Professional Documents
Culture Documents
Search
Main menu
Skip to primary content
Home
About
Post navigation
Previous
Laporan Farmakognosi
SIMPLISIA FOLIUM
AKFAR 2012
Posted on February 5, 2014
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Farmakognosi merupakan bagian, biokimia, dan kimia sintesis
sehingga ruang lingkupnya menjadi luas seperti yang didefenisikan sebagai fluduger,
yaitu penggunaan secara serentak sebagai cabang ilmu pengetahuan untuk
memperoleh segala segi yang perlu diketahui tentang obat.
identifikasi
simplisia
dengan
metode
mikroskopik.
3. Dapat membedakan bagian-bagian atau fragmen-fragmen
dari simplisia satu dan yang lainnya.
I.3 Prinsip kerja
1. Dibuat preparasi sampel. Kemudian ditetesi dengan medium
kloralhidrat, lalu diamati dibawah mikroskopik.
2. Diambil beberapa macam haksel kemudian diamati secara
organoleptis, meliputi bentuk, warna, bau, dan rasa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.1 Teori Umum
Pengertian Simplisia
Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah
bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami
perubahan proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya
berupa bahan yang telah Dikeringkan (Dapertemen kesehatan RI :
1989).
Penggolongan Simplisia
Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
a. Simplisia Nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman
utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara
ketiganya, misalnya Datura Folium dan Piperis nigri Fructus.
Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari
tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari
selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan
nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari
tanamannya.
b. Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa
hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan
bersih
dan
bebas
dari
cemaran
dan
dalam
karena
dapat
menyebab-kan
terjadinya
proses
simplisia
tanaman
obat
yang
bermutu,
efek
segera
di-lakukan
setelah
panen
karena
dapat
berbeda,
pada
rendaman
pertama
air
cuciannya
mengandung kotoran paling banyak. Saat perendaman kotorankotoran yang melekat kuat pada bahan dapat dihilangkan langsung
dengan tangan. Metoda ini akan menghemat peng-gunaan air,
namun sangat mudah melarutkan zat-zat yang terkandung dalam
bahan.
Penyemprotan
Penyemprotan biasanya dilakukan pada bahan yang
kotorannya banyak melekat pada bahan seperti rimpang, akar,
umbi dan lain-lain.
menggunakan air yang ber-tekanan tinggi. Untuk lebih menyakinkan kebersihan bahan, ko-toran yang melekat kuat pada
bahan dapat dihilangkan langsung dengan tangan. Proses ini
biasanya meng-gunakan air yang cukup banyak, namun dapat
mengurangi resiko hilang/larutnya kandungan dalam bahan.
Penyikatan (manual maupun oto-matis)
Pencucian dengan menyikat dapat dilakukan terhadap
jenis bahan yang keras/tidak lunak dan kotoran-nya melekat
sangat kuat. Pencucian ini memakai alat bantu sikat yang digunakan bentuknya bisa bermacam-macam, dalam hal ini perlu
diper-hatikan kebersihan dari sikat yang digunakan. Penyikatan
dilakukan terhadap bahan secara perlahan dan teratur agar tidak
merusak bahannya. Pem-bilasan dilakukan pada bahan yang
sudah disikat.Metode pencuci-an ini dapat menghasilkan bahan
yang lebih bersih dibandingkan de-ngan metode pencucian
lainnya, namun meningkatkan resiko kerusa-kan bahan, sehingga
merangsang tumbuhnya bakteri atau mikro-organisme.
Perajangan
dilakukan pada bahan yang ukurannya agak besar dan tidak lunak
seperti akar, rim-pang, batang, buah dan lain-lain.
Ukuran
perajangan tergantung dari bahan yang digunakan dan berpengaruh terhadap kualitas simplisia yang dihasilkan. Perajangan
terlalu tipis dapat mengurangi zat aktif yang terkandung dalam
bahan. Sedangkan jika terlalu tebal, maka pengurangan kadar air
dalam bahan agak sulit dan memerlukan waktu yang lama dalam
penjemuran dan kemungkinan besar bahan mudah ditumbuhi oleh
jamur.Ketebalan perajangan untuk rimpang temulawak adalah
sebesar 7 8 mm, jahe, kunyit dan kencur 3 5 mm. Perajangan
bahan dapat dilakukan secara manual dengan pisau yang tajam
dan terbuat dari steinlees ataupun dengan mesin pemotong/
perajang.
pengeringan
mengguna-kan
sinar
matahari),
Penge-ringan
bahan
dapat
dilakukan
secara
dengan
menggunakan
sinar
matahari,
lebih
higienis.
Kelemahan
dari
alat
ter-sebut
waktu
ditekan
baik
dalam
pengolahan
mau-pun
waktu
penyimpanan.
f. Penyortiran (kering).
Penyortiran dilakukan bertujuan untuk memisahkan bendabenda asing yang terdapat pada simplisia, misalnya akar-akar,
pasir, kotoran unggas atau benda asing lainnya.
Proses
lanjut.
Setelah
penyortiran
simplisia
ditimbang
untuk
tanggal
pengemasan,
nomor/kode
produksi,
kamar)
ataupun
di
ruang
ber AC.
Ruang
tempat
penyimpanan harus bersih, udaranya cukup kering dan berventilasi. Ventilasi harus cukup baik karena hama menyukai udara
yang lembab dan panas. Perlakuan sim-plisia dengan iradiasi sinar
gamma dosis 10 kGy dapat menurunkan jumlah patogen yang
dapat meng-kontaminasi simplisia tanaman obat. Dosis ini tidak
merubah kadar air dan kadar minyak atsiri simplisia selama
penyimpanan 3 6 bulan. Jadi sebelum disimpan pokok utama
yang harus diperhati-kan adalah cara penanganan yang tepat dan
higienes.
Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai tempat penyimpanan
simplisia adalah :
a. Gudang harus terpisah dari tem-pat penyimpanan bahan
lainnya ataupun penyimpanan alat dan dipelihara dengan baik.
b. Ventilasi udara cukup baik dan bebas dari kebocoran atau kemungkinan masuk air hujan.
c. Suhu gudang tidak melebihi 30 C.
0
untuk
mencegah
terjadinya
penyerapan
air.
: Plantae
Divisio
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Ordo
: Asterales
Family
: Piperaceae
Genus
: Plucea
Species
: Plantae
Divisio
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Ordo
: Rosales
Family
: Crassulaceae
Genus
: Kalanchoe
Species
: Plantae
Divisio
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Ordo
: Asterales
Family
: Asteraceae
Genus
: Gynura
Species
: Plantae
Division
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Ordo
: Mirtales
Family
: Mirtaceae
Genus
: Psidium
Species
: Plantae
Division
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Ordo
: Euphorbiales
Family
: Euphorbiaceae
Genus
: Sauropus
Species
: Plantae
Division
: Spermatophyta
Class
: Dicotyledonae
Ordo
: Mirtales
Family
: Mirtaceae
Genus
: Melaleuca
Species
: Plantae
Division
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Ordo
: Myrtales
Family
: Myrtaceae
Genus
: Syzygium
Species
: Plantae
Division
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Ordo
: Apiales
Family
: Apiaceae
Genus
: Apium
Species
: Plantae
Division
: Spermatophyta
Class
: Monocotyledonae
Ordo
: Poales
Family
: Poaceae
Genus
: Cymbopogon
Species
: Plantae
Division
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Ordo
: Lamiales
Family
: Verbenaceae
Genus
: Stachytarpheta
Species
II.3 Morfologi
1. Morfologi daun salam
Daunnya bila diremas berbau harum, berbentuk lonjong
sampai elips, atau bulat telur sungsang, pangkal lancip sedangkan
ujung lancip sampai tumpul, panjang 5-15 cm, lebar 35-36 mm,
terdapat 6-10 urat daun lateral, pangkal daun 5-12 mm.
2. Morfologi daun katuk
Tanaman katuk memiliki karakteristik antara lain : bentuk tanaman seperti
semak kecil dan bisa mencapai tinggi 3 m, batang muda berwarna hijau dan yang
tua berwarna coklat, daun tersusun selang-seling pada satu tangkai, seolah-olah
terdiri dari daun majemuk. Bentuk helaian daun lonjong sampai bundar, kadangkadang permukaan atasnya berwarna hijau gelap. Bunganya tunggal atau terdapat
diantara satu daun dengan daun lainnya.
3. Morfologi daun sereh
Daun tunggal, lengkap, pelepah daun silindris, gundul, seringkali bagian
permukaan dalam berwarna merah, ujung berlidah (ligula).
4. Morfologi daun dewa
tergolongkan tidak lengkap, karena hanya terdiri dari tangkai dan helaian saja
disebut daun tangkai.
9. Morfologi daun kayu putih
Daunnya tunggal,dan sekulen, bertangkai pendek, letak tersebar (spiral),
Helaian daun berbentuk lanset, dengan panjang 4,5-15 cm, lebar 0,75-4 cm, ujung
dan pangkal daun runcing, tepi rata dan tulang daun hampir sejajar. Daun bila
diremas atau dimemarkan berbau minyak kayu putih.
10. morfologi daun pecut kuda
Daun letak berhadapan, bentuk bulat telur, tepi bergerigi, tidak berambut.
Bunga duduk tanpa tangkai pada bulir-buhr yang berbentuk seperti pecut, panjang
4-20 cm.
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan bahan
III. 1. 1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu, objek dan
deg glass, mikroskop, pipet tetes dan sendok tanduk.
III. 1. 2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu
Daun Beluntas (Plucheae Folium), Daun Dewa (Gynurae
Folium), Daun Jambu Biji (psidii folium), Daun Gandarusa
(Justiciae Folium), Daun Kayu Putih (Melaleuca Folium),
Daun Sereh (Cybopogonis Folium), Daun Salam (Polyanthi
Folium), Daun Seledri (Apii graveolentis Folium), Daun Katuk
(Sauropi
folium), Daun
Cocor Bebek
(Kalanchoe
diletakan
diobjek
glass,
ditetesi
medium
yang
deperoleh
di
gambar
dan
dilengkapi
keterangannya.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Tabel Pengamatan
Daun Beluntas
1. Memiliki rambut
penutup
berwarna kecoklatan,
bentuk daun tidak
beraturan, tidak mempunyai
rasa, berbau khas
1. Memiliki rambut
penutup
2. Jaringan
epidermis
Daun Dewa
Daun Gandarusa
Daun Katuk
Daun Sereh
Daun Salam
1. Serabut
Memiliki bau khas,
2. Berkas pembuluh
warna coklat tua. Serbuk 3. Hablur kalsium
halus, tidak berasa
oksalat
Daun Seledri
Tidak memiliki bau khas, warna coklat tua. Serbuk kasar, tidak berasa
BAB V
PEMBAHASAN
Pengertian simplisia menurut farmakope indonesia edisi III adalah bahan
alam yang digunakan sebagai obat alam yang belum mengalami pengolahan
apapun juga kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan.
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan
yang telah dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman,
eksudat tanaman adalah isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari sel dan
zat-zat nabati lainnya dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum
berupa zat kimia murni.
Pada percobaan ini, sampel yang digunakan adalah Daun beluntas (Plucheae
Folium), daun dewa (Gynurae Folium), daun jambu biji (psidii folium),daun
gandarusa (Justiciae Folium), daun kayu putih (Melaleuca Folium), daun sereh
(Cybopogonis
Folium), daun
salam
(Polyanthi
Folium), daun
seledri
(Apii
graveolentis Folium), daun katuk (Sauropi folium), daun cocor bebek (Kalanchoe
wakdheimii), daun prasman (Eupatorium tripunerve), daun pecut kuda(Stachytarheta
jamaicensis), daun
cabe (Capsicum
annum.L), daun
paliasa(Kleihona
tidak
berasa.
Pengamatan
mikroskopik,
tidak
terlihat
melancarkan
sirkulasi,
menghentikan
pendarahan,
pembengkakan
payudara, dan digigit hewan berbisa. Cara penggunaannya yaitu dengan ditumbuk
daunnya, diperas air, kemudian diminum airnya.
Daun Gandarusa (Justiciae Folium)
Pada pengamatan haksel, yaitu terlihat berwarna hijau, berbentuk tipis,
terpotong, berkerut, tidak mempunyai rasa, bau dan kering. Pada pengamatan
mikroskop, tidak terlihat jaringan penyusunnya. Daun gandarusa memiliki kegunaa
jaringan
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Haksel merupakan suatu bahan alam yang berasal dari
tumbuhan, berupa daun, biji, akar, batang, dain lain-lain yang
dikeringkan dan belum diserbukan.
2. Serbuk merupakan suatu bahan alam yang berasal dari
tumbuhan, berupa daun, biji, akar, batang, dain lain-lain yang
dikeringkan dan sudah diserbukan, tidak dapat dibedakan
bentuknya.
3. Simplisia daun yang berupa halsel memiliki bentuk yang
berbeda-beda, warna dominannya coklat, tidak memiliki rasa,
serta tidak berbau.
4. Pada pengamatan mikroskopik, tidak terdapat jaringan
penyusun yang sesuai literaturnya.
VI.2 Saran
Sebaiknya asisten lebih memperhatikan praktikannya .
DAFTAR PUSTAKA
S
H A R Ethese
T H I S :ads
About
Facebook6
Uncategorized
by
musdalifah1212.
Bookmark
1.
Reply
2.
Write more, thats all I have to say. Literally, it seems as though you relied on
the video to make your point.
You obviously know what youre talking about, why throw
away your intelligence on just posting videos to your blog when you
could be giving us something informative to read?
Reply
Leave a Reply
Blog at WordPress.com.
Follow