Professional Documents
Culture Documents
GRAVIMETRI
Analisis Gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif
dengan penimbangan meliputi proses isolasi dan pengukuran berat suatu
konstituen tertentu. Tahap awal dari analisis gravimetri adalah pemisahan
komponen yang ingin diketahui dari komponen-komponen lain yang
terdapat dalam suatu sampel kemudian dilakukan pengendapan yaitu
transformasi konstituen ke dalam bentuk senyawa stabil dan murni yang
dapat diukur. Pengukuran dalam metode gravimetri adalah dengan
penimbangan. Banyaknya komponen yang dianalisis ditentukan dari
hubungan antara berat sampel yang hendak dianalisis, massa atom
relatif, massa molekul relatif dan berat endapan hasil reaksi.
Analisis gravimetri dapat dilakukan dengan cara pengendapan,
penguapan dan elektrolisis.
Pada prakteknya 2 metode pertama adalah yang terpenting, metode
gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada
konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor faktor pengoreksi dapat
digunakan (Khopkar,1999).
Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan
hasil reaksi pengendapan. Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah zat
yang paling tua dan paling sederhana dibandingkan dengan cara
pemeriksaan kimia lainnya. Kesederhaan itu kelihatan karena dalam
gravimetri jumlah zat ditentukan dengan cara menimbang langsung
massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain (Rivai,1994).
Pada dasarnya pemisahan zat dengan gravimetri dilakukan dengan
cara sebagai berikut. Mula-mula cuplikan dilarutkan dalam pelarutnya
yang sesuai, lalu ditambahkan zat pengendap yang sesuai. Endapan yang
terbentuk disaring, dicuci, dikeringkan atau dipijarkan, dan setelah itu
ditimbang. Kemudian jumlah zat yang ditentukan dihitung dari faktor
stoikiometrinya. Hasilnya disajikan sebagai persentase bobot zat dalam
cuplikan semua (Rivai,1994).
Suatu metode analisis gravimetri biasanya didasarkan pada reaksi
kimia seperti
aA + R AaRr
dimana a molekul analit, A, bereaksi dengan r molekul reagennya R.
Produknya, yakni AaRr, biasanya merupakan suatu substansi yang sedikit
larut yang bias ditimbang setelah pengeringan, atau yang bisa dibakar
menjadi senyawa lain yang komposisinya diketahui, untuk kemudian
ditimbang. Sebagai contoh, kalsium biasa ditetapkan secara gravimetri
melalui pengendapan kalsium oksalat dan pembakaran oksalat tersebut
menjadi kalsium oksida, dengan reaksi:
Ca2 + CaO42- CaC2O4(S)
CaC2O4 CaO(S) + CO2 (g) + CO(g)
Metode pengendapan
Pelarut yang dipilih harus lah sesuai sifatnya dengan sampel yang
akan di larutkan, Misalnya : HCl, H2SO4, dan HNO3 digunakan untuk
melarutkan sampel dari logam logam.
Metode elektroanalisis
Metode elektrolisis dilakukan dengan cara mereduksi ion-ion logam
terlarut menjadi endapan logam. Ion-ion logam berada dalam bentuk
kation apabila dialiri dengan arus listrik dengan besar tertentu dalam
waktu tertentu maka akan terjadi reaksi reduksi menjadi logam dengan
bilangan oksidasi 0. Endapan yang terbentuk selanjutnya dapat
ditentukan berdasarkan beratnya. Misalnya mengendapkan tembaga
terlarut dalam suatu sampel cair dengan cara mereduksi
Cu+2 + 2 e
Cu(s)
Cara elektrolisis ini dapat diberlakukan pada sampel yang diduga
mengandung kadar logam terlarut cukup besar seperti air limbah.
Ketiga metode tersebut dapat dilakukan sendiri atau dimodifikasi.
Misalnya pengendapan diikuti dengan penguapan, atau pemijaran dan
pengendapan. Tujuan dari pemilihan metode adalah diperoleh senyawa
yang murni dan stabil yang dapat ditimbang.
GRAVIMETRI PENGENDAPAN
Gravimetri pengndapan adalah merupakan gravimetri yang mana
komponen yang hendak didinginkan diubah menjadi bentuk yang sukar
larut atau mengendap dengan sempurna.
Bahan yang akan ditentukan di endapkan dalam suatu larutan dalam
bentuk yang sangat sedikit larut agar tidak ada kehilangan yang berarti
bila endapan disaring dan ditimbang.
Stokiometri
Mempunyai kestabilan yang tinggi
Faktor gravimetrinya kecil
Adapun beberapa tahap dalam analisa gravimetri adalah sebagai
berikut :
Analisa volumetri
Analisa volumetri merupakan bagian dari kimia analisa kuantitatif, di mana penentuan zat
dilakukan dengan jalan pengukuran volume larutan atau berat zat yang diketahui
konsentrasinya, yang dibutuhkan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan zat yang
dibutuhkan tadi.
Dalam volumetri, penentuan dilakukan dengan jalan titrasi yaitu, suatu proses di mana
larutan baku (dalam bentuk larutan yang telah diketahui konsentrasinya) ditambahkan sedikit
demi sedikit dari sebuah buret pada larutan yang ditentukan atau yang dititrasi sampai
keduanya bereaksi sampai sempurna dan mencapai jumlah equivalen larutan baku sama
dengan nol equivalen larutan yang dititrasi dan titik titrasi ini dinamakan titik equivalen atau
titik akhir titrasi.
Untuk mengetahui kesempurnaan berlangsungnya reaksi antara larutan baku dan larutan
yang dititrasi digunakan suatu zat kimia yang dikenal sebagai indikator, yang dapat
membantu dalam menentukan kapan penambahan titran harus dihentikan. Bila reaksi antara
larutan yang dititrasi dengan larutan baku telah berlangsung sempurna, maka indikator harus
memberikan perubahan visual yang jelas pada larutan (misalnya dengan adanya perubahan
warna atau pembentukan endapan). Titik pada saat indikator memberikan perubahan disebut
titik akhir titrasi dan pada saat itu titrasi harus dihentikan.
Dalam volumetri dikenal 2 macam larutan baku, yaitu baku primer dan baku sekunder.
A. Baku Primer
Yaitu larutan dimana kadarnya dapat diketahui secara langsung, karena diperoleh dari
hasil penimbangan. Pada umumnya kadarnya dapat dinyatakan dalam N (mol.Equivalen/L)
atau M (mol/L). Contoh larutan baku primer adalah : NaCl, asam oksalat, Natrium Oksalat.
B. Baku Sekunder
Yaitu larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan jalan pembekuan, dengan larutan
baku primer atau dengan metode gravimetri yang tepat. Contoh : NaOH (dibakukan dengan
primer asam oksalat).
Syarat-syarat suatu bahan baku adalah :
1. Susunan kimianya diketahui dengan pasti
2. Harus murni dan mudah dimurnikan
3. Dapat dikeringkan dan tidak bersifat higroskopis
4. Stabil, baik dalam keadaan murni, maupun dalam larutannya
5. Dapat larut dalam pelarut yang cocok dan dapat bereaksi secara sthokiometri dengan larutan
yang akan dibakukan atau dengan zat yang akan ditentukan kadarnya
6. Bobot equivalennya besar, agar pengaruh kesalahan penimbangan dapat diperkecil.
A. ALKALIMETRI
1. Membuat larutan NaOH 0,1 N
Cara kerja :
Hitung kebutuhan NaOH untuk membuat larutan NaOH 0,1 N sebanyak 250 ml misalnya X gr.
Timbang X gr NaOH, larutkan ke dalam aquadest dalam labu ukur 250 ml.
Impitkan sampai tanda batas dan kocok sampai homogen.
2. Buat larutan asam oksalat (H2C2O4) 0,1 N
Cara kerja :
Timbang sejumlah kristal asam oksalat untuk membuat larutan asam oksalat 0,1 N sebanyak
250 ml misalnya Y gr.
Larutkan k dalam aquadest sesuai dengan kebutuhan.
Kemudian tentukan normalitas yang sebenarnya dari asam oksalat 0,1 N.
3. Standarisasi larutan NaOH dengan larutan H2C2O4
Cara kerja :
Pipet tepat 10 ml larutan asam oksalat ke dalam erlenmeyer, tambahkan 3 tetes indikator pp
0,1%.
Kemudian titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai warna pink muda.
Lakukan paling sedikit 2 kali.
Hitung normalitas NaOH dengan menggunakan rumus :
V1 x N1 = V2 x N2
B. ACIDIMETRI
Yaitu larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan jalan pembekuan, dengan larutan
baku primer atau dengan metode gravimetri yang tepat. Contoh : NaOH (dibakukan dengan
primer asam oksalat).
Syarat-syarat suatu bahan baku adalah :
1. Susunan kimianya diketahui dengan pasti
2. Harus murni dan mudah dimurnikan
3. Dapat dikeringkan dan tidak bersifat higroskopis
4. Stabil, baik dalam keadaan murni, maupun dalam larutannya
5. Dapat larut dalam pelarut yang cocok dan dapat bereaksi secara sthokiometri dengan larutan
yang akan dibakukan atau dengan zat yang akan ditentukan kadarnya
6. Bobot equivalennya besar, agar pengaruh kesalahan penimbangan dapat diperkecil.
A. ALKALIMETRI
1. Membuat larutan NaOH 0,1 N
Cara kerja :
Hitung kebutuhan NaOH untuk membuat larutan NaOH 0,1 N sebanyak 250 ml misalnya X gr.
Timbang X gr NaOH, larutkan ke dalam aquadest dalam labu ukur 250 ml.
Impitkan sampai tanda batas dan kocok sampai homogen.
2. Buat larutan asam oksalat (H2C2O4) 0,1 N
Cara kerja :
Timbang sejumlah kristal asam oksalat untuk membuat larutan asam oksalat 0,1 N sebanyak
250 ml misalnya Y gr.
Larutkan k dalam aquadest sesuai dengan kebutuhan.
Kemudian tentukan normalitas yang sebenarnya dari asam oksalat 0,1 N.
3. Standarisasi larutan NaOH dengan larutan H2C2O4
Cara kerja :
Pipet tepat 10 ml larutan asam oksalat ke dalam erlenmeyer, tambahkan 3 tetes indikator pp
0,1%.
Kemudian titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai warna pink muda.
Lakukan paling sedikit 2 kali.
Hitung normalitas NaOH dengan menggunakan rumus :
V1 x N1 = V2 x N2
B. ACIDIMETRI
1. Menyiapkan larutan standar asam (HCl).
Alat dan bahan :
Larutan HCl pekat
Aquadest
Labu ukur 250 ml
Pipet ukur
Cara kerja :
Hitung kebutuhan HCl pekat untuk membuat larutan HCl 0,1 N sebanyak 250 ml misalnya X
ml HCl pekat
Pipet X ml HCl pekat dengan pipet ukur, tuang ke dalam labu ukur 250 ml yang sudah diisi
sedikit aquadest tambahkan sampai tanda batas dan kocok sampai merata.
2. Standarisasi larutan HCl pekat dan larutan NaOH.
Cara kerja :
Pipet tepat 10 ml larutan HCl 0,1 N yang telah dibuat ke dalam Erlenmeyer, tambahkan 3 tetes
indikator pp 0,1%.
Titrasi dengan NaOH 0,1 N (yang sudah distandarisasi dengan asam oksalat).
Titik akhir titrasi (end point) adalah berwarna pink muda.
Hitunglah normalitas HCl dengan rumus V1 x N1 = V2 x N2
PENGERTIAN
Analisa volumetri adalah analisa kuantitatif dimana kadar dan komposisi dari sampel
ditetapkan berdasarkan volume pereaksi (volume diketahui) yang ditambahkan ke dalam
larutan zat uji, hingga komponen yang ditetapkan bereaksi secara kuantitatif dengan pereaksi
tersebut.
Proses diatas dikenal dengan titrasi. Oleh karena itu, analisa volumetri disebut juga analisa
titrimetri.
Suatu reaksi dapat digunakan sebagai dasar analisa titrimetri apabila memenuhi persyaratan
berikut:
1. Reaksi harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam waktu yang
tidak terlalu lama
2. Reaksi harus sederhana dan diketahui dengan pasti, sehingga didapat kesetaraan yang
pasti dari reaktan
3. Reaksi harus berlangsung sempurna
Pereaksi yang digunakan dinamakan titran dan larutannya disebut larutan baku. Konsentrasi
larutan ini dapat dihitung berdasarkan berat zat baku yang ditimbang secara seksama atau
dengan penetapan yang dikenal dengan pembakuan
KLASIFIKASI TITRASI
Berdasarkan macam reaksi
1. Titrasi asam basa
2. Titrasi redoks
3. Titrasi pengendapan
4. Titrasi kompleksometri
Berdasarkan titran yang dipakai
1. Acidimetri
2. Alkalimetri
3. Permanganometri
4. Argentometri
5. Iodimetri
6. Nitrimetri
7. Bromometri
8. Bromatometri
Berdasarkan cara penetapan titk akhir titrasi
1. Titrasi visual
2. Titrasi elektrometrik
3. Titrasi fotometrik
Berdasarkan konsentrasi dan komponen zat uji
1. Titrasi makro
2. Titrasi semimikro
3. Titrasi mikro
Berdasarkan teknis pelaksanaannya
1. Titrasi langsung
2. Titrasi kembali (Digunakan untuk reaksi titrasi yang berlangsung agak lambat apabila
dengan penambahan titran tetes demi tetes. Untuk menghindari hal ini, larutan titer
ditambahkan berlebih, kemudian kelebihannya dititrasi dengan titran yang cocok)
3. Titrasi blanko (Dilakukan untuk mengurangi kesalahan yang disebabkan oleh zat
pereaksi, pelarut, atau kondisi percobaabn. Prosedurnya sama dengan titrasi terhadap
zat uji, namun tanpa menggunakan zat uji)
Disamping itu, berdasarkan pelarut yang digunakan dikenal titrasi bebas air (titrasi non aqua).
PEMBAKUAN DAN BAKU PRIMER
Bila suatu larutan titer dibuat dari zat yang kemurniannya tidak pasti (misalnya mengandung
air dengan perbandingan yang berubah-ubah, menyerap CO 2, higroskopik), maka konsentrasi
larutan yang didaatbelum dapat dinyatakan dengan pasti. Oleh karena itu, untuk menyatakan
konsentrasi dengan keakuratan sampai empat angka yang berarti maka larutan itu harus
dibakukan. Pembakuan selanjutnya dilakukan secara berkala selama penyimpanan.
Untuk pembakuan tersebut digunakan zat baku yang disebut baku primer. Disamping itu,
pembakuan juga dapat dilakukan dengan cara menggunakan larutan yang sudah dibakukan
(baku sekunder).
Larutan baku primer adalah larutan hang konsentrasinya dapat diketahui dengan cara
penimbangan zat dengan seksama. Contoh:
Kalium biftalat
Natrium chlorida
As2O3
dll
NaCO3 anhdrat
CaCO3
Asam benzoat
Natrium tetraborat
Kalium bikromat
Sulfanilamid
Larutan baku sekunder adalah larutan yang konsentrasinya dapat diketahui dengan cara
dibakukan terlebih dahulu. Contoh:
NaOH
NaNO2
H2SO4
Na2EDTA
I2
dll
Pada titrasi tertentu (ex. Permanganometri), titik akhir ditetapkan dari perubahan sistem
titrasi itu sendiri, sehingga tidak diperlukan lagi penambahan indikator. Karena itu, titrasi
jenis ini disebut juga titrasi dengan menggunakan auto indikator.
PERHITUNGAN DALAM ANALISA VOLUMETRI
Titrasi langsung
1. Tanpa blanko
mgrek zat uji = mgrek titran
2. Dengan blanko
mgrek zat uji = mgrek titran zat uji mgrek titran blanko
Titrasi Kembali
1. Tanpa blanko
mgrek zat uji = mgrek pereaksi mgrek titran
2. Dengan blanko
mgrek zat uji = mgrek titran blanko mgrek titran zat uji