Professional Documents
Culture Documents
( SISTEM URINALIS )
Oleh
Dr Anna Lewi Santoso
Sistem urinalis terdiri atas dua ginjal, dua urether, satu kandung kemih
(urinary bladder = vesika urinaria) dan satu urethra. Fungsi sistem urinalis ini
membantu mempertahankan homeostasis dengan membentuk dan
mengalirkan urine, di dalam urine inilah berbagai hasil sisa metabolisme
dibuang. Ginjal juga mengatur homeostasis air dan elektrolit, keseimbangan
asam-basa dan osmoregulation. Dan tempat pembentukan renin yang berguna
dalam pengaturan tekanan darah dan konsentrasi ion natrium. Didalam ginjal
juga tempat pembentukan erythropoietin yang berguna dalam pembentukan
erythrocyte pada sumsum tulang. Urine yang di hasilkan oleh ginjal berjalan
melalui urether ke kandung kemih dan dikeluarkan ke luar tubuh melalui
urethra.
GINJAL
Masing-masing ginjal menyerupai kacang. Mempunyai ukuran panjang
10-12 cm, lebar 5-7 cm, tebal 3,5-5 cm di bungkus oleh kapsul ginjal yang
terdiri atas jaringan ikat padat (fibroconnective tissue) atau fibrosa tipis yang
mudah di kelupas (tidak di jumpai adanya septa-septa sehingga lobulasi dari
ginjal tidak jelas). Letak ginjal pada manusia di bagian posterior upper
abdomen, di kiri-kanan vertebrae lumbales.
Daerah bagian medial ginjal yang cekung (depression / lekukan ) di
sebut hillum / hillus. Hillum adalah suatu daerah di mana dapat di temukan
saraf-saraf, pembuluh darah, pembuluh limfe, dan pelvis renalis (urether
bagian atas yang melebar). Pelvis renalis adalah permulaan urether yang
melebar dan mengisi hillum. Ke arah proksimal pelvis ini membagi diri
menjadi calyces mayor (ada 2) dan calyces minor (ada 8-12). setiap calyx
minor mengelilingi renal papilla.
Ginjal pada potongan melintang dibagi menjadi korteks / cortex yang
berwarna gelap, kecoklatan, bergranula (bagian luar, dekat kapsul ginjal) dan
medulla yang membentuk apa yang disebut medullary pyramids (piramidpiramid ginjal / malpighi piramid) berwarna pucat dan bergaris sejajar. Pada
manusia, medulla ginjal terdiri atas 10-18 struktur yang berbentuk kerucut /
piramid. Puncak piramid menonjol ke dalam calyx minor (satu calyx minor
meliputi satu papilla-renalis) di sebut papilla ginjal.
Ginjal [HE] 2x
1. Pyramid
2. Medulla, inner zone
3. Pelvis
4. Medulla, outer zone
5. Cortex
6. Papilla
7. Sinus
Gambaran ginjal
1. Medullary rays
2. Glomerulus
Klasifikasi Nephron:
1. Menurut letak renal corpusclenya dalam cortex : mulai di dekat kapsul
- Subcapsular atau superfisial
- Mid cortical
- Juxtamedulla ( dekat basal Medullary pyramid ). Renal corpuscle Juxta
Medullary mempunyai ukuran lebih besar dan secara embriologis di bentuk
lebih dulu daripada renal corpuscle subcapsular.
5
1
5
3
Glomerulus
Terlihat vascular pole dan urinary pole
yang letaknya saling bersebrangan
1. Vascular pole
2. Macula densa
3. Urinary pole
4. Tubulus contortus proximal
4
1
2
4
3
1
elektron dan pada tiap-tiap sisi terdapat lapisan yang lebih jarang
mengandung elaktron.
3
3
2
2
4
2
2
3
5
3
3
2
11
8
4
1
1
10
8
2
5
6
8
2
4
1
5
1
2
4
3
2
Renal glomerulus
Mikroskop electron [ 2000x ]
1. Capillaries
2. Bowmans space ( urinary
space )
3. Bowmans capsule, parietal
lamina
4. Endothelial cell nuclei
5. Podocyte nuclei
HISTOFISIOLOGI :
Pada tubulus contortus distal, terdapat pertukaran ion, di mana bila
bekerja aldosteron, natrium di reabsorbsi dan ion kalium di ekskresi.
Mensekresi juga ion H dan NH3 ke dalam urine tetapi tidak berperan dalam
pemekatan urine. Bila ada ADH, air akan di absorbsi sehingga urine isotonik.
Bila permeabilitas tubulus contortus distal terhadap air rendah sehingga urine
yang di keluarkan hipotonis. Sedangkan tubulus contortus proksimal
merupakan tempat mekanisme pengawasan garam total dan air dalam tubuh
seperti yang akan di jelaskan dalam pembicaraan apparatus juxtaglomerulus.
Tubulus contortus distal juga mensekresi ion hydrogen dan ion ammonium ke
dalam urine tubulus. Aktivitas ini penting untuk mempertahankan
keseimbangan asam basa darah.
2
1
2
1
Renal tubules
Stain Van Gieson iron hematoxylinpicrofuchsin 120x
1. Capsula fibrosa
2. Capsula subfibrosa
3. Proximal tubule, pars
convolute
4. Distal tubule, pars convoluta
1
2
Renal tubules
[methylene blue-azure II] 400x
1. Tubulus contortus proximal
2. Tubulus contortus distal
3. Vessels
4. Interstitial connective tissue
Suatu tipe sel yang lain, yang terdapat pada collecting tubule di bagian
cortex dan outer medulla, tetapi tidak pada papillary duct. Mitokondria lebih
banyak, terdapat juga vesikel-vesikel pada apical, sedangkan pada permukaan
apical terdapat mikroplicae.
HISTOFISIOLOGI : mekanisme yang bergantung pada hormon anti diuretik
( ADH ) untuk pemekatan atau pengenceran terakhir urine. Bila ADH >>
permeabilitas terhadap air meningkat sehingga air masuk ke interstitial. Urine
yang keluar hipertonis. Bila ADH << maka urine yang keluar menjadi
hipotonis. Dinding tubulus contortus distal dan tubulus colligens sangat
permeabel untuk air bila terdapat ADH dalam jumlah besar. Urine yang
masuk tubulus colligens hipotonis / isotonis. Mekanismenya penting dalam
proses pemekatan urine.
Renal tubule
Stain: Van gieson iron hematoxylinpicrofuchsin 300x
1. Collecting tubules
2. Straight portions of the distal
tubule, middle limb
3. Thin portion of henles loop
Renal tubule
Stain: Azan 200x
1. Collecting tubules
2. Thin portion of henles loop
1
1
2
2
Renal tubule
Mikroskop electron [3000x]
1. Intercalate cell
2. Principal cell with cilium
3. Nucleus of a principal cell
Renal corpuscle
1. Glomerulus
2. Juxta apparatus
3. Macula densa
4. Tubulus contortus proximal
5. Tubulus contortus distal
SIRKULASI DARAH
Tiap-tiap ginjal menerima darah dari arteri renalis ( berasal dari aorta
abdominalis ) yang pada tingkat hillus dan sebelum memasuki organ ini,
biasanya bercabang dua : satu bagian anterior ginjal dan lainnya pada bagian
posterior. Sementara masih berada dalam hillus, cabang-cabang ini
membentuk arteri-arteri kecil. Tiap cabang melayani 3-4 renal pyramids
beserta cortexnya ( satu daerah yang di layani oleh satu cabang arteri tersebut
di sebut : Renule ) yang selanjutnya bercabang-cabang membentuk arteri
interlobaris yang terletak antara pyramid-pyramid malphigi ginjal / di dalam
renal column of Bertin. Dan berjalan menuju ke corticomedullary junction,
setinggi dasar pyramid, arteri interlobaris membentuk arteri arcuata
( arcuate / arciform arteries ) yang sejajar dengan kapsula organ sepanjang
perbatasan cortex-medulla / corticomedullary junction. Arteri arcuata yang
berasal dari satu arteri interlobaris tidak mengadakan hubungan dengan arteri
arcuata dari arteri interlobaris lainnya. Jadi, arteri-arteri ini merupakan
cabang terminal.
Dari arteri arcuata akan timbul cabang-cabang secara tegak lurus
menuju ke arah kapsul, cabang-cabang ini di sebut arteri interlobularis, arteri
interlobularis secara interval dan teratur mengikuti perjalanan tegak lurus
dengan badan ginjal. Arteri interlobularis terletak antara medullary ray, yang
bersama dengan cortex yang berdekatan membentuk lobulus ginjal. Dari
arteri interlobularis ini akan timbul cabang-cabang yang memasuki lobus
ginjal, di sebut arteri intralobularis, arteri intralobularis yang masuk ke
lobulus ginjal sebagai arteriol afferent glomerulus ( vas afferent ) yang
mensuplai darah ke kapiler-kapiler glomerulus. Dari kapiler-kapiler
glomerulus akan bersatu kembali dan membentuk efferent arteriole, yaitu
arteriole yang keluar dari glomerulus. Ujung akhir arteri interlobularis
menjadi anyaman kapiler pada kapsula renalis. Dari sini darah masuk ke
dalam arteriol efferent glomerulus, yang segera bercabang-cabang kembali
membentuk jala-jala kapiler peritubuler yang akan memberi makan pada
tubulus contortus proksimal dan tubulus contortus distal cortex ginjal.
Akan tetapi, arteriol efferent yang berasal dari glomeruli yang terletak
lebih dalam pada cortex juxtamedulla dan dekat daerah medulla membentuk
pembuluh darah yang panjang dan tipis yang selanjutnya berjalan lurus dan
sentripetal ke dalam medulla, kemudian membelok ke atas lagi untuk
akhirnya masuk ke vena arcuata yang terletak di corticomedullary junction.
Kapiler yang panjang tersebut di namakan vasa rekta spuriae = false straight
arteriole = vasa recta, atau arteriole lurus, dan bertugas memberi makan pada
medulla, mungkin sebagai akibat degenerasi glomerulus.
Dalam medulla, dapat di temukan venulae rectae, yang membalik
seperti jepit rambut ke arah cortex kembali, dari mana darah mengalir
kembali ke vena-vena arcuata. Vena-vena lurus terletak dekat dan sejajar
dengan arteri lurus, di mana mereka membentuk lengkung. Dalam medulla
ginjal, lengkung-lengkung ini secara fisiologis penting dan bersama-sama di
namakan vasa recta ginjal. Pembuluh ini terutama mengandung darah yang
telah di filtrasi melalui glomeruli, memegang peranan yang penting dalam
mempertahankan osmolaritas jaringan interstitial medulla yang tinggi.
Arteriole rectae vera (= true straight arteriole ) adalah cabang langsung dari
arteri arcuata dan arteri interlobularis dan berjalan lurus ke medulla, dan
memberi makan pada medulla. Jumlahnya sangat sedikit dan makna
fungsinya tidak banyak.
Kapiler-kapiler cortex bagian luar dan kapsula ginjal bersatu
membentuk vena-vena stelata ( di namakan demikian sebab konfigurasinya
bila di lihat dari permukaan ginjal ) yang bermuara ke dalam vena-vena
interlobularis.
Vena-vena mengakhiri perjalanan yang sama seperti arteri. Darah dari
vena-vena interlobularis mengalir ke dalam vena-vena arcuata dan dari sini
ke vena-vena interlobaris. Vena-vena interlobaris membentuk vena renalis di
mana darah meninggalkan ginjal masuk ke vena cava inferior.
2
3
1
2
HISTOFISIOLOGI GINJAL
Ginjal mengatur susunan kimia lingkungan interna dengan prosesproses kompleks yang terdiri atas filtrasi, absorbsi aktif, absorbsi pasif dan
sekresi. Filtrasi berlangsung dalam glomerulus, di mana ultrafiltrat plasma
darah di bentuk. Tubulus-tubulus nephron, terutama tubulus contortus
proksimal mereabsorbsi zat-zat dalam filtrat ini yang berguna bagi
metabolisme tubuh. Jadi mempertahankan homeostasis lingkungan interna.
Mereka juga memindahkan hasil-hasil sisa dari darah ke lumen tubulus
yang di keluarkan ke dalam urine. Tubulus colligens mengabsorbsi air, jadi
membantu pemekatan urine yang pada umumnya hipertonik di bandingkan
dengan plasma darah. Dengan cara ini, organisme mengawasi keseimbangan
air, cairan intersel, dan osmotik.
Ke dua ginjal menghasilkan 125ml filtrat per menit, dari jumlah ini
124 ml di absorbsi dan hanya 1 ml yang di keluarkan ke dalam calyx-calyx
sebagai urine. Setiap 24 jam, di bentuk 1500 ml urine.
Aliran darah ke dalam ke dua ginjal pada orang dewasa jumlahnya
1,2 1,3 liter/menit, yang berarti bahwa semua darah yang beredar dalam
tubuh melalui ginjal setiap 4 5 menit. Glomerulus mengandung kapilerkapiler arteri yang tekanan hidrostatiknya lebih tinggi daripada tekanan
hidrostatik pada kapiler-kapiler lain.
Tekanan ini 75 mmHg - 70% tekanan hidrostatik aorta.
Filtrat glomerulus di bentuk akibat tekanan hidrostatik darah, di mana
gaya-gaya berikut ini melawannya :
1. Tekanan osmotik koloid plasma ( 30 mmHg )
2. Tekanan cairan yang terdapat dalam bagian tubulus nephron ( 10
mmHg )
3. Tekanan interstitial di dalam parenkim ginjal ( 10 mmHg ) yang bekerja
pada kapsula bowman dan di teruskan ke cairan kapsuler.
Karena tekanan hidrostatik adalah 75 mmHg dan jumlah total gayagaya yang melawannya adalah 50 mmHg, gaya filtrasi yang di hasilkan 25
mmHg.
Filtrat glomerulus mempunyai susunan kimia yang sama seperti plasma
darah, tetapi hampir tidak mengandung protein karena makromolekul tidak
menembus dinding glomerulus. Molekul protein yang terbesar yang berhasil
menembus dinding kapiler glomerulus mempunyai berat molekul 70.000
dan beberapa fraksi albumin plasma terdapat dalam jumlah yang sangat
sedikit sekali dalam filtrate.
Filtration barrier adalah struktur yang memisahkan darah ( dalam
kapiler glomerulus ) dan filtrate ( dalam ruang bowman ). Yang berperan
dalam filtration barrier adalah endothel kapiler, basal lamina kapiler dan
pedicel-pedicel, termasuk slit membrannya.
Sel-sel endothel kapiler glomerulus sangat pipih / tipis berlubanglubang dengan banyak pori-pori ( fenestrated ) dengan diameter 80
nanomikron. Lubang-lubang ( pore ) tidak tertutup oleh pore diafragma,
sehingga endothel dengan mudah di tembus. Menurut sebagian besar
pengarang, filtrasi terjadi pada lamina basalis. Penyuntikan molekul-molekul
yang lebih besar seperti ferritin ( berat molekul 460.000 ), menunjukkan
bahwa mereka melewati sel-sel endothel tetapi di konsentrasikan pada lamina
basalis.
Basal lamina kapiler merupakan gabungan basal lamina, dari
endothelium dan basal lamina dari glomerular epithelium ( sel podocyte ),
merupakan satu-satunya lapisan yang utuh / lengkap yang berperan sebagai
filter utama. Basal lamina kapiler mempunyai tebal 0,3 m dan terdiri dari 3
lapisan yaitu lamina rara eksterna, lamina densa dan lamina rara interna.
Lamina densa merupakan electron dense dengan tebal 0,1 m. Lamina
densa mengandung collagen type IV dan berfungsi sebagai physical barrier.
Lamina rara externa dan lamina rara interna merupakan electron lucent.
Lapisan ini mengandung glicosaminoglicans ( yang kaya akan heparin
sulfat ). Fungsi lapisan ini mempengaruhi perjalanan basic atau acidic
proteins yang melewati basal lamina. Adanya basal lamina kapiler ini
menghalangi ikut masuknya molekul-molekul besar.
Sedangkan ukuran functional pure size kurang lebih sama dengan ukuran
molekul plasma albumin ( berat molekul 70.000 ). Celah filtrasi / filtration
slit antara tonjolan-tonjolan sekunder podocyte yang di tutup oleh slit
membrane dengan ukuran lebar 25 nm, tebal slit membrane 5-6 nm saja
juga memegang peranan dalam menahan molekul-molekul yang melalui poripori sel-sel endothel dan matriks lamina basalis.
PEMBENTUKAN URINE YANG HIPERTONIK ATAU HIPOTONIK
Lengkung henle membentuk multiplying counter current system
yang memekatkan filtrate dengan cara, secara berulang menstransfer natrium
dalam jumlah yang relative kecil sepanjang lengkung henle. Cairan
interstitial pyramid menunjukkan gradient hipertonisitas yang makin
bertambah jika mendekati papilla. Sebagian klorida dan natrium yang di
pindahkan ke lengkungan intertubuler oleh bagian ascenden lengkung henle
secara pasif di pindahkan ke filtrate oleh bagian descenden dan masuk
kembali melalui pompa klorida yang terdapat dalam sel-sel bagian ascenden
lengkung henle.
Urine yang hipotonik atau isotonik yang terdapat dalam tubulus
colligens medulla akan kehilangan air yang masuk ke dalam interstitial
( cairan interstitial cortex adalah isotonik ), tetapi bila tidak terdapat cukup
ADH akan membuat tubulus colligens tidak permeable terhadap air, sehingga
pemekatan urine tidak terjadi dan ginjal menghasilkan urine hipotonik dalam
jumlah besar.
Permeabilitas tubulus contortus distal terhadap air tergantung pada
ADH, tetapi tubulus ini terletak dalam cortex, di mana cairan interstitialnya
isotonik, sehingga tidak dapat berperanan nyata untuk pemekatan urine.
Urine yang meninggalkan tubulus contortus distal hampir selalu isotonis
( sebagai akibat keseimbangan dengan cairan interstitial daerah tersebut ).
EFEK-EFEK HORMONAL
Seperti telah di jelaskan di atas, keseimbangan air di awasi sebagian
oleh lobus posterior hypophysis yang mengeluarkan ADH. Bila intake air
tinggi, pembentukan ADH di hambat, dinding tubulus contortus distal dan
tubulus coligens menjadi tidak permeable untuk air dan air tidak di resorbsi.
Akibatnya adalah pembentukan urine hipotonik dalam jumlah besar dengan
membuang air yang berlebihan sedangkan ion-ion yang di perlukan untuk
keseimbangan osmotik di tahan.
Bila minum air dalam jumlah sedikit / terjadi kehilangan air yang sangat
banyak ( mis : Karena berkeringat yang berlebihan, diare ) dinding tubulus
contortus distal dan tubulus coligens menjadi permeable untuk air, air di
reabsorbsi dan urine yang terbentuk hipertonik.
Hormon-hormon steroid cortex adrenal, terutama aldosteron,
meningkatkan absorbsi natrium oleh tubulus dari filtrate glomerulus, jadi
mengurangi pembuangan natrium oleh urine. Aldosteron mempermudah
kehilangan kalium dan hidrogen. Hormon ini penting dalam mempertahankan
keseimbangan ion dalam tubuh. Defisiensi aldosteron pada binatang
adrenalektomi dan pada manusia dengan penyakit addison mengakibatkan
kehilangan natrium yang berlebihan dalam urine.
Fungsi sekresi ginjal sebagai kelenjar endokrin : erythropoeitin ( pemasakan
erythrocyte ), renin.
URETHER
Urether bagian atas melebar, di sebut pelvis renalis, yang mempunyai
dinding lebih tipis daripada dinding urether. Sedangkan urether mempunyai
panjang 25-30cm. Letaknya urether pada dinding posterior abdomen, di
belakang lapisan peritoneum. Urether ini berakhir dengan menembus secara
serong dinding vesica urinaria / urinary bladder, sehingga terbentuk katupkatup yang mencegah aliran balik urine. Pada potongan melintang, lumen
urether berbentuk seperti bintang, karena adanya lipatan-lipatan longitudinal
( indentasi ). Lipatan-lipatan ini terjadi oleh karena :
Kendornya bagian luar lamina propria
Adanya jaringan elastik
Adanya otot polos
Bila urether distensi, maka lipatan-lipatan tersebut akan mendatar.
Mukosanya terdiri atas transitional epithelium / epitel peralihan, basal lamina
yang tipis. Di bawah ( atau di sebelah luar ) dari epithelium di dapatkan
lamina propria, juga terdapat selubung otot polos yang padat dan
bergelombang.
Epitel peralihan yang terdapat pada pelvis renalis terdiri dari 2-3 lapis
sel, sedangkan pada urether 4- 5 lapis sel. Sel-sel permukaan ( sel payung )
berbentuk cuboid sampai pipih. Inti kadang-kadang ada dua, permukaan tidak
rata ( ada indentasi ). Pada sitoplasma bagian apical dapat terlihat vesiclevesicle yang di bungkus membran dan berbentuk fusiform ( sebagai cadangan
membran yang bila ada distensi akan menambah luas permukaan membran ).
Mempunyai basal lamina yang tipis. Lamina proprianya merupakan jaringan
ikat yang relatif padat dengan banyaknya sabut-sabut elastis. Kadang-kadang
dapat di temukan jaringan lymphatik kendor, tetapi tidak di dapatkan adanya
kelenjar-kelenjar. Lapisan luar lamina propria merupakan jaringan ikat
kendor, hal ini bisa di anggap sebagai lapisan submucosanya.
Urether
Stain : Van gieson iron hematoxylinpicrofuchsin [16x]
1. Internal longitudinal muscle
bundles
2. Circular muscle layer
3. Urothelium
4. Lamina propria
5. Tunica adventitia
2
4
Sel payung
Urether dengan epitel peralihan
4
3
1
1
6
1
2
1
3
Urether urothelium
Mikroskop electron [ 1800x ]
1. Surface cells with crusta
2. Lysosomes
3. Intermediary cells
4. Basal cells
5. Lymphocytes
Urinary bladder
Stain: HE 4x
URETHRA
Urethra merupakan tabung yang mengalirkan urine dari kandung kemih
keluar tubuh. Pada laki-laki, sperma juga berjalan melalui urethra waktu
ejakulasi. Pada wanita, urethra semata-mata merupakan organ urinalis.
A. Urethra Pria :
Urethra pria mempunyai panjang 15-20 cm, terdiri atas tiga bagian :
1. Pars prostatica : 3 4 cm. Mulai dari orificium urethra internum
menembus prostat. Prostat terletak sangat dekat dengan kandung kemih.
Saluran yang menstransport sekresi prostat bermuara ke dalam urethra
pars prostatika di sebut ductus kelenjar prostat. Pada bagian dorsal dan
distal urethra pars prostatika terdapat suatu peninggian, verumontanum,
yang menonjol ke dalam.
B. Urethra Wanita.
Urethra wanita merupakan tabung yang panjangnya 4 5 cm di batasi
oleh epithel berlapis gepeng / pipih ( stratified squamous ), dengan di
beberapa tempat epithel berderet / berlapis silindris semu ( pseudo stratified
columnar ). Lamina proprianya merupakan jaringan ikat kendor, dengan ciri
khas : banyak sinus-sinus venosus sehingga mirip jaringan cavernosa.
Lapisan muscularisnya terdiri atas dua lapis otot polos ( susunan seperti pada
urether, lapisan dalam longitudinal, luar circuler ) di perkuat dengan
bagian tengah urethra wanita di kelilingi oleh sphincter externus yang terdiri
atas otot lurik volunter.
Kadang-kadang bisa di dapatkan kelenjar ( seperti kelenjar littre )
BAHAN PRAKTIKUM
1. Perhatikan seluruh ginjal ( dengan pembesaran terkecil ) :
Tentukan kapsulnya
Tentukan hillusnya
Kenalilah bagian cortex dan medulla
Tentukan renal papilla
2. Perhatikan bagian cortex ( dengan pembesaran besar )
Tentukan renal corpuscle : kenali capsula bowman, glomerulus, sel
podocyte, capsular space, urinary pole, vascular pole, macula densa.
Tentukan tubulus contortus proksimal
Tentukan tubulus contortus distal
3. Perhatikan batas antara cortex dan medulla, lalu masuk ke cortex
( tentukan pembuluh darah )
Arteri arcuata dan vena arcuata : perbatasan cortex dan medulla
Arteri dan vena interlobularis : sejajar dengan medullary rays
4. Perhatikan bagian medulla ( dengan pembesaran besar )
Tentukan medullary rays = processus ferreini
Tentukan henle tebal descending, henle tebal ascending, henle tipis
( bedakan dengan kapiler )
Tentukan ductus colligentes, papillary duct of bellini
Tentukan bagian dari pelvis renalis
5. Perhatikan bentuk sediaan urether dan vesica urinaria
DAFTAR PUSTAKA
1. Junqueira.Luis.C, MD ; Carneiro.Jose,MD ;Histologi Dasar ; Edis III.
EGC 1991.
2. Craigmyle M.B.L,MD.MB.ChB ; A color atlas of Histology ;Wolfe
Medical Publications LTD 1978.
3. Lesson.C.Roland,MD,PhD ; Lesson.Thomas.S,MD,PhD ;Histology
edisi III ; WB Sounders company.
4. Kuehnel ; Color Atlas of Cytology, Histology, and Microscopic
Anatomy 2003 Thieme.