You are on page 1of 10

TUGAS REFERAT

Sistem Imun Sistem Pencernaan

Tutor : dr.Ranita Parjaman


Oleh:
Siti Solichatul Makkiyyah
13711082
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Indonesia
2014

SURAT PERNYATAAN

Assalamualaikum Wr. Wb.


Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
:
NIM
:
Angkatan :

Siti Solichatul Makkiyyah


13711082
2013

menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa hasil penugasan yang saya kerjakan


benar merupakan hasil otentik pribadi saya dan bukan merupakan hasil plagiasi
dari orang lain. Oleh karena itu, jika ditemukan bukti bahwa saya melakukan
plagiasi, saya bersedia mendapatkan sangsi yang akan diberikan oleh tim blok.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya secara sadar
tanpa paksaan dari pihak lain.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 11 Juli 2014

Siti Solichatul Makkiyyah

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat dan
karuniaNya kepada para hambaNya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
referat dengan judul Sistem Imun Sistem Pencernaan sebagai penugasan blok
1.7 dengan baik dan insyaAllah dengan tepat waktu.
Berkat bantuan dari banyak pihak sehingga referat ini dapat saya selesaikan.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada teman-teman sejawat, para tutor dan
dosen, keluarga besar dan pihak-pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu per
satu.
Saya menyadari masih banyak kesalahan pada penulisan referat ini,
sehingga kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan agar kelak bisa
lebih baik lagi dalam membuat tulisan ilmiah seperti referat ini.
Akhir kata, semoga referat ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 11 Juli 2014

Siti Solichatul Makkiyyah

DAFTAR ISI

Surat Pernyataan..............................................................................................i
Kata Pengantar................................................................................................ii
Daftar Isi........................................................................................................iii

a. Sistem Pencernaan Manusia...............................................................1


b. Sistem Imun Pencernaan.....................................................................2
c. Peyers Patch......................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................6

a. Sistem Pencernaan Manusia


Sistem pencernaan berperan dalam homeostasis dengan memecah makanan
menjadi bentuk yang lebih kecil sehingga dapat diabsorbsi dan digunakan oleh sel

tubuh. Sistem ini juga berfungsi mengabsorbsi air, vitamin dan mineral, serta
membuang sisa sampah dari tubuh. Seperti sistem respirasi, sistem pencernaan
adalah sistem tubuler, yang memanjang dari mulut hingga anus, membentuk luas
permukaan besar yang berkontak dengan lingkungan luar dan erat kaitannya
dengan sistem kardiovaskuler. Kombinasi paparan lingkungan dan hubungannya
dengan pembuluh darah ini adalah faktor penting untuk memproses makanan
yang kita makan (Tortorra, 2009). Abbas et al. (2012)
menambahkan

dari

perspektif

imunolog,

traktus

gastrointestinal memiliki dua sifat khuss yakni, pertama,


mukosa dari usus halus dan usus besar memiliki total luas
permukaan lebih dari 200 m2 (seukuran lapangan tenis),
terbentuk paling banyak dari villi dan mikrovilli pada
usus halus. Kedua, lumen usus dipenuhi oleh mikroba,
kebanyakan masuk bersama makanan melalui saluran
pencernaan dan banyak darinya yang terus tumbuh pada
permukaan mukosa usus orang yang sehat sebagai bakteri
komensal. Diperkirakan terdapat lebih dari 500 spesies bakteri berbeda, berjumlah
kira-kira 1014 sel hidup di usus mamalia. Jumlah ini mencapai 10 kali lipat jumlah
sel tubuh, membuat beberapa mikrobiolog untuk mengambil kesimpulan bahwa
kita, manusia, sebenarnya hanya 10% manusia dan 90% bakteri!
Selama organisme komensal berada di luar dinding mukosa usus bisa jadi
kita mendapat keuntungan darinya, namun mereka sangat berpotensi mematikan
jika mereka menembus dinding mukosa dan masuk ke sirkulasi. Luas permukaan
usus yang besar dan padatnya bakteri komensal yang hidup pada mukosa usus
menimbulkan potensi berbahaya yang harus dijaga oleh tubuh kita. Lebih lagi,
organisme patogen mungkin menjadi bagian dari banyak organisme yang
membentuk flora usus jika mereka tertelan bersama dengan makanan atau
minuman yang terkontaminasi. Organisme patogen dapat menyebabkan penyakit
tertentu, seringkali tanpa harus menembus epitel dan bahkan jika mereka ada
dalam jumlah relatif sedikit dari mikroba komensal lain yang ada di lumen usus.
Untuk menjaga tubuh tetap sehat, sistem imun mukosa harus dapat mengenali dan

mengeliminasi sedikit patogen ini dari banyak mikroba non-patogen lainnya


(Abbas et al., 2012). Pada usus, pemisahan atau pemilahan antara bakteri patogen
dan komensal dilakukan oleh interaksi epitel usus dengan jaringan limfoid (Jung
et al., 2010).
b. Sistem Imun Pencernaan
Dua kategori pertahanan yang menjaga lapisan mukosa pada tubuh yaitu
pertahanan innate dan pertahanan adaptif. Pertahanan innate yaitu termasuk
adanya dinding fisik dan kimia pada mukosa. Garis pertahanan pertama dinding
kimia yaitu termasuk adanya glikokaliks dan mukus yang melapisi epitelium.
Bakteri dan partikel virus dimaksudkan agar terjebak di mukus dan dibuang dari
tubuh melalui cairan rectal, cairan vagina, maupun sekresi nasal. Epitel, sebagai
dinding fisik pertahanan kedua, juga mencegah masuknya mikroorganisme ke
lamina propia dengan adanya tautan erat antar selnya (Zabriskie, 2009). Respon
imun adaptif pada usus diinisiasi dan diperankan oleh kumpulan limfosit yang
berbeda dan antigen-presenting cells yang berhubungan dengan epitel mukosa
yang melapisis usus dan nodus limfa mesenterika di bawahnya (Abbas et al.,
2012)
Dalam bukunya, Murphy (2012) menjelaskan bahwa limfosit dan sel sistem
imun lain seperti makrofag dan sel dendritik ditemukan di sepanjang saluran usus,
baik yang berkumpul membentuk suatu jaringan maupun tesebar di sepanjang
permukaan epitel mukosa dan lapisan jaringan ikat, yang disebut lamina propia.
Jaringan limfoid sekunder pada sistem pencernaan membentuk sekelompok
jaringan, dikenal sebagai Gut-Associated Lymphoid Tissues (GALT), bersama
dengan nodus limfa mesenterik. Tambah Abbas et al. (2012) GALT merupakan
istillah untuk MALT (Mucosa-Associated Lymphoid Tissue) pada sistem
gastrointestinal. Sebanyak 30% dari limfosit tubuh ditemukan pada GALT.
Menurut penjelasan Zabriskie (2009) secara anatomi, GALT terdiri dari selapis sel
epitel yang memisahkan lingkungan eksternal dari jaringan ikat longgar
dibawahnya.

GALT terdiri dari isolated dan aggregated lymphoid follicles. Agregat sel
limfoid kemudian diberi nama peyers patch setelah dideskripsikan secara lengkap
oleh seorang patolog Swiss bernama Johann Conrad Peyer pada 1677 (Jung et al.,
2010). Sedangkan pembagian menurut Murphy (2012) GALT meliputi peyers
patch, yang ada di usus halus, isolated lymphoid follicles, yang ditemukan di
sepanjang usus, dan appendix (pada manusia) yang kesemuanya terletak di
dinding usus. Mirip dengan penjelasan Abbas et al. (2012), dalam bukunya ia
menuliskan bahwa struktur GALT yang paling penting adalah peyers patch, yang
ditemukan utamanya pada ileum distal, dan agregat folikel limfoid yang lebih
kecil dan isolated follicles pada appendix dan colon.
Dalam bukunya, Murphy (2012) menuliskan bahwa respon imun yang
muncul saat suatu partikel antigen dikenali oleh salah satu jaringan GALT sedikit
berbeda dengan respon yang muncul pada nodus limfa atau lien saat antigen yang
sama dipaparkan pada kulit, otot atau sirkulasi.
c. Peyers Patch
Limfosit ditemukan pada peyers patch yang merupakan jaringan limfoid
utama pada GALT (Zabriskie, 2009). Ia merupakan tempat dimulainya respon
imun pada sistem pencernaan (Murphy, 2012). Tersebar sepanjang lumen usus
halus dan berperan penting sebagai tempat pengenalan antigen yang ada pada
lumen usus kepada sistem imun (Van Kruiningen et al., 2002). Peyers patch
memiliki struktur folikel limfoid, dengan pusat germinal yang mengandung
limfosit B, sel T helper, sel dendritik dan makrofag (Abbas et al., 2012).
Dilihat dengan mata telanjang, peyers patch memiliki bentuk yang berbeda,
membentuk agregat sel limfoid seperti kubah yang menonjol ke lumen usus.
Mengandung lebih banyak sel B daripada organ limfoid sistemik perifer. Tiap
peyers patch mengandung sejumlah besar folikel sel B dengan pusat germinal,
dengan sedikit daerah sel T diantaranya, yaitu tepat di bawah folikel (Murphy,
2012). Daerah yang membentuk kubah ini terletak diantara folikel dan melapisi
epitelium. Di antarra folikelnya terdapat daerah parafolikuler yang kaya akan sel
T, mirip dengan nodus limfa, namun secara keseluruhan rasio sel B dan sel T pada
GALT sekitar lima kali lebih besar dari limfa nodi lainnya (Abbas et al., 2012).

Pada usus halus janin terdapat sekitar 60 jaringan peyers patch sebelum
minggu ke-30 kehamilan dan mencapai jumlah maksimal pada saat pubertas
menjadi sekitar 240 jaringan (Jung et al., 2010). Terdapat 100-200 peyers patch
pada usus halus manusia (Murphy, 2012). Peyers patch terdiri dari 10-1000
folikel yang terkumpul menjadi suatu struktur limfoid yang berbeda (Ishii, 2010).
Tambah Van Kruiningen et al. (2002) dalam jurnal penelitiannya yaitu bahwa
peyers patch paling banyak terdapat pada akhir 10-15 cm usus halus.

Follicle-associated epithelium

(FAE) yang melapisi

peyers patch

merupakan jaringan khusus untuk mentransport antigen ke jaringan limfoid.


Fungsi ini dilakukan oleh sel epitel yang disebut sel M (Microfold), yang tersebar
diantara sel epitel lain dan disebut seperti itu karena memiliki banyak lekukan
pada permukaan luminal (Male et al., 2013). Tidak seperti enterosit, sel M tidak
mensekresikan enzim pencernaan atau mukus dan kurang memiliki glikokaliks.
Sel M secara langsung terpapar oleh mikroorganisme dan partikel di dalam lumen
usus dan merupakan jalan bagi antigen untuk masuk ke peyers patch dari lumen
(Murphy, 2012). Mabbot et al. (2013) menjelaskan hal yang sama yaitu sel ini
memiliki ciri morfologi yang unik yakni adanya glikokaliks dalam jumlah rendah,
mikrovili yang lebih sedikit dan brush border yang tidak teratur. Berbeda pula
dengan sel enterosit, sel M memiliki spesialisasi untuk melakukan fagositosis dan
transitosis molekul yang ada pada lumen usus, partikel antigen dan
mikroorganisme patogen maupun komensal. Sehingga Abbas et al. (2012)
menyimpulkan bahwa karakteristik sel M tadi berfungsi untuk meningkatkan
pengambilan partikel-partikel antigen dari lumen usus, sehingga tentunya
meningkatkan efektivitas dan efisiensi peran sel itu sendiri.
Sel M mengandung cekungan dalam pada membran plasma bagian
basolateral yang membentuk kantung yang mengandung limfosit B dan T, sel
dendritik dan makrofag. Antigen dan mikroorganisme ditransport secara
transitosis ke dalam kantung ini dan dibawa ke jaringan limfoid mukosa dibawah
epitelium dan ditangkap oleh sel dendritik (Male et al., 2013). Tidak berbeda
dengan penjelasan Zabriskie (2009) yang mengatakan bahwa sel M atau FAE
yang melapisi peyers patch berperan dalam pengambilan dan transport partikel
antigen dari lumen usus ke lapisan di bawahnya, yang tujuan akhirnya yaitu untuk
menghasilkan respon imun aktif terhadap partikel antigen tersebut. Namun jelas
Abbas et al. (2012) disamping perannya yang begitu penting pada sistem imun
pencernaan, beberapa mikroorganisme, biasanya patogen, mengambil manfaat
dari sel ini dan menjadikannya sebagai jalan masuk menembus mukosa.
DAFTAR PUSTAKA

1. Abbas, Abul K., Lichtman, Andrew H., Pillai, Shiv. 2012. Cellular and
Molecular Immunology (7th ed.). Philadelphia : Elsevier Ltd.
2. Ishii, H., Isomoto H., Shikuwa S., Hayashi, T., Inoue N., Yamaguchi N.,
Ohnita, Ken, Nanashima A., Ito, M., Nakao, K., Kohno, S. Peyers Patches
in the Terminal Ileum in Ulcerative Colitis : Magnifying Endoscopic
Findings. J. Clin. Biochem. Nutr., 46, 111118, March 2010.
3. Jung, C., Hugot, Jan-Pierre, Barreau, F. Peyers Patches : The Immune
Sensors of the Intestine. Review Article, International Journal of
Inflammation, Volume 2010.
4. Mabbott, Neil A., Donaldson, David S., Ohno, Hiroshi, Williams, Ifor R.,
Mahajan, Arvind. Microfold (M) cells: important immunosurveillance
posts in the intestinal epithelium. Mucosal Immunol. 2013 July ; 6(4):
666677.
5. Male, D., Brostoff, J., Roth, D., Roitt, I,. 2013. Immunology (8th ed.).
Philadelphia : Elsevier Ltd.
6. Murphy, Kenneth P. 2012. Janeways Immunobiology (8th ed.). New York :
Garland Science.
7. Van Kruiningen, Herbert J., West, A. Brian, Freda, Bernjamin J., Holmes,
Kimberly A. Distribution of PP in the distal ileum. Inflammatory Bowel
Diseases 8(3):180185, 2002, Crohns & Colitis Foundation of America,
Inc.
8. Zabriskie, John B. 2009. Essential Clinical Immunology. New York :
Cambridge University Press.

You might also like