Professional Documents
Culture Documents
ANDAM DEWI
1104142010192
SKRIPSI
ANDAM DEWI
1104142010192
Nama
: Andam Dewi
Nim
: 1104142010192
Tanda Tangan :
Tanggal
: Juli 2015
Juli 2015
Oleh :
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Program Studi SI Keperawatan
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh:
Nama
: Andam Dewi
NIM
: 1104142010192
Program Studi
: S1 Keperawatan
Judul Skripsi
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : Ns. Dewi Kurniawati, S.Kep, MS (
Penguji I
Penguji II
: Juli 2015
Sebagai sivitas akademik STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi, saya yang bertanda
tangan dibawah ini :
Nama
: Andam Dewi
Nim
: 1104142010192
: Skripsi
(Andam Dewi)
Andam Dewi
Hubungan Status Gizi Dengan Kualitas Hidup Lansia Dipanti Sosial Tresna
Werdha (PSTW) Sumatera Barat Tahun 2015
xiv + 76 halaman + 7 tabel + 11 lampiran
ABSTRAK
Jumlah lansia mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Peningkatan jumlah
lansia ini menuntut perhatian lebih terhadap lansia terutama berhubungan dengan
masalah gizi dan kualitas hidup mereka. Lansia yang berada di PSTW lebih beriko
terjadi malnutrisi, hal ini dikarenakan beberapa faktor diantaranya pendidikan,
riwayat penyakit, kondisi rongga mulut, asupan zat makanan dan lingkungan. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kualitas
hidup lansia di panti sosial tresna werdha (PSTW) Sumatera Barat tahun 2015. Jenis
penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang berada di PSTW
Sumatera Barat yang terdiri dari PSTW Sabai Nan Aluih sicincin dan Kasih Sayang
Ibu Batusangkar. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 125 orang, laki-laki 76
(60,8%) dan perempuan 49 (39,2%) dengan teknik multi-stage sampling kemudian di
cluster sedangkan pemilihan sampel dengan teknik sample random sampling dengan
pengundian. Pengambilan data status gizi dengan Mini Nutritional Assessment
(MNA) sedangkan kualitas hidup menggunakan WHOQOL-BREF. Analisis hasil
penelitian dengan menggunakan chi-square dilihat pada Pearson Chi-Square dengan
<0,05. Pada hasil penelitian ini diperoleh hasil penelitian yaitu sebanyak 84
responden (67,2%) berisiko malnutrisi dan pada kualitas hidup diperoleh 64
responden (51,4%) memiliki kualitas hidup buruk. Hal menunjukkan ada hubungan
antara status gizi dengan kualitas hidup lansia dengan nilai p value = 0,012. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan pada petugas PSTW untuk lebih
memperhatikan asupan makan pada lansia agar kebutuhan gizi lansia dapat terpenuhi
dengan baikuntuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
Daftar pustaka : 29(1997-2015)
Kata kunci : status gizi, kualitas hidup, MNA dan WHOQOL-BREF
Andam Dewi
THE RELATIONSHIP OF NUTRITIONAL STATUS AND QUALITY OF LIFE
OF ELDERLY IN PSTW WEST SUMATERA IN 2015
xiv + 76 page + 7 tables + 11 appendix
ABSTRACT
The number of elderly has in risen from year to year. This increasing need
more attention especially for nutritional status and quality of life in elderly. The
elderly who are more at risk PSTW occur malnutrition. Malnutrition in elderly can be
several factors such as education, medical history, oral conditions that have an
impact on the nutritional status of the elderly. The purpose of this study was to
determine the relationship of nutritional status and quality of life of elderly in PSTW
West Sumatera in 2015. A quantitative method was used in this research with cross
sectional study. The population are the elderly who stay in PSTW West Sumatera
(PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin and Kasih Sayang Ibu Batusangkar). The samples
in this study were 125 participants with 76 (60,8%) man and 49 (39,2%) women,
which used multys and sample random sampling as an approach. Date was collected
by using mini nutritional assessment (MNA) and WHOQOL- BREF and for analysis
was used Chi square test with see Pearson Chi-Square with < 0,05. The results
nutritional status can be of this 84 participants (67,2%) risk malnutrition and from
quality of life can be 64 participants (51,4%) have quality of life not good. This is
study showed the better nutritional status will increase quality of life association
between nutritional status and quality of life of the elderly with a value of p = 0,012.
The result is expected to be input on PSTW officers to pay more attention to food
intake in the elderly so that the nutritional needs of the elderly can be properly
fulfilled to achieve a better quality of life.
Bibliographi
: 29(1997-2015)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS....................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI..................iii
HALAMAN PENGESAH..................................................................... iv
KATA PENGANTAR.v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR..........vii
ABSTRAK...............................................................................................ix
DAFTAR ISI............................................................................................xi
DAFTAR TABELxiii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
Jenis Penelitian.............................................................................45
Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................45
Populasi dan sampel ....................................................................45
Kriteria Inklusi dan Ekslusi..........................................................48
Defenisi Operasional....................................................................49
Instrument Penelitian...................................................................49
Uji Validitas dan Reliabilitas .......................................................51
Etika Penelitian............................................................................52
Metoda Pengumpulan Data..........................................................52
Teknik Pengolahan Data............................................................. 54
Analisa Data.................................................................................55
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1 Kerangka Teori.......................................................................43
Skema 3.1 Kerangka Konsep...................................................................44
Skema 4.1 Prosedur Penelitian.................................................................53
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Ghanchart skripsi
Lampiran 2 : Curriculum Vitae
Lampiran 3 : Lembar Konsul skripsi
Lampiran 4 : Surat Izin Pengambilan Data
Lampiran 5 : Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 6 : Informed Consent
Lampiran 7 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 8 : Tabel Master
Lampiran 9 : Hasil Analisa Univariat & Bivariat
Lampiran 10: Hasil G*power
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program pembangunan nasional yang telah dijalankan mampu menghasilkan
kondisi sosial masyarakat yang semakin baik dan usia harapan hidup yang makin
tinggi. Dampak positif dari program pembangunan nasional dapat dilihat dari
meningkatannya derajat kesehatan dan meningkatnya kualitas hidup masyarakat
yang akan terlihat pada peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (Kemenkes,
2013).
Global Health and Aging (2012) mencatat, jumlah penduduk lanjut usia di
dunia pada tahun 2010 ada sekitar 524 juta jiwa, tahun 2012 terdapat 600 juta
jiwa lansia di seluruh dunia dan tahun 2025 diperkirakan akan mencapai 1,2
miliyar orang, jumlah ini diperkirakan akan meningkat mencapai 1,5 sampai 2
miliyar jiwa pada tahun 2050. Hasil sensus penduduk pada tahun 2010 mencatat
negara dengan jumlah lansia paling banyak di dunia adalah China (194 juta jiwa),
India (59 juta jiwa), Amerika Serikat (39,4 juta jiwa), dan Indonesia dengan
jumlah lansia sebanyak (24 juta jiwa), sehingga membuat Indonesia berada pada
posisi keempat dengan jumlah lansia terbanyak di dunia (Sunartyaningsih, 2012).
Kawasan Asia Tenggara (ASEAN), penduduk dengan usia 60 tahun ke atas
terdapat sebanyak 142 juta jiwa atau 8% dari total keseluruhan penduduk, dan
diperkirakan akan terus meningkat hingga 3 kali lipat di tahun 2050. Peningkatan
jumlah populasi lansia ini
Malaysia, Thailand, Singapura dan Indonesia (Global Health and Aging , 2012)
Hasil estimasi tahun 2013 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia
tercatat sebesar 248.422.956 jiwa dan 12.553.221 jiwa diantaranya adalah
penduduk lansia. Pada tahun 2005 terdapat sebanyak 19,9 juta jiwa lansia (8,48%),
sedangkan pada tahun 2010 meningkat menjadi 24 juta jiwa (9,77%), kemudian di
tahun 2020 diprediksikan akan menjadi 28,8 juta jiwa (11,34%) dari total jumlah
penduduk. Jumlah ini diperkirakan akan mengalami peningkatan lebih besar lagi
pada tahun 2050 yaitu sebanyak 73,6 juta jiwa (21,4%). Peningkatan penduduk
lanjut usia ini dapat dilihat dari berbagai provinsi di Indonesia.
Propinsi di Indonesia sebagian besar mengalami peningkatan jumlah lansia
diantaranya, di Yogyakarta (13,4%), Jawa Timur (10,40%), kemudian
Jawa
Tengah (10,34%), di ikuti oleh Bali (9,78%), Sulawesi Utara (8,45%), Sulawesi
Selatan (8,34%) dan Sumatera Barat menempati urutan ke 7 dengan presentase
sebesar 8,09% dari semua total penduduk lansia di Indonesia (Buletin Lansia,
2013). Sedangkan di provinsi Sumatera Barat sendiri terjadi peningkatan jumlah
lanjut usia dari tahun ketahun. Hal ini terbukti dengan meningkatnya presentase
lanjut usia dari 8,11% pada tahun 2010, diprediksi menjadi 8,77%, pada tahun
2015 dan angka ini terus meningkat mencapai 13,94% pada tahun 2035.
Meningkatnya jumlah lansia dari tahun ketahun, menuntut perhatian yang
makin besar terhadap kelompok lansia, salah satunya adalah terkait dengan
masalah gizi. Menurut Sharkey (2002), kekurangan zat gizi menunjukkan sebuah
ancaman potensial bagi kesehatan pada seluruh populasi lansia karena dapat
mengakibatkan
keterbatasan
dalam
aktivitas
fisik
yang
menyebabkan
rendah. Jadi dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup lansia yang tinggal di PSTW
masih rendah.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Oktariani (2012), didapatkan
gambaran status gizi lansia yang berada dipanti sosial tresna werdha Budi Mulya
01 dan 03 Jakarta Timur yang di ukur dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) sebanyak
33,6% lansia mengalami gizi kurang, sedangkan gizi lansia yang diukur dengan
menggunakan Mini Nutritional Assessment (MNA) didapatkan 52,4% lansia
malnutrisi dan membutuhkan pengkajian lebih lanjut. Penelitian yang sama
dilakukan oleh Ismayanti dan Solikhah pada tahun 2012 di panti sosial tresna
werdha Yogyakarta, didapatkan gambaran status gizi dari 53 responden yang
diteliti didapatkan sebanyak 33 responden (62,3%) memiliki status gizi yang tidak
baik, dan hanya 22 responden (37%) memiliki status gizi baik. Dapat disimpulkan
bahwa gambaran status gizi lansia yang berada di PSTW secara umum mengalami
masalah gizi kurang atau beresiko untuk terjadinya malnutrisi.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian yang dilakukan di PSTW
dan lembaga sosial masyarakat Karang Lansia (KL) Sejahtera di Kalimantan
selatan oleh Norhasanah (2015), didapatkan bahwa lansia yang tinggal di PSTW
lebih beresiko mengalami status gizi overweight dan status gizi sangat gemuk,
karena lansia yang berda di PSTW mudah dalam mendapatkan akses makanan
karena sudah disediakan oleh pihak panti, sedangkan lansia yang berada di KL
tidak ada petugas yang menyediakan makanannya.
dengan status gizi overweight yang berada di PSTW yaitu sebesar 16% dan 11,4%
lansia yang tinggal di lembaga social masyarakat Karang Lansia (KL) Sejahtera.
Sedangkan lansia dengan status gizi sangat gemuk didapatkan 12% yang berada di
PSTW dan lansia yang tinggal di KL hanya 2,9%.
Penelitian yang dilakukan oleh Aliabadi (2008) di Iran menunjukan bahwa
status gizi lansia berpengaruh terhadap kualitas hidup. Dilaporkan bahwa lansia
yang mengalami malnutrisi akan mengakibatkan peningkatan morbiditas,
mortalitas, dan penurunan kualitas hidup. Penelitian yang dilakukan oleh Burhan
(2013), di Makasar tentang hubungan care giver terhadap status gizi dan kualitas
hidup yang dilakukan dengan IMT dan kualitas hidup dengan WHOQOL-BREF,
dari 71 orang responden yang dilakukan penelitian didapatkan status gizi lansia
yang dikategorikan kurang dengan IMT sebanyak 86,7% dan 54,8% memiliki
kualitas hidup buruk. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aliabadi (2008)
dan Burhan (2013) dapat disimpulkan bahwa status gizi pada lansia memiliki
pengaruh terhadap kualitas hidup lansia, dimana seorang lansia yang memiliki
status gizi yang dikategorikan buruk memiliki kualitas hidup yang buruk dan
sebaliknya lansia yang dikategorikan status gizi yang baik akan memiliki kualitas
hidup yang baik.
Penelitian yang sejalan dengan penelitian diatas yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Yuniarti (2013) di Makassar, dari 100 orang responden lansia,
didapatkan hasil 78 responden (87,5%) beresiko terjadinya malnutrisi memiliki
kualitas hidup kurang dan 8 responden (12,5%) memiliki kualitas hidup baik.
Sedangkan untuk kategori malnutrisi didapatkan sebanyak 22 responden (84,62%)
memiliki kualitas hidup kurang, dan 4 orang responden (15,38%) memiliki
kualitas hidup baik. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan status gizi dengan
kualitas hidup, yang dapat dilihat dari lansia yang beresiko terjadinya malnutrisi
dan status malnutrisi memiliki kualitas hidup yang kurang.
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin dan Kasih
Sayang Ibu di Batusangkar merupakan tempat untuk merawat lansia terlantar yang
berada dibawah naungan dinas sosial Sumatera Barat. Lansia yang tinggal di
PSTW lebih berisiko terjadinya malnutrisi, karena lansia yang berada di PSTW
mereka mendapatkan makanan dari pihak panti, bagi pihak panti mereka tidak ada
membedakan jumlah asupan makanan bagi lansia perempuan maupun lakik-laki.
Lansia di PSTW juga lebih berisiko terjadinya stress dibandingkan dengan lansia
yang tinggal dengan keluarga, kerena lansia yang tinggal di PSTW mereka banyak
yang teringat akan anak maupun keluarga mereka yang menelantarkan mereka
yang menyebabkan mereka malas untuk makan dimana akan berdampak pada
status gizi mereka. Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan di dua PSTW
ini pada tanggal 6 & 16 maret 2015, didapatkan data lansia yang berada di dua
PSTW ini berjumlah 180 orang lansia, yang terdiri dari 105 orang laki-laki dan 75
orang perempuan, yang berasal dari kabupaten / kota di Sumatera Barat. Hasil
wawancara yang peneliti lakukan dengan kedua kepala PSTW ini didapatkan
bahwa dalam pemenuhan gizi lansia dilaksanakan pemberian makanan dan minum
sebanyak 3x sehari, serta pemberian makanan tambahan seperti kue-kuean, buahbuahan dan susu. Hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan 5 orang lansia
yang berada di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin dan 5 orang lansia yang berada
PSTW Kasih Sayang Ibu Batu sangkar, didapatkan sebanyak 4 orang lansia yang
berada di PSTW Sicincin dan 3 orang lansia yang berada di PSTW Batusangkar,
mereka mengeluhkan susah dalam mengunyah makanan akibat gigi mereka yang
sudah banyak yang tanggal, lansia juga mengeluhkan nafsu makan berkurang yang
tidak diketahui oleh mereka penyebabnya tetapi sebagian mereka mengatakan
karena menu yang disediakan oleh PSTW tidak berubah yang menyebabkan
mereka bosan dengan makanan yang disediakan oleh pihak PSTW. Hasil
wawancara peneliti dengan beberapa lansia di PSTW mereka mengatakan kesepian
karena mereka beranggapan bahwa keluarga mereka tidak peduli dengan mereka
serta kurangnya aktivitas mereka di PSTW juga menyebabkan mereka teringat
akan keluarga mereka. Lansia juga mengatakan karena mereka sudah tua jadi
mereka beranggapan mereka tidak bisa melakukan apa-apa lagi.
Berdasarkan data diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
hubungan antara status gizi dengan kualitas hidup lansia di PSTW Kasih Sayang
Ibu Batusangkar dan Sabai Nan Aluih Sicincin Sumatera Barat tahun 2015.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara status gizi
dengan kualitas hidup pada lansia di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar dan
Sabai Nan Aluih Sicincin tahun 2015.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan status gizi dengan kualitas hidup pada lansia di
PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar dan Sabai Nan Aluih Sicincin tahun
2015.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran status gizi lansia di PSTW Kasih Sayang Ibu
Batusangkar dan Sabai Nan Aluih Sicincin tahun 2015
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANJUT USIA
1. Pengertian Lanjut Usia
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu tetapi dimulai sejak pemulaan
kehidupan. Pada usia tua seseorang mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mulai mengendur, rambut
yang mulai memutih, gigi yang mulai ompong, pendengaran yang mulai
berkurang, penglihatan yang semakin memburuk (Nugroho, 2008).
2. Batasan Lansia
Menurut Hurlock (1979), perbedaan lanjut usia terbagi dalam dua tahap:
a. Early old age (usia 60-70 tahun)
b. Advanced old age (usia 70 tahun keatas) (Nugroho, 2008).
3. Teori Penuaan
Menua (aging) merupakan suatu proses yang harus terjadi secara umum
pada seluruh spesies secara progresif seiring waktu yang menghasilkan
perubahan yang menyebabkan disfungsi organ dan menyebabkan kegagalan
suatu organ atau sistem tubuh tertentu (Fatmah, 2010).
Beberapa teori menua menurut Darmojo (2004) antara lain:
a. Teori berdasarkan sistem organ (organ system based theory)
Teori ini berdasarkan atas dugaan adanya hambatan dari organ
tertentu dalam tubuh yang akan menyebabkan terjadinya proses penuaan.
Penurunan sistem imun menimbulkan peningkatan insiden penyakit
infeksi pada lansia. Teori ini dapat disimpulkan bahwa peningkatan usia
berhubungan dengan peningkatan insiden penyakit.
Seorang yang dahulunya sukses pada lanjut usia akan tetap berinteraksi
dengan lingkungan serta tetap memelihara identitas dan kekuatan egonya
karena memiliki tipe kepribadian yang aktif dalam kegiatan sosial.
g. Teori sosiologik
Teori ini merupakan teori sosial yang menerangkan menurunnya
sumber daya dan meningkatkan keadaan sosial yang tidak merata dan
menurunnya
sistem
penunjang
sosial.
Teori
pelepasan
ikatan
elastisitas
paru-paru
sehingga
kemampuan
kerusakan
gusi
karena
proses
degenerasi
akan
absorbsi.
Perubahan
struktur
ini
tidak
secara
signifikan
hemoglobin, hematokrit, dan sel darah merah lebih dari nilai normal
sebagai akibat dari defisiensi salah satu atau beberapa unsur makanan
yang esensial yang dapat mempengaruhi timbulnya defisiensi tersebut
(Fatmah, 2010). Menurut Jones (1995) gejala yang sering ditimbulkan
akibat anemia adalah tubuh terasa lemah, cepat lelah, sakit kepala,
penglihatan berkunang-kunang, anoreksia, dan nausea. Selain itu pada
jantung akan terasa berdebar-debar, denyut nadi menjadi cepat, dan nafas
menjadi pendek. Gejala yang ditimbulkan pada jantung lebih sering
dikeluhkan oleh lansia yang menderita anemia karena adanya penyakit
vascular degenerative (Fatmah, 2010). Pada lansia anemia merupakan
kondisi yang berbahaya, karena secara alami lansia juga mengalami
penurunan kemapuan fungsi organ dan metabolisme.
b. Penyakit Jantung Koroner
Menurut WHO penyakit jantung koroner merupakan gangguan
kesehatan akibat ketidakmampuan jantung yang bersifat akut, maupun
kronis, disebabkan oleh berkurangnya suplai darah ke miokardium dan
ada kaitanya dengan kelainan pada sistem arteri koronaria.
c. Osteoporosis
Menurut
International
Osteoporosis
Foundation
tahun
2007,
B. STATUS GIZI
1. Pengertian Status Gizi
Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan
yang masuk kedalam tubuh dengan kebutuhan tubuh akan zat gizi tersebut.
Oleh karena itu status gizi sangat dipengaruhi oleh asupan gizi yang berasal
dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat tersebut setiap hari
(Supariasa, 2001).
2. Klasifikasi Status Gizi
Klasifikasi status gizi menurut Mini Nutritional Assessment (MNA)
a. Gizi baik
b. Resiko Malnutrisi
c. Malnutrisi (Guigoz, 2006)
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
Masalah gizi yang dihadapi lansia berkaitan erat dengan penurunan
aktivitas fisiologi tubuhnya. Konsumsi pangan yang kurang seimbang akan
memperburuk kondisi lansia yang secara alami memang sudah menurun.
Dibandingkan dengan usia dewasa, kebutuhan gizi lansia umumnya lebih
rendah karena adanya penurunan metabolisme basal dan kemunduran lainnya.
a. Usia
Seiring pertambahan usia, kebutuhan zat gizi karbohidrat dan lemak
menurun, sedangkan kebutuhan protein, vitamin, dan mineral meningkat
karena ketiganya berfungsi sebagai antioksi dan untuk melindungi sel-sel
tubuh dari radikal bebas.
b. Jenis Kelamin
Dibandingkan dengan lansia wanita, lansia pria lebih banyak
memerlukan kalori, protein, dan lemak. Ini disebabkan karena perbedaan
tingkat aktivitas fisik.
c. Faktor Lingkungan
Perubahan lingkungan sosial seperti perubahan kondisi ekonomi
karena pensiun dan kehilangan pasangan hidup dapat membuat lansia
merasa terisolasi dari kehidupan sosial dan mengalami depresi.
Akibatnya, lansia mengalami kehilangan nafsu makan yang berdampak
pada penurunan status gizi lansia.
d. Penurunan Aktivitas Fisik
Menurut Garrow (2000), semakin bertambahnya usia seseorang,
maka aktivitas fisik yang dilakukannya semakin menurun. Hal ini terkait
dengan penurunan kemampuan fisik yang terjadi secara alamiah. Pada
lansia aktivitas fisik menurun, asupan energi harus dikurangi untuk
mencapai keseimbangan energi dan mencegah terjadinya obesitas, karena
salah satu faktor, yang menetukan berat badan seseorang adalah
keseimbangan antara masukan energi dan keluaran energi.
disamping tempat tidur, MNA juga mudah dan cepat untuk digunakan, tidak
memerlukan waktu yang lama untuk menjawab pertanyaan yang ada, tidak
membutuhkan
pelatihan
khusus,
tidak
membutuhkan
pemeriksaan
STATUS GIZI
Gizi kurang
18,5-25 kg/m2
>25 kg/m2
Gizi normal
Gizi lebih
lama akan berdampak pada kelemahan otot dan kelelahan karena energy
yang menurun. Oleh karena itu lansia akan beresiko tinggi untuk terjatuh
atau mengalami ketidak mampuan dalam mobilisasi yang menyebabkan
cedera atau luka tekan (Watson, 2003).
Pada kondisi lain, malnutrisi juga dapat dimanifestasikan dengan
kurangnya energi kronis. Kurangnya energi kronis pada lansia disebabkan
oleh makanan tidak enak karena berkurangnya fungsi alat perasa dan
penciuman, banyak gigi yang tanggal sehingga terasa sakit untuk makan
dan napsu makan yang kurang akibat aktivitas yang kurang, kesepian,
depresi, penyakit kronis, serta efek samping obat (Depkes RI, 2003).
Selain itu hilangnya selera makan yang berkepanjangan pada lansia dapat
menyebabkan penurunan berat badan yang drastis, sehingga kondisi ini
dapat menyebabkan lansia mengalami kekurangan gizi, yang ditandai
dengan lansia akan terlihat kurus (Depkes RI, 2003).
C. KUALITAS HIDUP
1. Defenisi Kualitas Hidup
The World Health Organization Quality Of Life atau WHOQOL group
(1997) mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap
kehidupannya dimasyarakat dalam konteks budaya dan sistem nilai yang ada
yang terkait dengan tujuan, harapan, standar, dan juga perhatian. Kualitas
hidup dalam hal ini merupakan suatu konsep yang sangat luas yang
secara
personal
mengevaluasi
bagaimana
mereka
tubuh
menggambarkan
terhadap
istirahat.
kemampuan
yang
dan
kapasitas
dimiliki
kerja,
individu
yang
dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya.
b. Dimensi Psikologi
Aspek psikologis terkait dengan keadaan mental individu. Keadaan
mental mengarah pada mampu atau tidaknya individu menyesuaikan diri
terhadap tuntutan perkembangan sesuai dengan kemampuannya, baik
tuntutan dari diri maupun tuntutan dari luar dirinya. Aspek psikologis
juga terkait dengan aspek fisik, dimana individu dapat melakukan suatu
aktifitas jika individu itu sehat secara mental. Kesejahteraan psikologis
mencakup body image, dan aperence, yang menggambarkan bagaimana
individu memandang keadaan tubuh dan penampilannya. Perasaan
negatif, yang menggambarka adanya perasaan yang tidak menyenangkan
yang dirasakan individu. Self-ekstem yaitu melihat bagaimana individu
melihat dan menggambarkan dirinya sendiri. Spiritual/agama, keyakinan,
pribadi, berfikir, belajar, memori, dan kosentrasi.
c. Dimensi Hubungan Sosial
lingkungan
yaitu
tempat
tinggal
individu
termasuk
aksesbilitas
dan
kualitas.
Lingkungan
rumah,
yang
indera
seperti menurunnya indera penciuman, indera perasa, dan penurunan dari fungsi
fisiologis pada tubuh lainnya. Kehilangan indera perasa dan penciuman
menyebabkan turunnya nafsu makan dan juga sensitivitas rasa manis dan asin
berkurang. Perubahan fisiologis yang terjadi seperti kehilangan gigi, penurunan
sistem pencernaan akan mempengaruhi status gizi lansia. Kebutuhan gizi pada
lansia perlu dipenuhi secara adekuat untuk kelangsungan proses penggantian sel
dalam tubuh, mengatasi proses penuaan, dan memperlambat terjadinya usia
biologis dan gizi yang baik akan memperbaiki kesehatan lansia yang akan
meningkatkan kualitas hidup lansia.
Pengukuran status gizi pada lansia dapat dilakukan dengan berbagai cara
diantaranya yaitu pengukuran antropometri, dan pengkajian menggunakan
kuesioner Mini Nutrition Assessment (MNA). Pengukuran dengan antropometri,
yang meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar lengan, dan
pengukuran lingkar betis. Selain itu pengukuran MNA merupakan salah satu alat
ukur yang digunakan untuk meskrining status gizi pada lansia, untuk mengetahui
apakah seorang lansia mempunyai resiko mengalami malnutrisi atau malnutrisi
yang berat.
Status nutrisi pada lansia akan mempengaruhi kualitas hidup lansia, karena
salah satu domain dari kualitas hidup adalah kesehatan fisik, yang termasuk
didalamnya adalah masalah penyakit, kegelisahan tidur, dan beristirahat, energi
dan kelelahan, status gizi, mobilitas, aktivitas sehari-hari, ketergantungan obat
dan bantuan medis, serta kapasitas pekerjaan. Penilaian kualitas hidup dapat
dilakukan dengan menggunakan kusioner WHOQOL-BREF.
BAB III
KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat dari bagan dibawah ini dimana
variabel dependen yang digunakan adalah kualitas hidup sedangkan variabel
independen dalam penelitian ini adalah status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara status gizi dengan kualitas hidup lansia yang berada di
PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin dan Kasih Sayang Ibu Batusangkar Sumatera Barat.
Status gizi didapatkan setelah dilakukan pengukuran status gizi dengan berbagai cara
antara lain: pengukuran antropometri, dan skrining menggunakan alat pengkajian
MNA, untuk kualitas hidup digunakan kuesioner WHOQOL-BREF.
Variabel Independen
Variabel Dependen
Keterangan :
: Diteliti
: Hubungan
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional
dengan menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen
dan dependen hanya satu kali pada suatu saat yang artinya subjek diamati satu
kali dan tidak ada perlakuan terhadap responden (Hidayat, 2008).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin dan
PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar Sumatera Barat. Penelitian ini telah
dilakukan pada tanggal 9 Juni sampai dengan 20 Juni 2015.
C. Polulasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia yang berada di PSTW
Sabai Nan Aluih Sicincin dan Kasih Sayang Ibu Batusangkar Sumatera
Barat tahun 2015 yang berjumlah 180 orang yang terdiri dari 63 orang lakilaki, 47 perempuan yang berada di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin dan 70
orang berada di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar dimana laki- laki
berjumlah 53 orang dan perempuan 17 orang.
2. Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus dari
Slovin dengan populasi finit atau diketahui jumlahnya, yaitu :
N
n=
1+ N (d2)
Keterangan rumus :
N = Jumlah populasi
d2 = Presisi absolut/ tingkat ketepatan yaitu sebesar 5%
n = Jumlah sampel
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah :
N
n=
1+ N (d2)
180
n=
1 + 180 (0,05)2
180
n=
1+ 180 (0,0025)
180
n=
1 + 0,45
180
n=
1,45
n = 124,13
Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan yaitu 124.13 yang dibulatkan
menjadi 125 orang. Jadi sampel dalam penelitian ini adalah 125 orang lansia
n=
n=
Jadi sampel yang di ambil dari masing- masing PSTW yaitu sebanyak 76
orang di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin dan 49 orang di PSTW Kasih Sayang
Ibu Batusangkar. Setelah sampel untuk masing-masing PSTW didapatkan, maka
selanjutnya untuk menentukan siapa saja responden yang akan dipilih peneliti,
dilakukan teknik simple random sampling dengan cara mengundi anggota
populasi dengan lotre (lottery techinique).
1.
2.
E. Defenisi Operasional
Status gizi
Defenisi
operasional
Kualitas hidup
merupakan
suatu persepsi
seorang
terhadap
kehidupanya
yang meliputi
kesehatan fisik,
psikologis,
hubungan
social
dan
lingkungan.
Keseimbangan
antara asupan
zat gizi dan
kebutuhan akan
zat gizi.
Cara ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Wawancara
Kuesioner
WHOQOLBREF
- Jika skor
51, 5 berati
kualitas
hidup baik
Jika
skornya
<
51,5 berarti
kualitas
hidupnya
buruk
Wawancara
dan
melakukan
pengukuran
antropometri
berupa
BB,
TB, LLA, LB.
Kuesioner
Mini
nutritional
Assessmant
(MNA)
Timbangan
berat badan,
alat
ukur
tinggi lutut,
alat
ukur
lingkar
lengan, dan
alat
ukur
lingkar betis.
Jika
skornya 24
maka
dikategorikan
gizi normal.
Skala
ukur
Ordinal
ordinal
Jika
skornya 1723
maka
dikategorikan
resiko
malnutrisi.
Jika
skornya < 17
maka
dikategorikan
malnutrisi.
F. Instrument penelitian
1. Instrument Status Gizi
a) Kuesioner Mini Nutritional Assessment (MNA) yang terdiri dari 18
item yang tebagi dalam 4 komponen yaitu pengukuran antropometri,
pengkajian secara umum, pengkajian pola makan/diet, pengkajian
subjektif.
b) Timbangan injak seca (skala 0,1 kg) untuk mengukur berat badan, alat
untuk mengukur tinggi lutut, alat untuk mengukur lingkar lengan, dan
Variabel
Kesehatan fisik
Kesehatan psikologis
Hubungan sosial
Lingkungan
Kualitas hidup secara keseluruhan
Item
skor
Item 3, 4, 10,
15, 16, 17, dan
18
Item 5, 6, 7, 11,
19, dan 26
7 item
Skor 7 - 35
6 item
Skor 6 30
3 item
Skor 3 15
Item 8, 9, 12,
13, 14, 23, 24,
dan 25.
Total 24 item
8 item
Skor 8 40
Total skor 20-120
dengan (r hitung = 0,89 - 0, 95 ), r table = 0,66 - 0, 87). Artinya r hitung > r table. Sehingga
instrument WHOQOL-BREF valid dan reliabel untuk mengukur kualitas hidup
seseorang lansia.
Insrtumen MNA merupakan instrument yang telah divalidasi secara khusus
untuk mengetahui status gizi pada lansia. MNA telah dilakukan uji Validitasnya
secara internasional. Namun pada penelitian sebelumnya pada penelitian
Oktariani (2012) juga di lakukan uji validitas dan reliabilitas yang didapatkan
nilai r hitung > r table ( 0, 74 > 0,30) sehingga instrument ini valid dan reliabel untuk
digunakan. Sehingga peneliti tidak lagi melakukan uji validitas dan reliabilitas
pada penelitian ini karena peneliti berpatokan pada uji validitas dan reliabilitas
yang dilakukan oleh Salim dan Shudarman tahun 2007 serta Oktariani tahun
2012.
H. Etika penelitian
Sebelum responden masuk dalam penelitian ini terlebih dahulu peneliti
menjelaskan tentang bagaimana penelitian yang akan dilakukan agar responden
mengerti maksud, tujuan dan dampak dari penelitian. Supaya lebih jelas peneliti
dapat memberikan informed consent atau persetujuan menjadi responden.
Responden berhak untuk bersedia atau menolak menjadi subjek dalam penelitian
tersebut dan peneliti harus menghormati hak responden tersebut. Dalam menjaga
kerahasiaan responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden
(anonimity), tetapi pada lembar tersebut diberi kode. Sedangkan pada lembar
kuesioner tetapi pada lembar informed consent wajib ditulis nama responden.
Selain itu, untuk menjaga kerahasiaan (confidentiality) informasi responden,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian ini.
Hanya pihak tertentu dan dalam urusan tertentu informasi tersebut bisa diketahui.
I. Metode pengumpulan data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dimulai dari peneliti meminta surat
izin penelitian dari kampus STIKes Yarsi SUMBAR Bukittinggi. Kemudian
peneliti memberikan surat izin penelitian kepada KESBANGPOL Sumatera Barat
dan Dinas Sosial Sumatera Barat. Setelah itu peneliti membawa surat izin
penelitian untuk diberikan kepada kedua kepala PSTW Sumatera Barat. Kemudian
peneliti meminta daftar nama-nama lansia pada pihak kantor untuk melakukan
penglotrean pada lansia kemudian baru mendatangi wisma-wisma yang namanama lansianya terpilih. Selanjutnya responden yang terpilih berdasarkan kriteria
inklusi dibacakan informed consent, jika lansia bersedia maka diminta untuk
menanda tangani persetujuan penelitian. Kemudian dilakukan wawancara kepada
responden untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan peneliti serta melakukan
penimbangan berat badan, tinggi lutut, lingkar lengan dan lingkar betis.
Prosedur pengumpulan data penelitian dapat dilihat dari bagan dibawah ini:
Izin penelitian dari STIKes Yarsi
Izin dari KESBANGPOL SUMBAR
Izin dari Dinas Sosial SUMBAR
Izin Kepala PSTW
Meminta data lansia untuk menentukan responden dalam
penelitian
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian, pengumpulan data yang dilakukan melalui
kuesioner terhadap 125 orang responden dapat digambarkan karakteristik
responden secara umum. Karakteristik responden yang diteliti pada penelitian ini
diantaranya : umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, memiliki
keluarga, status perkawinan, riwayat penyakit, keluhan, kondisi rongga mulut,
dan gaya hidup yang akan dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Pada Lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha Sumatera Barat Tahun 2015
Karakteristik Responden
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Agama
Islam
Suku
Caniago
Piliang
Sikumbang
Jambak
Guci
Tanjung
Usia
Lanjut Usia Awal
Lanjut Usia Akhir
76
49
60,8
39,2
125
100,0
38
28
8
12
10
13
30,4
22,4
6,4
9,6
8,0
10,4
37
88
29,6
70,4
Pendidikan
Tidak Sekolah
SD
SMP
SMA
PT
55
48
16
5
1
44,0
38,4
12,8
4,0
0,8
50
27
12
26
2
8
40,0
21,6
9,6
20,8
1,6
6,4
88
37
70,4
29,6
4
117
4
3,2
93,6
3,2
48
77
38,4
61,6
76
49
60,8
39,2
69
56
55,2
44,8
39
48
3
35
31,2
38,4
2,4
28,0
Pengukuran BMI/IMT
BMI < 18.5 kg/m2
BMI 18.5-25 kg/m2
BMI > 25 kg/m2
26
81
18
20,8
68,8
14,4
24
26
75
19,2
20,8
60,0
53
72
42,4
57,6
Pekerjaan
Petani
IRT
Wiraswasta
Pedagang
Nelayan
Buruh
Keluarga
Ada keluarga
Tidak ada keluarga
Perkawinan
Menikah
Duda/Janda
Tidak Menikah
Penyakit
Satu Penyakit
Lebih dari satu penyakit
Keluhan
Satu keluhan
Lebih dari satu keluhan
Kondisi Mulut
Satu kondisi
Lebih dari satu kondisi
Gaya hidup
Merokok
Nyeri
Merokok dan nyeri
Tidak ada
baik yaitu lebih dari 22 cm. Pada pengukuran lingkar betis didapatkan bahwa
lebih dari setengah responden yaitu 72 orang responden (57,6%) memiliki
lingkar betis lebih dari 31 cm.
B. Analisa Univariat
1. Status Gizi
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi Lansia di Panti
Sosial Tresna Werdha Sumatera Barat Tahun 2015
Status Gizi
Baik
27
21,6
Resiko Malnutrisi
84
67,2
Malnutrisi
14
11,2
Total
125
100
Berdasarkan tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa dari 125 responden, lebih
dari setengah responden 84 orang responden (67,2%) beresiko terjadinya
malnutrisi.
2. Kualitas Hidup
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kualitas Hidup Lansia Di
Panti Sosial Tresna Werdha Sumatera Barat Tahun 2015
Kualitas Hidup
Baik
61
48,8
Buruk
64
51,4
Total
125
100
Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa dari 125 orang responden, lebih
dari setengah responden yaitu 64 orang responden (51,4%) memiliki kualitas
hidup buruk.
C. Analisa Bivariat
Tabel 5.4
Hubungan Status Gizi dengan Kualitas Hidup Lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Sumatera Barat Tahun 2015
Status Gizi
Baik
Resiko
Malnutrisi
Malnutrisi
Total
Kualitas Hidup
Baik
Buruk
20
74,1
25,9
27
100
35
41,7
49
58,3
84
100
42,9
57,1
14
100
61
48,8
64
51,2
125
100
x = 0,012
df = 2
Total
P value
0,012
p = 0,012
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat
1. Status Gizi Lansia
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2 yang peneliti lakukan,
didapatkan hasil bahwa lebih dari setengah responden beresiko untuk
terjadinya malnutrisi. Resiko malnutrisi pada lansia diperkirakan karena lansia
mengalami permasalahan penurunan nafsu makan, kehilangan berat badan,
penyakit yang diderita, konsumsi obat-obatan, kurangnya asupan makan
seperti protein dan vitamin dan asupan cairan. Penurunan nafsu makan pada
lansia dapat dikarenakan oleh kondisi dari lansia itu sendiri seperti kondisi
dari rongga mulut, berisiko untuk terjadi malnutrisi karena kebutuhan akan zat
gizi dalam tubuh mereka tidak terpenuhi dengan adekuat. Akibat dari zat gizi
yang tidak adekuat bagi lansia dapat menyebabkan lansia mudah terserang
penyakit yang dapat meyebabkan peningkatan angka mortalitas dan morbitas
pada lansia.
Penelitian yang sejalan dengan penelitian diatas adalah penelitian yang
dilakukan oleh Oktariani tahun 2012 tentang gambaran status gizi lansia yang
berada di panti sosial tresna werdha (PSTW) Budi Mulya 01 dan 03 di Jakarta
didapatkan 52,4% lansia beresiko malnutrisi. Penelitian yang sejalan dengan
dua penelitian diatas adalah penelitian yang dilakukan oleh Ismayanti dan
Solikhah pada tahun 2012 di panti sosial tresna werdha Yogyakarta,
tinggi badan. Kondisi lansia yang mengalami perubahan pada bentuk tulang
atau lansia yang tidak mampu untuk berdiri akan sulit dilakukan pengukuran
tinggi badan. Tinggi badan dalam penelitian ini diganti dengan pengukuran
tinggi lutut dari lansia karena proses penuaan tidak mempengaruhi panjang
tulang pada tangan, kaki (tinggi lutut) (Fatmah, 2010). Semakin tinggi usia
seseorang maka semakin beresiko seseorang mengalami masalah pada
pemenuhan gizi mereka karena kebutuhan zat gizi berupa karbohidrat dan
lemak menurun, sedangkan kebutuhan akan protein, vitamin, dan mineral
meningkat (Garrow, 2000).
Menurut pendapat peneliti, lansia yang berada di PSTW lebih beresiko
terjadinya malnutrisi hal ini dikarenakan bahwa lansia yang berada di PSTW
faktor yang mempengaruhi status gizi mereka lebih banyak seperti dari tingkat
pendidikan, hampir sebagian responden tidak bersekolah yaitu 55 orang
responden (44%) dan SD sebanyak 48 orang responden (38,4%), yang
menjadi
penyebab
masalah
kesehatan
mulut
yang
dapat
mengakibatkan kekurangan nutrisi pada lansia. Pada penelitian ini lebih dari
setengah lansia yaitu 69 orag responden (55,2%) yang mengalami masalah
pada rongga mulut mereka berupa gigi yang ompong/tanggal rasa sakit saat
mengunyah makan.
Faktor frekuensi makan lansia, jenis asupan protein, sayur dan buah pada
sebagian lansia tidak mempengaruhi nutrisi pada lansia yang berada dipanti.
Hal ini disebabkan karena lansia yang berada dipanti mendapatkan jumlah dan
jenis makanan yang sama setiap hari, namun karena tidak ada pengawasan
pada lansia saat makan menyebabkan asupan makanan yang masuk kedalam
tubuh tidak sama. Hal ini dapat menjadi pembeda status gizi lansia yang
berada di PSTW.
2. Kualitas Hidup
Pada tabel 5.3 dapat dilihat bahwa kualitas hidup lansia yang berada di
PSTW Sumatera Barat didapatkan lebih dari setengah responden memiliki
kualitas hidup yang dikategorikan buruk. Kualitas hidup yang buruk dapat
dilihat pada domain kesehatan fisik berupa lansia yang mengalami rasa sakit
fisik yang dapat mengganggu aktivitas mereka, rasa tidak puas mereka
terhadap tidur mereka yang terganggu serta kemampuan mereka dalam
bekerja yang mulai berkurang. Pada psikologi juga dapat dilihat berupa
perasaan negatif seperti kesepian, putus asa dan cemas.
Penelitian Yani (2010), mendapatkan hasil yang sama dengan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti dimana gambaran kualitas hidup lansia yang
berada di panti sosial tresna werdha (PSTW) Jawa Baru Kabupaten Garut,
diperoleh sebanyak 62% lansia yang tinggal di panti menunjukkan kualitas
hidup yang rendah sedangkan hanya 38% lansia dengan kualitas hidup yang
baik.
memiliki kualitas hidup buruk dan hanya 20% lansia yang memiliki kualitas
hidup yang baik.
Menurut Kreitler & Ben (2004), kualitas hidup diartikan sebagai persepsi
individu mengenai keberfungsian individu didalam bidang kehidupan. Lebih
spesifiknya adalah penilaian individu terhadap posisi mereka didalam
kehidupan, dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka hidup
dalam kaitannya dengan tujuan individu, harapan, standar serta apa yang
menjadi perhatian individu (Nofitri, 2009).
Kualitas hidup lansia yang terbaik merupakan salah satu indikator penting
bagi kesejahteraan dan kesehatan lansia di Indonesia karena kualita hidup
merupakan salah satu hal yang dapat melihat suatu negara berhasil dalam
pembangunannya
baik
dari
kesehatan
maupun
dari
kesejahteraan
terhindar dari kesepiaan karena jauh dari sanak keluarga mereka. Jadi kualitas
hidup lansia dapat meningkat jika faktor-faktor diatas dapat diatasi.
B. Analisa Bivariat
Berdasarkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan status gizi dengan kualitas hidup lansia dipanti sosial tresna werdha
Sumatera Barat tahun 2015. Pada hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 5.4
bahwa ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kualitas hidup
lansia.
Penelitian oleh Dasuki, Candrasari & Astuti (2013), di Surakarta dari 30 orang
responden didapatkan ada hubungan antara status gizi dengan kualitas hidup
lansia. Penelitian Aliabadi (2008) di Iran menunjukkan hasil yang sama dengan
penelitian sebelumnya bahwa status gizi lansia berpengaruh terhadap kualitas
hidup, diketahui bahwa lansia yang mengalami gangguan nutrisi mengakibatkan
terjadinya peningkatan morbiditas, mortalitas, dan penurunan kualitas hidup.
Penelitian yang dilakukan oleh Burhan (2013), di Makassar tentang status gizi
dan kualitas hidup, kualitas hidup yang diukur dengan WHOQOL-BREF, dari 71
orang responden yang dilakukan penelitian didapatkan status gizi lansia yang
dikategorikan kurang dengan IMT sebanyak 86,7% dan 54,8% memiliki kualitas
hidup buruk.
Fatmah (2010), mengungkapkan semakin baik gizi seseorang maka akan
semakin baik pula kualitas hidup mereka. Status gizi pada lansia memiliki
pengaruh terhadap kualitas hidup lansia, dimana seorang lansia yang memiliki
status gizi yang dikategorikan buruk memiliki kualitas hidup yang buruk dan
sebaliknya lansia yang dikategorikan status gizi yang baik akan memiliki kualitas
hidup yang baik.
Usia lanjut seringkali dikaitkan dengan masalah malnutrisi, hal ini disebabkan
karena pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi tubuh mulai dari menurunnya
kemampuan alat indra seperti indra penciuman, penurunan indra pengecapan
dalam hal ini cita rasa sampai pada penurunan fungsi gastrointerstinal dan fungsi
usus
yang
semuanya
menyebabkan
penurunan
nafsu
makan
sehingga
mempengaruhi status gizi yang dapat berdampak pada kualitas hidup karena
dengan status gizi yang buruk dapat mengakibatkan keterbatasan dalam aktivitas
fisik sehingga menyebabkan ketidak mampuan dalam melakukan aktivitas seharihari (Oktariani, 2012).
Menurut pendapat peneliti, terdapatnya hubungan antara status gizi dengan
kualitas hidup lansia dapat disebabkan oleh lansia yang berada di PSTW yaitu
faktor yang mempengaruhi status gizi dan kualitas hidup mereka seperti dari
kesehatan fisik mereka, kesehatan psikologis, hubungan sosial, dan kesehatan
lingkungan.
Kesehatan fisik yang terganggu berupa keluhan-keluhan kesehatan akan
mempengaruhi kesehatan fisik dan mental lansia. Gangguan kesehatan fisik yang
dialami lansia berupa fungsi tubuh secara fisik dan fisiologis, nyeri dan kesehatan
umum, dimana pada lansia terjadi penurunan fungsi tubuh berupa penurunan pada
organ pencernaan yang dimulai dari mulut, pada mulut banyak terjadi gangguan
berupa gigi yang ompong, sakit saat mengunyah makanan, sehingga makanan
tidak dikunyah dengan sempurna yang dapat memperlambat penyerapan pada
sari-sari makanan oleh tubuh. Pada esophagus, terjadi juga gangguan berupa sulit
menelan makanan.
Selain dari faktor diatas, faktor yang dapat menyebabkan rendahnya kualitas
hidup lansia lansia berupa tingginya angka kesakitan serta lansia memiliki
keluhan-keluhan kesehatan yang tinggi. Hal ini dikarenakan lansia sering
menyempelekan kesehatan mereka maupun dari asupan nutrisi mereka.
Pada penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa ada sebagian responden yang
tergolong dalam kategori nutrisi baik tetapi memiliki kualitas hidup yang buruk.
Hal ini terjadi karena nutrisi bukan satu-satunya yang menjadi indikator yang
digunakan untuk mengukur kualitas
hidup. Ada
banyak faktor
yang
mempengaruhi kualitas hidup lansia berupa adanya keluhan dan penyakit, usia
yang sangat tua, tidak berpendidikan, tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan status gizi dengan kualitas
hidup lansia dipanti sosial tresna werdha Sumatera Barat tahun 2015, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Gambaran status gizi lansia yang berada dipanti sosial Sumatera Barat
tahun 2015, menunjukkan bahwa dari 125 responden, lebih dari setengah
responden 67,2% beresiko terjadinya malnutrisi.
2. Gambaran kualitas hidup lansia yang berada dipanti sosial Sumatera Barat
tahun 2015, bahwa dari 125 orang responden, hampir sebagian responden
51,4% memiliki kualitas hidup buruk
3. Ada hubungan antara status gizi dan kualitas hidup lansia dipanti sosial
Sumatera Barat tahun 2015,denga nilai p value 0,012 (p< 0,05)
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara status gizi dengan
kualitas hidup lansia dipanti sosial Sumatera Barat tahun 2015, beberapa saran
yang dapat diberikan sebagai berikut :
1. Bagi Pihak PSTW
Bagi institusi terkait dalam hal ini adalah PSTW Kasih Sayang Ibu
Batusangkar dan PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin agar lebih memperhatikan
keadaan lansia yang berisiko untuk terjadi malnutrisi dengan cara pengawasan
saat pemberian makanan dan asupan cairan pada lansia agar dapat memastikan
asupan makanan dan asupan cairan lansia.
Sebaiknya diadakan pengukuran dan pencatatan status gizi lansia.
sebaiknya makanan yang diberikan pada lansia disesuaikan dengan jenis
kelamin lansia dan sesuai dengan kemampuan lansia dalam mengunyah
makanan agar lansia dapat memakan semua makanan yang disediakan oleh
pihak PSTW.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Arisman. (2010). Buku ajar ilmu gizi obesitas, diabetes mellitus & dislipidemia.
Jakarta: EGC
Beard, J. & Zusman, R. (2012). Global health and aging. U.S.A : WHO.
Burhan, I.N., Taslim, N. A. & Bahar, B. (2013). Hubungan care giver terhadap status
gizi dan kualitas hidup lansia pada Etnis Bugis. Jurnal Gizi, 3 (3), 264-273
Darmojo, B. & Martono, H. (2004). Geriatri (ilmu kesehatan usia lanjut). Jakarta:
Balai penerbit Fakultas universitas Indonesia
Darmojo, B. (2010). Buku ajar geriatrik (ilmu kesehatan lanjut usia). Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Dasuki, M.S., Candrasari, A & Astuti, F. (2013). Hubungan status gizi dengan
kualitas hidup geriatric di posyandu lansia ngudi sehat bibis baru nasukan
Banjarsari Surakarta. Jurnal kedokteran, 1 (1), 1-10
Fatmah. (2010). Gizi usia lanjut. Jakarta: Erlangga.
Guigoz, Y. (2006). The mini nutritional asssessment (mna) review of the literaturewhat does it tell us. The journal of nutritional, health & aging.10 (6), 466487
Hidayat, A. A. (2008). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data.
Jakarta: Salemba Medika
Ismayanti, N. & Solikhah. (2012). Hubungan antara konsumsi dan aktivitas fisik
dengan status gizi lansia di panti sosial tresna werdha unit Abiyoso
Yogyakarta. Jurnal kesehatan masyarakat. 6 (3), 144-211
Istiany, A. & Rusilanti. (2013). Gizi terapan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Norhasanah. (2015). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi dan
kesehatan lansia perempuan pada panti social dan lembaga social masyarakat
di Banjarmasin (Tesis,
Institut Pertanian Bogor). Diakses dari.
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/74292, tanggal 20 maret 2015,
jam 20.00
CURRICULUM VITAE
A. Identitas
Nama
Tempat/ Tgl Lahir
Agama
Jumlah Saudara
Anak Ke
Alamat
No. Telp/HP
: Andam Dewi
: Paninggahan, 01 Agustus 1993
: Islam
: 5 Orang
:4
: Jln. Banda Guci, Jorong Koto Baru Tambak, Nagari
Paninggahan, Kec. Junjung Sirih, Kab. Solok
: 085355222925
: Jaharudin
: Petani
Ibu
Pekerjaan
: Ita Sofia
: Ibu Rumah Tangga
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD N 05 Koto Baru Paninggahan, tamat tahun 2005
2. SMP N 1 Junjung Sirih, tamat tahun 2008
3. SMA N 1 Junjung Sirih, tamat tahun 2011
4. Perguruan Tinggi Prodi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Yarsi Sumbar
Bukittinggi 2011- sekarang
: Andam Dewi
Nim
: 1104142010192
Judul Skripsi
Pembimbing
No Hari/Tanggal
Kegiatan Bimbingan
Tanda Tangan
......../................../
2015
(Ns. Dewi Kurniawati
S.Kep, MS)
......../................../
2015
(Ns. Dewi Kurniawati
S.Kep, MS)
......../................../
2015
(Ns. Dewi Kurniawati
S.Kep, MS)
......../................../
2015
(Ns. Dewi Kurniawati
S.Kep, MS)
......../................../
2015
S.Kep, MS)
......../................../
2015
S.Kep, MS)
......../................../
2015
(Ns. Dewi Kurniawati
S.Kep, MS)
......../................../
2015
(Ns. Dewi Kurniawati
S.Kep, MS)
......../................../
2015
(Ns. Dewi Kurniawati
S.Kep, MS)
10
......../................../
2015
S.Kep, MS)
11
......../................../
2015
(Ns. Dewi Kurniawati
S.Kep, MS)
......../................../
12
2015
13
......../................../
2015
: Andam Dewi
Nim
: 1104142010192
Judul proposal
Pembimbing
No Hari/Tanggal
Kegiatan Bimbingan
Tanda Tangan
......../................../
1
2015
......../................../
2015
(Ns.
Sri
Hayulita,
Sri
Hayulita,
Sri
Hayulita,
Sri
Hayulita,
Sri
Hayulita,
S.Kep)
3
......../................../
2015
(Ns.
S.Kep)
4
......../................../
2015
(Ns.
S.Kep)
......../................../
2015
(Ns.
S.Kep)
6
......../................../
2015
(Ns.
S.Kep)
......../................../
7
2015
(Ns.
Sri
Hayulita,
S.Kep)
(LLA), dan Lingkar Betis (LB) untuk mengetahui gambaran status gizi pada
Bapak/Ibu.
Atas kebersediaan Bapak/Ibu menjadi responden saya ucapkan terima kasih.
Pembiayaan
: Individu
Penanggung Jawab
1. Data Demografi
Nama Responden
TTL
JK
Nomor MR
Telpon
Alamat
Telpon
e-mail
Alamat
:
:
:
:
:
:
: 085355222925
: andam93dewi@gmail.com
: Jln. Paninggahan, Kabupaten Solok
2. Tujuan penulisan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada
Hubungan Status Gizi dengan Kualitas Hidup Lansia di PSTW Sumatera Barat
tahun 2015
3. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 125 orang lansia. Kriteria inklusi
lansia yang berumur lebih dari 60 tahun, bersedia menjadi responden, lansia
yang berada di tempat saat dilakukan penelitian sedangkan kriteria ekslusinya
adalah lansia yang mengalami sakit keras dan tidak ikut berpartisipasi dalam
penelitian, lansia yang mengalami gangguan pendengaran maupun gangguan
penglihatan.
4. Pengambilan data di mulai dari 09 Juni sampai 19 Juni 2015
5. Prosedur penelitian ini dimulai dengan peneliti meminta surat pengantar dari
09-06-2015
bagian program studi S1 keperawatan, kemudian diberikan kepada Ketua Kantor
Kesatuan Bangsa Dan Politik (Kesbangpol) Sumbar untuk meminta izin
melakukan penelitian, dari Kesbangpol Sumbar kemudian ke Dinas sosial
Sumatera Barat. Setelah semua izin didapatkan barulah peneliti menentukan
jumlah sampel penelitian dengan menentukan kriteria inklusi yang bisa di jadikan
sampel dalam penelitian. Selanjutnya peneliti memeberikan Informed Consent
kepada responden yang bersedia menjadi responden untuk ditanda tangani.
Pengumpulan data dilakukan lebih kurang selama 15 menit.
6. Dalam penelitian ini resiko yang ditimbulkan sangat minimal karena hanya
melakukan pembagian kuesioner untuk diisi oleh lansia dan melakukan
pengukuran Berat badan (BB), Tinggi Badan (TB) atau diganti dengan Pengukuran
Tinggi Lutut (TL), Linggkar Lengan Atas (LLA), dan Lingkar Betis (LB).
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah lansia dapat mengetahui gambaran
status gizi mereka dan bagaimana kualitas hidup mereka sedangkan bagi pihak
panti dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam merawat lansia yang
mengalami masalah gizi dan kualitas hidup.
7. Data Preserving (Penggunaan Data)
Berisi :
Saya (responden) bersedia memberikan informasi yang berkaitan dengan
penelitian ini, dan memberikan izin untuk menggunakan informasi
09-06-2015
tersebut untuk penelitian yang akan datang.
Jika informasi yang saya berikan ini akan digunakan untuk penelitian
selanjutnya, maka peneliti harus meminta izin terlebih dahulu, kecuali jika
data yang digunakan tidak berhubungan dengan informasi pribadi saya
(responden)
Saya (responden) bersedia memberikan informasi hanya dalam penelitian
ini saja. Jika setelah penelitian (19 Juli 2015) maka semua informasi yang
diberikan akan di musnahkan (baik dalam bentuk kertas dan elektronik
data)
8. Confidentiality/Kerahasiaan
a. Data dari responden akan dijamin kerahasiaannya dari pihak luar
b. Data dari responden akan disimpan dalam bentuk : berkas dan soft copy.
c. Data dari responden akan disimpan dalam 5 tahun ke depan yaitu mulai
tanggal 09 Juni 2015 sampai tanggal 09 Juni 2020 setelah 5 tahun maka
data akan dimusnahkan untuk menjaga kerahasiaannya.
d. Data dari responden tidak akan menyebutkan nama responden tapi hanya
akan dituliskan dalam bentuk nomor kode
9. Selama penelitian ini berlangsung maka responden berhak untuk mengundurkan
diri kapanpun jika responden merasa tidak nyaman selama penelitian, dan data
yang didapatkan berhak juga untuk tidak digunakan dalam penelitian ini. Jika
responden mempunyai keluhan atau merasa dipaksa maka responden dapat
mengajukan komplain atau menghubungi Ibu Ns. Dewi Kurniawati, S.Kep, M.S
atau Ibu Ns. Sri Hayulita, S. Kep sebagai pembimbing saya dalam penelitian ini.
10. Jika dalam penelitian ini ada kerusakan atau kerugian yang dirasakan responden,
maka Stikes Yarsi Sumbar akan bertanggung jawab secara penuh.
11. Tidak ada konflik kepentingan selama penelitian dilakukan
12.09
Penelitian
ini akan dilakukan di bawah bimbingan Ibu Ns. Dewi Kurniawati,
06 2015
S.Kep, MS dengan e-mail syabib-alkhalil@yahoo.co.id dan Ibu Ns. Sri Hayulita,
S.Kep, dengan email lulusrihayulita@yahoo.com dalam lingkup dosen STIKes
YARSI Sumbar Bukittinggi yang beralamat di Jalan Tan Malaka Belakang Balok
Bukittinggi, nomor telpon (0752) 21160.
13. Dengan ini saya (responden) menyatakan bahwa saya sudah mengerti dengan isi
Informed Consent dan bersedia dimasukkan sebagai salah satu partisipasi dalam
penelitian ini.
Nama Responden :
Tempat tgl lahir :
Jika responden berhalangan (tidak mampu/tidak bisa secara fisik dan mental)
untuk menandatangi Informed Consent ini, maka wali dari partisipasi/respnden
dapat memberikan persetujuan.
Nama Responden
:
TTL
:
Nama Wali
TTL
Hubungan dengan Responden
09-06-2015
TTD Saksi;
(Nama Jelas)
:
:
:
Bukittinggi, Juni 2015
TTD Responden;
(Nama Jelas)
LEMBAR KUESIONER
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI PANTI
SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW)
SUMATERA BARAT 2015
Petunjuk pengisian:
1. Berilah tanda cheklis (v) pada jawaban yang tersedia sesuai jawaban yang
saudara pilih
2. Tulislah jawaban secara singkat dan jelas pada tempat yang telah disediakan
3. Mohon TIDAK mengosongkan jawaban pada setiap pertanyaan
Kode:
Tanggal pengisian :
Nama Panti :
Nama Wisma :
1. DATA DEMOGRAFI RESPONDEN
Beri tanda (x) pada jawaban yang dipilih
Inisial :
Jenis kelamin : ( ) laki-laki
Agama :
Suku :
Usia :
Pendidikan: ( ) tidak sekolah
( ) SMP
Pekerjaan :
Punya Keluarga : ( ) Ya
Status Perkawinan : ( ) kawin
2. RIWAYAT KESEHATAN
No
1.
2.
3.
4.
( ) perempuan
( ) SD
( ) SMA
( ) PT
( ) Tidak
( ) duda/janda
Ya
Tidak
3. PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI
Anda akan diminta kebersediaannya untuk dilakukan pengukuran tinggi lutut
dan berat badan. Setelah hasil pengukuran tinggi lutut dilakukan maka
hasilnya akan dikonversikan kedalam tinggi badan.
a. Berat Badan
:
kg
b. Tinggi Lutut
:
cm
Tinggi badan prediksi pria : 59,01 + (2,08 x tinggi lutut )
Tinggi badan prediksi wanita : 75,00 + ( 1,9 x tinggi lutut )
c. IMT
:
kg/m2
Pilih salah satu berdasarkan hasil diatas :
( ) IMT < 18,5 kg/ m2
: Gizi Kurang
( ) IMT 18,5 25 kg/ m2 : Gizi Normal
( ) IMT >25 kg/ m2
: Gizi Lebih
PERTANYAAN
Apakah
KETERANGAN SCERENING
SKOR
NILAI
anda
mengalami
penurunan
masalah
pencernaan,
kesulitan
asupan makan
0: kehilangan berat badan lebih
dari 3 kg
1: tidak tahu
2: Kehilangan antara 1-3 kg
3: tidak ada kehilangan berat
badan
0: hanya ditempat tidur dan
anda ?
kursi roda
1: dapat turun dari tempat tidur
namun tidak bisa jalan jalan
2: tidak
terakir ?
Apakah
anda
mengalami
masalah
neuropsikologi ?
1: demensia ringan
2: tidak mengalami masalah
neuropsikolog
0: BMI < 18,5
1: BMI 18,5 - 25
2: BMI > 25
0: tidak
1: ya
rumah sakit)
Apakah anda diberi obat lebih dari 3
0: ya
1: tidak
0: ya
10
ulserasi kulit ?
Berapa kali anda makan sehari?
1: tidak
0: 1 kali dalam sehari
anda konsumsi?
a)
12
13
14
1: ya
1: 3-5 gelas
0: tidak
dibantu
1: dapat makan sendiri namun
mengalami kesulitan
2: dapat makan sendiri tanpa
15
masalah
0: ada masalah gizi pada pada
gizi anda ?
dirinya
1: ragu atau tidak tahu terhadap
masalah gizi dirinya
2: tidak ada masalah terhadap
16
status gizinya
0: tidak lebih baik dari orang
lain
kesehatan anda ?
1: tidak tahu
2: sama baiknya dengan orang
lain
3: lebih baik dari orang lain
17
18
Sangat
buruk
Biasa-
buruk
1
Bagaimana
menurut
Baik
Sangat baik
biasa
saja
3
Sangat tidak
Tidak
Biasa-
memuaskan
memuaskan
biasa
saja
3
memuaskan
Sangat
memuaskan
Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa sering anda telah mengalami hal-hal
berikut ini dalam satu bulan terakhir.
Tidak
sama
sedikit
sekali
3
Dalam
Sangat sering
jumlah
Dalam jumlah
berlebihan
sedang
3
anda?
Seberapa sering anda
membutuhkan terapi
medis untuk dpt berfungsi
dlm kehidupan
sehari-hari anda?
Seberapa
jauh
anda
hidup anda
7
berarti?
Seberapa jauh anda mampu
berkonsentrasi?
Secara umum, seberapa aman
anda rasakan
dlm kehidupan anda sehari9
hari?
Seberapa sehat lingkungan
dimana anda
tinggal (berkaitan dgn sarana
dan prasarana)
Pertanyaan berikut ini adalah tentang seberapa penuh anda alami hal-hal berikut ini
dalam satu bulan terakhir:
10
Tdk sama
Sedikit
Sedang
Seringkali
Sepenuhnya
sekali
1
dialami
5
vitalitas yg
cukup untuk beraktivitas
11
sehari2?
Apakah anda dapat
menerima
12
13
memenuhi
kebutuhan anda?
Seberapa jauh
ketersediaan
informasi bagi
kehidupan anda dari
14
hari ke hari?
Seberapa sering anda
memiliki
kesempatan untuk
bersenangsenang
/rekreasi?
15
Seberapa baik
Sangat buruk
Buruk
Biasa-biasa
Baik
Sangat baik
saja
3
kemampuan anda
dalam bergaul?
16
Seberapa puaskah
anda dg tidur
anda?
Sangat tdk
Tdk
Biasa-biasa
Memuaskan
Sangat
memuaskan
1
memuaskan
2
saja
3
memuaskan
5
17
Seberapa puaskah
anda dg
kemampuan anda
untuk
menampilkan
aktivitas kehidupan
18
anda sehari-hari?
Seberapa puaskah
anda dengan
kemampuan
19
anda
untuk bekerja?
Seberapa puaskah
anda terhadap
20
diri anda?
Seberapa puaskah
anda dengan
hubungan personal /
21
sosial anda?
Seberapa puaskah
anda dengan
kehidupan
22
seksual
anda?
Seberapa puaskah
anda dengan
dukungan yg anda
peroleh dr
teman anda?
23
Seberapa puaskah
anda dengan
kondisi tempat anda
tinggal saat
24
ini?
Seberapa puaskah
anda dgn akses
anda
25
pd
layanan
kesehatan?
Seberapa puaskah
anda dengan
transportasi yg hrs
anda jalani?
Pertanyaan berikut merujuk pada seberapa sering anda merasakan atau mengalami
hal- hal berikut dalam satu bulan terakir ?
26
Tdk pernah
5
Jarang
4
Cukup sering
3
Sangat sering
2
memiliki
perasaan negatif seperti
feeling
blue (kesepian), putus
asa, cemas
dan depresi?
ANALISA UNIVARIAT
FREQUENCY TABLE
Jenis_Kelamin
Valid
Laki-Laki
Perempuan
Total
Frequency
76
49
125
Percent
60,8
39,2
100,0
Valid Percent
60,8
39,2
100,0
Cumulative
Percent
60,8
100,0
Selalu
1
Agama
Valid
Islam
Frequency
125
Percent
100,0
Valid Percent
100,0
Cumulative
Percent
100,0
Suku
Valid
Caniago
Piliang
Sikumbang
Jambak
Guci
Tanjung
Koto
Pariangan
Melayu
Simagek
Total
Frequency
38
28
8
12
10
13
9
4
1
2
125
Percent
30,4
22,4
6,4
9,6
8,0
10,4
7,2
3,2
,8
1,6
100,0
Valid Percent
30,4
22,4
6,4
9,6
8,0
10,4
7,2
3,2
,8
1,6
100,0
Cumulative
Percent
30,4
52,8
59,2
68,8
76,8
87,2
94,4
97,6
98,4
100,0
Usia
Valid
Frequency
Lanjut Usia Awal
37
Lanjut Usia Akhir
88
Total
125
Percent
29,6
70,4
100,0
Valid Percent
29,6
70,4
100,0
Cumulative
Percent
29,6
100,0
Pendidikan
Valid
Tidak Sekolah
SD
SMP
SMA
PT
Total
Frequency
55
48
16
5
1
125
Percent
44,0
38,4
12,8
4,0
,8
100,0
Valid Percent
44,0
38,4
12,8
4,0
,8
100,0
Cumulative
Percent
44,0
82,4
95,2
99,2
100,0
Pekerjaan
Valid
Petani
IRT
Wiraswasta
Pedagang
Nelayan
Buruh
Total
Frequency
50
27
12
26
2
8
125
Percent
40,0
21,6
9,6
20,8
1,6
6,4
100,0
Valid Percent
40,0
21,6
9,6
20,8
1,6
6,4
100,0
Cumulative
Percent
40,0
61,6
71,2
92,0
93,6
100,0
Keluarga
Valid
Frequency
Ada keluarga
88
Tidak Ada Keluarga
37
Total
125
Percent
70,4
29,6
100,0
Valid Percent
70,4
29,6
100,0
Cumulative
Percent
70,4
100,0
Perkawinan
Valid
Frequency
Menikah
4
Duda/Janda
117
Tidak Menikah
4
Total
125
Percent
3,2
93,6
3,2
100,0
Valid Percent
3,2
93,6
3,2
100,0
Cumulative
Percent
3,2
96,8
100,0
Penyakit
Valid
Frequency
Satu Penyakit
48
Lebih Dari Satu Penyakit
77
Total
125
Percent
38,4
61,6
100,0
Valid Percent
38,4
61,6
100,0
Cumulative
Percent
38,4
100,0
Keluhan
Valid
Frequency
Satu Keluhan
76
Lebih Dari Satu Keluhan
49
Total
125
Percent
60,8
39,2
100,0
Valid Percent
60,8
39,2
100,0
Cumulative
Percent
60,8
100,0
Kondisi_Mulut
Valid
Frequency
Satu Kondisi
69
Lebih Dari Satu Kondisi
56
Total
125
Percent
55,2
44,8
100,0
Valid Percent
55,2
44,8
100,0
Cumulative
Percent
55,2
100,0
Gaya_Hidup
Valid
Frequency
Merokok
39
Nyeri
48
Merokok dan Nyeri
3
Tidak Ada
35
Total
125
Percent
31,2
38,4
2,4
28,0
100,0
Cumulative
Percent
31,2
69,6
72,0
100,0
Valid Percent
31,2
38,4
2,4
28,0
100,0
Status_gizi
Valid
Frequency
Gizi Baik
27
Resiko Malnutrisi
84
Malnutrisi
14
Total
125
Percent
21,6
67,2
11,2
100,0
Valid Percent
21,6
67,2
11,2
100,0
Cumulative
Percent
21,6
88,8
100,0
Kualiatas_Hidup
Valid
Baik
Buruk
Total
Frequency
61
64
125
Percent
48,8
51,2
100,0
Valid Percent
48,8
51,2
100,0
Cumulative
Percent
48,8
100,0
ANALISA BIVARIAT
Crosstabs
[DataSet0]
Case Processing Summary
N
Status_gizi *
Kualiatas_Hidup
Valid
Percent
125
100,0%
Cases
Missing
N
Percent
0
,0%
Total
N
Percent
125
100,0%
Status_gizi
Gizi Baik
Resiko Malnutrisi
Malnutrisi
Total
Count
Expected Count
% within Status_gizi
% of Total
Count
Expected Count
% within Status_gizi
% of Total
Count
Expected Count
% within Status_gizi
% of Total
Count
Expected Count
% within Status_gizi
% of Total
Kualiatas_Hidup
Baik
Buruk
20
7
13,2
13,8
74,1%
25,9%
16,0%
5,6%
35
49
41,0
43,0
41,7%
58,3%
28,0%
39,2%
6
8
6,8
7,2
42,9%
57,1%
4,8%
6,4%
61
64
61,0
64,0
48,8%
51,2%
48,8%
51,2%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
8,811a
9,086
5,870
2
2
Asymp. Sig.
(2-sided)
,012
,011
,015
df
125
Total
27
27,0
100,0%
21,6%
84
84,0
100,0%
67,2%
14
14,0
100,0%
11,2%
125
125,0
100,0%
100,0%