You are on page 1of 195

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat dan Karunia-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul CORE ( INTI BANGUNAN) dengan baik.
Makalah ini dikerjakan dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah Struktur
Konstruksi Dan Utilitas. Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak dan sumber-sumber terkait sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan maklah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan penyusunan
makalah yang akan datang.

[Type text]

Page 1

DAFTAR ISI

Contents
Kata Pengantar...........................................................................................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................................................................

PERENCANAAN CORE..........................................................................................................................................

( INTI BANGUNAN)................................................................................................................................................
1.

Pengertian core (inti bangunan) 3

2.

Bentuk Inti Bangunan3

3.

Bahan Struktur Bangunan 12

4. Sistem Struktur Inti Bangunan.........................................................................................................................


5.

Lubang Utilitas (Shaft) dan Jalur Utilitas 18

6.

Utilitas di dalam Core18

[Type text]

Page 2

PERENCANAAN CORE
( INTI BANGUNAN)
1. Pengertian core (inti bangunan)
Core atau inti bangunan menurut Schueller (1989) adalah suatu
tempat

untuk

meletakan transportasi vertikal dan distribusi energi ( seperti lift, tangga,


wc

dan

shaft

mekanis ). Dari sumber modul perkulihan teknologi bangunan 5, inti


adalah

tempat

untuk memuat sistem-sistem transportasi mekanis dan vertikal serta


menambah
kekakuan bangunan.
Jadi kesimpulannya bahwa inti bangunan (core) suatu tempat untuk
meletakan
sistem transportasi vertikal dan mekanis dengan bentuk yang
disesuaikan

dengan

fungsi bangunan serta untuk menambah kekakuan bangunan


diperlukan

sistem

struktur dinding geser sebagai penyalur gaya lateral (seperti tiupan


angina

tau

gempa bumi) pada inti.

2. Bentuk Inti Bangunan


Untuk bentuk dan ukuran inti bangunan tidak ada batasannya tetapi inti
bangunan mempunyai beberapa ciri khas yaitu : (Schueller ,1989)
Bentuk inti :
[Type text]

Page 3

o
Inti
terb
uka
(N)
o
Inti
tert
utu
p
(B)
o Inti tunggal dengan kombinasi
inti linear (A) Jumlah inti :
o
Int
i
tu
ng
gal

o
Int
i
ja
ma
k

Le
tak
int
i:
o Inti di dalam (C)
o Inti
di
[Type text]

Page 4

sekeliling
(J)
o Inti
di luar
(M)

Susunan
inti :
o
Inti
sime
tris
(F)
o
Inti
asim
etris
(J)

[Type text]

Page 5

Geometri bangunan sebagai penentu bentuk bangunan :


o Langsung (K)
o Tidak langsung (P)

[Type text]

Page 6

[Type text]

Page 7

Sumber : Schueller (1989, hal. 126)


[Type text]

Page 8

[Type text]

Page 9

Menurut Juwana (2005), letak inti bangunan tinggi yang berbentuk


menara (tower)
berbeda dengan bangunan yang berbentuk memanjang (slab) yaitu :
1. Inti pada bangunan bentuk bujur sangkar
Bentuk bujur sangkar banyak digunakan untuk
bangunan

perkantoran

dengan

koridor mengelilingi inti bangunan. Contoh :


Gedung

Blok

DKI,

Gedung

Indosat, Wisma Bumi Putera di Jakarta dan One


Park

Plaza

di

Los

Angleles

Amerika Serikat.

2. Inti pada bangunan bentuk segitiga


Contoh dari inti bangunan dengan bentuk segitiga
adalah Hotel Mandarin di Jakarta, Gedung US Steel
di Pittsburg Amerika Serikat, Riverside Development
di Brisbane Australia dan Central Plaza di Hongkong.

[Type text]

Page 10

III

[Type text]

Page 11

3. Inti pada bangunan bentuk lingkaran


Menara berbentuk lingkaran biasanya digunakan pada
fungsi hunian (apartemen dan hotel) dengan koridor
berada di sekeliling inti bangunan sebagai akses ke
unit-unit hunian. Contoh dari inti bangunan dengan
bentuk lingkaran adalah ShinYokohama Hotel di
Jepang, Marina City di Chicago Amerika Serikat dan
Gedung Tabung Haji di Kuala Lumpur Malaysia.

4. Inti pada bangunan dengan bentuk memanjang


Bangunan dengan bentuk memanjang biasanya
digunakan untuk fungsi hotel, apartemen atau
perkantoran. Seperti Gedung Central plaza di Jakarta,
Gedung Inland Steel di Chicago Amerika Serikat
merupakan bangunan memanjang dengan inti di luar
bangunan.

[Type text]

Page 12

BANGUNAN III

[Type text]

Page 13

Adapula inti bangunan yang terletak di sisi bangunan


contohnya adalah Hotel
Atlet Century, Hotel Horizon dan Wisma Metropolitan di Jakarta.

Sedangkan untuk inti yang berada di tengah


bangunan

biasanya

digunakan

untuk

fungsi

perkantoran. Contohnya adalah Wisma Indocement


di Jakarta, Connaught Center(Jardine House) di
Hongkong, Rockefeller Center dan Chase Manhattan
Bank di New York Amerika Serikat.

Selain itu, inti yang terletak di tengah bangunan


memanjang memiliki banyak pola. Contohnya adalah
Kantor Depdiknas (Departemen Pendidikan Nasional)
di

Jakarta

dan

Gedung

Phoenix-Rheinrohr

Dusseldorf Jerman.

[Type text]

Page 14

di

[Type text]

Page 15

5. Inti pada bangunan dengan bentuk silang


Bangunan dengan bentuk silang dan Y,T,H atau
V, merupakan variasi dari bangunan
memanjang.

Bentuk

seperti

ini

bentuk

dimaksudkan

untuk mendapatkan luas lantai tipikal yang cukup


luas tetapi bangunan tetap dapat memanfaatkan
paencahayaan alamiah. Bangunan dengan bentuk ini
banyak digunakan untuk fungsi hotel, apartemen dan
perkantoran. Salah satu contohnya adalah Gedung
Patra Jasa di Jakarta.

6. Inti pada bangunan bentuk Y


[Type text]

Page 16

Contoh dari inti bangunan dengan bentuk Y adalah


Gedung Unilever di Hamburg jerman, Gedung Unesco
di Paris dan Hotel Duta Merlin di Jakarta.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

[Type text]

Page 17

7. Inti pada banguanan dengan bentuk acak


Bangunan dengan inti bangunan yang terletak di luar
titik berat massa bangunan dan ditempatkan secara
acak

kurang

menguntungkan

bagi

perencanaan

bangunan tahan gempa. Contoh bangunan yang


menggunakan bentuk inti tersebut adalah Gedung
MBf Tower di Penang Malaysia dan Conrad
International Centennial di Singapura.

[Type text]

Page 18

TEKNOLOGI BANGUNAN II

[Type text]

Page 19

Perbedaan fungsi bangunan akan mempengaruhi pola


letak

inti

bangunan.

Pada

bangunan tinggi, luas lantai bersih, sirkulasi dan jaringan


utilitas
pencahayaan

serta
alamiah

menempatkan

pemanfaatan
menjadi
letak

pertimbangan

untuk

inti.

Penempatan letak inti bangunan akan memberikan


pengaruh pada bangunan.

[Type text]

Page 20

TEKNOLOGI BANGUNAN III

[Type text]

Page 21

3.Bahan Struktur Bangunan


Inti dari bahan pembuatnya dapat menggunakan baja,
beton ataupun gabungan keduanya (beton tulang) yang
disebut sebagai inti struktural. Selain itu, inti dari
material lain seperti dinding biasa (batu bata,celcon
dll) disebut sebagai inti non struktural karena tidak
terlalu kuat menahan gaya lateral.
Adapun Adapun kelebihan dan kekurangan pada
penggunaan material sebagai penyusun inti structural
menurut Schueller (1989) yaitu :
[Type text]

Page 22

Untuk inti dari rangka baja bisa manggunakan


kuda-kuda

Vierendeel

untuk

mencapai kestabilan lateral. Sistem Vierendeel


ini

cukup

fleksibel

sehingga

hanya digunakan untuk bangunan bertingkat


relatif

sedikit.

Pengakuan

diagonal dari rangka Vierendeel digunakan untuk


mencapai kekakuan inti
TEKNOLOGI BANGUNAN III

[Type text]

10

Page 23

yang diperlukan untuk bangunan yang lebih tinggi.


Keuntungan inti rangka
baja adalah karena relative cepatnya perakitan batang-batang
prefab.

Sumber : Poerbo (2000, hal. 44)


Sebaliknya, inti dari beton menghasilkan ruang
selain

juga

memikul

beban

dan pertimbangan khusus terhadap kebakaran


tidak

diperlukan.

pelenturan

pada

kelemahannya,

bahan
terutama

beban gempa.
[Type text]

Page 24

Ketiadaan
beton

merupakan

terhadap

Yang dimaksud dengan Sistem Vierendeel adalah sistem


struktur yang tampaknya seperti rangka batang yang
batang diagonalnya dihilangkan tetapi ini bukan rangka
batang sehingga bentuk titik hubungnya sangat kaku.
Sistem ini banyak sekali digunakan pada gedung
bertingkat,

karena

sangat

fungsional

tidak

menggunakan elemen diagonal) dan lebih efisien


(Schodek,1999).

TEKNOLOGI BANGUNAN III

[Type text]

11

Page 25

Sumber : Schodek (1999, hal. 327)

4. Sistem Struktur Inti Bangunan


Sistem yang berkerja pada suatu inti bangunan harus
dapat

menahan

gaya

lateral

yang disebabkan oleh banyak sumber seperti gempa


atau

beban

baik

beban

bangunan sendiri atau beban dari luar. Untuk itu


dibutuhkan

sistem

struktur

yang

dapat menahan gaya tersebut yaitu system struktur


dinding

geser

(shear

wall).

Dinding geser (shear wall) adalah unsur pengaku


vertikal

yang

dirancang

untuk

menahan gaya lateral atau gempa yang berkerja pada


bangunan (Schueller,1989).
[Type text]

Page 26

TEKNOLOGI BANGUNAN III

[Type text]

12

Page 27

Sumber : Schueller (1989, hal. 108)


Berdasarkan klasifikasi bentuk dinding geser
menurut Schueller (1989), yaitu : Bentuk inti :
o Inti terbuka : bentuk X, I dan [
o Inti tertutup : bujur sangkar,
persegi panjang, bulat dan segitiga
o Inti disesuaikan dengan bentuk
bangunan (10,15,20)
Jumlah inti :
o
I
n
t
i
t
u
n
g
g
[Type text]

Page 28

a
l
(
1
,
2
,
3
,
4
)

o
I
n
t
i
t
e
r
p
i
s
a
h
(
8
,
1
[Type text]

Page 29

9
,
2
0
)
o
I
n
t
i
b
a
n
y
a
k
(
4
,
1
0
,
1
2
)

L
e
[Type text]

Page 30

t
a
k
i
n
t
i
:
o Inti fasade eksterior (9)
o Inti interior : inti fasade (10), inti
di dalam bangunan (1-3, 6-7) o Inti
eksentris (4,9)
Sistem interaksi:
o Bersendi : pemberian sendi pada balok rangka untuk memikul
beban gravitasi.

BANGUNAN III

[Type text]

13

Page 31

Sumber : Schueller (1989, hal. 144)


o Vierendeel : pembagian beban pada inti dan struktur rangka.

Sumber : Schueller (1989, hal. 139)

[Type text]

Page 32

BANGUNAN III

[Type text]

14

Page 33

Sumber : Schueller (1989, hal. 138)


[Type text]

Page 34

BANGUNAN III

[Type text]

Page 35

5.Lubang Utilitas (Shaft) dan Jalur Utilitas


Penempatan inti bangunan akan berdampak kepada
kemungkinan

penempatan

jalur

distribusi jaringan utilitas, baik pada arah vertikal


yang

akan

rancangan

denah

horisontal

berdampak
bangunan

yang

pada

maupun

pada

berdampak

arah

pada

potongan bangunan. Selanjutnya, dalam inti bangunan


terdapat
yang

sejumlah

diatur

sedemikian

keseluruhan

luas

ruangan
rupa

inti

sehingga

bangunan

jumlah
tidak

melebihi 20% luas tipikal yang ada. Di samping itu,


80%

luas

tipikal

masih

perlu

dikurangi dengan jalur sirkulasi horisontal (koridor),


sehingga

luas

efektif

bangunan

menjadi berkurang. Sekitar 4% dari luas tipikal


digunakan

untuk

lubang

utilitas

untuk

sistem Mekanikal dan Elektrikal, yang umumnya


dibagi

atas

zona

distribusi.

Pemisahan lubang untuk ventilasi dan penyegaran udara


bertujuan

agar

tidak

terjadi

konflik atau persilangan antar saluran udara (ducting)


yang

perbandingan

panjang

dan lebarnya sekitar 1:2 sampai 1:4 dan bahan


pelapisnya

dapat

menahan

selama 2 jam.
Contoh :

[Type text]

Page 36

api

6. Utilitas di dalam Core


Utilitas bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas
bangunan
untuk

yang

menunjang

digunakan

tercapainya

kesehatan,

unsur

kenyamanan,

keselamatan,

kemudahan komunikasi dan mobilitas dalam bangunan.


Perancangan

bangunan

harus selalu memperhatikan dan menyertakan fasilitas


utilitas

yang

dikoordinasikan

denga perancangan yang lain, seperti perancangan


arsitektur,

struktur,

interior

dan

lainnya. Perancangan utilitas di dalam inti bangunan


(core) terdiri dari :
1. Perancangan lif.
2. Perancangan tangga darurat.
TEKNOLOGI BANGUNAN III

[Type text]

16

Page 37

3. Perancangan sistem plambing.


4. Perancangan pengolah udara.
5. Perancangan instalasi listrik.
6. Perancangan telepon.
7. Perancangan CCTV dan sekuriti sistem.
8. Perancangan tata suara.
9. Perancangan pembuangan sampah.
6.1. Perancangan lif
Lif

(elevator)

mengangkut

adalah
orang

kereta

alat

angkut

atau

barang

untuk

dalam

suatu bangunan yang tinggi atau bertingkat. Dalam


persyaratan

bangunan

yang

membutuhkan adanya lif adalah bangunan yang


lebih

dari

lantai

karena

kemampuan orang untuk naik turun dalam menjalankan


tugas

atau

keperluannya

dalam bangunan tersebut hanya mampu dilakukan sampai


dengan 4 lantai.
Berdasarkan fungsinya lif dibedakan menjadi 4 yaitu :
1. Lif penumpang (passenger elevator) digunakan untuk
mengangkut manusia.
2. Lif barang (fright elevator) digunakan untuk mengangkut
barang.
3. Lif uang/makanan (dumb waiters) digunakan untuk
mengangkut

barang

yang

relative kecil dan ringan seperti uang/makanan.


4. Lif pemadam kebakaran, biasanya berfungsi sebagai lift barang.
Lif yang dipasang dalam bangunan harus mengacu
kepada

peraturan-peraturan

Keselamatan
[Type text]

Kerja

daerah,

dan
Page 38

Dinas

Dinas
Pemadam

Kebakaran. Untuk menentukan kriteria perencangan lif


penumpang harus diperhatikan : tipe dan fungsi dari
bangunan, banyaknya lantai, luas tiap lantai dan
intervalnya. Selain itu perlu dibedakan dari kapasitas
(car/kg), jumlah muatan dan kecepatan.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

[Type text]

17

Page 39

Makin tinggi bangunannyamakin tinggi kecepatannya. Sedangkan


kapasitas, jumlah
muatan dan kecepatan untuk masing-masing lif tidak
sama tergantung dari pabrik pembuatnya.
Sistem penggerak dalam elevator juga dibedakan menjadi 2 macam
yaitu :
1. Sistem dengan motor penggerak (tractioan lift) yaitu
mesin

dapat

berada

di

atas

(penthouse) atau di bawah (basement), biasanya


digunakan untuk fungsi
bangunan kantor, pertokoan, hotel, apartemen,
rumah sakit dan sebagainya. Untuk kecepatannya,
motor di atas adalah antara 2,5 sampai 9
meter/detik sedangkan motor di bawah adalah
sekitar 1 meter/detik. Dalam penggunaannya lif
dengan motor di atas lebih baik daripada di bawah
karena pergerakan lif sangat halus, efisien dan
hemat energi listrik.

[Type text]

Page 40

TEKNOLOGI BANGUNAN III

[Type text]

18

Page 41

2. Sistem dengan dongkrak hidrolik (hydraulic) yaitu mesin di


bawah, biasanya
digunakan untuk bangunan 3 - 4 lantai untuk mengangkut
uang/makanan.
Untuk kecepatan
meter/detik dan

lifnya

antara

kapasitasangkut maksimum
tunggal) dan dapat

0,30

sampai

0,90

10 ton (dengan tuas

mangangkut sampai dengan


50 ton (dengan tuas ganda).
Lif hidrolik ini mempunyai
karakteristik yaitu :
a. Tidak mengakibatkan tambahan beban di puncak bangunan.
b. Hanya digunakan untuk kecepatan yang relatif rendah.
c. Hanya digunakan untuk melayani lantai yang jumlahnya
sedikit.
d. Ada kemungkinan bau minyak merebak ke dalam kereta lif.
e. Sangat baik untuk mengangkut beban berat.
f. Alas lantai kereta dapat berada pada level bangunan secara
tepat.
g. Tidak membutuhkan beban pengimbang (counter weight).
h. Menimbulkan suara yang lebih berisik
dibandingkan dengan lif yang
digerakan oleh motor traksi.

[Type text]

Page 42

[Type text]

Page 43

Berdasakan anatomi lif sendiri dibedakan menjadi 3 bagian :


a. Lif pit
Tempat pemberhentian akhir yang paling bawah,
berupa

buffer

sangkar

dan

buffer beban pengimbang. Karena letaknya paling


bawah,

lif

pit

harus

dibuat

dari dinding yang tidak rembes air. Ukuran luas


dan
dari

kedalaman
ukuran

dipengaruhi

tergantung

kereta
oleh

dan

kedalamannya

kecepatan

lif

dan

tingginya bangunan.
b. Ruang luncur Hoistway
Tempat meluncurnya sangkar/kereta lif, tempat
pintu-pintu
tempat
(counter

masuk

kereta

meluncurnya

beban

weight)

dan

lif,
pengimbang
tempat

meletakan rel - rel peluncur dari kereta lif dan


beban pengimbang. Dari
materialnya terbuat dari dinding beton atau batu
bata

dengan

rangka

tertentu,

kecuali untuk lif pemadam kebakaran. Ukuran


ruang

luncur

tergantung

dari

ukuran kereta lif dan dapat diberikan bukaan


untuk pintu lif. Pintu lif sangat
mempengaruhi harga lif walaupun jumlah lif tergantung dari
kebutuhan.
Setiap pintu lif diberi tombol - tombol untuk
tempat

pemberhentian

kereta

lif

dan di dalam kereta lif terdapat tombol - tombol


yang

berhubungan

dengan

pintu lif keluar. Setiap ruang dalam kereta lif


secara standar telah ditentukan
macam, bentuk dan warnanya atau pemakai
memberikan tambahan dan perubahan yang akan
[Type text]

Page 44

diperhitungkan dalam biaya pembelian kereta lif.


c. Ruang mesin
Tempat untuk meletakan mesin/motor traksi lif
dan

tempat

panel

(mengatur

jalannya

dilengkapi

dengan

yaitu

exhauster

berguna

atau

kereta).

kontrol
Ruangan

pengatur
alat

menjadikan

ini

udara

pendingin

yang

ruangan

tersebut tidak panas sehingga panel mesin tersebut


tidak terganggu.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

[Type text]

20

Page 45

[Type text]

Page 46

Letak lift21
Lif sebagai tempat penghubung antara ruang bawah dan
ruang atas merupakan
suatu tempat yang harus mudah dicapai dari ruangan
disekitarnya.

Oleh

karena

itu, penempatan lif ini harus tepat sehingga dapat


melayani

raungan

di

bawah

dengan di atasnya, mudah terlihat, mudah dicapai


dan

tidak

mengganggu

segi

arsitektur.
Ada beberapa cara untuk meletakkan beberapa lif
dalam

satu

bangunan.

Lif

dapat dipasang berdampingan atau berhadapan


tetapi

kalu

dipasang

berdampingan lebih dari 3 lif sebaiknya dipasang


berhadapan.

Kalau

dipasang

berhadapan akan timbul suatu masalah mengenai


jarak

antara

lif

lif

yang

berhadapan. Hal ini akan diatur sesuai dengan


fungsi

dan

kegunaan

dari

bangunan tersebut.
Untuk bangunan yang tingginya lebih dari 25 lantai,
dianjurkan

untuk

membagi

layanan lif dengan mengelompokkan lantai yang


dilayani,

konsep

zona,

dimana

tiap zona dilayani oleh sejumlah lif tertentu. Jika


pembagian

zona

ini

masih

mengakibatkan jumlah lif tetap banyak, dapat


digunakan
[Type text]

sejumlah
Page 47

lif

dengan

pintu masuk terpisah dan ditempatkan pada lantai


transfer

yang

disebut

sky

lobby. Sky lobby ini digunakan untuk tempat transfer


dari

zona

yang

lebih

rendah

ke zona di atasnya. Disamping itu, sky lobby


ini

dapat

menampung

digunakan

sementara

(kebakaran)

dan

untuk

pada

kondisi

kebutuhan

darurat

aktifitas

lainnya, seperti ruang mekanikal elektrikal (mesin


pengkondisian

udara

dan

pompa air), bak penampungan air (reservoir),


restoran,

lobby

hotel,

ruang

pengelola, ruang rapat, kolam renang dan lain - lain.


Untuk

strukturnya,

lanytai

sky lobby harus kaku dan kokoh agar dapat


mengatasi

gaya

lateral

yang

diakibatkan oleh angin atau gempa bumi.


Pada bangunan yang tinggi dan luas, jumlah lif
yang

diperlukan

meningkat

sebanding dengan jumlah lantai yang dilayani(di atas


20%

luas

lantai).

Jika

hal

tersebut terjadi pada bangunan tinggi, maka ada


beberapa

hal

yang

harus

dilakukan :
a.

Sejumlah

beberapa

lantai

zona

harus

dibagi

zona

menjadi

melayani

sejumlah lantai zona bawah, zona II melayani


sejumlah lantai zona tengah dan
zona III melayani sejumlah zona atas. Dengan pembagian
zona tersebut,
beban

lif

pembagian

menjadi
zona

tidak

berkurang.

Namun

memberikan dampak

pengurangan luas inti, sebab ruang mesin lif tetap


berada di lantai yang sama, yang letaknya di atas
[Type text]

Page 48

zona III.

b. Untuk mengurangi luas inti, khususnya pada lantai


bagian

atas,

gedung

dibagi

menjadi beberapa lobi yang ditempatkan pada


lantai tertentu.

[Type text]

Page 49

Selanjutnya, lif dengan kapasitas besar dan


kecepatan

tinggi

melayani

penumpang dari lobi utama di lan tai dasar ke sky


lobby

atau

dari

sky

lobby yang satu ke sky lobby berikutnya. Dari sky


lobby

orang

dapat

pindah

dengan menggunakan eskalator ke sejumlah lif


yang

melayani

zona

di

atasnya. Konsep ini memungkinkan dikuranginya


ruang

yang

digunakan

untuk

lubang lif, sebab alur perjalanan lif tidak perlu


setinggi
sky

lobby

berfungsi

bangunan.
ini

Penggunaan

memungkinkan

ganda,

seperti

bangunan
memuat

apartemen/hotel di bagian atas, perkantoran di


bagian

tengah

dan

fasilitas

perbelanjaan serta parker di bagian tengah.

[Type text]

Page 50

c. Jika penggunaan sky lobby belum juga memenuhi ketentuan


luas inti yang
disyaratkan, maka dapat digunakan lif double decker.

Pengaturan tata letak lif pada lobi yang terkait


dengan

pembagian

zona

layanan

lif dapat terlihat pada gambar. Tiap zonal if biasanya


[Type text]

Page 51

melayani 10 - 15 lantai dan


4

zona

merupakan

menggunakan

zona

batas
lif

maksimum.
lebih

dari

Jika
4,

maka harus menggunakan sky lobby (minimum 2


lantai) dan di atas sky lobby

BANGUNAN III

[Type text]

24

Page 52

masih dimungkinkan untuk ditambah 2-3 lantai


tambahan untuk ruang
mekanik/elektrik.

Bentuk dan Macam Lif


Bentuk dan macam lif tergantung dari fungsi dan
kegunaan gedung. Bermacammacam lif menurut
bentuknya:

[Type text]

Page 53

BANGUNAN III

[Type text]

25

Page 54

a. Lif penumpang (tertutup)


Suatu lif penumpang dengan ukuran, berat dan
kecepatan

tertentu

sesuai

dengan fungsi dan kegunaannya. Ruang dalam


lif

disesuaikan

dengan

kebutuhan atau keinginan pemilik bangunan.


Kecepatan

rendah

untuk

low

zone biasanya melayani bangunan bertingkat


tidak

lebih

dari

10

lantai.

Kecepatan sedang atau tinggi untuk high zone


biasanya

melayani

bangunan

bertingkat lebih dari 10 lantai.


b. Lif penumpang (transparan)
Suatu lif penumpang yang ruang dalamnya satu
bidang
kaca
[Type text]

atau
tembus

lebih
supaya
Page 55

berupa
dapat

menikmati

pemandangan

luar

(panorama).

Bentuk

lif ini bermacam-macam, ada yang segilima, segi


empat, bulat dan sebagainya
sesuai dengan perkembangan teknologi dan
keindahan. Demikian juga ruang dalamnya dapat
diatur atau diubah sesuai dengan keinginan.
c. Lif untuk rumah sakit
Karena fungsinya mengangkut orang sakit, ukuran
lif biasanya memanjang dan pintu dapat dibuat 2
arah atau 2 pintu. Untuk bagian dalam lif dapat
disesuaikan dengan fungsinya.

[Type text]

Page 56

d. Lif untuk kebakaran/barang


Ruanganya
sederhana,

tertutup
khusus

dan
untuk

ruang

dalamnya

kebakaran

semua

peralatan/perlengkapan, rangka dan interiornya


harus tahan terhadap kebakaran minimal 2 jam.
Bukan hanya rangka dari sangkarnya tetapi
dindingdinding luar yang menutupi lubang lif
harus juga terbuat dari dinding yang tahan api.
Pintu lif terakhir harus manghadap atau dapat
langsung dijangkau dari luar. Kapasitas lif barang
berkisar rata-rata 1-5 ton dengan ukuran dalam
antara 1,60 x 2,10 m sampai 3,10 x 4,20 m dan
kecepatan lif sekitar 1,5-2 m/detik maximum atau
rata-rata 0,25-1 m/detik.

Kecepatan dan Berat Lif


Dalam peraturan bangunan khususnya untuk lif,
ketepatan
berhentinya
menggangu

berangkat
lif

harus

tanpa

penumpang

dan
sentakan

yang

sehingga

kecepatan dan berat akan menentukan kenyamanan


dalam menggunakan lif.
[Type text]

Page 57

a. Untuk 4 s.d. 10 lantai, kecepatan 60-150 m/menit.


b. Untuk 10 s.d. 15 lantai, kecepatan 180-210 m/menit.
c. Untuk 15 s.d. 20 lantai, kecepatan 210-240 m/menit.
d. Untuk 20 s.d. 50 lantai, kecepatan 270-360 m/menit.
e. Untuk rumah sakit, kecepatan 150-210 m/menit.
Ukuran berat tergantung dari besar dan jumlah
penumpang yang dapat ditampung:
- 4 orang berat 320 kg.
- 8 orang berat 630 kg.
- 13 orang berat 1000 kg dst.
TEKNOLOGI BANGUNAN III

Pemilihan kapasitas lif akan menentukan jumlah lif


yang

mempengaruhi

pelayanan

gedung

Instalasi

lif

yang

kualitas

terutama

proyek

ideal

adalah

komersil.
yang

menghasilkan waktu tunggu di setiap lantai yang


minimal,

percepatan

yang

nyaman, angkutan vertikal yang cepat, pemuatan


dan

penurunan

yang

cepat

di

setiap lantai.
Kriteria kualitas pelayanan lif adalah :
1. Waktu menunggu (interval, waiting time).
2. Daya angkut (handling capacity).
3. Waktu perjalanan bolak balik lif (round trip time).

[Type text]

Page 58

[Type text]

Page 59

Waktu menunggu (interval, waiting time)


Kesabaran orang untuk menunggu lif tergantung
kepada kota/Negara di mana orang itu berada.
Orang yang tinggal di kota besar biasanya kurang
sabar daripada oang yang tinggal di kota kecil.
Untuk

proyek

komersil

misalnya

perkantoran

diperhitungkan waktu menunggu sekitar 30 detik.


T
wN=
TEKNOLOGI BANGUNAN III

[Type text]

29

Page 60

di mana : w = waktu menunggu (detik).


T

= waktu

perjalanan
bolak balik lif
(detik). N =
jumlah lif.
Waktu untuk menunggu lif sangat bermacam-macam
tergantung

kepada

jenis

bangunan.

Contohnya

sebagai berikut :
a. perkantoran

25-45 detik

b. flat

50-120 detik

c. hotel

40-70 detik

d. asrama

60-80 detik

Daya angkut (handling capacity)


Daya angkut lif tergantung dari kapasitas dan
frekuensi pemuatannya. Standar daya angkut untuk
jangka waktu 5 menit waktu sibuk (rush hour).
5 x 60 x 5 x 60 x m 30
=
=
m=
x
N 0
M
w
T
x
m
x
N
T
di mana : M = waktu menunggu (detik).
T

= waktu

perjalanan
bolak balik lif
(detik). N =
jumlah lif.
m = kapasitas lif dan daya angkut (75 kg/orang).
Waktu perjalanan bolak balik lif (round trip time)

Waktu ini hanya dapat dihitung secara pendekatan


sebab perjalanan lif antar lantai pasti tidak akan
mencapai kecepatan yang menjadi kemampuan lif
itu sendiri dan pada perjalanan lif non stop,
kecepatan kemampuannya baru tercapai setelah lif
bergerak beberapa lantai dahulu.
Secara pendekatan, waktu perjalanan bolak balik lif terdiri dari :
a. Penumpang memasuki lif di lantai dasar yang
memerlukan waktu
1,5
detik/orang dan untuk lif dengan kapasitas m
orang

perlu

waktu

1,5

detik
b. Pintu lif menutup kembali
... 2 detik
c. Pintu lif membuka di setiap lantai tingkat
... (n-1)2 detik
d. Penumpang meninggalkan lif di setiap lantai
dalam 1 zona sebanyak (n-1)
lantai : (n-1) x m/n-1 x 1,5 detik
.. 1,5 m detik
TEKNOLOGI BANGUNAN III

30

e. Pintu lif menutup kembali di setiap lantai tingkat :


. (n-2)2 detik
f. Perjalanan bolak balik dalam 1 zona
. 2(n-1)h detik

g. Pintu membuka di lantai dasar


2 detik
Jumlah

(2h + 4s) (n-1) +


s(3m
+4)
s

T=

detik

di mana : s = kecepatan lif


T

waktu

perjalanan
bolak balik lif
(detik).

N=

jumlah

lif

dalam 1 zona.
m = kapasitas lif
dan daya angkut (75
kg/orang).

tinggi lantai sampai


dengan lantai.

Beban puncak lif


Beban

puncak

persentasi

diperhitungkan

empiris

terhadap

berdasarkan

jumlah

penghuni

gedung, yang diperhitungkan harus terangkat oleh


lif dalam waktu 5 menit waktu sibuk (rush hour).
a. Perkantoran

= 4% x jumlah penghuni gedung.

b. Flat

= 3% x jumlah penghuni gedung.

c. Hotel

= 5% x jumlah penghuni gedung.

Perhitungan jumlah lif dalam 1 zona


Jika

beban

puncaklif

diperhitungkan

sebesar

dalam
P%

suatu
x

gedung

jumlah

penghuni gedung atas dasar a m per orang luas


lantai

netto,

maka

beban

puncak lif :
L=

P(a-k)n
a

di mana : P = Persentasi empiris beban puncak lif (%).


T = luas lantai kotor per tingkat (m).
n = jumlah lantai.
k = luas inti gedung (m).
a

luas lantai netto


per orang (m).
sedangkan : k = 5
x N x m x 0,3 =
1,5 mN
m L P(a-1,5 mN)n
ak =
a
:

TEKNOLOGI BANGUNAN III

31

a
LP=
(
2
a
3
m
N
)
n

2
a

daya angkut N lif dalam waktu 5 menit :


M
5 =x 60 x= 5 x 60 x m= 3
m
x
N 0
w

0
x
m
x
N
T

persamaan : L = M
P(2a-3 mN)n = 300 x m x N
2a
N=

T
2anTP_____

3m (200a + nTP)

di mana : P = Persentasi empiris beban puncak lif (%).


T = luas lantai kotor per tingkat (m).
n = jumlah lantai.

a = luas lantai netto per orang (m).


T

= waktu

perjalanan
bolak balik lif
(detik). N =
jumlah

lif

dalam 1 zona.
Korelasi jumlah lantai 1
zona

kapasitas

dan

jumlah lif Daya angkut


lif dalam 5 menit:
5 x 60 x m 300 m
=
M=w
w
Beban
puncak
lif :

Luas lantai netto dalam 1 zona


L = P% x
L=P

=
Luas lantai netto per orang

na

a
di mana : na adalah
luas lantai netto dalam
1 zona. Persamaan : M
=L
300 m = P na
w

300 mN =

naP

T a
N anTP__
=
BANGUNAN III

TEKNOLOGI
32

300a m
Contoh untuk menghitung kebutuhan lif 1 zona
Suatu bangunan bertingkat yang berfungsi sebagai tempat
bangunan umum.
Jumlah lantai

: 14 lantai

Luas lantai

: 1200 m/lantai

Tinggi lantai ke lantai

: rata-rata 4 m

Standar perhitungan kereta/lif yang digunakan.


- P untuk bangunan umum = 5-13% maks.
- Ruang gerak orang pada bangunan umum 6-10 m per orang.
- Kecepatan kereta untuk bangunan 14 lantai = 180 - 210
m/menit.
- Kapasitas penumpang (type 21) = 21 orang.
- Jumlah penumpang = 80% (20% untuk core/inti) x 21 orang =
17 orang.
Beban puncak lif/kereta
L=
P
(
a
1
,
5
m
N
)
n

5
%
(
1
2
0
0
1
,
5
N
)
1
4

6
=
5
%
(
1
2
0
0
-

1
,
5
N
)
1
4

6
= 140 - 2,975 N
Daya angkut satu lif/kereta dalam 5 menit
M=
300 mN
T
Sedangkan : T = (2h + 4s) (n-1) + s(3m +4)
s
untuk : s
= 210
m/menit
= 3,5
m/detik
m
= 17
orang
h=4
n = 14 lantai
maka : T
= (2h +
4s) (n-1) +
s(3m +4)
s
T = (2 x 4 + 4
x 3,5) (14-1) +

3,5(3 x 17 +4)
3,5
TEKNOLOGI BANGUNAN III

33

T = 136,7 detik
300 mN

jadi
:

M=

300 x 17N
136,7
37,31 N

M=
M=

Persamaan : M = L
3
7
,
3
1
N
=
1
4
0
2
,
9
7
5
N

=
3
,
4
7
5
~
4
l
i
f
w = T/N = 136,7/4 =
34,2 detik > w min =
30 detik
< w max = 45 detik

Perhitungan jumlah lif zona banyak (multi zone system)


Untuk

meningkatkan

perancang

efisiensi

bangunan

memperkecil

volume

dipergunakan

untuk

bangunan,
berusaha

gedung

yang

sirkulasi

vertikal,

terutama dalam bangunan tinggi (lebih dari 20 lantai).


Juga
waktu

untuk

memperpendek

perjalanan

memperpendek

bolak
waktu

balik

lif

menunggu

yang
lif

terutama di lantai dasar.


Untuk tujuan itulah, biasanya perancang bangunan
menggunakan zoning lif artinya pembagian kerja
kelompok lif, misalnya 4 buah lif bekerja di lantai 115 sedangkan 4 buah lif lainnya bekerja di lantai 16-

30 dsb.
Contoh untuk menghitung kebutuhan lif zona banyak
Suatu bangunan bertingkat yang berfungsi sebagai tempat
bangunan umum.
Jumlah lantai
2 = 15 lantai)

: 30 lantai (zona 1 = 15 lantai dan zona

Luas lantai

: 1200 m/lantai

Tinggi lantai ke lantai

: rata-rata 3,6 m

Standar perhitungan kereta/lif yang digunakan.


- P untuk bangunan umum = 5-13% maks.
- Ruang gerak orang pada bangunan umum 6-10 m per orang.
- Kecepatan kereta untuk bangunan 15 lantai = 4 m/detik
- Kapasitas penumpang = 20 orang.
TEKNOLOGI BANGUNAN III

34

Perhitungan zona 2
Waktu perjalanan bolak balik lif dengan kecepatan s2 = 5
m/detik.
T2 = 2(n1-1)h + (2h + 4s2) (n2-1) + s2 (3m +4)
s2
T2 = 2h(n1-1) +
(2h + 4s2) (n2-1)
+ s2 (3m +4)
s2
u
n
t
u
k
:
s
1
=
3
m
/
d
e
t
i
k

s
2

s2

=
5
m
/
d
e
t
i
k
m
=
2
0
o
r
a
n
g

h
=
3
,
6
n
1

=
1
5
l
a
n
t
a
i

n
2
=
1
5
l
a
n
t
a
i

maka : T2 = 2h(n1-1) +
(2h + 4s2) (n2-1) + s2
(3m +4)
s2
T2 = 2.3,6(15-1) +
(2.3,6 + 4.5) (15-1) + 5
(3.20 +4)
5

T2 = 160,32 detik

Beban puncak lif zona 2


L
2
=
P
(
2
a
3
m
N
)
n
2

2
a

u
n
t
u
k
:
P

=
4
%

a
=
1
2
0
0
a

=
4
m

/
o
r
a
n
g

m
=

2
0
o
r
a
n
g
/
l
i
f

n
2
=
1
5
l
a
n
t
a
i

m
a
k
a
:

L
2
=
P
(
2
a
3
m
N
)
n
2

2
a

L2 = 4%(2.1200-3 .20N)15
2.4
L2 = 180 - 4,5 N
TEKNOLOGI BANGUNAN III

35

Daya angkut satu lif/kereta dalam 5 menit


M=
M=
M=

300 mN

300.20N

T2

160,32
37,425 N
Persamaan : M = L
3
7
,
4
2
5
N
=
1
8
0
4
,
5
N

N
=
4
,
2

9
~
5
l
i
f
w = T/N = 160,32/5 =
32,06 detik > w min = 30
detik
< w max = 45 detik
Perhitungan zona 1
Waktu perjalanan bolak balik lif dengan kecepatan s2 = 5
m/detik.
T1 = (2h + 4s1) (n1-1) + s1 (3m +4)
s1
u
n
t
u
k
:
s
1
=
3
m

/
d
e
t
i
k

s
2
=
5
m
/
d
e
t
i
k
m
=
2
0
o
r
a
n
g

h
=
3
,
6
n
1
=
1
5
l
a
n
t
a
i

n
2
=
1
5
l
a
n
t
a
i

maka : T1 =
(2h + 4s1) (n11) + s1 (3m
+4)
s1
T1 =
(2.3,6 +
4.3) (151) +
3(3.20
+4)
3
T1 = 153,6 detik

Beban puncak lif zona 2


L
1
=
P
(
2
a
3
m
N
)
n
1

2
a

TEKNOLOGI BANGUNAN III

36

untuk : P = 4%
a = 1200
a

=
4
m

/
o
r
a
n
g

m
=
2
0
o
r
a
n
g
/
l
i
f

n
1
=
1
5
l
a
n
t
a
i

m
a
k
a
:
L
2
=
P
(
2
a
3
m

N
)
n
2

2
a

L2 = 4%(2.1200-3 .20N)15
2.4
L2 = 180 - 4,5 N
Daya angkut satu lif/kereta dalam 5 menit
M=
300 mN
T1
M=
300.20N
M 153,6
=
39,0625 N
Persamaan : M = L
3
9
,
0
6
2
5
N
=

1
8
0
4
,
5
N

N
=
4
,
1
3
~
5
l
i
f
w = T/N = 153,6/5 =
30,72 detik > w min =
30 detik
< w max = 45 detik
Jadi : zona 1 dan 2 terdapat 5 lif dengan kecepatan

rata-rata 3 m/detik dan 5


m/detik.

Perhitungan jumlah lif zona banyak dengan sky lobby


Untuk bangunan yang sangat tinggi dengan jumlah
puluhan

lantai

mendekati

100

lantai atau lebih perlu diadakan penghematan


volume

inti

gedung

dengan

mengadakan zoning pelayanan lif ditambah lobi


antara

(sky

lobby)

yang

dapat

dicapai dari lantai dasar dengan lif express yang


langsung

menuju

sky

lobby

tersebut.
Sky lobby berfungsi sebagai :

TEKNOLOGI BANGUNAN III

37

1. Lantai perpindahan untuk menuju lif lokal dalam zona di


atasnya.
2. Tempat berkumpul sementara atau mengungsi
pada waktu ada keadaan
darurat (kebakaran,gempa bumi) sambil
menunggu pertolongan.
3. Karena ada lif lokal yang melayani zona-zona,
maka diperlukan ruang mesin
lif langsung di atasnya.
Contoh untuk menghitung kebutuhan lif zona banyak dengan
sky lobby
Suatu bangunan bertingkat dengan luas lantai 2190
m dan jumlah lantai 63 dibagi dalam 5 zona
dengan 5 sky lobby (setiap zona terdiri dari 11
lantai termasuk sky lobby).
Perhitungan lif lokal
Luas

lantai ke lantai

lantai
rata-rata
Jumlah
lantai
Wakt
u
menu
nggu
Luas
lantai
netto
Luas

lantai

netto per orang


Persentasi
penghuni
untuk
beban
puncak lif
Tinggi

a= 2190 m
n=

10(tidak

termasuk

sky lobby)
w

30

detik
a

/
o

P = 4%

h = 3,6 m
m = anwP = 18 orang/lif

Kapasitas lif

300a
Kecepatan rata-rata lif
Waktu perjalanan bolak balik
T
=
(2
h
+
4s
)
(n
1)
+
s
(3
m

s = 2 m/detik

+
4)

s
T=
(2.3,6 +
4.2)
(10-1) +
2 (3.18
+4)
2
T = 126,4 detik
Jumlah lif lokal
N
=
a

n
T
P
_
_

3
0
0
a

N=

1814.10. 126,4.4%__
300.4.18

N = 4,25 ~ 5 lif
OLOGI BANGUNAN III

38

w = T/N = 126,4 /5 = 25,28 detik < w min = 1,5m = 27


detik
dicoba dengan lif lokal
dengan

kapasitas

20

orang/lif
maka :
T
=
(2
h
+
4s
)
(n
1)
+
s
(3
m
+
4)

s
T=
(2.3,6 +
4.2)
(10-1) +
2 (3.20
+4)
2
T = 132,4 detik
Jumlah lif lokal

N
=
a

n
T
P
_
_

3
0
0
a

N=

1814.10. 132,4.4%__
300.4.20

N = 4,001 ~ 4 lif
w = T/N = 132,4/4 = 33,1 detik > w min = 1,5m = 30
detik

Jadi setiap zona dilayani lif local sebanyak 4 buah lif dengan
kecepatan rata-rata
2 m/detik dengan kapasitas penumpang 20 orang/lif.
Perhitungan lif express
Luas lantai rata-rata

a= 2190 m

Jumlah lantai

n= 14

Luas lantai netto

a= 1814 m

Luas lantai netto per orang

a= 4 m/orang

w minimum
w maximum
Tinggi
lantai

ke

lantai
Kapasitas
lif
Kecepatan
rata-rata lif

=
2
5
d
e
t
i
k

=
4
5
d
e
t
i
k
h = 3,6 m
m
=
2
0
o
r
a
n
g
/

i
f

m
/
d
e

t
i

k
Waktu perjalanan bolak balik
- pintu lif membuka di lantai dasar
detik

= 2

- penumpang masuk lif @ 15 detik/orang = 20 x 15


detik

= 30

TEKNOLOGI BANGUNAN III

39

- pintu lif menutup kembali di lantai dasar


detik

= 2

- pintu lif membuka dan menutup di sky lobby


detik

= 4

- penumpang keluar di sky lobby @ 1,5 detik/orang


detik

= 30

- perjalanan bolak balik lif 2(n-1)h = 2(14-1)3,6


detik

= 46,8

s
_________________________________
______________________
T = 114,8 detik

Jumlah lif express :


N
=
a

n
T
P
_
_

3
0
0
a

m
N=

1814.10. 114,8.4%__

300.4.20
N = 3,47 ~ 4 lif
w = T/N = 114,8 /4 = 28,7 detik
Jadi sky lobby di atas zona 1 dilayani oleh 4
buah lif dengan kapasitas penumpang 20 orang dan
kecepatan rata-rata 2 m/detik.
Perhitungan lif untuk mencapai sky lobby di atas zona 2
Luas lantai rata-rata

a= 2190 m

Jumlah lantai

n= 26

Luas lantai netto

a= 1814 m

Luas lantai netto per orang

a= 4 m/orang

w minimum
w maximum
Tinggi
lantai

ke

lantai
Kapasitas
lif
Kecepatan
rata-rata lif

=
2
5
d
e
t
i
k

=
4
5
d
e
t
i
k
h = 3,6 m
m = 20 orang/lif

s = 3,5 m/detik
Waktu perjalanan bolak balik
detik
detik
detik
detik
detik

- pintu lif membuka di lantai dasar

= 2

- penumpang masuk lif @ 15 detik/orang = 20 x 15

= 30

- pintu lif menutup kembali di lantai dasar

= 2

- pintu lif membuka dan menutup di sky lobby

= 4

- penumpang keluar di sky lobby @ 1,5 detik/orang

= 30

TEKNOLOGI BANGUNAN III

40

- perjalanan bolak balik lif 2(n-1)h = 2(26-1)3,6


detik
s
__________________________________
_____________________
T = 119,43 detik

Jumlah lif :
N
=
a

n
T
P
_
_

3
0
0
a

m
N=

1814.10. 119,43.4%__

300.4.20
N = 3,61 ~ 4 lif
w = T/N = 119,43 /4 = 29,86 detik

3,5

= 51,43

Jadi sky lobby di atas zona 1 dilayani

oleh

buah lif dengan kapasitas penumpang 20 orang dan


kecepatan rata-rata 3,5 m/detik.
Perhitungan lif untuk mencapai sky lobby di atas zona 3
Luas lantai rata-rata

a= 2190 m

Jumlah lantai

n= 38

Luas lantai netto

a= 1814 m

Luas lantai netto per orang

a= 4 m/orang

w minimum
w maximum
Tinggi
lantai

ke

lantai
Kapasitas
lif
Kecepatan
rata-rata lif

=
2
5
d
e
t
i
k

=
4
5
d
e
t
i
k
h = 3,6 m
m
=

2
0

r
a

Waktu perjalanan bolak balik


- pintu lif membuka di lantai dasar
detik

= 2

- penumpang masuk lif @ 15 detik/orang = 20 x 15


detik

= 30

- pintu lif menutup kembali di lantai dasar


detik

= 2

- pintu lif membuka dan menutup di sky lobby


detik

= 4

- penumpang keluar di sky lobby @ 1,5 detik/orang


detik

= 30

- perjalanan bolak balik lif 2(n-1)h = 2(38-1)3,6


detik

= 53,28

s
TEKNOLOGI BANGUNAN III

5
41

____________________________________________________
___
T = 121,28
detik
Jumlah lif :
N
=
a

n
T
P
_
_

3
0
0
a

m
N=

1814.10. 121,28.4%__
300.4.20

N = 3,67 ~ 4 lif
w = T/N = 121,28 /4 = 30,32 detik
Jadi sky lobby di atas zona 1 dilayani oleh 4
buah lif dengan kapasitas penumpang 20 orang dan
kecepatan rata-rata 5 m/detik.

Perhitungan lif untuk mencapai sky lobby di atas zona 4


Luas lantai rata-rata

a= 2190 m

Jumlah lantai

n= 50

Luas lantai netto

a= 1814 m

Luas lantai netto per orang

a= 4 m/orang

w minimum
w maximum
Tinggi
lantai

ke

lantai
Kapasitas
lif
Kecepatan
rata-rata lif

=
2
5
d
e
t
i
k

=
4
5
d
e
t
i
k
h = 3,6 m
m
=
2
0
o

a
n

g
/

e
t
i
k

Waktu perjalanan bolak balik


- pintu lif membuka di lantai dasar
detik

= 2

- penumpang masuk lif @ 15 detik/orang = 20 x 15


detik

= 30

- pintu lif menutup kembali di lantai dasar


detik

= 2

- pintu lif membuka dan menutup di sky lobby


detik

= 4

- penumpang keluar di sky lobby @ 1,5 detik/orang


detik

= 30

- perjalanan bolak balik lif 2(n-1)h = 2(50-1)3,6


detik

= 50,4

_________________________________
______________________
T = 118,4 detik

TEKNOLOGI BANGUNAN III

42

Jumlah lif :
N
=
a

n
T
P
_
_

3
0
0
a

m
N=

1814.10. 118,4.4%__
300.4.20

N = 3,58 ~ 4 lif
w = T/N = 118,4 /4 = 29,60 detik
Jadi sky lobby di atas zona 1 dilayani oleh 4
buah lif dengan kapasitas penumpang 20 orang dan
kecepatan rata-rata 7 m/detik.
Perhitungan lif untuk mencapai sky lobby di atas zona 5
Luas lantai rata-rata

a= 2190 m

Jumlah lantai

n= 62

Luas lantai netto

a= 1814 m

Luas lantai netto per orang


w minimum
w maximum
Tinggi
lantai

ke

lantai
Kapasitas
lif
Kecepatan
rata-rata lif

=
2
5
d
e
t
i
k

=
4
5
d
e
t
i
k
h = 3,6 m
m
=
2
0
o
r
a
n
g

a= 4 m/orang

i
f

m
/
d
e

t
i

8
Waktu perjalanan bolak balik
- pintu lif membuka di lantai dasar
detik

= 2

- penumpang masuk lif @ 15 detik/orang = 20 x 15


detik

= 30

- pintu lif menutup kembali di lantai dasar


detik

= 2

- pintu lif membuka dan menutup di sky lobby


detik

= 4

- penumpang keluar di sky lobby @ 1,5 detik/orang


detik

= 30

- perjalanan bolak balik lif 2(n-1)h = 2(62-1)3,6


51,67detik

8,5

__________________________________
_____________________
T = 119,67 detik
Jumlah lif :
N=
TEKNOLOGI BANGUNAN III

anTP__
43

300a m
N=

1814.10. 119,67.4%__
300.4.20

N = 3,62 ~ 4 lif
w = T/N = 119,67 /4 = 29,92 detik
Jadi sky lobby di atas zona 1 dilayani oleh 4
buah lif dengan kapasitas penumpang 20 orang dan
kecepatan rata-rata 8,5 m/detik.

Daya listrik untuk lif


Daya listrik yang diperlukan dalam 1 kelompok lif
sangat tergantung kepada kapasitas, kecepatan dan
jumlah lif. Suatu lif dengan kapasitas m dan

kecepatan s m/detik memerlukan daya sebesar :


TEKNOLOGI BANGUNAN III

44

E = 0,75 x
m x 75 x s
HP = 0,75
ms kw
75
Sedangkan faktor kebutuhan daya untuk 1 kelompok lif adalah :
Jumlah lif

10

15

20

25

Faktor daya

0,8

0,7

0,7

0,6

0,6

0,5

0,5

0,4

0,4

0,3

Contoh :
Lif dengan kapasitas 3500lb = 1587,6 kg kecepatan
3 m/detik memerlukan daya listrik sebesar
E=
0,75 x
1587,
6x3
HP =
48 HP

75
Untuk 5 lif
= 0,67 x 5 x
48

HP =

160

HP

Catatan :
1 orang diperhitungkan 75 kg.
Penggunaan daya listrik oleh lif (10 jam/hari)
kwh = 0,20 x 160 HP x 0,746 kw/HP x 10 jam = 240 kwh

Beban panas ruang mesin lif

Beban panas ruang lif maximum diperhitungkan 1/3


x jumlah HP di mana 1HP = 2500 Btu (1 Btu = 0,25
kalori).

Temperatur

ruang

mesin

lif

harus

dipertahankan antara 60-90F. Suatu lif dengan


kapasitas 2000 lb dan kecepatan 2,5 m/detik
memerlukan daya listrik sebesar :
E = 0,75 x 2000
x 0,4536 x 2,5
HP = 23 HP
75
(1 pound = 0,4536 kg; 1 HP = 75 kg m/detik;
1 HP = 0,746 KVA)
Beban panas = 1/3 x 23 x 2500Btu = 19.167 Btu

TEKNOLOGI BANGUNAN III

45

6.2. Perancangan Tangga Kebakaran


Tangga adalah suatu tempat untuk menghubungkan
ruangan bawah dengan ruangan diatasnya. Selain untuk
menghubungkan

ruangan-ruangan

tersebut,

tangga

berfungsi sebagai tempat untuk menyelamatkan diri dari


bahaya kebakaran sehingga disebut sebagai tangga
kebakaran.
Di dalam sistem pencegahan kebakaran terdapat
adanya

klasifikasi

bangunanbangunan

menurut

ketentuan struktur utamanya terhadap api berdasarkan


kepada Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor
02/KPTS/1985, yang mana dibagi dalam beberapa kelas
yaitu :
Kelas A
Struktur utamanya harus tahan terhadap api sekurangkurangnya 3 jam. Bangunan kelas A ini biasanya
merupakan bangunan untuk kegiatan umum, seperti
hotel, pertokoan, perkantoran, rumah sakit, bangunan
industry, tempat hiburan, museum dan bangunan dengan
penggunaan ganda/campuran.
Kelas B
Struktur utamanya harus tahan terhadap api sekurangkurangnya 2 jam. Bangunan kelas B ini biasanya
merupakan bangunan untuk perumahan bertingkat,
asrama, sekolah dan tempat ibadah.
Kelas C
Struktur utamanya harus tahan terhadap api sekurangkurangnya 1 jam. Bangunan
kelas C ini biasanya merupakan bangunan yang tidak
bertingkat dan sederhana.
Kelas D
Bangunan yang tidak tercakup ke dalam kelas A, B, C
dan diatur tersendiri, seperti instalasi nuklir dan gudang
persenjataan/mesin.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

46

Syarat-syarat tangga kebakaran, yaitu :


a. Tangga terbuat dari konstruksi beton atau baja yang
mempunyai

ketahanan

kebakaran selama 2 jam.

Tangga
n dari ruangan-ruangan lain dengan
dinding beton yang
tebalnya minimum 15 cm atau tebal tembok 30 cm
yang mempunyai ketahanan kebakaran selama 2 jam.

c. Bahan-bahan
mudah terbakar dan

eperti lantai dari bahan yang tidak

tidak licin, pegangan tangga terbuat dari besi.


d. Lebar tangga minimum 120 cm (untuk lalu lintas 2 orang).
e. Pintu tangga terbuat dari bahan yang tahan kebakaran
selama

jam

(pintu

tahan

api).

f. Pintu paling atas membuka ke arah luar (atap bangunan) dan


semua pintu
lainnya membuka ke arah ruangan tangga, kecuali
pintu paling bawah membuka ke luar dan langsung
berhubungan dengan ruang luar.
g. Daun pintu yang terbuat dari pintu tahan api dilengkapi dengan
engsel, kunci dan
pegangan yang juga tahan api. Pintu tidak dapat
dibuka secara otomatis dari ruangan tangga, kecuali
pintu paling atas atau paling bawah.

h. Letak pintu kebakaran ini paling jauh dapat dijangkau oleh


pengguna dalam jarak
radius 25 m. Oleh karena itu, diperlukan satu
kebakaran dalam suatu bangunan dengan luas 600 m
yang ditempati 50-70 orang.
diperlukan : (i)

i. Supaya asap kendaraan tidak masuk dalam ruangan tangga,

depan tangga; (ii)

Exhaust fan, yang berfungsi mengisap asap yang ada di

TEKNOLOGI BANGUNAN III

48

Pressure fan, yang berfungsi menekan/member tekanan di


dalam ruang tangga
yang lebih besar daripada tekanan pada ruangan luar.
j. Di dalam dan di depan tangga diberi alat penerangan sebagai
penunjuk arah ke
tangga dengan daya otomatis/emergency.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

49

Standar perhitungan tangga kebakaran


-

Waktu pengosongan gedung = 5 menit.

Setiap lebar tangga 0,6 m melewatkan 30 orang/menit.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

50

orang/menit.

Setiap lebar tangga minimum 1,20 m melewatkan 60


-

Dalam 5 menit melewatkan 300 orang.

- Dengan minimum 2 tangga per lantai, lebar tangga 1,20 m.


Dapat melewatkan
600 orang per 5 menit.
- Dengan satuan luas 4 m untuk gedung perkantoran, luas lantai
netto yang dapat
dilayani = 4 x 600 = 2400 m/lantai.
- Untuk gedung perhotelan atau rumah sakit dengan satuan luas
lantai netto per
orang 5 m, luas lantai netto yang dapat dilayani 5 x 600 = 3000
m/lantai.
- Untuk gedung apartemen atau flat dengan satuan luas lantai
netto per orang 3
m/orang, luas lantai netto yang dapat dilayani 2
tangga lebar 1,20 m = 3 x 600 = 1800 m/lantai.

6.3. Perancangan Sistem Plambing


Sistem

peralatan

penyediaan

plambing

atau

adalah

pengeluaran

suatu
air

sistem
ke

tempat yang dikehendaki tanpa ada gangguan atau


pencemaran

terhadap

daerah-

daerah yang dilaluinya dan dapat memenuhi kebutuhan


penghuninya

dalam

masalah

air.
Jenis peralatan plambing
Dalam artian khusus, istilah peralatan plambing meliputi :
1. Peralatan untuk penyediaan air bersih/air minum.
2. Peralatan untuk penyediaan air panas.
3. Peralatan untuk pembuangan dan ven.
4. Peralatan saniter (plumbing fixtures).
Dalam artian yang lebih luas, istilah peralatan plambing meliputi :
1. Peralatan pemadam kebakaran.
2. Peralatan pengolah air kotor.

3. Peralatan penyediaan gas.


4. Peralatan dapur.
5. Peralatan untuk mencuci (laundry).
6. Peralatan pengolah sampah.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

51

7. Berbagai instalasi pipa lainnya.

Syarat-syarat dan mutu bahan plambing


Dalam perencanaan pelaksanaan plambing, harus
diperhatikan syarat-syarat dari bahan plambing, yaitu :
a. Tidak menimbulkan bahaya kesehatan.
b. Tidak menimbulkan ganguan suara.
c. Tidak menimbulkan ganguan radiasi.
d. Tidak merusak perlengkapan bangunan.
e. Instalasi harus kuat dan bersih.
Selain syarat-syarat di atas, harus pula diperhatikan
cara-cara pemasangan yang baik, seperti penyambungan
hubungan dari pipa-pipa yang besar ke yang kecil atau
sebaliknya. Instalasi plambing harus manggunakan
bahan-bahan

yang

mutu bahannya memenuhi syarat-

syarat sebagai berikut :


a. Daya tahan bahan harus tahan lama, minimal 30 tahun.
b. Permukaan harus halus dan tahan air.
c. Tidak ada bagian yang tersembunyi/menyimpan
kotoran

pada

bahan-bahan

yang

dimaksud.
d. Bebas dari kerusakan, baik secara mekanis maupun yang lain.
BANGUNAN III

52

e. Mudah pemeliharaannya.
f. Memenuhi peraturan-peraturan yang berlaku.

Alat-alat pendukung sistem plambing


Di

dalam

perencanaan

sistem

plambing,

perlu

diperhatikan bahan/alat plambing. Untuk bahannya


dapat digunakan pipa besi tuang (galvanize), pipa PVC
dan pipa tembaga (untuk air panas). Penggunan pipa ini
tergantung kepada jenis bangunan dengan

suatu

tekanan tertentu sesuai dengan besar dan tinggi


bangunannya. Ukuran pipa yang sering digunakan mulai
dari diameter sampai dengan 2 untuk rumah tinggal
dan sampai dengan 6 untuk bangunan tinggi.
Alat-alat plambing yang merupakan permulaan dari
sistem pembuangan dari instalasi dapat berupa keran,
kloset, wastafel (lavatory), urinoir, bidet, bath tub,
shower dan lain-lain.

Sistem penyediaan air bersih


Air

yang

merupakan

adalah

suatu

pelengkap

disediakan

dalam

kebutuhannya

alat

dapat

kebutuhan
yang

plambing.
dibagi

manusia
harus

Air

menjadi

menurut
air

bersih (air dingin atau air panas) dan air kotor (air sisa,
air

limbah,

air

hujan

dan

air

limbah khusus). Air bersih atau disebut juga air minum


yaitu

air

yang

dapat

diminum

dan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Agar air

bersih/air

minum

tidak

mangganggu kesehatan manusia dan peralatan yang


berhubungan
maka

diperlukan

bakteriologis

dengan
syarat-syarat
yang

air,
fisik,

kimia

ditentukan

dan

oleh

dinas kesehatan.
Syarat-syarat fisik air bersih :
a. Jernih, bersih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai
rasa.
b. Mempuyai suhu kira-kira 10-20 C.
c. Memenuhi syarat kesehatan.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

53

Sumber air bersih


Air yang berasal dari mata air yaitu air yang keluar
dari dalam tanah. Biasanya terdapat pada daerahdaerah yang bergunung berapi sebagai mata air sungai.
Air sungai

dimanfaatkan oleh masyarakat

untuk

memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Adapun air dari


mata air pegunungan juga di manfaatkan oleh
perusahaan untuk masyarakat yang memerlukan air
bersih. Untuk mengambil air bersih di dalam tanah, dapat
dilakukan dengan cara membuat galian sumur yang
kedalamannya tergantung kepada tinggi permukaan air
tanah yaitu sekitar 5-15 m.

Macam-macam sumur yang mendapatkan air dari dalam tanah :


a. Sumur pompa/sumur galian = 5-15 m.
b. Sumur pompa dengan mesin = 15-40 m.
c. Sumur pompa dengan mesin/semi deep well = 50-100 m.
d. Sumur pompa dalam/deep well = 100 m lebih.

Kebutuhan air
Kebutuhan air dalam bangunan sangatlah bermacam-macam, yaitu :
a. Keperluan-keperluan :
1. Untuk minum, memasak/dimasak.
2. Untuk keperluan mandi, buang air kecil dan besar.
3. Untuk mencuci pakaian, cuci tangan/badan, cuci peralatan dan
perlengkapan.
4. Untuk proses seperti industri.
b. Kebutuhan yang sifatnya sirkulasi :
1. Air panas.
2. Water cooling/AC.
3. Kolam renang dan air mancur/taman.

c. Kebutuhan yang sifatnya tetap :


1. Air untuk hydran.
2. Air untuk sprinkler.
d. Kebutuhan air cadangan yang sifatnya berkurang karena
penguapan.

Sistem pemipaan plambing


Sistem

pemipaan

dalam

bangunan

menurut

pengaliran airnya dibagi menjadi 2 macam yaitu :


1. Sistem Horisontal

cara

Sistem pemipaan air secara horisontal adalah suatu sistem


pemipaan yang
banyak digunakan untuk mengalirkan kebutuhan
air pada suatu bangunan perumahan/tempat tinggal
yang tidak bertingkat.Ada 2 cara yang dipakai untuk
sistem pemipaan horizontal yaitu:
a. Pemipaan yang menuju ke satu titik akhir.
Keuntungan pemipaan ini adalah pemakaian
bahan yang lebih efisien dan kerugiannya adalah
daya pancar pada titik keran air tidak sama,
semakin jauh semakin kecil daya pancar airnya.
b. Pemipaan yang melingkar atau membentuk cincin.
Pemipaan ini menuntut penggunaan bahan pipa
yang
banyak
karena
kekuatan
daya pancar air ke semua titik akan menghasilkan
daya pancar yang sama.

2. Sistem Vertikal
Sistem pemipaan air secara vertikal merupakan
system

pemipaan

yang

digunakan pada bangunan bertingkat tinggi. Cara


kerja

system

ini

adalah

dengan

menampung air terlebih dahulu pada tangki air


(ground
dari

reservoir)
beton

dengankebutuhan

dengan
air

yang

terbuat

kapasitas
pada

sesuai

bangunan

tersebut.

Kemudian

menggunakan

air

air

pompa

dialirkan

untuk

dengan

langsung

menuju ke titik-titik keran yang diperlukan. Sistem


ini

lebih

menguntungkan

pada

penggunan pipa tetapi sering mengalami kesulitan


kalau

sumber

tenaga

listrik

untuk pompa mengalami pemadaman. Adapun cara


lainnya

yaitu

menggunakan

pompa yang di tempatkan di atas bangunan kemudian


dari
titik-titik

tangki,

air

keran

menggunakan

yang

sistem

dialirkan

ke

diperlukan

dengan

gravitasi/diturunkan

secara langsung. Pada titik-titik tertentu yang jaraknya


kurang dari 9 m dari tangki
BANGUNAN III

57

digunakan alat tambahan untuk memperkuat daya pancar


air, misalnya
menggunakan pompa tekan.

Penyimpaan air bersih


Untuk penyimpannan air bersih dari pompa atau
perusahaan

air,

volume

air

harus

disesuaikan dengan keperluan penggunanya dihitung


per
air

8
bersih

reservoir

jam.

Untuk

tersebut

dapat

dan

menyimpan
mengunakan

tangki

air.

ground

Ground

reservoir/ tangki bawah tanah ini memerlukan ruangan


yang
pompa

besar
dan

ruang

penunjangnya.

seperti

ruang

pengurasannya

sebagai

Untuk

ruang

memenuhi

persyaratan kesehatan sebagai tempat penyimpanan air


maka

digunakan

bahan

dari

beton. Sedangkan tangki air yang berada di atas atap


bangunan

harus

terbuat

dari

bahan yang ringan/bukan beton seperti fibre glass tau

plat-plat

baja

yang

terdiri

dari

komponen plat yang disusun sedemikian rupa sehingga


membentuk

kotak

sesuai

dengan ukuran yang dikehendaki.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

58

Sistem pembuangan air kotor


Air buangan/air kotor adalah air bekas pakai yang
dibuang. Air kotor ini dapat dibagi menjadi beberapa
macam berdasarkan hasil penggunaannya yaitu :
a. Air bekas buangan : air yang digunakan untuk
mencuci,

mandi

dan

bermacam-

macam kebutuhan lainnya.


b. Air limbah : air untuk membersihkan limbah/kotoran.
c. Air hujan : air yang jatuh di atas permukan tanah dari proses alam.
d. Air limbah khusus : air bekas cucian dari kotoran
dari peralatan tertentu dan
tempat tertentu seperti rumah sakit, pabrik, restoran
dan laboratorium.
Untuk membuang dan mengalirkan air kotor ini, ada yang
digabung pembuangannya
dan ada yang harus dipisahkan serta diproses tersendiri.
System air kotor plambing
harus diperhatikan cara pembuangan dan
penyambungannya agar tidak terjadi
perembesan yang berakibat mencemarkan
lingkungan. Selain itu, pipa-pipa
dibuat/dipasang dalam ukuran yang besar mulai dari
diameter 3 sampai dengan 6
dengan kemiringan tertentu untuk memudahkan

pengaliran air kotor tersebut.


Sistem pembuangan air bekas
Macam-macam air bekas di sini adalah air bekas cucian
dari

pakaian,

peralatan,

kendaraan, peralatan masak dan bekas cucian lainnya.


Untuk

pipa

pembuangannya

dapat menggunakan pipa PVC (vertikal) atau pipa


beton

(horisontal).

Mengingat

bahwa panjang PVC 400 cm, maka sistem pemipaan


pembuangan

air

bekas,

baik

vertikal atau horisontal diusahakan setiap 400 cm dibuat


sambungan/dihubungkan
BANGUNAN III

59

dengan pipa-pipa lainnya. Untuk pipa vertikal, sambungannya


mempunyai sudut
lebih kecil dari 90 sehingga tidak terjadi balik. Dan
untuk

horisontal,

sambungannya

sudutnya harus lebih besar dari 90 atau dengan cara lain


menggunakan bak control.
Sistem pembuangan air limbah
Air limbah adalah air bekas buangan yang bercampur
dengan

kotoran/limbah.

limbah

ini

tidak

Air

diperbolehkan

sembarangan/saluran

air

dibuang

tetapi

harus

ditampung ke dalam bak penampungan. Saluran air


limbah

di

tanah/

di

dasar

bangunan dialirkan dengan jarak sependek mungkin


dan

tidak

diperbolehkan

membuat belokan tegak lurus. Pipa dengan sudut


kemiringan

0,5-1%

ke

dalam

bak

penampungan atau yang disebut septic tank. Bak


penampungan

ini

tidak

diperbolehkan dicampur dengan air bekas buangan


apalagi

yang

mengandung

sabun.
Untuk bangunan rumah tinggal, diperlukan satu atau dua septic tank
dengan volume
1-1,5

dengan

dibuat

bangunan

perembesannya.

yang

Untuk

banyak

penghuninya, diperlukan septic tank dengan ukuran


besar

yang

sering

disebut

sebagai pengolah limbah (sewage treatment). Sewage


Treatment

Plant

(STP)

adalah

tempat pengolahan limbah yang jumlah kotorannya


cukup

banyak.

Kemudian

limbah

yang terkumpul diolah secara mekanis, diaduk dan


diberi

udara

agar

bakteri

yang

bekerja mengolah limbah dapat hidup dengan baik


serta

dapat

memproses

limbah/kotoran tersebut. Hasil dari pengolahan limbah


harus

diberi

zat

pembersih

sehingga air bekas pengolahan limbah dapat dialirkan


melalui

saluran

pembuangan

kota atau digunakan kembali seperti menyiram


tanaman

dan

mendinginkan

alat

pendingin (AC).
Sewage Treatment Plant (STP) dapat diletakan di luar
bangunan,

di

halaman

atau

di

bawah lantai dari toilet yang terendah. Jika diletakan di


dalam

bangunan

Sewage

Treatment Plant (STP) ini harus dapat dimasuki


oleh

orang

untuk

mengontrol

sehingga diperlukan adanya penerangan dan sistem


pengudaraaan yang baik.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

60

Sistem pembuangan air limbah khusus


Air limbah khusus adalah air bekas buangan yang
berasal

dari

kebutuhan

khusus

seperti restoran, pabrik, industry, bengkel, rumah sakit


dan

laboratorium.

Air

limbah

khusus ini harus ditampung di tempat tertentu dengan bak

penampungan sendiri, lalu


TEKNOLOGI BANGUNAN III

61

dapat dibuang bersama-sama dengan air bekas biasa. Sebagai


contohnya adalah
limbah yang berasal dari restoran, air limbah yang
berasal dari tempat ini banyak mengandung lemak,
sedangkan lemak sendiri tidak dapat menyatu dengan air
bekas buangan. Oleh karena itu, diperlukan adanya bak
penampungan untuk menangkap lemak tersebut yang
dinamakan grease trap.
Sistem pembuangan air hujan
Air hujan adalah air yang berasal dari awan yang jatuh ke
permukaan

tanah/bumi.

Air

hujan dialirkan ke saluran-saluran tertentu. Mengingat


bahwa

air

hujan

yang

dialami

olehsetiap bangunan tidak sama, tergantung kepada


letak

dan

kondisi

bangunan

berada, maka untuk penyalurannya diperlukan adanya


pipa

plambing

tersendiri

yang

dihitung dan diukur dari atap yang menerima air hujan


tersebut.
atau

Untuk

bangunan

melalui

rumah

perumahan,

pipa

tinggal

air

hujan

vertikal

disalurkan
dengan

diameter 3 yang diteruskan ke saluran horisontal


denagan
dengan

kemiringan
jarak

0,5-1%

terpendek

menuju

Air

hujan

lingkungan.

ke

saluran

air

tersebut

disalurkan dengan pipa tersendiri dengan saringan


khusus

yang

terpisah

dengan

air

bekas. Untuk daerah yang penyerapan air tanahnya


cukup

baik,

dibuatlah

bak

penampungan air hujan, lalu diserap oleh tanah gembur


dengan

dasar

yang

terdiri

dari pasangan koral dan ijuk. Tujuan dibuatnya bak


penampungan

air

hujan

ini

adalah agar air hujan yang datang tidak terbuang


dengan

percuma

ke

selokan

lingkungan, melainkan meresap sehingga tanah menjadi

daerah

yang

mengandung

banyak air yang nantinya akan digunakan untuk


kebutuhan air di daerah tersebut.

Air hujan yang jatuh pada atap bangunan tinggi harus


dibuat

sistem

pemipaan

yang

dapat mengalirkan air hujan di atap menuju ke tanah.


Pipa air hujan tersebut
TEKNOLOGI BANGUNAN III

62

dipasang secara vertikal pada shaft supaya dapat dibuang sejajar


dengan pipa-pipa
plambing lainnya. Pipa ini dipasang sesuai dengan luas
atap yang menampung air hujan

tersebut.

Dalam

menghitung besar pipa pembuangan air hujan, harus


diketahui luasan atap yang menampung air hujan
tersebut.

Untuk menghitung jumlah dan besar pipa tegak untuk air


hujan, dapat dicari dengan cara sebagai berikut :
Contoh :
Luas atap = 1200 m.
Hujan rata-rata di Indonesia antara 300-500
mm/m/jam = 5-8 liter/menit. Curah hujan =
1200 m x 5-8 liter/menit = 6000-9600
liter/menit.
Karena luas atapnya 1200 m, maka diameter pipa yang
efisien menurut table adalah
berukuran 6 yang dapat mengalirkan air dengan
kapasitas +/- 1610 liter/menit.
Jika curah hujan = 8000 liter/menit, maka air hujan akan
mengalir dalam waktu 1 x 6
= 8000 : 1610 = 5.
Jadi, untuk mempercepat pembuang air hujan dalam 1
menit diperlukan pipa dengan diameter 6 sebanyak 5
buah.
Setelah mengetahui jumlah dan besar diameter tegak
pipa air hujan, air hujan tersebut dapat dialirkan
melalui saluran air kota atau dialirkan ke dalam sumur
resapan. Untuk memperlancar aliran penyerapan air
hujan, sumur resapan tersebut dihubungkan dengan
saluran air kota. Ini dimaksudkan supaya sumur resapan
yang yang terlalu kebanyakan air hujannya dapat
dialirkan ke saluran air kota. Untuk daerah yang rendah
dapat dipasang pompa yang secara otomatis dapat

membuang air hujan yang penuh tersebut dialirkan ke


saluran air kota. Penggunan sumur ini dapat dilakukan
di daerah yang daya resap airnya cukup baik.

BANGUNAN III

63

Perhitungan kebutuhan peralatan plambing


Untuk memenuhi kebutuhan peralatan plambing pada suatu
bangunan, harus
direncanakan sesuai dengan besar (luas) bangunan,
fungsi dan jumlah orang yang berada di dalam bangunan
tersebut.
Contoh soal :
Suatu bangunan kantor yang disewakan terdiri dari
bangunan 15 dengan luas 1400
m/lantai dan dihuni oleh karyawan yang diasumsikan
6-8 m/orang. Kebutuhan
kloset, wastafel dan urinal pada bangunan tersebut sesuai
dengan tabel.
Jumlah karyawan per lantai = 1400 m : (6-8) m/orang =
200 orang, yang terdiri dari
karyawan pria = 110 orang dan karyawan wanita = 90
orang. Sesuai dengan tabel
tersebut, maka kebutuhan :
Kloset karyawan pria untuk 110 orang

= 5 buah.

Kloset karyawan wanita untuk 90 orang

= 5 buah

Wastafel karyawan pria untuk 110 orang

= 5 buah

Wastafel karyawan wanita untuk 90 orang

= 4 buah

Urinal karyaan pria (kloset)


= 5 buah
Jadi, jumlah kloset, wastafel dan urinal tersebut
merupakan kebutuhan peralatan plambing untuk setiap
lantai.
Suatu sekolah menengah diketahui jumlah guru,
karyawan

dan

siswanya

sebagai

berikut :
Guru pria

= 12 orang

Guru wanita

= 8 orang

Karyawan pria

= 6 orang

Karyawan wanita

= 3 orang

Siswa laki-laki

= 400 anak

Siswa perempuan

= 200 anak

Hitunglah jumlah kebutuhan peralatan plambing yaitu

kloset, wastafel dan urinal untuk guru, karyawan dan


siswanya sesuai dengan tabel.
- Kebutuhan kloset guru dan karyawan pria = (12 + 6) orang : 10 = 2
buah
- Kebutuhan kloset guru dan karyawan wanita = (8 + 3) orang : 8 = 1
buah
- Kebutuhan wastafel pria = (12 + 6) orang : 12 = 1,5 ~ 2 buah
- Kebutuhan wastafel wanita = (8 + 3) orang : 8 = 1 buah
- Kebutuhan urinal pria = (12 + 6) orang : 8 = 2 buah
- Kebutuhan kloset siswa laki-laki = 400 anak : 40 = 10 buah
- Kebutuhan kloset siswa perempuan = 200 anak : 40 = 5 buah

- Kebutuhan wastafel siswa laki-laki = 400 anak : 35 = 11 buah


- Kebutuhan wastafel siswa perempuan = 200 anak : 35 = 6 buah
TEKNOLOGI U- Kebutuhan urinal siswa laki-laki = 400 anak : 40 = 10 buah
Untuk bangunan sekolah yang bertingkat 3 maka
kebutuhan peralatan plambing di atas juga dibagi 3.

6.4. Perancangan Pengolah Udara


Penyegaran udara adalah suatu proses mendinginkan
udara

sehingga

dapat

mencapai temperature dan kelembaban yang sesuai


dengan

yang

diinginkan

dan

disyaratkan. Udara yang segar/dingin, kering dan


mengandung

O2,

setelah

dipakai

oleh penggunanya akan berubah menjadi panas, basah


dan

berkurang

kandungan

O2-nya sehingga untuk mendapatkan udara yang segar


perlu

diberikan

tambahan

udara yang mengandung O2.


Sistem penyegaran udara pada umumnya terbagi manjadi 2 golongan
utama :
1. Penyegaran udara untuk kenyamanan kerja bagi orang
yang
melakukan
kegiatan
tertentu.
2. Penyegaran udara untuk industri, penyegaran udara di
ruangan

diperlukan

oleh

proses, bahan, peralatan atau barang yang ada di


dalamnya.
Jenis penyegaran udara
Mesin penyegaran udara mempunyai 3 unit alat yang
mengubah udara panas menjadi dingin. Mesin tersebut
adalah :
a. Evaporator, pipa yang berisi gas refrigerant yang cair
dan

dingin

serta

dihembus

oleh udara.
b. Kompresor, alat untuk menekan gas refrigerant untuk
menjadikan

refrigerant

yang

cair dan dingin.


c. Kondensor, alat untuk mengembalikan refrigerant cair
menjadi

gas

dengan

hasil

pengembunan air.
Dengan alat-alat tersebut, jenis penyegaran udara dapat

dibagi
macam

dalam
dengan

ruangan

beberapa

menyesuaikan

yang

akan

besar

kecilnya

didinginkan

udaranya.
1. Mesin penyegaran udara yang menyatukan ketiga
alat

tersebut

(evaporator,

kompresor dan kondensor) dalam bentuk kotak kecil


yang disebut penyegaran
udara ruang (room air conditioner/AC). Berukuran
kecil

dengan

kapasitas

0,4-2,2

kW dimana 1 ton refrigerant (TR) = 1,25 KW. Mesin


ini sering disebut AC window.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

66

2. Mesin penyegaran udara kecil ; mesin evaporatornya


terpisah

di

dalam

kotak

dan

terletak di dalam ruangan. Sering disebut indoor unit


karena banyak digunakan
untuk

penyegaran

tamu/keluarga,

udara
ruang

ruang
kantor

tidur,

ruang

yang

kecil, ruang kelas dan lain-lain. Unit mesin ini dapat


dipasang

di

lantai

(floor

type),

di dinding (wall type) dan langit-langit (ceiling type).


Unit

lainnya

berisi

kompresor

dan kondensor yang berada di luar ruangan sering


disebut

unit

outdoor

yang

dihubungkan dengan unit indoor oleh pipa yang


berisi

refrigerant.

Mesin

penyegaran udara ini sering disebut AC split dan AC


multi-split
0,4-2,2 KW.

dengan

kapasitas

3. Mesin penyegaran udara sedang ; unit indoor-nya untuk


menyalurkan udara dingin
ke tempat yang jauh dibantu dengan pipa atau alat
penyalur udara yang sering disebut ducting. Mesin
indoor dapat dipasang di langit-langit dengan
kapasitas 1,5-15 KW yang dapat digunakan untuk
mendinginkan ruangan yang luas seperti restoran dan
pusat perbelanjaan.

3. Mesin penyegaran udara sentral ; suatu sistem penyegaraan


udara untuk
mendinginkan udara pada ruangan yang besar
sehingga

unit

memerlukan

mesinnya

ruangan

menyalurkan

udara

tersendiri.

dingin

atau

Untuk
udara

kembali, mesin ini menggunakan pipa ducting


dan

berakhir

pada

lubang

di

langit-langit yang disebut diffuser. Unit pengolah


udara

ini

yang

sering

handling

berkapasitas
disebut

unit).

pengolah

Unit

untuk

besar
udara

(air

mesin

kompresor dan kondensor diletakan jauh terpisah


yang

sering

disebut

chiller

dan

dibantu oleh pompa. Mesin penyegaraan udara


sentral

ini,

mengingat

banyak

digunakan untuk penyegaraan udara di ruangan


yang

besar

dan

luas,

seperti

bangunan kantor yang besar, hotel dan gedung


pertemuan,

maka

perlu

dibantu

dengan alat menara pendingin (cooling tower).

TEKNOLOGI BANGUNAN III

68

Tujuan penyegaraan udara adalah berusaha supaya


temperature kelembaban, kebersihan dan penyaluran
udara dalam ruangan memperolah keadaan yang
diinginkan sesuai dengan fungsi ruangan tersebut.
Beberapa

faktor

pertimbangan

pemilihan

sistem

penyegaran udara adalah sebagai berikut :


1. Faktor kenyamanan
Faktor kenyamanan ini dapat ditentukan oleh
beberapa hal yang menyangkut : temperature ratarata, kelancaran aliran udara, kebersihan, kualitas dan
jumlah aliran udara serta suara aliran udara.
2. Faktor ekonomi
Yang harus diperhatikan dalam faktor ekonomi
adalah

biaya

awal,

biaya

operasi

dan

biaya

perawatan. Biaya operasi dan perawatan meliputi


konstruksi yang sederhana,

ketahanan

peralatan,

mudah perawatannya, mudah dicapai oleh tenaga

yang merawat dan efisien.


Mengingat penggunaan alat penyegaran udara untuk
berbagai

macam

ruangan

dengan kegiatan yang berbeda-beda, maka diperlukan


alat

penyegaran

udara

yang

sesuai dengan fungsi ruangan tersebut. Misalnya


saja,
penyegaran

bangunan
udara

diperlukan

kantor,
untuk

memberikan

kenyamanan lingkungan kerja. Oleh


TEKNOLOGI BANGUNAN III

69

karena itu, perlu diadakan pembagian zona (daerah) yang terdiri


dari daerah pinggir
(perimeter) yang banyak dipengaruhi oleh kondisi udara
luar

bangunan

dan

daerah

dalam yang tidak banyak dipengaruhi udara luar.


Biasanya

digunakan

sstem

udara

tunggal (sentral) dengan volume udara yang bervariasi


dengan

unit

induksi

atau

unit

coil kipas udara. Mesin tersebut diletakan di atas lantai


yang

berpondasi

kuat

intuk

mencegah getaran mesin terhadap bangunannya.


Ruangan

diberi

lapisan

untuk

meredam suara sehingga suara mesin tidak terdengar di


ruangan

yang

diinginkan.

Ruangan ini dapat berisi 1 atau 2 mesin pendingin sesuai


dengan

kebutuhan

mesin

tersebut. Syarat-syarat lainnya adalah :


a. Ruangan tersebut dapat dihubungkan dengan udara luar.
b. Ruangan tersebut terletak segaris di atas/di bawah
ruangan

mesin

pendingin

yang

dihubungkan dengan pipa-pipa pendingin.


c. Ruangan tersebut dihubungkan dengan pipa-pipa air
(untuk

pembersihan)

dan

daya /panel (untuk menghidupkan motornya).


d. Ruangan tersebut diletakan sedekat mungkin terhadap ruangan
yang diinginkan.
e. Ruangan tersebut harus mampu menampung tenaga
untuk

perawatan

mesin

pendingin seperti membersihkan saringan udara dan


komponennya.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

70

Sedangkan
dipesang

penempatan
di

menara

tempat

pendingin

harus

yang memenuhi fungsinya

dengan baik. Tempat tersebut terletak di atas atap


bangunan atau di tempat lain dan harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Tidak terhalang tembok di kiri/kanan.
b. Harus mendapatkan udara yang bebas, bersih, tidak berdebu dan
berasap.
c.

Diletakan

getarannya

di

atap

tidak

dengan
menjalar

pondasi
ke

sehingga
bagian

lain.
d. Penempatannya sedekat mungkin terhadap tangki air dan daya
listrik.
e. Penempatanya juga sedekat mungkin terhadap mesin pendingin di
ruangan.
f. Diletakan pompa untuk membantu mengalirkan air dari mesin
pendingin.
g. Untuk sistem pendingin dengan air, mesinnya kecil
dan

memerlukan

air

cukup

banyak ; untuk mesin pendingin dengan udara,


mesinnya besar sehingga
memerlukan tempat yang cukup luas dan keperluan air tidak
terlalu banyak.

Menghitung beban pendingin ruang


Suatu bangunan terletak di Jakarta (6 LS). Bangunan
berupa

ruangan

ukuran :
P (panjang)

= 60 m

L (lebar)

= 20 m

dengan

T (tinggi)

=4m

Kondisi ruangan luar rata-rata :


Temperatur

= 23-32 C

Kelembaban = 60-90%
Kondidi ruangan dalam rata-rata :
Temperatur

= 18-27 C

Kelembaban = 50-80%
Ekste
rior
ruan
gan
(kaca
rayba
n)

Ting
gi
plafo
nd =
2,70
m
Tinggi tembok = 0,90 m
Okupasi
(jumlah
penghuni
dalam ruang)
: = Luas : (68 m/orang)
= (60 x 20) m : 6 m/orang = 200 orang
Bangunan terdiri
dari lantai ..
s.d.

lantai

..

Sehingga
ditetapkan :
Temperatur luar rata-rata 30 C

= 86 F (t0)

Temperatur dalam ruangan rata-rata 25 C = 77 F (t1)


Selisih

= 9 F (t0- t1)

1. Beban kalor melalui kaca/beban sensibel (sensible heat gain thru


glass)
Utara

= .. m x 686 Btu/h/m

= .. Btu.h

Selatan

= .. m x 398 Btu/h/m

= .. Btu.h

Timur

= .. m x 967 Btu/h/m

= .. Btu.h

Barat

= .. m x 1063 Btu/h/m

= .. Btu.h +

Jumlah per lantai

= .. Btu.h

Jumlah untuk .. lantai

= .. Btu.h

2. Beban kalor oleh transmisi bidang dinding/beban transmisi


(transmission guin)
Utara

= .. m x 3.22 Btu/h/m x 9

= .. Btu.h

Selatan

= .. m x 3.22 Btu/h/m x 9

= .. Btu.h

Timur

= .. m x 3.22 Btu/h/m x 9

= .. Btu.h

Barat

= .. m x 3.22 Btu/h/m x 9

= .. Btu.h +

Jumlah per lantai

= .. Btu.h

Jumlah untuk .. lantai

= .. Btu.h

Transmisi bidang atap


= .. m x 3.22 Btu/h/m x 9
BANGUNAN III

72

= .. Btu.h

3. Beban kalor intern (internal heat gain, people and lights)


Beban sensibel orang = okupasi x 200 Btu.h
Btu.h

= ..

Beban latent orang = okupasi x 250 Btu.h


Btu.h

= ..

Beban sensibel lampu = jumlah watt x 1,25 x 3,4 Btu/h = ..


Btu.h

4.

Jumlah per lantai


Btu.h

= ..

Jumlah untuk .. lantai


Btu.h

= ..

Ventilasi

atau

infiltrasi (ventilation
or

infiltration)
CFM = P x L x T x

(AC) x 35,31
60
AC = pertukaran udara per jam (air changes per hour) = 2
Beban kalor infiltrasi udara luar :
a. Beban sensibel =
CFM x (t0- t1) x 1,08 Btu/h

= .. Btu.h

b. Beban latent =
CFM x perbedaan specific
humidity - gr/lb x 0,67
Btu/h (udara luar dengan
udara dalam) = .. Btu.h
Jumlah

= .. Btu.h

Total beban pendingin = (1)+(2)+(3)+(4) = .. Btu/h


1 ton R = 12000 Btu.h
Kapasitas AC = total beban

= .. Ton. R

12000
Daya listrik 1 ton R

= 1,25 kw

Total daya listrik

= total ton R x 1,25 kw = .. kw

Ducting AC adalah suatu alat untuk menyalurkan udara


dingin untuk mengkondisikan ruangan besar yang

menggunakan alat AHU (air handling unit). Ducting AC


terbuat dari sheer metal atau fibre glass yang dibungkus
alumunium foil dengan glass wool sepanjang maks. 3040 m arah horizontal (utama).
Luas
ducting A
(Sq.cm) =
B(CFM) x
923
C(FPM)
Dimana :
A = luas ducting dalam Sq cm.
B = CFM (cubic feet per menit) ruangan.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

73

C = Kecepatan aliran udara dalam FPM (feet per menit).


1 feet = 30,48 cm.
1 inci = 2,54 cm.
Syarat ukuran ducting :

T
L
Lebar maks.

= 4 x tinggi

Ceiling space minimum


Data empiris ducting

= T + (10-15)cm

Reco
mmen
ded
veloci
ties
FPM
(C)
Untuk
office
buildi
ng
Main ducts

= 1000 - 1300 mm

Branch ducts

= 600 - 900 mm

Branch riser

= 600 - 900mm

6.5. Perancangan Instalasi Listrik


Syarat-syarat perancangan instalasi listrik yang ekonomis adalah :
a. Fleksibilitas
Jaringan

harus

member

kemungkinan

untuk

penambahan

beban,

tetapi

harus

dalam

batas

ekonomis, cadangan tambahan beban yang berlebihan


(over design) adalah tidak ekonomis dan merupkan
pemborosan.
b. Kepercayaan
Jaringan

instalasi

harus dapat

diandalkan

dan

dapat dipercaya, sebab pembebanan oleh peralatan


listrik sering tidak dapat dikontrol. Hal yang perlu
diperhatikan adalah kualitas bahan-bahan instalasi.
Kegagalan peralatan harus dapat diketahui secara dini
agar tidak terjadi kecelakaan.
c. Keamanan

TEKNOLOGI BANGUNAN III

74

Jaringan instalasi harus dirancang sesuai pperaturan nasional


yang berlaku
(peraturan umum instalai listrik), tabung instalasi
harus mudah dicapai dan bebas hambatan/halangan
fisik.
Untuk merancang jaringan instalasi listrik suatu
gedung harus lebih dahulu menaksirkan beban total
seluruh gedung dan menentukan lokasi transformator
dan tabung instalasi. Beban total yang pasti dapat
diketahui setelah perancangan lengkap selesai, tetapi
ini memerlukan beberapa bulan, oleh karena itu
perlu diadakan perhitungan pra rencana.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

75

Kelompok pembebanan listrik dalam bangunan adalah sebagai


berikut :
1. Pencahayaan listrik.
2. Stop kontak untuk peralatan rumah tangga maupun motor-motor
kecil.
3. Ventilasi gedung dan AC.
4. Plambing dan sanitair.
5. Transportasi vertikal.
6. Peralatan dapur.
7. Peralatan khusus.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

76

Perh
itun
gan
kabe
l
insta
lasi
listri
k
Kua
t
arus
listri
k
a. Instalasi
fasa tiga :

I=
P______
1,732 x E1 x
Cos

Dimana :

I = kuat arus

dalam penghantar
(ampere).
P= load
(beban) yang dibutuhkan
(watt).
E1
=
teganga
n antar
fasa
(volt).
Cos
=
faktor
kerja =
0,8
-

(1)

0,9.
b. Instalasi
fasa satu :

I=

(2)

P______
E x Cos

Luas penampang penghantar (A)


a. Instalasi
fasa tiga :

Dimana :

(3)

A = 1,732 x Cos
x I x l
xu

I = kuat arus

dalam penghantar
(ampere).
l = panjang
penghantar (mater).
u = rugi tegangan (volt).
A = Luas penampang penghantar (mm).
= daya hantar jenis penghantar, untuk
tembaga (Cu) = (50 x
106)(ohm.m)-1.
a. Instalasi
fasa tiga :
A = 2 x Cos
x I x l
xu

(4)

Rumus (3) dan (4) umumnya digunakan untuk instalasi


yang

kecil

(perumahan).

Voltage drop (u) dapat diambil antara (1-5)% dari


tegangan

supply

atau

rata-rata

2,5%. Untuk instalasi yang besar (kantor, hotel, rumah


sakit,

pertokoan

dan

lain-lain)

luas penampang penghantar yang diperlukan dapat


ditentukan sebagai berikut :
1. Hitung kuat arus.
2. Tentukan jenis kabel yang akan digunakan.

3. Berdasarkan tabel besar penampang penghantar yang dibutuhkan.


Instalasi dalam gedung dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
a. Instalasi untuk penerangan.
2. Instalasi untuk power (lif, AC, pompa dan lain-lain).

Contoh :
Suatu gedung kantor dengan jumlah lantai 10 membutuhkan beban
sebagai berikut :
Penerangan

= 80 kw

Lift

= 50 kw

BANGUNAN III

78

AC sentral

= 300 kw

Pompa

= 5 kw

Tegangan yang digunakan 220/380 volt dengan faktor


kerja = 0,8. Tentukan besar penampang kabel yang
digunakan untuk :
- Kabel penghantar dari gardu PLN ke main panel.
- Kabel penghantar dari main panel ke sub main panel penerangan.
- Kabel penghantar dari gardu PLN ke sub main power.
- Kabel penghantar dari sub main panel ke panel lift.
- Kabel penghantar dari sub main panel power ke panel AC.
- Kabel penghantar dari sub main panel ke main panel pompa.
Beban total = 435 kw = 435000 watt
Beban

untuk

power = 355
kw = 355000
watt Total kuat
arus

yang

diperlukan :
I=
P______ =
435000_____ = 826 A
1,732 x E1 x Cos 1,732 x 380 x 0,8

Dipilih kabel NYFGbY dalam tanah.


Da I =
P______ =
435000_____ = 826 A
hingga diambil 2
1,732 x E1 x Cos 1,732 x 380 x 0,8
bu
- Kabel penghantar dari gardu PLN ke main panel adalah kabel
tanah NYFGbY 2 (4
x 240) mm.

Kuat arus untuk instalasi penerangan


I=
P______ =
8000_____ = 152 A
1,732 x E1 x Cos 1,732 x 380 x 0,8

Dipilih kabel NYFGbY dalam tanah dan dari tabel didapat NYFGbY
4 x 50 mm.
- Kabel penghantar dari main panel ke sub main panel
penerangan adalah kabel tanah NYFGbY 4 x 50 mm.
Kuat arus untuk instalasi power
TEKNOLOGI BANGUNAN III

79

I=
P______ =
355000_____ = 674 A
1,732 x E1 x Cos 1,732 x 380 x 0,8

Dipilih kabel NYFGbY dalam tanah.


Dari tabel tidak ada kabel yang dapat menghantarkan
arus 674 A sehingga diambil 2 buah parallel yaitu
NYFGbY 2 (4 x 185) mm.
- Kabel penghantar dari main panel ke sub main panel
power adalah kabel tanah NYFGbY 2 (4 x 185) mm.

Kuat arus untuk panel lif


I=
P______ =
50000_____ = 95 A
1,732 x E1 x Cos 1,732 x 380 x 0,8

Dipilih kabel NYFGbY dalam tanah dan dari tabel didapat NYFGbY
4 x 25 mm.
- Kabel penghantar dari main panel ke sub main
panel lif adalah kabel tanah NYFGbY 4 x 25 mm.

Kuat arus untuk panel AC


I=
P______ =
300000_____ = 570 A
1,732 x E1 x Cos 1,732 x 380 x 0,8

Dipilih kabel NYFGbY dalam tanah dan dari tabel didapat NYFGbY
4 x 400 mm.
- Kabel penghantar dari main panel ke sub main
panel lif adalah kabel tanah NYFGbY 4 x 400 mm.

Kuat arus untuk panel pompa


I=
P______ =
5000_____ = 9,5 A
1,732 x E1 x Cos 1,732 x 380 x 0,8
Dipilih kabel NYFGbY dalam tanah dan dari tabel didapat NYFGbY

4 x 2,5 mm.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

80

- Kabel penghantar dari main panel ke sub main panel lif


adalah kabel tanah
NYFGbY 4 x 2,5 mm.

6.6. Perancangan Telepon


Dalam perencanaan, sistem telepon harus menggunakan
sistem

hubungan

seperti

saluran untuk daya pembangkit computer yaitu aliran di

dalam lantai (floor duct).


TEKNOLOGI BANGUNAN III

81

Selain itu, diperlukan sistem panel atau terminal telepon yang


dapat langsung
berhubungan dengan luar melalui penggunaan sistem
terminal
yang

utama

diperlukan

menuju

atau

(Private

penggunaan

titik
sistem

Automatic

PABX

Branch

Exchange). Secara prinsip, perancangan sistem telepon


memerlukan

alat

tambahan

yaitu baterai untuk membantu menjalankan mesin PABX


sehingga

berfungsi

sesuai

dengan yang diinginkan.


Persiapan sistem telepon
Supaya sistem telepon ini dapat berfungsi harus dipersiapkan :
a. Panel distribusi saluran telepon.
b. Unit PABX sesuai dengan jumlah sambungan.
c. Handset telepon sama dengan jumlah kebutuhan.
d. Kabel telepon dalam bangunan.
e. Konektor kabel bangunan.
Penentuan jumlah pesawat telepon
Untuk menentukan jumlah pesawat telepon direct line
maupun extensions harus memperhatikan faktor-faktor
sebagai berikut :
a. Jabatan personel.
b. Tugas personel yang dianggap cukup penting
sehingga

memerlukan

sarana

telepon.
c. Jumlah dari penyewa bangunan perkantoran bertingkat.
d. fungsi ruangan dan lokasi.
Sistem instalasi telepon outlets
Untuk memberikan hasil perancangan instalasi telepon
yang

baik,

flexibilitas

yang

penyewa

perlu
baik

kepada

adanya
pemakai

gedung

atau

dengan

memasangsistem telepon outlets pada lantai. Dalam


pemasangannya,

digunakan

floor duct system, yang tiap outlets-nya dapat


melayani

luas

kebutuhan

10

m.

Pemasangan ini dimaksudkan supaya kabel telepon


tidak

menggangu

lalu

lintas

di

ruangan tersebut.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

82

6.7. Perancangan CCTV dan Sistem Sekuriti


CCTV (Closed Circuit Television) adalah suatu alat
yang berfungsi untuk melihat
suatu ruangan melalui layar televise yang mampu
menampilkan gambar rekaman
kamera yang dipasang di setiap sudut ruangan
(tersembunyi) yang diinginkan oleh

bagian keamanan. CCTV ini dapat bekerja selama 24


jamsesuai dengan kebutuhan.
TEKNOLOGI BANGUNAN III

83

Setiap gambar dapat ditayang ulang pada posisi waktu yang


diinginkan oleh
operator. Karena sifatnya tertutup (rahasia), maka
peletakan kamera dan tempat monitor diatur oleh
bagian sekuriti.
Dalam sistem ini, peralatan yang diperlukan adalah :
a. Kamera.
b. Monitor televisi.
c. Kabel koaxial.
d. Timelaps video recorder.
e. Ruangan sekuriti : ruangan yang telah dipasangi
oleh
monitor
dan
dilengkapi
fasilitas AC, toilet serta penerangan tersendiri.
6.8. Perancangan Tata Suara
Sistem tata suara perlu direncanakan untuk memberikan
fasilitas

kelengkapan

pada

bangunan. Tata suara ini dapat berupa background music


dan

announcing

system

(public address) yang berfungsi sebagai penghias


keheningan

ruangan

atau

pemberitahuan berupa pengumuman tertentu. Selain itu


juga

ada

system

untuk

car

call untuk bangunan umum. Peralatan dari tata suara


tersebut

dapat

berupa

microphone, cassette deck, mix amplifier, speaker


selector

switch,

volume

control

dan horn speaker (untuk car call).


Speaker sound pressure
Peletakan speaker ini sangat mempengaruhi rencana
langit-langit

dari

ruangan

umum atau ruangan kantor. Oleh karena itu, harus


diperhatikan

letak

speaker

satu

terhadap yang lainnya sehingga suara yang dihasilkan


dapat dinikmati dengan baik.

Horn speaker
Horn speaker diletakan di tempat parkir terbuka atau
di

tempat

istirahat

sopir

sehingga suara yang dihasilkan dapat terdengar oleh


sopir

yang

sedang

menunggu

mobilnya.
Microphone dan amplifier
Alat-alat ini sebaiknya diletakan pada suatu tempat yang
aman,

strategis

dan

mudah

dijangkau serta tidak menggangu ruangan. Dalam


perancangan

interior

sebaiknya

alat-alat ini diletakan di reception desk atau diletakan


pada

suatu

ruangan

khusus

yang dekat dengan reception desk yang ditangani oleh


operator

sebagai

pengelola

alat tersebut.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

84

6.8. Perancangan Limbah Sampah


Limbah sampah merupakan buangan dari bangunan
khususnya

bangunan

yang

digunakan untuk kegiatan tertentu seperti


hotel,

restoran

dan

pabrik,

pusat

perbelanjaan. Dengan hasil buangan yang berupa limbah


sampah

baik

yang

kering

ataupun yang basah, maka perlu adanya tempat khusus


yang

merupakan

gudang

sampah yang dapat menampung sementara yang


nantinya

perlu

dibuang

ke

luar

bangunan.
Untuk mengatasi limbah sampah pada bangunan bertingkat perlu
dipersiapkan :
a. Kotak-kotak untuk tempat pembuangan yang terletak
di
tempat
bagian
servis
di
setiap lantai bangunan.
b. Kotak
berupa

penampungan

di

bagian

ruangan/gudang

paling

bawah

yang

dilengkapi kereta bak sampah.

Masing-masing kotak sampah setiap lantai dihubungkan

melalui pipa penghubung dari beton/PVC/asbes dengan


diameter 10-14. Dinding paling atas diberikan lubang
untuk udara dan dilengkapi dengan keran air untuk
pembersihkan atau pemadaman sementara jika terjadi
kebakaran di lubang sampah tersebut.
Gudang sampah harus dilengkapi dengan fasilitas sebagai berikut :
a. Keran air untuk pembersihan.
b. Sprinkler untuk mencegah kebakaran.
c. Lampu sebagai penerangan.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

85

d. Alat pendingin untuk bak sampah basah agar tidak terjadi


pembusukan.
Gudang sampah ini harus berukuran besar baik luas dan
tingginya

sesuai

dengan

fungsi bangunan serta harus dapat dijangkau oleh


kendaraan pengambil sampah.

DAFTAR PUSTAKA

Juwana, Jimmy. Sistem Bangunan Tinggi. Jakarta : Erlangga, 2004.


Poerbo, Hartono. Struktur dan Konstruksi Bangunan Tinggi
Jilid
I.
Jakarta
:
Djambatan, 2000.
Poerbo, Hartono. Struktur dan Konstruksi Bangunan Tinggi
Jilid
II.
Jakarta :
Djambatan, 2005.
Poerbo, Hartono. Utilitas Bangunan. Jakarta : Djambatan, 2007.
Schueller, W. Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi.
Bandung : PT ERESCO , 1989. Schodek, Daniel.
Struktur edisi kedua. Jakarta : Erlangga, 1999.
Soufyan dan Morimura. Perancangan dan pemeliharaan
sistem

plambing.

Jakarta

PT Pradnya Paramita, 2005.


Tanggoro, Dwi. Utilitas Bangunan. Jakarta: Universitas Indonesia,
2006.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

86

You might also like