You are on page 1of 5

Nama

: Muhamad Hamdi

NIM : F1315062
Materi

: Materialitas Dalam Pemeriksaan LKPD

A. Pendahuluan
Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi
penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya,
mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang
meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut. Berdasarkan Juknis
Materialitas, dalam pemeriksaan laporan keuangan, Pemeriksa perlu
menetapkan nilai materialitas yang terdiri dari:
1. Planning Materiality (materialitas awal),
yaitu nilai maksimum yang menjadi batas Pemeriksa untuk meyakini
bahwa semua salah saji yang di atas nilai tersebut dianggap material
dan

dapat

mempengaruhi

keputusan

dari

pihakpihak

yang

berkepentingan. Materialitas ini ditetapkan untuk tingkat keseluruhan


laporan keuangan.
2. Tolerable Misstatement (salah saji yang dapat ditoleransi), yaitu
materialitas

terkait

kelas-kelas

transaksi,

saldo

akun,

dan

pengungkapan. Istilah Misstatementmencakup kesalahan yang tidak


disengaja (error)dan kesalahan yang disengaja (fraud).
Sesuai dengan Juknis Materialitas tersebut, konsep materialitas juga
dapat dikelompokkan menjadi:
1. materialitas

kuantitatif;

materialitas

yang

menggunakan

ukuran

kuantitatif tertentu seperti nilai uang, jumlah waktu, frekuensi maupun


jumlah unit; dan
2. materialitas kualitatif;

materialitas

yang

menggunakan

ukuran

kualitatif yang lebih ditentukan pada pertimbangan profesional.


Pertimbangan profesional tersebut didasarkan pada cara pandang,
pengetahuan, dan pengalaman pada situasi dan kondisi tertentu.

Pada tahap perencanaan pemeriksaan, Pemeriksa menetapkan nilai PM


dan TM awal secara kuantitatif untuk menentukan sifat, saat, dan luas
prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan.
Selama pelaksanaan pemeriksaan, Pemeriksa dapat melakukan revisi
atas nilai PM dan TM awal tersebut apabila terdapat perubahan lingkup
pemeriksaan

yang

signifikan

dan

informasi

tambahan

yang

mempengaruhi kewajaran akun-akun dalam laporan keuangan yang


diperiksa.
Pada tahap akhir pelaksanaan pemeriksaan, Pemeriksa melakukan revisi
atas pertimbangan yang mendasari nilai PM dan TM sebelumnya
berdasarkan pertimbangan kuantitatif dan kualitatif (revised judgement
about materiality). Nilai PM dan TM pada tahap akhir pemeriksaan sangat
penting karena berhubungan dengan opini yang akan diberikan.
B. Pertimbangan Materialitas Awal
1. Materialitas Kuantitatif
Pemeriksa melakukan langkah-langkah: penentuan dasar penetapan
materialitas, penentuan tingkat materialitas, penetapan nilai PM dan
TM.
2. Dasar Penetapan Materialitas
Penentuan dasar penetapan materialitas dapat menggunakan nilai
laba bersih sebelum pajak, total aset, ekuitas, total penerimaan, atau
total belanja/biaya. Dalam memutuskan nilai yang akan dijadikan
dasar, pemeriksa sebaiknya mempertimbangkan:
a) Karakteristik (sifat, besar dan tugas pokok) dan lingkungan entitas
yang diperiksa
b) Area dalam laporan keuangan yang akan lebih diperhatikan oleh
pengguna laporan keuangan
c) Kestabilan atau keandalan nilai yang akan dijadikan dasar.
Dalam pemeriksaan LKPD, pemeriksa dapat menggunakan total
realisasi belanja sebagai dasar penetapan materialitas dengan
pertimbangan:

a) Secara karakteristik berdasarkan sifat, besar dan tugas pokok


entitas yang diperiksa (pemerintah daerah) realisasi belanja
merupakan nilai yang cukup tinggi disajikan dalam laporan
keuangan
b) Penggunaan dana/pengalokasian belanja lebih diperhatikan oleh
pengguna

laporan

keuangan

(pemerintah

daerah,

DPRD,

masyarakat)
c) Nilai realisasi belanja merupakan nilai yang relatif andal.
3. Penentuan Tingkat Materialitas
Penentuan PM didasarkan pada tingkat Audit Risk(AR) dengan
mempertimbangkan hasil penilaian risiko pada saat pemeriksaan
pendahuluan.

Hasil

penilaian

risiko

pada

saat

pemeriksaan

pendahuluan memuat kesimpulan tingkat risiko atas beberapa faktor


sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Opini terakhir tahun sebelumnya


Hasil pemeriksaan tahun anggaran yang diperiksa
Efektivitas tindak lanjut
Integritas personil kunci
Efektivitas atas Sistem Pengendalian Intern
Potensi adanya kecurangan (fraud) dalam dua tahun anggaran

terakhir.
4. Penetapan Nilai Materialitas Awal (PM)
Tahap selanjutnya dalam penetapan materialitas secara kuantitatif
adalah menetapkan nilai PM yang merupakan nilai materialitas untuk
tingkat laporan keuangan secara keseluruhan. Nilai materialitas awal
yang diperoleh merupakanbesarnya kesalahan yang mempengaruhi
pertimbangan Pengguna Laporan Keuangan. Nilai materialitas awal
tersebut merupakan perkalian antara

persentase tingkat

(rate)

materialitas dengan dasar penetapan materialitas.


5. Penetapan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi (TM)
TM merupakan alokasi PM pada setiap akun atau kelompok akun.
Alokasi TM dilakukandengan tujuan untuk menentukan akun/kelompok
akun dalam laporan keuangan yangmemerlukan tambahan prosedur
pemeriksaan, memastikan adanya kemungkinan salah saji yang

material

yang

jumlahnyalebih

berasal
kecil

mempertimbangkan
mempertimbangkan

dari

penggabungan

daripada
risiko

materialitas

deteksi.

aspek-aspek

salah

lain

saji

yang

awal,

dan

Pemeriksa
dalam

perlu

penentuan

TM

diantaranya sebagai berikut:


a) Tingkat kemudahan dalam pemeriksaan suatu akun
Meskipun suatu akun nilainya tinggi tetapi mudah mengujinya
maka tidak perlu diberikan alokasi TM tinggi.
b) Risiko bawaan (IR) dan Risiko pengendalian (CR) akun yang
bersangkutan
Semakin tinggi risiko bawaan dan pengendalian akun maka perlu
diberikan alokasi TM yang lebih rendah dari alokasi TM yang
diperhitungkan secara proporsional.
6. Materialitas Kualitatif
Pemeriksa dapat memodifikasi nilai PM dan TM yang telah ditentukan
sebelumnya jika pada saat pelaksanaan pemeriksaan ditemukan
kesalahan yang dapat mempengaruhi penyajian banyak hal dalam
laporan keuangan atau kesalahan tersebut berdampak keseluruhan
terhadap laporan keuangan

yang

diperiksa

(materialitas

secara

kualitatif). Sebagai contoh pertimbangan kualitatif adalah kecurangan


yang dilakukan oleh manajemen pada penyajian laporan keuangan,
walaupun nilainya di bawah materialitas, hal tersebut secara kualitatif
menjadi material jika manajemen dengan sengaja melakukannya
sehingga perlu menyesuaikan tingkat materialitasnya.
7. Hubungan Materialitas dan Risiko Terhadap Bukti Audit
Materialitas dan Risiko dalam audit merupakan hal yang berkaitan dan
tidak terpisahkan. Risiko mengukur tentang besarnya ketidakpastian,
sedangkan materialitas mengukur besarnya salah saji yang dapat
ditoleransi. Ukuran inilah yang akan dijadikan pedoman bagi auditor
dalam menentukan jumlah bukti yang dikumpulkan untuk memberikan
keyakinan yang memadai terhadap keputusan opini audit. Hubungan
antara materialitas dan risiko terhadap bukti audit adalah sebagai
berikut:

C. Pertimbangan atas Materialitas yang direvisi


Selama

pelaksanaan

audit,

pemeriksa

sering

kali

mengubah

pertimbangan pendahuluan tentang materialitas yang biasa disebut


sebagai pertimbangan tentang materialitas yang direvisi (revised
judgement about materiality). Pemeriksa mungkin akan melakukan
revisi karena adanya perubahan dalam salah satu faktor yang digunakan
untuk menentukan pertimbangan pendahuluan. Oleh karena itu, setelah
selesai proses pengujian pemeriksa harus memutakhirkan pertimbangan
materialitas dengan menggunakan hasil-hasil pengujian yang telah
dilakukan. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam melakukan revisi
adalah komponen-komponen risiko yang telah didefinisikan pada tahap
perencanaan, yaitu:
a. temuan pada saat pemeriksaan terinci atas LKPD;
b. tingkat keyakinan pemeriksa terhadap kemungkinan-kemungkinan
risiko salah saji dan fraud

You might also like