Professional Documents
Culture Documents
EMPIEMA
A.
Paru kanan normalnya terdiri dari tiga lobus (atas, tengah, dan bawah) dan
merupakan 55% bagian paru. Paru kiri normalnya terdiri dari dua lobus (atas dan
bawah). Pada lobus atas paru kiri pada bagian bawahnya terdapat lingula yang
merupakan analog dari lobus tengah paru kanan. Paru mengalami perkembangan
yang hebat, saat lahir, bayi memiliki 25 juta alveoli ; jumlah ini bertambah menjadi
300 juta setelah dewasa. Pertumbuhan paling sering terjadi saat usia 8 tahun.
Pertumbuhan tercepat pada usia 3 4 tahun. Pleura adalah membran tipis terdiri
dari 2 lapisan yaitu pleura viseralis dan parietalis. Secara histologis kedua lapisan
ini terdiri dari sel mesotelial, jaringan ikat, dan dalam keadaan normal, berisikan
lapisan cairan yang sangat tipis. Membran serosa yang membungkus parekim paru
disebut pleura viseralis, sedangkan membran serosa yang melapisi dinding toraks,
diafragma, dan mediastinum disebut pleura parietalis. Rongga pleura terletak
antara paru dan dinding thoraks. Rongga pleura dengan lapisan cairan yang tipis ini
berfungsi sebagai pelumas antara kedua pleura. Kedua lapisan pleura ini bersatu
pada hilus paru. Dalam hal ini, terdapat perbedaan antara pleura viseralis dan
parietalis, diantaranya pleura viseralis memiliki ciri ciri permukaan luarnya terdiri
dari selapis sel mesotelial yang tipis < 30mm, diantara celah-celah sel ini terdapat
sel limfosit, di bawah sel-sel mesotelial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit
dan histiosit, di bawahnya terdapat lapisan tengah berupa jaringan kolagen dan
serat-serat elastik, lapisan terbawah terdapat jaringan interstitial subpleura yang
banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari arteri pulmonalis dan arteri
brakhialis serta pembuluh limfa, menempel kuat pada jaringan paru, fungsinya
untuk mengabsorbsi cairan pleura.
Volume cairan pleura selalu konstan, dipengaruhi oleh tekanan hidrostatik sebesar 9
mmHg , diproduksi oleh pleura parietalis, serta tekanan koloid osmotik sebesar 10
mmHg yang selanjutnya akan diabsorbsi oleh pleura viseralis.
B.
PENGERTIAN
cairan pleura dan inokulasi bakteri. Empiema paling banyak ditemukan pada anak
usia 2 9 tahun. Empiema adalah akumulasi pus diantara paru dan membran yang
menyelimutinya (ruang pleura) yang dapat terjadi bilamana suatu paru terinfeksi.
Pus ini berisi sel sel darah putih yang berperan untuk melawan agen infeksi (sel sel
polimorfonuklear) dan juga berisi protein darah yang berperan dalam pembekuan
(fibrin). Ketika pus terkumpul dalam ruang pleura maka terjadi peningkatan tekanan
pada paru sehingga pernapasan menjadi sulit dan terasa nyeri. Seiring dengan
berlanjutnya perjalanan penyakit maka fibrin-fibrin tersebut akan memisahkan
pleura menjadi kantong kantong (lokulasi). Pembentukan jaringan parut dapat
membuat sebagian paru tertarik dan akhirnya mengakibatkan kerusakan yang
permanen.
C.
KLASIFIKASI
Empiema akut
Terjadi akibat infeksi sekunder dari tempat lain, bukan primer dari pleura.Bila pada
stadium ini dibiarkan beberapa minggu, maka akan timbul toksemia ,anemia, dan
clubbing finger.Jika pus tidak segera dikeluarkan akan timbul fistel bronkopleural.
b.
Empiema kronis
Batas tegas antara empiema akut dan kronis sukar ditentukan.Disebut kronis jika
empiema berlangsung selama lebih dari 3 bulan.Pada stadium ini,jika klien
menerima terapi antimikroba, manifestasi klinis akan dapat dikurangi.
D.
PATOFISIOLOGI
Akibat invasi basil piogenik ke pleura, maka akan timbul peradangan akut yang
diikuti pembentukan eksudat serosa.Dengan banyaknya sel PMN baik yang hidup
maupun yang mati serta meningkatnya kadar protein, maka cairan menjadi keruh
dan kental.Adanya endapan-endapan fibrin akan membentuk kantong-kantong yang
melokalisasi nanah tersebut.Apabila nanah menembus bronkus, maka timbul fistel
bronkopleural yang menembus dinding thorak dan keluar melalu kulit yang disebut
empiema nessensiatis.Stadium ini masih disebut empiema akut yang lama
kelamaan menjadi kronis.
E.
ETIOLOGI
a.
Pneumonia
Abses paru
Bronkiektasis
TBC paru
Aktinomikosis paru
Fistel Bronko-Pleura
b.
Trauma Thoraks
Pembedahan thorak
Sufrenik abses
1.
Stapilococcus
2.
Pnemococcus
Pneumococcus adalah salah satu jenis bakteri yang dapat menyebabkan infeksi
serius seperti radang paru-paru (pneumonia),meningitis (radang selaput otak) dan
infeksi darah (sepsis).Sebenarnya ada sekitar 90 jenis kuman pneumokokus, tetapi
hanya sedikit yang bisa menyebabkan penyakit gawat. Bentuk kumannya bulatbulat dan memiliki bungkus atau kapsul. Bungkus inilah yang menentukan apakah si
kuman akan berbahaya atau tidak.
3.
Streptococcus.
F.
Demam
Keringat malam
Nyeri pleural
Dispnea
Tanda gejala empiema berdasarkan klasifikasi empiema akut dan empiema kronis
a.
Emphiema akut:
Emphiema kronis:
G.
KOMPLIKASI
H.
PENATALAKSANAAN
Pengosongan nanah
Dilakukan dengan menggunakan kateter karet yang besar, oleh karena disertai juga
dengan reseksi tulang iga.Open drainage ini dikerjakan pada empiema kronis,hal ini
bisa terjadiakibat pengobatan yang lambat atau tidak adekuat,misalnya aspirasi
yang terlambat/ tidak adekuat, drainase tidak adekuat atau harus sering
mengganti/ membersihkan drain.
b.
Antibiotik
Antibiotik harus segera diberikan begitu diagnosis ditegakkan dan dosisnya harus
adekuat. Pemilihan antibiotik didasarkan pada hasil pengecatan gram dan apusan
nanah.Pengobatan selanjutnya bergantung pada hasil kultur dan
sensivitasnya.Antibiotika dapat diberikan secara sistematik atau topikal.Biasanya
diberikan Penicillin.
c.
Dekortikasi
2.
Torakplasti
Alternatif torakplasti diambil jika empiema tidak kunjung sembuh karena adanya
fistel bronkopleural atau tidak mungkin dilakukan dekortikasi.Pada pembedahan ini
segmen tulang iga dipotong subperiosteal.Dengan demikian dinding thorak jatuh
kedalam rongga pleura karena tekanan atmosfir.
d.
Pengobatan kausal
Pengobatan tambahan
Dilakukan drainase tertutup (WSD) dan dengan WSD dapat dicapai tujuan
diagnostik terapi dan prevensi, diharapkan dengan pengeluaran cairan tersebut
dapat dicapai pengembangan paru yang sempurna.
2.
Pada fase ini penanggulangan harus lebih agresif lagi yaitu dilakukan drainase
terbuka (reseksi iga/ "open window") . Dengan cara ini nanah yang ada dapat
dikeluarkan dan perawatan luka dapat dipertahankan. Drainase terbuka juga
bertujuan untuk menunggu keadaan pasien lebih baik dan proses infeksi lebih
tenang sehingga intervensi bedah yang lebih besar dapat dilakukan. Pada fase II ini
VATS surgery sangat bermanfaat, dengan cara ini dapat dilakukan empiemektomi
dan/ atau dekortikasi.
3.
Dilakukan intervensi bedah berupa dekortikasi agar paru bebas mengembang atau
dilakukan obliterasi rongga empiema dengan cara dinding dada dikolapskan
(Torakoplasti) dengan mengangkat iga-iga sesuai dengan besarnya rongga
empiema, dapat juga rongga empiema disumpel dengan periosteum tulang iga
bagian dalam dan otot interkostans (air plombage), dan disumpel dengan otot atau
omentum (muscle plombage atau omental plombage).
I.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
v Foto dada
v Torasentesis
PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10):
1.
PPOM
Perokok berat
Imobilisasi fisik lama
Pemeriksaan Fisik
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
5.
6.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, intoleransi makanan, hilangnya nafsu makan, mual/ muntah.
7.
8.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan respon pernapasan
terhadap aktivitas.
INTERVENSI
No
Diagnosa Kep.
Intervensi
Rasional
1
Dispnea
DS:
Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas
adventisius, missal krekels mengi.
Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi
karena ketidaknyamanan gerakan. Gerakan dinding dada dan atau cairan paru.
Penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas
bronchial (normal pada bronkus) dapat terjadi juga pada area konsolidasi. Krekels,
rongkhi, dan mengi terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi pada respon
terhadap pengumpulan cairan, secret kental, dan spasme jalan napas/obstruksi
Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien
yang tak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat
kesadaran.
Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret
Batuk tidak terkontrol akan melelahkan klien.
Sputum yang di periksa guna untuk mengetahui adanya penyakit lain
2
DO:
Dispnea.
Napas pendek
DS:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat:
Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan atau kronisnya proses
penyakit
Bunyi napas mungkin redup karena penurunan aliran udara atau area
konsolidasi. Adanya mengi mengindikasikan spasme bronkus / tertahannya secret.
Penurunan tekanan vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara terjebak.
Salah saut faktor penyebab hiperventilasi adalah ansietas.
Meningkatkan kemampuan kontrol individu terhadap proses ekspirasi
Agar pernapasan dapat berjalan dengan baik
Posisi semifowler dapat mempermudah pasien dalam bernafas efektif
3
DS:
Dispnea
Sakit kepala pada saat bangun
Gangguan penglihatan.
DO:
DO:
Mandiri :
Karakteristik nyeri, misal tajam, constan, ditusuk. Selidiki perubahan karakter/
lokasi/ intensitas nyeri.
Pantau :
-
Nyeri dada, biasanya dada dalam beberapa derajat pada pneumonia seperti
pericarditis dan endokarditis.
Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yg
diharapkan.
DS:
Mual
DO:
Kulit memerah
Frekuensi napas meningkat
Takikardi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat:
Pasien akan termoregulasi, dibuktikan dengan suhu kulit dalam rentang normal.
Nadi dan pernapasan dalam rentang yang diharapkan.
Perubahan warna kulit tidak ada.
Mandiri:
Pantau suhu minimal 2 jam sekali.
Pantau:
o tekanan darah, nadi, pernapasan.
o aktifitas kejang, warna kulit
o
Kolaborasi :
Berikan obat antipiretik sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya.
Lakukan tindakan-tindakan untuk mengurangi demam seperti, gunakan matras
dingin.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, intoleransi makanan,
hilangnya nafsu makan, mual/ muntah.
DS:
DO:
Mandiri
Pantau:
o persentase jumlah makanan yg dikonsumsi setiap kali makan.
o timbang BB setiap hari
o Hasil pemeriksaan : protein total, albumin dan osmalalitas.
Berikan perawatan mulut tiap 4 jam jika sputum tercium bau busuk. Pertahankan
kesegaran ruangan.
Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering yg mudah dikunyah jika ada
sesak napas berat.
Kolaborasi
Rujuk kepada ahli gizi untuk membantu memilih makanan yg dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi selama sakit panas.
Cemas,takut.
Mual.
Insomnia.
DO:
Penurunan nadi.
Mulut kering.
Muka merah.
Peningkatan tekanan darah.
Berkeringat.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat:
Pengontrolan dipsnea melalui diet seimbang, istirahat cukup dan aktifitas yang
dapat ditoleransi
Latihan napas dengan spirometri insentif , latihan efek paru atau latihan
posterior paru atau latihan area iga lateral bawah
Memfasilitasi pengeluaran sekret
Mencega infeksi, baik skunder maupun primer yang mungkin diakibatkan oleh
gangguan napas
Mencegah komplikasi yang tidak terpantau atau gejala yang dianggap normal
oleh klien
Mencegah penggunaan inhaler melebihi dosis
8
DO:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat:
DAFTAR PUSTAKA