You are on page 1of 56

TRACTUS UROPOETIKA

( SISTEM URINALIS )

Oleh
Dr Anna Lewi Santoso

Sistem urinalis terdiri atas dua ginjal, dua urether, satu kandung kemih
(urinary bladder = vesika urinaria) dan satu urethra. Fungsi sistem urinalis ini
membantu mempertahankan homeostasis dengan membentuk dan
mengalirkan urine, di dalam urine inilah berbagai hasil sisa metabolisme
dibuang. Ginjal juga mengatur homeostasis air dan elektrolit, keseimbangan
asam-basa dan osmoregulation. Dan tempat pembentukan renin yang berguna
dalam pengaturan tekanan darah dan konsentrasi ion natrium. Didalam ginjal
juga tempat pembentukan erythropoietin yang berguna dalam pembentukan
erythrocyte pada sumsum tulang. Urine yang di hasilkan oleh ginjal berjalan
melalui urether ke kandung kemih dan dikeluarkan ke luar tubuh melalui
urethra.
GINJAL
Masing-masing ginjal menyerupai kacang. Mempunyai ukuran panjang
10-12 cm, lebar 5-7 cm, tebal 3,5-5 cm di bungkus oleh kapsul ginjal yang
terdiri atas jaringan ikat padat (fibroconnective tissue) atau fibrosa tipis yang
mudah di kelupas (tidak di jumpai adanya septa-septa sehingga lobulasi dari
ginjal tidak jelas). Letak ginjal pada manusia di bagian posterior upper
abdomen, di kiri-kanan vertebrae lumbales.
Daerah bagian medial ginjal yang cekung (depression / lekukan ) di
sebut hillum / hillus. Hillum adalah suatu daerah di mana dapat di temukan
saraf-saraf, pembuluh darah, pembuluh limfe, dan pelvis renalis (urether
bagian atas yang melebar). Pelvis renalis adalah permulaan urether yang
melebar dan mengisi hillum. Ke arah proksimal pelvis ini membagi diri
menjadi calyces mayor (ada 2) dan calyces minor (ada 8-12). setiap calyx
minor mengelilingi renal papilla.
Ginjal pada potongan melintang dibagi menjadi korteks / cortex yang
berwarna gelap, kecoklatan, bergranula (bagian luar, dekat kapsul ginjal) dan
medulla yang membentuk apa yang disebut medullary pyramids (piramidpiramid ginjal / malpighi piramid) berwarna pucat dan bergaris sejajar. Pada
manusia, medulla ginjal terdiri atas 10-18 struktur yang berbentuk kerucut /
piramid. Puncak piramid menonjol ke dalam calyx minor (satu calyx minor
meliputi satu papilla-renalis) di sebut papilla ginjal.

Permukaan tiap-tiap papilla di tembus oleh 10-25 lubang muara dari


ductus coligens yang membentuk area cribrosa. Basis medullary pyramid
tidak berbatas jelas, 400-500 tubulus-tubulus yang panjang, menonjol secara
radial ke arah cortex, di sebut medullary rays = Processus dari Ferreini.
Medulla secara makroskopis dapat di bedakan menjadi dua zona : inner dan
outer. Outer zone masih di bedakan menjadi dua daerah lagi : outer dan inner
stripes, mengenai hal ini akan di terangkan kemudian di belakang.
Tiap-tiap medullary ray terdiri atas ductus colligens yang lurus di kelilingi
oleh banyak bagian tubulus nephron yang sejajar, merupakan unit filtrasi
ginjal.
Cortex berada di ruang 1.Antara malpighi piramid 2. Antara dasar
piramid dan kapsula ginjal. Jaringan cortex pada daerah antara piramidpiramid membentuk collum of Bertini ginjal / columna renalis bertini. Pada
potongan ginjal segar, cortex menunjukkan bercak-bercak merah kecil yang
sesuai dengan kelompok vaskuler khusus yang di namakan renal corpuscles /
badan malpighi.
Cortex ginjal terutama terdiri atas renal corpuscles, tubulus-tubulus
yang jalannya berlekak-lekuk dan terpotong melintang / serong (tubulus
contortus proksimal, tubulus contortus distal), sehingga cortex tampak
granuler. Kalau medulla tampak bergaris-garis sejajar oleh karena banyak
tubulus-tubulus (loop of henle, ductus colligens) dan pembuluh-pembuluh
darah yang terpotong membujur dan terletak saling sejajar.
Satu lobus ginjal adalah : satu piramid ginjal di tambah cortex yang
menyertainya.
Bagian yang terkecil dari ginjal yang merupakan suatu daerah kesatuan
fungsi di sebut lobulus. Lobulus terdiri atas satu medullary ray di tengah +
bagian cortex di sebelah kiri-kanannya (di batasi oleh arteri dan vena
interlobularis) + medulla di bawahnya. Tiap-tiap lobulus ginjal mengandung
ductus colligens (bagian medulla) dan semua unit filtrasi ginjal bermuara ke
dalam ductus ini. Pada manusia dewasa, lobus-lobus ginjal dan lobuluslobulus ginjal tidak selalu terlihat dengan nyata. Bagian cortex yang di batasi
oleh dua medullary rays yang berdekatan di sebut Cortical Labyrinth.

Ginjal dapat dianggap sebagai kelenjar tubuler berganda (compound


tubular gland), yang menghasilkan urine. Setiap ginjal mengandung banyak
sekali tubule, yang di sebut tubulus uriniferous. Setiap uriniferous tubule
terdiri atas dua bagian yaitu Nephron yang panjangnya 30-40 mm dan
tubulus / ductus colligens / collecting tubule, yang panjangnya kira-kira 20
mm (identik dengan excretory duct).
Keduanya saling menyambung, tetapi berasal dari embriologi yang berbeda.
Pada beberapa binatang, ginjal hanya terdiri atas satu piramid medulla
dan dasarnya terdapat satu cortex yang berhubungan. Apex piramid masuk ke
dalam urether. Jenis susunan ini menggambarkan suatu jaringan lobus ginjal
dan ginjal seperti ini adalah unilobus / unipyramidal, contoh : tikus, kelinci.
Pada binatang lain, termasuk manusia, ginjal terdiri atas banyak lobus (ginjal
multilobulus), masing-masing dengan piramid medulla dan jaringan cortex
yang sesuai.

Ginjal [HE] 2x
1. Pyramid
2. Medulla, inner zone
3. Pelvis
4. Medulla, outer zone
5. Cortex
6. Papilla
7. Sinus

Cortical labyrinth [HE] 6x


1. Cortical labyrinth
2. Medullary rays
3. Renal capsule

Gambaran ginjal
1. Medullary rays
2. Glomerulus

Nephron merupakan functional unit (kesatuan fungsional dari ginjal).


Tiap-tiap ginjal terdiri atas 1 4 juta unit filtrasi fungsional yang di sebut
nephron. Nephron merupakan suatu tabung, bermula buntu, berjalan
berlekak-lekuk, dan berakhir ke excretory duct. Dinding nephron di lapisi
epitel, terdiri dari beberapa segmen yang masing-masing segmen mempunyai
struktur dan fungsi yang tidak sama.
Tiap-tiap nephron terdiri atas :
1. Kapsul bowman ( Bowman's capsule )
2. Proksimal tubule ( Tubulus contortus proksimal )
a. convoluted portion ( bagian bergelung )
b. straight portion ( bagian lurus )
3. Loop of henle:
a. descending limb ( bagian yang turun )
- thick portion ( bagian tebal )
- thin portion ( bagian tipis )
b. ascending limb ( bagian yang tipis )
- thin portion, hanya terdapat pada juxta-medullary nephrons
- thick portion
4. Distal tubule ( tubulus contortus distal )
a. straight portion
b. convoluted portion

Klasifikasi Nephron:
1. Menurut letak renal corpusclenya dalam cortex : mulai di dekat kapsul
- Subcapsular atau superfisial
- Mid cortical
- Juxtamedulla ( dekat basal Medullary pyramid ). Renal corpuscle Juxta
Medullary mempunyai ukuran lebih besar dan secara embriologis di bentuk
lebih dulu daripada renal corpuscle subcapsular.

2. Menurut panjang loop of henlenya :


- Short nephron (= cortical nephron ) : loop of henlenya turun sampai ke
bagian luar medulla saja ( outer zone ). Henle tipisnya sangat pendek dan
terdapat pada bagian descending saja.
- Long nephron (= juxta Medullary Nephron ) : loop of henlenya turun terus
sampai ke bagian dalam ( Inner Zone of Medulla ) dan henle tipisnya
panjang, terletak pada bagian descending, lengkung dan ascending. Yang
short jumlahnya lebih banyak daripada yang long.
Ductus Colligens yang asal embriologinya berbeda dari nephron, merupakan
ductus ekskresi system tersebut. Walaupun pada beberapa daerah ia secara
aktif berperan dalam transport air melalui sel-selnya.
Unsur-unsur nephron tertanam oleh lamina basalis yang di lanjutkan
dengan sejumlah kecil jaringan penyambung organ.
Renal corpuscle terdiri atas berkas kapiler-kapiler (glomerulus) di
kelilingi oleh kapsula epitel berdinding ganda yang di namakan Kapsula
Bowman.
KAPSULA BOWMAN / BOWMAN'S CAPSULE
Kapsula Bowman / Bowman's Capsule merupakan bagian pertama dari
nephron, terletak di dalam cortex. Berbentuk melebar dan buntu seperti
mangkok. Bowman's Capsule dan glomerulus seluruhnya di sebut Renal
Corpuscle of Malpighi = Badan Malpighi. Lapisan dalam kapsula bowman
yang dekat dan melapisi kapiler-kapiler glomerulus di namakan lapisan
visceral (glomerulus epithelium), sedangkan lapisan luar membentuk batas
luar tebal corpuscle di namakan lapisan parietal (Capsular Epithelium)
kapsula bowman di lapisi oleh epitel selapis pipih, inti agak menonjol ke arah
ruang bowman. Epitel selapis pipih ini terletak di atas lamina basalis dan di
sokong oleh lapisan tipis serabut retikuler yang beranastomose dengan jalajala retikuler sekitar tubulus ginjal. Antara lapisan parietal dan lapisan
visceral terdapat ruang kapsuler di sebut Bowman Space / Capsular Space,
menerima cairan yang di filtrasi melalui dinding kapiler dan lapisan visceral.
Terdapat hubungan antara volume total glomerulus dan berat ginjal yang
menyatakan garis lurus pada skala logaritma. Pada sebagian besar binatang,
termasuk manusia perkembangan renal corpuscle berhenti pada waktu lahir.

Renal Corpuscle of Malpighi atau badan malpighi memiliki bentuk


spheris (kurang lebih bulat) dengan diameter 150-250 m yang terdiri atas
bowman capsule dan glomerulus. Hanya di temukan di daerah cortex.
Glomerulus merupakan masa jalinan kapiler yang sangat berliku-liku. Jalinan
ini terletak di antara 2 arteriole yaitu afferent arteriole dan efferent arteriole.
Lobulus dari glomerulus yaitu: satu kelompok jalinan kapiler yang berasal
dari satu cabang utama afferent arteriole. Kapiler-kapiler tersebut kemudian
keluar lagi sebagai satu cabang ke efferent arteriole. Tiap-tiap renal corpuscle
mempunyai dua kutub (pole) yaitu vasculer pole, di mana arteriole afferent
masuk dan arteriole efferent meninggalkan glomerulus. Di sini juga
merupakan tempat bertemunya lapisan parietal dan lapisan visceral capsula
bowman.
Setelah memasuki glomerulus, arteriole afferent biasanya bercabang
menjadi 2-5 cabang utama yang masing-masing bercabang lagi menjadi jalajala kapiler. Apakah lengkung-lengkung kapiler berasal dari cabang yang
sama dari arteriole afferent, yang hanya beranastomosis satu sama lainnya
dan tidak dengan kapiler-kapiler dari cabang-cabang lain atau apakah berkas
kapiler merupakan jala-jala yang tidak tertutup dengan banyak anastomosis
tidak jelas di ketahui. Hubungan langsung (shunt) antara arteriole afferent
dan arteriole efferent, dimana darah dapat beredar tanpa melalui glomerulus
juga telah di temukan. Diameter afferent arteriole lebih besar daripada
diameter efferent arteriole, sehingga glomerulus mempunyai tekanan
hidrostatik yang tinggi. Hal ini penting untuk pembentukan ultrafiltrat.
Tunika media efferent arteriole mengandung banyak otot polos dan mampu
mengubah garis tengah lumen. Bila otot ini berkontraksi, tekanan darah
dalam glomerulus meningkat. Bila tidak berkontraksi, tekanan darah dalam
glomerulus menurun. Sedangkan lumen arteriole afferent mungkin tetap
konstan garis tengahnya, karena sel-sel otot polos yang mengelilinginya lebih
berperanan dalam sekresi (yaitu sekresi renin) daripada peranan kontraksi.

Renal corpuscle [mikroskop electron]


23000x
Tampak inner glomerular capillary
endothelium dengan pori-pori
( lubang-lubang )

5
1

Renal corpuscle [ methylene blueazure II ] 400x


1. Glomerulus, coiled
capillaries
2. Afferent glomerular arteriole
3. Granulated cells
4. Bowmans capsule, parietal
lamina
5. Bowmans space
6. Proximal tubule

Renal glomerulus [mikroskop electron]


400x
1. Vascular pole
2. Afferent glomerular arteriole
3. Efferent glomerular arteriole

Kutub satunya yang letaknya berseberangan dengan vaskuler pole


adalah urinary pole. Urinary pole merupakan muara ruang bowman menuju
ke tubulus contortus proksimal juga merupakan tempat persambungan epitel
selapis pipih (dari capsula bowman lapisan parietalis) dengan epitel selapis
kubis (dari tubulus contortus proksimal)

5
3

Renal corpuscle [mikroskop electron]


510x
1. Bowmans capsule
2. Bowmans space
3. Afferent glomerular arteriole
4. Distal tubule
5. Macula densa
6. Urinary pole
7. Proximal tubule, coiled part
8. Proximal tubule

Glomerulus
Terlihat vascular pole dan urinary pole
yang letaknya saling bersebrangan
1. Vascular pole
2. Macula densa
3. Urinary pole
4. Tubulus contortus proximal

4
1

2
4
3
1

Renal corpuscle [mikroskop electron]


580x
1. Bowmans space, parietal lamina
of bowmans capsule
2. Vascular pole
3. Macula densa ( dense spot )
4. Renal tubules

Lapisan visceral kapsula bowman epitelnya mengalami modifikasi


selama perkembangan embrional, mempunyai sifat yang aneh. Sel-sel lapisan
interna di namakan podocyte, yang berbentuk stellate (seperti bintang).
Podocyte melingkupi suatu kelompok kecil kapiler-kapiler, podocyte ini
mempunyai badan sel di mana timbul beberapa tonjolan sitoplasma primer,
yaitu tiap-tiap tonjolan primer ( Primary Processus / Mayor) mempunyai
banyak tonjolan-tonjolan sekunder / Secondary foot like processus = pedicels
yang meliputi tonjolan kapiler glomerulus. Tonjolan-tonjolan (kaki) sekunder
secara teratur satu sama lain berjarak 25 nm, berhubungan langsung (melekat
pada permukaan luar) dengan lamina basalis sel-sel endothelium dari kapilerkapiler glomerulus, sedangkan inti-inti podocyte tampak agak menjauh dari
basal lamina kapiler tersebut. Tetapi sebagian besar badan sel podocyte dan
tonjolan-tonjolan primernya tidak menyentuh lamina basalis. Tonjolan kaki
sekunder dari satu sel epitel meliputi lebih dari satu kapiler. Tonjolan kaki
sekunder mengandung sedikit atau tidak mengandung organel-organel, tetapi
mengandung banyak mikrofilamen dan mikrotubulus.
Tonjolan-tonjolan sekunder / pedicels podocyte saling bertautan
(interdigitasi), membatasi ruang-ruang yang panjang membentuk celah
filtrasi di antara mereka. Jarak antara tonjolan yang berdekatan (dan oleh
karena itu, menjembatani celah filtrasi / Filtration slit / slit pore) ialah celahcelah kecil di antara pedicel-pedicel yang saling interdigitasi tersebut ( 250
) merupakan suatu membran tipis / slit membrane yang tidak lengkap,
tebalnya 50-60 dan dapat disamakan dengan diafragma yang di temukan
pada pori-pori endothel. Sitoplasma podocyte mengandung banyak ribosom
bebas, mikrotubulus dan mikrofilamen.
Walaupun telah di selidiki dengan seksama, peranan fisiologis sel-sel ini tetap
tidak di ketahui dengan baik, kapiler glomerulus merupakan jenis fenestrated.
Antara sel-sel endothel kapiler dan podocyte yang berlubang-lubang
yang meliputi permukaan luar, jarang yang tebal tetapi merupakan lamina
basalis khas. Membran ini merupakan satu-satunya struktur kontinue yang
memisahkan darah yang terdapat dalam kapiler dari ruang kapsuler. Dengan
bantuan mikroskop elektron, dapat dibedakan lapisan sentralnya padat

elektron dan pada tiap-tiap sisi terdapat lapisan yang lebih jarang
mengandung elaktron.

Cara histokimia membuktikan bahwa ke dua zona yang mengandung elektron


yang lebih jarang ini mempunyai susunan biokimia yang berbeda dari zona
sentral yang lebih padat elektronnya.
Sel-sel endothel kapiler glomerulus mempunyai sitoplasma yang encer,
sekitar inti sitoplasma lebih kental karena di sini sebagian besar organelorganel berkelompok. Pori-pori sel ini lebih besar dan lebih banyak daripada
kapiler-kapiler fenestrata organ-organ lain dan mereka biasanya tidak
mempunyai diafragma tipis seperti yang sering di temukan antara pori-pori
kapiler fenestrata lain.
Di samping sel-sel endothel dan podocyte, kapiler glomerulus
mempunyai sel mesangial yang melekat pada dinding-dindingnya pada
tempat-tempat di mana lamina basalis membentuk selubung yang di miliki
bersama oleh dua kapiler atau lebih. Sel-sel mesangial mempunyai tonjolantonjolan kecil yang di liputi oleh lapisan zat amorf. Sitofisiologi sel-sel ini
sedikit di ketahui, tetapi mungkin mereka berfungsi untuk menyokong unsurunsur kapiler dan merupakan populasi seperti pericyte.
Setelah penyuntikan feritin ( suatu protein yang mengandung besi
dengan elektron yang tersebar yang mudah di identifikasi dengan mikroskop
elektron, sitoplasma sel-sel mesangial tampak banyak mengandung protein.
Sel-sel ini mungkin bekerja sebagai macrophage dan berperan dalam
membersihkan lamina basalis dari zat-zat tertentu yang tertimbun dalam
matriks selama filtrasi cairan darah.

3
3

Renal corpuscle [mikroskop


electron] 3400x
1. Podocyte, perikaryon, cell
body
2. Primary processes
3. Bowmans space

2
2

4
2
2
3
5
3

Renal corpuscle [mikroskop


electron] 7850x
1. Podocyte, perikaryon, cell body
2. Primary pedicles
3. Secondary pedicles ( foot
processes )
4. Bowmans space
5. Filtration slits

Renal corpuscle [mikroskop


electron] 12000x
1. Primary pedicels
2. Secondary pedicels ( foot
processes )
3. Filtration slits

3
2

11
8

4
1

Renal corpuscle [mikroskop electron]


7200x
1. Capillary lumen
2. Bowmans space
3. Pori pada endothelium
4. Glomerular basal membrane
5. Podocyte
6. Golgi apparatus
7. Primary podocyte process
8. Secondary podocyte process and
filtration slits
9. Bowmans capsule, lamina parietal,
single layered squamous epithelium
10. subepithelial, jaringan ikat fiber
11. erythrocyte

1
10
8

2
5

6
8
2

4
1

5
1

2
4

3
2

Renal glomerulus
Mikroskop electron [ 2000x ]
1. Capillaries
2. Bowmans space ( urinary
space )
3. Bowmans capsule, parietal
lamina
4. Endothelial cell nuclei
5. Podocyte nuclei

TUBULUS CONTORTUS PROKSIMAL / PROXIMAL CONVOLUTED


TUBULE = TC I
Struktur ini merupakan segmen awal nephron berkelok-kelok yang
timbul pada urinalis pole renal corpuscle menuju ke arah permukaan ginjal
kemudian membalik dengan lengkungan yang besar dan lekuk-lekuk yang
kecil-kecil dan selanjutnya menjadi segmen descenden lurus yang sedikit
menembus medulla ( masuk ke dalam medullary ray ), dilanjutkan dengan
bagian nephron yang dinamakan lengkung henle ( henle tebal descending
yang mirip dengan bagian yang lurus tubulus contortus proksimal ). Tubulus
contortus proksimal ini lebih panjang dan lebih lebar ( pembentuk massa
utama cortex ) di bandingkan tubulus contortus distal yang membentuk
bagian terminal nephron. Panjang tubulus contortus proksimal 14 mm,
penampang luar : 50 60 microns.
Tubulus contortus proksimal biasanya di temukan pada potongan
melintang cortex, di batasi oleh epitel selapis kubis atau silindris rendah. Selsel tubulus contortus proksimal berbentuk pyramid terpancung ( truncated
pyramid ), dengan batas-batas antar sel tidak jelas karena sel membrannya
irreguler dan saling interdigitasi, mempunyai ini sel yang besar, spherical dan
tercat pucat. Sel-sel epitel ini mempunyai sitoplasma yang sangat acidophylic
karena terdapat banyak mitochondria yang memanjang dan tersusun sejajar
satu dengan yang lain. Apex sel menghadap lumen tubulus. Lumen tubulus di
kelilingi oleh banyak mikrovilli yang panjangnya 1m halus dan
bergerombol padat sehingga permukaan lumen tampak ada brush border
( dapat di lihat oleh mikroskop cahaya ). Karena sel-sel ini besar, maka setiap
potongan melintang tubulus contortus proksimal hanya terlihat 6 12 sel
sekeliling lumen, tetapi yang tampak mengandung inti hanya 3 atau 4 inti
spheris karena ukuran sel nya lebih besar daripada ketebalan sayatan sediaan,
sehingga tinggi sel bervariasi sesuai aktivitas fungsinya. Sel-sel ini melekat
pada basal lamina. Lamina basalis tubulus contortus proksimal berkembang
dengan baik, pada pewarnana dengan PAS positif, dapat terlihat lamina
basalis sekitar tubulus contortus proksimal.

Pada binatang normal yang hidup, tubulus contortus proksimal


mempunyai lumen yang lebar dan sel-sel kubus dengan sitoplasma yang
jernih. Antar tubulus satu dengan yang lain di pisahkan oleh ruang interstitial
yang luas. Lumennya menjadi lebih lebar waktu tubulus contortus proksimal
mendekati medulla. Hal ini di buktikan melalui penyelidikan pada ginjal
hidup atau sediaan yang di fiksasi dengan seksama melalui pembekuan in situ
atau dengan fiksasi khusus untuk pemeriksaan dengan mikroskop elektron.
Akan tetapi pada sediaan yang biasa, lumen tubulus contortus proksimal
seringkali tampak jauh lebih kecil atau kolaps.
Permukaan luar mikrovilli brush border di liputi oleh selubung PAS
positif ( suatu struktur yang melekat pada glicocalyx ), yang di duga
membantu absorbsi zat-zat ( misalnya peptide dan glukosa ) yang keluar dari
darah selama filtrasi. Berkaitan dengan aktivitas resorbsi sitoplasma, apical
sel mempunyai banyak kanalikuli ( tubular pits / small apical canaliculi )
yang berasal dari dasar / pangkal mikrovilli. Membrannya di lanjutkan
dengan membran sitoplasma. Di dekat kanalikuli terdapat vesikel-vesikel
kecil yang berasal dari kanalikuli ( sitoplasma bagian apical ) sebagai akibat
comotan selama pinositosis. Sedangkan golgi apparatus terletak supra
nuclear. Bagian basal sel-sel ini mempunyai banyak tonjolan-tonjolan lateral
yang saling bertautan dengan tonjolan-tonjolan analog dari sel-sel
tetangganya secara luas. Tonjolan-tonjolan ini sangat menambah hubungan
permukaan antara sel-sel tetangga dan ruang inter sel. Di bawah sel-sel
tersebut terdapat basal lamina yang utuh yang memisahkannya dengan
kapiler-kapiler yang mengelilingnya. Kapiler-kapiler tersebut mempunyai
endothel yang fenestrated ( tipe II ). Sitoplasma bagian basal tampak striated
karena adanya mitokondria-mitokondria yang panjang, secara pararel dan
terletak di antara lipatan-lipatan basal infolding. Di tempat inilah pompa
natrium bekerja, bila pompa natrium bekerja sifat sel-sel yang ikut serta
dalam transport ion ini menambah permukaan membran sel pada basis sel.
Karena membran bagian lateralnya bertautan secara luas, sehingga tidak ada
pinggir sel yang mempunyai ciri tersendiri jika di lihat dengan mikroskop
cahaya.

Histofisiologi: Filtrat glomerulus yang di bentuk dalam badan ginjal masuk


ke dalam tubulus contortus proksimal, dan mulai berlangsung proses resorpsi
dan ekskresi. Tempat resorbsi berbagai zat dapat dengan tepat di identifikasi,
dan sifat resorpsi berbagai zat berbeda. Berbagai asam amino di absorbsi
pada berbagai bagian tubulus. Tubulus contortus proksimal mengabsorbsi
semua glukosa dan sekitar lebih dari 50% natrium klorida dan air yang
terdapat dalam filtrat. Resorbsi glukosa maksimal dekat badan ginjal.
Glukosa, klorida, dan natrium di absorbsi oleh sel-sel tubulus melalui proses
aktif yang memerlukan energi. Air berdifusi secara pasif, mengikuti gradien
osmotik kira-kira 85%. Bila jumlah glukosa di dalam filtrat berlebihan,
sehingga melampaui kapasitas absorbsi tubulus contortus proksimal, maka
urine yang keluar jumlahnya bertambah banyak dan mengandung glukosa.
Tubulus contortus proksimal juga mengabsorbsi dengan proses aktif,
semua asam amino, asam askorbat dan protein yang terdapat di dalam filtrat.
Absorbsi protein berlangsung oleh pinositosis, yang terjadi pada dasar
mikrovilli, dan hasil akhir sebagian besar di kirim dari filtrat ke dalam
jaringan interstitial. Protein yang di absorbsi pertama kali tampak dalam
vesikel-vesikel pinositotik, yang kemudian bersatu dengan lisosom primer,
membentuk lisosom sekunder. Dalam lisosom sekunder, protein di uraikan
dan asam amino yang di hasilkan di gunakan kembali oleh sel-sel tubulus
atau di kembalikan ke dalam untuk di pakai oleh sel-sel lain.
Di samping aktivitas-aktivitas ini, tubulus contortus proksimal
memindahkan kreatinin dan mengekskresikan zat-zat asing ke organisme
seperti asam para aminohiparat, fenol merah, dan iodopirasetat ( suatu
senyawa organik ber iodium yang di gunakan sebagai media kontras sinar
X ), diodrast dari plasma interstitial ke filtrat. Ini merupakan suatu proses
aktif yang berhubungan dengan organ, sebagai ekskresi tubulus. Jadi, di
tubulus contortus proksimal ini urine nya di pekatkan ( volumenya di
kurangi ). Tubulus contortus proksimal ini akan berakhir setelah ia menjadi
lurus, dan selanjutnya di namakan straight proximal tubule.

PROXIMAL STRAIGHT TUBULE


Proximal straight tubule berjalan menuju medullary ray yang terdekat,
dan selanjutnya meneruskan diri ke thick portion descending limb daripada
loop of henle. Morfologi sel-sel yang melapisi dinding tubule ini hampir
sama dengan yang melapisi proximal convoluted tubule, bedanya adalah selselnya lebih rendah, pada sitoplasmanya mempunyai mitokondria yang lebih
kecil, pada lumennya terdapat mikrovilli ( brush border ) yang lebih pendek
dan lebih sedikit.

Tubulus contortus proximal

LOOP of HENLE / LENGKUNG HENLE


Lengkung henle dapat di bagi menjadi :
Henle tebal descending = segmen tebal descending = thick portion
descending limb loop of henle. Bagian ini dimulai dalam medullary ray
dan berjalan menuju ke medulla, yang selanjutnya akan meneruskan
diri ke thin portion descending limb loop of henle. Sel-sel yang
melapisi thick portion ini hampir sama dengan yang melapisi proximal
straight tubule, sehingga ke duanya sukar dibedakan, hanya dengan
pertolongan lokasinya saja mereka dapat kita bedakan.
Henle tipis = segmen tipis = ansa henle.
Thin portion descending limb loop of henle. Merupakan peralihan
dari thick portion descending limb ke thin portion descending limb
yang terjadi secara mendadak atau perlahan-lahan, jadi terdapat
perubahan sel-sel yang melapisi ke dua saluran ini, yaitu dari selapis
kubis atau silindris rendah ke selapis pipih. Bila perubahannya
terjadi secara perlahan, maka akan terlihat sel-sel pipih terselip di
antara sel-sel kubis. Epitel sel-sel selapis pipih mempunyai inti yang
menonjol ke dalam lumen ( biasanya di dapatkan 3-5 inti pada
jaringan melintangnya ). Epitel ini menyerupai inti sel endothel
kapiler darah. Perbedaannya dengan inti sel endothel kapiler darah
adalah inti sel ini kelihatan lebih menonjol ke dalam lumen, lebih
tebal dan lebih rapat. Sitoplasma sel-selnya kurang eosinophilic,
sehingga tampak lebih pucat di bandingkan dengan proximal straight
tubule. Mempunyai batas-batas sel yang tidak jelas. Mempunyai
mikrovilli tetapi sedikit dan lebih pendek. Terdapat interdigitasi dan
small basal infolding, serta beberapa organel.
Pada potongan melintang terdapat lebih dari 20 bagian sel yang
terpotong, tetapi beberapa saja yang tampak mengandung inti ( 3-5 )
Thin portion ascending limb loop of henle. Mempunyai susunan
histologi yang sama dengan thin portion descending limb, jadi ke
duanya tidak perlu di bedakan. Saluran ini di dalam medulla berjalan
naik ke arah medullary ray, dan dalam perjalanannya itu ia akan
meneruskan diri ke dalam thick portion ascending limb.

Henle tebal ascending = segmen tebal ascending = thick portion


ascending limb loop of henle. Saluran ini di lapisi oleh epitel selapis
kubis. Peralihan dari thin portion ascending limb ke thick portion
ascending limb juga terjadi secara mendadak, terjadi perubahan epitel
dari selapis pipih, menjadi selapis kubis. Lumen saluran ini berdiameter
30-50 microns. Thick portion ascending limb berjalan naik dari medulla
ke cortex, dan di dalam cortex akan meneruskan diri ke dalam straight
distal tubule.
Renal corpuscle yang terletak dekat dengan medulla, glomerulus
juxtamedula, mempunyai lengkung henle lebih panjang yang menembus
lebih jauh ke dalam medulla daripada renal corpuscle yang terletak dekat
dengan kapsula yang tidak turun jauh ke dalam medulla.
Masing-masing lengkung henle berbentuk huruf U dan mempunyai
segmen tipis di ikuti oleh segmen yang tebal. Pada lengkung yang panjang,
lengkung selalu terjadi pada bagian tipis, pada lengkung yang pendek,
lengkung terdapat pada bagian tebal. Sebagian besar bagian tipis berjalan
turun dan sebagian besar bagian tebal berjalan ke atas. Sel-sel henle tebal
descenden mirip dengan sel-sel tubulus contortus proksimal, perbedaannya
hanya pada: sel-sel lebih rendah, memiliki mitokondria lebih kecil-kecil dan
lebih sedikit. Memiliki basal infolding dan interdigitasi lebih sedikit, juga
terdapat mikrovilli lebih sedikit.
Bagian tipis lengkung henle, yang merupakan lanjutan tubulus
contortus proksimal, mempunyai garis tengah eksternal antara 12-15m,
tetapi lumennya lebar karena dindingnya terdiri atas sel pipih yang intinya
menonjol ke dalam lumen. Tinggi sel epitel 1-2m. Bagian tipis lengkung
henle menyerupai kapiler darah ( sel endothel kapiler ) sehingga sukar di
bedakan.

Ada dua macam henle tipis :

Dari Short nephron ( pada subcapsular nephron )


Bentuknya sangat pendek, lekukan terletak pada descending limb dan dapat
di temukan pada inner stripe dari medulla.
Dari Long nephron ( pada juxta glomerular nephron )
Jumlahnya 15% dari total. Lekukan sangat panjang, sehingga terletak pada
descending lengkung dan ascending limb. Henle tipis ini menjulur jauh
sampai inner zone dari medulla, kemudian melengkung ke atas sebagai
deeper part ascending limb sampai ke outer zone.
Pada mid cortex nephron : mempunyai bentuk di antara ke duanya. Struktur
histologis ke dua segmen tipis dari dua macam nephron tadi sama.
Lengkung henle ascenden yang tebal strukturnya sama dengan tubulus
contortus distal. Pada short nephron : peralihan epitel selapis pipih menjadi
selapis kubis tersebut terjadi pada descending limb juga, lengkungannya di
bentuk oleh segmen tebal.
Sedangkan pada long nephron : peralihan di atas terjadi pada ascending limb.
Perbedaan henle tebal ascending dan tubulus contortus distal:
Sel-selnya lebih pendek, inti sel cenderung menonjol ke lumen, batasbatas sel juga tidak tampak jelas, karena plasmalemma sangat irreguler
serta banyak interdigitasi dan basal infolding.
Mempunyai mitokondria yang panjang-panjang, terletak di antara
infolding-infolding tersebut.
Terdapat mikrovilli tapi sedikit dan pendek-pendek serta tidak
membentuk brush border.
HISTOFISIOLOGI : Walaupun filtrat yang meninggalkan lengkung henle
adalah hipotonik, segmen nephron ini terutama bertanggung jawab akan
pembentukan urine akhir yang hipertonik ( dengan adanya counter current
multiplier system ) dan hanya binatang / makhluk hidup yang mempunyai
lengkung henle dalam ginjalnya yang mampu menghasilkan urine hipertonik.
Lengkung henle menimbulkan gradient hipertonik dalam medulla yang
mempengaruhi konsentrasi urine waktu ia mengalir dalam tubulus coligens.

Bagian descenden lengkung henle sangat permeable, memungkinkan


pergerakan bebas air, Na+, dan Cl-. Karena cairan interstitial medulla ginjal
adalah hipertonik, natrium dan klorida masuk dan air meninggalkan filtrate
glomerulus pada bagian descenden lengkung henle.
Bagian ascenden tidak permeabel untuk air dan sangat aktif
mentransport klorida ke cairan interstitial, sehingga bertanggung jawab
langsung akan hipertonisitas cairan interstitial daerah medulla. Sebagai akibat
kehilangan natrium dan klorida, filtrate yang mencapai tubulus contortus
distal adalah hipotonik.
DISTAL STRAIGHT TUBULE.
Saluran ini dilapisi oleh epitel selapis kubis, yang batas selnya tidak
jelas. Mempunyai sitoplasma yang kurang eosinophilic, sehingga tampak
lebih pucat daripada proximal tubule, tidak mempunyai brush border. Distal
straight tubule terletak di dalam cortex. Saluran ini sukar di bedakan dengan
thick portion ascending limb loop of henle, hanya bisa di bedakan
berdasarkan lokasinya saja. Distal straight tubule ini berjalan naik di dalam
cortex menuju ke vascular pole dari renal corpuscle yang sama ( renal
corpuscle asal ), sehingga terdapat di dekat vasculer pole di antara afferent
arteriole dan efferent arteriole. Pada umumnya distal straight tubule termasuk
di dalam tubulus contortus diatal, dan biasanya langsung di sebut tubulus
contortus distal.
TUBULUS CONTORTUS DISTAL / DISTAL CONVOLUTED TUBULE
Bagian distal straight tubule yang berada di cortex, mempertahankan
struktur histologinya tetapi menjadi berkelok-kelok dan kemudian menjadi
tubulus contortus distal yang merupakan segmen terakhir nephron, di awali
dari macula densa berakhir dekat medullary ray dengan menyatu ke
collecting duct / tubule melalui perantara yang di sebut arched collecting
tubule. Tubulus ini di batasi oleh epitel selapis kubis.

Pada potongan histologis, perbedaan antara tubulus contortus proksimal


dan tubulus contortus distal, ke duanya terdapat dalam cortex dan
mempunyai epitel kubis, didasarkan pada sifat-sifat berikut : sel-sel tubulus
contortus proksimal lebih besar, mempunyai brush border, dan lebih
asidophyl karena banyak mengandung mitokondria. Lumen tubulus contortus
distal lebih besar dan karena sel-sel tubulus contortus distal lebih pendek dan
lebih kecil daripada sel-sel tubulus contortus proksimal, pada potongan yang
sama dinding tubulus contortus distal terlihat lebih banyak sel dan lebih
banyak inti ( pada penampang melintang tampak 6-8 inti ). Sel-sel tubulus
contortus distal kurang asidophyl ( warna lebih pucat ) daripada sel-sel
tubulus contortus proksimal dan mereka tidak menunjukkan brush border
atau mikrovilli yang banyak. Sel-sel tubulus contortus distal mempunyai
tonjolan-tonjolan lateral, seperti yang terdapat pada bagian basal sel-sel
tubulus contortus proksimal, juga terdapat lamina basalis. Seperti halnya
dengan tubulus contortus proksimal, batas antar sel tidak di temukan ( pada
mikroskop cahaya ) antara sel-sel tubulus contortus distal yang berdekatan.

Tubulus contortus distal

Bila di lihat dengan mikroskop elektron, sel-sel tubulus contortus distal


berbentuk kuboidal dengan letak inti sentral / apical. Pada permukaan sel
terdapat mikrovilli yang pendek-pendek serta jumlahnya sedikit saja. Di
bagian apicalnya terdapat vakuola-vakuola. Interdigitasi di dapatkan pada
bagian basal sitoplasma. Mitokondria besar-besar, tersusun radial di sela-sela
basal infolding perjalanannya pada cortex, tubulus contortus distal
mengadakan hubungan dengan kutub vaskuler badan ginjal dari nephronnya
sendiri, dekat dengan arteriole afferent dan arteriole efferent. Pada tempat
hubungan yang dekat ini, tubulus contortus distal menunjukkan modifikasi
bersama dengan arteriole afferent. Sel-selnya biasanya menjadi toraks dan
intinya menjadi satu. Sebagian besar sel-sel ini mempunyai apparatus golgi
pada daerah basalnya / segmen dinding. Tubulus contortus distal yang
mengalami modifikasi ini di namakan macula densa ( dense spot ). Macula
densa terletak pada awal tubulus contortus distal ( perbatasan antara henle
tebal ascending dan tubulus straight distal / tubulus contortus distal yaitu
sebagai sel-sel yang tersusun rapat, dalam bentuk palisade. Mempunyai intiinti yang tampak berdekat-dekatan sehingga tampak lebih gelap / padat.
Macula densa ini terletak berdekatan / bersebelahan dengan afferent dan
efferent arteriole, JG sel, extraglomerular mesangial cells ( lacis cell ). Sel-sel
macula densa, dapat di bedakan dari yang lain karena mempunyai
mitochondria yang tersebar luas, kecil-kecil dan avoid. Juga terdapat
vacuolisasi yang banyak sekali di dalam sitoplasmanya yang letaknya di
bawah permukaan ( subface ). Sel-sel macula densa memiliki basal infolding
yang dangkal dan irreguler. Dapat di temukan juga golgi apparatus yang
terletak infranuclear, dekat dengan arteriole-nya sedangkan basal lamina
macula densa tipis saja. Makna fungsional macula densa sebenarnya,
walaupun tidak jelas, mungkin berhubungan dengan penghantaran data-data
( sensor ) osmolaritas cairan dalam tubulus contortus distal ke glomerulus.
Ion natrium turun mengirim informasi ke JG cells renin naik
tekanan darah naik lagi ( Angiotensin II ) dan volume plasma naik
( aldosteron ).

HISTOFISIOLOGI :
Pada tubulus contortus distal, terdapat pertukaran ion, di mana bila
bekerja aldosteron, natrium di reabsorbsi dan ion kalium di ekskresi.
Mensekresi juga ion H dan NH3 ke dalam urine tetapi tidak berperan dalam
pemekatan urine. Bila ada ADH, air akan di absorbsi sehingga urine isotonik.
Bila permeabilitas tubulus contortus distal terhadap air rendah sehingga urine
yang di keluarkan hipotonis. Sedangkan tubulus contortus proksimal
merupakan tempat mekanisme pengawasan garam total dan air dalam tubuh
seperti yang akan di jelaskan dalam pembicaraan apparatus juxtaglomerulus.
Tubulus contortus distal juga mensekresi ion hydrogen dan ion ammonium ke
dalam urine tubulus. Aktivitas ini penting untuk mempertahankan
keseimbangan asam basa darah.

2
1

Renal tubules, bagian outer layer


dari outer zone medulla
Stain Masson-Goldner trichrome
400x
1. Proximal tubules straight
portion
2. Distal tubules straight
portion

Renal tubules [azan, 800x]


1. Loop of henle descending
limb, thick portion
2. Loop of henle ascending
limb, thick portion
3. vessels

2
1

Renal tubules
Stain Van Gieson iron hematoxylinpicrofuchsin 120x
1. Capsula fibrosa
2. Capsula subfibrosa
3. Proximal tubule, pars
convolute
4. Distal tubule, pars convoluta

1
2

Renal tubules
[methylene blue-azure II] 400x
1. Tubulus contortus proximal
2. Tubulus contortus distal
3. Vessels
4. Interstitial connective tissue

Inner layer dari outer zone medulla


renalis
Terlihat loop of henle yang
dikelilingi oleh arteriolae rectae
Stain : Azan 40x

Inner layer dari outer zone medulla


renalis
Terlihat loop of henle yang
dikelilingi oleh arteriolae rectae
Stain : HE 80x

Outer layer dari zona outer medullary


Stain: Masson-Goldner trichrome 200x
Terlihat loop of henle, yang tebal dan
tipis

COLLECTING TUBULES = DUCTULLI COLLIGENTES = TUBULUS


COLIGENS.
Urine berjalan dari tubulus contortus distal ke tubulus colligens, yang
satu sama lain bersatu membentuk saluran lurus yang lebih besar, di sebut
duktus papilaris Bellini / duct of Bellini, yang lambat laun bertambah lebar
waktu mereka mendekati papilla. Tubulus colligens yang merupakan unsur
utama medulla dengan panjang kira-kira 20 mm ( di dalam medullary
raysmedulla / medullary pyramid ). Bukan termasuk bagian dari nephron.
Tubulus colligens yang lebih kecil di batasi oleh epitel selapis kubis
rendah dan bergaris tengah 40m. Sitoplasma sel-selnya tampak pucat.
Tubulus colligens ini merupakan excretory ducts. Waktu mereka menembus
jauh ke dalam medulla ( bagian tengah medulla ) beberapa duktus koligens
bergabung ( dengan sudut runcing ) membentuk Papillary Duct of Bellini
( duktus papilaris dari bellini ). Duktus papilaris ini bermuara ke bagian apex
daripada renal papilla, dan mengalirkan isinya ke dalam calyx minor.
Lubang-lubang pembukaan ( the openings ) papillary ducts ini pada
permukaan renal papilla cukup besar dan cukup banyak serta tersusun sangat
rapat sehingga memberikan bentuk seperti saringan yaitu area cribosa.
Diameter papillary duct of bellini : 100-200m. Sel-selnya menjadi lebih
tinggi sampai menjadi sel-sel silindris tinggi. Mempunyai sitoplasma yang
pucat dengan batas-batas sel cukup jelas.
Sepanjang perjalanannya, tubulus colligens terdiri atas sel-sel yang
berwarna muda dengan perwarnaan biasa dan seringkali menunjukkan halo
sitoplasma sekitar inti. Ada beberapa organel, batas antar sel jelas terlihat
sangat teratur dan beberapa menunjukkan adanya interdigitasi antar sel-sel,
pada mikroskop cahaya. Tidak terdapat pertautan antara batas-batas lateral
sel-sel yang berdekatan. Tiap-tiap duktus colligens yang besar saling
berhubungan tegak lurus dengan beberapa tubulus colligens yang lebih kecil
yang berasal dari masing-masing medullary ray. Banyak nephron di
hubungkan dengan duktus colligens lurus melalui tubulus-tubulus colligens
mereka yang melengkung.
Dark cell = intercalated cell.

Suatu tipe sel yang lain, yang terdapat pada collecting tubule di bagian
cortex dan outer medulla, tetapi tidak pada papillary duct. Mitokondria lebih
banyak, terdapat juga vesikel-vesikel pada apical, sedangkan pada permukaan
apical terdapat mikroplicae.
HISTOFISIOLOGI : mekanisme yang bergantung pada hormon anti diuretik
( ADH ) untuk pemekatan atau pengenceran terakhir urine. Bila ADH >>
permeabilitas terhadap air meningkat sehingga air masuk ke interstitial. Urine
yang keluar hipertonis. Bila ADH << maka urine yang keluar menjadi
hipotonis. Dinding tubulus contortus distal dan tubulus colligens sangat
permeabel untuk air bila terdapat ADH dalam jumlah besar. Urine yang
masuk tubulus colligens hipotonis / isotonis. Mekanismenya penting dalam
proses pemekatan urine.

Renal tubule
Stain: Van gieson iron hematoxylinpicrofuchsin 300x
1. Collecting tubules
2. Straight portions of the distal
tubule, middle limb
3. Thin portion of henles loop

Renal tubule
Stain: Azan 200x
1. Collecting tubules
2. Thin portion of henles loop

1
1

2
2

Renal tubule
Mikroskop electron [3000x]
1. Intercalate cell
2. Principal cell with cilium
3. Nucleus of a principal cell

Kidney renal papilla


Mikroskop electron [160x]
Terlihat papillary duct area
cribrosa

APPARATUS JUKSTAGLOMERULUS = JUXTA-GLOMERULAR


COMPLEX = JUXTA-GLOMERULAR APPARATUS
Dekat dengan renal corpuscle, juxta glomerular complex terdiri atas :
Juxta-glomerular cells ( JG cells )
Macula densa
Extra-glomerular mesangial cells = lacis cells
Juxta-glomerular cells, di dekat glomerulus, tunika media arteriole
afferent mengalami modifikasi dan terdiri atas sel-sel yang mempunyai
bentuk seperti sel-sel epiteloid. Semula dari sel otot polos. Sel-sel ini di
namakan sel-sel jukstaglomerulus ( JG ), merupakan sel-sel kubis dengan inti
berbentuk seperti rokok / bulat dan sitoplasma penuh granula yang berwarna
gelap oleh pewarnaan khusus ( PAS Positif ). Pada daerah JG cells tersebut,
membrana elastika interna dari afferent arteriole menghilang, sehingga JG
cells sangat dekat dengan endothelium dari afferent arteriole itu. Macula
densa tubulus contortus distal yang biasanya terletak dekat dengan daerah
arteriole afferent mengandung sel-sel jukstaglomerulus, bersama dengan
bagian arteriole ini membentuk apparatus jukstaglomerulus. Juga bagian
apparatus jukstaglomerulus mempunyai sedikit sel yang berwarna pucat
( agranular ) yang fungsinya tidak di ketahui dengan jelas. Mereka dengan
berbagai cara di namakan sel-sel mesangial ekstraglomerulus, sel-sel basis,
atau sel-sel polkissen / sel lacis ( pole cushions ). Terletak di antara arteriole
afferent, arteriol efferent dan macula densa, di dekat JG cells, di luar
glomerulus, ( kalau di dalam glomerulus, sel-sel yang identik dengan sel-sel
ini di sebut : intraglomerular mesangial cells atau mesangial cells = stalk cells
= intercapillary cells, terletak di antara glomerulus capillaries, dan
mempunyai kemampuan untuk proses phagositosis ). Lacis cells di duga
mempunyai kemampuan untuk menghasilkan erythropoietin, yaitu suatu
hormon yang merangsang erythropoiesis dalam sumsum tulang. Keseluruhan
lacis cells membentuk bentukan yang di namakan : polar-cushion =
polkissen.

Bila di periksa dengan mikroskop elektron, sel-sel jukstaglomerulus


mempunyai sifat-sifat sel sekretoris yaitu mengandung banyak retikulum
endoplasma granuler, apparatus golgi dan granula-granula sekresi.
Granula sekresi yang baru di bentuk ukurannya antara 10-40 nm dan
bersatu yang merupakan bentuk matang zat-zat sekresi.
Sel-sel jukstaglomerulus menghasilkan enzym renin dan jumlah renin
yang terdapat dalam ginjal sebanding dengan jumlah granula sekresi dalam
sel-sel tersebut, selanjutnya fluoresen antibodi ( antirenin ) terbukti bereaksi,
khususnya dengan sel-sel jukstaglomerulus.
Renin di kenal bekerja pada protein plasma yang di namakan
angiotensinogen, menghasilkan dekapeptida inaktif yang di namakan
angiotensin I. Zat ini, sebagai akibat kerja converting enzyme yang di duga
terdapat dalam paru-paru, kehilangan dua asam amino, menjadi oktapeptida
yang di namakan angiotensin II.
Efek fisiologi utama angiotensin II adalah meningkatkan sekresi
hormon aldosteron oleh cortex adrenal, juga mengakibatkan vasoconstriction
dari arterioles. Jadi mempengaruhi tekanan darah, naiknya tekanan darah.
Aldosteron bekerja pada sel-sel tubulus ginjal ( terutama tubulus contortus
distal ), meningkatkan reabsorbsi natrium dan klorida. Defisiensi natrium di
kenal merupakan rangsangan pengeluaran renin, yang secara tidak langsung
mempercepat sekresi aldosteron, yang selanjutnya mengakibatkan resorbsi
natrium dan akibatnya menghambat ekskresi renin. Sebaliknya kelebihan
natrium dalam darah menekan sekresi renin dengan akibat penghambatan
pembentukan aldosteron dan dengan cara ini meningkatkan konsentrasi
natrium urine. Jadi, apparatus jukstaglomerulus mempunyai peranan
homeostatik yang penting dalam mengawasi keseimbangan ion.

Renal corpuscle [ methylene blueazure II] 400x


1. Bowmans capsule, parietal
lamina
2. Bowmans space
3. Proximal tubule
4. Macula densa
5. Distal tubule, pars recta
6. Extraglomerular mesangium
cells

Renal corpuscle
1. Glomerulus
2. Juxta apparatus
3. Macula densa
4. Tubulus contortus proximal
5. Tubulus contortus distal

SIRKULASI DARAH
Tiap-tiap ginjal menerima darah dari arteri renalis ( berasal dari aorta
abdominalis ) yang pada tingkat hillus dan sebelum memasuki organ ini,
biasanya bercabang dua : satu bagian anterior ginjal dan lainnya pada bagian
posterior. Sementara masih berada dalam hillus, cabang-cabang ini
membentuk arteri-arteri kecil. Tiap cabang melayani 3-4 renal pyramids
beserta cortexnya ( satu daerah yang di layani oleh satu cabang arteri tersebut
di sebut : Renule ) yang selanjutnya bercabang-cabang membentuk arteri
interlobaris yang terletak antara pyramid-pyramid malphigi ginjal / di dalam
renal column of Bertin. Dan berjalan menuju ke corticomedullary junction,
setinggi dasar pyramid, arteri interlobaris membentuk arteri arcuata
( arcuate / arciform arteries ) yang sejajar dengan kapsula organ sepanjang
perbatasan cortex-medulla / corticomedullary junction. Arteri arcuata yang
berasal dari satu arteri interlobaris tidak mengadakan hubungan dengan arteri
arcuata dari arteri interlobaris lainnya. Jadi, arteri-arteri ini merupakan
cabang terminal.
Dari arteri arcuata akan timbul cabang-cabang secara tegak lurus
menuju ke arah kapsul, cabang-cabang ini di sebut arteri interlobularis, arteri
interlobularis secara interval dan teratur mengikuti perjalanan tegak lurus
dengan badan ginjal. Arteri interlobularis terletak antara medullary ray, yang
bersama dengan cortex yang berdekatan membentuk lobulus ginjal. Dari
arteri interlobularis ini akan timbul cabang-cabang yang memasuki lobus
ginjal, di sebut arteri intralobularis, arteri intralobularis yang masuk ke
lobulus ginjal sebagai arteriol afferent glomerulus ( vas afferent ) yang
mensuplai darah ke kapiler-kapiler glomerulus. Dari kapiler-kapiler
glomerulus akan bersatu kembali dan membentuk efferent arteriole, yaitu
arteriole yang keluar dari glomerulus. Ujung akhir arteri interlobularis
menjadi anyaman kapiler pada kapsula renalis. Dari sini darah masuk ke
dalam arteriol efferent glomerulus, yang segera bercabang-cabang kembali
membentuk jala-jala kapiler peritubuler yang akan memberi makan pada
tubulus contortus proksimal dan tubulus contortus distal cortex ginjal.

Akan tetapi, arteriol efferent yang berasal dari glomeruli yang terletak
lebih dalam pada cortex juxtamedulla dan dekat daerah medulla membentuk
pembuluh darah yang panjang dan tipis yang selanjutnya berjalan lurus dan
sentripetal ke dalam medulla, kemudian membelok ke atas lagi untuk
akhirnya masuk ke vena arcuata yang terletak di corticomedullary junction.
Kapiler yang panjang tersebut di namakan vasa rekta spuriae = false straight
arteriole = vasa recta, atau arteriole lurus, dan bertugas memberi makan pada
medulla, mungkin sebagai akibat degenerasi glomerulus.
Dalam medulla, dapat di temukan venulae rectae, yang membalik
seperti jepit rambut ke arah cortex kembali, dari mana darah mengalir
kembali ke vena-vena arcuata. Vena-vena lurus terletak dekat dan sejajar
dengan arteri lurus, di mana mereka membentuk lengkung. Dalam medulla
ginjal, lengkung-lengkung ini secara fisiologis penting dan bersama-sama di
namakan vasa recta ginjal. Pembuluh ini terutama mengandung darah yang
telah di filtrasi melalui glomeruli, memegang peranan yang penting dalam
mempertahankan osmolaritas jaringan interstitial medulla yang tinggi.
Arteriole rectae vera (= true straight arteriole ) adalah cabang langsung dari
arteri arcuata dan arteri interlobularis dan berjalan lurus ke medulla, dan
memberi makan pada medulla. Jumlahnya sangat sedikit dan makna
fungsinya tidak banyak.
Kapiler-kapiler cortex bagian luar dan kapsula ginjal bersatu
membentuk vena-vena stelata ( di namakan demikian sebab konfigurasinya
bila di lihat dari permukaan ginjal ) yang bermuara ke dalam vena-vena
interlobularis.
Vena-vena mengakhiri perjalanan yang sama seperti arteri. Darah dari
vena-vena interlobularis mengalir ke dalam vena-vena arcuata dan dari sini
ke vena-vena interlobaris. Vena-vena interlobaris membentuk vena renalis di
mana darah meninggalkan ginjal masuk ke vena cava inferior.

Vascularization, intrarenal [ injeksi carmine


gelatin] 15x
1. Interlobular artery
2. Arcuate artery
3. Arterial and venous vasa recta
4. Renal corpuscle

2
3

1
2

Intrarenal blood vessel [injeksi


Indian ink] stain: Picric acid 15x
1. Arcuate artery
2. Cortex
3. Medulla
4. Papilla
5. Pelvis
6. sinus

Intrarenal blood vessel [injeksi


Indian ink] stain: Picric acid 40x
1. Arcuate artery
2. Medulla-cortex border
3. Arteriole rectae

Intrarenal blood vessel [injeksi


Indian ink] stain: Picric acid 80x
1. Cortex-medulla border
2. Interlobular artery
3. Arteriolae rectae

HISTOFISIOLOGI GINJAL
Ginjal mengatur susunan kimia lingkungan interna dengan prosesproses kompleks yang terdiri atas filtrasi, absorbsi aktif, absorbsi pasif dan
sekresi. Filtrasi berlangsung dalam glomerulus, di mana ultrafiltrat plasma
darah di bentuk. Tubulus-tubulus nephron, terutama tubulus contortus
proksimal mereabsorbsi zat-zat dalam filtrat ini yang berguna bagi
metabolisme tubuh. Jadi mempertahankan homeostasis lingkungan interna.
Mereka juga memindahkan hasil-hasil sisa dari darah ke lumen tubulus
yang di keluarkan ke dalam urine. Tubulus colligens mengabsorbsi air, jadi
membantu pemekatan urine yang pada umumnya hipertonik di bandingkan
dengan plasma darah. Dengan cara ini, organisme mengawasi keseimbangan
air, cairan intersel, dan osmotik.
Ke dua ginjal menghasilkan 125ml filtrat per menit, dari jumlah ini
124 ml di absorbsi dan hanya 1 ml yang di keluarkan ke dalam calyx-calyx
sebagai urine. Setiap 24 jam, di bentuk 1500 ml urine.
Aliran darah ke dalam ke dua ginjal pada orang dewasa jumlahnya
1,2 1,3 liter/menit, yang berarti bahwa semua darah yang beredar dalam
tubuh melalui ginjal setiap 4 5 menit. Glomerulus mengandung kapilerkapiler arteri yang tekanan hidrostatiknya lebih tinggi daripada tekanan
hidrostatik pada kapiler-kapiler lain.
Tekanan ini 75 mmHg - 70% tekanan hidrostatik aorta.
Filtrat glomerulus di bentuk akibat tekanan hidrostatik darah, di mana
gaya-gaya berikut ini melawannya :
1. Tekanan osmotik koloid plasma ( 30 mmHg )
2. Tekanan cairan yang terdapat dalam bagian tubulus nephron ( 10
mmHg )
3. Tekanan interstitial di dalam parenkim ginjal ( 10 mmHg ) yang bekerja
pada kapsula bowman dan di teruskan ke cairan kapsuler.

Karena tekanan hidrostatik adalah 75 mmHg dan jumlah total gayagaya yang melawannya adalah 50 mmHg, gaya filtrasi yang di hasilkan 25
mmHg.
Filtrat glomerulus mempunyai susunan kimia yang sama seperti plasma
darah, tetapi hampir tidak mengandung protein karena makromolekul tidak
menembus dinding glomerulus. Molekul protein yang terbesar yang berhasil
menembus dinding kapiler glomerulus mempunyai berat molekul 70.000
dan beberapa fraksi albumin plasma terdapat dalam jumlah yang sangat
sedikit sekali dalam filtrate.
Filtration barrier adalah struktur yang memisahkan darah ( dalam
kapiler glomerulus ) dan filtrate ( dalam ruang bowman ). Yang berperan
dalam filtration barrier adalah endothel kapiler, basal lamina kapiler dan
pedicel-pedicel, termasuk slit membrannya.
Sel-sel endothel kapiler glomerulus sangat pipih / tipis berlubanglubang dengan banyak pori-pori ( fenestrated ) dengan diameter 80
nanomikron. Lubang-lubang ( pore ) tidak tertutup oleh pore diafragma,
sehingga endothel dengan mudah di tembus. Menurut sebagian besar
pengarang, filtrasi terjadi pada lamina basalis. Penyuntikan molekul-molekul
yang lebih besar seperti ferritin ( berat molekul 460.000 ), menunjukkan
bahwa mereka melewati sel-sel endothel tetapi di konsentrasikan pada lamina
basalis.
Basal lamina kapiler merupakan gabungan basal lamina, dari
endothelium dan basal lamina dari glomerular epithelium ( sel podocyte ),
merupakan satu-satunya lapisan yang utuh / lengkap yang berperan sebagai
filter utama. Basal lamina kapiler mempunyai tebal 0,3 m dan terdiri dari 3
lapisan yaitu lamina rara eksterna, lamina densa dan lamina rara interna.
Lamina densa merupakan electron dense dengan tebal 0,1 m. Lamina
densa mengandung collagen type IV dan berfungsi sebagai physical barrier.
Lamina rara externa dan lamina rara interna merupakan electron lucent.
Lapisan ini mengandung glicosaminoglicans ( yang kaya akan heparin
sulfat ). Fungsi lapisan ini mempengaruhi perjalanan basic atau acidic
proteins yang melewati basal lamina. Adanya basal lamina kapiler ini
menghalangi ikut masuknya molekul-molekul besar.

Sedangkan ukuran functional pure size kurang lebih sama dengan ukuran
molekul plasma albumin ( berat molekul 70.000 ). Celah filtrasi / filtration
slit antara tonjolan-tonjolan sekunder podocyte yang di tutup oleh slit
membrane dengan ukuran lebar 25 nm, tebal slit membrane 5-6 nm saja
juga memegang peranan dalam menahan molekul-molekul yang melalui poripori sel-sel endothel dan matriks lamina basalis.
PEMBENTUKAN URINE YANG HIPERTONIK ATAU HIPOTONIK
Lengkung henle membentuk multiplying counter current system
yang memekatkan filtrate dengan cara, secara berulang menstransfer natrium
dalam jumlah yang relative kecil sepanjang lengkung henle. Cairan
interstitial pyramid menunjukkan gradient hipertonisitas yang makin
bertambah jika mendekati papilla. Sebagian klorida dan natrium yang di
pindahkan ke lengkungan intertubuler oleh bagian ascenden lengkung henle
secara pasif di pindahkan ke filtrate oleh bagian descenden dan masuk
kembali melalui pompa klorida yang terdapat dalam sel-sel bagian ascenden
lengkung henle.
Urine yang hipotonik atau isotonik yang terdapat dalam tubulus
colligens medulla akan kehilangan air yang masuk ke dalam interstitial
( cairan interstitial cortex adalah isotonik ), tetapi bila tidak terdapat cukup
ADH akan membuat tubulus colligens tidak permeable terhadap air, sehingga
pemekatan urine tidak terjadi dan ginjal menghasilkan urine hipotonik dalam
jumlah besar.
Permeabilitas tubulus contortus distal terhadap air tergantung pada
ADH, tetapi tubulus ini terletak dalam cortex, di mana cairan interstitialnya
isotonik, sehingga tidak dapat berperanan nyata untuk pemekatan urine.
Urine yang meninggalkan tubulus contortus distal hampir selalu isotonis
( sebagai akibat keseimbangan dengan cairan interstitial daerah tersebut ).

Vasa recta atau pembuluh lurus daerah medulla terletak sedemikian


rupa sehingga sirkulasi darah tidak mengganggu gradient osmotik yang di
timbulkan oleh pompa klorida lengkung henle, dan mereka membentuk
counter current exchange system
Arteriol-arteriol dan vena-vena lurus merupakan pembuluh yang sangat
tipis dengan dinding yang mirip seperti dinding kapiler. Tiap-tiap pembuluh
lurus satu arteri dan satu vena membentuk lengkung yang cabang-cabangnya
berjalan di pinggir-pinggirnya. Bila berjalan melalui arteriol lurus ke arah
bagian dalam medulla, darah kehilangan air dan mendapatkan natrium karena
dalam medulla cairan interstitial lambat laun menjadi lebih hipertonik. Bila
darah kembali dangan arah yang berlawanan sekali lagi ia berhubungan
dengan gradient yang sama tetapi sekarang gradientnya kurang dan
kehilangan natirum dan mendapatkan air. Air yang hilang pada pembuluh
descendens di peroleh kembali oleh pembuluh ascenden dan natrium yang
masuk ke pembuluh descenden di kembalikan oleh pembuluh ascenden.
Fungsi perubahan osmotik dalam darah pembuluh lurus adalah untuk
mempertahankan gradient osmotik yang tetap, yang terdapat dalam medulla
ginjal. Pergerakkan air dan natrium ini adalah secara pasif, berlangsung tanpa
menggunakan energi.

EFEK-EFEK HORMONAL
Seperti telah di jelaskan di atas, keseimbangan air di awasi sebagian
oleh lobus posterior hypophysis yang mengeluarkan ADH. Bila intake air
tinggi, pembentukan ADH di hambat, dinding tubulus contortus distal dan
tubulus coligens menjadi tidak permeable untuk air dan air tidak di resorbsi.
Akibatnya adalah pembentukan urine hipotonik dalam jumlah besar dengan
membuang air yang berlebihan sedangkan ion-ion yang di perlukan untuk
keseimbangan osmotik di tahan.

Bila minum air dalam jumlah sedikit / terjadi kehilangan air yang sangat
banyak ( mis : Karena berkeringat yang berlebihan, diare ) dinding tubulus
contortus distal dan tubulus coligens menjadi permeable untuk air, air di
reabsorbsi dan urine yang terbentuk hipertonik.
Hormon-hormon steroid cortex adrenal, terutama aldosteron,
meningkatkan absorbsi natrium oleh tubulus dari filtrate glomerulus, jadi
mengurangi pembuangan natrium oleh urine. Aldosteron mempermudah
kehilangan kalium dan hidrogen. Hormon ini penting dalam mempertahankan
keseimbangan ion dalam tubuh. Defisiensi aldosteron pada binatang
adrenalektomi dan pada manusia dengan penyakit addison mengakibatkan
kehilangan natrium yang berlebihan dalam urine.
Fungsi sekresi ginjal sebagai kelenjar endokrin : erythropoeitin ( pemasakan
erythrocyte ), renin.

PELVIS RENALIS dan URETHER


Kandung kemih / urinary bladder dan saluran-saluran urine menyimpan
urine yang di bentuk dalam ginjal dan mengalirkannya keluar. Di mulai dari
pelvis ( bagian teratas dari urether yang melebar dan terletak di dalam hillum
daripada ginjal ). Pelvis ini ke arah proksimal akan membagi diri menjadi
calyces major, dan calyces major ini juga akan membagi diri menjadi calyces
minor. Masing-masing calyx minor menampung renal papilla dari
medullary pyramid. Calyx, pelvis, urether dan kandung kemih mempunyai
struktur dasar histologi yang sama. Dinding urether lambat laun menjadi
lebih tebal bila makin mendekati kandung kemih.

URETHER
Urether bagian atas melebar, di sebut pelvis renalis, yang mempunyai
dinding lebih tipis daripada dinding urether. Sedangkan urether mempunyai
panjang 25-30cm. Letaknya urether pada dinding posterior abdomen, di
belakang lapisan peritoneum. Urether ini berakhir dengan menembus secara
serong dinding vesica urinaria / urinary bladder, sehingga terbentuk katupkatup yang mencegah aliran balik urine. Pada potongan melintang, lumen
urether berbentuk seperti bintang, karena adanya lipatan-lipatan longitudinal
( indentasi ). Lipatan-lipatan ini terjadi oleh karena :
Kendornya bagian luar lamina propria
Adanya jaringan elastik
Adanya otot polos
Bila urether distensi, maka lipatan-lipatan tersebut akan mendatar.
Mukosanya terdiri atas transitional epithelium / epitel peralihan, basal lamina
yang tipis. Di bawah ( atau di sebelah luar ) dari epithelium di dapatkan
lamina propria, juga terdapat selubung otot polos yang padat dan
bergelombang.
Epitel peralihan yang terdapat pada pelvis renalis terdiri dari 2-3 lapis
sel, sedangkan pada urether 4- 5 lapis sel. Sel-sel permukaan ( sel payung )
berbentuk cuboid sampai pipih. Inti kadang-kadang ada dua, permukaan tidak
rata ( ada indentasi ). Pada sitoplasma bagian apical dapat terlihat vesiclevesicle yang di bungkus membran dan berbentuk fusiform ( sebagai cadangan
membran yang bila ada distensi akan menambah luas permukaan membran ).
Mempunyai basal lamina yang tipis. Lamina proprianya merupakan jaringan
ikat yang relatif padat dengan banyaknya sabut-sabut elastis. Kadang-kadang
dapat di temukan jaringan lymphatik kendor, tetapi tidak di dapatkan adanya
kelenjar-kelenjar. Lapisan luar lamina propria merupakan jaringan ikat
kendor, hal ini bisa di anggap sebagai lapisan submucosanya.

Lapisan muscularis pada pelvis renalis terutama circuler, berjalan


sekeliling papilla, yang di perkirakan berfungsi sebagai sphincter yang akan
memeras papilla. Lapisan muscularis urether terdiri dari berkas-berkas otot
polos. Pada urether bagian atas terdiri dari dua lapisan : longitudinal ( inner )
dan circuler ( outer ). Urether bagian bawah terdiri dari : longitudinal
( inner ), circuler ( middle ), longitudinal ( outer ). Lapisan-lapisan tersebut
tidak dapat di pisahkan dengan jelas. Lapisan otot pada calyx, pelvis ginjal
dan urether mempunyai susunan helix. Waktu sel-sel otot mencapai kandung
kemih, mereka menjadi longitudinal ; lapisan muscularis yang circuler
menghilang, sehingga kedua lapisan longitudinal menyatu dan melanjutkan
diri ke muara urether oleh karena itu, bagian urether yang terletak di dalam
kandung kemih terdiri atas serabut-serabut longitudinal yang kemudian
menyebar ke distal membentuk trigonum superficial yang otot-ototnya terus
berjalan ke distal ke verumontanum pada laki-laki dan meatus uretrae
externum pada wanita. Bila berkontraksi akan melebarkan muara-muara
tersebut.
Lapisan adventitia pelvis renalis dan urether terdiri atas jaringan ikat
fibroelastis yang menyatu dengan jaringan ikat di sekitarnya ( pada pelvis
renalis dengan kapsula ginjal, pada sepanjang urether dengan dinding
belakang abdomen ). Pada permukaan anteriornya di liputi peritoneum
( jaringan ikat tipis yang permukaannya di lapisi oleh selapis sel-sel mesothel
) secara kendor. Lapisan adventitia ini kaya akan suplai darah, jalinan
pembuluh-pembuluh lymphatic, saraf-saraf, dan sel-sel ganglion ( yang
motorik masuk ke lapisan otot, yang sensorik masuk sampai ke epitelnya.

Urether
Stain : Van gieson iron hematoxylinpicrofuchsin [16x]
1. Internal longitudinal muscle
bundles
2. Circular muscle layer
3. Urothelium
4. Lamina propria
5. Tunica adventitia

2
4

Sel payung
Urether dengan epitel peralihan

4
3

Urether urothelium ( transitional epithelium )


Stain : Laczk Lval polychromatic, staining of
lysosomes [500x]
1. Basal cells
2. Intermediary cells
3. Surface ( umbrella ) cells
4. Crusta
5. Lysosomes
6. Lymphocyte

1
1
6

1
2

1
3

Urether urothelium
Mikroskop electron [ 1800x ]
1. Surface cells with crusta
2. Lysosomes
3. Intermediary cells
4. Basal cells
5. Lymphocytes

VESICA URINARIA = KANDUNG KEMIH


Mempunyai struktur yang sama dengan calyx, pelvis renalis, urether.
Epitelnya adalah epitel peralihan / transitional, dengan tebal lapisan bila
dalam keadaan kosong 6-8 lapis sel, bila dalam keadaan terdistensi 2-3 lapis
sel. Sel-sel superficial epithel transitional, facets sel = sel payung
bertanggung jawab akan barrier osmotic antara urine dan cairan jaringan.
Mereka mempunyai membrane khusus dari lempeng tebal yang di pisahkan
oleh pita-pita sempit membrane yang tipis. Bila kandung kemih berkontraksi,
membran melipat sepanjang daerah-daerah yang lebih tipis, dan lempenglempeng yang lebih tebal mengalami invaginasi dan membentuk vesiclevesicle sitoplasma yang fusiform. Membran lumen ini di bentuk dalam
apparatus golgi dan mempunyai susunan kimia yang unik, serebrosida
merupakan unsur utama fraksi polar lipid.
Muscularis mucosae, terlihat terputus-putus, karena sabut-sabut otot
polosnya kecil-kecil dan tersusun irreguler. Lamina proprianya relatif tebal,
di dapatkan juga beberapa kelenjar kecil-kecil dengan sekresi mucous ( pada
daerah dekat muara urether dan muara urethra ). Lapisan externalnya kendor,
yang kadang-kadang di anggap sebagai submucosanya. Karena lapisan
external ini kendor, maka bila kosong ( tidak ada urine ) mucosanya berlipatlipat. Lapisan muscularisnya cukup tebal, berjalan ke segala arah ( tanpa
lapisan yang nyata ) sampai mereka mencapai leher kandung kemih, di mana
dapat di temukan tiga lapisan nyata :
1) Lapisan dalam longitudinal, yang distal terhadap leher kandung kemih
menjadi circuler mengelilingi urethra prostatika dan prostat pada lakilaki. Ia meluas ke meatus externus pada wanita. Serabut-serabutnya
membentuk sphincter urethrae internum yang sebenarnya.
2) Lapisan tengah circular, merupakan lapisan yang paling tebal dan
membentuk sphincter orificium internal urethra yang berakhir pada
leher kandung kemih.
3) Lapisan luar longitudinal yang melanjutkan diri sampai ujung prostat
dan ke meatus urethrae externus pada wanita.

Kandung kemih terdiri atas serabut-serabut longitudinal yang kemudian


menyebar ke distal membentuk trigonum superficial yang otot-ototnya terus
berjalan ke distal ke verumontanum pada laki-laki dan meatus urethrae
externum pada wanita. Urether yang terletak di dalam kandung kemih hanya
mempunyai serabut-serabut otot longitudinal. Jadi di bagian distal terdiri atas
tiga lapisan otot polos, longitudinal circuler longitudinal. Lapisan ini
paling tebal. Sangat tebal pada sekitar orificium urethrae internum dan
berfungsi sebagai sphincter. Juga sedikit tebal di sekitar muara urether.
Lapisan adventitianya merupakan jaringan ikat fibroelastik, dengan
permukaan superior di tutupi peritoneum secara kendor. Mulai 2-3 cm
proksimal terhadap kandung kemih, selubung atau otot waldayer di temukan
pada permukaan luar urether. Ia meluas ke meatus urether, di bawah ini ia
menyebar membentuk trigonum profunda, yang berakhir pada leher kandung
kemih.Saluran-saluran urine di luar di liputi oleh membrane adventitia
kecuali kandung kemih bagian atas yang di liputi oleh peritoneum ( serosa ).

Urinary bladder
Stain: HE 4x

Vesica urinaria dengan epitel


peralihan
1. Sel paying
2. Sel raket
3. Sel basal

URETHRA
Urethra merupakan tabung yang mengalirkan urine dari kandung kemih
keluar tubuh. Pada laki-laki, sperma juga berjalan melalui urethra waktu
ejakulasi. Pada wanita, urethra semata-mata merupakan organ urinalis.
A. Urethra Pria :
Urethra pria mempunyai panjang 15-20 cm, terdiri atas tiga bagian :
1. Pars prostatica : 3 4 cm. Mulai dari orificium urethra internum
menembus prostat. Prostat terletak sangat dekat dengan kandung kemih.
Saluran yang menstransport sekresi prostat bermuara ke dalam urethra
pars prostatika di sebut ductus kelenjar prostat. Pada bagian dorsal dan
distal urethra pars prostatika terdapat suatu peninggian, verumontanum,
yang menonjol ke dalam.

Pada ujung verumontanum bermuara tabung buntu yang di namakan


utrikulus prostatikus yang tidak mempunyai fungsi. Pada pinggir kiri
kanan verumontanum bermuara duktus ejakulatorius ( akhir ductus
defferens ), melalui mana cairan semen masuk ke dalam urethra
posterior untuk di simpan tepat sebelum ejakulasi. Jenis epitelnya
adalah epitel peralihan / transitional, submucosanya tidak jelas,
sedangkan lapisan muscularisnya terdiri atas otot polos ( dalam
longitudinal, luar circuler ).
2. Pars membranacea : panjangnya kira-kira 1 cm. Berjalan dari apex
prostat menembus membrana perineal sampai bulbus dari corpus
cavernosa urethra. Jenis epitelnya adalah epitel stratified columnar /
pseudo stratified columnar ( berderet silindris ), dengan beberapa sel
goblet. Sekitar bagian urethra ini terdapat sphincter otot lurik,
( sphincter externus urethra ). Sphincter externus otot rangka ini
menambah tekanan penutupan yang di timbulkan oleh sphincter urethra
internus yang sifatnya volunter ( otot polos ) yang di bentuk sebagai
lanjutan otot longitudinal bagian dalam kandung kemih.
3. Pars cavernosa / pars spongiosa : merupakan bagian yang terpanjang,
yang berjalan sepanjang corpus spongiosum penis, dan bermuara pada
gland penis. Bagian ini di kelilingi jaringan erektil. Bagian distalnya
melebar, di sebut fossa navicularis ( suatu terminal dilatation dari
urethra ). Jenis epitelnya adalah epithel pseudo stratified columnar
( berderet silindris semu ) sampai fossa navicularis, lalu berubah
menjadi stratified squamous ( berlapis pipih ) di bagian distal sampai
orifisium urethra externum.

Lamina proprianya merupakan jaringan ikat fibroelastik kendor.


Kelenjar littre merupakan kelenjar mukosa yang terdapat sepanjang
urethra, tetapi paling banyak pada bagian dorsal pars cavernosa. Merupakan
kelenjar tubular bercabang, yang merupakan kelanjutan dari mucosa urethra (
lekukan-lekukan kecil / small depressions tidak teratur, kadang-kadang dapat
melekuk sangat dalam membentuk kelenjar tersebut ), sehingga epithelnya
sama dengan epithel urethra.
Letaknya di lamina propria. Bagian sekretoris dari sebagian kelenjar ini
langsung berhubungan dengan epithel yang membatasi urethra, lainnya
merupakan saluran keluar.

B. Urethra Wanita.
Urethra wanita merupakan tabung yang panjangnya 4 5 cm di batasi
oleh epithel berlapis gepeng / pipih ( stratified squamous ), dengan di
beberapa tempat epithel berderet / berlapis silindris semu ( pseudo stratified
columnar ). Lamina proprianya merupakan jaringan ikat kendor, dengan ciri
khas : banyak sinus-sinus venosus sehingga mirip jaringan cavernosa.
Lapisan muscularisnya terdiri atas dua lapis otot polos ( susunan seperti pada
urether, lapisan dalam longitudinal, luar circuler ) di perkuat dengan
bagian tengah urethra wanita di kelilingi oleh sphincter externus yang terdiri
atas otot lurik volunter.
Kadang-kadang bisa di dapatkan kelenjar ( seperti kelenjar littre )

BAHAN PRAKTIKUM
1. Perhatikan seluruh ginjal ( dengan pembesaran terkecil ) :
Tentukan kapsulnya
Tentukan hillusnya
Kenalilah bagian cortex dan medulla
Tentukan renal papilla
2. Perhatikan bagian cortex ( dengan pembesaran besar )
Tentukan renal corpuscle : kenali capsula bowman, glomerulus, sel
podocyte, capsular space, urinary pole, vascular pole, macula densa.
Tentukan tubulus contortus proksimal
Tentukan tubulus contortus distal
3. Perhatikan batas antara cortex dan medulla, lalu masuk ke cortex
( tentukan pembuluh darah )
Arteri arcuata dan vena arcuata : perbatasan cortex dan medulla
Arteri dan vena interlobularis : sejajar dengan medullary rays
4. Perhatikan bagian medulla ( dengan pembesaran besar )
Tentukan medullary rays = processus ferreini
Tentukan henle tebal descending, henle tebal ascending, henle tipis
( bedakan dengan kapiler )
Tentukan ductus colligentes, papillary duct of bellini
Tentukan bagian dari pelvis renalis
5. Perhatikan bentuk sediaan urether dan vesica urinaria

DAFTAR PUSTAKA
1. Junqueira.Luis.C, MD ; Carneiro.Jose,MD ;Histologi Dasar ; Edis III.
EGC 1991.
2. Craigmyle M.B.L,MD.MB.ChB ; A color atlas of Histology ;Wolfe
Medical Publications LTD 1978.
3. Lesson.C.Roland,MD,PhD ; Lesson.Thomas.S,MD,PhD ;Histology
edisi III ; WB Sounders company.
4. Kuehnel ; Color Atlas of Cytology, Histology, and Microscopic
Anatomy 2003 Thieme.

You might also like