkumpul dalam ruang pleura maka terjadi peningkatan tekanan
pada paru sehingga pernapasan menjadi sulit dan terasa nyeri. Seiring dengan
berlanjutnya perjalanan penyakit maka fibrin-fibrin tersebut akan memisahkan
pleura menjadi kantong kantong (lokulasi). Pembentukan jaringan parut dapat
membuat sebagian paru tertarik dan akhirnya mengakibatkan kerusakan yang
permanen.

C.

KLASIFIKASI

Empiema dibagi menjadi dua stadium :


a.

Empiema akut

Terjadi akibat infeksi sekunder dari tempat lain, bukan primer dari pleura.Bila pada
stadium ini dibiarkan beberapa minggu, maka akan timbul toksemia ,anemia, dan
clubbing finger.Jika pus tidak segera dikeluarkan akan timbul fistel bronkopleural.
b.

Empiema kronis

Batas tegas antara empiema akut dan kronis sukar ditentukan.Disebut kronis jika
empiema berlangsung selama lebih dari 3 bulan.Pada stadium ini,jika klien
menerima terapi antimikroba, manifestasi klinis akan dapat dikurangi.

D.

PATOFISIOLOGI

Akibat invasi basil piogenik ke pleura, maka akan timbul peradangan akut yang
diikuti pembentukan eksudat serosa.Dengan banyaknya sel PMN baik yang hidup
maupun yang mati serta meningkatnya kadar protein, maka cairan menjadi keruh
dan kental.Adanya endapan-endapan fibrin akan membentuk kantong-kantong yang
melokalisasi nanah tersebut.Apabila nanah menembus bronkus, maka timbul fistel
bronkopleural yang menembus dinding thorak dan keluar melalu kulit yang disebut
empiema nessensiatis.Stadium ini masih disebut empiema akut yang lama
kelamaan menjadi kronis.

E.

ETIOLOGI

a.

Infeksi yang berasal dari dalam paru :

Pneumonia

Abses paru

Bronkiektasis

TBC paru

Aktinomikosis paru

Fistel Bronko-Pleura

b.

Infeksi yang berasal dari luar paru :

Trauma Thoraks

Pembedahan thorak

Torasentesi pada pleura

Sufrenik abses

Amoebic liver abses

Penyebab lain dari empiema adalah :

1.

Stapilococcus

Staphylococcus adalah kelompok dari bakteri-bakteri, secara akrab dikenal sebagai


Staph, yang dapat menyebabkan banyak penyakit-penyakit sebagai akibat dari
infeksi beragam jaringan-jaringan tubuh. Bakteri-bakteri Staph dapat menyebabkan
penyakit tidak hanya secara langsung oleh infeksi (seperti pada kulit), namun juga
secara tidak langsung dengan menghasilkan racun-racun yang bertanggung jawab
untuk keracunan makanan dan toxic shock syndrome. Penyakit yang berhubungan
dengan Staph dapat mencakup dari ringan dan tidak memerlukan perawatan
sampai berat/parah dan berpotensi fatal.

2.

Pnemococcus

Pneumococcus adalah salah satu jenis bakteri yang dapat menyebabkan infeksi
serius seperti radang paru-paru (pneumonia),meningitis (radang selaput otak) dan
infeksi darah (sepsis).Sebenarnya ada sekitar 90 jenis kuman pneumokokus, tetapi
hanya sedikit yang bisa menyebabkan penyakit gawat. Bentuk kumannya bulatbulat dan memiliki bungkus atau kapsul. Bungkus inilah yang menentukan apakah si
kuman akan berbahaya atau tidak.
3.

Streptococcus.

F.

TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala empiema secara umum adalah :

Demam

Keringat malam

Nyeri pleural

Dispnea

Anoreksia dan penurunan berat badan

Auskultasi dada, ditemukan penurunan suara napas

Perkusi dada, suara flatness

Palpasi , ditemukan penurunan fremitus

Tanda gejala empiema berdasarkan klasifikasi empiema akut dan empiema kronis
a.

Emphiema akut:

o Panas tinggi dan nyeri pleuritik.


o Adanya tanda-tanda cairan dalam rongga pleura.

o Bila dibiarkan sampai beberapa minggu akan menimbulkan toksemia, anemia,


dan clubbing finger .
o Nanah yang tidak segera dikeluarkan akan menimbulkan fistel bronco-pleural.
o Gejala adanya fistel ditandai dengan batuk produktif bercampur dengan darah
dan nanah banyak sekali.
b.

Emphiema kronis:

o Disebut kronis karena lebih dari 3 bulan.


o Badan lemah, kesehatan semakin menurun.
o Pucat, clubbing finger.
o Dada datar karena adanya tanda-tanda cairan pleura.
o Terjadi fibrothorak trakea dan jantung tertarik kearah yang sakit.
o Pemeriksaan radiologi menunjukkan cairan.

G.

KOMPLIKASI

Kemungkinan komplikasi yang terjadi adalah pengentalan pada pleura. Jika


inflamasi telah berlangsung lama, eksudat dapat terjadi di atas paru yang
menganggu ekspansi normal paru. Dalam keadaan ini diperlukan pembuangan
eksudat melalui tindakan bedah (dekortasi). Selang drainase dibiarkan ditempatnya
sampai pus yang mengisi ruang pleural dipantau melalui rontgen dada dan pasien
harus diberitahu bahwa pengobatan ini dapat membutuhkan waktu lama.

H.

PENATALAKSANAAN

Prinsip pengobatan Empiema adalah sebagai berikut :


a.

Pengosongan nanah

Dilakukan pada abses untuk mencegah efek toksiknya.


1.

Closed drainase-tube toracostorry water sealed drainase dengan indikasi :

Nanah sangat kental dan sukar diaspirasi


Nanah terus terbentuk setelah dua minggu
Terjadinya Piopneumothorak
WSD dapat juga dibantu dengan penghisapan negatif sebesar 10-20 cmH2O.Jika
setelah 3-4 minggu tidak ada kemajuan, harus ditempuh cara lain seperti pada
empiema kronis.
2.

Drainase terbuka (open drainage)

Dilakukan dengan menggunakan kateter karet yang besar, oleh karena disertai juga
dengan reseksi tulang iga.Open drainage ini dikerjakan pada empiema kronis,hal ini
bisa terjadiakibat pengobatan yang lambat atau tidak adekuat,misalnya aspirasi
yang terlambat/ tidak adekuat, drainase tidak adekuat atau harus sering
mengganti/ membersihkan drain.
b.

Antibiotik

Antibiotik harus segera diberikan begitu diagnosis ditegakkan dan dosisnya harus
adekuat. Pemilihan antibiotik didasarkan pada hasil pengecatan gram dan apusan
nanah.Pengobatan selanjutnya bergantung pada hasil kultur dan
sensivitasnya.Antibiotika dapat diberikan secara sistematik atau topikal.Biasanya
diberikan Penicillin.
c.

Penutupan rongga Empiema

Pada empiema menahun seringkali rongga empiema tidak menutup karena


penebalan dan kekakuan pleura.Pada keadaan demikian dilakukan pembedahan
(dekortikasi) atau torakoplasti.
1.

Dekortikasi

Tindakan ini termasuk operasi besar, dilakukan dengan indikasi :

Drain tidak berjalan baik karena banyak kantong-kantong.

Letak empiema sukar dicapai oleh drain.

Empiema totalis yang mengalami organisasi pada pleura viseralis.

2.

Torakplasti

Alternatif torakplasti diambil jika empiema tidak kunjung sembuh karena adanya
fistel bronkopleural atau tidak mungkin dilakukan dekortikasi.Pada pembedahan ini
segmen tulang iga dipotong subperiosteal.Dengan demikian dinding thorak jatuh
kedalam rongga pleura karena tekanan atmosfir.
d.

Pengobatan kausal

Misalnya pada subfrenik abses dengan drainase subdiafragmatika, terapi spesifik


pada amoebiasis dan sebagainya.
e.

Pengobatan tambahan

Perbaiki keadaan umum, fisioterapi untuk membebaskan jalan nafas.

Penanggulangan empiema tergantung dari fase empiema, yaitu :


1.

Fase I (Fase Eksudat)

Dilakukan drainase tertutup (WSD) dan dengan WSD dapat dicapai tujuan
diagnostik terapi dan prevensi, diharapkan dengan pengeluaran cairan tersebut
dapat dicapai pengembangan paru yang sempurna.

2.

Fase II (Fase Fibropurulen)

Pada fase ini penanggulangan harus lebih agresif lagi yaitu dilakukan drainase
terbuka (reseksi iga/ "open window") . Dengan cara ini nanah yang ada dapat
dikeluarkan dan perawatan luka dapat dipertahankan. Drainase terbuka juga
bertujuan untuk menunggu keadaan pasien lebih baik dan proses infeksi lebih
tenang sehingga intervensi bedah yang lebih besar dapat dilakukan. Pada fase II ini
VATS surgery sangat bermanfaat, dengan cara ini dapat dilakukan empiemektomi
dan/ atau dekortikasi.
3.

Fase III (Fase Organisasi)

Dilakukan intervensi bedah berupa dekortikasi agar paru bebas mengembang atau
dilakukan obliterasi rongga empiema dengan cara dinding dada dikolapskan
(Torakoplasti) dengan mengangkat iga-iga sesuai dengan besarnya rongga
empiema, dapat juga rongga empiema disumpel dengan periosteum tulang iga
bagian dalam dan otot interkostans (air plombage), dan disumpel dengan otot atau
omentum (muscle plombage atau omental plombage).

I.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

v Foto dada
v Torasentesis

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN EMPIEMA


A.

PENGKAJIAN

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10):
1.

Riwayat atau adanya faktor resiko

PPOM
Perokok berat
Imobilisasi fisik lama

Pemberian makanan melalui selang secara terus menerus.


Obat-obat imunosupresif (kemoterapi, kortikosteroid).
Penyakit yg melemahkan (AIDS, kanker)
Menghirup atau aspirasi zat iritan
Terpapar polusi udara terus menerus
Terpasang selang intrakostal.
Penurunan tingkat kesadaran (stupor, letargi, pra-koma, koma).
2.

Pemeriksaan Fisik

Demam tinggi dan menggigil (awitan tiba-tiba atau berbahaya).


Nyeri dada pleuritik
Takipnea dan takikardi
mikoplasma, viral dan stafilokokus akan terlihat infiltrat kemerahan.
Kultur sputum menunjukkan adanya bakteri
Sinar X menunjukkan konsolidasi lobar pada pasien dengan pneumonia
pneumokokus, legionella, klebsiela, dan H.Influenza dan pada pneumonia
Pewarnaan garam jika infeksi disebabkan oleh bakteri gram negatif atau gram
posistif.
Bronkoskopi

B.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan pada semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama pasien


dapat mencakup yang berikut ini:
1.
Ketidakefektifan bersihan jalan napas Berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum, obesitas.
2.
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan dispnea, ansietas, posisi
tubuh.
3.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
kapiler-alveolar, ketidakseimbangan perfusi-ventilasi.
4.

Nyeri pleuritik berhubungan dengan empiema.

5.

Hypertermi berhubungan dengan infeksi saluran pernapasan.

6.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, intoleransi makanan, hilangnya nafsu makan, mual/ muntah.
7.

Ansietas berhubungan dengan nyeri pleuritik, dan ketidaktahuan.

8.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan respon pernapasan
terhadap aktivitas.

INTERVENSI

No

Diagnosa Kep.

Tujuan & kriteria hasil

Intervensi

Rasional
1

Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. peningkatan produksi sputum, obesitas.


DO:

Dispnea

DS:

Bunyi napas tambahan.


Perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan.
Batuk tidak ada atau tidak efektif.
Sianosis.
Kesulitan untuk bersuara.
Penurunan bunyi napas.
Ortopnea.
Kegelisahan.
Sputum.
Mata terbelalak.

Setelah dilakukkan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan pasien dapat:

Mengidentifikasi/menunjukkan perilaku mencapai bersihan jalan napas.


Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tidak ada dispnea,
sianosis.
Mendemonstrasikan batuk efektif.

Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada

Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas
adventisius, missal krekels mengi.

Penghisapan sesuai dengan indikasi

Berikan cairan sedikitnya 2.500 ml/hari, tawarkan air hangat.


Ajarakan metode batuk efektif dan terkontrol
Kolaborasi
Pemeriksaan sputum pasien di laboratorium

Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi
karena ketidaknyamanan gerakan. Gerakan dinding dada dan atau cairan paru.
Penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas
bronchial (normal pada bronkus) dapat terjadi juga pada area konsolidasi. Krekels,
rongkhi, dan mengi terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi pada respon
terhadap pengumpulan cairan, secret kental, dan spasme jalan napas/obstruksi
Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien
yang tak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat
kesadaran.
Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret
Batuk tidak terkontrol akan melelahkan klien.
Sputum yang di periksa guna untuk mengetahui adanya penyakit lain
2

Ketidakefektifan pola napas b.d dispnea, ansietas, posisi tubuh

DO:

Dispnea.
Napas pendek

DS:

Perubahan gerakan dada.


Mengambil posisi tiga titik.
Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi.
Penurunan ventilasi semenit.
Penurunan kapasitas vital.
Napas dalam.
Peningkatan diameter anterior-posterior.
Napas cupping hidung.
Ortopnea.
Fase ekspirasi yang lama.
Pernapasan purset-lip.
Kecepatan respirasi.
Rasio waktu.
Penggunaan otot Bantu untuk bernapas

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat:

Menunjukkan pola pernapasan efektif, dibuktikan dengan status pernapasan yang


tidak berbahaya : ventilasi dan status tanda vital
Menunjukkan status pernapasan : ventilasi tidak terganggu,
Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernapas.
Ekspansi dada simetris.

Tidak adanya penggunaan otot bantu.


Bunyi napas tambahan tidak ada.
Napas pendek tidak ada.

Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, napas


bibir, ketidakmampuan bicara.
Auskultasi bunyi napas, catat area penurunan aliran udara dan atau bunyi
tambahan
Palpasi fremitus
Anjurkan klien untuk tidak memikirkan hal-hal yang menyebabkan ansietas.
Pertimbangkan penggunaan kantung kertas saat ekspirasi latih individu bernapas
perlahan dan efektif
Kolaborasi
Pemberian oksigen dari dokter
Jaga posisi pasien agar tetap semifowler

Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan atau kronisnya proses
penyakit

Bunyi napas mungkin redup karena penurunan aliran udara atau area
konsolidasi. Adanya mengi mengindikasikan spasme bronkus / tertahannya secret.
Penurunan tekanan vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara terjebak.
Salah saut faktor penyebab hiperventilasi adalah ansietas.
Meningkatkan kemampuan kontrol individu terhadap proses ekspirasi
Agar pernapasan dapat berjalan dengan baik
Posisi semifowler dapat mempermudah pasien dalam bernafas efektif
3

Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane kapiler-alveolar,


ketidakseimbangan perfusi-ventilasi

DS:

Dispnea
Sakit kepala pada saat bangun
Gangguan penglihatan.

DO:

Gas darah arteri yang tidak normal


Gelisah
Cuping hidung mengemban.
Warna kulit tidak normal.

Setelah dilakukan tindakkan keperawatan selama 3x24 jam :


Menyatakan nyeri hilang/terkontrol
Menunjukkan rileks, istirahat/tidur, daan peningkatan aktivitas dengan tepat.
Mencapai fungsi paru yang maksimal.
Menutarakan pentingnya latihan paru setiap hari.

Pantau perubahan tanda vital.


Jika tidak dapat berjalan, tetapkan suatu aturan untuk turun dari tempat tidur,
duduk di kursi beberapa hari sekali
Bantu reposisi, setiap jam jika mungkin.
Dorong klien untuk melakukan latihan napas dalam dan latihan batuk terkontrol
5 kali setiap jam

Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami


nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.

Meningkatkan kemampuan ekspansi paru. Jika klien dalam posisi duduk,


kemampuan ekspansi paru akan meningkat.
Membantu drainase postural, mencega depresi jaringan paru atau dada untuk
pernapasan.
Meningkatkan ekspansi paru dan asupan oksigen kedalam paru dan sistem
peredaran darah.
4

Nyeri pleuritik b.d empiema.


DS:

Mengungkapakan secara verbal / melaporkan dengan isyarat.

DO:

Gerakan menghindari nyeri.


Posisi menghindari nyeri.
Perubahan autonomik dari tonus otot.
Perubahan nafsu makan dan makan.
Perilaku menjaga atau melindungi.

Setelah dilakukan tindakkan keperawatan selam 3x24 jam , diharapkan pasien


dapat:
Penurunan penampilan peran / hubungan interpersonal.
Gangguan kerja, kepuasaan hidup / kemampuan untuk mengendalikan diri.
Penurunan konsentrasi.
Terganggunya tidur.
Penurunan nafsu makan.

Mandiri :
Karakteristik nyeri, misal tajam, constan, ditusuk. Selidiki perubahan karakter/
lokasi/ intensitas nyeri.
Pantau :
-

Suhu setiap 4 jam

Hasil pemeriksaan SDP

Hasil kultur sputum

Berikan tindakan untuk memberikan rasa nyaman


Kolaborasi :
Berikan analgetik sesuai dengan anjuran untuk mengatasi nyeri pleuritik jika
perlu dan evaluasi keefektifannya
Konsul pada dokter jika nyeri dan demam tetap ada atau mungkin memburuk.
Berikan antibiotik sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya.

Nyeri dada, biasanya dada dalam beberapa derajat pada pneumonia seperti
pericarditis dan endokarditis.
Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yg
diharapkan.

Tindakan tersebut akan meningkatkan relaksasi.


Analgesik membantu mengontrol nyeri dengan memblok jalan rangsang nyeri.
Nyeri pleuritik yg berat sering kali memerlukan analgetik narkotik untuk mengontrol
nyeri lebih efektif.
Hal tersebut merupakan tanda berkembagnya komplikasi.
Antibiotik diperlukan untuk mengatasi infeksi, efek maksimum dapat dicapai jika
kadar obat dalam darah konsisten dan dapat dipertahankan. Interaksi satu obat dgn
yg lain dpt mengurangi keefektifan pengobatan
5

Hypertermi b.d infeksi saluran pernapasan.

DS:

Mual

DO:

Kulit memerah
Frekuensi napas meningkat
Takikardi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat:

Pasien akan termoregulasi, dibuktikan dengan suhu kulit dalam rentang normal.
Nadi dan pernapasan dalam rentang yang diharapkan.
Perubahan warna kulit tidak ada.

Mandiri:
Pantau suhu minimal 2 jam sekali.
Pantau:
o tekanan darah, nadi, pernapasan.
o aktifitas kejang, warna kulit
o
Kolaborasi :
Berikan obat antipiretik sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya.
Lakukan tindakan-tindakan untuk mengurangi demam seperti, gunakan matras
dingin.

Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yg


diharapkan.
Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami
nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.
Hal tersebut merupakan tanda berkembangnya komplikasi.
Gunakan matras dingin memungkinkan terjadinya pelepasan panas secara
konduksi dan evaporasi (penguapan).
6

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, intoleransi makanan,
hilangnya nafsu makan, mual/ muntah.
DS:

Nyeri abdomen dengan atau tanpa penyakit.


Kram abdomen.

DO:

Tidak tertarik untuk makan.


Diare.
Bising usus hiperaktif.
Konjungtiva dan membran mukosa pucat.
Tonus otot buruk.
Kehilangan massa otot, tonus otot buruk.
Mengeluh gangguan sensasi pengecap

Setelah dilakukkan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien


dapat:

Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat


Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau
mempertahankan berat yang tepat.

Mandiri
Pantau:
o persentase jumlah makanan yg dikonsumsi setiap kali makan.
o timbang BB setiap hari
o Hasil pemeriksaan : protein total, albumin dan osmalalitas.
Berikan perawatan mulut tiap 4 jam jika sputum tercium bau busuk. Pertahankan
kesegaran ruangan.
Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering yg mudah dikunyah jika ada
sesak napas berat.
Kolaborasi
Rujuk kepada ahli gizi untuk membantu memilih makanan yg dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi selama sakit panas.

Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yg


diharapkan
Bau yg tidak menyenangkan dapat mempengaruhi nafsu makan.
Makanan porsi sedikit tapi sering memerlukan lebih sedikit energi.
Ahli gizi ialah spesialisasi dlm hal nutrisi yg dpt membantu pasien memilih
makanan yg memenuhi kebutuhan kalori dan kebutuhan nutrisi sesuai dgn keadaan
sakitnya, usia, TB & BB. Kebanyakan pasien lebih suka mengkonsumsi makanan yg
merupakan pilihan sendiri.
7

Ansietas b.d nyeri pleuritik, dan ketidaktahuan.


DS:

Cemas,takut.

Mual.
Insomnia.

DO:

Penurunan nadi.
Mulut kering.
Muka merah.
Peningkatan tekanan darah.
Berkeringat.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat:

Menungkapkan perasaan ansietas


Memperagakan teknik bernapas untuk mengurangi dipsnea

Jelaskan tujuan tarapi pada klien


Ajarkan tindakan untuk membantu mengontrol dispnea
Ajarkan klien melakukan latihan napas
Ajarkan dan evaluasi teknik drainase postural
Jelaskan bahayanya infeksi dan cara menurunkan resiko
Anjurkan klien untuk melaporkan gejala penting dengan segera
Ajarkan atau opserfasi penggunaan nebulizer atau inhaler dosis terukur

Mengorientasikan program trapi, membantu menyadarkan klien untuk


memperoleh kontrol

Pengontrolan dipsnea melalui diet seimbang, istirahat cukup dan aktifitas yang
dapat ditoleransi
Latihan napas dengan spirometri insentif , latihan efek paru atau latihan
posterior paru atau latihan area iga lateral bawah
Memfasilitasi pengeluaran sekret
Mencega infeksi, baik skunder maupun primer yang mungkin diakibatkan oleh
gangguan napas
Mencegah komplikasi yang tidak terpantau atau gejala yang dianggap normal
oleh klien
Mencegah penggunaan inhaler melebihi dosis
8

Intoleransi aktivitas b.d perubahan respon pernapasan terhadap aktivitas.


DS:

Riwayat intoleransi sebelumnya


Tidak berpengalaman terhadap aktifitas

DO:

Keadaan penurunan kondisi


Adanya masalah sirkulasi atsu respirasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat:

Memeragakan metode batuk, bernapas, dan penghematan energi yang efektif.


Mengidentifikasi tingkat aktifitas yang dapat di capai atau di pertahankan secara
realistis.

Jelaskan aktifitasdan faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigen


Ajarkan program hemat energi
Buat jadwal aktifitas harian, tingkatkan secara bertahap
Ajarkan teknik nafas efektif
Pertahankan terapi oksigen tambahan
Kaji respon abnormal setelah aktifitas

Beri waktu istirahat yang cukup

Merokok, suhu ekstrim dan stres dan menyebabkan fasikonstriksi pembuluh


darah dan meningkatkan beban jantung
Mencegah penggunanan energi yang berlebihan
Mempertahankan pernapasan lambat dengan tetap memperhatikan latihan fisik
yang memungkinkan peningkatan otot batu pernapasan
Meningkatkan oksigenasi tanpa mengorbankan banyak energi
Mempertahankan, memperbaiki, dan meningkatkan konsentrasi oksigen darah
Respon abnormal meliputi nadi, tekanan darah gan pernapasan yang meningkat
Meningkatkan daya tahan klien, mencegah kelelahan

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2000.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC


Somantri Irman.2009.Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan.Jakarta:Salemba Medika
http://hayato31.blogspot.com/2009/04/askep-empiema.html
http://zieshila.wordpress.com/ibu-dan-anak/asuhan-keperawatan-empiema/
http://sely-biru.blogspot.com/2009/01/asuhan-keperawatan-empiema.html
http://www.askep-askeb.cz.cc/2010/01/empiema.html

You might also like