You are on page 1of 28

musdafarma

The greatest WordPress.com site in all


the land!

Search
Main menu
Skip to primary content
Home
About

Post navigation
Previous

Laporan Farmakognosi
SIMPLISIA FOLIUM
AKFAR 2012
Posted on February 5, 2014

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Farmakognosi merupakan bagian, biokimia, dan kimia sintesis
sehingga ruang lingkupnya menjadi luas seperti yang didefenisikan sebagai fluduger,
yaitu penggunaan secara serentak sebagai cabang ilmu pengetahuan untuk
memperoleh segala segi yang perlu diketahui tentang obat.

Dalam kehidupan sehari-sehari, kita ketahui bahwa banyak masyarakat


didunia ini sudah kenal bahwa sebagian dari tanaman ini adalah obat. Sering kita
lihat bahwa sebagian dari masyarakat memanfaatkan tanaman sebagai makanan,
sedangkan pada bidang farmasi mengenal bahwa sebagaian tanaman dapat
dimanfaatkan sebagai obat-obatan.
Sejalan kemajuan teknologi, kita sebagai masyarakat indonesia khususnya
seorang farmasi harus semakin mengenal tentang jaringan-jaringan yang terdapat
dalam tanaman khususnya simplisia yang dapat dijadikansebagai obat.
Hal ini perlu kita ketahui agar pengetahuan kita semakin berkembang,
mengenai jaringan didalam didalam suatu simplisia pada daun.

I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan


1.2.1 Maksud percobaan
Adapun maksud percobaan dalam praktikum ini yaitu untuk
mengetahui fragmen-fragmen dalam suatu simplisia melalui
pengamatan secara makroskopik dan metode mikroskopik.
1.2.2 Tujuan percobaan
1. mengamati simplisia secara organoleptik, meliputi bentuk,
rasa, warna, dan bau.
2. Melakukan

identifikasi

simplisia

dengan

metode

mikroskopik.
3. Dapat membedakan bagian-bagian atau fragmen-fragmen
dari simplisia satu dan yang lainnya.
I.3 Prinsip kerja
1. Dibuat preparasi sampel. Kemudian ditetesi dengan medium
kloralhidrat, lalu diamati dibawah mikroskopik.
2. Diambil beberapa macam haksel kemudian diamati secara
organoleptis, meliputi bentuk, warna, bau, dan rasa.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.1 Teori Umum
Pengertian Simplisia
Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah
bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami
perubahan proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya
berupa bahan yang telah Dikeringkan (Dapertemen kesehatan RI :
1989).
Penggolongan Simplisia
Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
a. Simplisia Nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman
utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara
ketiganya, misalnya Datura Folium dan Piperis nigri Fructus.
Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari
tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari
selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan
nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari
tanamannya.

b. Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa
hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan

belum berupa bahan kimia murni, misalnya minyak ikan (Oleum


iecoris asselli) dan madu (Mel depuratum).
c. Simplisia Pelikan atau Mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa
bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah
dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni,
contoh serbuk seng dan serbuk tembaga ( Dep.Kes RI,1989).
Cara Pembuatan Simplisia
a. Pemanenan
Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan
harus

bersih

dan

bebas

dari

cemaran

dan

dalam

keadaan kering.Alat yang diguna-kan dipilih dengan tepat untuk


mengurangi terbawanya bahan atau tanah yang tidak diperlukan.
Seperti rimpang, alat untuk panen dapat menggunakan garpu atau
cangkul. Bahan yang rusak atau busuk harus segera dibuang atau
dipisahkan.

Penempatan dalam wadah (keran-jang, kantong,

karung dan lain-lain) tidak boleh terlalu penuh sehingga bahan


tidak menumpuk dan tidak rusak. Selanjutnya dalam waktu
pengangkutan diusahakan supaya bahan tidak terkena panas yang
berlebihan,

karena

dapat

menyebab-kan

terjadinya

proses

fermentasi/ busuk. Bahan juga harus dijaga dari gang-guan hama


(hama gudang, tikus dan binatang peliharaan).
b. Penanganan Pasca Panen
Pasca panen merupakan kelanjut-an dari proses
panen terhadap tanaman budidaya atau hasil dari penambangan
alam yang fungsinya antara lain untuk membuat bahan hasil panen
tidak mudah rusak dan memiliki kualitas yang baik serta mudah
disimpan untuk diproses selanjutnya. Untuk memulai proses pasca
panen perlu diperhatikan cara dan tenggang waktu pengumpulan
bahan tanaman yang ideal setelah dilakukan proses panen
tanaman tersebut. Selama proses pasca panen sangat penting

diperhatikan keber-sihan dari alat-alat dan bahan yang digunakan,


juga bagi pelaksananya perlu memperhatikan perlengkapan seperti
masker dan sarung tangan. Tujuan dari pasca panen ini untuk
menghasilkan

simplisia

tanaman

obat

yang

bermutu,

efek

terapinya tinggi sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.


c. Penyortiran (segar)
Penyortiran segar dilakukan setelah selesai panen dengan
tujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan
asing, bahan yang tua dengan yang muda atau bahan yang
ukurannya lebih besar atau lebih kecil. Bahan nabati yang baik
memiliki kandungan campuran bahan organik asing tidak lebih dari
2%. Proses penyortiran pertama bertujuan untuk memisahkan
bahan yang busuk atau bahan yang muda dan yang tua serta
untuk mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa dalam
bahan.
d. Pencucian
Pencucian bertujuan menghilang-kan kotoran-kotoran dan
mengurangi mikroba-mikroba yang melekat pada bahan.Pencucian
harus

segera

di-lakukan

setelah

panen

karena

dapat

mempengaruhi mutu bahan. Pen-cucian menggunakan air bersih


seperti air dari mata air, sumur atau PAM. Penggunaan air kotor
menye-babkan jumlah mikroba pada bahan tidak akan berkurang
bahkan akan bertambah. Pada saat pencucian per-hatikan air
cucian dan air bilasan-nya, jika masih terlihat kotor ulangi
pencucian/pembilasan sekali atau dua kali lagi.Perlu diperhatikan
bahwa pencucian harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat
mung-kin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat yang
terkandung dalam bahan. Pencucian bahan dapat dilakukan
dengan beberapa cara antara lain.
Perendaman bertingkat

Perendamana biasanya dilakukan pada bahan yang tidak


banyak mengandung kotoran seperti daun, bunga, buah dll.
Proses perendaman dilakukan beberapa kali pada wadah dan air
yang

berbeda,

pada

rendaman

pertama

air

cuciannya

mengandung kotoran paling banyak. Saat perendaman kotorankotoran yang melekat kuat pada bahan dapat dihilangkan langsung
dengan tangan. Metoda ini akan menghemat peng-gunaan air,
namun sangat mudah melarutkan zat-zat yang terkandung dalam
bahan.
Penyemprotan
Penyemprotan biasanya dilakukan pada bahan yang
kotorannya banyak melekat pada bahan seperti rimpang, akar,
umbi dan lain-lain.

Proses penyemprotan dilakukan de-ngan

menggunakan air yang ber-tekanan tinggi. Untuk lebih menyakinkan kebersihan bahan, ko-toran yang melekat kuat pada
bahan dapat dihilangkan langsung dengan tangan. Proses ini
biasanya meng-gunakan air yang cukup banyak, namun dapat
mengurangi resiko hilang/larutnya kandungan dalam bahan.
Penyikatan (manual maupun oto-matis)
Pencucian dengan menyikat dapat dilakukan terhadap
jenis bahan yang keras/tidak lunak dan kotoran-nya melekat
sangat kuat. Pencucian ini memakai alat bantu sikat yang digunakan bentuknya bisa bermacam-macam, dalam hal ini perlu
diper-hatikan kebersihan dari sikat yang digunakan. Penyikatan
dilakukan terhadap bahan secara perlahan dan teratur agar tidak
merusak bahannya. Pem-bilasan dilakukan pada bahan yang
sudah disikat.Metode pencuci-an ini dapat menghasilkan bahan
yang lebih bersih dibandingkan de-ngan metode pencucian
lainnya, namun meningkatkan resiko kerusa-kan bahan, sehingga
merangsang tumbuhnya bakteri atau mikro-organisme.
Perajangan

Perajangan pada bahan dilakukan untuk mempermudah


proses selanjutnya seperti pengeringan, pengemasan, penyulingan
minyak atsiri dan penyimpanan.

Perajangan biasanya hanya

dilakukan pada bahan yang ukurannya agak besar dan tidak lunak
seperti akar, rim-pang, batang, buah dan lain-lain.

Ukuran

perajangan tergantung dari bahan yang digunakan dan berpengaruh terhadap kualitas simplisia yang dihasilkan. Perajangan
terlalu tipis dapat mengurangi zat aktif yang terkandung dalam
bahan. Sedangkan jika terlalu tebal, maka pengurangan kadar air
dalam bahan agak sulit dan memerlukan waktu yang lama dalam
penjemuran dan kemungkinan besar bahan mudah ditumbuhi oleh
jamur.Ketebalan perajangan untuk rimpang temulawak adalah
sebesar 7 8 mm, jahe, kunyit dan kencur 3 5 mm. Perajangan
bahan dapat dilakukan secara manual dengan pisau yang tajam
dan terbuat dari steinlees ataupun dengan mesin pemotong/
perajang.

Bentuk irisan split atau slice tergantung tujuan

pemakaian. Untuk tujuan mendapatkan minyak atsiri yang tinggi


bentuk irisan sebaiknya adalah membujur (split) dan jika ingin
bahan lebih cepat kering bentuk irisan sebaiknya me-lintang (slice).
e. Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau
pengolahan pada bahan dengan cara mengurangi kadar air,
sehingga proses pem-busukan dapat terhambat. Dengan demikian
dapat dihasilkan simplisia terstandar, tidak mudah rusak dan tahan
disimpan dalam waktu yang lama Dalam proses ini, kadar air dan
reaksi-reaksi zat aktif dalam bahan akan berkurang, sehingga suhu
dan waktu pengeringan perlu diperhati-kan. Suhu pengeringan
tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan. Pada umumnya
suhu pengeringan adalah antara 40 60 C dan hasil yang baik
0

dari proses pengeringan adalah simplisia yang mengandung kadar


air 10%. Demikian pula de-ngan waktu pengeringan juga ber-

variasi, tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan seperti


rimpang, daun, kayu ataupun bunga.

Hal lain yang perlu

diperhatikan dalam pro-ses pengeringan adalah kebersihan


(khususnya

pengeringan

mengguna-kan

sinar

matahari),

kelembaban udara, aliran udara dan tebal bahan (tidak saling


menumpuk).

Penge-ringan

bahan

dapat

dilakukan

secara

tradisional dengan menggunakan sinar matahari ataupun secara


mo-dern dengan menggunakan alat pe-ngering seperti oven, rak
pengering, blower ataupun dengan fresh dryer.
Pengeringan hasil rajangan dari temu-temuan dapat
dilakukan

dengan

menggunakan

sinar

matahari,

oven, blower dan fresh dryer pada suhu 30 50 C. Pengeringan


0

pada suhu terlalu tinggi dapat merusak komponen aktif, sehingga


mutunya dapat menurun. Untuk irisan rim-pang jahe dapat
dikeringkan meng-gunakan alat pengering energi surya, dimana
suhu pengering dalam ruang pengering berkisar antara 36 45 C
0

dengan tingkat kelembaban 32,8 53,3% menghasilkan kadar


minyak atsiri lebih tinggi dibandingkan dengan pengeringan
matahari lang-sung maupun oven. Untuk irisan temulawak yang
dikeringkan dengan sinar matahari langsung, sebelum dikeringkan
terlebih dulu irisan rimpang direndam dalam larutan asam sitrat 3%
selama 3 jam. Selesai peren-aman irisan dicuci kembali sampai
bersih, ditiriskan kemudian dijemur dipanas matahari. Tujuan dari
perendaman adalah untuk mencegah terjadinya degradasi kurkuminoid pada simplisia pada saat penjemuran juga mencegah
peng-uapan minyak atsiri yang berlebihan. Dari hasil analisis
diperoleh kadar minyak atsirinya 13,18% dan kur-kumin 1,89%. Di
samping meng-gunakan sinar matahari langsung, penjemuran juga
dapat dilakukan dengan menggunakan blower pada suhu 40
50 C. Kelebihan dari alat ini adalah waktu penjemuran lebih
0

singkat yaitu sekitar 8 jam, di-bandingkan dengan sinar matahari

membutuhkan waktu lebih dari 1 minggu. Pelain kedua jenis


pengeri-ng tersebut juga terdapat alat pengering fresh dryer,
dimana suhunya hampir sama dengan suhu ruang, tempat tertutup
dan

lebih

higienis.

Kelemahan

dari

alat

ter-sebut

waktu

pengeringan selama 3 hari. Untuk daun atau herba, penge-ringan


dapat dilakukan dengan me-nggunakan sinar matahari di dalam
tampah yang ditutup dengan kain hitam, menggunakan alat
pengering fresh dryer atau cukup dikering-anginkan saja.
Pengeringan dapat menyebabkan perubahan-perubahan
hidrolisa enzi-matis, pencokelatan, fermentasi dan oksidasi. Ciriciri waktu pengering-an sudah berakhir apabila daun atau-pun
temu-temuan sudah dapat di-patahkan dengan mudah. Pada
umumnya bahan (simplisia) yang sudah kering memiliki kadar air
8 10%. Dengan jumlah kadar air tersebut kerusakan bahan
dapat

ditekan

baik

dalam

pengolahan

mau-pun

waktu

penyimpanan.
f. Penyortiran (kering).
Penyortiran dilakukan bertujuan untuk memisahkan bendabenda asing yang terdapat pada simplisia, misalnya akar-akar,
pasir, kotoran unggas atau benda asing lainnya.

Proses

penyortiran merupakan tahap akhir dari pembuatan simplisia kering


sebelum dilakukan pengemasan, penyimpanan atau pengolahan
lebih

lanjut.

Setelah

penyortiran

simplisia

ditimbang

untuk

mengetahui rendemen hasil dari proses pasca panen yang


dilakukan.
g. Pengemasan
Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah
di-keringkan.

Jenis kemasan yang di-gunakan dapat berupa

plastik, kertas maupun karung goni.Persyaratan jenis kemasan


yaitu dapat menjamin mutu produk yang dikemas, mudah dipakai,
tidak mempersulit penanganan, dapat melindungi isi pada waktu

pengangkutan, tidak beracun dan tidak bereaksi dengan isi dan


kalau boleh mempunyai bentuk dan rupa yang menarik.
Berikan label yang jelas pada tiap kemasan tersebut yang
isinya menuliskan ; nama bahan, bagian dari tanaman bahan yang
digunakan,

tanggal

pengemasan,

nomor/kode

produksi,

nama/alamat penghasil, berat bersih, metode pe-nyimpanan.


h. Penyimpanan
Penyimpanan simplisia dapat di-lakukan di ruang biasa
(suhu

kamar)

ataupun

di

ruang

ber AC.

Ruang

tempat

penyimpanan harus bersih, udaranya cukup kering dan berventilasi. Ventilasi harus cukup baik karena hama menyukai udara
yang lembab dan panas. Perlakuan sim-plisia dengan iradiasi sinar
gamma dosis 10 kGy dapat menurunkan jumlah patogen yang
dapat meng-kontaminasi simplisia tanaman obat. Dosis ini tidak
merubah kadar air dan kadar minyak atsiri simplisia selama
penyimpanan 3 6 bulan. Jadi sebelum disimpan pokok utama
yang harus diperhati-kan adalah cara penanganan yang tepat dan
higienes.
Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai tempat penyimpanan
simplisia adalah :
a. Gudang harus terpisah dari tem-pat penyimpanan bahan
lainnya ataupun penyimpanan alat dan dipelihara dengan baik.
b. Ventilasi udara cukup baik dan bebas dari kebocoran atau kemungkinan masuk air hujan.
c. Suhu gudang tidak melebihi 30 C.
0

d. Kelembabab udara sebaiknya di-usahakan serendah mungkin


(65 C)
0

untuk

mencegah

terjadinya

penyerapan

air.

Kelembaban udara yang tinggi dapat memacu pertumbuhan


mikroorganisme se-hingga menurunkan mutu bahan baik
dalam bentuk segar maupun kering.

e. Masuknya sinar matahari lang-sung menyinari simplisia harus


dicegah.
f. Masuknya hewan, baik serangga maupun tikus yang sering memakan simplisia yang disimpan harus dicegah.(Anonim : 2009)

II.2 Klasifikasi Sampel


1. Klasifikasi Daun Beluntas
Regnum

: Plantae

Divisio

: Magnoliophyta

Class

: Magnoliopsida

Ordo

: Asterales

Family

: Piperaceae

Genus

: Plucea

Species

: Plucea indica (L)

2. Klasifikasi Daun Cocor Bebek


Regnum

: Plantae

Divisio

: Magnoliophyta

Class

: Magnoliopsida

Ordo

: Rosales

Family

: Crassulaceae

Genus

: Kalanchoe

Species

: Kalanchoe bloss (Feldiana Poeln)

3. Klasifikasi Daun Dewa


Regnum

: Plantae

Divisio

: Magnoliophyta

Class

: Magnoliopsida

Ordo

: Asterales

Family

: Asteraceae

Genus

: Gynura

Species

: Gynura segetum (Merr)

4. Klasifikasi Daun Jambu Biji


Regnum

: Plantae

Division

: Magnoliophyta

Class

: Magnoliopsida

Ordo

: Mirtales

Family

: Mirtaceae

Genus

: Psidium

Species

: Psidium guajava (L)

5. Klasifikasi Daun Katuk


Regnum

: Plantae

Division

: Magnoliophyta

Class

: Magnoliopsida

Ordo

: Euphorbiales

Family

: Euphorbiaceae

Genus

: Sauropus

Species

: sauropus androgyum (L)

6. Klasifikasi Daun Kayu Putih


Regnum

: Plantae

Division

: Spermatophyta

Class

: Dicotyledonae

Ordo

: Mirtales

Family

: Mirtaceae

Genus

: Melaleuca

Species

: Melaleuca kucadendra (L)

7. Klasifikasi Daun Salam


Regnum

: Plantae

Division

: Magnoliophyta

Class

: Magnoliopsida

Ordo

: Myrtales

Family

: Myrtaceae

Genus

: Syzygium

Species

: Syzygium bolyanthum (Wigh Walp)

8. Klasifikasi Daun Seledri


Regnum

: Plantae

Division

: Magnoliophyta

Class

: Magnoliopsida

Ordo

: Apiales

Family

: Apiaceae

Genus

: Apium

Species

: Apium graveolens (L)

9. Klasifikasi Daun Sereh


Regnum

: Plantae

Division

: Spermatophyta

Class

: Monocotyledonae

Ordo

: Poales

Family

: Poaceae

Genus

: Cymbopogon

Species

: Cymbopogon nordus (L)

10. Klasifikasi Daun Pecut Kuda


Regnum

: Plantae

Division

: Magnoliophyta

Class

: Magnoliopsida

Ordo

: Lamiales

Family

: Verbenaceae

Genus

: Stachytarpheta

Species

: Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl

II.3 Morfologi
1. Morfologi daun salam
Daunnya bila diremas berbau harum, berbentuk lonjong
sampai elips, atau bulat telur sungsang, pangkal lancip sedangkan
ujung lancip sampai tumpul, panjang 5-15 cm, lebar 35-36 mm,
terdapat 6-10 urat daun lateral, pangkal daun 5-12 mm.
2. Morfologi daun katuk
Tanaman katuk memiliki karakteristik antara lain : bentuk tanaman seperti
semak kecil dan bisa mencapai tinggi 3 m, batang muda berwarna hijau dan yang
tua berwarna coklat, daun tersusun selang-seling pada satu tangkai, seolah-olah
terdiri dari daun majemuk. Bentuk helaian daun lonjong sampai bundar, kadangkadang permukaan atasnya berwarna hijau gelap. Bunganya tunggal atau terdapat
diantara satu daun dengan daun lainnya.
3. Morfologi daun sereh
Daun tunggal, lengkap, pelepah daun silindris, gundul, seringkali bagian
permukaan dalam berwarna merah, ujung berlidah (ligula).
4. Morfologi daun dewa

Berdaun tunggal, tersebar mengelilingi batang, bertangkai pendek, berbentuk


bulat lonjong, berdaging, berbulu halus, ujung lancip,tepi bertoreh, pangkal
meruncing, pertulangan menyirip, berwarna hijau, panjang daun sekitar 20 cm dan
lebar 10 cm.
5. Morfologi daun seledri
Daun tanaman seledri (Apium graveolens L.) daun
majemuk menyirip ganjil dengan anak daun 3-7 helai, anak daun
bertangkai yang panjangnya 1-2,7 cm tangkai daun berwarna hijau
keputih- putihan, helaian daun tipis dan rapat pangkal dan ujung
daun runcing, tepi daun beringgit, panjang 2-7,5 cm, lebar 2-5 cm,
pertulangan daun menyirip, daun berwarna hijau muda sampai
hijau tua.
6. Morfologi daun cocor bebek
Bentuk daun sangat beragam, namun biasanya berupa helaian, bisa tipis atau
tebal. Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai pembeda bagi bentuk-bentuk
daun.
Bentuk dasar daun membulat, dengan variasi cuping menjari atau
menjadi elips dan memanjang. Bentuk ekstremnya bisa meruncing
panjang.
7. Morfologi daun beluntas
Daun bertangkai pendek, letaknya berselang-seling,
berbentuk bulat telur sunsang, ujung bundar melancip. Tepi daun
bergerigi, berwarna hijau terang, bunga keluar di ujung cabang dan
ketiak daun, berbentuk bunga bonggol, bergagang atau duduk, dan
berwarna ungu. Buahnya

longkah agak berbentuk gasing,

berwarna cokelat dengan bersudut putih.

8. Morfologi daun jambu biji


Bagian ini adalah suatu bagian yang penting yaitu berfungsi sebagai alat
pengambilan zat-zat makanan, respirasi dan asimilasi transparansi. Daun jambu biji

tergolongkan tidak lengkap, karena hanya terdiri dari tangkai dan helaian saja
disebut daun tangkai.
9. Morfologi daun kayu putih
Daunnya tunggal,dan sekulen, bertangkai pendek, letak tersebar (spiral),
Helaian daun berbentuk lanset, dengan panjang 4,5-15 cm, lebar 0,75-4 cm, ujung
dan pangkal daun runcing, tepi rata dan tulang daun hampir sejajar. Daun bila
diremas atau dimemarkan berbau minyak kayu putih.
10. morfologi daun pecut kuda
Daun letak berhadapan, bentuk bulat telur, tepi bergerigi, tidak berambut.
Bunga duduk tanpa tangkai pada bulir-buhr yang berbentuk seperti pecut, panjang
4-20 cm.

II.3 Uraian Bahan


1. Klorahidrat (FI Edisi III, 1975)

BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan bahan
III. 1. 1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu, objek dan
deg glass, mikroskop, pipet tetes dan sendok tanduk.
III. 1. 2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu
Daun Beluntas (Plucheae Folium), Daun Dewa (Gynurae
Folium), Daun Jambu Biji (psidii folium), Daun Gandarusa
(Justiciae Folium), Daun Kayu Putih (Melaleuca Folium),
Daun Sereh (Cybopogonis Folium), Daun Salam (Polyanthi
Folium), Daun Seledri (Apii graveolentis Folium), Daun Katuk
(Sauropi

folium), Daun

Cocor Bebek

(Kalanchoe

wakdheimii),Daun Prasman (Eupatorium


tripunerve), Daun Pecut Kuda(Stachytarheta
jamaicensis), Daun Cabe (Capsicum
annum.L), DaunPaliasa (Kleihona
(Foeniculum vulgare).

III. 2. Cara kerja


III. 2. 1. Pengamatan Haksel
1. Alat dan bahan disiapkan.

hoospita.L), Daun Adas

2. Haksel simplisia yang diamati secara mikroskopik


digambar serta keterangannya ditulis
III. 2. 2. Pengamatan Mikroskopik
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Sampel

diletakan

diobjek

glass,

ditetesi

medium

kloralidrat, kloroform, dan aquadest lalu ditutup dengan


deg glass, kemudian diamati menggunakan mikroskopik
3. Hasil

yang

deperoleh

di

gambar

dan

dilengkapi

keterangannya.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Tabel Pengamatan
Daun Beluntas

Memiliki bau khas, warna


coklat kehitaman. Serbuk
halus, tidak berasa

1. Memiliki rambut
penutup

berwarna kecoklatan,
bentuk daun tidak
beraturan, tidak mempunyai
rasa, berbau khas

Memiliki bau khas, warna


coklat tua. Serbuk kasar,
tidak berasa

1. Memiliki rambut
penutup
2. Jaringan
epidermis

berwarna coklat, berbau


khas, berbentuk serbuk,
tidak berasa

Daun Dewa

Daun Gandarusa

Tidak ber bau khas, warna coklat tua.


Serbuk kasar, tidak berasa

1. Memiliki hablur kalsium oksalat

Daun Jambu Biji

Memiliki bau khas, warna coklat,


serbuk agak halus, tidak berasa

1. Memiliki rambut penutup

Daun Katuk

Memiliki bau khas,


warna coklat tua. Serbuk Tidak terlihat jaringankasar, tidak berasa
jaringannya

berwarna hijau, tidak


berbau, berbentuk tak
beraturan, dan tidak
berasa

Daun Kayu Putih

Memiliki bau khas, warna coklat


muda. Serbuk kasar, rasa pahit

berwarna hijau, tidak berbau, berbentuk


tak beraturan, dan tidak berasa

Daun Sereh

Memiliki bau khas,


1. Memiliki berkas
warna coklat tua. Serbuk
pembuluh
kasar, tidak berasa
2. Jaringan epidermis

berwarna coklat, berbau


khas, berbentuk serbuk,
tidak berasa

Daun Salam

1. Serabut
Memiliki bau khas,
2. Berkas pembuluh
warna coklat tua. Serbuk 3. Hablur kalsium
halus, tidak berasa
oksalat

daun salam berwarna


coklat, berbau khas,
berbentuk serbuk, tidak
berasa

Daun Seledri

Memiliki bau khas,


warna coklat tua. Serbuk Hanya terlihat hablur
kasar, tidak berasa
kalsium oksalat

berwarna putih, berbau


khas, berbentuk serbuk,
dan tidak berasa.

Daun Pecut Kuda

Tidak memiliki bau khas, warna coklat tua. Serbuk kasar, tidak berasa

BAB V
PEMBAHASAN
Pengertian simplisia menurut farmakope indonesia edisi III adalah bahan
alam yang digunakan sebagai obat alam yang belum mengalami pengolahan
apapun juga kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan.

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan
yang telah dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman,
eksudat tanaman adalah isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari sel dan
zat-zat nabati lainnya dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum
berupa zat kimia murni.
Pada percobaan ini, sampel yang digunakan adalah Daun beluntas (Plucheae
Folium), daun dewa (Gynurae Folium), daun jambu biji (psidii folium),daun
gandarusa (Justiciae Folium), daun kayu putih (Melaleuca Folium), daun sereh
(Cybopogonis

Folium), daun

salam

(Polyanthi

Folium), daun

seledri

(Apii

graveolentis Folium), daun katuk (Sauropi folium), daun cocor bebek (Kalanchoe
wakdheimii), daun prasman (Eupatorium tripunerve), daun pecut kuda(Stachytarheta
jamaicensis), daun

cabe (Capsicum

annum.L), daun

paliasa(Kleihona

hoospita.L), daun adas (Foeniculum vulgare).


Daun beluntas (Plucheae Folium)
Pengamatan haksel, berwarna kecoklatan, bentuk daun tidak beraturan, tidak
mempunyai rasa, berbau khas. Pengamatan mikroskopik, tidak ditemukan jaringan
penyusun daun. Daun beluntas memiliki kegunaan sebagai antipiretik, meningkatkan
napsu makan, membantu pencernaan, peluru keringat. Cara pengguanaan dari daun
beluntas yaitu dengan mengambil daun sebanyak 10-15g, direbus lalu diminum.
Daun Dewa (Gynurae Folium)
Pada pengamatan haksel terlihat berwarna coklat, berbau khas, berbentuk
serbuk,

tidak

berasa.

Pengamatan

mikroskopik,

tidak

terlihat

jaringanpenyusunnya.Daun dewa memiliki kegunaan sebagai penyembuh luka


memar,

melancarkan

sirkulasi,

menghentikan

pendarahan,

pembengkakan

payudara, dan digigit hewan berbisa. Cara penggunaannya yaitu dengan ditumbuk
daunnya, diperas air, kemudian diminum airnya.
Daun Gandarusa (Justiciae Folium)
Pada pengamatan haksel, yaitu terlihat berwarna hijau, berbentuk tipis,
terpotong, berkerut, tidak mempunyai rasa, bau dan kering. Pada pengamatan
mikroskop, tidak terlihat jaringan penyusunnya. Daun gandarusa memiliki kegunaa

sebagai antibakteri, melancarkan peredaran darah, peluru kentut, peluru keringat,


astringen, dan obat batuk. Cara penggunaannya yaitu diambil daun sebanyak 20g,
dicuci lalu dipotong-potong seperlunya. Direbus dengan segelas air sampai tersisa
nya. Ditambahkan sedikit madu,lalu diminum 3xsehari masing-masing gelas.
Daun Jambu biji (Psidii Folium)
Pada pengamatan haksel berwarna coklat, berbentuk tebal, berkerut,
tidak mempunyai rasa, dan tidak mempunyai bau. Pada pengamatan mikroskopik
tidak terlihat jaringan penyusunnya. Daun jambu biji memiliki kegunaan sebagai
diare, masuk angin, maag, dan sariawan. Cara penggunaannya yaitu disiapkan 8
lembar daun jambu biji yang segar, yang telah dicuci bersih rebus bersamaan 1
air hingga mendidih, saring air rebusan tersebut, setelah dingin kemudian diminu
3xsehari.
Daun katuk (Sauropi folium)
Pada pengamatan haksel terlihat berwarna hijau, tidak berbau, berbentuk
tak beraturan, dan tidak berasa. Pada daun katuk diamati dengan menggunakan
mikroskop tidak terlihat jaringan-jaringannya. Daun katuk memiliki kegunaan untuk
melancarkan ASI, merendahkan atau menurunkan demam, mengatasi sembelit,
menyembuhkan borok atau bisul. Cara penggunaannya yaitu dengan dicuci bersih
daun katuk, lalu direbus selama 10 menit, saring kedalam gelas 10mL, kemudian
diminum 2xsehari.
Daun kayu putih (Melaleucae Folium)
Pada pengamatan haksel, berwarna hijau kecoklatan, berbentuk tipis, tidak
mempunyai rasa, dan tidak mempunyai bau. Pada pengamatan mikroskop, tidak
diamati serbuk daun ini. Daun kayu putih memiliki kegunaan sebagai penghilang
bengkak, nyeri, radang usus, diare, rematik, asm, insomnia, dan sembelit. Cara
pengguanaanya yaitu dengan diambil daun kayu putih, direbus dan diminum airnya
3xsehari.
Daun sereh (Cymboponis folium)
Pada pengamata haksel, berwarna coklat, tidak berbau, berbentuk serbuk,
dan tidak berasa. Daun sereh mempunyai kegunaan sebagai anti inflamasi,

antipiretik, penambah napsu makan, anti serangga. Cara penggunaannya yaitu


dengan dirembus 60g sereh hingga mendidih, setelah itu diminum sebagai teh.
Daun salam (Polyanthi Folium)
Pada pengamatan haksel, daun salam berwarna coklat, berbau khas,
berbentuk serbuk, tidak berasa. Daun salam memilki kegunaan sebagai pengobatan
asam urat, diare, maag, menurunkan hipertensi. Cara penggunaanya yaitu diambil
20 lembar daun salam, kemudian dicuci bersih, direbus daun salam dengan 2 liter
air, ditambahkan 2 sendok garam, biarkan mendidi. Diminum selama masih hangat.
Daun seledri (Apii Graveolentis Folium)
Pada pengamatan haksel, berwarna putih, berbau khas, berbentuk serbuk,
dan tidak berasa. Pada pengamatan mikroskopik tidak terdapat

jaringan

penyusunnya. Daun seledri memiliki kegunaan untuk meningkatan enzim pada


pencernaan (stomatik) menurunkan tekanan darah, menghentikan pendarahan.
Cara penggunaannya dengan cara direbus daun seledri 30-40 lembar lalu airnya
diminum.
Daun pecut kuda (Stachytarpheta cayannensis)
Pada pengamatan serbuk, bau lemah, warna coklat tua, bentuk serbuk kasar,
rasa agak pahit, pada percobaan mikroskopik tidak diamati.
Dalam percobaan ini, digunakan medium kloralhidrat, aquadest, dam
flourglusin. Dari ketiga medium yang dipakai, medium kloralhidrat yang lebih jelas
untuk melihat jaringan-jaringan yang terdapat dalam daun.

BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Haksel merupakan suatu bahan alam yang berasal dari
tumbuhan, berupa daun, biji, akar, batang, dain lain-lain yang
dikeringkan dan belum diserbukan.
2. Serbuk merupakan suatu bahan alam yang berasal dari
tumbuhan, berupa daun, biji, akar, batang, dain lain-lain yang
dikeringkan dan sudah diserbukan, tidak dapat dibedakan
bentuknya.
3. Simplisia daun yang berupa halsel memiliki bentuk yang
berbeda-beda, warna dominannya coklat, tidak memiliki rasa,
serta tidak berbau.
4. Pada pengamatan mikroskopik, tidak terdapat jaringan
penyusun yang sesuai literaturnya.
VI.2 Saran
Sebaiknya asisten lebih memperhatikan praktikannya .

DAFTAR PUSTAKA

Adhyatma, 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid IV. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta
Tjitrosoepomo, G., 2001., Morfologi Tumbuhan., Gadjah Mada University Press.,
Yogyakarta
Widyaningrum, MPH. 2011. Kitab Tanaman Obat Nasional. Media Pressindo. Jakarta
http://www.plantamor.com

S
H A R Ethese
T H I S :ads
About

Twitter

Facebook6

Google

This entry was posted in


the permalink.

Uncategorized

by

musdalifah1212.

Bookmark

2 THOUGHTS ON LAPORAN FARMAKOGNOSI SIMPLISIA FOLIUM AKFAR 2012

1.

internet marketing on June 13, 2014 at 9:52 pm said:

Greetings from California! Im bored to death at work so I


decided to check out your site on my iphone
during lunch break. I enjoy the knowledge you present here
and cant wait to take a look when I get home. Im shocked at
how quick your blog loaded on my phone .. Im not even using WIFI, just 3G ..
Anyhow, very good site!

Reply

2.

Laurel on October 21, 2014 at 1:18 pm said:

Write more, thats all I have to say. Literally, it seems as though you relied on
the video to make your point.
You obviously know what youre talking about, why throw
away your intelligence on just posting videos to your blog when you
could be giving us something informative to read?

Reply

Leave a Reply

Blog at WordPress.com.

Follow

You might also like