Professional Documents
Culture Documents
NPM : 240210130063
V.
baik,
antara
pengalengan/sterilisasi.
lain
blansing,
Keuntungan
pasteurisasi,
penggunaan
panas
pada
dan
proses
pengawetan
makanan adalah ekonomis, aman, dan memproduksi bahan kimia bebas pada
makanan,
produk
lebih
lunak
dan
enak,
menonaktifkan
enzim-enzim,
Blansing
Praktikum proses termal
blansing. Sampel yang digunakan untuk blansing terdiri dari wortel, tomat, kubis,
buncis dan cabai. Blansing dilakukan dengan dua cara, yaitu kukus dan rebus.
Pengamatan yang dilakukan meliputi warna, aroma, tektur serta berat pada
sampel. Hasil pengamatan sampel sebelum dilakukan blansing dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 1. Hasil Pengamatan Sebelum Blansing pada Kubis, Buncis, Wortel,
Tomat dan Cabai
Pengamatan
Berat
Berat
No. Sampel
Warna
Aroma
Tekstur
untuk
untuk
Kukus
Rebus
1.
Kubis
Putih,
Khas
Halus,
22g
23g
kehijauan
Kubis+
rapuh
2.
Buncis
Hijau ada
Khas
Halus
24g
24g
putih
Buncis
3.
Wortel
Oranye
Khas
Keras
49g
49g
Wortel
4.
Tomat
Merah
Khas
Lunak
82g
Kukus
kekuningan Tomat +
5.
Tomat
Merah
Khas
Lunak
87g
Rebus
kekuningan Tomat
6.
Cabai
Merah
Khas
Licin,
24g
24g
Cabai
keras,
Nama : Pirdawati D
NPM : 240210130063
mulus
(Sumber : 1B, 2014)
Tabel 2. Gambar Hasil Pengamatan Sebelum Blansing pada Kubis, Buncis,
Wortel, Tomat dan Cabai
No.
Sampel
1.
Kubis
2.
Buncis
3.
Wortel
4.
Tomat Kukus
5.
Tomat Rebus
1.
Cabai
Gambar
Nama : Pirdawati D
NPM : 240210130063
setelah proses blansing dilakukan. Hasil pengamatan sampel setelah di kukus
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Hasil Pengamatan Setelah
Wortel, Tomat dan Cabai
Susut
No. Sampel
Warna
Bobot
1. Kubis
0%
Putih
kehijauan+
Gambar
2.
Buncis
0%
Hijau tua
Khas
Buncis++
Lunak+
3.
Wortel
12,2%
Oranye +
Manis
Lunak+
4.
Tomat
0%
Merah
Khas
Tomat -
Lembek
5.
Cabai
6,67
Merah
terang
Khas Cabai
++
Licin, agak
keriput,
kempes
udara
dari
jaringan,
mengurangi
populasi
mikroorganisme,
Nama : Pirdawati D
NPM : 240210130063
khas (langu) mentah. Hal tersebut dapat dilihat pada sampel yang mempunyai
warna lebih terang setelah dilakukannya blansing, seperti warna yang lebih hijau
pada buncis, warna lebih oranye pada wortel serta warna merah yang lebih terang
pada cabai. Hal lain adalah aroma yang semakin kuat tercium setelah blansing
dilakukan, semua sampel mengalami peningkatan aroma khas yang menjadi lebih
kuat. Tekstur dari sampel juga berubah menjadi lebih lembek/lunak pada semua
sampel.
Hal lain yang terjadi pada beberapa sampel adalah susu bobot. Sampel
yang mengalami susut bobot setelah proses blansing dengan cara dikukus adalah
wortel dan cabai. Wortel mengalami susut bobot sebanyak 12,2 % sedangkan
cabai sebanyak 6,67%. Menurut Nafaziz (2007) Susut bobot adalah kehilangan
sebagian air pada sayuran . Susut bobot tersebut dihitung dengan cara sebagai
berikut :
Contohnya pada wortel dengan berat awal 49g dan berat akhir 43g maka
4943
100 =12,2
. Tjahjadi (2011)
43
Nama : Pirdawati D
NPM : 240210130063
dan cabai. Perlakuan yang berbeda hanya terdapat pada lama blansing yang
dilakukan. Pengamatan yang dilakukan pun sama meliputi warna, aroma, tektur
serta berat pada sampel. Hasil pengamatan blansing dengan medium air (rebus)
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
2.
Buncis
Khas
Buncis+
Lunak++
3.
Wortel
17,16% Oranye +
Manis+
Lunak++
4.
Tomat
13,79% Merah +
Khas
Tomat +
Lembek +
5.
Cabai
12,5%
Khas
Licin, agak
Cabai+++ rapuh,
keriput,
kempes
Merah
oranye
untuk
mendapatkan
suhu
yang
seragam
namun
meningkatkan
kemungkinan kehilangan komponen larut air bahan lebih besar jika dibandingkan
Nama : Pirdawati D
NPM : 240210130063
dengan medium uap. Begitu pula dengan pendapat Winarno (1991) yang
menyatakan bahwa cara blansing dengan menggunakan air mendidih lebih baik
daripada cara blansing yang menggunakan uap air, hal ini terjadi karena adanya
perambatan panas melalui air mendidih lebih cepat meresap merata ke dalam
jaringan wortel sehingga semakin banyak melarutkan vitamin C dan -karoten
yang terkandung pada bahan tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan semua bahan
mengalami susut bobot kecuali pada cabai. Bobot cabai meningkat sebesar 12,5%
setelah dilakukan blansing (rebus). Faktor penyebab perbedaan ini salah satunya
dapat disebabkan oleh tekstur cabai yang berbeda dari sayuran lain yang dijadikan
bahan percobaan karena cabai mengandung kadar air paling sedikit (dapat dilihat
dari bagian dalam cabai), sedangkan bahan lain mengandung kadar air yang lebih
tinggi. Susut bobot yang dialami kubis sebesar 18,7%, buncis sebesar 4,176%,
wortel sebesar 17,16% dan tomat sebesar 13,79%. Secara keseluruhan tekstur
bahan menjadi lebih lunak, warna yang semakin terang dan aroma khas masingmasing sayuran pun lebih tercium setelah proses blansing dengan medium air
(rebus) dibanding blansing dengan medium uap air (kukus).
5.2
Pasteurisasi
Praktikum proses termal yang kedua adalah proses pasteurisasi. Sampel
Nama : Pirdawati D
NPM : 240210130063
No
.
2.
3.
4.
5.
Sampel
Warna
Suhu ruang
Kontrol :
Lemari es
Pasteurisasi :
Lemari es ( kel.
1B)
Pasteurisasi :
Lemari es (Kel. 3B)
Pasteurisasi :
Lemari es (Kel. 5B)
Krim : Kuning+
Skim : Putih
Krim : Kuning
Skim : Putih+
Krim : -
6.
Pasteurisasi :
Ruang (Kel. 2B)
7.
Pasteurisasi :
Ruang (Kel. 4B)
(Sumber : 1B, 2014)
Skim : Putih+
Krim : Kuning
Skim : Putih+
Krim : Kuning
Skim : Putih
Krim : Kuning+
Skim : Putih
Krim : Kuning+
Aroma
Kekentala
n
Tebal
Lapisa
n Krim
Asam
Kental++
1 cm
Khas
susu
Kental+
Tidak
ada
Kental+
Creame
Kental+
0,5 cm
Asam
Kental++
1,5 cm
Asam
Kental++
1,5 cm
Tabel 6. Gambar Hasil Pengamatan Susu Kontrol (Suhu Ruang dan Lemari
Es) dan Susu Pasteurisasi (Suhu Ruang dan Lemari Es)
No
Gambar
Sampel
Sebelum
Sesudah
.
Kontrol :
Suhu ruang
8.
Kontrol :
Lemari es
9.
Nama : Pirdawati D
NPM : 240210130063
No
.
Sampel
Pasteurisasi :
Lemari es ( kel. 1B)
10.
Pasteurisasi :
Lemari es (Kel. 3B)
11.
Pasteurisasi :
Lemari es (Kel. 5B)
12.
Pasteurisasi :
Ruang (Kel. 2B)
13.
Pasteurisasi :
Ruang (Kel. 4B)
14.
Gambar
Sebelum
Sesudah
Nama : Pirdawati D
NPM : 240210130063
Berdasarkan hasil pengamatan setelah susu kontrol dan pasteurisasi yang
telah disimpan selama 3 hari pada suhu ruang, susu pasteurisasi lebih cepat rusak
dibandingkan dengan susu nonpasteurisasi. Hal Tersebut disebabkan adanya
pertumbuhan mikroorganisme pada susu pasteurisasi yang disimpan pada suhu
ruang lebih cepat karena susu pasteurisasi telah mendapatkan proses termal maka
kandungan gizi khususnya protein pada susu tersebut sudah mengalami
kerusakan. Kerusakan tersebut dapat dilihat dari bau yang sudah asam, tingkat
penggumpalan (kekentalan), gelembung dan tebal lapisan krim.
Tebal lapisan krim pada susu yang mendapat perlakuan pasteurisasi lebih
tebal, selisih ketebalannya adalah 0,5cm. Buckle (1987) menyatakan bahwa krim
adalah bagian dari susu yang kaya akan lemak, yang timbul ke bagian atas dari
susu pada waktu didiamkan atau dipisahkan dengan alat pemisah sentrifuga,
sedangkan skim adalah bagian susu yang tertinggal sesudah krim diambil
sebagian atau seluruhnya. Susu skim mengandung semua zat makanan dari susu
kecuali lemak dan vitamin - vitamin yang larut dalam lemak.
Bau asamnya pun lebih menyengat pada susu yang mendapat perlakuan
pasteurisasi. Menurut Saleh (2004), kerusakan pada susu disebabkan oleh
terbentuknya asam laktat sebagai hasil fermentasi laktosa oleh bakteri E. coli.
Fermentasi oleh bakteri ini akan menyebabkan aroma susu menjadi berubah dan
tidak disukai oleh konsumen. Begitu pula dengan gumpalan dan gelembung yang
terdapat pada susu dipasteurisasi lebih banyak. Penggumpalan susu timbul karena
bakteri Bacillus cereus yang menghasilkan enzim yang mencerna lapisan tipis
fosfolipid disekitar butir-butir lemak dan dengan itu kemungkinan butir-butir
lemak tersebut menyatu membentuk suatu gumpalan yang timbul ke atas
permukaan susu.
Menurut IKAPI (2008) susu pasteurisasi simpan hanya 14 hari. Susu
pasteurisasi tidak menggunakan zat pengawet, namun hasilnya susu aman untuk
diminum dan memperlama daya simpannya. Selain itu, susu pasteurisai harus
disimpan pada lemari pendingin maka kualitasnya bisa bertahan sampai
seminggu. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan percobaan yang telah dilakukan.
Berdasarkan hasil pengamatan susu yang telah mengalami pasteurisasi walaupun
suadah disimpan selama satu minggu (dalam lemari es) masih baik untuk
dikonsumsi. Wirwan (2010) yang menyatakan bahwa proses pasteurisasi hanya
Nama : Pirdawati D
NPM : 240210130063
membunuh bakteri patogen, sedangkan bakteri lain yang lebih tahan panas bisa
saja masih hidup dalam bahan pangan yang dipasteurisasi. Dengan demikian,
meskipun bakteri ini tidak menimbulkan penyakit tetapi jika tumbuh di dalam
produk pangan dapat menyebabkan kerusakan / kebusukan, misalnya aroma
tengik. Oleh karena itu, produk-produk yang sudah dipasteurisasi harus disimpan
di lemari es sebelum digunakan dan tidak boleh berada pada suhu kamar karena
sebagian mikroba yang masih hidup dapat melangsungkan pertumbuhannya.
susu segar setelah dipasteurisasi memiliki warna yang lebih putih daripada
warna susu segar yang tidak dipasteurisasi. Sebelum proses penyimpanan
dilakukan, susu yang telah mengalami proses pasteurisasi berwarna lebih putih
daripada susu segar yang tidak mengalami proses pasteurisasi. Hal ini disebabkan
adanya protein dalam susu yang terdenaturasi selama proses pemanasan
dilakukan. Menurut Wahyudi (2010), protein susu terdiri dari dua protein utama,
yaitu protein kasein dan protein whey. Protein kasein sangat stabil pada
pemanasan, sedangkan protein whey tidak stabil dengan pemanasan. Oleh karena
itu, protein whey terdenaturasi ketika susu dipanaskan selama pasteurisasi,
peristiwa ini menyebabkan perubahan indeks bias sehingga mengakibatkan warna
susu menjadi lebih putih setelah proses pemanasan. Aroma dan kekentalan tidak
banyak berubah dari sebelumnya tebal krim pun nyaris tidak ada. Berbeda halnya
dengan susu non pasterisasi yang disimpan pada suhu lemari es tetap mengalami
kerusakan. Kerusakan yang dialami adalah bau asam yang menyengat, adanya
lapisan krim di permukaan yang berwarna kuning serta adanya gelembunggelembung pada susu.
Nama : Pirdawati D
NPM : 240210130063
VI. KESIMPULAN
Perbedaan pada proses blansing rebus dan blansing kukus terdapat pada
medium yang digunakan. Blansing kukus menggunakan medium uap air
dan blansing rebus menggunakan air, akan tetapi secara umum hasilnya
sama.
Umumnya blansing rebus memberikan hasil yang lebih baik untuk tekstur,
aroma, dan warna tetapi bahan mengalami susut bobot yang lebih banyak
dibandingkan dengan blansing kukus.
membentuk spora.
Pasteurisasi harus diikuti dengan teknik pengawetan lain misalnya
simpannya.
Susu yang dipasteurisasi tidak akan menimbulkan penyakit, tetapi
memiliki masa simpan yang terbatas karena pada susu pasteurisasi masih
hidup mikroba-mikroba pembusuk dan mikroba non patogen yang
berkembang biak.
Pengasaman susu terjadi karena fermentasi laktosa menjadi asam laktat
butir lemak.
Kerusakan yang dapat terjadi pada lemak susu disebabkan oleh enzim
lipase.
DAFTAR PUSTAKA
Nama : Pirdawati D
NPM : 240210130063
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet dan M. Wootton. 1987. Ilmu Pangan.
Penerjemah : H. Purnomo dan Adiono. UI Press, Jakarta.
IKAPI. 2008. Healt Secret Of Kefir. PT. Elex Media Komputindo Kelompok
Gramedia. Jakarta
Nafaziz. 2007. Pengaruh Penyimpanan Terhadap Susut Bobot.
Terdapat pada : www.pustaka.ut.ac.id. (diakses : tanggal 13
April 2014 pukul 03.20 WIB).
Saleh, E. 2004. Teknologi Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Terdapat
pada : http://repository.usu.ac.id/ (diakses pada tanggal 13 Maret 2014
pukul 05.46 WIB).
Tjahjadi, C. dan H. Marta. 2011. Pengantar Teknologi Pangan : Volume 1. Jurusan
Teknologi Industri Pangan Fakultas Teknologi Industri Pertanian
Universitas Padjajaran. Bandung
Nama : Pirdawati D
NPM : 240210130063
LATIHAN
Blansing :
1. Apa sebabnya menonaktifkan enzim penting dalam proses pengolahan
sayuran dan buah-buahan?
Jawab :
Karena dapat mengoksidasi dan menurunkan jumlah mikroorganisme yang
hidup pada bahan pangan.
2. Factor apa saja yang kiranya dapat mempengaruhi lama blansing?
Jawab :
Lama blansing dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ukuran bahan,
suhu, ketebalan tumpukan bahan, dan medium blansing.
3. Apa keuntungan dan kerugian dari blansing menggunakan medium cair
dan uap air?
Jawab :
Pasteurisasi:
Nama : Pirdawati D
NPM : 240210130063
1. Mengapa selama proses pemasakan harus dilakukan pengadukan ?
Jawab :
Selama proses pemasakan harus dilakukan pengadukan untuk meratakan
pemanasan pada semua titik pada susu sehingga tidak terbentuk
penggumpalan, buih yang berlebihan, dan susu tidak pecah, apabila susu
tersebut pecah maka akan terjadi kerusakan-kerusakan yang dapat
mengurangi cita rasa susu, berkurangnya kekentalan susu, denaturasi
protein dan perubahan warna.
2. Apa yang terjadi bila digunakan suhu lebih tinggi dan waktu yang sama ?
Jawab :
Bila digunakan suhu lebih tinggi pada waktu yang sama maka akan
menyebabkan timbulnya flavor susu masak dan kemungkinan rusaknya
lapisan tipis disekitar butiran lemak sehingga mengurangi kecenderungan
susu membentuk lapisan krim dan merusak nilai gizi susu. Kandungan gizi
serta citarasa dari susu tersebut juga mengalami kerusakan. Seharusnya
jika suhu yang digunakan rendah maka waktu yang diperlukan semakin
lama, begitu pula sebaliknya jika suhu yang digunakan tinggi maka waktu
yang diperlukan semakin sedikit.