Professional Documents
Culture Documents
1 Termodinamika,
Hukum 2 Termodinamika,
dan Hukum 3
Termodinamika.
Di dalam Hukum 1 Termodinamika itu sendiri, menjelaskan tentang energi
yang ada dalam suatu sistem dalam termodinamika. Hukum I Termodinamika juga
menjelaskan tentang entalpi. Entalpi adalah istilah dalam termodinamika yang
menyatakan jumlah energi internal dari suatu sistem termodinamika ditambah
energi yang digunakan untuk melakukan kerja. Entalpi juga merupakan transfer
panas antara sistem dan lingkungan yang ditransfer dalam kondisi tekanan
konstan (isobarik).
Panas/ kalor : nergi yg dipindahkan dari sistem kelingkungan atau dari lingkungan
ke sistem akibat adanya perbedaan suhu diantara keduanya.
KERJA :
- pertukaran energi antara sistem dengan lingkungan selain dalam bentuk
-
kalor.
Perpindahan energi dari suatu benda ke benda lain tanpa terikat dengan
perbedaan temperatur.
usaha yang dilakukan oleh sebuah sistem bukan hanya tergantug pada
keadaan awal dan akhir, tetapi juga tergantung pada proses perantara antara
keadaan awal dan keadaan akhir
Misalkan ada sebuah piston, mula mula gas ideal menempati ruang dengan
volume V dan tekanan P. Kemudian gas mengalami pemuaian secara perlahan
sehingga setiap saat terjadi kesetimbangan (proses kuasistatik).
KALOR :
- Perpindahan energi dari suatu benda ke benda lain karena adanya perbedaan
-
temperatur.
Kalor bukanlah suatu jenis energi, melainkan energi yang berpindah.
Pada abad ke 19, James Prescott Joule (1818-1889) melakukan sebuah
percobaan.
dilakukan oleh pengaduk pada air sebanding dengan besarnya kerja/usaha yang
dilakukan oleh gaya gravitasi terhadap beban hingga beban jatuh. Ketika
pengaduk melakukan kerja terhadap air, pengaduk menambahkan energi pada air.
Karenanya kita bisa mengatakan bahwa kenaikan suhu air disebabkan oleh energi
yang dipindahkan dari pengaduk menuju air. Semakin besar kerja yang dilakukan,
semakin banyak energi yang dipindahkan. Semakin banyak energi yang
dipindahkan, semakin besar kenaikan suhu air (air semakin panas).
Ketika berputar dalam air, pengaduk melakukan kerja/usaha pada air
sehingga energi pengaduk dipindahkan ke air. Adanya tambahan energi dari
pengaduk ini yang membuat suhu air meningkat.
Satuan kalor adalah kalori (disingkat kal). Kalori adalah jumlah kalor yang
diperlukan untuk menaikan suhu 1 gram air sebesar 1 C o (Tepatnya dari 14,5 oC
menjadi 15,5 oC). Jumlah kalor yang diperlukan berbeda-beda untuk suhu air yang
berbeda. Untuk jumlah kalor yang sama, kenaikan suhu air sebesar 1 oC hanya
terjadi antara suhu 14,5 oC sampai 15,5 oC. Satuan kalor yang sering digunakan,
terutama untuk menyatakan nilai energi makanan adalah kilokalori (kkal). 1 kkal
= 1000 kalori. Nama lain dari 1 kkal = 1 Kalori (huruf K besar).
Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu
benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka
kalor yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika
suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit.
Secara matematika ditulis
dQ = C.Dt
Q = C.T
C : kapasitas panas
T : perbedaan suhu antara sistem dan lingkungan.
Reaksi eksoterm adalah reaksi yang terjadi disertai pelepasan kalor dari
sistem ke lingkungan atau reaksi yang melepas kalor. Salah satu ciri reaksi
eksoterm adalah selama proses reaksi berlangsung, suhu sistem naik.
pada reaksi eksoterm dimana setiap melepas kalor, kandungan
kalor sistem berkurang, atau entalpi sebelum reaksi (keadaan awal) lebih
besar daripada setelah reaksi (keadaan akhir).
Hawal > Hakhir
Oleh karena H = Hakhir Hawal,
H mempunyai nilai negatif, atau H < 0
http://kimiadasar.com/reaksi-eksoterm-dan-endoterm/
Dalam mekanika
: W = F.a
Perrmusan Kerja (W) tek vol : ekspansi gas di dalam suatu sistem
silinder yang dilengkapi dengan piston yang dapat bergerak bebas dengan
mengabaikan energi gesekan. Sistem berlangsung pada tek luas ( Pext) tetap da
pada temperatur tetap.
Sistem berlangsung pada P(ext) dan temperatur tetap.
Tekanan yang bekerja pada gas : P(ext) = F/A
F = P(ext).A (*)
W = F.a(**)
Penguapan 18g air pada temperatur 100cC dan tek. 1 atm dalam sistem
kerja tek-vol.
Berapa nilai W yg akan dihasilkan oleh proses pada sistem tdb? Bila diket nilai R
= 8,314 J/K/mol; R = 1,987 cal/K/mol; R = 0,082 Latm/K/mol
Jawab;
V = n. R.T
V = 1 x 0,082 Latm/K/mol x 373 K
V = 30,6 L
W = -PV(V2-V1)
W = -1 (30,6)
W = -30,6
V1 = Vol H2O (cair, 25oC) = 18 ml
V2 = Vol H2O (uap, 100cC)
uap
Karena : V cairan<<V uap, maka vol cairan tsb dapat diabaikan terhadap vl uap
nya, maka hanya vol V2 saja yg di hitung.
Sistem pada termodinamika: setiap sistem dimana berlangsung suatu
proses fisika atau kimia, dapat berupa hal yang sederhana spt pemanasan air
dalam gelas piala dan yang sangat kompleks spt berbagai reaksi biokimia yang
terjadi dalam tubuh manusia.
5 tipikal sistem termodinamika:
1.
2.
3.
4.
5.
Usaha Luar
Usaha luar dilakukan oleh sistem, jika kalor ditambahkan (dipanaskan)
atau kalor dikurangi (didinginkan) terhadap sistem. Jika kalor diterapkan kepada
gas yang menyebabkan perubahan volume gas, usaha luar akan dilakukan oleh gas
tersebut. Usaha yang dilakukan oleh gas ketika volume berubah dari volume awal
V1 menjadi volume akhir V2 pada tekanan p konstan dinyatakan sebagai hasil kali
tekanan dengan perubahan volumenya.
W = pV= p(V2 V1)
Secara umum, usaha dapat dinyatakan sebagai integral tekanan terhadap
perubahan volume yang ditulis sebagai
Gas dikatakan melakukan usaha apabila volume gas bertambah besar (atau
mengembang) dan V2 > V1. sebaliknya, gas dikatakan menerima usaha (atau usaha
dilakukan terhadap gas) apabila volume gas mengecil atau V2 < V1 dan usaha gas
bernilai negatif.
Energi Dalam
Suatu gas yang berada dalam suhu tertentu dikatakan memiliki energi
dalam. Energi dalam gas berkaitan dengan suhu gas tersebut dan merupakan sifat
mikroskopik gas tersebut. Meskipun gas tidak melakukan atau menerima usaha,
gas tersebut dapat memiliki energi yang tidak tampak tetapi terkandung dalam gas
tersebut yang hanya dapat ditinjau secara mikroskopik.
Berdasarkan teori kinetik gas, gas terdiri atas partikel-partikel yang berada
dalam keadaan gerak yang acak. Gerakan partikel ini disebabkan energi kinetik
rata-rata dari seluruh partikel yang bergerak. Energi kinetik ini berkaitan dengan
suhu mutlak gas. Jadi, energi dalam dapat ditinjau sebagai jumlah keseluruhan
energi kinetik dan potensial yang terkandung dan dimiliki oleh partikel-partikel di
dalam gas tersebut dalam skala mikroskopik. Dan, energi dalam gas sebanding
dengan suhu mutlak gas. Oleh karena itu, perubahan suhu gas akan menyebabkan
perubahan energi dalam gas.
Secara matematis, perubahan energi dalam gas dinyatakan sebagai
untuk gas monoatomik
untuk gas diatomik
Dimana U adalah perubahan energi dalam gas, n adalah jumlah mol gas, R
adalah konstanta umum gas (R = 8,31 J mol1 K1, dan T adalah perubahan suhu
gas (dalam kelvin).
HUKUM TERMODINAMIKA 1
Hukum Td 1 : hukum kekekalan energi
tetap
Hubungan panas dengan kerja dan energi yang tersimpam dalam sistem
E = q + W
Ketentuan dalam menggunakan pers hk. Td 1:
E = Q + W
E = Qv P V
E = Qv
E = Qp P V
Qp= E P V .....(*)
H = E + PV ( entalpi)
H : funngsi keadaan
Hasil integral dari dH = dE + PdV
H = E + PV..............(*)
(*) dan (**)
Qp = H
CATT: untuk setiap perubahan dari keadaan awal ke keadaan akhir yang tidak ada
terdapat substans gas : H = E
Bila ada gas : H = E + PV
H = E + nRT
H = E + PV(g)
Entalpi
Hukum kekekalan energi menjelaskan bahwa energi tidak dapat diciptakan
dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi hanya dapat diubah dari bentuk energi yang
satu menjadi bentuk energi yang lain. Nilai energi suatu materi tidak dapat diukur,
yang dapat diukur hanyalah perubahan energi (E). Demikian juga halnya dengan
entalpi, entalpi tidak dapat diukur, kita hanya dapat mengukur perubahan entalpi
(H).
H = Hp Hr
dengan:
H = perubahan entalpi
Hp = entalpi produk
Hr = entalpi reaktan atau pereaksi
Latihan:
1). Proses penguapan 36 gram H2O berlangsung dalam suatu sistem kerja
tekanan-volume pada suhu 100 o dan tekanan eksternal 1 atm. Diketahui panas
penguapan H2O pada suhu 100 = 40,67 Kj mol-1; R= 8,314 JK-1 Mol-1.
Berapa:
a. nilai kerja yang dilakukan sistem menantang tekanan eksternal (1 atm).
b. meningkatkan energi internal sistem.
c. peningkatan energi total sistem
jawab:
a. W = -nRT
36
Wmax = -nRT ln
Wmax = -
V2
V1
14
x
28 8,314 JK-1 mol-1 x 343 ln
3V 2
V1
Wmax = 1,566 JK
3). Suatu sistem kerja tekanan- volume berisi 20 L gas He pada suhu 25 dengan
tekanan 10 atm. Berapa kerja maksimum dapat dihasilkan oleh sistem, bila gas
terekspansi secara reversibel dan adiabatik hingga tekanan gas turun menjadi 1
atm. Diketahui R = 0,082 L atm K-1 mol-1 atau =8,314 JK-1 mol-1
Jawab:
Wmax = nCVT
T 1 P1
T 2 P2
298 10
T2 1
1 /
0, 4
T2 = 119,2 K
CV gas helium =
3
R
2
CV gas helium =
3
x8,314
2
n=
PV
RT
n=
10 x 20
8,18
0,082 x 298
Wmax = nCVT
Wmax = 8,18 x 12,47 J/K/mol x ( 119,2 298)K
Wmax = - 18,24 KJ
Panas peleburan
Panas penguapan
Panas pelarutan
Dsd
Pada proses/ perubahan kimia,
Misalnya:
Panas pembentukan
Panas pembakaran
Panas oksidasi
Energi ikatan
Dsb.
H: panas reaksi
Setiap reaksi kimia selalu disertai oleh perubahan panas (perubahan entalpi)...
Hukum Hess
Dalam perubahan entalpi, terdapat hukum yang dinamakan Hukum Hess.
Hukum Hess adalah hukum yang menyatakan bahwa perubahan entalpi suatu
reaksi akan sama walaupun reaksi tersebut terdiri dari satu langkah atau banyak
langkah. Perubahan entalpi tidak dipengaruhi oleh jalannya reaksi, melainkan
hanya tergantung pada keadaan awal dan akhir.
Hukum Hess mempunyai pemahaman yang sama dengan hukum
kekekalan energi, yang juga dipelajari di hukum pertama termodinamika. Hukum
Hess dapat digunakan untuk mencari keseluruhan energi yang dibutuhkan untuk
melangsungkan reaksi kimia. Perhatikan diagram berikut:
Jika perubahan entalpi bersih bernilai negatif (H < 0), reaksi tersebut merupakan
eksoterm dan bersifat spontan. Sedangkan jika bernilai positif (H > 0), maka
reaksi bersifat endoterm.
Perhatikan diagram berikut:
Pada diagram di atas, jelas bahwa jika C (s) + 2H2 (g) + O2 (g) direaksikan
menjadi CO2 (g) + 2H2 (g) mempunyai perubahan entalpi sebesar -393,5 kJ.
Walaupun terdapat reaksi dua langkah, tetap saja perubahan entalpi akan selalu
konstan (-483,6 kJ + 90,1 kJ = -393,5 kJ).
Pada umumnya entalpi reaksi tergantung pada temperatur walaupun dalam banyak
reaksi ketergantungan ini sangat kecil sehingga sering diabaikan.
H untuk reaksi aA + bB cC + dD
H = c HC +d HD a HA b HB
Bila persamaan tadi didefinisikan terhadap temperatur pada tekanan tetap
didapatkan :
Ingat bahwa
Proses Isokhorik
Jika gas melakukan proses termodinamika dalam volume yang konstan,
gas dikatakan melakukan proses isokhorik. Karena gas berada dalam volume
konstan (V = 0), gas tidak melakukan usaha (W = 0) dan kalor yang diberikan
sama dengan perubahan energi dalamnya. Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai
kalor gas pada volume konstan QV.
QV = U
Proses Isobarik
Jika gas melakukan proses termodinamika dengan menjaga tekanan tetap
konstan, gas dikatakan melakukan proses isobarik. Karena gas berada dalam
tekanan konstan, gas melakukan usaha (W = pV). Kalor di sini dapat dinyatakan
sebagai kalor gas pada tekanan konstan Qp. Berdasarkan hukum I termodinamika,
pada proses isobarik berlaku
Sebelumnya telah dituliskan bahwa perubahan energi dalam sama dengan kalor
yang diserap gas pada volume konstan.
QV =U
Dari sini usaha gas dapat dinyatakan sebagai
W = Qp QV
Jadi, usaha yang dilakukan oleh gas (W) dapat dinyatakan sebagai selisih energi
(kalor) yang diserap gas pada tekanan konstan (Qp) dengan energi (kalor) yang
diserap gas pada volume konstan (QV).
Proses Adiabatik
Dalam proses adiabatik tidak ada kalor yang masuk (diserap) ataupun
keluar (dilepaskan) oleh sistem (Q = 0). Dengan demikian, usaha yang dilakukan
gas sama dengan perubahan energi dalamnya (W = U).
Jika suatu sistem berisi gas yang mula-mula mempunyai tekanan dan
volume masing-masing p1 dan V1 mengalami proses adiabatik sehingga tekanan
dan volume gas berubah menjadi p2 dan V2, usaha yang dilakukan gas dapat
dinyatakan sebagai
U f U i . Sesuai dengan
hukum kekekalan energi, bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat
dimusnahkan tetapi energi hanya dapat diubah dari satu bentuk energi ke bentuk
yang lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada proses non adiabatik energinya
telah dipindahkan dengan cara yang lain dari pelaksanaan kerja. Energi yang
dimaksud disini adalah sama dengan kalor, yaitu apabila suatu sistem, yang
lingkungannya bertemperatur berbeda dan kerja bisa dilakukan padanya,
mengalami suatu proses, maka energy yang dipindahkan dengan cara nonmekanis
yang sama dengan perbedaan antara perubahan energy internal dan kerja yang
dilakukan (Zemansky, 1986).
Hukum pertama Termodinamika mengatakan bahwa kenaikan energi internal
dari suatu sistem termodinamika sebanding dengan energi panas yang
ditambahkan ke dalam sistem dikurangi dengan kerja yang dilakukan oleh sistem
terhadap lingkungannya.
dU =dQdW
Dimana:
dU = energi internal
dQ = energi yang ditambahkan ke sistem
dW = kerja yang dilakukan oleh sistem
Q positif = energi masuk ke dalam sistem
t2
dt
Q= Q
t1
dapat diketahui bila t1 t2 telah berlalau dan setah aliran berhenti. Q bukan
merupakan fungsi koordinat termodinamik tetapi bergantug pda lintasan yang
dilalauui sistem dari keadaan awal ke keadaan akhir.
Sistem A dalam sentuhan termal sistem B yang kedua sistem tersebut dilindungi
dinding adiabat.
Untuk sistem A:
U f U i=Q+W
Untuk sistem B:
U 'f U i '=Q +W
Dengan menjumlahkannya didapat
(U f U i) (U 'f U i )=Q+Q + W +W
Q+Q'
W +W
adalah
kalor yang dipindahkan oleh sistem gabuangan. Karena sistem dilindungi dinding
adiabat,
Q+Q' =0
Q=Q '
Dalam kondisi adiabat kalor yang dibuang sistem A sama dengan kalor yang
diterima sistem B
Misal, dalam kasus sistem gabungan yang terdiri atas dua bagian hidrostatik yang
dipisahkam oleh dinding diaterm nilai dQ
dU =
U
V
U
v d +
( )
) dV
sehingga:
dQ =
U
V
U
v d +
( )
( )
( ) ( )
( )
kapasitas kalor.
b. Jika P tetap maka persamaannya berubah menjadi :
U
U
V
p=(
v+ (
+ P (
p
( dQ
)
)
)
[
]
d
berdasarkan
persamaan
Cp=Cv+
dan
[( ) ]
V
p=
U
U
CpCv
+ P V atau
=
P
( )
yang bisa
diukur.
Hukum II Termodinamika
Hukum kedua termodinamika berkaitan dengan apakah proses-proses yang
dianggap taat azas dengan hukum pertama, terjadi atau tidak terjadi di alam.
Hukum kedua termodinamika seperti yang diungkapkan oleh Clausius
mengatakan, Untuk suatu mesin siklis maka tidak mungkin untuk menghasilkan
efek lain, selain dari menyampaikan kalor secara kontinu dari sebuah benda ke
benda lain pada temperatur yang lebih tinggi".
Bila ditinjau siklus Carnot, yakni siklus hipotesis yang terdiri dari empat
proses terbalikkan: pemuaian isotermal dengan penambahan kalor, pemuaian
adiabatik, pemampatan isotermal dengan pelepasan kalor dan pemampatan
adiabatik; jika integral sebuah kuantitas mengitari setiap lintasan tertutup adalah
nol, maka kuantitas tersebut yakni variabel keadaan, mempunyai sebuah nilai
yang hanya merupakan ciri dari keadaan sistem tersebut, tak peduli bagaimana
keadaan tersebut dicapai. Variabel keadaan dalam hal ini adalah entropi.
Perubahan entropi hanya gayut keadaan awal dan keadaan akhir dan tak gayut
proses yang menghubungkan keadaan awal dan keadaan akhir sistem tersebut.
Hukum kedua termodinamika dalam konsep entropi mengatakan, "Sebuah
proses alami yang bermula di dalam satu keadaan kesetimbangan dan berakhir di
dalam satu keadaan kesetimbangan lain akan bergerak di dalam arah yang
menyebabkan entropi dari sistem dan lingkungannya semakin besar".
Mesin Kalor
Mesin kalor atau yang biasa disebut dengan mesin carnot adalah suatu alat
yang menggunakan panas/kalor (Q) untuk dapat melakukan kerja (W). Alat ini
tidak ideal, pasti ada kalor yang terbuang walaupun hanya sedikit. Ada beberapa
ciri khas yang menggambarkan mesin kalor, yaitu :
Kalor yang dikirimkan berasal dari tempat yang panas (reservoir panas)
melakukan kerja.
Kalor sisa dari input dibuang ke temperatur yang lebih rendah yang
disebut reservoir dingin
Siklus Carnot
Q W
QH Wab nRTH ln
Vb
Va
Ketika sistem tersebut melakukan siklus, tak ada perubahan energi dalam sistem.
Itu sesuai dengan Hukum I Termodinamika
Q QH QC QH QC
U Q W
0 Q W
Q W
W Q QH QC
W QH QC
W Q H QC
Q QC
Q
W
H
1 C
QH
QH
QH
Entropi
Entropi merupakan sifat keadaan suatu sistem yang menyatakan tingkat
ketidakteraturan, berkaitan dengan jumlah keadaan mikro yang tersedia bagi
molekul sistem tersebut. entropi juga dapat didefinisikan sebagai kecenderungan
sistem untuk berproses ke arah tertentu. Entropi dapat dihasilkan, tetapi tidak dapat
dimusnahkan.
Entalpi tidak dapat memprediksi apakah reaksi spontan atau tidak. Tetapi
Hukum II Termodinamika menyatakan bahwa total entropi sistem dan
lingkungannya selalu bertambah untuk proses spontan. Entropi meningkat seiring
dengan kebebasan dari molekul untuk bergerak.entropi dilambangkan dengan huruf
(S)..................S(g) >S(l) >S(s)
dS
dQ
T
proses spontan
dQrev
T
proses kesetimbangan
QP = CP dT
d 'q
T
S benda
T2
T1
dT
T
C P ln 2
T
T1
S reservoir
Q
T T1
CP 2
T2
T2
T T T1
S total S benda S reservoir C P ln 2 2
T1 T2
Perubahan entropi pada saat suhu tetap T2 menjadi semakin kecil, tetapi
perubahan entropinya tetap positif.
Hubungan antara hukum I Termodinamika dengan Hukum II Termodinamika
yaitu
Hukum I
: dQ = dU + dW
Hukum II
: dQRev = TdS
Sehingga
dW = PdV
TdS = dU + PdV
Hubungan energi dalam (U) dengan entropi (S) dan volume (V)
dU
dS
v
dV
dU = TdS PdV
dU = TdS PdVdidiferensial dengan volume konstan terhadap suhu (T)
U
T
U
T
v
Cv
v
T
H
T
p
T
P
CP
dU = TdS PdV
dS = dU/T + PdV/T
dS = CvdT/T+nRdV/V
dS = Cv d lnT + nR d lnV
S C v ln
T2
V
nR ln 2
T1
V1
S C p ln
T2
P
nR ln 2
T1
P1
dS
Q =0
S = 0
dS
PdV
dV
nR
T
V
S nR ln
V2
V1
aA + bB cC + dD
(25oC)
= S0produk - S0reaktan
S =
S =
18,07
395,1
S = 50 K/J/mol
Reaksi Reversible: Reaksi yang berjalan bolak balik, dan berjalan terus menerus
Reaksi Ireversible: Reaksi yang hanya berjalan searah dan hanya terjadi satu kali
Konsentrasi Zat:
Jika konsentrasi salah satu zat ditambah, maka reaksi kesetimbangan akan
bergeser dari arah (menjauhi) zat yang ditambah konsentrasinya.
Suhu:
Apabila temperatur sistem dinaikkan maka reaksi kesetimbangan bergeser
ke arah reaksi yang membutuhkan kalor (endoterm).
Apabila temperatur sistem dikurangi maka rekasi kesetimbangan akan
bergeser ke arah zat yang melepaskan kalor (eksoterm).
Apabila temperatur dinaikkan maka reaksi kesetimbangan akan bergeser
ke kiri karena jika temperatur sistem dinaikkan maka reaksi kesetimbangan akan
bergeser ke arah reaksi yang membutuhkan kalor (endoterm).
Volume dan Tekanan:
Apabila tekanan pada sistem ditambah/volume diperkecil maka reaksi
kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah molekul yang lebih kecil. Sifat
volume dan tekanan dalam kesetimbangan adalah bertolak belakang.
Apabila tekanan pada sistem ditambah maka reaksi kesetimbangan akan
bergeser ke kanan, karena jika tekanan ditambah maka reaksi kesetimbangan akan
bergeser ke arah jumlah molekul yang lebih kecil yakni 2.
JENIS KESETIMBANGAN
Kesetimbangan Homogen
Reaksi Kesetimbangan Homogen merupakan reaksi kesetimbangan dimana semua
fasa senyawa yang bereaksi sama. Contoh :
1. N2(g) + 3H2(g) D 2NH3(g)
2. H2O(aq) D H+(aq) + OH-(aq)
3. CH3COOH(aq) D CH3COO-(aq) + H+(aq)
Kesetimbangan Heterogen
Reaksi Kesetimbangan Heterogen adalah reaksi kesetimbangan dimana
fasa reaktan dan produk memiliki fasa yang berbeda. Contoh:
1. CaCO3(s) D CaO(s) + CO3(g)
2. Ag2CrO4(s) D Ag2+(aq) + CrO42-(aq)
3. 2 C(s) + O2(g) D 2CO(g)
MENENTUKAN
KONSTANTA
KESETIMBANGAN
BERDASARKAN
tetapan
besar merupakan
perbandingan (hasil bagi) antara konsentrasi molar ([ ]) zat-zat ruas kanan dengan
konsentrasi molar zat ruas kiri yang dipangkatkan dengan koefisiennya.
Karena fasa padat (s) dan cair (l) tidak memiliki konsentrasi, maka kedua fasa ini
tidak dilibatkan dalam rumus tetapan kesetimbangan K C (diberi nilai=1).
produk
berpangkat
kofisiennya
masing-masing
dengan tekanan
Ket
p = tekanan parsial
Ket :
pX = tekanan parsial yang dicari
nX = mol dari zat yang dicari tekanan parsialnya
En = total mol sistem
Ep = total tekanan parsial sistem
http://arsip-kimia.blogspot.co.id/2015/10/kesetimbangan-kimia-equilibrium.html
Ciri-Ciri Kesetimbangan kimia
Hanya terjadi dalam wadah tertutup, pada suhu dan tekanan tetap
Laju reaksi maju (ke kanan) sama dengan laju reaksi balik (ke kiri)
2NH3(g) H = -92 kJ
Arah pergeseran
Ke kanan(produk bertambah)
N2dikurangi
H2ditambah
Ke kanan(produk bertambah)
H2dikurangi
NH3ditambah
NH3dikurangi
Ke kanan(produk bertambah)
Jika konsentrasi salah satu zat ditambah, maka sistem akan bergeser dari arah zat
tersebut.
Jika konsentrasi salah satu zat dikurangi, maka sistem akan bergeser ke arah zat
tersebut.
Pengaruh Perubahan Suhu Terhadap Kesetimbangan
Secara kualitatif pengaruh suhu dalam kesetimbangan kimia terkait
langsung dengan jenis reaksi eksoterm atau reaksi endoterm. Reaksi eksothermis
adalah reaksi bersifat spontan, tidak memerlukan energi melainkan justru
menghasilkan energi(H reaksi negatif), sedangkan Reaksi endothermis adalah
reaksi yang membutuhkan energi/ kalor untuk bisa bereaksi(H positif). Sistem
kesetimbangan yang bersifat eksothermis ke arah kanan dan endothermis ke arah
kiri.
Jika suhu dinaikkan, maka reaksi akan bergeser ke kiri yaitu reaksi yang
bersifatendothermis. Sebaliknya bila suhu reaksi diturunkan maka reaksi akan
bergeser ke kanan yaitu reaksiyang bersifat eksothermis. Menaikan suhu, sama
artinya kita meningkatkan kalor atau menambah energi ke dalam sistem, kondisi
ini memaksa kalor yang diterima sistem akan dipergunakan, oleh sebab itu reaksi
semakin bergerak menuju arah reaksi endoterm. Begitu juga sebaliknya.
Pengaruh Perubahan Tekanan atau Volume Terhadap Kesetimbangan
Pada proses Haber Reaksi terjadi dalam ruangan tertutup dan semua spesi
adalah gas. Sehingga Perubahan tekanan dan volume hanya berpengaruh pada
sistem kesetimbangan antara fasa gas dengan gas. Sedang sistem kesetimbangan
yang melibatkan fasa cair atau padat, perubahan tekanan dan volum dianggap
tidak ada.
Menurut hukum gas ideal, bahwa tekanan berbanding lurus dengan jumlah
mol gas dan berbanding terbalik dengan volum. Jika tekanan diperbesar maka
jumlah mol juga bertambah, dan volume akan mengecil maka kesetimbangan
akan bergeser ke arah reaksi yang jumlah molnya lebih kecil. Begitu juga
sebaliknya jika tekanan diperkecil maka jumlah mol juga akan kecil, dan volume
akan besar maka kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang jumlah molnya
lebih besar.
Perhatikan reaksi berikut :
N2(g)+ 3H2(g)
2NH3(g)
H = -92 kJ
pP + qQ
pP + qQ
produk
i = io + RT ln ai
aktivitas:konsentrasi efektif
aktivitas = koefisien aktivitas x konst
koefisien aktivitas: suatu bilangan yang menunjukkan besarnya angka
penyimpangan yang terjadi dari sifat ideal suatulart standart.
G = Go + RT ln K..... dimana K=
a p p.a q Q
a q A.a p B
S
p
G = H TS
G=H+T
G/ T2 = H/ T2 + T/ T2
G 1 dG
T 2 T dT derivat dari
Go = - RT lnK.......
G / T
d G / T
dT ......
G / T
G 1 G
T 2 T T
H
T2
H
T2
H
T 2 ...(a*)
G O
R ln K
T
....... (b*)
d ln K H o
dT
RT 2 persamaan : vant Hoff
LnK =
H o
RT
konstanta
Alternatif hasil integral persamaan ini dalam batas 2 nilai suhu sistem,
ln
K 2 H o
K1
R
1 1
T1 T2
OH- + H3O+
H+ + OH-......[H+] = [OH-]
larutan asam:
[H+]> 1,0 x 10-7 mol L-1
Kw konstan, maka [OH-]< 1,0 x 10-7 mol L-1
Kw
H
Yaitu berdasarkan: [OH-] =
larutan basa
[OH-]> 1,0 x 10-7 mol L-1
Kw konstan, maka [H+]< 1,0 x 10-7 mol L-1
Kw
OH
Yaitu berdasarkan: [H+] =
<< 1, nilai
Ka
c
berikut:
Dimana : c : konsentrasi larutan asam lemah
Ka : konstanta keseimbangan disosiasi asam lemah.
Prinsip persamaan ini juga berlaku untuk larutan basa lemah dengan mengganti
simbol Ka dengan Kb, dimna Kb: konstanta keseimbangan disosiasi basa lemah
dan c : konsenttrasi larutan basa lemah.
Konstanta keseimbangan pada hidrolisis larutan aqueous garam: hidrolisis
senyawa garam dalam larutan aqueous:
Tipe senyawa garam berdasarkan hasil reaksi antara asam dan basa,
1.
2.
3.
4.
Garam yang berbentuk dari reaksi asam kuat + basa kuat, misal: NaCl
Garam yang berbentuk dari reaksi asam kuat + basa lemah, misal: NH4Cl
Garam yang berbentuk dari reaksi asam lemah + basa kuat, misal: NaAc
Garam yang berbentuk dari reaksi asam lemah + basa lemah, misal: NH4Ac
HAc
Na + + Ac-, dengan
Ka HAc
[ H+ ] =
Ph = 2,88
PH larutan HAc 0,10 M mengandung 0,09 mol NaAc
H+ + Ac-[ HAc ] = (c ac) , nilai ac diabaikan karena <<
HAc
(c -
c )
(ac)
(ac)
karena <<
NaAc
Na+ +
(C)
(C)
H Ac
Ka =
HAc
Ac(c)
Sistem campuran asam lemah ataupun basa lemah yang bercampur dengan
ion senama nya, memiliki sifat buffer. Ion senama tersebut biasanya berasaldari
senyawa garam. Larutan buffer yaitu larutan yang dapat menahan perubahan PH
ketika sejumlah kesil asam atau basa ditambahkan.
Terdapat 2 tipe sistem larutan buffer:
1. Sistem campuran asam lemah dan garamnya, misal: Hac-NaAc
2. Sistem campuran basa lemah dan garamnya, misal: NH4OH-NH4Cl
Larutan buffer campuran Hac-NaAc
H cc Ka
H+ + Ac-
HAc
(c -
c )
-log
(ac)
asam Ka
H =
......
(ac)
garam
garam
+
NaAc
Na +
(C)
(C)
Ac
asam
PH = pKa+ log
(c)
H+ +
Ac+
HAc
HAc
H2O + Ac-
NH OH
Kb NH 4 OH
NH4OHNH4+ + OH-Kb
NH 4 OH
(ac)[OH-] =
[OH-]=
NH 4
C
Kb
C
(c ac)
(ac)
NH4Cl NH4+ +
(C)
(c)
(C)
[H+] =
Kw
OH
basa
garam
H+ +
NH4OHH2O + NH4+
+
NH4+NH4OH
Contoh soal:
1. Penyiapa larutan buffer campuran asam asetat- natrium asetat. Berapa
rasio molar[garam]/[asam] yang diperlukan untuk menyiapkan larutan
buffer dengan PH = 5,2. Diketahui Ka asam asetat = 1,75 x 10-5
2. Penyiapan larutan buffer campuran ephedrine- ephedrine hydrocloride.
Berapa rasio molar[basa]/[garam] yang diperlukan untuk menyiampakn
larutanbufeer dengan PH = 10,4. Diketahui Kb ephedrine = 2,29 x 10-5
dan Kw 1,0 x 10-14.
Larutan dapar (buffer solution) merupakan nama lain dari penyangga (Purpasari,
2010). Larutan penyangga atau larutan buffer atau larutan dapar merupakan suatu
larutan yang dapat menahan perubahan pH yang besar ketika ion ion hidrogen
atau hidroksida ditambahkan, atau ketika larutan itu diencerkan. Secara umum,
larutan buffer mengandung pasangan asam basa konjugat atau terdiri dari
campuran asam lemah dengan garam yang mengandung anion yang sama dengan
asam lemahnya, atau basa lemah dengan garam yang mengandung kation yang
sama dengan basa lemahnya. Oleh karena mengandung komponen asam dan basa
tersebut, larutan buffer dapat bereaksi dengan asam (ion H +) maupun dengan basa
(ion OH-) apa saja yang memasuki larutan. Oleh karena itu, penambahan sedikit
asam ataupun sedikit basa ke dalam larutan buffer tidak mengubah pH-nya.
Larutan penyangga dapat dibedakan atas larutan penyangga asam dan larutan
penyangga basa. (Underwood, A.L., 2002 ).
Mekanisme sebagai pendapar dapat digambarkan oleh larutan dapar asam asetat
(CH3COOH) dan natrium asetat (CH3COONa), bila ditambahkan basa (OH-) maka
reaksi yang terjadi adalah (Mirawati, 2011):
CH3COOH + OH-
CH3COO- + H2O
Bila yang ditambahkan dalam larutan adalah asam (H +) maka reaksi yang terjadi
adalah :
CH3COONa + H+
CH3COOH + Na+
menggunakan
persamaan
Henderson-Hasselbach
(Anonim, 2011) :
1.
2.
sebagai
berikut
Untuk basa :
Ph= pka+ log basa/garam
Fungsi larutan penyangga dalam bidang farmasi
Buffer pada bidang farmasi banyak digunakan untuk menetralkan darah
atau biasanya pada kasus keracunan. Dalam bidang farmasi (obat-obatan) banyak
zat aktif yang harus berada dalam keadaan pH stabil. Perubahan pH akan
menyebabkan khasiat zat aktif tersebut berkurang atau hilang sama sekali. Untuk
obat suntik atau obat tetes mata, pH obat-obatan tersebut harus disesuaikan
dengan pH cairan tubuh. pH untuk obat tetes mata harus disesuaikan dengan pH
air mata agar tidak menimbulkan iritasi yang mengakibatkan rasa perih pada mata.
Begitu juga obat suntik harus disesuaikan dengan pH darah agar tidak
menimbulkan alkalosis atau asidosis pada darah.
Perubahan pH pada larutan obat dapat merusak komposisi, fungsi, dan efektivitas
obattersebut. Oleh karena itu, obat-obatan dalam bentuk larutan sering kali
bertindak sebagai sistem penyangga bagi obat itu sendiri untuk mempertahankan
kadar larutan obat tetap berada dalam trayek pH tertentu.
Larutan Penyangga pada Obat-Obatan : asam asetilsalisilat merupakan
komponen utama dari tablet aspirin, merupakan obat penghilang rasa nyeri.
Adanya asam pada aspirin dapat menyebabkan perubahan pH pada perut.
Perubahan pH ini mengakibakan pembentukan hormon, untuk merangsang
penggumpalan darah, terhambat; sehingga pendarahan tidak dapat dihindarkan.
Oleh karena itu, pada aspirin ditambahkan MgO yang dapat mentransfer kelebihan
asam.
Kapasitas buffer (
Besarnya resistnsi suatu buffer terhadap perubahan PH. Istilah lain: Nilai
buffer, efisiensi buffer, indeks buffer.
Kapasitas buffer didefenisikan sebagai rasio penambahan basa kuat
( atauasam kuat) terhadap jumlah campuran suatu buffer yang relatif tidak
menyebabkan terjadinya perubahan PH sistem larutan buffer.
B
pH
PH larutan
4,76
Kapasitas buffer
-
0,01
4,85
0,11
0,02
4,94
0,11
0,03
5,03
0,11
0,04
5,13
0,10
0,05
5,24
0,09
0,06
5,36
0,08
2,303C
Ka H
Ka H
H
max 2,303C
2 H
2
0,5758C
Contoh soal:
1. Hitung kapasitas suatu buffer yang disiapkan untuk PH = 4,76 dengan
menggunakan campuran asam asetat dan natrium asetat dalam jumlah molar
yang sama (0,01 M). Diketahui Ka asam asetat = 1,75 x 10-5
= 0,02
2. Siapkan suatu larutan buffer PH = 5,0 dan
Parameter penting yang diperlukan dalam peyiapan larutan buffer adalah:
PH, rasio molar [garam]/[asam] atau rasio molar [basa]/[garam].
Catatan : koefisien aktivitas dan persamaan buffer. Perhitungan-perhitungan pada
buffer dengan akurasi lebig tinggi lagi:gunakan konsentrasi efektif yaitu : a =
c
Misal: buffer campuran asam asetat natrium asetat.
HAc
H+ + Ac
NaAc
Log
Log
-Log
asam
garam
a H log Ka log
Ac
garam log
asam
log AC
garam log
AC
asam
AC
HAc.C HAc
HAc.C HAc
C HAC
1
log
C AC
AC
a H log Ka log
PH = pKa + log
Ka =
H . C H Ka
.C H Ac .C Ac
.C Ac
garam 0,5
asam
PH = pKa + log
Dimana : kekuatan ionik. Menurut teori Debye Huckel : niali kekuatan ionik
untuk larutan aqueous ion-ion univalent tidak lebih besra dari 0,2 pada suhu 25oC.
Contoh soal:
Larutan buffer terdiri dari campuran asam format dan natrium format masingmasing dalam jumlah 0,05 dan 0,10 mol L-1. Ka asam format diketahui = 1,78 x
10-4 dan kekuatan ionik larutan diketahui = 0,10. Hitung PH larutan
buffer( denagn dan tampa memperhitungkan koreksi koefisien aktivitas).
M . A
M A
(MxAv) (s)
........Ksp =
M . A
Bial
M . A
= Ksp
larutan jenuh
Bial
M . A
< Ksp
Bial
M . A
= Ksp
Nilai Ksp dipengaruhi oleh suhu, secara umum nilai Ksp suatu senyawa ionik
meningkat dengan kenaikan suhu. Ksp senyawa ionik sulit larut bernilai tetap
pada suhu tertentu, dan nilai Ksp yang dicantumkan dalam handbook adalah
padaa kondisi standar (25oC).
Penggunaan Ksp hanya untuk senyawa ionik sulit larut/sedikit larut
ionik
Menentukan kelarutan suatu senyawa ionik, dan sebaliknya nilai Ksp suatu
senyawa ionik dapat ditentukan bila kelarutannya diketahui.
Contoh soal:
1. Pada suhu 25oC, 0,05ml AgNO3 0,01 M, ditambahkan kedalam10 ml NaCl 0,01M,
apakah akan terbentuk endapan AgCl, bila diketahui Ksp AgCl = 1,8 x 10-10
2. Hitung kelarutan AgCl pada suhu 25oC. Jika diket Ksp(289 K)=AgCl = 1,8 x 10-10
3.
Hitung Ksp PbCl2 pada suhu 25oC,bila diket kelrutan PbCl2 pada suhu yang sama
= 0,016 mol L-1
Pengaruh ion senama terhadap kelarutan senyawa- senyawa ionik.
Penambahan ion senama kedalam suatu larutan jenuh senyawa ionik akan
menyebabkan kelarutan senyawa tersebut berkurang (terbentuk endapan).
Misal: larutan jenuh CaSO4, berada dalam keadaan setimbang seperti berikut,
CaSO4(s)Ca2+(aq)
SO42- (aq)
Bila kedalam larutan ini ditambahkan NaSO 4 maka kesimbangan akan bergeser
kekiri sehingga terbentuk endapan CaSO4.
Kelarutan AgCl dalam larutan HCl encer < kelarutan AgCl dalam H2O, hal ini
dikarenakan adanya efek ion senama (Cl-) dalam kelarutan HCl encer.
Contoh soal:
1. Diket pada suhu 25oC, Ksp AgCl = 1,8 x 10 -10. Hitung kelarutan AgCl
dalam:
a. Air
b. HCl 0,1 M
KONSTANTA KESEIMBANGAN PADA ION KOMPLEKS:
Contoh ion kompleks: [Ag(CN)2]- ; [Zn(CN)4]2- ; [Co(NH3)6]3+
(A. Werner, 1893):
Atom logam mempunyai 2 jenis valensi
Valensi primer : berdasarkan banyaknya e yang dapat dilepaskan oleh atom logam
Valensi sekunder : berdasarkan kemampuan ion logam (pusat) membentuk ikatan
kovalen koordianat dengan gugus terkoordinasi (ligant).
Tipe ligant :
En : etilendiamina
Oks:: oksalat
O-fen : o-fenantrolin
Dien: dietilentriamina
Trien : trietilenteraamina
EDTA
HUKUM HENRY
C ; Konsentrasi
K ; konstanta (mol/L atm)
P ; tekanan
contohnya NH3
yaitu
ada
unsur N
dan
H.
Jadi gas yang sama sifat keelektonegatifan dengan pelarut dalam hal ini cairan,
maka gas itu akan larut. Sayangnya kebanyakan gas bersifat Non polar dan pelarut
dalam hal ini cairan kebanyakan bersifat polar. Jika dua senyawa mempunyai
kepolaran yang sama maka akan saling melarutkan, tetapi jika senyawa yang satu
Non polar dan yang satunya lagi polar, maka tidak akan atau sedikit terjadi
kelarutan.
Kelarutan suatu gas dalam cairan dapat terjadi baik secara fisika maupun
secara kimia. Gas terlarut tanpa bereaksi dengan pelarutnya. Kelarutan gas secara
fisika sangat kecil, hal ini terjadi karena perbedaan kepolaran antara gas dan
pelarutnya juga kecil, contoh kelarutan gas 02, N2 atau H2 dalam air. Jadi gas 02,
N2 atau H2 kecil kelarutannya dalam air karena perbedaan kepolarannya kecil.
Gas 02, N2 atau H2 merupakan gas-gas diatomik atau dua atom non polar yang
dimana karena non polar berarti tidak ada perbedaan keelektronegatifan.
Gas yang terlarut bereaksi dengan pelarutnya, sehingga kelarutan gas
menjadi lebih besar. kelarutan gas secara kimiawi sangat besar karena perbedaan
kepolarannya sangat besar, contoh : NH3 + H2O. dalam reaksi ini juga terjadi
jembatan hidrogen antara gas NH3 dengan air. Pada contoh diatas dapat dilihat
adanya kesamaan kepolaran antara gas NH3 yang bersifat polar, dengan H2O atau
air yang bersifat polar juga, selain karena sama- sama polar, kelarutan kedua
senyawa ini juga semakin besar akibat adanya jembatan hidrogen yang terbentuk.
Jembatan hidrogen atau ikatan hidrogen adalah sejenis gaya tarik antar molekul
yang terjadi antara dua muatan listrik parsial dengan polaritas yang berlawanan.
Suatu gas dikatakan dapat larut dalam sangat di pengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu faktor kepolarannya, faktor adanya ikatan atau jembatan hidrogen,
faktor Temperatur,faktor tekanan dan faktor adanya zat terkarut lainnya
suatu ikatan antar elektron pada unsur-unsurnya. Hal ini terjadi karena unsur
yang berikatan tersebut mempunyai nilai keelektronegatifitas yang berbeda,
sedangkan senyawa Non polar adalah senyawa yang terbentuk akibat
adanya suatu ikatan antar elektron pada unsur-unsur yang membentuknya.
Hal
ini
terjadi
karena
unsur
yang
berikatan
mempunyai
nilai
o Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya, bahwa kelarutan suatu gas dalam
cairan akan besar jika ada kepolaran antara gas tersebut dengan cairan
tersebut. Jadi senyawa Polar jika bertemu dengan senyawa polar, maka akan
mudah untuk larut, sedangkan senyawa Non polar bertemu dengan senyawa
polar maka akan tidak atau sedikit saling melarutkan.
Faktor Temperatur
o Kelarutan suatu gas dalam cairan juga ditentukan oleh temperatur, dimana
jika temperaturnya tinggi, maka kelarutan gas dalam cairan akan semakin
kecil begitu pula jika temperatur suhunya diturunkan maka kelarutan suatu
gas dalam cairan makin mudah.
o Kenaikan temperatur atau suhu akan menyebabkan kelarutan gas dalam
cairan makin kecil hal ini terjadi karena pada temperatur yang meningkat
menyebabkan energi kinetik gas meningkat, molekul gas bergerak semakin
cepat sehingga mudah meninggalkan pelarutnya.
o Faktor zat terlarut lainnya adalah dalam liqiud atau cairan terdapat zat
terlarut lain selain gas. adanya faktor zat terlarut lainnya ada dua efek yaitu
dapat menaikan atau menurunkan kelarutan gas dalam larutan.
o Apabila zat terlarut lain dapat bereaksi dengan gas terlarut, kelarutan gas
naik. contoh CO2 dalam larutan NaOH. Pada contoh ini terjadi reaksi CO2 +
NaOH yang terjadi adalah NaCO2 (natrium carbonat). Natrium carbonat
adalah garam juga, jadi hasilnya garam, dimana adalah CO2 adalah oksida
asam.
o Apabila zat terlarut lain tidak bereaksi dengan gas terlarut, kelarutan gas
berkurang. contohnya O2 dalam larutan Nacl (garam). Jika zat yang terlarut
itu adalah garam-garaman (jadi garam dilarutkan dalam air, dan didalam
larutan garam tersebut larut O2) misalnya pada air laut. Garam garam
bersifat hidroskopis yaitu menarik air, sehingga air yang dipakai untuk
melarutkan O2 (zat terlarut) menjadi sedikit, sehingga kelarutannya kecil.
Contoh larutan gaseous:
Larutan HCL
Larutan ammonia
Minuman berbuih (mengandung CO2)
Produk aerosol (CO2 atau N2)
Faktor Tekanan
Hukum henry :
Dalam keadaan setimbang ( pada temperatur konstan), konsentrasi gas yang
terlarut sebanding dengan tekanan parsial gas (dalam fase gas)
Catt :
Faktor Temperatur
o Kelarutan suatu gas dalam cairan juga ditentukan oleh temperatur, dimana
jika temperaturnya tinggi, maka kelarutan gas dalam cairan akan semakin
kecil begitu pula jika temperatur suhunya diturunkan maka kelarutan suatu
gas dalam cairan makin mudah.
o Kenaikan temperatur atau suhu akan menyebabkan kelarutan gas dalam
cairan makin kecil hal ini terjadi karena pada temperatur yang meningkat
menyebabkan energi kinetik gas meningkat, molekul gas bergerak semakin
cepat sehingga mudah meninggalkan pelarutnya
hati2 membuka tutup larutan gaseous ( misal daalm botol) pada kondisi
panas
misalnya untuk membuka tutup larutan gaseous etil nitral lakukan dengan
direndam dalam air.
Soal
1. calculate the concentration of CO2 in a soft drink that is bottled with a
parsial pressure of CO2 of 4.0 atm over the liquid at 25 0C. the henry law
constan for CO2 in water at this temperatur is 3.4 x 10-2 mol/ Latm
2. calculate the concebtration of CO2 in a soft drink after the bottle in opened
and equilibrates at 250C under a CO2 pertial pressure of 3.0 x 10-4 atm.
3. when the partial pressure of nitrogen over a sample of water at 19.4 0C is
9.20 atm, the concentratiaon of nitrogen in the water is 5.76 x
10-3
mol L-1.
BM
23,76mmHg
24,1g
0,07mol
BM
24,1g
0,07 mol
BM = 344,29 g/mol
kg
3x1000 g
BM zat terlarut = Kf
1000 gXzatterlarut
gpelarutXTf
1000 gX 2 g
0,6095 Kx100 g
1,043
Tfnormal
0,0186
I=
Ka=
Equation
i 1 1,043 1 0,043
v 1
2 1
2c
1 =1,93 x 10-5
kH. pc
Pgas
Caq
kH. pc
Caq
Pgas
kH . px
Pgas
Xaq
kH.cc
Caq
Cgas
dimensio
Lso ln .atm
mo lg as
mo lg as
Lso ln .atm
n
O2
769.23
1.3 E-3
H2
1282.05
7.8 E-4
CO2
29.41
3.4 E-2
N2
1639.34
6.1 E-4
He
2702.7
3.7 E-4
Ne
2222.22
4.4 E-4
Ar
714.28
1.3 E-3
CO
1052.63
9.5 E-4
Tabel some forms of henry law and constans.
atm.molso ln dimensionless
mo lg as
4.259 E4
7.099 E4
0.163 E4
9.077 E4
14.97 E4
12.30 E4
3.955 E4
5.828E4
3.180 E-2
1.907 E-2
0.8317
1.492 E-2
9.051 E-3
1.101 E-2
3.425 E-2
2.324 E-2
Conc T. Beku
1 m -1,860C
(atm)
Cons
0,01M 0,224
KCl
1 m -3,450C
0,01M 0,435
NiCl2
1m -5,380C
BaCl2
0,01M 0,610
I=
nilaikolig atifyangdiukur
nilaikolig atifnormal
I=
jumlahpartikelterdisosiasi
jumlahpartikelsebelu mdisosiasi
I = 2,3, dst untuk larutan eletrolit kuat dan i tergantung pada nilai untuk larutan
elektrolit lemah
I = 1 + (v-1).
Dalam kinetika kimia yang dipelajari adalah laju reaksi kimia dan energi
yang berhubungan dengan proses tersebut, serta mekanisme berlangsungnya
proses tersebut. Mekanisme reaksi adalah serangkaian tahap reaksi yang terjadi
secara berturutan selama proses pengubahan reaktan menjadi produk. Perubahan
kimia atau reaksi kimia berkaitan erat dengan waktu. Kinetika kimia menjelaskan
hubungan antara perubahan konsentrasi reaktan atau produk sebagai fungsi waktu.
Kinetika reaksi kimia merupakan bidang ilmu yang mempelajari laju reaksi
kimia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Laju reaksi atau kecepatan
reaksi tersebut merupakan perubahan konsentrasi reaktan terhadap waktu. Laju
reaksi maupun perubahan konsentrasi tidak dapat hanya dengan diramalkan atau
ditentukan dari persamaan reaksi keseluruhan, akan tetapi harus melalui
eksperimen atau percobaan.
Bentuk/tipe reaksi utama yang dapat menyebabkan terjadinya degredasi
senyawa obat:
Hidrolisis
Oksidasi
Dekomposisi fotokimia
Isomerasasi
Polimerasasi
HIDROLISIS
Misalnya:
Aspirin + H2O
Prokain + H2O
Senyawa- senyawa obat rentan terhadap hidrolisis, antara lain golongan ester,
amida, laktam, dan imida.
Proteksi degredasi hidrolisis, misalnya:
OKSIDASI
Misalnya:
Asorbic acid + H2O
Dehydroascorbic acid
Golongan senyawa kimia obat yang rentan terhadap oksidasi antara lain: golongan
streroid, asam-asam lemak tidak jenuh dan senyawa obat yang mengandung ikatan
rangkap terkonyugasi.
Peoteksi degredasi oksidatif:
Eliminasi O2
Gas inert
Kemasan vakum
Penambahan antioxidant kedalam sistem sediaan
Pengaturan temperatur
Pengaturan cahaya
Hindari kontak dengan ion-ion logam berat seperti besucobalt dan nikel
KINETIKA REAKSI
Laju reaksi
Faktir faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Mekanisme reaksi
Laju reaksi:
Jumlah mol reaktan persatuan volume yang bereaksi per satuan waktu. Satuan :
mol L-1 detik-1
Hukum laju reaksi:
Persamaan dasar reaksi
REAKTAN PRODUK
(R)
(P)
V=
d R
dt
d P
dt
d R
dt
= k
x : order reaksi
Salah satu contoh yang dipengaruhi oleh laju reaksi adalah perkaratan pada
besi.Sesungguhnya karat hanyalah sebagian dari produk akibat proses
korosi. Fontana, mendefinisikan korosi sebagai fenomena kerusakan material
yang diakibatkan oleh adanya reaksi kimia antara material tersebut dengan
lingkungan yang tidak mendukung. Definisi material yang dimaksud disini tidak
hanya reaksi anoda diindikasikan dengan naiknya bilangan valensi dan terjadinya
produksi elektron. Reaksi katoda diindikasikan dengan terjadinya konsumsi
elektron sehingga menyebabkan penurunan jumlah elektron. Hal ini merupakan
prinsip utama korosi yang dapat dituliskan Ketika suatu logam terjadi korosi
maka laju oksidasi akan sama dengan laju reduksi (Ashadi dkk, 2002).
Orde reaksi adalah jumlah pangkat konsentrasi dalam bentuk diferensial.
Secara teoritis orde reaksi merupakan bilangan bulat kecil, namun dalam beberapa
hal pecahan atau nol. Pada umumnya orde reaksi terhadap suatu zat tertentu tidak
lama dengan koefisien dalam persamaan stoikiometri reaksi. Reaksi Orde Nol.
Suatu reaksi disebut orde ke nol terhadap suatu pereaksi jika laju reaksi tidak
dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi tersebut. Jika [A] adalah konsentrasi dan
[A]0 adalah konsentrasi pada saat t = 0. Reaksi Orde Satu, reaksi Orde dua
(Prayitno, 2007).
Orde reaksi
0, 1, 2, ..., pecahan, pseudo, campuran dan negatif.
Hukum persamaan laju reaksi menurut ordernya:
A Produk
.....
Vk
A + B + dst Produk
.....
Vk
= x, dan terhadap B
=y
Bila B
Vk
Maka V k
, .....
.....
reaksi order ke 2.
A , .....
V k
Selanjutnya bila
....
maka V k, pseudo
order 0.
Contoh pseudo order
Hidrolisis
sukrosa
dalam
suasana
asam),.......v
[sukrosa][H+]
Selanjutnya bila ampisilin dalam sediaan suspensi yang dibufer, maka kinetika
order hidrolisis ampisilin = pseudo order 0.
dc
dt
= kCx......
dc
dt
dc
dt
=k
dc
=k disusun menjadi dc = kdt .....atau dC = - kdt
dt
t
dC=K dt Ct =Cokt
o
Reaksi Order 1;
dc
dc
=kCx .C X=1 maka
=kC
dt
dt
dc
dc
dc
=kC disusun menjadi
=kdt . atau =kdt
dt
dt
c
t
dcc
0
= -K
dt InCt= C 0kt
0
dc
dt
Reaksi Order 2 :
dc
dc
KC dimana X=2 . maka
dt
dt
1
1
kt
C
C
O
t
atau
Kc
1
1
kt
C
C
O
t
Penetapan Order reaksi dan konstanta laju reaksi (harus) melalui percobaan:
Metode
Metode laju reaksi awal/ dan dikombinasi dengan metode isolasi/ pseudo
order reaksi
Metode integrasi (: mencocokan hasil pengolahan data percobaan dengan
persamaan laju reaksi yang sesuai).
.1
2
3
4
[NO]
[Br2]
v reaksi
(mol L-1)
(mol L-1)
(mol L-1det-1)
0,2
0,2
0,2
0,3
0,1
0,2
0,3
0,1
48
96
144
108
20
50
75
165
Ct (M) :
NH4CNO (NH2)2CO
V= K [NH4CNO].....X=?
Uji dengan pers laju reaksi order ke nol
Ct = C0-kt
Plot Ct Vs t dan evaluasi grafik
Uji dengan pers laju reaksi order ke satu:
InCt = In C0 kt
Plot In Ct Vs dan evaluasi grafik
uji dengan pers laju reaksi order ke dua:
1
1
=
+ kt
Ct
Co
Menetapkan nilai waktu paruh (t1/2 ) dan umur simpan (nilai t90 ) untuk
reaksi-reaksi order ke nol dan ke satu.
T1/2 =
0,5Co
k
T90 =
0,1Co
k
T1/2 =
0,693
k
T90 =
0,105
k
Dekomposisinya seperti berikut ini, yaitu pada suhu: 120 = 3,258 x 10-4 det-1,
130 = 8,38 x 10-4 det-1 dan 140 = 1,350 x 10-3 det-1
Hitung: Ea, k (25) , dan t(90,25).
Diketahui R = 8,314 JK-1 mol-1.
Ea = 90,77 kj mol-1
K(298) = 4,995 x 10-8 det -1.
T90 =
0,105
k
-1
H2O2 = 0,01; 0,02; dan 0,05 M. Konsentrasi enzim katalase = 4,0 x 10-8 M.
Hitung VMAX; Konstanta Michaelis; dan bilangan turnover enzim
*). Dekomposisi H2O2 pada suhu yang dikatalis oleh ion Fe3+ menunjukkan reaksi
order pertama, dan laju dekomposisinya ditetapkan secara permanganometri.
Setiap selang waktu 5 menit, sebanyak 10 Ml H2O2 0,3% yang mengandung Fe
(NO3)3 0,0500 M dititer dengan KmnO4 0,0200 M dalam suasana asam secara
duplo. Volume rata-rata titran KmnO4 pada 10 menit = 6,42 mL ; 15 menit = 5,0
Ml; 20 menit = 3,90 ml.
Karena konsentrasi H2O2 berbanding lurus dengan volume titran KmnO 4 yang
ekivalen dengan 10 ml H2O2 , maka dapat berlaku Ln Vt = Ln Vo kt.
Hitunglah konstanta laju dekomposisi H2O2 dan t1./2 nya.
*) Laju pertumbuhan bakteri Lactobacillus acidophilus ( dalam suatu media)
selama fase pertumbuhan exponensial menunjukkan = 9,24 x 10 -3 menit
-1
Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling
melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara
fisik. Larutan terdiri atas zat terlarut dan pelarut. Berdasarkan daya hantar
listriknya (daya ionisasinya), larutan dibedakan dalam dua macam, yaitu larutan
elektrolit dan larutan non elektrolit.
Sifat elektrolit dan non elektrolit didasarkan pada keberadaan ion dalam
larutan yang akan mengalirkan arus listrik. Jika dalam larutan terdapat ion, larutan
tersebut bersifat elektrolit. Jika dalam larutan tersebut tidak terdapat ion larutan
tersebut bersifat non elektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat
menghantarkan arus listrik. Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat
ppm). Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai
encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi).
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya
zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut
(konsentrasi zat terlarut). Hukum Roult merupakan dasar dari sifat koligatif
larutan. Keempat sifat itu ialah :
1. Penurunan tekanan uap relatif terhadap tekanan uap pelarut murni
2. Peningkatan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Gejala tekanan osmotik.
Sifat koligatif larutan dapat dibedakan menjadai dua macam, yaitu sifat
larutan nonelektrolit dan elektrolit. Hal itu disebabkan zat terlarut dalam larutan
elektrolit bertambah jumlahnya karena terurai menjadi ion-ion, sedangkan zat
terlarut pada larutan nonelektrolit jumlahnya tetap karena tidak terurai menjadi
ion-ion, sesuai dengan hal-hal tersebut maka sifat koligatif larutan nonelektrolit
lebih rendah daripada sifat koligatif larutan elektrolit. Larutan merupakan suatu
campuran yang homogen dan dapat berwujud padatan, maupun cairan. Akan
tetapi larutan yang paling umum dijumpai adalah larutan cair, dimana suatu zat
tertentu dilarutkan dalam pelarut berwujud cairan yang sesuai hingga konsentrasi
tertentu.
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan
sifat larutan itu sendiri. Namun sebelum itu kita harus mengetahui hal- hal berikut
Fraksi mol, yaitu perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah mol
zat pelarut dan zat terlarut.
a.
gas. Ada kecenderungan bahwa suatu zat cair akan mengalami penguapan.
Kecepatan penguapan dari setiap zat cair tidak sama, tetapi pada umumnya cairan
akan semakin mudah menguap jika suhunya semakin tinggi.
Penurunan tekanan uap adalah kecenderungan molekul-molekul cairan
untuk melepaskan diri dari molekul-molekul cairan di sekitarnya dan menjadi uap.
Jika ke dalam cairan dimasukkan suatu zat terlarut yang sukar menguap dan
membentuk suatu larutan, maka hanya sebagian pelarut saja yang menguap,
karene sebagian yang lain penguapannya dihalangi oleh zat terlarut. Besarnya
penurunan ini di selidiki oleh Raoult lalu dirumuskan sebagai berikut.
Banyak sedikitnya uap diatas permukaan cairan diukur berdasarkan
tekanan uap cairan tersebut. Semakin tinggi suhu cairan semakin banyak uap yang
berada diatas permukaan cairan dan berarti tekanan uapnya semakin tinggi.
Jumlah uap diatas permukaan akan mencapai suatu kejenuhan pada tekanan
tertentu, sebab bila tekanan uap sudah jenuh akan terjadi pengembunan, tekanan
uap ini disebut tekanan uap jenuh.
Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi
penurunan tekanan uap. Pada suhu 20 C tekanan uap air jenuh diatas permukaan
air adalah 17,53 mmHg. Besarnya penurunan tekanan uap air akibat adanya zat
terlarut disebut penurunan tekanan uap larutan.
Sejak tahun 1887 1888 Francois Mario Roult telah mempelajari
hubungan antara tekanan uap dan konsentrasi zat terlarut, dan mendapatkan suatu
kesimpulan bahwa besarnya tekanan uap larutan sebanding dengan fraksi mol
pelarut dan tekanan uap dari pelarut murninya. Penurunan tekanan uap menurut
hukum Roult, tekanan uap salah satu cairan dalam ruang di atas larutan ideal
bergantung pada fraksi mol cairan tersebut dalam larutan P A = XA . PAo. Dari
hukum Roult ternyata tekanan uap pelarut murni lebih besar daripada tekanan uap
pelarut dalam larutan. Jadi penurunan tekanan uap pelarut berbanding lurus
dengan fraksi mol zat terlarut.
P = Po . X pelarut
P = tekanan uap larutan
X = fraksi mol
P = tekanan uap pelarut murni
Terjadinya penurunan tekanan uap larutan disebabkan oleh adanya zat
terlarut. Untuk menentukan seberapa besar pengaruh jumlah partikel zat terlarut
terhadap penurunan tekanan uap dapat dituliskan :
P = Po P
Karena X1 = 1-X2 untuk larutan yang terdiri atas dua komponen, maka hukum
Roult dapat ditulis :
P larutan = X pelarut . P pelarut
Jadi, perubahan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol
zat terlarut. Tanda negatif menyiratkan penurunan tekanan uap. Tekanan uap
selalu lebih rendah diatas larutan encer dibandingkan diatas pelarut murninya.
b. Peningkatan Titik Didih
Sifat yang berikutnya adalah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku.
Titik didih larutan selalu lebih tinggi dibandingkan titik didih pelarut. hal
sebaliknya berlaku pada titik beku larutan yang lebih rendah dibandingkan
pelarut. Sifat ini dirumuskan sebagai berikut :
Bila suatu zat cair dinaikkan suhunya, maka semakin banyak zat cair yang
menguap. Pada suhu tertentu jumlah uap diatas permukaan zat cair akan
menimbulkan tekanan uap yang sama dengan tekanan udara luar. Keadaan saat
tekanan uap zat cair diatas permukaan zat cair tersebut sama dengan tekanan
udara disekitarnya disebut mendidih dan suhu ketika tekanan uap diatas pemukaan
cairan sama dengan tekanan uap luar disebut titik didih. Pada saat zat konvalatil
ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi kenaikan titik didih dari larutan
tersebut.
Titik didih air murni pada tekanan 1 atm adalah 100 C. Hal itu berarti
tekanan uap air murni akan mencapai 1 atm ( sama dengan tekanan udara luar)
pada saat air dipanaskan sampai 100 C. Dengan demikian bila tekanan udara luar
kurang dari 1 atm (misalnya dipuncak gunung) maka titik didih air kurang dari
100 C.
Bila kedalam air murni dilarutkan suatu zat yang sukar menguap, maka
pada suhu 100 C tekanan uap air belum mencapai 1 atm dan berarti air itu belum
mendidih. Untuk dapat mendidih ( tekanan uap air mencapai 1 atm) maka
diperlukan suhu yang lebih tinggi. Besarnya kenaikan suhu itulah yang disebut
kenaikan titik didih.
Menurut hukum Roult, besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding
dengan hasil kali molalitas larutan (m) dan kenaikan titik didih molalnya (Kb).
Dapat dirumuskan sebagai :
Tb = Kb . m
Atau
Tb = Kb ( n x 1000 )
Tb = besar penurunan titik beku
Kb = konstanta kenaikan titik didih
m
= molalitas dari zat terlarut
n
= jumlah mol zat terlarut
p
= massa pelarut
Harga Kb bervariasi untuk masing-masing pelarut. K b diperoleh dengan
mengukur kenaikan titik didih dari larutan encer yang molalitasnya diketahui
(artinya, mengandung zat terlarut yang diketahui jumlah dan massa molalnya).
Titik didih larutan merupakan titik didih pelarut murni ditambah dengan kenaikan
titik didihnya atau Tb = Tb + Tb (Oxtoby, 2001).
c. Penurunan Titik Beku
Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu diturunkan sehingga
jarak antar partikel sedemikian dekat satu sama lain dan akhirnya bekerja gaya
tarik menarik antar molekul yang sangat kuat. Adanya partikel-partikel dari zat
terlarut akan menghasilkan proses pergerakan molekul-molekul pelarut terhalang,
akibatnya untuk mendekatkan jarak antar molekul diperlukan suhu yang lebih
rendah. Perbedaan suhu adanya partikel-partikel zat terlarut disebut penurunan
titik beku. Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan
terjadi penurunan titik beku larutan tersebut.
Seperti halnya kenaikan titik didih, penurunan titik beku larutan sebanding
dengan hasil kali molalitas larutan dengan tetapan penurunan titik beku pelarut
(Kf) dinyatakan dengan persamaan :
Tf = Kf . m
Tf = Kf ( n x 1000 )
Tf = penurunan titik beku
Kf = tetapan ttitik beku molal
n = jumlah mol zat terlarut
p = massa pelarut
Titik beku larutan merupakan titik beku pelarut murni dikurangi dengan
penurunan titik bekunya. Pengukuran penurunan titik beku, seperti halnya
peningkatan titik didih, dapat digunakan untuk menentukan massa molar zat yang
tidak diketahui.
Gejala penurunan titik beku analog dengan peningkatan titik didih. Di sini
kita hanya mempertimbangan kasus jika padatan pertama yang mengkristalkan
dari larutan adalah pelarut murni. Jika zat terlarut mengkristal bersama pelarut,
maka situasinya akan lebih rumit. Pelarut padat murni berada dalam
kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap pelarut, sebagimana ditentukan
oleh suhunya. Pelarut dalam larutan demikian pula, berada dalam kesetimbangan
dengan tekanan tertentu dari uap pelarut. Jika pelarut padat dan pelarut dalam
larutan berada bersama-sama, mereka harus memiliki tekanan uap yang sama. Ini
berarti bahwa suhu beku larutan dapat diidentifikasi sebagi suhu ketika kurva
tekanan uap pelarut padat murninya berpotongan dengan kurva larutan. Jika zat
terlarut ditambahkan ke dalam larutan, tekanan uap pelarut turun dan titik beku,
yaitu suhu ketika kristal pertama pelarut murni mulai muncul, turun. Selisih
dengan demikian bertanda negatif dan penurunan titik beku dapat diamati.
d. Tekanan Osmotik
Sifat koligatif keempat terutama penting dalam biologi sel, sebab
peranannya penting dalam trasfor molekul melalui membran sel. Membran ini
disebut semipermiabel, yang membiarkan molekul kecil lewat tetapi menahan
molekul besar seperti protein dan karbohidrat. Membran semi permiabel dapat
memisahkan molekul pelarut kecil dari molekul zat terlarut yang besar. Peristiwa
bergeraknya partikel (molekul atau ion) melalui dinding semipermeabel disebut
osmotik. Tekanan yang ditimbulkan akibat dari tekanan osmotik disebut tekanan
osmotik. Besar tekanan osmotik diukur dengan alat osmometer, dengan
memberikan beban pada kenaikan permukaan larutan menjadi sejajar pada
permukaan sebelumnya.
Osmosis atau tekanan osmotik adalah proses berpindahnya zat cair dari
larutan hipotonis ke larutan hipertonis melalui membran semipermiabel. Osmosis
dapat dihentikan jika diberi tekanan, tekanan yang diberikan inilah yang disebut
tekanan osmotik. Tekanan osmotik dirumuskan, berdasarkan persamaan gas ideal
PV = nRT
Jika tekanan osmotik larutan dilambangkan dengan , dari persamaan diatas dapat
diperoleh :
= nRT
= tekanan osmotik
M = konsentrasi molar
R = tetapan gas ideal (0,082 L atm K mol )
T = suhu mutlak (K)
Tetapan titik beku molal (Kf)
Pelarut
Air
Kf (oC)
1,86
Benzena
5,4
5,1
Fenol
39
7,3
Naftalena
80
Asam asetat
16,5
3,82
Kamfer
180
40
Nitrobenzena
5,6
6,9
Partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel
dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini
dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non
elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan
dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan
elektrolit.
Elektrolit kuat, karakteristiknya adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
4.
larutan urea.
Elektrolit Utama Tubuh Manusia
Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan
nonelektrolit. Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan
tidak bermuatan listrik, seperti : protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida
danasam-asam organik. Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na +),kalium (K+),
Kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat(HCO3-), fosfat
(HPO42-), sulfat (SO42-).Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi
pada satu bagian dengan bagian yang lainnya, tetapi meskipun konsenterasi ion
pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah
muatan-muatannegatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif.
Komposisi dari elektrolit-elektrolit tubuh baik pada intarseluler maupun
padaplasma terinci dalam tabel di bawah ini : No. Elektrolit Ekstraseluler Intraseluler
Plasma Interstitial1.
Kation : Natrium (Na+) 144,0 mEq 137,0 mEq 10 mEq
Kalium (K+) 5,0 mEq 4,7 mEq 141 mEq
Kalsium (Ca++) 2,5 mEq 2,4 mEq 0 Magnesium (Mg ++) 1,5 mEq 1,4
mEq 31
mEq2. Anion : Klorida (Cl-) 107,0 mEq 112,7 mEq 4 mEq
a. Kation :
Bicarbonat (HCO3 -) :
- Bagian dari bicarbonat buffer sistem
Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasanagaram
untuk menurunkan PH.
P - PA = XB . P
Untuk larutan encer : nB/nA
P - PA =
krn : nB<<nA
nB
nA . P
P H
T T
P RTT
ln
atau
Td
RT 2
P
ln
uap P
ln
P
ln XA
P
ln
P
ln 1 XB
P
Bila XB kecil
Menurut deret Me. Laurin
ln 1 XB XB
Maka :
ln
P
P
XB ln
XB
P
P
TD
RT 2
. XB
uap
XB
nB
nA
( krn nB<<nA)
RT 2 BMA 1000.BMA
TD
.
uap1000 WA.BMB
TD Kd .m
Kd : konst kenaikan TD molal
c. Penurunan titik beku
Dengan cara penurunan rumus yang sama dengan kenaikan TD akan
diperoleh bahwa :
Penurunan TD lart = konsentrasi molal
RT 2 BMA
TD
.m
TD Kb.m
leb1000
atau
Kb : konstanata penurunan TB molal
Nilai Kd dan Kb beberapa pelarut
Pelarut
Air
As. Asetat
Benzene
Fenol
Nitrobenzene
d. Tekanan osmosis
Osmosis adalah peristiwa mengalirnya pelarut murni melalui membran
semipermeabel ke lartanya.
Tekanan osmosis : tekanan luar yg harus dikenakan pada larutan utk
mencegah mengalirnya molekul-molekul pelarut murni apabila larutan dan
gaya Ahdg
luas
A
T
konatanta
Tek osmosis suatu lart berbanding lurus dengan konsentrasi molarnya
M konstanta
MT konstanta
MAKA
Konstanta = konstanta gas ideal
nB
RT
V
= RMT
atau =
M : konst molal
nB : mol zat terlarut
V : vol larutan dalam liter
a.
Isotonis
Isohidris
Hipertonis
Hipertonis, turunannya titik beku besar yaitu tekakan osmosisnya lebih tinggi dari
serum darah sehingga menyebabkan air keluar dari sel darah merah melintasi
membran semipermiabel dan menyebabkan terjadinya penciutan sel-sel darah
merah, peristiwa demikian disebut plasmolisa.
Menurut IImu Resep, hal. 202 - 203
Hipertonis adalah tekanan osmosis laruitan obat lebih besar daripada tekanan
osmosis iran tubuh. Jika larutan injeksi hipertonis disuntikkan, air dalam sel akan
ditarik luar dari sel sehingga sel akan mengerut, tetapi keadaan ini bersifat
sementara dan idak akan menyebabkan kerusakan sel tersebut. Keadaan hipertonis
adalah jika nilai B negatif; maka b,c > 0,52
d.
Hipotonis
Pecah sel ini akan dibawa aliran darah dan dapat menyumbat pembuluh darah
yang Kecil. Keadaan hipotonis adalah jika nilai B positif; maka b, C < 0,52.
e.
Tonisitas
Larutan isotonik
Dua larutan yang mempunyai konsentrasi solute sama
Dalam sistem fluida biologis, konsentrasi solute diluar cell =
didalam cell.
Larutan hipotonik
Larutan dengan konsentrasi solute (yang diintroduksi) lebih rendah
Dalam sistem fluida biologis, konsentrasi solute diluar cell <
didalam cell.
Larutan hipertonik
Larutan dengan konsentrasi solute (yang diintroduksi) lebih tinggi.
Dalam sistem fluida biologis, konsentrasi solute diluar cell >
didalam cell.
Difusi Osmotik terjadi bila konsentrasi antar 2 larutan yang terpisah
dengan membran tidak sama maka molekul air akan berdifusi melewati
membran dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi sampai kedua
konsentrasi larutan seimbang.
....
M=
T f
L iso
Dimana
M = konsentrasi molar NaCl yang diperlukan untuk mencapai nilai
TF = 0,52
TF = 0,52 Tf larutan obat dan Liso = Liso NaCl Liso = 3,4
1b).
x
0,9
T f
0,52
Dimana
X = banyaknya gram NaCl yang dibutuhkan agar larutan isotonis
TF = 0,52 Tf larutan obat
II.
Penyelesaian :
Cara 1.a):
M =
T f
L iso
0,39
3,4
0,1147 molL-1
Banyaknya larutan isotonis pilokarpin hidroklorida 1% yang
disiapkan = 100 ml
Jadi NaCl yang diperlukan = 0,01147 mol = 0,01147 mol x 58,5 g
mol-1 = 0,671 g
Jadi dalam preparasi 100 ml pilokarpin hidroklorida 1% dilarutkan
1 g pilokarpin hidroklorida dan 0,671 g NaCl dengan air ... ad 100
ml
Cara 1.b):
g
x
0,9
T f
0,52
.....
x
0,9
0,39
0,52
.....
X = 0,675
Cara II:
L iso
BM
Dimana
Liso =
0,52
M
4,08% yakni =
4,08 g
100 ml
40,8 g
L
0,1667 mol
L
= 0,1667
M
Liso =
E = 17,2
L iso
BM
0,52
0,1667
= 17,2
= 3,12
3,12
244,72
= 0,22
2*).
Tf larutan atropin sulfat 1% adalah 0,065 K dan Tf larutan Nacl 0,9% = 0,52 K
dan bobot molekul NaCl = 58,5 g mol-1.
Diketahui BM atropin sulfat = 694,82 g mol-1, dan Liso atropin sulfat diketahui =
4,44. Selesaikan dengan menggunakan persamaan I (Ia dan Ib) dan persamaan II.
3*).
kedalam 100 ml larutan atropin sulfat 1% untuk menggantikan fungsi NaCl pada
soal nomor 2 tersebut bila diketahui nilai kesetaraan NaCl (E) dextrose = 0,16.
Dalam hal ini, dapat digunakan persamaan sederhana seperti berikut :
1 g dextrose
0,16
X g dextrose
0,79
...
X = 4,94 g dextrose