Professional Documents
Culture Documents
Home
Disclaimer
CONTACT US
untuk kejelasan Dalam prakteknya keperawatan gerontik meliputi peran dan fungsinya sebagai
berikut:
1. Sebagai Care Giver/ pemberi asuhan langsung Sebagai pelaku/pemberi asuhan keperawatan,
perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada
klien, menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi : melakukan pengkajian
dalam upaya mengumpulkan data dan informasi yang benar, menegakkan diagnosa keperawatan
berdasarkan hasil analisis data, merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi
masalah yang muncul dan membuat langkah/cara pemecahan masalah, melaksanakan tindakan
keperawatan sesuai dengan rencana yang ada dan melakukan evaluasi berdasarkan respon klien
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Sebagai pemberi asuhan keperawatan,
perawat membantu klien mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan.
Proses penyembuhan lebih dari sekedar sembuh dari penyakit tertentu, sekalipun pemberi
ketrampilan tindakan yang meningkatkan kesehatan fisik merupakan hal yang penting bagi
pemberi asuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan klien secara holistik, meliputi
gaya mengembalikan kesehatan emosi, spiritual dan sosial. Pemberi asuhan memberikan bantuan
bagi klien dan keluarga dalam menetapkan tujuan dan mencapai tujuan tersebut dengan
menggunakan energi dan waktu yang minimal.
2. Sebagai Pendidik klien lansia Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien meningkatkan
kesehatannya melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan
medik yang diterima sehingga klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal
yang diketahuinya. Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan pendidikan kesehatan
kepada klien lansia yang beresiko tinggi, kader kesehatan, dan lain sebagainya. Perawat
menjalankan peran sebagai pendidik ketika klien, keluarga atau kelompok masyarakat dianggap
memerlukan pengajaran. Hubungan pengajar - orang yang belajar adalah tingkatan lebih lanjut
dari hubungan pertolongan perawatan. Di dalam hubungan saling ketergantungan ini akan
terbangun suatu kepercayaan. Perawat membangun rasa percaya tersebut dengan berbagi
pandangan objektif klien. Peran ini, dapat dalam bentuk penyuluhan kesehatan, maupun bentuk
desiminasi ilmu kepada klien
3. Sebagai komunikasi ( comunicator ) Setiap perawat yang berkeinginan menjadi perawat yang
memberikan perawatan secara efektif, hal pertama yang harus dipelajari adalah cara
berkomunikasi. Komunikasi yang baik menjadikan perawat mengetahui tentang klien mereka
yang akhirnya mampu mendiagnosa dan menemukan hal - hal yang mereka butuhkan selama
proses perawatan.
4. Sebagai pemberi bimbingan/konseling klien (Counselor) Tugas utama perawat adalah
mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat-sakitnya. Adanya pola
interaksi ini merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan
adaptasinya. Memberikan konseling/bimbingan kepada klien, keluarga dan masyarakat tentang
masalah kesehatan sesuai prioritas. Konseling diberikan kepada individu/keluarga dalam
mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu, pemecahan masalah
difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup kearah perilaku hidup sehat.
5. Sebagai koordinator agar dapat memanfaatkan sumber-sumber potensi klien (Coordinator)
Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang ada, baik materi maupun
kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi yang terlewatkan maupun
tumpang tindih. Dalam menjalankan peran sebagai koordinator, perawat dapat melakukan hal-hal
sebagai berikut : a. Mengkoordinasi seluruh pelayanan keperawatan b. Mengatur tenaga
keperawatan yang akan bertugas c. Mengembangkan sistem pelayanan keperawatan d.
Memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan pelayanan keperawatan pada sarana
kesehatan. 6. Rehabilitator Rehabilitasi merupakan proses dimana individu kembali ke tingkat
fungsi maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan
lainnya. Seringkali klien mengalami gangguan fisik dan emosi yang mengubah kehidupan
mereka dan perawat membantu klien beradaptasi semaksimal mungkin dengan keadaan tersebut.
Rentang aktivitas rehabilitatif dan restoratif mulai dari mengajar klien berjalan dengan
menggunakan kruk sampai membantu klien berjalan dengan menggunakan kruk sampai
membantu klien mengatasi perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan penyakit kronis.
7. Pembuat keputusan klinik ( Collabolator ) Untuk memberikan perawatan yang efektif, perawat
menggunakan keahliannya berpikir secara kritis melalui proses keperawatan. Perawat membuat
keputusan ini sendiri atau berkolaborasi dengan klien dan keluarga. Dalam setiap situasi seperti
ini, perawat bekerja sama dan berkonsultasi dengan pemberi perawatan kesehatan profesional
lainnya ( Keeling dan Ramos, 1995 )
8. Sebagai Caring Tanggung-jawab etis seorang perawat secara umum telah diuraikan dalam
kaitannya dengan caring dan perlindungan. Reverby melacak sejarah keperawatan Amerika pada
awal abad ke-19. Selama waktu tersebut, hampir tiap-tiap perempuan menghabiskan sebagian
dari hidupnya untuk memperhatikan macam-macam penyakit dan kelemahan teman-teman dan
sanak keluarga. Pada saat keperawatan dikenal sebagai suatu pekerjaan professional dan tempat
dalam merawat dipindahkan dari rumah sakit, tugas merawat ditafsirkan berarti ketaatan
terhadap perintah dokter. Menurut Reverby, caring keperawatan baru-baru ini telah mengalami
suatu perubahan bentuk. Berbeda dari sebelumnya, sekarang akan ditemui perawat menuntut hak
untuk menentukan bagaimana tugas merawat didapatkan. Sekarang perawat menginginkan suatu
model caring yang menyertakan hak-hak terhadap otonomi dengan nilai-nilai ideal tradisional
mengenai hubungan dan azas mengutamakan orang lain. Pakar teori ilmu perawatan modern
yang melanjutkan untuk mengidentifikasi caring sebagai hal yang utama untuk merawat juga
menekankan bahwa teori ilmu keperawatan itu harus dibangun dari praktek keperawatan
dibandingkan dengan gambaran ideal dalam keperawatan. Benner dan Wrubel sebagai contoh,
mengembangkan penafsiran teori caring keperawatan dari pengamatan empiris dalam praktik
keperawatan. Mereka mendefenisikan caring sebagai suatu perhatian kepada orang lain,
peristiwa, pekerjaan, dan hal-hal lain. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa caring
memungkinkan untuk keperawatan karena memadukan pemikiran, perasaaan, dan tindakan serta
memberikan arah dan motivasi untuk perawat. Swanson juga mengemukan suatu model induktif
caring.
Menurut model ini, caring memberikan bantuan dengan suatu cara yang memelihara martabat
manusia, mempertahankan kemanusiaan, dan menghindari penurunan status moral seseorang.
Caring, menurut Swanson, melibatkan lima komponen:
a. Mengetahui atau berusaha keras untuk memahami suatu peristiwa sebagai sesuatu yang yang
mempunyai arti dalam hidup orang lain
b. Mendukung atau menunjukan keberadaan secara emosional kepada yang lain
c. Mengurus atau melakukan sehingga orang lain akan melakukan untuk dirinya jika itu
mungkin
d. Memungkinkan atau memudahkan orang lain melalui pergantian hidup dan peristiwa yang
lazim
e. Mempertahankan kepercayaan yang mengisyaratkan kepercayaan dalam kapasitas lain untuk
melalui suatu pergantian atau peristiwa untuk menghadapi masa depan yang terpenuhi.
Walaupun sebagai keperawatan sering dihubungkan dengan fungsi pelayanan, baik dokter
maupun perawat peduli tentang dan untuk pasien dan caring adalah pusat tujuan pelayanan
kesehatan yang etis. Selain itu, karena keterampilan untuk perawat secara medis dan secara
teknis lompleks. Praktek keperawatan telah meningkat dari keperawatan domestik yang lebih
sederhana di dalam rumah menjadi pembedahan dan anastesi didalam unit perawatan intensif
(UFI) yang modern. Akhirnya, caring dan tidak hanya meliputi membantu orang lain, tapi juga
menahan diri dari mengunakan berbagai bentuk terapi dan pengobatan.
9. Sebagai Advokasi Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien
dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien
dan klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan
dengan pendekatan tradisional maupun profesional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan
perawat bertindak sebagai narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan
terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai
advokat (pembela klien) perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan
masyarakat dalam pelayanan keperawatan. Bertentangan dengan beberapa ahli yang memandang
caring sebagai pusat keperawatan. Anas membantah bahwa suatu kiasan baru mengenai
keprawatan sebagai advokasi harus menggantikan model tradisional sedangkan model
keperawatan menekankan tanggapan untuk memberikan respon terhadap rasa sakit dan
penderitaan, advokasi, menekankan rasa hormat pada pasien dan mempertahankan hak hukum
pasien. Pada model ini, perawat secara ideal memiliki pengetahuan tentang hak-hak pasien dan
bersiap untuk meredam perselisihan dengan maksud untuk perlindungan dan melindungi pasien
terhadap penyalahgunaan hak-hak. Secara khusus, hak-hak yang harus dilindungi oleh perawat
meliputi hal-hal yang dilindungi oleh perawat meliputi hal-hal yang termaksud dalam American
hospital Ascociation Bill of Right yang dinyatakan pada tahun 1973 .
Hak hak pasien :
a. Pasien mempunyai hak untuk mendapat perhatian dan pelayanan yang terhormat.
b. Pasien mempunyai hak untuk memperoleh informasi yang lengkap yang berdasarkan hasil
diagnosis, pengobatan dan prognosis dari dokternya sehingga pasien paham
c. Pasien mempunyai hak untuk menerima informasi yang diperlukan dari dokternya untuk
persetujuan tindakan sebelum memulai segala prosedur dan pengobatan. d. Pasien mempunyai
hak untuk menolak perawatan yang diberikan secara hukum dan untuk diberitahukan
konsekuensi medis dari tindakan tersebut.
e. Pasien mempunyai hak untuk setiap pertimbangan privasinya mengenai program perawatan
medik sendiri f. Pasien mempunyai hak untuk mengharapkan bahwa semua percakapan dan
catatan yang menyangkut perawatan dirinya harus di jaga kerahasiannya.
g. Pasien mempunyai hak untuk mengharapkan bahwa pihak rumah sakit di dalam kapasitasnya
mampu memberikan tanggapan yang beralasan terhadap permintaan pasien untuk jasa pelayan
yang diperlukan.
h. Pasien mempunyai hak untuk memperoleh informasi seperti hubungn rumah sakit terhadap
pelayanan kesehatan lain dan instusi pendidikan sepanjang perawatan nya diperhatikan
i. Pasien mempunyai hak untuk di berikan pertimbangan jika rumah sakit mengusulkan untuk
mengikut sertakan dalam percobaan manusia yang mempengaruhi perawatan atau pengbatan.
j. Pasien mempunyai hak untuk mengharapkan perawatan yang berkesinambungan.
k. Pasien mempunyai hak untuk memeriksa dan menerima suatu penjelasan secara terperinci
mengnai jumlah tagihan rekening yang harus di bayar.
l. Pasien mempunyai hak untuk mengatahui peraturan rumah sakit yang berlaku berkaitan
dengan kedudukannya sebagai seorang pasien.
Sesuai dengan model perawat sebagai advokat pasien, terdapat revisi dalam international Council
of Nurses Code of Etic yang menekankan tanggunag jawab perawat yang utama kepada orang
yang memerlukan asuhan keperawatan. Pengkajian terbaru mengenai advokasi perawatan untuk
masa sekarang lebih dikosentrasikan terhadap kebutuhan untuk meninjau kembali status hukum
untuk mendukung advokasi perawat dan kebutuhan untuk memperluas pendidikan yang
memungkinkan perawat untuk menyelesaikan suatu peran advokasi yang lebih efektif.
Pengkajian lainnya, membantah bahwa advokasi itu harus ditafsirkan dalam arti untuk membantu
orang lain untuk melatih kebebasan untuk benar-benar menentukan nasibnya sendiri.
Maka dapat dipahami advokasi berbeda dari kedua-duanya baik praktek paternalisti yang
membantasi kebebasan individu maupun dari perlindungan konsumen, yang menyiratkan nasehat
hanya secara teknis untuk memberikan informasi yang diperlukan untuk pemilihan pasien
diantara berbagai macam tindakan yang tersedia.
Tugas perawat antaralain :
1) Tugas Perawat dalam Teori Biologi Perawatan yang memperhatikan kesehatan objektif,
kebutuhan, kejadian- kejadian yang dialami klien lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada
organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dikembangkan, penyakit yang dapat
dicegah atau ditekan progresifitasnya. Perawatan fisik secara umum bagi klien lansia dapat
dibagi atas 2 bagian yakni :
a. Klien lansia yang masih aktif, dimana keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan
orang lain sehingga untuk kebutuhannnya sehari - hari masih mampu melakukan sendiri.
b. Klien lansia yang pasif atau tidak dapat bangun, dimana keadaan fisiknya mengalami
kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia ini terutama hal hal yang berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya.
Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya penyakit/peradangan
mengingat umber infeksi dapat timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian. Disamping itu
kemunduran kondisi fidik akibat proses penuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap
gangguan atau serangan infeksi dari luar. Untuk klien lansia yang aktif dapat diberikan
bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan kuku
dan rambut, kebersihan temopat tidur serta posisinya, hal makan, cara memakan obat, dan cara
pindah dari tempat tidur ke kursi atau Komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah
memperhatikandan membantu para klien lansia untuk bernafas dengan lancar, makan (termasuk
memilih dan menentukan makanan), minum melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tutbuh
waktu berjalan, duduk, merubah posisitiduran, beristrahat, kebersihan tubuh, memakai dan
menukar pakaian, mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dari kecelakaan.
2) Tugas Perawat Dalam Teori Sosial Perawat sebaiknya memfasilitasi sosialisasi antar lansia
dengan mengadakan diskusi dan tukar pikiran serta bercerita sebagai salah satu upaya
pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama berarti menciptakan
sosialisasi antar manusia, yang menjadi pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya
adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain. Hubungan yang tercipta adalah hubungan
sosial antara werda dengan werda maupun werda dengan perawat sendiri. Perawat memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada para werda untuk mengadakan komunikasi, melakukan
rekreasi seperti jalan pagi, menonton film atau hiburan-hiburan lain karena mereka perlu
diransang untuk mengetahui dunia luar. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam
perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan
atau ketenangan para klien lansia. Menurut Drs H. Mannan dalam bukunya Komunikasi dalam
Perawatan mengatakan : tidak sedikit klien tidak bisa tidur karena stres. Stres memikirkan
penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang dirumah, sehingga menimbulkan kekecewaan, rasa
ketakutan atau kekhawatiran, rasa kecemasan dan sebagainya. Untuk menghilangkan rasa jemu
dan menimbulkan perhatian terhadap sekelilingnya perlu diberikan kesempatan kepada mereka
untuk antara lain ikut menikmati keadaan diluar, agar mereka merasa masih ada hubungan
dengan dunia luar. Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian diantara mereka (terutama
bagi yang tinggal di panti werda ), hal ini dapat diatasi dengan berbagai usaha, antara lain selalu
mengadakan kontak sesama mereka, makan dan duduk nbersama, menanamkan rasa kesatuan
dan persatuan, senasib dan sepenanggungan, mengenai hak dan kewajiban bersama. Dengan
demikian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun terhadap
petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan klien lansia di panti werda.
3) Tugas Perawat dalam Teori Psikologi Perawat mempunyai peranan penting untuk
mengadakan pendekatan edukatif pada klien lansia, perawat dapat berperan sebagai supporter,
interpreter terhadap segala sesuatu yang asing sebagai penampung rahasia yang pribadi dan
sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiki kesabaran dan ketelitian dalam
memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk
keluhan agar mereka merasa puas. Pada dasarnya klien lansia membutuhkan rasa aman dan cinta
kasih dari lingkungannya termasuk perawat yang memberikan perawatan. Untuk itu perawat
harus menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan
dalam batas kemampuan dan hobby yang dimilikinya.
Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien lansia dalam memecahkan dan
mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa keterbatasan, sebagai akibat dari
ketidakmampuan fisik dan kelainan yang dideritanya, hal ini perlu dilakukan karena : perubahan
psikologi Tanggung jawab Perawat Gerontik
a) Membantu klien lansia memperoleh kesehatan secara optimal
b) Membantu klien lansia untuk memelihara kesehatannya
c) Membantu klien lansia menerima kondisinya d) Membantu klien lansia menghadapi ajal
dengan diperlakukan secara manusiawi sampai dengan meninggal.
e) Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut dengan
jalan perawatan dan pencegahan
f) Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semanagt hidup klien usia
lanjut
g) Menolong dan merawat klien usia lanjut yang menderita penyakit atau mengalami gangguan
tertentu (kronis maupun akut)
h) Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu
penyakit / gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu
petolongan (memelihara kemandirian secara maksimal)
D. Sifat pelayanan keperawatan gerontik
1. Independent (layanan tidak tergantung pada profesi lain/mandiri) Merupakan fungsi mandiri
dan tidak tergantung pada orang lain,di mana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan
secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi
kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologi (pemenuhan kebutuhan
oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit,pemenuhan kebutuhan nutrisi,
pemenuhan kebutuhan aktivitas dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan
kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan
aktualisasi diri. Independent/ mandiri artinya asuhan keperawatan dilakukan secara mandiri oleh
profesi Keperawatan dalam membantu lanjut usia dalam pemenuhan kebutuhan dasar lanjut usia
Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan
mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang
dapat memberikan otonomi pada dirinya.
2. Interdependent Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan
di antara tim satu dengan lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan
membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan
keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi
dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainnya, seperti dokter dalam
memberikan tindakan pengobatan bekerja sama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat
yang telah diberikan. Independent atau kolaboratif artinya saling menunjang dengan disiplin lain
dalam mengatasi masalah kesehatan lanjut usia.
3. Humanistik (secara manusiawi) Humanistik artinya didasarkan nilai-nilai kemanusiaan dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap lansia. Orang humanis meyakini kebaikan dan nilainilai manusia sebagai suatu komitmen dalam bekerja untuk kemanusiaan. Contoh perilaku yang
manusiawai adalah empati, simpati, terharu, dan menghargai kehidupan. Humanisme ini
mendapat tempat yang khusus dalam keperawatan. Dalam keperawatan, humanisme merupakan
suatu sikap dan pendekatan yang memperlakukan pasien sebagai manusia yang mempunyai
kebutuhan lebih dari sekedar nomor tempat tidur atau sebagai seorang berpenyakit tertentu.
perawat yang menggunakan pendekatan humanistik dalam prakteknya memperhitungkan semua
yang diketahuinya tentang pasien yang meliputi pikiran, perasaan, nilai-nilai, pengalaman,
kesukaan, dan bahasa tubuh. Pendekatan humanistik ini adalah aspek keperawatan tradisional
dari caring, yang diwujud nyatakan dalam pengertian dan tindakan. Pengertian membutuhkan
kemampuan mendengarkan orang lain secara aktif dan arif serta menerima perasaan-perasaan
orang lain. Prasyarat bertindak adalah mampu bereaksi terhadap kebutuhan orang lain dengan
keikhlasan, kehangatan untuk meningkatkan kesejahteraan yang optimal.
4. Holistik (secara keseluruhan) Holistik lanjut usia merupakan bagian masyarakat dan keluarga
sehingga asuhan keperawatan gerontik harus memperhatikan aspek sosial budaya keluarga dan
masyarakat. Holistik merupakan salah satu konsep yang mendasari tindakan keperawatan yang
meliputi dimensi fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan spiritual. Dimensi tersebut merupakan
suatu kesatuan yang utuh. Apabila satu dimensi terganggu akan mempengaruhi dimensi lainnya.
Holistik terkait dengan kesejahteraan (Wellnes). Untuk mencapai kesejahteraan terdapat lima
dimensi yang saling mempengaruhi yaitu: fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual.
Untuk mencapai kesejahteraan tersebut, salah satu aspek yang harus dimiliki individu adalah
kemampuan beradaptasi terhadap stimulus.
Teori adaptasi Sister Callista Roy dapat digunakan. Teori ini menggunakan pendekatan yang
dinamis, di mana peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dengan memfasilitasi
kemampuan klien untuk melakukan adaptasi dalam menghadapi perubahan kebutuhan dasarnya.
Tindakan direncanakan dengan tujuan mengubah stimulus dan difokuskan pada kemampuan
individu dalam beradaptasi terhadap stimulus. Sedangkan evaluasi yang dilakukan dengan
melihat kemampuan klien dalam beradaptasi dan mencegah timbulnya kembali masalah yang
pernah dialami.
Kemampuan adaptasi ini meliputi seluruh aspek baik biologis, psikologis maupun sosial
(holistik). Sebagai pemberi asuhan keperawatan, konsep holistik dan adaptasi ini merupakan
konsep yang harus di pahami oleh perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang
berkualitas kepada klien.
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook
Categories: Gerontik
Newer Post Older Post Home
0 comments:
Post a Comment
Subscribe to: Post Comments (Atom)
Popular
Tags
Archives
Inflamasi
Hati- Hati
STRUKTUR KELUARGA
Followers
Labels
Askep Jiwa
Askep Keluarga
Askep Komunitas
Gerontik
Hidup sehat
Imunologi
Integumen
Lain-Lain
Manajemen
Obsgyn
Penyakit Orthopedy
THT
Blog Archive
2015 (1)
2014 (15)
2012 (80)
o October (4)
o July (46)
KEMOKIN
Pengukuran Antropometri
KELAINAN PIGMENTASI
Anatomi Integumen
KONSEP DASAR KB
MeningitiS
KB
SINDROM STEVEN
TEORI ACTIVITY
Keluarga
FUNGSI KELUARGA
STRUKTUR KELUARGA
KEBENARAN ILMIAH
LP MENARIK DIRI
LP HALUSINASI
Komunikasi Teraupetik
o March (9)
o January (21)
2011 (18)
Total Pageviews
189,649
Ns.Tursino.Skep. Powered by Blogger.
Categories
o Askep Jiwa
o Askep Keluarga
o Askep Komunitas
o Gerontik
o Hidup sehat
o Imunologi
o Integumen
o Lain-Lain
o Manajemen
o Obsgyn
o Penyakit Orthopedy
o THT
Contact Form
Name
Email *
Message *
About Me
Rumah Idaman
View my complete profile
Copyright 2012 Asuhan Keperawatan | Powered by Blogger
Design by Web2feel | Blogger Template by NewBloggerThemes.com