Professional Documents
Culture Documents
OLEH:
dr.Dwita Maya Puspitasari
dr.Khairunnisa Hendra Putri
PEMBIMBING:
dr. Berliana Siregar
PENDAHULUAN
American Heart Association (AHA) di Amerika, tekanan darah tinggi ditemukan pada
satu dari setiap tiga orang atau 65 juta orang dan 28% atau 59 juta orang mengidap
prehipertensi. Semua orang yang mengidap hipertensi hanya satu pertiganya yang
mengetahui keadaannya dan 61% telah mendapat pengobatan. Penderita yang
mendapat pengobatan hanya satu pertiga mencapai target darah yang optimal
(Rudianto, 2013).
Di Indonesia, sampai saat ini memang belum ada data yang bersifat nasional,
multisenter, yang dapat menggambarkan prevalensi lengkap mengenai hipertensi.
Namun dari hasil penelitian Oktora (dalam Anggraini, 2009) terhadap penderita
hipertensi di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru pada tahun 2005 menunjukkan bahwa
jumlah penderita hipertensi meningkat pada kelompok umur 45-54 tahun, yaitu
sebesar 24,07%. Peningkatan jumlah penderita hipertensi mencapai puncaknya pada
kelompok umur sama dengan atau lebih dari 65 tahun, yaitu sebesar 31,48%. Survei
faktor resiko penyakit kardiovaskular (PKV) oleh proyek WHO di Jakarta,
2
menunjukkan angka prevalensi hipertensi dengan tekanan darah 160/90 masingmasing pada pria adalah 13,6% (1988), 16,5% (1993), dan 12,1% (2000). Pada
wanita, angka prevalensi mencapai 16% (1988), 17% (1993), dan 12,2% (2000).
Secara umum, prevalensi hipertensi pada usia lebih dari 50 tahun berkisar antara 15%20% (Depkes, 2010).
Berbagai faktor yang berperan dalam hipertensi salah satunya adalah gaya
hidup modern. Pemilihan makanan yang berlemak, kebiasaan aktifitas yang tidak
sehat, merokok, minum kopi serta gaya hidup sedetarian adalah beberapa hal yang
disinyalir sebagai faktor yang berperan terhadap hipertensi ini.
Pada Posyandu Lansia Puskesmas Perumnas, Curup, Rejang Lebong tahun
2015 tercatat kasus penyakit penderita hipertensi merupakan kasus terbanyak pada
lansia yaitu 80 orang (13%) dari 572 orang, diikuti rematik 32 orang (5,6%), diabetes
9 orang (1,6%) dan penyakit lainnya 4 orang (0,7%)
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai tingkat pengetahuan lansia tentang diit hipertensi di Posyandu Lansia Desa
Air Meles Bawah, Kecamatan Curup Timur, Kabupaten Rejang Lebong.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, dikemukakan rumusan masalah penelitian sebagai berikut.
Bagaimana tingkat pengetahuan lansia tentang diit hipertensi di Posyandu Lansia
Desa Air Meles Bawah, Kecamatan Curup Timur, Kabupaten Rejang Lebong tahun
2016 ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan lansia tentang diit hipertensi di
Posyandu Lansia Desa Air Meles Bawah tahun 2016.
1.3.2
Tujuan Khusus
a. Mendiskripsikan karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin,
pekerjaan, dan pendidikan.
b. Mengetahui tingkat pengetahuan lansia tentang diit hipertensi berdasarkan
tingkat usia, pendidikan, dan pekerjaan.
3
c. Bagi Profesi
Bagi ilmu kedokteran hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
acuhan untuk mengadakan penelitian tentang kesehatan. Pada khususnya
mengenai tingkat pengetahuan lansia tentang diit hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1
Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra
manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta-fakta dan teori yang
memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.
Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui
pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan adalah hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali
kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi
setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu
(Mubarok et al, 2007)
2.1.2
Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang dicakup
dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
1) Tahu(Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Temasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan pengetahuan tingkat yang
paling rendah kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan
dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).
2) Memahami(Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
6
benar. Orang telah paham terhadap suatu objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
tehadap objek yang dipelajari (Notoatmodjo, 2007).
3) Aplikasi(Application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari atau kondisi real (nyata/ sebenarnya). Dapat diartikan sebagai
aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus metode, dan sebagainya dalam
konteks dan situasi lain (Notoatmodjo, 2007).
4) Analisis (Analysis)
Analisisa dalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan
masih ada ikatannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya (Notoatmodjo,
2007).
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis
adalah
menunjukkan
kemampuan
untuk
menjabarkan
atau
arti
d) Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus.
e) Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
2.1.3
1) Faktor Internal
a) Umur
Dengan bertambahnya usia maka tingkat pengetahuan akan berkembang sesuai
dengan pengetahuan yang didapat.
b) Pendidikan
Pendidikan dapat menambah wawasan atau pengetahuan. Seseorang yang
mempunyai pendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan lebih luas
dibandingkan dengan tingkatan pendidikan yang lebih rendah.
c) Pekerjaan
Dengan
adanya
pekerjaan
seseorang
memerlukan
banyak
waktu
untuk
2.1.4
dapat
dilakukan
dengan
wawancara
atau
angket
yang
menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan
dengan tingkattingkat tersebut diatas. Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan
diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:
1) Baik, hasil presentase 76% -100%.
2) Cukup, hasil persentase 56%-75%
3) Kurang, hasil persentase < 56%
10
2.2 Hipertensi
2.2.1
Pengertian Hipertensi
Hipertensi didefinisikan dengan meningkatnya tekanan darah arteri yang
persisten. Peningkatan tekanan darah sistolik pada umumnya >140 mmHg atau
tekanan darah diastolik >90 mmHg (Depkes RI, 2006) kecuali bila tekanan darah
sistolik 210 mmHg atau tekanan darah diastolik 120 mmHg (Setiawati danBustani,
1995).
Klasifikasi tekanan darah oleh Chobanian dkk. (2004) untuk pasien dewasa (usia
18 tahun) berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua
atau lebih kunjungan klinis dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi (Chobanian dkk., 2004)
Klasifikasi tekanan
darah
Normal
Prehipertensi
Hipertensi tingkat 1
Hipertensi tingkat 2
Tekanan darah
Tekanan darah
sistolik
diastolik
(mmHg)
<120
120-139
140-159
160
(mmHg)
dan <80
atau 80-89
atau 90-99
atau 100
2.2.2
Etiologi Hipertensi
11
Obat
Kortikosteroid, ACTH
Hiperaldosteronisme primer
Penyakit renovaskular
estrogen tinggi)
Sindroma cushing
12
Phaeochromocytoma
Koarktasi aorta
Eritropoietin
Sibutramin
Antidepresan (terutama venlafaxine)
2.2.3
tidak
merasakan
adanya
gejala
penyakit.
Hipertensi
terkadang
menimbulkan gejala seperti sakit kepala, nafas pendek, pusing, nyeri dada, palpitasi,
dan epistaksis. Gejala-gejala tersebut berbahaya jika diabaikan, tetapi bukan
merupakan tolak ukur keparahan dari penyakit hipertensi (WHO, 2013).
2.2.4
Patofisiologi Hipertensi
Tekanan darah merupakan suatu sifat kompleks yang ditentukan oleh interaksi
berbagai faktor seperti faktor genetik dan lingkungan yang mempengaruhi dua
variabel hemodinamik yaitu curah jantung dan resistensi perifer total (Robbins dkk.,
2007). Curah jantung merupakan faktor yang menentukan nilai tekanan darah sistolik
dan resistensi perifer total menentukan nilai tekanan darah diastolik. Kenaikan
tekanan darah dapat terjadi akibat kenaikan curah jantung dan/atau kenaikan
resistensi perifer total (Saseen dan Maclaughlin, 2008).
Ginjal memiliki peranan dalam mengendalikan tekanan darah melalui sistem
renin-angiotensin-aldosteron. Mekanisme pengaturan tekanan darah oleh ginjal dapat
dilihat pada gambar 1.
13
Renin
yang
dihasilkan
oleh
sel
justaglomerulus
ginjal
mengubah
14
Komplikasi Hipertensi
Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endotel arteri
dan mempercepat aterosklerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk rusaknya organ
tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. Hipertensi
adalah faktor resiko utama untuk penyakit serebrovaskular (stroke, transient
ischemic attack), penyakit arteri koroner (infark miokard, angina), gagal ginjal,
demensia, dan atrial fibrilasi. Apabila penderita hipertensi memiliki faktor-faktor
resiko penyakit kardiovaskular, maka terdapat peningkatan mortalitas dan morbiditas
akibat gangguan kardiovaskular tersebut. Pasien dengan hipertensi mempunyai
peningkatan resiko yang bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri
perifer, dan gagal jantung (Dosh, 2001).
2.2.6
Terapi Hipertensi
Tujuan utama terapi hipertensi adalah menurunkan mortalitas dan morbiditas
yang berhubungan dengan hipertensi serta berkaitan dengan kerusakan organ target
(seperti kardiovaskular, gagal jantung, dan penyakit ginjal). Target tekanan darah
adalah <140/90 mmHg untuk hipertensi tanpa komplikasi dan <130/80 mmHg untuk
pasien diabetes melitus dan gagal ginjal kronis (Chobanian dkk., 2004).
Terapi hipertensi meliputi :
1) Terapi non farmakologis
Penderita prehipertensi dan hipertensi sebaiknya melakukan modifikasi gaya
hidup seperti menurunkan berat badan jika kelebihan berat badan dengan
menjaganya pada kisar body mass index (BMI) yaitu 18,5-24,9; mengadopsi pola
makan Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) yang kaya dengan
buah, sayur, dan produk susu rendah lemak; mengurangi konsumsi garam yaitu
tidak lebih dari 100 meq/L; melakukan aktivitas fisik dengan teratur seperti jalan
kaki 30 menit/hari; serta membatasi konsumsi alkohol tidak lebih dari 2 kali/hari
pada pria dan 1 kali/hari pada wanita (Chobanian dkk., 2004). Selain itu, pasien
juga disarankan untuk menghentikan kebiasaan merokok (Weber dkk., 2014).
Modifikasi pola hidup dapat menurunkan tekanan darah, menambah efikasi obat
15
16
kuat
baroreseptor
yang
mengaktifkan
menyebabkan
refleks
meningkatnya
baroreseptor.
aliran
Pengaktifan
simpatik,
sehingga
membutuhkan obat-obat antihipertensi tertentu sebagai lini pertama. Kelas obat yang
direkomendasikan merupakan hasil pertimbangan dari berbagai uji klinis tentang
penggunaan kelas obat tertentu pada hipertensi dengan penyakit penyulit (Chobanian dkk.,
2004). Pemilihan terapi hipertensi dengan penyakit penyulit dapat dilihat pada tabel IV.
Tabel 2.3. Pemilihan terapi hipertensi dengan penyakit penyulit (Chobanian dkk., 2004)
Penyakit Penyulit
Gagal jantung
Diuretik
BB
Rekomendasi Obat
ACEI
ARB
CCB
Diabetes
ALDO
ANT
Ket. ACEI : angiotensin converting enzyme, ARB : angiotensin receptor blocker, CCB :
calcium channel blocker, BB : beta blocker, ALDO ANT : aldosterone antagonist
2.2.7
1) Faktor keturunan
Pada 70-80% kasus hipertensi esensial didapatkan riwayat hipertensi di dalam
keluarga.
2) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan seperti stres, kegemukan (obesitas) dan kurang olahraga juga
berpengaruh memicu hipertensi esensial. Hubungan antara stres dengan hipertensi,
diduga terjadi melalui aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja saat kita
beraktivitas). Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah
secara
intermitten
(tidak
menentu).
Apabila
18
stres
berkepanjangan,
dapat
Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial,
tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume
darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita
yang mempunyai berat badan normal (Rudianto, 2013).
2.2.8
1) Gaya hidup
Kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji dan makanan olahan dengan
kandungan garam yang tinggi memicu naiknya tekanan darah (Martuti, 2009).
2) Stres
Stres yang berkepanjangan akan meningkatkan tekanan darah. Oleh karena itu, para
penderita hipertensi dianjurkan untuk hidup rileks, terbuka dalam mengungkapkan
masalah kepada orang lain (Martuti,2009).
3) Merokok
Rokok dapat menyebabkan peningkatan kecepatan detak jantung serta memicu
penyempitan pembuluh darah. Jantung akan bekerja lebih keras untuk dapat
mengalirkan darah ke seluruh tubuh sehingga memicu naiknya tekanan darah
(Martuti, 2009).
2.2.9
Pencegahan Hipertensi
Menurut Febry, et al (2013) pencegahan terjadi hipertensi meliputi:
1) Mengurangi konsumsi garam. Kebutuhan garam per hari yaitu 5 gr (1sdt)
2) Mencegah kegemukan
3) Membatasi konsumsi lemak
4) Olahraga teratur
5) Makan buah dan sayuran segar
6) Tidak merokok dan tidak minum alkohol
7) Latihan relaksasi/meditasi
8) Berusaha membina hidup yang positif
2.3 Lansia
2.3.1
Pengertian Lansia
19
Lanjut usia adalah orang yang telah berumur 65 tahun keatas. Namun di
Indonesia batasan lanjut usia adalah 60 tahun keatas. Hal ini dipertegas dalam
Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab
1 Pasal 1 Ayat 2 ( Nugroho, 2008).
Menurut Constantinides (1994) Menua (menjadi tua atauaging) adalah suatu
proses menghilangnya secara perlahan-perlahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo, 2004).
a. Batasan Umur Lansia
Umur yang dijadikan patokan sebagai lansia berbeda-beda, umumnya berkisar antara
60-65 tahun. Berikut dikemukakan beberapa pendapat para ahli dalam (Nugroho,
2008) mengenai batasan umur.
1) Menurut organisasi kesehatan dunia WHO ada empat tahap yakni:
a) Usia pertengahan (middle age) (45-59 tahun)
b) Lanjut usia (elderly) (60-74 tahun)
c) Lanjut usia tua (old) (75-90 tahun)
d) Usia sangat tua (very old) (diatas 90 tahun)
2) Menurut Sumiati guru besar Universitas Gajah Mada Fakultas Kedokteran dalam
Nugroho (2008), Periodisasi biologis perkembangan manusia dibagi sebagai
berikut:
a) Usia 0-1 tahun (masa bayi)
b) Usia 1-6 tahun (masa prasekolah)
c) Usia 6-10 tahun ( masa sekolah)
d) Usia 10-20 tahun (masa pubertas)
e) Usia 40-65 tahun (masa setengah umur, pensiun)
f) Usia 65 tahun ke atas (masa lanjut usia, senium)
3) Menurut Masdani (psikolog dari Universitas Indonesia) dalam Nugroho (2008),
lanjut usia merupakan kelanjutan usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi
empat bagian:
20
21
Kandungan
Bahan Makanan
Kandungan
Daging sapi
Natrium (mg)
93
Natrium (mg)
928
Hati sapi
110
Mentega
780
Ginjal sapi
200
Margarin
950
Telur bebek
191
Roti cokelat
500
Telur ayam
158
Roti putih
530
59
26
Sardin
131
Pisang
18
Udang segar
185
Mangga manalagi
70
Teri kering
885
Teh
50
Susu sapi
36
Ragi
610
Cakalang, perut
230
Sumber: Tabel Komposisi Pangan Indonesia, 2009
24
normal. Makanan tinggi serat alami lebih aman dan mengandung zat gizi tinggi serta
lebih murah. WHO menganjurkan asupan serat 25 30 g/hari. Diet serat tinggi
menimbulkan rasa kenyang dan menunda rasa lapar. Saat ini dipasaran terdapat
produk serat dalam bentuk minuman, tetapi penggunaannya tidak dianjurkan.
Serat larut air yaitu pektin, gum, dan mukilase dapat mengikat asam empedu
sehingga dapat menutunkan absorbsi lemak dan kolesterol darah, yang nentinya dapat
menurunkan resiko terjadinya penyakit hipertensi dan jantung koroner. Serat
merupakan bagian karbohidrat yang tidak dapat dicerna tubuh. Kelompok ini banyak
terdapat pada buah, sayuran dan padi-padian. Sumber serat antara lain: buah-buahan
(apel, jambu biji, belimbing, dan lain-lain), sayur-sayuran (buncis, kangkung, pare,
dan lain-lain), serta padi-padian (Depkes RI, 2003).
Tabel 2.5 Nilai Serat Berbagai Bahan Makanan (g/ 100 gram)
Bahan makanan
Kandungan
Bahan makanan
Kandungan
Beras hitam
Serat (g)
20.1
Sagu
Serat (g)
4,7
Beras jagung
10.0
Biji nangka
Keripik ubi
14.3
12.3
Biji mente
0.9
Kacang hijau
7.5
Kecipir
10.7
7.6
Kacang ercis
28.6
Kacang koro
7.5
Kacang merah
26.3
3.5
15.4
Mangga manalagi
11.8
Rebung
9.7
Mangga kwini
6.5
Daun singkong
2.4
Abon sapi
Sumber: Daftar Komposisi Bahan Makanan, 2009
7.5
Sayuran dan bumbu dapur yang bermanfaat untuk pengontrolan tekanan darah,
antara lain; tomat, wortel, seledri (sedikitnya 4 batang per hari dalam sup atau
masakan lain), bawang putih (sedikitnya satu siung per hari. Bisa juga digunakan
bawang merah dan bawang bombai), kunyit, lada hitam, adas, kemangi, dan rempah
lainnya.
Prediktor kuat lain penyakit hipertensi adalah kandungan kolesterol , LDL, dan
atau tingkat HDL yang abnormal. Tampak bahwa serat yang larut dapat mengurangi
penyerapan kolesterol dalam pencernaan dengan cara mengikatnya dengan empedu
(yang mengandung kolesterol) dan kolesterol diet sehingga dapat dikeluarkan oleh
25
tubuh. Intervensi uji coba suplementasi serat dengan menggunakan kulit buah oat dan
kacang dimana serat dikombinasikan dengan diet rendah lemak menghasilkan
penurunan tingkat kolesterol total berkisar antara 8-26%. Penelitian lain menunjukkan
bahwa 5-10 gram serat yang larut setiap hari dapat menurunkan kolesterol LDL
sekitar 5%. Semua manfaat ini akan terjadi tanpa perubahan diet lemak. Penelitian
eksperimen dengan menggunakan kelompok rendah lemak dan rendah lemak dengan
tinggi serat, menghasilkan kelompok mengkonsumsi tinggi serat menunjukkan
penurunan rata-rata konsentrasi kolesterol total lebih besar (13%) daripada rendah
lemak (9%) dan diet biasa (7%).
c. Diet Rendah Energi dan Lemak
Diet rendah energi dan lemak adalah diet yang kandungan energi dan
lemaknya dibawah kebutuhan normal, cukup vitamin dan mineral, serta banyak
mengandung serat yang bermanfaat untuk menurunkan berat badan. Diet ini ditujukan
untuk menurunkan berat badan yang pengurangaanya dilakukan secara bertahap
dengan mempertimbangkan kebiasaan makanan dari segi kualitas maupun kuantitas.
Lemak sedang (20-25%) yang berasal dari makanan yang mengandung lemak tidak
jeniu ganda yang kadarnya tinggi. Karbohidrat rendah (55-65% dari kebutuhan energi
total) yang berasal dari makanan sumber karboidrat kompleks untuk memberikan rasa
kenyang dan mencegah konstipasi. Sebagai alternatif, bisa digunakan gula buatan
sebagai pengganti gula sederhana (Almatsier, 2003).
Nilai energi dalam makanan diukur dalam unit kalori. Kandungan kalori dalam
makanan bergantung kepada kandungan karbohidrat, protein dan lemak. Lemak
menghasilkan kalori terbanyak mengikut berat 9 kalori bagi setiap gram. Nutrien lain
tidak memberi pengaruh pada kandungan energi dalam makanan. Oleh karena itu,
makanan yang mengandung banyak lemak adalah tinggi kalorinya. Sebaliknya,
makanan tinggi kandungan airnya seperti sayur-sayuran dan buah-buahan rendah
kalorinya. Rendah lemak 35% dari total energi , protein : 1-1,5 g/kg berat badan ,
energi : 35-50 kkl/kg berat badan , asupan kalsium per hari menurut RDA : 800 mg/
hari untuk laki-laki dan 1000 mg/ hari untuk wanita dan konsumsi kalsium sesuai
kebutuhan
Tabel 2.6 Nilai Energi Berbagai Bahan Makanan (kkal/100 gram)
Bahan makanan
Nasi
kkal
180
26
Bahan makanan
Tempe
Kkal
201
Gaplek
338
Ayam
298
366
Daging sapi
201
154
Telur ayam
154
Mie kering
337
Ikan segar
113
Roti putih
248
Udang segar
91
151
Pepaya
46
Kacang hijau
323
343
Kacang kedelai
381
Gula kelapa
386
Kacang merah
350
selai/jam
Sumber: Tabel Komposisi Pangan Indonesia, 2009.
239
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu
tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan
kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Akumulasi dari endapan kolesterol apabila
bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan mengganggu peredaran darah.
Dengan demikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung
memperparah (Almatsier, 2003).
Tabel 2.7 Bahan Makanan Sehari
No
Bahan Makanan
Berat (g)
(URT)
1
Beras
300
5 gelas nasi
2
Daging
100
2 potong sedang
3
Telor ayam
50
1 butir
4
Tempe
100
4 potong sedang
5
Kacang Hijau
25
2,5 sendok makan
6
Sayuran
200
2 gelas
7
Buah
200
2 potong sedang pepaya
8
Minyak
25
2,5 sendok makan
9
Gula Pasir
25
2,5 sendok makan
Sumber: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
STIK Jendreal Ahmad Yani,2012.
Pengurangan
Modifikasi
Rekomendasi
Penurunan Berat
Tekanan Sistolik
5-10 mmHg/10 kg
Badan
Perencanaan
kg/m2)
Diet tinggi serat (sayur dan buah) dan rendah
8-14 mmHg
Makanan
Mengurangi
2-8 mmHg
Makanan
Mengandunng
27
Natrium
Olahraga
4-9 mmHg
Membatasi
30 menit perhari
Lebih baik tidak mengkonsumsi alhol sama sekali
4-9 mmHg
Konsumsi
Alkohol
Sumber: Joint National Commitee VII on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High
Blood Pressure, 2004
2.4.2
Kelompok
Banyak Porsi
Contoh
Berdasarkan DASH
1 iris roti
Roti,pasta,kue,ser
dan serat
1 mangkok nasi,
merah
Makanan
Padi
1.600
2,000
2,600
kalori
6
kalori
6-8
kalori
10-11
3-4
4-5
5-6
1cangkir
sayuran
28
Brokoli,
wortel,
Kaya
sumber
hijau
Buah
4-5
5-6
mentah,
1/2
atau dimasak
1 buah sedang, 1/2
bayam, kangkung
Apel,
pisang,
Sumber
cangkir
potasium, magnesium
segar
atau
anggur,
jeruk,
beku,
1/4
mangga,
melon,
persik,
nanas,
Susu rendah
tomat,
potasium, magnesium
kentang,
buncis,
buah
2-3
labu,
1 cangkir yogurt
dan serat
penting
dan serat
strauberi,
Keju,
mentega,
Sumber
yogurt
Kaya
magnesium
utama
lemak atau
1,5 ons keju
bebas
lemak
3
6/<
Daging
mengandung
tanpa
sedikit
lemak,
masak
daging
dan
lemak,
unggas
1 telor
unggas, dan
protein
ikan
3
Kacangkacangan
per
minggu
4-5
per
mingg
kacangan/ 1 ons
Almon, hazelnuts,
kacang
kacang, kuwaci.
Kaya
energi,
magnesium,
protein
dan serat
2-3
27 % dari lemak
Lemak dan
. margarin lembut,
minyak
minyak sayur.
lembut,
1 sendok makan
mayones rendah
lemak,
2 sendok makan saus
29
salad ringan
0
Pemanis
dan Gula
5/<
Pemanis
per
mingg
sirup.
harus
direndahkan
Umur
Kelamin
(Tahun)
Perempun
Laki-laki
Sedang
Aktif
atau sedikit
2,000
1,800
1,600
2,400
2,200
2,000
2,000-2,200
2000
1,800
2,600-2,800
2,400-2,600
2,200-2,400
2,400
2,200
2,000-2,200
3,000
2,800-3,000
2,400-2,800
19-30
31-50
51
19-30
31-50
51
Diet garam rendah yang dianjurkan adalah 2,4 g Natrium/hari atau 6 gram
garam atau satu sendok teh garam per hari.
2) Memperbanyak serat
Mengkonsumsi lebih banyak sayur atau makanan rumahan yang mengandung
banyak serat akan memperlancar buang air besar dan menahan sebagian asupan
natrium. Sebaiknya penderita hipertensi menghindari makanan kalengan dan
makanan siap saji dari restoran, yang dikuatirkan mengandung banyak pengawet
dan kurang serat. Dari penelitian lain ditemukan bahwa dengan mengkonsumsi 7
gram serat per hari dapat membantu menurunkan tekanan darah sistolik sebanyak
5 poin. Konsumsi serat juga dapat memperlancar buang air, menyebabkan makan
lebih sedikit dan mengurangi asupan natrium.
3) Menghentikan kebiasaan buruk
Menghentikan rokok, kopi, dan alkoholdapat mengurangi beban jantung, sehingga
jantung dapat bekerja dengan baik. Rokok dapat meningkatkan resiko kerusakan
pembuluh darah yang mengendap kolestrol pada pembuluh darah koroner,
sehingga jantung bekerja lebih keras.
4) Memperbanyak asupan kalium
Diketahui bahwa dengan mengkonsumsi 3.500 miligram kalium/hari dapat
membantu mengatasi kelebihan natrium, sehingga dengan volume darah yang
ideal dapat dicapai kembali tekanan yang normal. Kalium bekerja mengusir
natrium dari senyawanya, sehingga lebih mudah dikeluarkan. Makanan yang kaya
kalium adalah pisang, sari jeruk, jagung, kubis, daun pepaya, bunci, belimbing
dan brokoli.
5) Memenuhi kebutuhan magnesium
Kebutuhan magnesium menurut kecukupan gizi yang dianjurkan atau RDA
(Recommended Dietary Allowance) adalah sekitar 350 miligram/hari. Kekurangan
asupan magnesium terjadi dengan semakin banyaknya makanan olahan yang
dikonsumsi.
Sumber makanan yang kaya magnesium antara lain susu, kacang tanah,
bayam, kacang polong, dan makanan laut. Tetapi berhati-hatilah agar jangan
mengkonsumsi terlalu banyak suplemen magnesium karena dapat menyebabkan
diare.
6) Melengkapi kebutuhan kalsium
31
soda
kering, dsb
Daging dan ikan maksimal 100 g sehari,
Protein nabati
Sayuran
dapur
benzoat
32
Buah-buahan
benzoat
Lemak
dalam kaleng
Margarin dan mentega biasa
Minuman
Bumbu
tanpa garam
Teh
Semua bumbu-bumbu kering yang tidak
1200 mg Natrium)
Pukul 10.00
Bahan Makanan
Beras
Telur
Sayuran
Minyak
Gula Pasir
Kacang hijau
Gula Pasir
Beras
Daging
Tempe
Sayuran
Buah
Minyak
Sumber : Penuntun Diet ( Aimatsier, 2004)
Siang dan Sore
Berat (g)
70
50
50
5
10
25
15
140
50
50
75
100
10
33
Sumber : Buku Ajar Kardiologi. 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. 2001, Kiat
Keluarga Sehat Mencapai
Hidup Prima dan Bugar Jilid I. 2003.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian yang menitikberatkan tentang profil tingkat pengetahuan
lansia mengenai diit hipertensi di Posyandu Lansia Desa Air Meles Bawah, Kecamatan
Curup Timur, Kabupaten Rejang Lebong tahun 2016.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Posyandu Desa Air Meles Bawah,
Kecamatan Curup Timur, Kabupaten Rejang Lebong.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini diadakan dari bulan Desember 2015 hingga bulan Januari 2016 yang
dimulai dari pengumpulan data sekunder, identifikasi masalah, penelusuran pustaka,
penentuan judul, bimbingan hingga penyusunan hasil penelitian.
3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu hasil yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2013).
Metode pendekatan yang akan menggunakan rancangan deskriptif. Penelitian
deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk mendiskripsikan atau
menggambarkan suatu fenomena/objek yang terjadi di dalam masyarakat (Notoatmodjo,
2010). Dalam penelitian ini dimaksudkan mendapatkan gambaran untuk mengetahui
sejauh mana tingkat pengetahuan lansia mengenai diit hipertensi.
35
36
3.5
Variabel Penelitian
Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena
adanya variabel bebas (Sugiyono, 2006).Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
pengetahuan lansia mengenai diit hipertensi di Posyandu Lansia Sehat Desa Air Meles
Bawah tahun 2016.
No
Variabel
Definisi Operasional
Klasifikasi
Alat Ukur
Skala
Data
Variabel Terikat
1
Tingkat
Kemampuan lansia
Dibagi menjadi 3
Kuesioner
pengetahuan
untuk mengetahui
kategori yaitu : a.
Benar : 1
lansia tentang
tentang pengertian
Salah : 0
diit hipertensi
hipertensi, diit
15-20 (76%-100%)
hipertensi dalam
b. Cukup, jika
pencegahan terjadinya
jumlah jawaban
hipertensi
yang benar11-14
( 56%-75%)
c. Kurang,jika
jumlah jawaban
yang benar 10
( < 56% )
Variabel Bebas
37
Ordinal
Umur
a. Usia Tengah
lansia saat
dilakukan wawancara,
Jenis Kelamin
Pendidikan
Ordinal
Kuesioner
Nominal
Kuesioner
Ordinal
Kuesioner
Ordinal
(45-59 tahun)
b.Usia Lanjut
terhi-tung
2
Kuesioner
(60-69 tahun)
c. 70 tahun
Jenis kelamin
responden
dikategorikan
untuk membedakan
menjadi 2, yaitu:
gender pada
a. Pria
penderita hipertensi
Sekolah formal yang
b. Wanita
Pendidikan
dikategorikan
menjadi:
b. SD
c. SMP
Pekerjaan
d. SMA
Pekerjaan
Pekerjaan responden
dikatagorikan
menjadi:
a.Pedagang
b.Petani
c.Ibu Rumah
Tangga
d. Buruh
e. Tidak bekerja
Pengelolaan Data
38
Analisa Data
Analisis data penelitian merupakan media untuk menarik kesimpulan dari seperangkat
data hasil pengumpulan (Setiawan dan Saryono, 2010).
Analisa univariat adalah untuk menjelaskan atau mendiskripsikan karakteristik
setiap variabel penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data
sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang
berguna. Bentuk penyajian data berupa tabel.
Distribusi frekuensi merupakan penyusunan data ke dalam kelaskelas tertentu
dimana setiap individu hanya termasuk kedalam salah satu kelas tertentu saja
(Pengelompokan data berdasar kemiripan ciri). Distribusi frekuensi disusun bila
jumlah data yang akan disajikan cukup banyak, sehingga jika disajikan dalam tabel
biasa menjadi tidak efisien dan kurang komunikatif. Hal ini dapat dirumuskan:
P = f/N x 100%
Keterangan :
P : Persentase
f : Frekuensi data
N: Jumlah sampel yang diolah
39
Variabel Terikat
Variabel Bebas
-
Usia
Jenis kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Profil Puskesmas
4.1.1
Demografi
Puskesmas Perumnas Curup berada di wilayah Kecamatan Curup Tengah Kabupaten
Rejang Lebong. Merupakan wilayah kerja meliputi 2 desa dan 7 kelurahan dari 9
desa/kelurahan yang ada.
Satu desa merupakan desa kriteria desa terpencil, yaitu desa Air Merah luas
wilayah kerja Puskesmas Perumnas 48,2 KM 2 dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Kampung
Delima
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Curup
3. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Samberejo
4. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Curup
Wilayah kerja Puskesmas Perumnas merupakan daerah dataran tinggi, yang
sebagian besar merupakan lahan pertanian penduduk seperti kopi dan palawija, dan
lain-lain.
4.1.2
Kependudukan
Untuk mengetahui secara pasti jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Perumnas adalah sangat sulit. Hal ini disebabkan lamanya sistem pencatatan di desa
dan juga dikarenakan mobilisasi penduduk antara yang datang dan pergi (pindah) juga
tinggi.
1. Angka kepadatan penduduk pada wilayah kerja Puskesmas Perumnas
sebesar 27916 jiwa.
2. Kelurahan terpadat adalah Kelurahan Air bang (6903 jiwa) dan terjarang
adalah Desa Air Merah (936 jiwa)
3. Luas wilayah kerja 48,2KM2 dan merupakan daerah dataran tinggi dengan
udara yang sejuk dan curah hujan yang cukup tinggi. Data-data
kependudukan adalah sebagai berikut:
a. Jumlah Penduduk
: 30620 jiwa
41
b. Laki-laki
: 15548 jiwa
c. Perempuan
: 15072 jiwa
d. Jumlah KK
: 6816 jiwa
e. Rata-rata jiwa/KK
: 46 jiwa
f. Kepadatan
: 3890 jiwa
: 1.0 jiwa
h. Dependenty ratio
: 1.6 jiwa
j.
4.1.3
0-1 tahun
: 662 jiwa
1-5 tahun
: 2053 jiwa
6-14 tahun
: 6646 jiwa
15-44 tahun
: 12437 jiwa
45-65 tahun
: 5294 jiwa
>65 tahun
: 830 jiwa
: 5739 jiwa
: 951 jiwa
: 357 jiwa
Sosial Ekonomi
Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Perumnas sebagian besar terdiri dari suku
Rejang (penduduk asli daerah ini) , etnis lainnya yaitu: Minang dan Palembang dan
lain sebagainya.
Jumlah fasilitas pendidikan yang ada sebagai berikut:
-
TK
: 10
SD
: 15
SLTP
:2
SMU
:3
Perguruan Tinggi : 0
Tingkat pendidikan masyarakat secara umum adalah 75% pernah atau tamat
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama sampai dengan Perguruan Tinggi, 25% tamat SD
dan putus sekolah. Untuk mata pencaharian sebagian besar petani dan pedagang,
selebihnya pekerja kasar.
42
4.1.5
6. Vulnus
2. Hipertensi
7. HHD
3. Gastritis
8. Tonsilitis
4. DA
9. Bronkitis
5. RA
10. Cephalgia
43
Jenis Kelamin
Laki-laki
Jumlah
7
Presentase (%)
31.8
Perempuan
15
68.2
22
100
Total
32%
Laki-laki
Perempuan
68%
umumnya lebih tinggi daripada laki-laki. Menurut Handono dan Isbagyo (2005),
dengan bertambahnya umur penyakit akan meningkat baik perempuan maupun lakilaki. Prevalensi perempuan lebih tinggi dari laki-laki lebih dari 75% penderita
hipertensi adalah perempuan dengan perbandingan 3:1.
4.2.2
Menurut Usia
Kategori Usia
Tengah (45-59 tahun )
Jumlah
17
Presentase (%)
77.2
9.1
3
Total
3
22
13.7
100
9%
Tengah (45-59
tahun)
14%
Diseluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan
usia rata rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar
(Bandiyah, 2009).
4.2.3
Menurut Pekerjaan
45
Jenis Pekerjaan
Pedagang
Jumlah
2
Presentase (%)
9,09
Petani
27.27
Buruh
13.64
Ibu Rumah
10
45.45
1
22
4.55
100
Tangga
5
Total
Tidak Bekerja
5% 9%
Petani
27%
45%
Buruh
Ibu Rumah Tangga
14%
Tidak Bekerja
Menurut Pendidikan
46
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat Pendidikan di Posyandu Lansia Desa
Air Meles Bawah Tahun 2016.
NO
1
Tingkat Pendidikan
Tidak Sekolah
Jumlah
1
Prosentase(%)
4.5
SD
17
77.2
SMP
18.3
SMA
22
100
Total
(18.3%).
18%
5%
Tidak Sekolah
SD
SMP
77%
SMA
Tingkat Pengetahuan
Baik (15-20)
Jumlah
16
Prosentase(%)
72.73
Cukup (11-14)
22.73
3
Total
Kurang (10)
1
22
4.54
100
48
23%
5%
Baik
Cukup
73%
Kurang
merupakan hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what,
misalnya apa itu, apa manusia, apa alam dan sebagainya. Sehingga lansia tersebut
memperoleh pengetahuan cukup.
Hasil penelitian dapat diketahui responden yang berpengetahuan kurang
berjumlah 1 orang. Menurut asumsi penelitian lansia sama sekali tidak tahu serta
tidak peduli tentang diit hipertensi, bahkan tidak ada keinginan untuk mendapat dari
berbagai sumber informasi tentang diit hipertensi. Disisi lain kemungkinan lansia ini
saat penyuluhan tidak ikut berpartisipasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mubarak
(2007), bahwa pada dasarnya pengetahuan akan terus bertambah sesuai dengan proses
pengalaman manusia yang dialami, sumber informasi baru didapatkan merupakan
pengganti pengetahuan
yang
telah
diperoleh
sebelumnya atau
merupakan
4.2.6
Tingkat
Baik
Cukup
F %
F %
1 76.4 4 23.5
Pengetahuan
Kurang Jumlah
F %
F
17
tahun
60-69
3
1
7
50.0 1
3
50.0 -
100
tahun
70 tahun
0
66.6 -
0
-
33,3 3
100
Total
7
72.7 5
22.7 1
3
4.54 22
100
Total
%
100
Dari penelitian ini didapatkan bahwa lansia dengan usia 45-59 tahun paling
dominan yang berpengetahuan baik. Hal ini disebabkan golongan usia ini memang
tergolong jumlah lansia yang paling banyak. Disisi lain pengetahuan yang mereka
peroleh kemungkinan didapat dari pengalaman dan juga penyuluhan sebelumnya,
meskipun tidak semua lansia dapat berpartisipasi mengikuti penyuluhan tentang
hipertensi sampai akhir. Menurut Hendra (2008), makin tua umur seseorang maka
proses-proses
perkembangan
mentalnya
membaik
serta
berpengaruh
pada
pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur menjelang lansia kemampuan
penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. Intelegensi lanjut usia
akan menurun sehingga menyebabkan kurangnya kemampuan dalam memahami suatu
pengetahuan umum serta informasi.
Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan bahwa sebagian besar tingkat
pengetahuan lansia adalah baik, dimana lansia menganggap bahwa penyakit hipertensi
merupakan hal yang wajar, karena sudah tua dan berfikir jika kebutuhan seperti
makan dan istirahat terpenuhi maka lansia pasti sudah sehat tanpa harus peduli dengan
pola makan dan gaya hidup.
Lansia sudah tidak perlu lagi mengikuti perkembangan pengetahuan dimana
minat terhadap informasi dan pengetahuan mengenai kesehatan ditahap lansia ini
sudah berkurang, karena lanjut usia lebih mementingkan dalam pemenuhan fisiologis
(makan, istirahat) dibandingkan menghabiskan dana untuk mencari sumber informasi
tentang pengetahuan (Zainudin, 2009).
51
90
80
76.47
66.66
70
60
50
50
50
40
33.33
30
23.53
20
10
0
45-59 tahun0
60-69 tahun0
Baik
Cukup
70 tahun
0
Kurang
Tingkat
Baik
Cukup
F %
F %
1 50.0 1 50.0
Petani
0
66.6 1
0
16.6 1
16.6 6
100
Ibu Rumah 8
7
80.0 2
7
20.0 -
7
-
10
100
Tangga
Buruh
0
66.6 1
0
33.3 -
100
Tidak
7
100
3
-
Bekerja
Total
72.7 5
52
Pengetahuan
Kurang Jumlah
F %
F
2
22.7 1
4.54 22
Total
%
100
100
53
120
100
100
80
80
66.67
60
66.67
50 50
40
33.33
20
16.67
16.67
20
Pedagang
0
Petani
Baik
IRT 0
Cukup
Buruh 0
Tidak Bekerja
0 0
Kurang
Tingkat
Cukup
F %
-
Pengetahuan
Kurang Jumlah
F %
F
1
Total
%
100
Tidak
F
1
Sekolah
SD
70.5 4
23.5 1
5.88 17
100
SMP
2
3
9
75.0 1
3
25.0 -
100
SMA
Total
0
72.7 5
0
22.7 1
4.54 22
54
100
120
100
100
80
75
70.59
60
40
25
23.53
20
5.88
0
Tidak Sekolah
0
0
SD
Baik
SMP
Cukup
0 SMA
0
Kurang
diperoleh
dari
pengalaman
dan
penyuluhan
yang
sudah
56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 22 lansia penderita hipertensi
di Posyandu Desa Air Meles Bawah Kecamatan Curup Timur, Kabupaten Rejang Lebong
tentang diit hipertensi maka diketahui rata-rata tingkat pengetahuan lansia tergolong baik
dengan hasil :
1. Tingkat pengetahuan lansia baik sebanyak 16 lansia dengan persentase 72,73 %, tingkat
pengetahuan cukup sebanyak 5 lansia dengan persentase 22,73 %, sedangkan tingkat
pengetahuan kurang sebanyak 1 lansia dengan persentase 4,54 %.
2. Tingkat pengetahuan lansia tergolong baik berdasar usia dominan pada usia 45-59 tahun
sebanyak 13 orang (59,1 %).
3. Tingkat pengetahuan lansia tergolong baik berdasar pekerjaan dominan pada lansia yang
bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 8 orang (36,36 %).
4. Tingkat pengetahuan lansia tergolong baik berdasar pendidikan dominan pada tingkat
pendidikan SD sebanyak 12 orang (54,54 %).
5.2 Saran
1. Bagi peneliti
Diharapkan peneliti dapat mengembangkan lagi penelitian-penelitian selanjutnya
khususnya gangguan kesehatan pada masyarakat pada umumnya yang terjadi pada lansia
dan dapat ikut serta dalam pemberian penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat dalam
menjaga kesehatan, selain itu peneliti juga dapat mengembangkan lagi penelitiannya
menghubungkan tingkat pengetahuan lansia tentang diit hipertensi dengan kejadian
kekambuhan hipertensi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan semoga penelitian ini bisa menjadi masukan bagi intitusi pendidikan
untuk menambah pengetahuan tentang penyakit hipertensi terutama mengenai diit
hipertensi yang terjadi pada khususnya kalangan lansia di dalam masyarakat.
3. Bagi Peneliti Lain
57
Semoga penelitian yang sudah dilakukan ini dapat menjadi wacana dan referensi
dalam pengembangan penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian
ini dan semoga peneliti lain dapat mengupayakan penambahan tenaga kesehatan saat
penelitian berjalan sehingga dapat meminimalisir ketepatan waktu saat penelitian.
4. Bagi Posyandu Desa Air Meles Bawah Puskesmas Perumnas, Kecamatan Curup Tengah,
Kabupaten Rejang Lebong
Kepada posyandu lansia diharapkan semakin meningkatkan kegiatannya dalam
mengontrol kesehatan para lansia dan dapat memeberikan pengetahuan lebih tentang
penyakit yang terjadi pada lansia.
5. Bagi Responden
Disarankan pada para lansia khususnya di wilayah Desa Air Meles Bawah untuk
lebih peduli lagi terhadap kesehatannya terutama bagi penderita hipertensi, khususnya
dalam mengatur diit hipertensi untuk mengontrol terjadinya kekambuhan hipertensi dan
mencegah terjadinya komplikasi hipertensi seperti stroke
58
DAFTAR PUSTAKA
Ana M., Woro R.. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Lanjut Usia.
Jurnal Epidemiologi Indonesia.1999
Agrina, S, 2011. Kepatuhan Lansia Penderita Hipertensi dalam Pemenuhan
dietHipertensi.,http://www.sharepdf.com/2014/1/5/e6b5b47b826044f6ae
86f46fca676058/7-13-1-SM.htmdiakses tanggal 19 Desember 2013.
Almatsier, Sunita., 2004. Penuntun Diet. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama.
Almatsier, Sunita., 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama
Arikunto, S, 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta
Bakhtiar, Amsal., 2012. Filsafat Ilmu, Jakarta.PT Raja Grafindo Persada.
Bandiyah, Siti. 2009. Medical Book Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik.
Bantul. Nuha Medika.
Bustan M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka
Cipta
BPS, 2004 . Statistik Penduduk Lanjut Usia ( Survei Sosial Ekonomi Nasional)
.Jakarta:BPS http://www.pdpersi.co.id/. diakses tanggal 20 Juni 2014
BPS Sukoharjo, 2013. Kecamatan Kartasura Dalam Angka 2013. Sukoharjo:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo
Darmojo, R.B, dan Martono, H.H.,2004. Buku Ajar Geriartri. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
Dinkes Kabupaten Sukoharjo. 2013. Profil Kesehatan Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2013. Sukoharjo: Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo.
Dinkes Provinsi Jawa Tengah , 2013. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah.Http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/2013/SDK/Mibang
kes/profil2012/BAB_I-VI_2013_fix.pdf diakses tanggal 19 Desember
2013.
Fajriyah, 2009., Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Rheumatid di
PSTW.http://www.perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/SKRIPSI.pdf
diakses tanggal 18 Juni 2014
Febry, Ayu Bulan et al, 2013. Ilmu Gizi Untuk Praktisi Kesehatan. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Handono dan Isbagyo, 2005. Pemilihan Terapi Rematik yang Efektif, Aman,
dan Ekonomis.Diunduh dari http://www.tempo.co.id/. Diaskes pada
tanggal 20 Juni 2014 .
Haryono, 2012. Lansia Perlu Perhatian. Http://www.menkokesra
.go.id/content/ prof-haryono-lansia-perlu-perhatian. diakses tanggal 8
Desember 2013.
Hendra A.W., 2008, Ilmu Keperawatan Dasar, Yogyakarta: Edisi Ke-2,
Penerbit Mitra Cendikia Press.
Lumbantobing, 2008. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Machfoedz, Ircham., 2010. Metode Penelitian, Fitramaya, Yogyakarta.
Martuti. 2009. Merawat dan Menyembuhkan Hipertensi. Bantul : Kreasi
Wacana.
Mubarak. Wahid Iqbal, 2007. Promosi Kesehatan. Jogjakarta : Graha ilmu
59
60
KUESIONER PENELITIAN
PROFIL TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI DIIT
HIPERTENSI DI POSYANDU AIR MELES PUSKESMAS PERUMNAS
TAHUN 2015
Tanggal :
A. Karakteristik Responden
1. Nama
2. Umur
3. Jenis Kelamin
4. Pendidikan
5. Pekerjaan
6. Alamat
Pertanyaan
Jawaban
o
Benar Salah
1.
2
3
4
5
tinggi
TD tinggi jika 140/90 mmHg
Semakin tua tekanan darah semakin tinggi
Hipertensi bukan penyakit keturunan
Penderita tekanan darah tinggi penting
resiko hipertensi
Hipertensi tidak menyebabkan penyakit
61
darah tinggi.
Menjauhkan diri dari stress cegah tekanan
darah tinggi
10 Merokok dan minum alkohol menyebabkan
kekambuhan tekanan darah tinggi
11 Minum obat darah tinggi teratur dan
kontrol makanan bantu cegah kekambuhan
tekanan darah tinggi
12 Jika tekanan darah normal, obat darah
tinggi tidak perlu diminum
13 Makanan cepat saji baik untuk hipertensi
14 Tidak ada hubungan makanan berlemak
dan darah tinggi
15 Konsumsi garam berlebih menyebabkan
tekanan darah tinggi
16 Semua buah yang diawetkan tidak aman
untuk penderita tekanan darah tinggi
17 Pisang, jeruk dan makanan tinggi kalium
bantu turunkan tekanan darah tinggi
18 Sayur dan serat tidak dapat turunkan darah
tinggi
19 Tidak boleh makan telur lebih dari 1 butir
sehari
20 Kopi boleh diminum penderita tekanan
darah tinggi
LAMPIRAN
62
63