You are on page 1of 11

LAPORAN PENDAHULUAN

NEFROTIK SINDROM

A. DEFINISI
Sindrom nefrotik adalah penyakit ginjal dengan proteinuria, hipoalbuminemia
edema, dan. Nefrotik-range proteinuria adalah 3 gram per hari atau lebih. Pada koleksi
urin spot tunggal, itu adalah 2 g protein per gram kreatinin urin. Ada beberapa penyebab
yang spesifik banyak sindrom nefrotik. Ini termasuk penyakit ginjal seperti minimalchange nephropathy, focal glomerulosclerosis, and membranous nephropathy. Sindrom
nefrotik juga bisa terjadi akibat penyakit sistemik yang mempengaruhi organ lain selain
ginjal, seperti diabetes, amiloidosis, dan lupus eritematosus. Sindrom nefrotik dapat
mempengaruhi orang dewasa dan anak-anak, dari kedua jenis kelamin dan ras apapun.
Hal itu dapat terjadi dalam bentuk yang khas, atau dalam hubungan dengan sindrom
nefritik. Yang terakhir berkonotasi peradangan glomerulus, dengan hematuria dan fungsi
ginjal terganggu.
Sindrom nefrotik, adalah salah satu penyakit ginjal yang sering dijumpai pada
anak, merupakan suatu kumpulan gejala-gejala klinis yang terdiri dari proteinuria masif,
hipoalbuminemia, hiperkholesterolemia serta sembab. Yang dimaksud proteinuria masif
adalah apabila didapatkan proteinuria sebesar 50-100 mg/kg berat badan/hari atau lebih.
Albumin dalam darah biasanya menurun hingga kurang dari 2,5 gram/dl. Selain gejalagejala klinis di atas, kadang-kadang dijumpai pula hipertensi, hematuri, bahkan kadangkadang azotemia.
Syndroma nefrotik merupakan keadaan klinik di mana terjadi sindroma nefrotik.
Syndroma nefrotik merupakan keadaan klinik dimana terjadi proteinuria massif ( > 3,5
g/hari), hipoalbuminemia, udema dan hiperlipidemia, biasanya kadar BUN normal.
B. ETIOLOGI
Sindroma nefrotik dapat disebabkan oleh GN primer dan GN sekunder akibat

Infeksi, keganasan, penyakit jaringan penghubung (connective tissue disease), akibat obat
atau toksin dan akibat penyakit sistemik. Glomerulonefritis Primer di bagi menjadi 5
jenis, yaitu :
a. Glumerulonefritis lesi minimal (GNLM)
b. Glomerulosklerosis fokal (GSF)
c. Glomerulonefritis membranosa (GNMN)
d. Glumerulonefritis membranoploriferatif (GNMP)
e. Glomerulonefritis proliperatif lainnya
Glomerulonefritis sekunder akibat infeksi seperti HIV, Hepatitis B dan C,
Tuberculosa. Sedangkan yang disebabkan oleh keganasan seperti adenokarsinoma paru,
payudara, kolon, limfoma, karsinoma ginjal. Yang disebabkan oleh penyakit jaringan
penghubung seperti lupus eritematosus sistemik, dan rematik. Sedangkan yang
dikarenakan efek obat dan toksin seperti obat anti imflamasi non steroid, pinisilin,
captopril, dan heroin. Yang disebabkan oleh penyakit sistemik seperti diabetes melitus,
pre eklamsia.
C. PATOFISIOLOGI
Perubahan patologis yang mendasari pada sindrom nefrotik adalah proteinuria,
yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas dinding kapiler glomerolus. Penyebab
peningkatan permeabilitas ini tidak diketahui tetapi dihubungkan dengan hilangnya
glikoprotein bermuatan negatif pada dinding kapiler. Mekanisme timbulnya edema pada
sindrom nefrotik disebabkan oleh hipoalbumin akibat proteinuria. Hipoalbumin
menyebabkan penurunan tekanan onkotik plasma sehingga terjadi transudasi cairan dari
kompartemen intravaskulerke ruangan interstitial. Penurunan volum intravaskuler
menyebabkan penurunan perfusi renal sehingga mengaktivasi sistem renin- angiotensinaldosteron yang selanjutnya menyebabkan reabsorpsi natrium di tubulus distal ginjal.
Penurunan volum intravaskuler juga menstimulasi pelepasan hormon antidiuretik (ADH)
yang akan meningkatkan reabsorpsi air di tubulus kolektivus.

Mekanisme terjadinya peningkatan kolesterol dan trigliserida akibat 2faktor.


Pertama, hipoproteinemia menstimulasi sintesis protein di hati termasuk lipoprotein.
Kedua, katabolisme lemak terganggu sebagai akibat penurunan kadar lipoprotein lipase
plasma (enzim utama yang memecah lemak di plasma darah).

PATWAY
Etiologi primer dan sekunder
Kerusakan glomerulus
Perubahan permeabilitas membran glomerulus
Penurunan laju filtrasi glomerulus
Protein terfiltrasi

Hipoalbuminemia

Peningkatan sintesa protein di hati

Penurunan sist. imun

Penurunan tekanan onkotik


resiko tinggi infeksi
Peningkatan tekanan hidrostatik
Perpindahan cairan dari intras

Pemecahan lemak & protein


Peningkatan kolestrol darah

Hiperlipidemia

Ke intertisial

Edema volume intravaskuler

Hipovolemia
Asites
Kelebihan volume
Sekresi Renin
cairan tubuh
Efusi Pleura
Penekanan pd tubuh
terlalu dalam

Menekan saraf vagus


Persepsi kenyang

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG NEFROTIK SYNDROM


Pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan antara lain
1.
Urine

Ganguan
pemenuhan
nutrisi

Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguria). Warna urine kotor,
sediment kecoklatan menunjukkan adanya darah, hemoglobin, mioglobin, porfirin.
2.
Urinalisis dan bila perlu biakan urin
3.
Protein urin kuantitatif, dapat berupa urin 24 jam atau rasio protein /kreatini urin
pertama pagi hari
4.
Pemeriksaan darah
a.
Darah tepi (HB,Leukosit,hitung jenis,trombosit, hematokrit,LED )
b.
Kadar albumin dan kolesterol plasma
c.
Kadar ureum,kreatinin,serta klirens kreatinin dengan cara klasik atau dengan
rumus Schwartz
d.
Titer ASO dan kadar komplemen C3 bila terdapat hematuria mikroskopis
persisten
e.

Bila curiga lupus eritematosus sistemik pemeriksaan dilengkapi dengan

pemeriksaan kadar komplemen C4,ANA (anti nuclear antibody),dan anti dsDNA


5.
Biosi ginjal dilakukan untuk memperkuat diagnosa.
E. PENATALAKSANAAN/PENGOBATAN NEFROTIK SYNDROM
Penatalaksanaan Terapeutik
1.
Diit tinggi protein
2.
Pembatasan sodium jika anak hipertensi
3. Antibiotic untuk mencegah infeksi
4. Terapi deuritik sesuai program
5. Terapi albumin jika intake oral dan output urine kurang
6. Terapi predinson dengan dosis 2 mg/kg/per hari sesuai program (suriadi,2001)
Penatalaksanaan medis untuk sindroma nefrotik mencakup komponen perawatan berikut
ini :
1.
Pemberian kortikosteroid (prednison).
2.
Penggantian protein (dari makanan atau 25 % albumin).
3.
Pengurangan edema : diuretic dan restriksi natrium (diuretika hendaknya digunakan
secara cermat untuk mencegah terjadinya penurunan volume intravaskuler,
4.

pembentukan trombus dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit).


Inhibitor enzim pengkonversi-angiotensin (menurunkan banyaknya proteinuria pada

glomerulonefritis membranosa).
5.
Klorambusil dan siklofosfamid (untuk sindroma nefrotik tergantung steroid dan
6.

pasien yang sering mengalami kekambuhan).


Obat nyeri untuk mengatasi ketidaknyamanan berhubungan dengan edema dan
terapi infasive.

F. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN NEFROTIK SYNDROM


a.

Pengumpulan data

1)

Identitas klien

a)

Nama klien, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, pendidikan, agama, kultur budaya/
suku bangsa dan alamat.

b)
Tanggal klien masuk, nomor Rekam Medis, dan diagnosa medis.
2)
Identitas keluarga
a)
Nama ayah, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, alamat.
b)
Nama ibu, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, alamat
3)
Riwayat Kesehatan
a)
Keluhan Utama :
Biasanya pasien datang dengan bengkak disebagian atau seluruh tubuh, urine lebih
sedikit, urine berwarana hitam, berat badan meningkat, wajah mengembang sekitar mata,
terutama meningkat di pagi hari, tekanan darah normal, anoreksia, mudah lelah,
malnutrisi, asites (perut bengkak), diare, muntah dan kesukaran bernapas.
b)
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dikaji lamanya keluhan yang dirasakan dan sudah dibawa berobat kemanna,
mendapat terapi apa dan bagaimana reaksi tubuh/penyakitnya terhadap pengobatan yang
telah dilakukan.
c)
Riwayat Kesehatan Dahulu
Ada kemungkinan anak yang telah mengalami penyakit/gejala sindrom nefrotik, tetapi
penyakit ini tak ada hubungan dengan penyakit yang pernah diderita dahulu.
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit sindrom nefrotik dapat diperparah dengan infeksi bakteri misalnya keluarga ada
yang menderita TBC, keluarga memiliki riwayat hipertensi atau memiliki riwayat
penyakit yang sama dengan pasien karena sindrom nefrotik bisa diturunkan sebagai
resesif autosomal.
e)
Riwayat Kesehatan Lingkungan
Daerah atau tempat tinggal yang kotor (banyak bakteri), perlu dikaji juga daerah tempat
tinggal dekat dengan sumber polusi atau tidak.
b.
Pemeriksaan Fisik
Adapun tanda dan gejala yang ditemukan pada penderita sindrom nefrotik (Cecily,
2002) :
1.Tanda-tanda vital, biasanya akan mengalami peningkatan terutama tekanan
darah yaitu di atas 100/60 mmHg, nadi cepat atau lambat dan pernapasan menjadi
cepat antara 30-40 x/menit.
2. Wajah biasanya membengkak (moon face)
3. Mata biasanya mengalami edema pada palpebra, konjungtiva anemis
4. Abdomen, pada saat dilakukan inpeksi terlihat adanya pembesaran abdomen

Karena adanya penumpukan cairan. Palpasi akan ditemukan hasil tes ballotemen
positif yang menandakan adanya asites.
5.Srotum akan membesar/edema karena adanya penumpukan cairan.
6. Ekstremitas akan terjadi edema dan kelemahan akibat kondisi penyakit yang
dialami
penderita
c. Pola Aktivitas sehari-hari
1.Pola nutrisi akan mengalami gangguan, penderita akan menjadi malas makan dan
minum, mual dan muntah.
2. Pola eliminasi akan mengalami gangguan, terutama pada eliminasi buang air kecil,
penderita akan mengalami kesulitan atau penurunan volume urine. Kadangkadang bisa terjadi hematuria.
3.Pola istirahat dan tidur akan mengalami gangguan akibat adanya nyeri pada edema,
terutama scrotum.
4. Pola aktivitas menjadi terganggu, pasien menjadi malas beraktivtas
5. Personal hygiene menjadi tidak terurus akibat kelemahan fisik.
d.Pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan antara lain
1. Urine
Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguria). Warna urine kotor,
sediment kecoklatan menunjukkan adanya darah, hemoglobin, mioglobin, porfirin.
2.Urinalisis dan bila perlu biakan urin
3.Protein urin kuantitatif, dapat berupa urin 24 jam atau rasio protein /kreatini urin
pertama pagi hari
4. Pemeriksaan darah
a. Darah tepi (HB,Leukosit,hitung jenis,trombosit, hematokrit,LED )
b.Kadar albumin dan kolesterol plasma
c.Kadar ureum,kreatinin,serta klirens kreatinin dengan cara klasik atau dengan rumus
Schwartz
d.Titer ASO dan kadar komplemen C3 bila terdapat hematuria mikroskopis persisten
e. Bila curiga lupus eritematosus sistemik pemeriksaan dilengkapi dengan pemeriksaan
kadar komplemen C4,ANA (anti nuclear antibody),dan anti dsDNA
5.Biosi ginjal dilakukan untuk memperkuat diagnosa.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan terjadinya akumulasi cairan dalam
2.
3.
4.
5.

jaringan karena proses penyakitnya, retensi sodium.


Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya edema dan menurunnya sirkulasi
Resiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi, pertahanan tubuh tidak adekuat
Kecemasan pada anak atau keluarga berhubungan dengan hospitalisasi pada anak
RENCANA KEPERAWATAN
Dari diagnosa keperawatan yang telah disusun, maka rencana tindakan keperawatan

menurut Suriadi (2001) adalah :


1.Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi sodium dan air.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kelebihan cairan
dalam tubuh pasien dapat dikurangi
Kriteria hasil :
a.
Balance cairan negatif
b.
Edema berkurang
No

INTERVENSI

RASIONAL

.
1.

Buat catatan asupan dan keluaran Memberikan informasi tentang


yang akurat. Catat karakteristik status anak.

2.

keluaran urine
Kaji adanya

3.

mengukur perubahan edema


Pantau berat jenis urine, albumin

edema

dengan untuk

mengetahui

edema
Mengetahui

perubahan

perubahan

nilai

albumin, berat jenis urine guna


pembatasan

intervensi selanjutnya.
cairan manajemen
cairan,

4.

Pertahankan

untuk

5.

untuk pasien
Berikan
kortikosteroid

6.

menurunkan protein urine


Timbang berat badan anak setiap Kenaikan berat badan secara

mengurangi kelebihan cairan


untuk mengurangi protein dalam urine

hari dengan timbangan yang sama tiba-tiba dapat mengindikasikan


pada waktu yang sama setiap hari. kelebihan cairan ekstravaskular
Catat hasilnya dan bandingkan dan
7.

dapat

menyebabkan

dengan berat badan sebelumnya.


penurunan curah jantung.
Kolaborasi dengan tim medis meningkatkan volume

urine

dalam pemberian terapi diuretik adekuat


sesuai indikasi

2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi
pasien dapat terpenuhi tanpa terjadi perubahan pola makan pasien.
Kriteria hasil :
a. Pasien makan tepat waktu sesuai dengan kebiasaan makan sehari-hari
b. Porsi makanan yang disediakan habis dimakan
c. Pasien tidak mengalami mual dan muntah
No

INTERVENSI

.
1.

Kaji

kebiasaan

RASIONAL
diet,

masukan mengetahui

makanan saat ini


2.

atau

mengambarkan

perbedaan atau perubahan sebelum sakit

terhadap kebiasaan diet.


Berikan makan sedikit demi sedikit meningkatkan proese pencernaan dan
dan makanan kecil tambahan yang toleransi terhadap nutrisi yang diberikan

3.

tepat tetapi sering


dan mengurangi terjadinya mual.
Buat pilihan menu yang ada dan variasi
sediaan
makanan

akan

ijinkan pasien untuk mengontrol meningkatkan pasien untuk mempunyai


pilihan sebanyak mungkin
pada

pasien

pilihan

terhadap

makanan

yang

dinikmati.
untuk mulut yang bersih dapat meningkatkan

4.

Anjurkan

5.

melakukan oral hygiene


rasa makanan
Timbang berat setiap hari dan mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan
bandingkan dengan berat badan dalam mengubah pemberian nutrisi

6.

sebelum sakit
Catat masukan

dan

perubahan memberikan rasa kontrol pada pasien dan

simptom yang berhubugan dengan kesempatan untuk memilih makanan


pencernaan
7.

anoreksia,

mual, yang

muntah.
Konsultasikan dengan ahli gizi

diinginkan/dinikmati,

dapat

meningkatkan masukan makanan.


merupakan sumber yang efektif untuk
mengidentifikasi kebutuhan nutrisi sesuai
dengan usia, berat badan, ukuran tubuh,
keadaan penyakit sekarang

3.Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya edema dan imobilitas.
Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperatwan selama 3x24 jam diharapkan mampu


mempertahankan integritas kulit, menunjukan penyembuhan luka.
Kriteria hasil :
Terdapat resolusi pada daerah sekitar luka
No

INTERVENSI

.
1.

Bantu

anak

RASIONAL
mengubah

posisi Pengubahan posisi yang sering

tubuhnya setiap 2 jam

dapat mencegah kerusakan kulit,


dengan cara meniadakan tekanan

2.

permukaan tubuh.
Lakukan perawatan kulit yang Perawatan kulit yang baik dapat
tepat,

termasuk

dengan

mandi

menggunakan

pelembab,

masase,

harian menjagakulit bebas dari bahan


sabun pengiritasi

dan

membantu

pengubahan mencegah kerusakan kulit.

posisi dan penggantian linen serta


3.

pakaian kotor.
Kaji kulit anak untuk melihat bukti Pengkajian
iritasi

dan

kerusakan

yang

setiap 4-8 jam.


dibutuhkan.
Topang atau tinggikan area-area Meninggikan
yang mengalami edema, seperti daerah
lengan,

tungkai,

dan

sering

keperti memungkinkan deteksi dini dan

kemerahan, edema, dan abrasi, intervensi


4.

yang
tepat

atau

yang

ketika

menopang

edema

dapat

skrotum, mengurangi edema. Menggunkan

dengan menggunakan bantal atau bedak

dapat

mengurangi

linen tempat tidur. Gunakan bedak kelembapan dan gesekan yang di


pada area ini.
5.

timbulkan

ketika

permukaan

tubuh saling bergesek.


Tingkatkan jumlah aktivitas anak, Peningkatan aktivitas membantu
seiring edema mereda.

mencegah kerusakan kulit akibat


tirah baring yang lama.

4.
Resiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi, penurunan daya tahan tubuh.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama dirumah sakit diharapkan dapat
meminimalkan resiko infeksi

Kriteria hasil :
Tidak ada tanda-tanda infeksi (tumor, rubor, dolor, kalor, fungsiolesa)
No

INTERVENSI

.
1.

Gunakan prinsip aseptik setiap mempertahankan prinsip steril

2.

RASIONAL

melakukan tindakan.

untuk

mencegah

penyebaran

Pantau tanda-tanda infeksi

infeksi
pencegahan dini untuk mencegah
infeksi dan menentukan tindakan

hasil

selanjutnya
laboratorium nilai
leukosit

3.

Monitor

4.

(leukosit)
Tingkatkan intake nutrisi

merupakan

indikator adanya infeksi


nutrisi yang adekuat

dapat

membantu meningkatkan daya


5.

Batasi

pengunjung

bila

tahan tubuh
perlu, mencegah infeksi

nosokomial

lindungi anak dari kontak yang dan mengurangi kontak dengan


terinfeksi
6.

mikroba

yang

ditularkan

pengunjung
Kolaborasi dalam pemberian terapi membantu mengobati

infeksi

antibiotik sesuai indikasi

bakteri

dengan
patogen

membunuh

You might also like