Professional Documents
Culture Documents
2.1 Pengertian
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutup ductus arteriosus
arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonalis.
Patent Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada
janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi
normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 15 jam setelah lahir dan
secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 3 minggu. Bila tidak
menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus : PDA).
(Buku ajar kardiologi FKUI, 2001 ; 227)
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus
(arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu
pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta
tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah.
(Suriadi, Rita Yuliani, 2001; 235)
Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah
lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan
lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden,
2002 ; 375)
Patent Ductus Arteriosus (PDA) atau Duktus Arteriosus Paten
(DAP) adalah kelainan jantung kongenital (bawaan) dimana tidak terdapat
penutupan (patensi) duktus arteriosus yang menghubungkan aorta dan
pembuluh darah besar pulmonal setelah 2 bulan pasca kelahiran bayi.
Biasanya duktus arteriosus akan menutup secara normal dalam waktu 2
bulan dan meninggalkan suatu jaringan ikat yang dikenal sebagai
ligamentum arteriosum. PDA dapat merupakan kelainan yang berdiri
sendiri (isolated), atau disertai kelainan jantung lain.
2.2 Insiden
PDA sering ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional menutup pada 24 jam
pertama setelah kelahiran. Sedangkan secara anatomi menutup dalam 4 minggu
pertama. Bayi premature banyak yang menderita PDA. Diperkirakan insidens dari
PDA sebesar 1 dari 2000 kelahiran normal, dan insidens pada bayi perempuan 2 x
lebih banyak dari bayi laki-laki. Sedangkan pada bayi prematur diperkirakan
sebesar 15 %. Biasanya gejalanya ringan, tetapi akan semakin berat jika tidak
diobati/diperbaiki pada usia 2 tahun
2.3 Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti,
tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan
angka kejadian penyakit jantung bawaan :
1. Faktor Prenatal :
Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella (campak).
Ibu alkoholisme.
Umur ibu lebih dari 40 tahun.
Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
2. Faktor Genetik :
Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
(Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh
Darah Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109)
Tanda gejala
Kadang terdapa gagal jantung
Machinery murmur ( khas pada PDA )
Tekanan nadi besar
Ujung jari hiperemik
Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal
Infeksi saluran nafas berulang dan mudah lelah
Apnea, tachipnea, basal faring, retraksi dada, hipoksemia.
2.4 Patofisiologi
dan bising kontinu disela iga II III garis parasternal kiri yang menjalar kedaerah
sekitarnya. Juga sering ditemukan bising middiastolik dini.
PDA besar, gejala tampak berat sejak minggu-minggu pertama kehidupan. Pasien
sulit makan dan minum hingga berat badannya tidak bertambah dengan
memuaskan, tampak dispneu dan takipneu, serta berkeringat banyak ketika minum.
Pada pemeriksaan tidak teraba getaran bising sistolik dan pada auskultasi
terdengar bising kontinu atau hanya bising sistolik. Bising middiastolik terdengar di
apeks karena aliran darah berlebihan melalui katub mitral (stenosis mitral relative).
Bunyi jantung II tunggal dank eras. Gagal jantung mungkin terjadi dan biasanya
didahului infeksi saluran nafas bagian bawah.
PDA besar dengan Hipertensi Pulmonal, Pasien PDA besar apabila tidak diobati akan
berkembang menjadi hipertensi pulmonal akibat penyakit vascular paru yakni suatu
komplikasi yang ditakuti. Komplikasi ini dapat terjadi pada usia kurang dari 1 tahun,
namun jauh lebih sering terjadi pada tahum ke 2 atau ke 3. Komplikasi berkembang
secara progresif, sehingga akhirnya irreversible, dan pada tahap tersebut opersi
koreksi tidak dapat di lakukan.
(Kapita Selekta kedokteran jilid II, 2000 ; 448)
Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-masalah
lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas). Tandatanda kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4 6 jam sesudah lahir. Bayi
dengan PDA kecil mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat
menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF) antara lain :
kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung
Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata
terdengar di tepi sternum kiri atas)
Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan meloncatloncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mm Hg)
Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik
Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.
Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah
Apnea
Tachypnea
Nasal flaring
Retraksi dada
Hipoksemia
Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru)
(Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236, Betz & Sowden, 2002 ; 376)
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan pada PDA dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut ;
1. Foto Thorak : Atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan
(kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat
2. Ekhokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada
bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh
peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan)
3. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran
darah dan arahnya.
4. Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil
tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar.
5. Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO
atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya.
(Betz & Sowden, 2002 ;377)
2.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien PDA yaitu :
Endokarditis
Obstruksi pembuluh darah pulmonal
CHF
Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)
Enterokolitis nekrosis
Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau
displasia bronkkopulmoner)
Aritmia
Gagal tumbuh
(Betz & Sowden, 2002 ; 376-377, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236)
2.8 Pengobatan
Medikamentosa
Tidak diperlukan pembatasan aktivitas tanpa adanya hipertensi pulmonal.
Indometasin tidak efektif untuk menutup PDA pada bayi aterm.
Dipertimbangkan pemberian profilaksis SBE pada PDA besar.
Invasif
Penutupan PDA melalui kateterisasi dapat dipertimbangkan. Penggunaan stainless
coil untuk menutup PDA diindikasikan untuk diameter < 2,5 mm dengan residual
shunt rate 5 - 10%. Komplikasi tindakan ini adalah leakage, emboli coil ke perifer,
hemolisis, stenosis LPA, oklusi femoralis
Bedah
Tindakan bedah adalah ligasi atau divisi PDA melalui torakotomi kiri.
Angka mortalitas < 1 %
Kontraindikasi bedah adalah sudah terjadi PVOD
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah duktus arteriosus yang tetap terbuka.
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang
menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut
menutup secara fungsional 10 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum
arteriosum pada usia 2 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten
(Persistent Ductus Arteriosus : PDA). (Buku ajar kardiologi FKUI, 2001 ; 227)
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang
menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan
mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah.
(Suriadi, Rita Yuliani, 2001; 235)
Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir,
yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam
arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375). Duktus arteriosus adalah
suatu pembuluh darah yang menghubungkan aorta(pembuluh arteri besar yang mengangkut
darah ke seluruh tubuh) dengan arteri pulmonalis (arteri yang membawa darah ke paru-paru),
yang merupakan bagian dari peredaran darah yang normal pada janin.
Duktus arteriosus memungkinkan darah untuk tidak melewati paru-paru. Pada janin,
fungsi ini penting karena janin tidak menghirup udara sehingga darah janin tidak perlu beredar
melewati paru-paru agar mengandung banyak oksigen. Janin menerima oksigen dan zat makanan
dari plasenta (ari-ari). Tetapi pada saat lahir, ketika bayi mulai bernafas, duktus arteriosus akan
menutup karena darah harus mengalir ke paru-paru agar mengandung banyak oksigen. Pada 95%
bayi baru lahir, penutupan duktus terjadi dalam waktu 48-72 jam.
ETIOLOGI
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi
ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian
penyakit jantung bawaan :
1. Faktor Prenatal :
1. Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
2. Ibu alkoholisme.
3. Umur ibu lebih dari 40 tahun.
4. Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
5. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
2. Faktor Genetik :
1. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
2. Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
3. Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
4. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain. (Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat
Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109)
Duktus arteriosus adalah suatu pembuluh darah yang dilapisi oleh otot dan memiliki
fungsi khusus. Jika kadar oksigen di dalam darah meningkat (biasanya terjadi segera setelah bayi
lahir),
otot
ini
akan
mengkerut
sehingga
duktus
menutup.
Pada saat duktus menutup, darah dari jantung bagian kanan hanya mengalir ke paru-paru (seperti
yang terjadi pada orang dewasa).
Pada beberapa anak, duktus tidak menutup atau hanya menutup sebagian. Hal ini terjadi
karena tidak adanya sensor oksigen yang normal pada otot duktus atau karena kelemahan pada
otot duktus. Adapun faktor resiko terjadinya PDA adalah prematuritas dan sindroma gawat
pernafasan.
PDA mungkin terjadi :
Herediter- Infeksi rubela pada trimester pertama kehamilan
Rendahnya 02 (asfiksia, RDS, distres janin, di daerah dataran tinggi).
PREVALENSI
Prevalensi sekitar 5-10% dari semua CHD. Diperkirakan insidens dari PDA sebesar 1
dari 2000 kelahiran normal, dan insidens pada bayi perempuan 2 x lebih banyak dari bayi lakilaki. Sedangkan pada bayi prematur diperkirakan sebesar 15 %.
Kelainan ini bisa terjadi baik pada bayi prematur maupun pada bayi cukup umur, dan
ditemukan
pada
1
diantara
2500-5000
bayi.
Biasanya gejalanya ringan, tetapi akan semakin berat jika tidak diobati/diperbaiki pada usia 2
tahun.
PATOFISIOLOGI
Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan aliran darah pulmonal ke aliran
darah sistemik dalam masa kehamilan (fetus). Hubungan ini (shunt) ini diperlukan oleh karena sistem
respirasi fetus yang belum bekerja di dalam masa kehamilan tersebut. Aliran darah balik fetus akan
bercampur dengan aliran darah bersih dari ibu (melalui vena umbilikalis) kemudian masuk ke dalam
atrium kanan dan kemudian dipompa oleh ventrikel kanan kembali ke aliran sistemik melalui duktus
arteriosus. Normalnya duktus arteriosus berasal dari arteri pulmonalis utama (atau arteri pulmonalis kiri)
dan berakhir pada bagian superior dari aorta desendens, 2-10 mm distal dari percabangan arteri
subklavia kiri.
Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos (tunika media) yang tersusun
spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat serat-serat elastin yang membentuk lapisan yang berfragmen,
berbeda dengan aorta yang memiliki lapisan elastin yang tebal dan tersusun rapat (unfragmented). Selsel otot polos pada duktus arteriosus sensitif terhadap mediator vasodilator prostaglandin dan
vasokonstriktor (pO2).
Setelah persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis yang dimulai segera setelah eliminasi
plasenta dari neonatus. Adanya perubahan tekanan, sirkulasi dan meningkatnya pO2 akan menyebabkan
penutupan spontan duktus arteriosus dalam waktu 2 minggu. Duktus arteriosus yang persisten (PDA)
akan mengakibatkan pirai (shunt) L-R yang kemudian dapat menyebabkan hipertensi pulmonal dan
sianosis.
Besarnya pirai (shunt) ditentukan oleh diameter, panjang PDA serta tahanan vaskuler paru (PVR)
MANIFESTASI KLINIS
Jika duktus tetap terbuka, darah yang seharusnya mengalir ke seluruh tubuh akan kembali
ke paru-paru sehingga memenuhi pembuluh paru-paru. Jumlah darah tambahan yang sampai ke
paru-paru tergantung kepada ukuran PDA. Jika PDA sangat kecil, maka darah yang melewati
PDA hanya sedikit. Pada keadaan ini, anak tidak memiliki gejala sama sekali dan tampak baikbaik saja.
PDA
yang
kecil
dapat
diketahui
jika
pada
pemeriksaan
dengan stetoskopterdengar murmur (suatu bunyi jantung ekstra yang terderngar jika darah
menyembur melalui lubang yang sempit). Semakin kecil lubangnya, maka semakin sedikit darah
yang mengalir dan semakin halus bunyi murmur yang terdengar.
Jika PDA memiliki lubang yang besar, maka darah dalam jumlah yang besar akan
membanjiri paru-paru. Anak tampak sakit, dengan gejala berupa:
- tidak mau menyusu
- berat badannya tidak bertambah
- berkeringat
- kesulitan dalam bernafas
- denyut jantung yang cepat.
Timbulnya gejala tersebut menunjukkan telah terjadinya gagal jantung kongestif, yang
seringkali terjadi pada bayi prematur. Anak dengan PDA yang kecil tidak memiliki resiko
menderita gagal jantung kongestif, tetapi tetap memiliki resiko terjadinya endokarditis.
Endokarditis adalah infeksi pada jantung, katup jantung maupun pembuluh darah jantung.
Infeksi ini bisa berakibat fatal dan dapat menyebabkan kematian, stroke serta kelainan fungsi
jantung.
Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-masalah lain yang
berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas). Tanda-tanda kelebihan beban
ventrikel tidak terlihat selama 4 6 jam sesudah lahir. Bayi dengan PDA kecil mungkin
asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan tanda-tanda gagal jantung
kongestif (CHF)
Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung
Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata terdengar di tepi
sternum kiri atas)
Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-loncat, Tekanan nadi
yang lebar (lebih dari 25 mm Hg)
Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik
Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.
Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah
Apnea
Tachypnea
Nasal flaring
Retraksi dada
Hipoksemia
DAFTAR PUSTAKA
1. Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 6 Volume 1 dan 2. Jakarta: EGC
2. Sadler, T.W. 2006. Embriologi Kedokteran Langman Edisi 7. Jakarta : EGC
3. Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC
Tidak biru
Takipnea, takikardia
Berkeringat
Hati membesar
Infeksi saluran pernafasan bagian bawah berulang.
DIAGNOSIS
Diagnosis PDA didasarkan atas pemeriksaan klinis, disokong oleh beberapa
pemeriksaan:
EKG : hipertrofi ventrikel kiri. PDA kecil tidak ada perubahan EKG
Venous Hum
Trunkus Arteriosus
Aortico-pulmonary window
PENATALAKSANAAN
Penutupan spontan patent ductus arteriosus (PDA) adalah hal umum yang
bisa terjadi. Jika terdapat gangguan pernapasan yang signifikan
ataugangguan pengiriman oksigen sistemik , terapi harus lebih dicermati.
Ligasi Bedah
Ligasi bedah atau ligasi bedah dan pembagian tetap pengobatan standar
paten besar ductus arteriosus (PDA) yang memerlukan perawatan pada masa
bayi. Prosedur ini berisiko rendah di tangan seorang ahli bedah kardiovaskular
yang berpengalaman . Hal ini berlaku bahkan dalam bayi prematur terkecil.
Diagram yang menggambarkan ligasi paten ductusDiagram menggambarkan
ligasi patent ductus arteriosus.
Ligasi (dengan atau tanpa pembagian paten ductus arteriosus [PDA]) tanpa
cardiopulmonary bypass dapat dilakukan melalui torakotomi posterolateral kiri.
Indikasi
Kontraindikasi
Komplikasi
Komplikasi ligasi bedah sebagian besar terkait dengan torakotomi kiri lateral.
Morbiditas dan mortalitas bedah dapat diabaikan, dan komplikasi pasca operasi
dini berhubungan dengan komplikasi lain prematuritas. Namun, kemungkinan
cedera pada aorta, arteri paru, dan struktur lainnya harus diperhatikan.
Hasil dari penelitian terhadap 125 bayi prematur menemukan bahwa
sementara ligasi PDA ditoleransi dengan baik secara keseluruhan, risiko tinggi
cacat neurologis atau kematian dari displasia bronkopulmonalis pada 1 tahun
dicatat. Peningkatan mortalitas pada 1 tahun juga dikaitkan dengan
peningkatan pra operasi pecahan oksigen inspirasi (FiO2) dan kurangnya
pengobatan sebelumnya dengan inhibitor siklooksigenase.
Terapi medikamentosa
Indikasi terapi :
Indomethasin 0,2 mg/kg/dosis p.o atau i.v. 1x sehari selama 3 hari berturutturut
Ibuprofen 10 mg/kg/dosis p.o.1 x sehari selama 3 hari berturut-turut. Syarat
pemberian Indomethasin/ibuprofen : trombosit cukup,tidak ada perdarahan
gastrointestinal atau tempat lain, fungsi ginjal normal.
Penggunaan obat di patent ductus arteriosus (PDA) didasarkan
pada status klinis pasien.
Dengan adanya gejala overcirculation paru atau hipertensi paru berhubungan
dengan patent ductusarteriosus (PDA), menutup lesi biasanya paling
dianjurkan, karena itu, terapi anticongestive tidak dibahas.
Prostaglandin dimanfaatkan untuk menjaga patensi duktus
arteriosus sampai ligasi bedah dilakukan.Ketika ligasi bedah tidak
diindikasikan, inhibitor prostaglandin (misalnya, obat
antiinflamasi nonsteroid[NSAID]) digunakan untuk menutup ductus arteriosus.
Intravena (IV) indometasin atau ibuprofen IV digunakan untuk
mengobati patent ductus arteriosus(PDA) pada neonatus dan bayi
prematur. Dosis yang digunakan untuk ibuprofen adalah 10 mg / kg bolusdiikuti
dengan 5 mg / kg / hari selama 2 hari tambahan. (IV ibuprofen menjadi
tersedia di Amerika Serikatpada Juni 2009.)
Ibuprofen awalnya diperkirakan memiliki efek yang
kurang merugikan, seperti insiden
penurunanoliguria, gastrointestinal (GI) toksisitas, dan hipoperfusi serebral. Pen
ggunaan ibuprofen telah terbuktimeningkatkan kejadian hipertensi paru
dan penyakit paru-paru kronis.
Sebuah tinjauan Cochrane Database menunjukkan tidak ada
perbedaan signifikan secara statistikdalam penutupan antara ibuprofen
dan indometasin. Sebuah keputusan untuk menggunakan satu obatversus
lain harus didasarkan pada presentasi bayi dan komorbiditas.
Sebuah artikel Database Cochrane serupa yang tampak pada pengobatan
awal gejala patent ductusarteriosus (PDA) pada bayi prematur menunjukkan
tidak ada perbedaan dalam risiko atau manfaat dari
operasi versus penggunaan inhibitor siklooksigenase.
Dalam penelitian prospektif, acak, terkontrol, Attridge dkk menemukan
bahwa pasien diberikanbpeptida natriuretik tipe (BNP) menerima
dosis indometasin primer lebih sedikit dibandingkan dengan mereka
yang tidak dipandu oleh konsentrasi BNP. Toksisitas ginjal terkait
dengan indometasin, danpengurangan dosis dipandu oleh BNP dapat
mengurangi risiko ini
KOMPLIKASI
Meskipun laporan jarang ada rekanalisasi dan kambuhnya shunt kirikekanan setelah patent ductusarteriosus (PDA) ligasi, risikonya sangat
rendah. Jika patent ductus arteriosus (PDA) telah
ditutup olehteknik radiologis intervensional, mendapatkan tindak
lanjut echocardiography Echocardiograms 2-3minggu setelah prosedur ini
sampai penutupan lengkap dikonfirmasi adalah bijaksana.
Referensi
Moore P, Brook MM, Heyman MA. Patent Ductus Arteriosus. Dalam : Allen HD,
Gutgesell HP, Clark EB, Driscoll DJ. Ed. Moss and AdamsHeart Disease In
Infants, Children, and Adolescents Including The Fetus and Young Adult. Edisi
ke-6. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins, 2001. h. 652-669.
Kaemmerer H, Meisner H, Hess J, Perloff JK. Surgical treatment of patent
ductus arteriosus: a new historical perspective. Am J Cardiol. Nov 1
2004;94(9):1153-4.
Cassels DE, Bharati S, Lev M. The natural history of the ductus arteriosus in
association with other congenital heart defects. Perspect Biol Med. Summer
1975;18(4):541-72.
Cond M, Evans N, Bell R, Kluckow M. Echocardiographic assessment of
ductal significance: retrospective comparison of two methods. Arch Dis Child
Fetal Neonatal Ed. Jan 2012;97(1):F35-8
Wilson W, Taubert KA, Gewitz M, et al. Prevention of infective endocarditis:
guidelines from the American Heart Association: a guideline from the American
Heart Association Rheumatic Fever, Endocarditis, and Kawasaki Disease
Committee, Council on Cardiovascular Disease in the Young, and the Council on
Clinical Cardiology, Council on Cardiovascular Surgery and Anesthesia, and the
Quality of Care and Outcomes Research Interdisciplinary Working
Group. Circulation. Oct 9 2007;116(15):1736-54
Vanhaesebrouck S, Zonnenberg I, Vandervoort P, et al. Conservative
treatment for patent ductus arteriosus in the preterm. Arch Dis Child Fetal
Neonatal Ed. Jul 2007;92(4):F244-7.
Chen Z, Chen L, Wu L. Transcatheter amplatzer occlusion and surgical closure
of patent ductus arteriosus: comparison of effectiveness and costs in a lowincome country. Pediatr Cardiol. Aug 2009;30(6):781-5