Professional Documents
Culture Documents
: Budi Ramanda
Nim
: I31112035
Mata kuliah
darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit yang
memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel limfosit.
Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel
darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk ke
tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara
1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada
orang yang terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada
beberapa kasus bisa sampai nol) (KPA, 2007).
9. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang berarti kumpulan
gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV.
Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi diri dari serangan luar seperti
kuman, virus, dan penyakit. AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini,
sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain (Yatim dalam jurnal USU,
2006).
10. Replikasi Retrovirus
Agar suatu virus dapat memperbanyak diri, virus tersebut harus menginfeksi sel hidup. Sel
yang dapat diinfeksi oleh suatu virus terbatas hanya pada hewan tertentu dan tipe sel tertentu,
yang memungkinkan virus tersebut berkembang biak. Virus harus membuat protein dengan 3
set fungsi.- memastikan proses replikasi genomnya terjadi mengemas genom ke dalam
partikel virus mengubah metabolisme sel yang terinfeksi sehingga sel tersebut memproduksi
virus.
(http://www.food-info.net/id/virus/biochem.htm)
Langkah-langkah utamanya berlaku umum untuk semua virus walaupun detail persisnya
dapat bervariasi untuk virus yang berbeda.
Fase inisiasi:
Materi genetik virus dimasukkan ke dalam sel, seringkali disertai dengan kofaktor esensial
protein virus.
Fase replikasi:
Sintesis DNA
Sintesis RNA
Sintesis protein
Ukuran genom, komposisi dan susunan virus sangat bervariasi (lihat klasifikasi Baltimore di
atas). Untuk beberapa virus, enzim-enzim sel inang yang mereplikasi genom virus, dibantu
oleh protein virus, misalnya pada parvovirus. Pada kebanyakan virus, berlaku sebaliknya,
protein viruslah yang melakukan replikasi genom walaupun untuk aktivitas ini mereka
menggunakan protein sel inangnya.
Fase pelepasan (release):
B. Patofisiologi
Penyebab infeksi adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency
virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1.
Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2
dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk
memudahkan keduanya disebut HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1
Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B
menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan.
Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi
neurologist.
Melakukan penetrasi seks yang tidak aman dengan seseorang yang telah terinfeksi. Kondom
adalah satusatunya cara dimana penularan HIV dapat dicegah.
Melalui darah yang terinfeksi yang diterima selama transfusi darah dimana darah tersebut
belum dideteksi virusnya atau pengunaan jarum suntik yang tidak steril.
Dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan seseorang yang
telah terinfeksi.
Wanita hamil dapat juga menularkan virus ke bayi mereka selama masa kehamilan atau
persalinan dan juga melalui menyusui.
Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan HIV pada bayi yang dikandungnya.
Penularan dari ibu terjadi terutama pada saat proses melahirkan, karena pada saat itu terjadi
kontak secara lansung antara darah ibu dengan bayi sehingga virus dari ibu dapat menular
pada bayi.
Bayi juga dapat tertular virus HIV dari ibu sewktu berada dalam kandungan atau juga
melalui ASI
HIV masuk kedalam darah dan mendekati sel Thelper dengan melekatkan dirinya pada
protein CD4. Sekali ia berada di dalam, materi viral (jumlah virus dalam tubuh penderita)
turunan yang disebut RNA (ribonucleic acid) berubah menjadi viral DNA (deoxyribonucleic
acid) dengan suatu enzim yang disebut reverse transcriptase. Viral DNA tersebut menjadi
bagian dari DNA manusia, yang mana, daripada menghasilkan lebih banyak sel jenisnya,
diserang oleh infeksi dan penyakitpenyakit yang lain. Dibutuhkan waktu untuk menularkan
C. Klasifikasi
CDC mengklasifikasikan HIV/AIDS pada remaja (>13 tahun dan dewasa) berdasarkan dua
sistem, yaitu dengan melihat jumlah supresi kekebalan tubuh yang dialami pasien serta stadium
klinis. Jumlah supresi kekebalan tubuh ditunjukkan oleh limfosit CD4+. Sistem ini terdiri dari
tiga kategori yaitu :
1. Kategori Klinis A : CD4+ > 500 sel/ml
Meliputi infeksi HIV tanpa gejala (asimptomatik), Limfadenopati generalisata yang
menetap, infeksi HIV akut primer dengan penyakit penyerta atau adanya riwayat infeksi
HIV akut.
2. Kategori Klinis B : CD4+ 200-499 sel/ml
Terdiri atas kondisi dengan gejala (simptomatik) pada remaja atau orang dewasa yang
terinfeksi HIV yang tidak termasuk dalam kategori C dan memenuhi paling sedikit satu dari
kriteria berikut yaitu keadaan yang dihubungkan dengan infeksi HIV atau adanya kerusakan
kekebalan dengan perantara sel (cell mediated immunity), atau kondisi yang dianggap oleh
dokter telah memerlukan penanganan klinis atau membutuhkan penatalaksanaan akibat
komplikasi infeksi HIV. Termasuk kedalam kategori ini yaitu Angiomatosis basilari,
Kandidiasis orofaringeal, Kandidiasis vulvovaginal, Dysplasia leher rahim, Herpes zoster,
Neuropati perifer, penyakit radang panggul.
3. Kategori Klinis C : CD4+ < 200 sel/ml
Meliputi gejala yang ditemukan pada pasien AIDS dan pada tahap ini orang yang terinfeksi
HIV menunjukkan perkembangan infeksi dan keganasan yang mengancam kehidupannya,
meliputi : Sarkoma Kaposi, Kandidiasis bronki/trakea/paru, Kandidiasis esophagus, Kanker
leher rahim invasif, Coccidiodomycosis, Herpes simpleks, Cryptosporidiosis, Retinitis virus
sitomegalo, Ensefalopati yang berhubungan dengan HIV, Bronkitis/Esofagitis atau
Pneumonia, Limfoma Burkitt, Limfoma imunoblastik dan Limfoma primer di otak,
Pneumonia Pneumocystis carinii.
D. Pemeriksaan Diagnostik
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian. Tes
dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus
(HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi Human
Immunodeficiency Virus (HIV)
Serologis
-
Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
Sel T4 helper
Indikator system imun (jumlah <200>
Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal
Tes PHS
Kapsul hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif
Neurologis
-
Tes Lainnya
Sinar X dada
Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau adanya
komplikasi lain
Skan Gallium Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia
lainnya.
Biopsis
Tes Antibodi
Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka system
imun akan bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus tersebut. Antibody
terbentuk dalam 3 12 minggu setelah infeksi, atau bisa sampai 6 12 bulan. Hal ini
menjelaskan mengapa orang yang terinfeksi awalnya tidak memperlihatkan hasil tes
positif. Tapi antibody ternyata tidak efektif, kemampuan mendeteksi antibody Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah memungkinkan skrining produk darah dan
memudahkan evaluasi diagnostic. Pada tahun 1985 Food and Drug Administration (FDA)
memberi lisensi tentang uji kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) bagi semua
pendonor darah atau plasma. Tes tersebut, yaitu :
-
Indirect Immunoflouresence
Pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositifitas.
Melakukan abstinensi seks atau hubungan monogami bersama dengan pasangan yang tidak
terinfeksi.
Diperiksa untuk mengetahui ada tidaknya virus paling sedikit 6 bulan setelah berhubungan
kelamin terakhir yang tidak terlindungi karena pembentukan antibodi mungkin memerlukan
waktu paling sedikit 6 bulan setelah pajanan ke virus untuk membentuk antibodi. Seks oral
ditukar pakaikan.
Pengobatan profilaksis pasca pajanan dengan penghambat reverse transcriptase setelah
pajanan ke jarum suntik yang tidak disengaja atau berhubungan kelamin menurunkan
keganjilan infeksi HIV primer yang didapat.
Intervensi:
Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
Berikan porsi kecil namun sering
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
f.
dibutuhkan pasien
Resiko infeksi b.d. imunodefisiensi
Tujuan: pasien tidak mengalami infeksi
Intervensi:
Pertahankan teknik aseptif
Cuci tangan setiap sebelu dan sesudah tindakan keperawatan
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal