Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok
Asisten
: Nur Rosyidah
: B1J014068
: IV
:2
: Fika Nurulfalah
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu organisme. Bentuk luar
dari organisme ini merupakan salah satu ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam
mempelajari organisme. Adapun yang dimaksud dengan bentuk luar organisme ini
adalah bentuk tubuh, termasuk di dalamnya warna tubuh yang kelihatan dari luar. Pada
dasarnya bentuk luar dari ikan dan berbagai jenis hewan air lainnya mulai dari lahir
hingga ikan tersebut tua dapat berubah-ubah, terutama pada ikan dan hewan air lainnya
yang mengalami metamorfosis dan mengalami proses adaptasi terhadap lingkungan
(habitat). Namun pada sebagian besar ikan bentuk tubuhnya relatif tetap, sehingga
kalaupun terjadi perubahan, perubahan bentuk tubuhnya relatif sangat sedikit. Bentuk
tubuh pada mahluk hidup, termasuk pada hewan air juga erat kaitannya dengan anatomi,
sehingga ada baiknya sebelum melihat anatominya, terlebih dahulu kita melihat bentuk
tubuh atau penampilan (morfologi) hewan air tersebut (Bambang, 1997).
Morfometri adalah suatu studi yang bersangkutan dengan variasi dan perubahan
dalam bentuk (ukuran dan bentuk) dari organisme, meliputi pengukuran panjang dan
analisis kerangka suatu organisme. Morfometri didasarkan pada sekumpulan data
pengukuran yang mewakili variasi bentuk dan ukuran ikan. Setiap ikan mempunyai
ukuran yang berbeda-beda, tergantung pada umur, jenis kelamin dan keadaan
lingkungan hidupnya (Radiopoetro, 1990).
Morfometri terbagi menjadi dua yaitu morfometri sederhana atau tradisional dan
truss morfometrics. Morfometri tradisional adalah perbandingan antara univariate
karakter meristik dan morfometrik seperti panjang tubuh, lebar tubuh, dan tinggi tubuh
yang mampu mengidentifikasi perbedaan antar species. Kekurangannya dari morfometri
tradisional yaitu seringkali gagal mengidentifikasi perbedaan antara galur populasi
(Fitrianis, 2009). Metode baku atau morfometri tradisional mengandung kelemahan
misalnya pengukuran lebar badan tidak mengikuti anatomi ikan sehingga tidak
konsisten dari suatu bentuk ke bentuk yang lainnya dan pengukuran panjang tubuh
masih terlalu umum dalam menggambarkan bentuk ikan. Metode truss morfometrics
digunakan untuk menggambarkan secara lebih tepat bentuk ikan dengan memilih titiktitik. Berdasarkan cara ini pengukuran lebih konsisten, memberikan informasi yang
mampu
mengidentifikasi
perbedaan
antar
spesies,
seringkali
gagal
mengidentifikasi perbedaan antar galur atau populasi. Karakter morfometrik baku yang
terkonsentrasi pada ukuran-ukuran panjang dari bagian kepala, badan dan ekor
menghasilkan pola gambaran bentuk tubuh yang cenderung bias. Pengamatan
morfometri diikuti dengan pengamatan pada meristik dan pola warna, untuk data
meristik yang dihitung antara lain jumlah sisik sepanjang gurat sisi/ linea lateralis (LL),
jumlah jari-jari bercabang pada sirip punggung (dorsal), sirip perut (ventral), sirip dada
(pectoral), dan sirp dubur (anal). Pola warna dicatat mengenai penampakan warna sisik
pada bagian punggung (dorsal) dari tubuh ikan (Haryono, 2001).
Kekurangan sistem morfometri tradisional seringkali hanya mengambarkan
beberapa hal saja sehingga tidak mewakili keseluruhan bentuk organisme yang di ukur
dalam bentuk karakter morfometrik baku dan terkesan hasilnya bias dan seringkali gagal
: Chordata
Order
: Squamata
Class
: Reptilia
Family
: Colubridae
Genus
: Ptyas
Species
: Pytas mucocus
Ikan nila memiliki ciri morfologis yaitu berjari-jari keras, sirip perut torasik, letak
mulut subterminal dan berbentuk meruncing. Selain itu, tanda lainnya yang dapat dilihat
dari ikan nila adalah warna tubuhnya hitam dan agak keputihan. Bagian tutup insang
berwarna putih, sedangkan pada nila lokal putih agak kehitaman bahkan kuning. Sisik
ikan nila berukuran besar, kasar dan tersusun rapi. Sepertiga sisik belakang menutupi
sisi bagian depan. Tubuhnya memiliki garis linea lateralis yang terputus antara bagian
atas dan bawahnya. Linea lateralis bagian atas memanjang mulai dari tutup insang
hingga belakang sirip punggung sampai pangkal sirip ekor. Ukuran kepala relatif kecil
dengan mulut berada di ujung kepala serta mempunyai mata yang besar (Kottelat et al.,
1993).
Bentuk badan ikan nila (Oreochromis niloticus) ialah pipih ke samping memanjang.
Mempunyai garis vertikal pada badan sebanyak 911 buah, sedangkan garis-garis pada
sirip berwarna merah berjumlah 612 buah. Pada sirip punggung terdapat juga garisgaris miring. Mata kelihatan menonjol dan relatif besar dengan bagian tepi mata
berwarna putih. Badan relatif lebih tebal dan kekar dibandingkan ikan mujair. Garis
lateralis (gurat sisi di tengah tubuh) terputus dan dilanjutkan dengan garis yang terletak
lebih bawah (Susanto, 2007).
Menurut Saanin (1984), ikan nila (Oreochromis niloticus) mempunyai klasifikasi
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum
: Chordata
Class
: Osteichthyes
Order
: Percomorphi
Family
: Cichlidae
Genus
: Oreochromis
Species
: Oreochromis niloticus
batang ekor, DCP = tinggi batang ekor, PDL1 = panjang sebelum sirip punggung 1,
PDL2 = panjang sebelum sirip punggung 2, PVL = panjang sebelum sirip perut, PAL =
panjang sebelum sirip dubur, LDB1 = panjang dasar sirip punggung 1, LDB2 = panjang
dasar sirip punggung 2, LAB = panjang dasar sirip dubur, LPF = panjang sirip dada,
LVF = panjang sirip perut, LCF = panjang sirip ekor, LDF1 = panjang sirip punggung 1,
LDF2 = panjang sirip punggung 2, LAF = panjang sirip dubur, LMCF = panjang sirip
ekor bagian tengah (Afina et al., 2014).
Crustacea adalah hewan akuatik (air) yang terdapat di air laut dan air tawar. Kata
Crustacea berasal dari bahasa latin yaitu kata Crusta yang berarti cangkang yang keras.
Ilmu yang mempelajari tentang crustacean adalah karsinologi (Demarjati & Wardhana,
1990 ). Jumlah udang di perairan seluruh dunia diperkirakan sebanyak 343 spesies yang
potensial secara komersil. Dari jumlah itu 110 spesies termasuk didalam family
Penaidae. Udang digolongkan kedalam Filum Arthropoda dan merupakan Filum
terbesar dalam Kingdom Animalia (Fast dan Laster, 1992). Bentuk dan ciri udang yang
mudah dikenali adalah melalui warna dan bentuk serta jumlah gerigi pada rostrumnya.
Ciri dan bentuk tersebut secara umum dikenal di Indonesia dan dikelompokkan sebagai
berikut (Naamin et al, 1992):
1. Kelompok udang jerbung (Penaeus sp) berwarna putih kekuningan, rostrum lurus
dan pendek, bagian pangkal agak besar berbentuk segitiga dengan rumus 7-8/4-6
dan permukaan tubuh halus.
2. Kelompok udang windu (Penaeus monodon) loreng hitam dan kuning secara
vertikal, rostrum bergerigi tipis dengan rumus 7-8/2-3 serta berkulit halus.
3. Kelompok udang dogol (Metapenaeus sp) berkulit kasar dengan warna kecoklatan
serta hijau kemerahan, rostrum berbentuk gerigi tipis dengan rumus 6-9/0.
Udang dogol (Metapenaeus sp) memiliki kulit yang kasat dan keras, berwarna
coklat muda sedikit tembus cahaya, kadang berwarna kemerah-merahan, berbintikbintik merah. Ujung kaki dan ekor berwarna kemerah-merahan, kecuali dua kaki
pertama yang berwarna putih. Panjang udang dogol dapat mencapai 18 cm (Maemunah,
2001). Udang dogol merupakan salah satu organisme pemakan plankton, baik
fitoplankton maupun zooplankton dan merupakan predator beberapa invertebrata
(Nybakken, 1992).
Menurut Shigueno (1975), ciri morfologi udang dogol adalah mempunyai rostrum
panjang dan lurus yang ditumbuhi 7-9 duri dorsal sampai ke tepi posterior karapas.
Rostrum memiliki gigi dengan rumus 6-9/0, umurnya 8/0, berbentuk lurus atau hampir
lurus dan agak mengarah ke atas. Basipod satu pada periopod ketiga terdapat sebuah
duri. Duri ischiopod pada periopod satu. Pada jantan, bagian pangkal meropod pada
periopod kelima terdapat sebuah bonggol yang bentuknya sama seperti pada ischiopod.
Bagian telson tidak memiliki duri lateral. Rostrum bergigi hanya pada sisi bagian atas,
gurat pada karapas tidak ada. Kaki jalan pertama dilengkapi dengan tonjolan duri yang
kelihatan sangan kecil. Eksopod pada kaki jalan kelima tidak ada. Abdomen kasar dan
berambut. Klasifikasi udang Metapenaeus sp. menurut Dall et al. (1990) sebagai berikut
Kingdom : Animalia
Phylum
: Arthropoda
Class
: Crustacea
Order
: Decapoda
Family
: Penaeidae
Genus
: Metapenaeus
Species
: Metapenaeus sp.
Proses yang rumit ini melibatkan kordinasi sistem hormonal dalam tubuh udang.
Siklus molting berlangsung melalui beberapa tahapan. Pada beberapa spesies, masingmasing mempunyai tahapan dan definisi sendiri-sendiri. Menurut Saanin (1984) pada
udang ada 4 tahapan siklus molting, yaitu:
1
Postmolt
Postmolt adalah tahapan beberapa saat setelah proses eksuviasi (penanggalan
eksoskeleton yang lama). Pada tahapan ini terjadi pengembangan eksoskeleton yang
disebabkan oleh meningkatnya volume hemolymph akibat terserapnya air ke dalam
tubuh. Air terserap melalui epidermis, insang dan usus. Setelah beberapa jam atau hari
(tergantung pada panjangnya siklus molting), eksoskeleton yang baru akan mengeras.
2
Intermolt
Tahapan ini, eksoskeleton menjadi semakin keras karena adanya deposisi mineral
dan protein. Eksoskeleton (cangkang) udang relatif lebih tipis dan lunak dibandingkan
dengan kepiting dan lobster.
3
Early Premolt
Tahapan early premolt (premolt awal) mulai terbentuk epicuticle baru di bawah
lapisan endocuticle. Tahapan premolt dimulai dengan suatu peningkatan konsentrasi
hormon molting dalam hemolymph (darah).
4
Late Premolt
Tahapan premolt akhir terbentuk lagi lapisan exocuticle baru di bawah lapisan
epicuticle baru yang terbentuk pada tahapan early premolt. Kemudian diikuti dengan
pemisahan cangkang lama dengan cangkang yang baru terbentuk. Eksoskeleton
(cangkang) lama akan terserap sebagian dan cadangan energi dimobilisasi dari
hepatopankreas. Ecdysis (pemisahan cangkang) sebagai suatu tahapan hanya
berlangsung beberapa menit saja, dimulai dengan membukanya cangkang lama pada
jaringan penghubung bagian dorsal antara thorax dengan abdomen, dan selesai ketika
udang melepaskan diri dari cangkangnya yang lama. Siklus molting dikendalikan oleh
hormon molting yang dihasilkan oleh kelenjar molting yang terdapat di dalam ruang
anterior branchium, dan disebut Y organ.
Perbedaan antara udang air tawar dan udang air laut menurut Bambang (1997),
sebagai berikut:
Perbedaan
Beda ukuran
Perbandingan
Air tawar
Kecil
1:1
Air laut
Besar
1:2
cepalothorax &
abdomen
Pleura (selaput)
Appendix maskulin
genting)
Petesma (jantan) &
thelicum (betina)
interna (betina)
Perbedaan udang jantan dan betina, pada udang jantan memiliki ciri pasangan kaki
jalan ke-2, tumbuh sangat besar, kuat, bercapit besar dan panjang, bagian perut lebih
ramping daripada betina, kepala udang tampak lebih besar dari udang betina, tubuh
udang jantan langsing dan keadaan ruang dibawah abdomen sempit, alat kelamin udang
galah jantan terletak pada pangkal kaki jalan ke-5. Sedangkan udang betina pasangan
kaki jalan ke-2 tumbuh kecil, capit yang ke-2 lebih pendek, bagian abdomen nampak
lebih gemuk dan lebar, kepala udang betina lebih kecil daripada udang jantan, tubuh
udang betina terlihat gemuk dan ruang bagian bawah abdomen membesar sesuai dengan
kegunaannya untuk mengerami telur, alat kelamin udang galah betina terletak pada
pangkal kaki jalan ke-3 (Fujaya, 1999).
BAB III. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum acara morfometri yaitu bak preparat,
pinset, laporan sementara, jarum pentul, jangka sorong, penggaris, sterofom, millimeter
blok, benang dan alat tulis.
Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah udang dogol (Metapenaeus sp.),
ikan nila (Oreochromis niloticus), ular kobra (Naja sputatrix), ular weling (Bungarus
candidus), ular macan (Xenochrophis piscator), ular kadut (Homalopsis buccata), ular
jali (Ptyas mucosus), dan ular bajing (Gonyosoma oxycephalum).
B. Metode
Pengukuran morfometri hewan avertebrata:
1
Preparat udang (Metapenaeus sp.) disiapkan dan diletakkan diatas millimeter blok.
Patokan titik truss dibuat untuk metode Truss Morphometrics pada tubuh udang
dengan menggunakan jarum pentul.
Preparat ular jali (Ptyas mucosus) dan ikan nila (Oreochromis niloticus).
Morfometri sederhana, bagian-bagian tubuh ular jali (Ptyas mucosus) dan ikan nila
(Oreochromis niloticus) diukur dengan pengaris.
Ikan nila (Oreochromis niloticus) diletakkan pada millimeter yang dibawahnya ada
sterofom diberi titik-titik patok menggunakan jarum pentul untuk metode truss
morphometrics.
Karakter meristic ular jali (Ptyas mucosus) dan ikan nila (Oreochromis niloticus)
dihitung.
karakter morfologi hewan avertebrata secara meristik, morfometrik sederhana dan truss
morphometric. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengamatan secara meristik
jumlah bagian tubuh udang air laut betina diantaranya terdapat 1 pasang antenna, 5
pasang periopod dan pleopod, 2 pasang uropod dan terdapat 6 segmen pada abdomen
tubuhnya. Data ciri-ciri meristik hasil praktikum yaitu, udang laut jantan memiliki 5
pasang pleopoda, 6 pasang periopoda, 2 pasang uropoda, 1 pasang anntena, 1 pasang
antenulla, dan 6 ruas abdomen.
Data hasil analisis karakter morfologi secara meristik pada ikan nila (Oreochromis
niloticus) meliputi, jumlah jari-jari keras sirip punggung, jumlah jari-jari lunak sirip
punggung, jumlah sisik batang ekor, sisik linea lateralis 1, dan sisik linea lateralis 2.
Jari-jari keras sirip punggung ikan nila berjumlah 16 buah, jari-jari lunak sirip punggung
ikan nila berjumlah 11 buah, sisik batang ekor berjumah 14 buah, sisik linea lateralis
total berjumlah 58 buah.
Titik truss pada tubuh ikan mempunyai 10 titik yaitu, (1) titik paling posterior dari
rahang atas (maksila), (2) titik paling posterior dari mata, (3) titik pangkal dari sirip
abdomen, (4) titik pangkal dari sirip dorsal, (5) titik pangkal sirip anal, (6) titik antara
sirip keras dan sirip lunak pada sirip dorsal, (7) titik ujung sirip anal, (8) titik ujung sirip
dorsal, (9) titik dorsal pangkal sirip caudal, (10) titik ventral pangkal sirip caudal.
Udang laut juga memiliki 10 buah titik truss pada tubuhnya yaitu, (1) bagian terlebar
dari cepalothorax ventral, (2) pangkal rostrum, (3) bawah tangkai mata, (4) pertengahan
cepalothorax dorsal, (5) batas belakang cepalothorax ventral, (6) batas belakang
cepalothorax dorsal, (7) batas depan segmen 1 abdomen ventral, (8) batas belakang
segmen 3 abdomen dorsal, (9) batas belakang segmen 6 abdomen ventral, (10) batas
belakang segmen 6 abdomen dorsal. 10 titik truss pada tubuh ikan menghasilkan 21
jarak antar titik truss yaitu A1 (1-3) = 51,05 mm, A2 (1-2) = 46,20 mm, A3 (2-4) =
25,25 mm, A4 (3-4) = 69,05 mm, A5 (2-3) = 65,35 mm, A6 (1-4) =69,15 mm, B1 (3-5)
= 60,15 mm, B3 (4-6) = 89,15 mm, B4 (6-5)= 78,05 mm, B5 (5-4) = 98,05 mm,B6 (36)= 109,20 mm, C1 (7-5) = 35,35 mm,C3 (6-8) = 30,30 mm,C4 (8-7)= 31,40 mm, C5
(7-6) = 59,35 mm, C6 (5-8) = 52,05 mm, D1 (9-7) = 16,05 mm, D3 (8-10) = 22,05 mm,
D4 (10-9) = 99,05 mm, D5 (9-8) = 34,15 mm, D6 (7-10) = 34,30 mm.
Udang laut yang menjadi preparat untuk perhitungan Truss morphometrics
avertebrata juga memiliki 10 buah patokan titik truss yang menghasilkan 21 jarak antar
titik truss yaitu A1 (3-1) , A2 (1-2) , A3 (2-4) , A4 (4-3), A5 (3-2) , A6 (4-1) , B1 (5-3) ,
B3 (4-6) , B4 (6-5) , B5 (5-4) , B6 (6-3) , C1 (4-5) , C3 (6-8) , C4 (8-7) , C5 (7-6), C6
(8-5), D1 (9-7), D3 (8-10), D4 (10-9), D5 (9-8), D6 (10-7) . Pada udang laut betina, A1
= 23,05 mm, A2 = 13,05 mm, A3 = 11 mm, A4 = 16,05 mm, A5 = 19,25 mm, A6 =
26,25 mm, B1 = 11,05 mm, B3 = 19,5 mm, B4 = 13,55 mm, B5 = 20,5, B6 = 20,5 mm,
C1 = 22,5 mm, C3 = 22,5mm, C4 = 16,9 mm, C5 = 26,5 mm, C6 = 29,5 mm, D1 = 30
mm, D3 = 40,5 mm, D4 = 13,75 mm, D5 = 36 mm, D6 = 35 mm. Pada udang laut
jantan, A1 = 20,5 mm, A2 = 15,5 mm, A3 = 8 mm, A4 = 11 mm, A5 = 19 mm, A6 =
23,5 mm, B1 = 14 mm, B3 = 13 mm, B4 = 18,75 mm, B5 = 22,75 mm, B6 = 20,5 mm,
C1 = 22,5 mm, C3 = 22,5 mm, C4 = 16,5 mm, C5 = 26,5 mm, C6 = 29,5 mm, D1 = 30
mm, D3 = 40,5 mm, D4 = 13,75 mm, D5 = 36 mm, D6 = 35 mm.
Pengukuran selanjutnya dilakukan dengan menggunakan metode morfometrik
sederhana. Pengukuran ini dilakukan secara manual dengan menggunakan penggaris.
Bagian-bagian yang diukur pada udang air laut dengan metode ini diantaranya panjang
total yang diukur dari ujung antenna sampai ujung uropod, diperoleh panjang total 340
mm. Panjang standar diukur dari ujung rostrum sampai ujung telson, didapatkan 110
mm. Pengukuran panjang standar ini digunakan karena terkadang bagian-bagian tubuh
hewan ada yang tidak lengkap. Panjang karapax diukur dari bawah tangkai mata sampai
ujung karapax, panjang yang diperoleh 40 mm. Panjang rostrum diukur mulai dari gigi
awal sampai gigi terakhir, panjangnya yaitu 23 mm. Panjang scapocherit setelah diukur
hasilya adalah 16 mm. Pengukuran panjang segmen abdomen dilakukan sesuai panjang
pada segmen abdomenya yaitu dihasilkan panjang sekitar 55 mm. Pengukuran terakhir
yaitu panjang telson yang didapatkan 15 mm.
Beberapa bagian tubuh ikan nila (Oreochromis niloticus) yang diukur jika kita
melakukan metode morfometri sederhana adalah sebagai berikut, panjang total yaitu
panjang tubuh ikan mulai dari ujung moncong ikan sampai ujung ekor, panjang standar
yaitu panjang dari ujung moncong ikan sampai pangkal ekor, panjang kepala yaitu dari
ujung moncong sampai ujung operculum, panjang batang ekor (diukur secara
horizontal), panjang moncong, tinggi sirip dorsal, panjang pangkal sirip dorsal, diameter
mata, tinggi batang ekor (diukur secara vertikal), tinggi badan ikan (bagian badan ikan
yang paling lebar, diukur secara vertikal), panjang sirip dada, dan panjang sirip perut.
Data morfometri sederhana tubuh ikan nila (Oreochromis niloticus) yang didapat dari
hasil praktikum yaitu, panjang total (PT) = 23 cm, panjang standar (PS) = 18,5 cm,
panjang kepala (PK) = 4,5 cm, panjang batang ekor (PBE) = 6,5 cm, panjang moncong
(PM) = 2 cm, tinggi sirip dorsal (TSD) = 14,2 mm, panjang pangkal sirip (PPSD) = 2
cm, diameter mata (DM) = 0,45 cm, tinggi batang ekor (TBE) = 4,5 cm, tinggi badan
(TB) = 6,5 cm, panjang sirip dada (PSD) = 3,0 cm, dan panjang sirip perut (PSP) = 7,5
cm.
Data pengukuran yang diperoleh pada metode morfometrik sederhana dan metode
truss morphometric menunjukkan nilai yang berbeda. Data pengukuran menggunakan
metode truss morphometric menunjukkan hasil yang lebih spesifik dibanding dengan
menggunakan metode morfometrik sederhana, yang merupakan salah satu kelebihan
dari penggunakaan metode truss morphometric. Pengukuran menggunakan metode
truss morphometric melakukan 21 pengukuran, sedangkan pada metode morfometrik
sederhana hanya melakukan 7 pengukuran. Keunggulan lain dari penggunaan metode
truss morphometric ialah pola penggambaran yang menyeluruh. Namun, metode ini
juga memiliki kelemahan, yaitu alat yang digunakan terbilang mahal, waktu pengukuran
yang lama, dan prosedur yang rumit. Meskipun metode morfometrik sederhana tidak
spesifik, namun metode ini memiliki kelebihan yaitu, lebih sederhana dalam
penggunaan, alat yang digunakan terbilang murah, dan waktu yang digunakan singkat.
Bagian tubuh ular macan air (Xenochrophis sp.) yang diukur dengan metode
morfometri sederhana adalah panjang total yaitu panjang tubuh ular dari ujung mulut
sampai ujung ekor, panjang standar yaitu panjang tubuh ular dari ujung mulut sampai
kloaka, panjang kepala, diameter mata, keliling badan, diameter badan, jarak mata
hingga pangkal kepala, lebar kepala, keliling leher, dan keliling bagian kloaka. Data
morfometri sederhana tubuh ular macan air (Xenochrophis sp.)) yang didapat dari hasil
praktikum yaitu, panjang total = 90 cm, panjang standar 70 cm, panjang kepala = 3,5
cm, diameter mata 0,61 cm, keliling badan 19 cm, jarak mata hingga pangkal kepala =
2,5 cm, lebar kepala = 3 cm.
Data hasil analisis karakter morfologi secara meristik ular macan air (Xenochrophis
sp.) meliputi berbagai macam sisik pada kepala ular beserta jumlahnya. Macam sisik
pada kepala ular ini adalah rostral yang terdapat pada ujung mulut, prenasal yang
terdapat di bagian depan dari nasal, frontal yang terdapat diengah-tegah bagian dorsal
kepala ular kadut, prefrontal yang terdapat di bagian depan dari sisik frontal,
supraocular yang terdapat di atas mata ular, infraocular yang terdapat di bawah mata
ular, parietal yang terdapat di belakang sisik frontal dan supraocular, temporal yang
berada di sebelah bawah sisik parietal, supralabial yang terdapat dibawah sisik temporal
dan terdapat di bagian tepi labium atas ular, infralabial yang terdapat pada bagian tepi
labium bawah ular, mental yang terdapat di tengah-tengah labium bawah ular,
postmental yang terdapat di belakang mental, dan chin shielduang terdapat di bagian
belakang postmental. Ular kadut memiliki 1 sisik rostral, 4 sisik postnasal, 1 sisik
frontal, 2 sisik prefrontal, 2 sisik supraocular, 2 sisik parietal, 10 sisik temporal, 16
(masing masing 8 kanan kiri) sisik supralabial, 20 (masing-masing 10 kanan kiri) sisik
infralabial, 1 sisik mental, 2 sisik postmental, dan 4 sisik chin shield.
Teknik morfometri yang dilakukan pada ikan nila (Oreochromis niloticus) dan
udang laut (Metapeneous sp.) adalah teknik morfometri sederhana, dan Truss
morphometrics. Teknik Truss morphometrics dapat dilakukan pada ikan nila dan udang
laut karena ikan nila dan udang laut bagian-bagian tubuhnya berbentuk jelas dan dapat
dengan mudah dibedakan. Berbeda dengan ikan nila dan udang laut, teknik pengukuran
morfometri pada ular macan air (Xenochrophis sp.) hanya dilakukan dengan metode
morfometri sedehana tanpa metode Truss morphometrics. Metode Truss morphometrics
tidak dilakukan pada ular kadut karena bagian tubuh ular kadut sulit dibedakan
dibanding dengan bagian tubuh ikan nila dan udang laut.
Metode morofometri sederhana dapat dilakukan dengan cara mempersiapkan
preparat di baki preparat lalu langsung diukur bagian-bagian tubuhnya dengan
menggunakan jangka sorong dan penggaris lalu dicatat pada laporan sementara. Bagian
tubuh ikan nila yang diukur dengan metode morfometri sederhana adalah panjang total
yaitu panjang tubuh ikan mulai dari ujung moncong ikan sampai ujung ekor, panjang
standar yaitu panjang dari ujung moncong ikan sampai pangkal ekor, panjang kepala
yaitu dari ujung moncong sampai ujung operculum, panjang batang ekor (diukur secara
horizontal), panjang moncong, tinggi sirip dorsal, panjang pangkal sirip dorsal, diameter
mata, tinggi batang ekor (diukur secara vertikal), tinggi badan ikan (bagian badan ikan
yang paling lebar, diukur secara vertikal), panjang sirip dada, dan panjang sirip perut.
Bagian tubuh udang laut yang perlu diukur dengan metode morfometri sederhana adalah
panjang total yaitu panjang tubuh udang dari ujung anntena sampai ujung uropoda,
panjang standar yaitu panjang tubuh udang dari ujung rostrum sampai ujung telson,
panjang karapaks, panjang rostrum, panjang segmen abdomen, panjang telson, dan
panjang scaphocerite. Bagian tubuh ular macan air yang perlu diukur dengan metode
morfometri sederhana adalah panjang total yaitu panjang tubuh ular dari ujung mulut
sampai ujung ekor, panjang standar yaitu panjang tubuh ular dari ujung mulut sampai
kloaka, panjang kepala, diameter mata, keliling badan, diameter badan, jarak mata
hingga pangkal kepala, lebar kepala.
Metode pengukuran Truss morphometrics yang dilakukan pada ikan nila dan udang
laut, dapat dilakukan dengan cara preparat ikan nila dan udang laut diletakkan pada
stereofoam yang telah dilapisi kertas milimeter. Kemudian, titik-titik truss pada ikan
nila dan udang ditandai dengan jarum pentul. Lalu, jarak antara titik truss satu ke titik
truss selanjutnya diukur dengan jangka sorong agar hasil lebih akurat.
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan praktikum, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1
Praktikan dapat mengenali karakter morfologi hewan avertebrata dan vertebrata yang
penting digunakan sebagai dasar identifikasi, seperti jenis sisik pada ular, panjang
tubuh ular, jumlah sirip pada ikan, panjang tubuh ikan, lebar tubuh ikan, jumlah linea
lateralis pada ikan, jumlah rostrum, pleiopoda, periopoda, dan uropoda pada udang.
B Saran
DAFTAR REFERENSI
Affandi, R., Safei, D.S., Rahardjo, M.F. & Sulistiono. 1992. Ikhtiologi : Suatu Pedoman
Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati. Bogor : Institut
Pertanian Bogor.
Afina, I., Dewi, E., Tutik, K. & Siti, Z.M. 2014. Analisis Morfometrik dan Meristik
Hasil Persilangan Ikan Pelangi Boesemani (Melanotaenia boesemani) dan Ikan
Pelangi Merah Abnormal (Glossolepis incisus). Unnes Journal of Life Science,
3(2), pp.112-123.
Bambang, M. 1997. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Brojo, M. 1999. Ciri-Ciri Morfometrik Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Strain
Chitralada dan Strain Gift. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia,
6(2), pp.21-38.
Dall, W., Hill, B.J, Rothlisberg, P.C. & Staples D.J. 1990. The Biology of The Peneidae.
New York: Academic Press.
Das, I. 2002. A Photographic Guide to Snakes and Other Reptiles of India. Florida:
Ralph Curtis Books.
Demardjati, B.S. & Wardhana, W. 1990. Taksonomi Avertebrata. Jakarta : UI Press.
Fujaya, Y. 1999. Fisiologi Ikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Fast, A.W. & Lester, L.J. 1992. Pond Monitoring and Management Marine Shrime
Culture Principle and Practise. Netherlands: Elsevier Science Publisher
Amsterdam.
Haryono. 2001. Variasi Morologi dan Morfometri Ikan Dokun (Puntius Lateristriga) di
Sumatera. Jurnal Biota, 6(3), pp.109-116.
Kottelat, M., Whitten, A.J, Kartikasari, S.N. & Wirjoatmodjo, S. 1993. Fresh Water
Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Jakarta: Periplus Editions Limited.
Lazell, J.D. 1998. Morphology and the status of the snake genus Ptyas. Herpetological
Review, 29(3), 134-145.
Maemunah, S. 2001. Pengaruh Suhu dan Kemasan Terhadap Mutu Siomay Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) dengan Flavour Udang (Metapenaeus monoceros)
Selama Masa Penyimpanan. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Perikanan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bogor: IPB.
Mayr, E. 1982. Principles Of Systematic Zoologi. New Delhi: Tata McGraw-Hill
Publishing Company.
Messieh, SN. 1972. Use of otoliths in identifying herring stocks in southern Gulf of
Lawrence and adjacent waters. J. Fish. Res. Board Can. 29(8), pp.1113-1118.
Naamin, N.B., Sumiono, S. & Ilyas. 1992. Pedoman Teknis Pemanfaatan dan
Pengelolaan Sumberdaya Udang Penaeid bagi Pembangunan Perikanan. Jakarta :
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.