You are on page 1of 7

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Asal Usul dan Sejarah Partai Politik


Ada tiga teori yang mencoba menjelaskan asal usul partai politik.
Pertama, teori kelembagaan yang melihat ada hubungan antara parlemen awal
dan timbulnya partai politik. Teori ini mengatakan partai politik dibentuk oleh
kalangan legislatif (dan eksekutif) karena ada kebutuhan para anggota
parlemen untuk mengadakan kontak dengan masyarakat dan membina
hubungan dengan masyarakat.
Kedua, teori situasi historik yang melihat timbulnya partai politik sebagai
upaya suatu sistem politik untuk mengatasi krisis yang ditimbulkan dengan
perubahan masyarakat secara luas. Krisis situasi historis terjadi manakala
suatu sistem politik mengalami masa transisi karena perubahan masyarakat
dari bentuk tradisional yang berstruktuk sederhana menjadi masyarakat
modern yang berstruktur kompleks. Perubahan-perubahan itu menimbulkan
tiga krisis, yakni legitimasi, integrasi, dan partisipasi. 1 Untuk mengatasi tiga
permasalahan inilah partai politik dibentuk.
Ketiga, teori pembangunan yang melihat partai politik sebagai produk
moderenisasi

sosial

ekonomi.

Moderenisasi

sosial

ekonomi

seperti

pembangunan teknologi komunikasi berupa media massa dan transportasi,


perluasan dan peningkatan pendidikan, industrialisasi, urbanisasi, perluasan
kekuasaan negara seperti birokratisasi, pembentukan berbagai kelompok
kepentingan dan organisasi profesi dan peningkatan kemampuan individu
yang memengaruhi lingkungan, melahirkan suatu kebutuhan akan suatu
organisasi politik yang mampu memadukan dan memperjuangkan berbagai
aspirasi tersebut. Jadi, partai politik merupakan produk logis dari modernisasi
sosial ekonomi.2
Sejarah partai politik sendiri yaitu partai politik pertama-tama lahir di
negara-negara Eropa Barat. Dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat
1

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta, PT Gramedia Widiasarana


Indonesia, 1992, hlm. 113
2

Ibid., hlm. 114

merupakan faktor yang perlu diperhitungkan serta diikutsertakan dalam proses


politik, maka partai politik telah lahir secara spontan dan berkembang menjadi
penghubung antara rakyat di saru pihak dan pemerintah di pihak lain.
Pada awal perkembangannya, pada akhir decade 18-an dii negara-negara
Barat seperti Inggris dan Prancis, kegiatan politik dipusatkan pasa kelompokkelompok politik dalam parlemen. Kegiatan ini mula-mula bersifat elitis dan
aristrokratis, mempertahankan kepentingan kaum bangsawan terhadap
tuntutan-tuntutan raja.
Dengan meluasnya hak pilih, kegiatan politik juga berkembang di luar
parlemen dengan terbentuknya panitia-panitia pemilihan yang mengatur
pengumpulan suara para pendukungnya menjelang masa pemilihan umum.
Oleh karena dirasa perlu memperoleh dukungan dari pelbagai golongan
masyarakat, kelompok-kelompok politik di parlemen lambat laun juga
berusaha mengembangkan organisasi massa. Maka pada akhir abad ke-19
lahirlah partai politik, yang pada masa selanjutnya berkembang menjadi
penghubung (link) antara rakyat di satu pihak pemerintah di pihak lain.3
2.2 Pengertian Partai Politik
Partai politik berangkat dari anggapan bahwa dengan membentuk wadah
organisasi mereka bisa menyatukan orang-orang yang mempunyai pikiran
serupa sehingga pikiran dan orientasi mereka bisa dikonsolidasikan. Dengan
begitu pengaruh mereka bisa lebih besar dalam pembuatan dan pelaksanaan
keputusan. 4
Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu
kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilainilai, dan cita-cita yang sama . Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh
kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik(biasanya) dengan cara
konstitusionaluntuk melaksanakan programnya.
Banyak sekali definisi mengenai partai politik yang dibuat oleh para
sarjana. Di bagian ini dipaparkan beberapa contoh definisi yang dibuat parah
ahli ilmu klasik dan kontemporer.
Sigmund Neuman dalam buku karyanya, Modern Political Parties,
mengemukakan partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik
3

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta, PT Gramedia Pustaka


Utama, 2008, hlm 398
4

Ibid., hlm. 403

yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut


dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan atau golongangolongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda.5
Soltau memberikan definisi partai politik sebagai kelompok warga negara
yang sedikit banya terorganisasikan, yang bertindak sebagai suatu kesatuan
politik dan dengan memanfaatkan kekuasaanya untuk memilih, bertujuan
untuk menguasai pemerintahan dan menjalankan kebijakan umum yang
mereka buat.
Carl Friedrich memberi batasan partai politik sebagai kelompok manusia
yang terorganisasi secara stabil dengan tujuan untuk merebut atau
mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan bagi pemimpin partainya,
dan berdasarkan kekuasaan itu akan memberikan kegunaan materiil dan idiil
kepada anggotanya.
Giovanni Sartori mengemukakan partai politik adalah suatu kelompok
politik yang mengikui pemilihan umum dan, melalui pemilihan umum itu
mampu menempatkan calon-calonnya untuk menduduki jabatan-jabatan
publik.
Ramlan Surbakti dalam bukunya Memahami Ilmu Politik menyebutkan
partai politik merupakan anggota yang terorganisasi secara rapi dan stabil
yang dipersatukan dan dimotivasi dengan ideologi tertentu, dan yang berusaha
mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan melalui
pemilihan umum guna melaksanakan alternative kebijakan umum yang
mereka susun.6
2.3 Fungsi dan Peran Partai Politik
Fungsi utama partai politik ialah mencari dan mempertahankan kekuasaan
guna mewujudkan program-program yang disusun berdasarkan ideologi
tertentu. Di negara demokrasi partai relatif dapat menjalankan fungsinya
sesuai harkat pada saat kelahirannya, yakni menjadi wahana bagi warga
negara untuk berpartisipasi dalam pengelolaan kehidupan bernegara dan
memperjuangkan

kepentingannya

di

hadapan

penguasa.

Berikut

ini

dikemukakan sejumlah fungsi partai politik.


5

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta, PT Gramedia Pustaka


Utama, 2008, hlm 404
6

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta, PT Gramedia Widiasarana


Indonesia, 1992, hlm. 116

Menurut David Easton, terdapat tiga proses yang menjadi saluran bagi
terselenggaranya sebuah sistem, yaitu input, proses dan output. demans dan
support sebagai input dari suatu sistem, sedang decisions atau policies adalah
output dari sistem politik itu sendiri. Teori ini kemudian dikembangkan oleh
Gabriel A. Almond yang menyatakan bahwa fungsi input dan output dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Fungsi-fungsi input terdiri atas:
1) Sosialisasi politik dan rekruitmen;
2) Artikulasi kepentingan;
3) Agregasi kepentingan;
4) Komunikasi politik;
b. Fungsi-fungsi output terdiri atas:
1) Pembuatan peraturan;
2) Penerapan peraturan
3) Ajudikasi peraturan
Apabila kita membaca penjelasan-penjelasan diatas, dan menelaahnya maka kita dapat menemukan ada banyak kesamaan antara fungsi
partai politik dan fungsi input dari sistem politk itu sendiri. Disinilah peran
partai politik pada fungsi-fungsi input tersebut.
2.3.1 Sebagai Sarana Sosialisasi Politik
Yang dimaksud dengan sosialisasi politik ialah proses
pembentukan sikap dan orientasi politik para anggota masyarakat.
Melalui sosialisasi politik inilah para anggota masyarakat memperoleh
sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik yang berlangsung
dalam masyarakat. Proses ini berlangsung seumur hidup yang
diperoleh secara sengaja melalui pendidikan formal, nonformal, dan
informal maupun secara tidak disengaja melalui kontak dan
pengalaman sehari-hari baik kehidupan keluarga dan tetangga maupun
dalam kehidupan masyarakat.
Sosialisasi Politik dibagi dua, yakni pendidikan politik dan
indoktrinasi politik. Pendidikan politik merupakan proses dialogik di
antara pemberi dan penerima pesan7 sedangkan indoktrinasi politik
ialah proses ketika penguasa memobilisasi dan memanipulasi warga

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta, PT Gramedia Widiasarana


Indonesia, 1992, hlm. 117

masyarakat untuk menerima nilai, norma dan simbol yang dianggap


2.3.2

pihak yang berkuasa sebagai ideal dan baik.8


Sebagai Sarana Komunikasi Politik
Komunikasi politik ialah proses penyampaian informasi mengenai
politik dari pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat
kepada pemerintah. Dalam hal ini, partai politik berfungsi sebagai
komunikator politik yang tidak hanya menyampaikan segala
keputusan dan penjelasan pemerintah kepada masyarakat tetapi juga
menyampaikan

aspirasi

dan

kepentingan

berbagai

kelompok

masyarakat kepada pemerintah.


Dalam melaksanakan fungsi ini partai politik tidak
menyampaikan begitu saja segala informasi dari pemerintah kepada
masyarakat

atau

dari

masyarakat

kepada

pemeritah,

tetapi

merumuskan sedemikian rupa sehingga penerima informasi dapat


dengan mudah memahami dan memanfaatkan. Dengan demikian,
segala kebijakan pemerintah diterjemahkan ke dalam bahasa yang
dipahami masyarakat. Sebaliknya segala aspirasi, keluhan dan
tuntutan masyarakat diterjemahkan oleh partai politik ke dalam bahasa
yang dapat dipahami oleh pemerintah. Jadi, proses komunikasi politik
antara pemerintah dan masyarakat dapat berlangsung secara efektif
2.3.3

melalui partai politik.9


Sebagai Sarana Rekruitment Politik
Rekruitment Politik ialah seleksi dan pemilihan atau seleksi dan
pengankatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan
sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan
pemerintahan pada khususnya. Fungsi rekruitmen politik sangat
penting bagi kelangsungan sistem politik sebab tanpa elit yang mampu
melaksanakan perannya, kelangsungan hidup sistem politik akan

2.3.4

terancam.
Sebagai Sarana Partisipasi Politik
Partisipasi politik ialah kegiatan warga negara biasa dalam
mempengaruhi proses pembuatan pembuatan dan pelaksanaan

8
9

Ibid., hlm. 118

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta, PT Gramedia Widiasarana


Indonesia, 1992, hlm. 120

kebijaksanaan umum dan dalam ikut menentukan pemimpin


pemerintahan. Dalam hal ini partai politik mempunyai fungsi untuk
membuka kesempatan, mendorong, dan mengajak para anggota dan
anggota masyarakat yang lain untuk menggunakan partai politik
2.3.5

sebagai saluran kegiatan mempengaruhi proses politik.10


Sebagai Sarana Pemandu Kepentingan
Dalam masyarakat terdapat sejumlah kepentingan yang berbeda
bahkan

acapkali

bertentangan.

Untuk

memadukan

berbagai

kepentingan yang berbeda bahkan bertentangan maka partai politik


dibentuk. Kegiatan menampung, menganalisis dan memadukan
berbagai kepentingan yang berbeda bahkan bertentangan menjadi
berbagai alternatif kebijakan umum, kemudian diperjuangkan dalam
2.3.6

proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.11


Sebagai Sarana Pengendalian Konflik
Konflik yang dimaksud disini dalam arti yang luas, mulai dari
perbedaan pendapat sampai pada pertikaian fisik antar-individu atau
kelompok dalam masyarakat. Dalam negara demokrasi, setiap warga
negara atau kelompok masyarakat berhak menyampaikan dan
memperjuangkan aspirasi dan kepentingannya sehingga konflik
merupakan gejala yang sukar dielakkan.
Partai politik sebagai salah satu lembaga demokrasi berfungsi
untuk mengendalikan konflik melalui cara berdialog dengan pihakpihak yang berkonflik, menampung dan memadukan berbagai aspirasi
dan permasalahan ke dalam musyawarah badan perwakilan rakyat

2.3.7

untuk mendapat penyelesaian berupa keputusan politik.12


Sebagai Sarana Kontrol Politik
Kontrol politik ialah kegiatan menunjukkan kesalahan, kelemahan
dan penyimpangan dalam isi suatu kebijakan atau dalam pelaksanaan
kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah. Dalam
melakukan kontrol politik harus ada tolak ukur yang jelas.
Tolak ukur suatu kontrol politik berupa nilai-nilai politik yang
dianggap ideal dan baik yang dijabarkan ke dalam berbagai kebijakan

10

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta, PT Gramedia Widiasarana


Indonesia, 1992, hlm. 118
11

Ibid., hlm. 119

12

Ibid., hlm. 120

atau peraturan perundang-undangan. Tujuan kontrol politik, yakni


meluruskan kebijakan atau pelaksanaan kebijakan yang menyimpang
dan memperbaiki yang keliru sehingga kebijakan dan pelaksanaannya
sejalan dengan tolak ukur tersebut.13
Pada fungsi sosialisasi politik, partai politik berperan sebagai sarana.
Pelaksanaannya dilakukan melalui berbagai macam cara yaitu media massa,
ceramah-ceramah, penerangan, kursus kader, penataran dan sebagainya. Sistem
politik adalah alokasi nilai yang bersifat otoritatif, mengikat seluruh masyarakat
dari hubungan antar manusia yang terjadi pada masyarakat merdeka. Nilai yang
terkandung dalam sistem politik akan mendapat pengakuan, sehingga memiliki
kekuatan dan mempengaruhi seluruh komunitas politik yang ada ditengah-tengah
masyarakat.
Melalui peran yang dijalankan partai politik ini, para anggota
masyarakat mengenal dan mempelajari nilai-nilai tersebut juga normanorma dan simbol-simbol politik negaranya dan diharapkan dengan
adanya sosialisasi dari partai politik tersebut, nilai tersebut dapat tertanam
di masyarakat.
Partai politik dalam fungsi rekruitmen berperan untuk menyeleksi
kader-kadernya. Setiap partai butuh kader-kader yang berkualitas, karena
kader-kader tersebut pada akhirnya akan terjun langsung sebagai wadah
bagi masyarakat. Selain itu peran partai politik dalam rekruitmen juga
memperluas atau memperbanyak keanggotaan.

13

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta, PT Gramedia Widiasarana


Indonesia, 1992, hlm. 121

You might also like