You are on page 1of 108

TERMODINAMIKA

Termodinamika membahas tentang sistem keseimbangan (equilibrium),


yang dapat digunakan untuk mengetahui besarnya energi yang diperlukan untuk
mengubah suatu sistem keseimbangan, tetapi tidak dapat dipakai untuk
mengetahui seberapa cepat (laju) perubahan itu terjadi karena selama proses
sistem tidak berada dalam keseimbangan. Suatu sistem tersebut dapat berubah
akibat dari lingkungan yang berada di sekitarnya. Sementara untuk aplikasi dalam
materialnya, termodinamika membahas material yang menerima energi panas atau
energi dalam bentuk yang berbeda-beda.
Dalam termodinamika, terdapat hukum-hukum yang menjadi syarat
termodinamika. Di dalam hukum-hukum tersebut terdapat rumus-rumus yang
berbeda pula, sesuai dengan permasalahan yang ada. Ada Hukum 0
Termodinamika atau biasa disebut sebagai Hukum awal Termodinamika, lalu ada
Hukum

1 Termodinamika,

Hukum 2 Termodinamika,

dan Hukum 3

Termodinamika.
Di dalam Hukum 1 Termodinamika itu sendiri, menjelaskan tentang energi
yang ada dalam suatu sistem dalam termodinamika. Hukum I Termodinamika juga
menjelaskan tentang entalpi. Entalpi adalah istilah dalam termodinamika yang
menyatakan jumlah energi internal dari suatu sistem termodinamika ditambah
energi yang digunakan untuk melakukan kerja. Entalpi juga merupakan transfer
panas antara sistem dan lingkungan yang ditransfer dalam kondisi tekanan
konstan (isobarik).

Di dalam Hukum II Termodinamika, menjelaskan tentang entropi. Entropi


merupakan suatu ukuran kalor atau energi yang tidak dapat diubah. Dalam Hukum
II Termodinamika, terdapat sistem yang disebut Mesin Carnot/Kalor dan Mesin
Pendingin.

Termo(thermal) : panas atau kalor (Q)


Satuan : kalori, joul
Panas : beberapa defenisi yang terkait dengan panas
Panas jenis : cal/K/g
Panas jenis H2O = 1 cal/K/g
1 g H2O dari suhu 16,5 = 17,5oC
Kapasitas panas molar : cal/K/mol
(Cp pada tekanan tetap; Cv pada vol tetap)
Kapasitas panas molar H2O = 18 cal/K/g

Dalam termodinamika: panas/kalor merupakan salah satu bentuk energi dari 7


parameter energi termodinamika.

Kalor yg dilepaskan atau diserap(Q)


Kerja pada sistem atau oleh sistem(W)
Energi daalm (E/U)
Enthalpi (H)
Entropi (S)
Energi bebas Gibbs(G)
Energi bebas Helmholtz (A/F)

Panas/ kalor : nergi yg dipindahkan dari sistem kelingkungan atau dari lingkungan
ke sistem akibat adanya perbedaan suhu diantara keduanya.

KERJA :
- pertukaran energi antara sistem dengan lingkungan selain dalam bentuk
-

kalor.
Perpindahan energi dari suatu benda ke benda lain tanpa terikat dengan

perbedaan temperatur.
usaha yang dilakukan oleh sebuah sistem bukan hanya tergantug pada
keadaan awal dan akhir, tetapi juga tergantung pada proses perantara antara
keadaan awal dan keadaan akhir

Misalkan ada sebuah piston, mula mula gas ideal menempati ruang dengan
volume V dan tekanan P. Kemudian gas mengalami pemuaian secara perlahan
sehingga setiap saat terjadi kesetimbangan (proses kuasistatik).
KALOR :
- Perpindahan energi dari suatu benda ke benda lain karena adanya perbedaan
-

temperatur.
Kalor bukanlah suatu jenis energi, melainkan energi yang berpindah.
Pada abad ke 19, James Prescott Joule (1818-1889) melakukan sebuah

percobaan.

Jika beban di kenakan gaya ke bawah. Maka pengaduk akan berputar


karena adanya tali yang terhubung dengan katrol. Ketika pengaduk berputar,
pengaduk melakukan usaha alias kerja pada air. Besarnya kerja/usaha yang

dilakukan oleh pengaduk pada air sebanding dengan besarnya kerja/usaha yang
dilakukan oleh gaya gravitasi terhadap beban hingga beban jatuh. Ketika
pengaduk melakukan kerja terhadap air, pengaduk menambahkan energi pada air.
Karenanya kita bisa mengatakan bahwa kenaikan suhu air disebabkan oleh energi
yang dipindahkan dari pengaduk menuju air. Semakin besar kerja yang dilakukan,
semakin banyak energi yang dipindahkan. Semakin banyak energi yang
dipindahkan, semakin besar kenaikan suhu air (air semakin panas).
Ketika berputar dalam air, pengaduk melakukan kerja/usaha pada air
sehingga energi pengaduk dipindahkan ke air. Adanya tambahan energi dari
pengaduk ini yang membuat suhu air meningkat.
Satuan kalor adalah kalori (disingkat kal). Kalori adalah jumlah kalor yang
diperlukan untuk menaikan suhu 1 gram air sebesar 1 C o (Tepatnya dari 14,5 oC
menjadi 15,5 oC). Jumlah kalor yang diperlukan berbeda-beda untuk suhu air yang
berbeda. Untuk jumlah kalor yang sama, kenaikan suhu air sebesar 1 oC hanya
terjadi antara suhu 14,5 oC sampai 15,5 oC. Satuan kalor yang sering digunakan,
terutama untuk menyatakan nilai energi makanan adalah kilokalori (kkal). 1 kkal
= 1000 kalori. Nama lain dari 1 kkal = 1 Kalori (huruf K besar).
Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu
benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka
kalor yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika
suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit.
Secara matematika ditulis
dQ = C.Dt

Q = C.T

dimana : Q : kalor yg dilepaskan/ diserap sistem

C : kapasitas panas
T : perbedaan suhu antara sistem dan lingkungan.

Reaksi eksoterm adalah reaksi yang terjadi disertai pelepasan kalor dari
sistem ke lingkungan atau reaksi yang melepas kalor. Salah satu ciri reaksi
eksoterm adalah selama proses reaksi berlangsung, suhu sistem naik.
pada reaksi eksoterm dimana setiap melepas kalor, kandungan
kalor sistem berkurang, atau entalpi sebelum reaksi (keadaan awal) lebih
besar daripada setelah reaksi (keadaan akhir).
Hawal > Hakhir
Oleh karena H = Hakhir Hawal,
H mempunyai nilai negatif, atau H < 0

Reaksi endoterm adalah reaksi yang disertai dengan perpindahan kalor


dari lingkungan ke sistem, atau secara singkat dapa dikatakan bahwa reaksi
endoterm merupakan reaksi yang sistemnya menyerap kalor. Salah satu ciri khas
reaksi endoterm adalah selama reaksi berlangsung terjadi penurunan suhu
sehingga untuk kembali dalam keadaan suhu awal, sistem harus menyerap kalor.
pada reaksi endoterm, dimana:
Hawal < Hakhir
dan H akan mempunyai nilai negatif, atau: H > 0

Contoh reaksi endoterm


Reaksi antara amonium tiosianat (NH4SCN) dan bariumhidroksida
dekahidrat (Ba(OH)2OH), peristiwa pembekuan esserta reaksi antara
barium hidroksida (Ba(OH)2) dan amoniumklorida (NH4Cl) yang
ditambahkan sedikit air sesuai dengan reakkssi:
Ba(OH)2(s) + 2NH4Cl(s) + air BaCl2(aq) + 2NH4OH(aq)

http://kimiadasar.com/reaksi-eksoterm-dan-endoterm/

Dinamika ( Dynamic) : kerja (W)


Satuan

: cal, joul, Latm

Dalam mekanika

: W = F.a

W pada termodinamika : kerja tek volume

Perrmusan Kerja (W) tek vol : ekspansi gas di dalam suatu sistem
silinder yang dilengkapi dengan piston yang dapat bergerak bebas dengan
mengabaikan energi gesekan. Sistem berlangsung pada tek luas ( Pext) tetap da
pada temperatur tetap.
Sistem berlangsung pada P(ext) dan temperatur tetap.
Tekanan yang bekerja pada gas : P(ext) = F/A
F = P(ext).A (*)
W = F.a(**)

W = P(ext).A x (h2- h1)


W = P x (V2-V1) = P V
W = -PV (Pers W tek-vol)

Penguapan 18g air pada temperatur 100cC dan tek. 1 atm dalam sistem
kerja tek-vol.

H2O (cair, 25oC)

H2O (uap, 100cC)

Berapa nilai W yg akan dihasilkan oleh proses pada sistem tdb? Bila diket nilai R
= 8,314 J/K/mol; R = 1,987 cal/K/mol; R = 0,082 Latm/K/mol
Jawab;
V = n. R.T
V = 1 x 0,082 Latm/K/mol x 373 K
V = 30,6 L
W = -PV(V2-V1)
W = -1 (30,6)
W = -30,6
V1 = Vol H2O (cair, 25oC) = 18 ml
V2 = Vol H2O (uap, 100cC)

Nilai W untuk proses perubahan ( Zat cair atau zat padat)


Maka: W = -PVuap
W = n. R.T

uap

Karena : V cairan<<V uap, maka vol cairan tsb dapat diabaikan terhadap vl uap
nya, maka hanya vol V2 saja yg di hitung.
Sistem pada termodinamika: setiap sistem dimana berlangsung suatu
proses fisika atau kimia, dapat berupa hal yang sederhana spt pemanasan air
dalam gelas piala dan yang sangat kompleks spt berbagai reaksi biokimia yang
terjadi dalam tubuh manusia.
5 tipikal sistem termodinamika:
1.
2.
3.
4.
5.

Sistem terbuka : dapat terjadi perubahan jml materi


Sistem tertutup : tidak terjadi perubahan jml materi
Sistem isotermal : suhu proses dalam sistem tetap
Sistem adiabatik : terisoli secara termal dari lingkungannya
Sistem terisolisi : tidak terjafi perpindahan panas dan kerja antar sistem
dan lingkungan.

Usaha Luar
Usaha luar dilakukan oleh sistem, jika kalor ditambahkan (dipanaskan)
atau kalor dikurangi (didinginkan) terhadap sistem. Jika kalor diterapkan kepada
gas yang menyebabkan perubahan volume gas, usaha luar akan dilakukan oleh gas
tersebut. Usaha yang dilakukan oleh gas ketika volume berubah dari volume awal
V1 menjadi volume akhir V2 pada tekanan p konstan dinyatakan sebagai hasil kali
tekanan dengan perubahan volumenya.
W = pV= p(V2 V1)
Secara umum, usaha dapat dinyatakan sebagai integral tekanan terhadap
perubahan volume yang ditulis sebagai

Tekanan dan volume dapat diplot dalam grafik p V. jika perubahan


tekanan dan volume gas dinyatakan dalam bentuk grafik p V, usaha yang
dilakukan gas merupakan luas daerah di bawah grafik p V. hal ini sesuai dengan
operasi integral yang ekuivalen dengan luas daerah di bawah grafik.

Gas dikatakan melakukan usaha apabila volume gas bertambah besar (atau
mengembang) dan V2 > V1. sebaliknya, gas dikatakan menerima usaha (atau usaha
dilakukan terhadap gas) apabila volume gas mengecil atau V2 < V1 dan usaha gas
bernilai negatif.
Energi Dalam
Suatu gas yang berada dalam suhu tertentu dikatakan memiliki energi
dalam. Energi dalam gas berkaitan dengan suhu gas tersebut dan merupakan sifat
mikroskopik gas tersebut. Meskipun gas tidak melakukan atau menerima usaha,
gas tersebut dapat memiliki energi yang tidak tampak tetapi terkandung dalam gas
tersebut yang hanya dapat ditinjau secara mikroskopik.
Berdasarkan teori kinetik gas, gas terdiri atas partikel-partikel yang berada
dalam keadaan gerak yang acak. Gerakan partikel ini disebabkan energi kinetik
rata-rata dari seluruh partikel yang bergerak. Energi kinetik ini berkaitan dengan
suhu mutlak gas. Jadi, energi dalam dapat ditinjau sebagai jumlah keseluruhan

energi kinetik dan potensial yang terkandung dan dimiliki oleh partikel-partikel di
dalam gas tersebut dalam skala mikroskopik. Dan, energi dalam gas sebanding
dengan suhu mutlak gas. Oleh karena itu, perubahan suhu gas akan menyebabkan
perubahan energi dalam gas.
Secara matematis, perubahan energi dalam gas dinyatakan sebagai
untuk gas monoatomik
untuk gas diatomik
Dimana U adalah perubahan energi dalam gas, n adalah jumlah mol gas, R
adalah konstanta umum gas (R = 8,31 J mol1 K1, dan T adalah perubahan suhu
gas (dalam kelvin).

HUKUM TERMODINAMIKA 1
Hukum Td 1 : hukum kekekalan energi

Nilai total energi dalam sistem terisolasi : selalu tetap


Pada sistem tidak terisolasi : nilai total energi sistem dan lingkungan selalu

tetap
Hubungan panas dengan kerja dan energi yang tersimpam dalam sistem

E = q + W
Ketentuan dalam menggunakan pers hk. Td 1:

Sistem menyerap panas, maka nilai q = (+)


Sistem melepaskan panas, maka nilai q = (-)
Sistem melakukan kerja, maka nilai W = (-)
Sistem dikenakan kerja, maka nilai W = (+)

Perumusan dan perhitungan E sistem:


1. Pada volume tetap:

E = Q + W

E = Qv P V

E = Qv

2. Pada tek. Tetap:


E = Q + W

E = Qp P V

Qp= E P V .....(*)
H = E + PV ( entalpi)
H : funngsi keadaan
Hasil integral dari dH = dE + PdV
H = E + PV..............(*)
(*) dan (**)
Qp = H
CATT: untuk setiap perubahan dari keadaan awal ke keadaan akhir yang tidak ada
terdapat substans gas : H = E
Bila ada gas : H = E + PV
H = E + nRT
H = E + PV(g)

Entalpi
Hukum kekekalan energi menjelaskan bahwa energi tidak dapat diciptakan
dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi hanya dapat diubah dari bentuk energi yang
satu menjadi bentuk energi yang lain. Nilai energi suatu materi tidak dapat diukur,
yang dapat diukur hanyalah perubahan energi (E). Demikian juga halnya dengan
entalpi, entalpi tidak dapat diukur, kita hanya dapat mengukur perubahan entalpi
(H).

H = Hp Hr

dengan:
H = perubahan entalpi
Hp = entalpi produk
Hr = entalpi reaktan atau pereaksi

a. Bila H produk > H reaktan, maka H bertanda positif, berarti terjadi


penyerapan kalor dari lingkungan ke sistem.
b. Bila H reaktan > H produk, maka H bertanda negatif, berarti terjadi
pelepasan kalor dari sistem ke lingkungan.

Kapasitas panas molar:


Satuan: J/K/ mol
Pada V tetap : Cv
Pada P tetap Cp

Latihan:
1). Proses penguapan 36 gram H2O berlangsung dalam suatu sistem kerja
tekanan-volume pada suhu 100 o dan tekanan eksternal 1 atm. Diketahui panas

penguapan H2O pada suhu 100 = 40,67 Kj mol-1; R= 8,314 JK-1 Mol-1.
Berapa:
a. nilai kerja yang dilakukan sistem menantang tekanan eksternal (1 atm).
b. meningkatkan energi internal sistem.
c. peningkatan energi total sistem
jawab:
a. W = -nRT
36

18 x 8,314 JK-1 Mol-1 x 373K


W=W = 6,2 KJ
b. E = Q + W
E = 81,34 Kj + 6,2 KJ
E = 87,54 KJ
c. H pada voluma tetap, maka
E = QV
H = E
H = 87,54 KJ
2). Suatu sistem ekspansi reversibel gas berisi 14 gram nitrogen. Berapa besarnya
kerja maksimum dihasilkan sistem bila volume gas terekspansi secara isotermal
pada suhu 70, hingga menjadi 3 kali volume semula. (Diketahui: R= 8,314 JK-1
mol-1 dan berat molekul N2 = 28,0 g mol-1) Wmax = -1,57 kj
Jawab :

Wmax = -nRT ln

Wmax = -

V2
V1

14

x
28 8,314 JK-1 mol-1 x 343 ln

3V 2
V1

Wmax = 1,566 JK
3). Suatu sistem kerja tekanan- volume berisi 20 L gas He pada suhu 25 dengan
tekanan 10 atm. Berapa kerja maksimum dapat dihasilkan oleh sistem, bila gas

terekspansi secara reversibel dan adiabatik hingga tekanan gas turun menjadi 1
atm. Diketahui R = 0,082 L atm K-1 mol-1 atau =8,314 JK-1 mol-1
Jawab:
Wmax = nCVT
T 1 P1

T 2 P2
298 10

T2 1

1 /

0, 4

T2 = 119,2 K

CV gas helium =

3
R
2

CV gas helium =

3
x8,314
2

CV gas helium = 12,47 J/K/mol


nRT = PV

n=

PV
RT

n=

10 x 20
8,18
0,082 x 298

Wmax = nCVT
Wmax = 8,18 x 12,47 J/K/mol x ( 119,2 298)K
Wmax = - 18,24 KJ

Pengertian istilah H pada perubahan fisika dan kimia:

Pad peroses/ perubahan fisika,


Misalnya :
Panas sublimasi

Panas peleburan
Panas penguapan
Panas pelarutan

Dsd
Pada proses/ perubahan kimia,
Misalnya:
Panas pembentukan
Panas pembakaran
Panas oksidasi
Energi ikatan
Dsb.

H: panas reaksi
Setiap reaksi kimia selalu disertai oleh perubahan panas (perubahan entalpi)...

Termokimia (Lihat Hk Hess)


Reaksi Kimia:
REAKTANPRODUK; H=?

Hukum Hess
Dalam perubahan entalpi, terdapat hukum yang dinamakan Hukum Hess.
Hukum Hess adalah hukum yang menyatakan bahwa perubahan entalpi suatu
reaksi akan sama walaupun reaksi tersebut terdiri dari satu langkah atau banyak
langkah. Perubahan entalpi tidak dipengaruhi oleh jalannya reaksi, melainkan
hanya tergantung pada keadaan awal dan akhir.
Hukum Hess mempunyai pemahaman yang sama dengan hukum
kekekalan energi, yang juga dipelajari di hukum pertama termodinamika. Hukum
Hess dapat digunakan untuk mencari keseluruhan energi yang dibutuhkan untuk
melangsungkan reaksi kimia. Perhatikan diagram berikut:

Diagram di atas menjelaskan bahwa untuk mereaksikan A menjadi D, dapat


menempuh jalur B maupun C, dengan perubahan entalpi yang sama (H 1 + H2 =
H3 + H4).
Jika perubahan kimia terjadi oleh beberapa jalur yang berbeda, perubahan
entalpi keseluruhan tetaplah sama. Hukum Hess menyatakan bahwa entalpi
merupakan fungsi keadaan. Dengan demikian H untuk reaksi tunggal dapat
dihitung dengan:
Hreaksi = Hf (produk) - Hf (reaktan)

Jika perubahan entalpi bersih bernilai negatif (H < 0), reaksi tersebut merupakan
eksoterm dan bersifat spontan. Sedangkan jika bernilai positif (H > 0), maka
reaksi bersifat endoterm.
Perhatikan diagram berikut:

Pada diagram di atas, jelas bahwa jika C (s) + 2H2 (g) + O2 (g) direaksikan
menjadi CO2 (g) + 2H2 (g) mempunyai perubahan entalpi sebesar -393,5 kJ.
Walaupun terdapat reaksi dua langkah, tetap saja perubahan entalpi akan selalu
konstan (-483,6 kJ + 90,1 kJ = -393,5 kJ).

Ketergantungan H dengan temperatur

Pada umumnya entalpi reaksi tergantung pada temperatur walaupun dalam banyak
reaksi ketergantungan ini sangat kecil sehingga sering diabaikan.
H untuk reaksi aA + bB cC + dD
H = c HC +d HD a HA b HB
Bila persamaan tadi didefinisikan terhadap temperatur pada tekanan tetap
didapatkan :

Ingat bahwa

perumusan matematis hukum pertama termodinamika


Proses Isotermik
Suatu sistem dapat mengalami proses termodinamika dimana terjadi perubahanperubahan di dalam sistem tersebut. Jika proses yang terjadi berlangsung dalam
suhu konstan, proses ini dinamakan proses isotermik. Karena berlangsung dalam
suhu konstan, tidak terjadi perubahan energi dalam (U = 0) dan berdasarkan
hukum I termodinamika kalor yang diberikan sama dengan usaha yang dilakukan
sistem (Q = W).
Proses isotermik dapat digambarkan dalam grafik p V di bawah ini. Usaha yang
dilakukan sistem dan kalor dapat dinyatakan sebagai

Dimana V2 dan V1 adalah volume akhir dan awal gas.

Proses Isokhorik
Jika gas melakukan proses termodinamika dalam volume yang konstan,
gas dikatakan melakukan proses isokhorik. Karena gas berada dalam volume

konstan (V = 0), gas tidak melakukan usaha (W = 0) dan kalor yang diberikan
sama dengan perubahan energi dalamnya. Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai
kalor gas pada volume konstan QV.
QV = U
Proses Isobarik
Jika gas melakukan proses termodinamika dengan menjaga tekanan tetap
konstan, gas dikatakan melakukan proses isobarik. Karena gas berada dalam
tekanan konstan, gas melakukan usaha (W = pV). Kalor di sini dapat dinyatakan
sebagai kalor gas pada tekanan konstan Qp. Berdasarkan hukum I termodinamika,
pada proses isobarik berlaku

Sebelumnya telah dituliskan bahwa perubahan energi dalam sama dengan kalor
yang diserap gas pada volume konstan.
QV =U
Dari sini usaha gas dapat dinyatakan sebagai
W = Qp QV
Jadi, usaha yang dilakukan oleh gas (W) dapat dinyatakan sebagai selisih energi
(kalor) yang diserap gas pada tekanan konstan (Qp) dengan energi (kalor) yang
diserap gas pada volume konstan (QV).

Proses Adiabatik
Dalam proses adiabatik tidak ada kalor yang masuk (diserap) ataupun
keluar (dilepaskan) oleh sistem (Q = 0). Dengan demikian, usaha yang dilakukan
gas sama dengan perubahan energi dalamnya (W = U).
Jika suatu sistem berisi gas yang mula-mula mempunyai tekanan dan
volume masing-masing p1 dan V1 mengalami proses adiabatik sehingga tekanan
dan volume gas berubah menjadi p2 dan V2, usaha yang dilakukan gas dapat
dinyatakan sebagai

Dimana adalah konstanta yang diperoleh perbandingan kapasitas kalor


molar gas pada tekanan dan volume konstan dan mempunyai nilai yang lebih
besar dari 1 ( > 1).

Untuk menyatakan atau menganalisis perubahan keadaan pada kasus


perumusan matematis pada hukum pertama termodinamika dapat dilakukan dua
percobaan yang berbeda, yaitu perubahan keadaan dengan proses adiabatik dan
non adiabatik dengan sistem yang sama.
Proses adiabatik yaitu suatu proses perubahan energi yang terjadi tanpa
adanya perpindahan kalor antara sistem dengan lingkungan. Sedangkan proses
non adiabatik yaitu suatu proses perubahan energi yang memungkinkan adanya
pertukaran energi antara sistem dengan lingkungan.

Pada proses adiabatik, besar kerja adiabatik yang diperlukan untuk


mengubah keadaan sistem yaitu

U f U i . Tetapi pada proses non adiabatik

besarnya kerja yang dilakukan yaitu tidak sama dengan

U f U i . Sesuai dengan

hukum kekekalan energi, bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat
dimusnahkan tetapi energi hanya dapat diubah dari satu bentuk energi ke bentuk
yang lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada proses non adiabatik energinya
telah dipindahkan dengan cara yang lain dari pelaksanaan kerja. Energi yang
dimaksud disini adalah sama dengan kalor, yaitu apabila suatu sistem, yang
lingkungannya bertemperatur berbeda dan kerja bisa dilakukan padanya,
mengalami suatu proses, maka energy yang dipindahkan dengan cara nonmekanis
yang sama dengan perbedaan antara perubahan energy internal dan kerja yang
dilakukan (Zemansky, 1986).
Hukum pertama Termodinamika mengatakan bahwa kenaikan energi internal
dari suatu sistem termodinamika sebanding dengan energi panas yang
ditambahkan ke dalam sistem dikurangi dengan kerja yang dilakukan oleh sistem
terhadap lingkungannya.
dU =dQdW

Dimana:
dU = energi internal
dQ = energi yang ditambahkan ke sistem
dW = kerja yang dilakukan oleh sistem
Q positif = energi masuk ke dalam sistem

Q negatif = energi keluar dari sistem


W positif = memerlukan usaha
W negatif = melakukan usaha
Dalam perumusan matematis hukum pertama termodinamika mencoba
menjelaskan definisi kalor sebagai energi dalam perpindahan yang ditimbulkan
oleh perbedaan temperature. Pembuktian kalor adalah berhasil dibuktikan oleh
Joule pada selang tahun antara 1840-1849 dengan berbagai percobaan yang
dilakukannya.
konsep kalor

Kalor merupakan perpindahan energi internal dari suau sistem ke sistem


lain karena adanya perbedaan suhu, dari temperatur tinggi ke temperatur rendah.
Perpindahan energi tersebut tidak dapat diketahui prosesnya, namun diketahui laju
yang merupakan fungsi waktu
aliran Q

t2

dt
Q= Q
t1

dapat diketahui bila t1 t2 telah berlalau dan setah aliran berhenti. Q bukan
merupakan fungsi koordinat termodinamik tetapi bergantug pda lintasan yang
dilalauui sistem dari keadaan awal ke keadaan akhir.
Sistem A dalam sentuhan termal sistem B yang kedua sistem tersebut dilindungi
dinding adiabat.
Untuk sistem A:
U f U i=Q+W
Untuk sistem B:
U 'f U i '=Q +W
Dengan menjumlahkannya didapat
(U f U i) (U 'f U i )=Q+Q + W +W

(U f +U 'i )(U i+U 'i)

merupakan energi sistem gabungan dan

merupakan kerja yang dilakukan oleh sistem gabungan, maka

Q+Q'

W +W

adalah

kalor yang dipindahkan oleh sistem gabuangan. Karena sistem dilindungi dinding
adiabat,
Q+Q' =0
Q=Q '

Dalam kondisi adiabat kalor yang dibuang sistem A sama dengan kalor yang
diterima sistem B

Bentuk differensial hukum pertama termodinamika


Proses infinitesimal adalah suatu proses yang menyangkut peubahan
infinitesimal dari koordinat termodinamik. Maka hukum pertama termodinamika
dalam proses tersebut menjadi
dU = Q+dW

Proses infinitesimal kuasa-statik merupakan proses yang sistemnya berpindah dari


keadaan setimbang awal ke keadaan serimbang berikutnya.
Untuk proses kuasa statik infinitesimal dari suatu sistem hidrostatik hukum
pertama menjadi
dU = QP dV

Misal, dalam kasus sistem gabungan yang terdiri atas dua bagian hidrostatik yang
dipisahkam oleh dinding diaterm nilai dQ

dapat diungkapkan sebagai berikut

Q=dU + PdV + P' dV

dinding diaterm adalah dinding pemisah yang menyebabakan adanya interaksi


Persamaan untuk sistem hidrostatik
Rumusan matematis hukum pertama untuk sistem hidrostatik adalah:
dQ = dU + P dV
dengan U fungsi dua perubah diantara P,V,dan ,dengan memilih dan V
sebagai variabel bebas maka didapatkan :

dU =

U
V
U
v d +

( )

) dV

sehingga:

dQ =

U
V

U
v d +

( )

) + P dV (dengan membagi dengan d )

karena berlaku pada segala perubahan temperatu dan volume (d dan dV


sehingga:
dQ U
U
dV
=
v +[(
)+ P ]
d

( )

Ketika terjadi beberapa kondisi yaitu:


a. Jika V tetap, dV=0 maka persamaan diatas berlaku:
dQ
U
v=
v
d

Sedangkan kapasitas kalor pada volume tetap Cv; sehingga:


U
dQ
v
v adalah sama dengan
Cv=(
dengan mengingat bahwa

( ) ( )

( )

kapasitas kalor.
b. Jika P tetap maka persamaannya berubah menjadi :
U
U
V
p=(
v+ (
+ P (
p
( dQ
)
)
)
[
]
d

berdasarkan

persamaan

awal pada sistem hidrostatik.


Sehingga menurut definisinya :
p=Cp
( dQ
d )

Cp=Cv+

dan

[( ) ]

V
p=

U
U
CpCv
+ P V atau
=
P

( )

Persamaan diatas berlaku ketika menghubungkan besar perubahan energi


terhadap perubahan volume dengan melalui kuantitas Cp,Cv,dan

yang bisa

diukur.
Hukum II Termodinamika
Hukum kedua termodinamika berkaitan dengan apakah proses-proses yang
dianggap taat azas dengan hukum pertama, terjadi atau tidak terjadi di alam.
Hukum kedua termodinamika seperti yang diungkapkan oleh Clausius
mengatakan, Untuk suatu mesin siklis maka tidak mungkin untuk menghasilkan
efek lain, selain dari menyampaikan kalor secara kontinu dari sebuah benda ke
benda lain pada temperatur yang lebih tinggi".
Bila ditinjau siklus Carnot, yakni siklus hipotesis yang terdiri dari empat
proses terbalikkan: pemuaian isotermal dengan penambahan kalor, pemuaian
adiabatik, pemampatan isotermal dengan pelepasan kalor dan pemampatan
adiabatik; jika integral sebuah kuantitas mengitari setiap lintasan tertutup adalah
nol, maka kuantitas tersebut yakni variabel keadaan, mempunyai sebuah nilai
yang hanya merupakan ciri dari keadaan sistem tersebut, tak peduli bagaimana
keadaan tersebut dicapai. Variabel keadaan dalam hal ini adalah entropi.
Perubahan entropi hanya gayut keadaan awal dan keadaan akhir dan tak gayut
proses yang menghubungkan keadaan awal dan keadaan akhir sistem tersebut.
Hukum kedua termodinamika dalam konsep entropi mengatakan, "Sebuah
proses alami yang bermula di dalam satu keadaan kesetimbangan dan berakhir di
dalam satu keadaan kesetimbangan lain akan bergerak di dalam arah yang
menyebabkan entropi dari sistem dan lingkungannya semakin besar".

Mesin Kalor
Mesin kalor atau yang biasa disebut dengan mesin carnot adalah suatu alat
yang menggunakan panas/kalor (Q) untuk dapat melakukan kerja (W). Alat ini
tidak ideal, pasti ada kalor yang terbuang walaupun hanya sedikit. Ada beberapa
ciri khas yang menggambarkan mesin kalor, yaitu :

Kalor yang dikirimkan berasal dari tempat yang panas (reservoir panas)

dengan temperatur tinggi lalu dikirimkan ke mesin.


Kalor yang dikirimkan ke dalam mesin sebagian besar melakukan kerja
oleh zat yang bekerja dari mesin, yaitu material yang ada di dalam mesin

melakukan kerja.
Kalor sisa dari input dibuang ke temperatur yang lebih rendah yang
disebut reservoir dingin

Skema Mesin Kalor


Mesin kalor bekerja menurut siklus carnot, siklus carnot bekerja dalam 4
tahap proses, tetapi hanya isotermal dan adiabatik.

Siklus Carnot

Tahap pertama yaitu isotermal reversibel secara ekspansi atau penurunan


tekanan, dengan melakukan kerja (W) dari keadaan A sampai B

Q W
QH Wab nRTH ln

Vb
Va

Tahap kedua yaitu adiabatik reversibel secara ekspansi, dengan melakukan


kerja (W) dari keadaan B sampai C

W = Cv (T1 T2) = Cv (TH TC)

Tahap ketiga yaitu isotermal reversibel secara kompresi atau penaikan

tekanan, dengan melakukan kerja (W) dari keadaan C sampai D


Tahap keempat yaitu adiabatik reversibel secara kompresi, dengan
melakukan kerja (W) dari keadaan D kembali ke A

Ketika sistem tersebut melakukan siklus, tak ada perubahan energi dalam sistem.
Itu sesuai dengan Hukum I Termodinamika

Q QH QC QH QC

U Q W
0 Q W
Q W

W Q QH QC
W QH QC

QH : besarnya input kalor


QC : besarnya kalor yang dibuang
W : kerja yang dilakukan
Dalam mesin carnot, ada yang dinamakan efisiensi mesin. Efisiensi dari
suatu mesin didefinisikan sebagai perbandingan antara kerja yang dilakukan (W)
dengan kalor yang masuk (QH).

W Q H QC

Q QC
Q
W
H
1 C
QH
QH
QH

Atau bisa juga dalam bentuk

Entropi
Entropi merupakan sifat keadaan suatu sistem yang menyatakan tingkat
ketidakteraturan, berkaitan dengan jumlah keadaan mikro yang tersedia bagi
molekul sistem tersebut. entropi juga dapat didefinisikan sebagai kecenderungan
sistem untuk berproses ke arah tertentu. Entropi dapat dihasilkan, tetapi tidak dapat
dimusnahkan.

Entalpi tidak dapat memprediksi apakah reaksi spontan atau tidak. Tetapi
Hukum II Termodinamika menyatakan bahwa total entropi sistem dan
lingkungannya selalu bertambah untuk proses spontan. Entropi meningkat seiring
dengan kebebasan dari molekul untuk bergerak.entropi dilambangkan dengan huruf
(S)..................S(g) >S(l) >S(s)

Besar Entropi pada Padat, Cair, dan Gas


Entropi dan Hukum II Termodinamika
Hukum II termodinamika kedua:
Entropi semesta (sistem + lingkungan) selalu naik pada proses spontan dan tidak
berubah pada proses kesetimbangan.Untuk proses spontan,perubahan entropi (dS)
dari suatu sistem adalah lebih besar dibanding panas dibagi temp mutlak

dS

dQ
T

DSsemesta = DSsis + DSling> 0

proses spontan

Sementara untuk proses reversibel, yaitu :


dS

dQrev
T

DSsemesta = DSsis + DSling = 0

Proses pada tekanan tetap

proses kesetimbangan

Panas yang mengalir ke benda


dS

QP = CP dT

d 'q
T

S benda

T2

T1

dT
T
C P ln 2
T
T1

Sehingga pada tekanan tetap, perubahan entropi akan naik

Reservoir, pada suhu tetap T2

S reservoir

Q
T T1
CP 2
T2
T2

T T T1

S total S benda S reservoir C P ln 2 2
T1 T2
Perubahan entropi pada saat suhu tetap T2 menjadi semakin kecil, tetapi
perubahan entropinya tetap positif.
Hubungan antara hukum I Termodinamika dengan Hukum II Termodinamika
yaitu
Hukum I

: dQ = dU + dW

Hukum II

: dQRev = TdS

Sehingga

dW = PdV

TdS = dU + PdV

Hubungan energi dalam (U) dengan entropi (S) dan volume (V)

dU

dS
v

dV

dU = TdS PdV
dU = TdS PdVdidiferensial dengan volume konstan terhadap suhu (T)
U

T
U

T
v

Cv
v

Sementara itu, entalpi juga dapat dihubungkan dengan entropi, yaitu :


H = U + PV
dH = dU + PdV + VdP. TdS =dU + PdV
dH = TdS - PdV + PdV + VdP
dH = TdS + VdP
lalu didiferensialkan dengan tekanan tetap terhadap suhu (T)

T
H

T
p

T
P

CP

Entropi pada gas ideal

dU = TdS PdV
dS = dU/T + PdV/T
dS = CvdT/T+nRdV/V
dS = Cv d lnT + nR d lnV

S C v ln

T2
V
nR ln 2
T1
V1

S C p ln

T2
P
nR ln 2
T1
P1

Pada proses adiabatik reversibel


dQrev
T

dS

Q =0

S = 0

Perubahan entropi dengan gas ideal pada proses isotermal


T = 0 ; U = 0
dQ = dW = PdV
dS = dQ/T

dS

PdV
dV
nR
T
V

S nR ln

V2
V1

Standard molar entropi


Standar molar entropi adalah entropi dari 1 mol zat murni pada tekanan 1
atm dan pada suhu 25C. reaksi entropi standar yaitu :
S = nS(products) nS(reactants)

Entropi dalam reaksi kimia


Jika ada reaksi
S0t

aA + bB cC + dD

(25oC)

= S0produk - S0reaktan

= (cS0C + d S0D) (aS0A + b S0B)


Contoh :
Hitung perubahan entropi peleburan as. Benzoat bila diketahui panas leburan
asam benzoat = 18,07 KJ/mol, titik lebur = 122,1 C
Jawab:

S =

S =

18,07
395,1

S = 50 K/J/mol

KESETIMBANGAN KIMIA: konstanta kesetimbangan

Kesetimbangan kimia adalah keadaan reaksi bolak-balik dimana laju


reaksi reaktan dan produk sama dan konsentrasi keduanya tetap. Kesetimbangan
kimia hanya terjadi pada reaksi bolak-balik dimana laju terbentuknya reaktan
sama dengan laju terbentuknya produk. Reaksi akan terjadi terus menerus secara
mikroskopis sehingga disebut kesetimbangan dinamis.

JENIS REAKSI KIMIA BERDASARKAN ARAHNYA:

Reaksi Reversible: Reaksi yang berjalan bolak balik, dan berjalan terus menerus
Reaksi Ireversible: Reaksi yang hanya berjalan searah dan hanya terjadi satu kali

CIRI-CIRI KEADAAN SETIMBANG

Ciri-ciri keadaan suatu reaksi bolak-balik dikatan setimbang sebagai berikut:


1. Terjadi dalam wadah tertutup, pada suhu dan tekanan tetap.
2. Reaksinya berlangsung terus-menerus (reversible) dalam dua arah yang
berlawanan.
3. Laju reaksi ke reaktan sama dengan laju reaksi ke produk.
4. Konsentrasi produk dan reaktan tetap.
5. Terjadi secara mikroskopis pada tingkat partikel zat.

FAKTOR PERGESERAN KESETIMBANGAN KIMIA:

Pergeseran kesetimbangan dipengaruhi beberapa factor diantaranya Konsentrasi


zat, Volume, Tekanan, Suhu.

Konsentrasi Zat:
Jika konsentrasi salah satu zat ditambah, maka reaksi kesetimbangan akan
bergeser dari arah (menjauhi) zat yang ditambah konsentrasinya.
Suhu:
Apabila temperatur sistem dinaikkan maka reaksi kesetimbangan bergeser
ke arah reaksi yang membutuhkan kalor (endoterm).
Apabila temperatur sistem dikurangi maka rekasi kesetimbangan akan
bergeser ke arah zat yang melepaskan kalor (eksoterm).
Apabila temperatur dinaikkan maka reaksi kesetimbangan akan bergeser
ke kiri karena jika temperatur sistem dinaikkan maka reaksi kesetimbangan akan
bergeser ke arah reaksi yang membutuhkan kalor (endoterm).
Volume dan Tekanan:
Apabila tekanan pada sistem ditambah/volume diperkecil maka reaksi
kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah molekul yang lebih kecil. Sifat
volume dan tekanan dalam kesetimbangan adalah bertolak belakang.
Apabila tekanan pada sistem ditambah maka reaksi kesetimbangan akan
bergeser ke kanan, karena jika tekanan ditambah maka reaksi kesetimbangan akan
bergeser ke arah jumlah molekul yang lebih kecil yakni 2.

JENIS KESETIMBANGAN
Kesetimbangan Homogen
Reaksi Kesetimbangan Homogen merupakan reaksi kesetimbangan dimana semua
fasa senyawa yang bereaksi sama. Contoh :
1. N2(g) + 3H2(g) D 2NH3(g)
2. H2O(aq) D H+(aq) + OH-(aq)
3. CH3COOH(aq) D CH3COO-(aq) + H+(aq)

Kesetimbangan Heterogen
Reaksi Kesetimbangan Heterogen adalah reaksi kesetimbangan dimana
fasa reaktan dan produk memiliki fasa yang berbeda. Contoh:
1. CaCO3(s) D CaO(s) + CO3(g)
2. Ag2CrO4(s) D Ag2+(aq) + CrO42-(aq)
3. 2 C(s) + O2(g) D 2CO(g)

MENENTUKAN

KONSTANTA

KESETIMBANGAN

BERDASARKAN

KONSENTRASI DAN TEKANAN


Berdasarkan Konsentrasi (Kc)
Rumus

tetapan

kesetimbangan KC secara garis

besar merupakan

perbandingan (hasil bagi) antara konsentrasi molar ([ ]) zat-zat ruas kanan dengan
konsentrasi molar zat ruas kiri yang dipangkatkan dengan koefisiennya.
Karena fasa padat (s) dan cair (l) tidak memiliki konsentrasi, maka kedua fasa ini
tidak dilibatkan dalam rumus tetapan kesetimbangan K C (diberi nilai=1).

Perludiingat: tanda kurung siku ([ ]) merupakan simbol untuk konsentrasi molar


zat.

Berdasarkan Tekanan (Kp)


Tetapan Kesetimbangan Parsial
Tetapan kesetimbangan parsial adalah perbandingan dari hasil kali tekanan
pasrsial

produk

berpangkat

kofisiennya

masing-masing

dengan tekanan

pasrsial reaktan berpangkat kofisiennya masing-masing. Tetapan kestimbangan


parsial disimbolkan "Kp".

Ket

p = tekanan parsial

Ket :
pX = tekanan parsial yang dicari
nX = mol dari zat yang dicari tekanan parsialnya
En = total mol sistem
Ep = total tekanan parsial sistem
http://arsip-kimia.blogspot.co.id/2015/10/kesetimbangan-kimia-equilibrium.html
Ciri-Ciri Kesetimbangan kimia

Hanya terjadi dalam wadah tertutup, pada suhu dan tekanan tetap

Reaksinya berlangsung terus-menerus (dinamis) dalam dua arah yang


berlawanan

Laju reaksi maju (ke kanan) sama dengan laju reaksi balik (ke kiri)

Semua komponen yang terlibat dalam reaksi tetap ada

Tidak terjadi perubahan yang sifatnya dapat diukur maupun diamati.

1. Kesetimbangan Kimia Bersifat Dinamis


Reaksi yang berlangsung setimbang bersifat dinamis, artinya reaksinya
berlangsung terus-menerus dalam dua arah yang berlawanan dan dengan laju
reaksi yang sama. Contoh kesetimbangan dinamis dalam kehidupan sehari-hari
dapat digambarkan pada proses penguapan air. Bila air dipanaskan dalam wadah
tertutup rapat, airnya lama kelamaan akan habis berubah menjadi uap air. Tetapi
belum sempat habis, uap air yangnaik ke atas mengalami kejenuhan sehingga
akan jatuh kembali menjadi embun. Apabila dibiarkan terus-menerus, kecepatan
menguapnya air akan sama dengan kecepatan mengembunnya uap air menjadi air.
Pada saat itu, tercapai keadaan setimbang dimana tidak nampak lagi adanya
perubahan ketinggian air dalam wadah tertutup tersebut.
Karena kesetimbangan bersifat dinamis, maka suatu reaksi yang berada
dalam keadaan setimbang dapat mengalami gangguan oleh faktor-faktor tertentu
yang mengakibatkan terjadi pergeseran kesetimbangan.
Pergeseran Kesetimbangan

Suatu sistem dalam keadaan setimbang cendrung mempertahankan


kesetimbangannya, sehingga bila ada pengaruh dari luar maka sistem tersebut
akan berubah sedemikian rupa agar segera diperoleh keadaan kesetimbangan lagi.
Seorang kimiawan berkebangsaan Perancis, Henri Le Chatelier, menemukan
bahwa jika reaksi kimia yang setimbang menerima perubahaan keadaan
(menerima aksi dari luar), reaksi tersebut akan menuju pada kesetimbangan baru
dengan suatu pergeseran tertentu untuk mengatasi perubahan yang diterima
(melakukan reaksi sebagai respon terhadap perubahan yang diterima). Hal ini
disebut Prinsip Le Chatelier.
Ada tiga faktor yang dapat mengubah kesetimbangan kimia, antara lain :
Pengaruh Perubahan Konsentrasi Terhadap Kesetimbangan
Perhatikan reaksi pembentukan gas amonia berikut :
N2(g)+ 3H2(g)

2NH3(g) H = -92 kJ

Aksi yang diberikan


N2ditambah

Arah pergeseran
Ke kanan(produk bertambah)

N2dikurangi

Ke kiri(produk berubah menjadi reaktan)

H2ditambah

Ke kanan(produk bertambah)

H2dikurangi

Ke kiri(produk berubah menjadi reaktan

NH3ditambah

Ke kiri(produk berubah menjadi reaktan)

NH3dikurangi

Ke kanan(produk bertambah)

Jika konsentrasi salah satu zat ditambah, maka sistem akan bergeser dari arah zat
tersebut.
Jika konsentrasi salah satu zat dikurangi, maka sistem akan bergeser ke arah zat
tersebut.
Pengaruh Perubahan Suhu Terhadap Kesetimbangan
Secara kualitatif pengaruh suhu dalam kesetimbangan kimia terkait
langsung dengan jenis reaksi eksoterm atau reaksi endoterm. Reaksi eksothermis
adalah reaksi bersifat spontan, tidak memerlukan energi melainkan justru
menghasilkan energi(H reaksi negatif), sedangkan Reaksi endothermis adalah
reaksi yang membutuhkan energi/ kalor untuk bisa bereaksi(H positif). Sistem
kesetimbangan yang bersifat eksothermis ke arah kanan dan endothermis ke arah
kiri.
Jika suhu dinaikkan, maka reaksi akan bergeser ke kiri yaitu reaksi yang
bersifatendothermis. Sebaliknya bila suhu reaksi diturunkan maka reaksi akan
bergeser ke kanan yaitu reaksiyang bersifat eksothermis. Menaikan suhu, sama
artinya kita meningkatkan kalor atau menambah energi ke dalam sistem, kondisi
ini memaksa kalor yang diterima sistem akan dipergunakan, oleh sebab itu reaksi
semakin bergerak menuju arah reaksi endoterm. Begitu juga sebaliknya.
Pengaruh Perubahan Tekanan atau Volume Terhadap Kesetimbangan

Pada proses Haber Reaksi terjadi dalam ruangan tertutup dan semua spesi
adalah gas. Sehingga Perubahan tekanan dan volume hanya berpengaruh pada
sistem kesetimbangan antara fasa gas dengan gas. Sedang sistem kesetimbangan
yang melibatkan fasa cair atau padat, perubahan tekanan dan volum dianggap
tidak ada.
Menurut hukum gas ideal, bahwa tekanan berbanding lurus dengan jumlah
mol gas dan berbanding terbalik dengan volum. Jika tekanan diperbesar maka
jumlah mol juga bertambah, dan volume akan mengecil maka kesetimbangan
akan bergeser ke arah reaksi yang jumlah molnya lebih kecil. Begitu juga
sebaliknya jika tekanan diperkecil maka jumlah mol juga akan kecil, dan volume
akan besar maka kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang jumlah molnya
lebih besar.
Perhatikan reaksi berikut :
N2(g)+ 3H2(g)

2NH3(g)

H = -92 kJ

Jika tekanan diperbesar (volume mengecil) maka kesetimbangan akan


bergeser ke arahkanan, sebab jumlah molnya lebih kecil yaitu 2 mol.

Jika tekanan dikurangi (volume bertambah) , maka kesetimbangan akan


bergeser ke kiri,karena jumlah molnya lebih besar yaitu 4 mol
Dengan demikian, dengan meningkatkan tekanan akan (mengurangi
volume ruangan) pada campuran yang setimbang menyebabkan reaksinya
bergeser ke sisi yang mengandung jumlah molekul gas yang paling sedikit.

Sebaliknya, menurunkan tekanan (memperbesar volume ruangan) pada campuran


yang setimbang menyebabkan reaksinya bergeser ke sisi yang mengandung
jumlah molekul gas yang paling banyak. Sementara untuk reaksi yang tidak
mengalami perubahan jumlah molekul gas (mol reaktan = mol produk), faktor
tekanan dan volume tidak mempengaruhi kesetimbangan kimia.
KATALISATOR
Untuk mempercepat proses kesetimbangan kimia,sering dipergunakan zat
tambahan lain yaitu katalisator. Dalam sistem kesetimbangan, katalisator tidak
mempengaruhi letak kesetimbangan, katalisator hanya berperan mempercepat
reaksi yang berlangsung, mempercepat terjadinya keadaan setimbang, pada akhir
reaksi katalisator akan terbentuk kembali. Katalis tidak dapat menggeser
kesetimbangan kimia.
Perhatikan reaksi dibawah ini :
N2(g) + 3H2(g) 2 NH3(g)
Apakah pengaruhnya jika suatu reaksi yang sudah dalam keadaan stimbang
ditambahkan katalus ke dalamnya. Katalis akan mempercepat laju pembentukan
NH3, tetapi juga akan sekaligus mempercepat laju penguraian menjadi gas N2 dan
gas H2. Pengaruh ini sama kuatnya. Katalisator dalam dunia industri umumnya
logam, namun dalam makhluk hidup katalisator didapat dari dalam tubuhnya yang
dikenal dengan dengan biokatalisator atau enzim.

1. Kesetimbangan: keadaan dimana konsentrasi reaktan dan produk tidak


berubah dengann bertambahnya waktu
2. Keseimbangan juga dapat dinyatakan sebagai suatu proses dimana keadaan
parameter seperti temperatur, warna, tekanan, dan konsentrasi tidak
diperlihatkan perubahan dengan bertambahnya waktu.
Hal ini karena reversible yang berada dalam keadaan setimbang, misalkan pada
reaksi
aA + bB

pP + qQ

Laju reaksi kekanan = laju reaksi kekiri


(*) lihat/pelajari Azaz Le Chatelier mengenai kesetimbangan reaksi kimia( reaksi
dasar).
Konstanta kesetimbangan:
Suatu reaksi kimia yang berada dalam keadaan setimbang dan reversible
dan berlangsung dalam sistem homogen, misalnya seperti reaksi berikut:
aA + bB
reaktan

pP + qQ
produk

Greaksi = Gproduk - G reaksan


G = [pP + qQ] - [aA + bB]
Go = [poP + qoQ] - [aoA + b0B]
i = io + RT ln Pi........ untuk larutan

i = io + RT ln ai

aktivitas:konsentrasi efektif
aktivitas = koefisien aktivitas x konst
koefisien aktivitas: suatu bilangan yang menunjukkan besarnya angka
penyimpangan yang terjadi dari sifat ideal suatulart standart.

Makin encer konst lart, nilai koefisien aktivitas makin mendekati 1.


G = [pP + qQ] - [aA + bB] dan i = io + RT ln ai
G = [poP + pRTlnaP+qoQ+ qRTlnaQ] - [aoA+ aRTlna A+ b0B+ bRTlnaB]
G = [poP + qoQ] - [aoA + b0B] + [(pRTlnaP+qRTlnaQ)+( aRTlna
A+bRTlnaB) ]

G = Go + RT ln K..... dimana K=

a p p.a q Q
a q A.a p B

Sistem dalam keadaan setimnbang(G = 0)


Maka Go = - RT lnK
Go: perubahanenergi bebas standar(reaksi)
K : konstanta kesetimbangan reaksi
Ketergantungan Go pada nilai konstanta keseimbangan reaksi (dalam keadaan
standar).
-

Bila K < 1..... maka nilai Go> 0


Bila K = 1..... maka nilai Go= 0
Bila K > 1..... maka nilai Go< 0
Hitungn Go disosiasi lart aquous as. Asetat, bila diket Ka HAc = 1,75x10-5, dan R
= 1,987 cal K-1 mol. Dan sebutkan apakah kecenderumgan reaksi lebih kuat
kearah keadaan reaktan atau arah keadaan produk.
Go = - RT lnK
Go= - 1,987 cal K-1 mol x298 K x 1,75x10-5
Go= 6486 cal
Ketergantungan konstanta keseimbangan pada temperatur:
Lihat lagi persamaan sebelumnya: dG = VdP SdT

S
p

G = H TS

G=H+T

G/ T2 = H/ T2 + T/ T2

G 1 dG

T 2 T dT derivat dari

Pada sistem termodinamika:

Go = - RT lnK.......

(a*) dan (b*) :

.... lalu pers sama sama dibagi dengan T2

.... disusun menjadi

G / T

d G / T
dT ......

G / T

G 1 G

T 2 T T

H
T2

H
T2

H
T 2 ...(a*)

G O
R ln K
T
....... (b*)

d ln K H o

dT
RT 2 persamaan : vant Hoff

Persamaan ini memperlihatkan hubungan ketergantungan nilai konstanta


keseimbangan pada suhu. Dengan mengasumsi Ho tidak bergantungan pada
suhu, maka penyelesaian integral persamaan vant Hoff ini menjadi:

LnK =

H o

RT
konstanta

Alternatif hasil integral persamaan ini dalam batas 2 nilai suhu sistem,

ln

K 2 H o

K1
R

1 1


T1 T2

KONSTANTA KESEIMBANGAN, (K):


1. Pada air (H2O), sebagai hasil autoprotolisis, Kw
2. Lart aqueous(asam dan basa) lemah, Ka pada asam lemah dan Kb pada basa
lemah
3. Hidrolisi sebyawa garam ( dalam larutan aquous), Kh

4. Elektolit sulit larut ( dalam pelarut air), Ksp


5. ion kompleks, Kd dan Kf
untuk hal ini, terlebih dahulu memahami sifat-sifat H2O baik sifat-sifat fisik
maupun sifat-sifat kimianya.
Fisik dan kimia H2O : antara lain
-

H2O: es padat, cairan dan uap/gas


Kapasitas panas, panas penguapan, panas pelebaran
Densitas/bobot jenis
Polaritas
Ikatan hidrogen
Kohesi dan adhesi
Tegangan permukaan
Aksi kapiler
Pelarut universal
Amfoterik
Autoprotolisis
Terionisasi pada derajat yang sangat kecil.
H2O memiliki ion H+ dan ion OH- karena

Amfoterik ( mempunyai sifat asam dan basa)


Autoprotolisis
Terionisasi dengan derajat yang sangat kecil
Autoprotolis: perpindahan proton antara 2 molekul yang sama, yang satu molekul
bersifat sebagai asam Bronsted (donor proton) dan yang satu lagi bersifat sebagai
basa Bronsted(akseptor proton).
Autoprotolisis pada air: H2O + H2O
H2O

OH- + H3O+

H+ + OH-......[H+] = [OH-]

Pada suhu 298 K, [H+] = [OH-] = 1,0 x 10-7 mol L-1.


Kw = [H30+] [OH-] = 1.0 x 10-14
pH dan pOH dari H2O
pH = - log [H+]

pH = - log 1,0 x 10-7= 7,0


pOH = - log 1,0 x 10-7= 7,0
pKw:
-

pKw = -log Kw = - log 10-14 = 14


pKw = pH +pOH = 7 + 7 = 14
berapa ph larutan (aqueous)

larutan asam:
[H+]> 1,0 x 10-7 mol L-1
Kw konstan, maka [OH-]< 1,0 x 10-7 mol L-1
Kw
H
Yaitu berdasarkan: [OH-] =

larutan basa
[OH-]> 1,0 x 10-7 mol L-1
Kw konstan, maka [H+]< 1,0 x 10-7 mol L-1
Kw
OH
Yaitu berdasarkan: [H+] =

PH larutan (aqueous),patokan umum

lart netral: [H+] = [OH-], PH = 7


lart asam: [H+]> [OH-], PH < 7
lart basa: [H+]< [OH-], PH > 7
keseimbangan disosiasi larutan ( aqueous) asam lemah,
Catatan:
- Teori asam Arrhenius
asam: substans yang menghasilkan ion hidrogen (H+) dalam larutan (aqueous)
- Teori asam Bronsted- Lowry
asam : adalah donor proton
- Teori asamLewis
asam : adalah akseptor pasangan elektron
Misal: larutan ( aqueous) asam asetat
Keseimbangan disosiasi larutan( aqueous) basa lemah
Catatan :

Teori basa Arrhenius


asam: substans yang menghasilkan ion hidroksida (OH-) dalam larutan (aqueous)
Teori asam Bronsted- Lowry
asam : adalah akseptor proton
Teori asamLewis
asam : adalah donor pasangan elektron
nilai Ka dan Kb, disamping dapat digunakan untuk menetapkan nilai PH suatu
larutan, juga berguna untuk mengetahui derajat disosiasi suatu larutan ( asam
lemah ataupun basa lemah).
Misal : menghitung derajat disosiasi (
Untuk larutan asam lemah :

) larutan ( aqueous) asam asetat.

<< 1, nilai

dapat diabaikan sehingga

Ka
c

Catatan: bila nilai

tidak diabaikan, maka nilai

dihitung dengan rumus

berikut:
Dimana : c : konsentrasi larutan asam lemah
Ka : konstanta keseimbangan disosiasi asam lemah.
Prinsip persamaan ini juga berlaku untuk larutan basa lemah dengan mengganti
simbol Ka dengan Kb, dimna Kb: konstanta keseimbangan disosiasi basa lemah
dan c : konsenttrasi larutan basa lemah.
Konstanta keseimbangan pada hidrolisis larutan aqueous garam: hidrolisis
senyawa garam dalam larutan aqueous:
Tipe senyawa garam berdasarkan hasil reaksi antara asam dan basa,
1.
2.
3.
4.

Garam yang berbentuk dari reaksi asam kuat + basa kuat, misal: NaCl
Garam yang berbentuk dari reaksi asam kuat + basa lemah, misal: NH4Cl
Garam yang berbentuk dari reaksi asam lemah + basa kuat, misal: NaAc
Garam yang berbentuk dari reaksi asam lemah + basa lemah, misal: NH4Ac

Pengaruh ion senama dan larutan buffer: sesuai asas Le Chatelier:


penambahan ion senama kedalam suatu reaksi kimia yang berada dalam keadaan
setimbang akan menyebabkan kesetimbangan tersebut mengalami pergeseran.
Begeser kearah mana?( kekiri atau kekanan).
Contoh: kedalam larutan HAc 0,1 M ditambahkan 0,09 mol NaAc, (Ka = 1,75 x
10-5)
H+ + Ac- (elektrolit lemah/ asam lemah)

HAc

NaAc (elektrolit kuat), maka dalam larutan, NaAc

Na + + Ac-, dengan

demikian penambahan Ac-menyebabkan kesetimbanganbergeser kekiri, sehingga [


H+] berkurang, atau Ph larutan menjadi lebih tinggi.
Perhitungan: contoh, PH larutan HAc 0,1 M
[ H+ ] =

Ka HAc

[ H+ ] =

1,75 x 10 - 5 x 0,1 1,32 x10 3

Ph = 2,88
PH larutan HAc 0,10 M mengandung 0,09 mol NaAc
H+ + Ac-[ HAc ] = (c ac) , nilai ac diabaikan karena <<

HAc
(c -

c )

(ac)

(ac)

karena <<
NaAc

Na+ +

(C)

(C)

H Ac

Ka =

HAc

[H+]= 1,94 x 10-5


PH = 4,71

Ac(c)

[ Ac - ] = C + ac, nilai ac diabaikan

Sistem campuran asam lemah ataupun basa lemah yang bercampur dengan
ion senama nya, memiliki sifat buffer. Ion senama tersebut biasanya berasaldari
senyawa garam. Larutan buffer yaitu larutan yang dapat menahan perubahan PH
ketika sejumlah kesil asam atau basa ditambahkan.
Terdapat 2 tipe sistem larutan buffer:
1. Sistem campuran asam lemah dan garamnya, misal: Hac-NaAc
2. Sistem campuran basa lemah dan garamnya, misal: NH4OH-NH4Cl
Larutan buffer campuran Hac-NaAc

H cc Ka

H+ + Ac-

HAc
(c -

c )

-log

(ac)

asam Ka

H =

......

(ac)

garam

nilai PH larutan adalah PH=

garam
+

NaAc

Na +

(C)

(C)

Ac

asam

PH = pKa+ log

(c)

Catatan : mekanisme kerja buffer


Penambahan H+.......

H+ +

Penambahan OH- ...... OH-

Ac+

HAc

HAc

H2O + Ac-

Larutan buffer campuran NH4OH - NH4Cl

NH OH

Kb NH 4 OH

NH4OHNH4+ + OH-Kb

NH 4 OH

(ac)[OH-] =

[OH-]=

NH 4

C
Kb
C

(c ac)

(ac)

NH4Cl NH4+ +

Cl-nilai poh larutan adalah poh = - log [OH-]

(C)

(c)

(C)

nilai PH larutan adalah PH = 14 Poh

[H+] =

Kw
OH

basa

PH = pKw pKb + log

garam

Catatan : mekanisme kerja buffer


Penambahan H+.......

H+ +

Penambahan OH- ...... OH-

NH4OHH2O + NH4+
+

NH4+NH4OH

Contoh soal:
1. Penyiapa larutan buffer campuran asam asetat- natrium asetat. Berapa
rasio molar[garam]/[asam] yang diperlukan untuk menyiapkan larutan
buffer dengan PH = 5,2. Diketahui Ka asam asetat = 1,75 x 10-5
2. Penyiapan larutan buffer campuran ephedrine- ephedrine hydrocloride.
Berapa rasio molar[basa]/[garam] yang diperlukan untuk menyiampakn
larutanbufeer dengan PH = 10,4. Diketahui Kb ephedrine = 2,29 x 10-5
dan Kw 1,0 x 10-14.
Larutan dapar (buffer solution) merupakan nama lain dari penyangga (Purpasari,
2010). Larutan penyangga atau larutan buffer atau larutan dapar merupakan suatu
larutan yang dapat menahan perubahan pH yang besar ketika ion ion hidrogen
atau hidroksida ditambahkan, atau ketika larutan itu diencerkan. Secara umum,
larutan buffer mengandung pasangan asam basa konjugat atau terdiri dari
campuran asam lemah dengan garam yang mengandung anion yang sama dengan
asam lemahnya, atau basa lemah dengan garam yang mengandung kation yang
sama dengan basa lemahnya. Oleh karena mengandung komponen asam dan basa
tersebut, larutan buffer dapat bereaksi dengan asam (ion H +) maupun dengan basa
(ion OH-) apa saja yang memasuki larutan. Oleh karena itu, penambahan sedikit

asam ataupun sedikit basa ke dalam larutan buffer tidak mengubah pH-nya.
Larutan penyangga dapat dibedakan atas larutan penyangga asam dan larutan
penyangga basa. (Underwood, A.L., 2002 ).
Mekanisme sebagai pendapar dapat digambarkan oleh larutan dapar asam asetat
(CH3COOH) dan natrium asetat (CH3COONa), bila ditambahkan basa (OH-) maka
reaksi yang terjadi adalah (Mirawati, 2011):
CH3COOH + OH-

CH3COO- + H2O

Bila yang ditambahkan dalam larutan adalah asam (H +) maka reaksi yang terjadi
adalah :
CH3COONa + H+

CH3COOH + Na+

Faktor-faktor yang mempengaruhi pH larutan dapar. Penambahan garam-garam


netral ke dalam larutan dapar mengubah pH larutan dengan berubahnya kekuatan
ion. Temperatur juga berpengaruh terhadap larutan-larutan dapar. Kolthff dan
Takelenburg menyatakan istilah koefisien temperatur pH yaitu perubahan pH
akibat pengaruh temperatur. pH dapar asetat dijumpai meningkat dengan naiknya
temperatur sedang pH dapar asam borat-natrium borat turun (Martin, 1990).
Cara menghitung jumlah bahan yang digunakan dalam pembuatan bahan adalah
dengan

menggunakan

persamaan

Henderson-Hasselbach

(Anonim, 2011) :
1.

Asam lemah dengan basa konjugasinya

2.

Basa lemah dengan basa konjugasinya (garamnya).


Untuk asam :
pH = pKa+log garam/ asam

sebagai

berikut

Untuk basa :
Ph= pka+ log basa/garam
Fungsi larutan penyangga dalam bidang farmasi
Buffer pada bidang farmasi banyak digunakan untuk menetralkan darah
atau biasanya pada kasus keracunan. Dalam bidang farmasi (obat-obatan) banyak
zat aktif yang harus berada dalam keadaan pH stabil. Perubahan pH akan
menyebabkan khasiat zat aktif tersebut berkurang atau hilang sama sekali. Untuk
obat suntik atau obat tetes mata, pH obat-obatan tersebut harus disesuaikan
dengan pH cairan tubuh. pH untuk obat tetes mata harus disesuaikan dengan pH
air mata agar tidak menimbulkan iritasi yang mengakibatkan rasa perih pada mata.
Begitu juga obat suntik harus disesuaikan dengan pH darah agar tidak
menimbulkan alkalosis atau asidosis pada darah.
Perubahan pH pada larutan obat dapat merusak komposisi, fungsi, dan efektivitas
obattersebut. Oleh karena itu, obat-obatan dalam bentuk larutan sering kali
bertindak sebagai sistem penyangga bagi obat itu sendiri untuk mempertahankan
kadar larutan obat tetap berada dalam trayek pH tertentu.
Larutan Penyangga pada Obat-Obatan : asam asetilsalisilat merupakan
komponen utama dari tablet aspirin, merupakan obat penghilang rasa nyeri.
Adanya asam pada aspirin dapat menyebabkan perubahan pH pada perut.
Perubahan pH ini mengakibakan pembentukan hormon, untuk merangsang
penggumpalan darah, terhambat; sehingga pendarahan tidak dapat dihindarkan.
Oleh karena itu, pada aspirin ditambahkan MgO yang dapat mentransfer kelebihan
asam.
Kapasitas buffer (

Besarnya resistnsi suatu buffer terhadap perubahan PH. Istilah lain: Nilai
buffer, efisiensi buffer, indeks buffer.
Kapasitas buffer didefenisikan sebagai rasio penambahan basa kuat
( atauasam kuat) terhadap jumlah campuran suatu buffer yang relatif tidak
menyebabkan terjadinya perubahan PH sistem larutan buffer.

B
pH

dimana B : penambahan basa kuat kedalam larutan buffer yang akan


menyebabkan terjadi perubahan PH. Persamaan ini hanya untuk hitungan
perkiraan/ kasar.
Tabel. Perkiraa nilai kapasitas buffer larutan yang terdiri dari asam asetat dan
natrium aseatat dalam jumlah yang sama, (0,1 M)
Mol NaOH yang ditambahkan
0

PH larutan
4,76

Kapasitas buffer
-

0,01

4,85

0,11

0,02

4,94

0,11

0,03

5,03

0,11

0,04

5,13

0,10

0,05

5,24

0,09

0,06

5,36

0,08

Persamaan yang lebih akurat untuk menghitung kapasitas buffer:

2,303C


Ka H
Ka H

H
max 2,303C
2 H
2

0,5758C
Contoh soal:
1. Hitung kapasitas suatu buffer yang disiapkan untuk PH = 4,76 dengan
menggunakan campuran asam asetat dan natrium asetat dalam jumlah molar
yang sama (0,01 M). Diketahui Ka asam asetat = 1,75 x 10-5
= 0,02
2. Siapkan suatu larutan buffer PH = 5,0 dan
Parameter penting yang diperlukan dalam peyiapan larutan buffer adalah:
PH, rasio molar [garam]/[asam] atau rasio molar [basa]/[garam].
Catatan : koefisien aktivitas dan persamaan buffer. Perhitungan-perhitungan pada
buffer dengan akurasi lebig tinggi lagi:gunakan konsentrasi efektif yaitu : a =

c
Misal: buffer campuran asam asetat natrium asetat.

HAc

H+ + Ac

NaAc

Na+ + Aca H log Ka log

Log

Log

-Log

asam

garam

a H log Ka log

Ac

garam log
asam

log AC

garam log
AC
asam
AC

HAc.C HAc

HAc.C HAc

C HAC
1
log
C AC
AC

a H log Ka log

PH = pKa + log

Ka =

H . C H Ka

.C H Ac .C Ac

.C Ac

garam 0,5
asam

PH = pKa + log

Dimana : kekuatan ionik. Menurut teori Debye Huckel : niali kekuatan ionik
untuk larutan aqueous ion-ion univalent tidak lebih besra dari 0,2 pada suhu 25oC.
Contoh soal:
Larutan buffer terdiri dari campuran asam format dan natrium format masingmasing dalam jumlah 0,05 dan 0,10 mol L-1. Ka asam format diketahui = 1,78 x
10-4 dan kekuatan ionik larutan diketahui = 0,10. Hitung PH larutan
buffer( denagn dan tampa memperhitungkan koreksi koefisien aktivitas).

ELEKTROLIT (KUAT) SULIT LARUT/SEDIKIT LARUT:


Konstanta keseimbangan hasil kelarutan, Ksp:
Senyawa ionik yang sulit larut atau sedikit larut, misalnya MxAy, didalam larutan
jenuhnya, akan berada dalam keadaan setimbang antara bentuk pedatnya dan
bentuk hasil disosiasinya berupa ion seperti brk,

M . A
M A

(MxAv) (s)

xM+ (aq) + yA- (aq)....... K =

........Ksp =

M . A

Bial

M . A

= Ksp

larutan jenuh

Bial

M . A

< Ksp

larutan tidak jenuh

Bial

M . A

= Ksp

larutan lewat jenuh

Nilai Ksp dipengaruhi oleh suhu, secara umum nilai Ksp suatu senyawa ionik
meningkat dengan kenaikan suhu. Ksp senyawa ionik sulit larut bernilai tetap

pada suhu tertentu, dan nilai Ksp yang dicantumkan dalam handbook adalah
padaa kondisi standar (25oC).
Penggunaan Ksp hanya untuk senyawa ionik sulit larut/sedikit larut

Memorediksi apakah akan terbentuk endapan didalam suatu pencampuran

ionik
Menentukan kelarutan suatu senyawa ionik, dan sebaliknya nilai Ksp suatu
senyawa ionik dapat ditentukan bila kelarutannya diketahui.

Contoh soal:
1. Pada suhu 25oC, 0,05ml AgNO3 0,01 M, ditambahkan kedalam10 ml NaCl 0,01M,
apakah akan terbentuk endapan AgCl, bila diketahui Ksp AgCl = 1,8 x 10-10
2. Hitung kelarutan AgCl pada suhu 25oC. Jika diket Ksp(289 K)=AgCl = 1,8 x 10-10
3.
Hitung Ksp PbCl2 pada suhu 25oC,bila diket kelrutan PbCl2 pada suhu yang sama
= 0,016 mol L-1
Pengaruh ion senama terhadap kelarutan senyawa- senyawa ionik.
Penambahan ion senama kedalam suatu larutan jenuh senyawa ionik akan
menyebabkan kelarutan senyawa tersebut berkurang (terbentuk endapan).
Misal: larutan jenuh CaSO4, berada dalam keadaan setimbang seperti berikut,
CaSO4(s)Ca2+(aq)

SO42- (aq)

Bila kedalam larutan ini ditambahkan NaSO 4 maka kesimbangan akan bergeser
kekiri sehingga terbentuk endapan CaSO4.
Kelarutan AgCl dalam larutan HCl encer < kelarutan AgCl dalam H2O, hal ini
dikarenakan adanya efek ion senama (Cl-) dalam kelarutan HCl encer.
Contoh soal:
1. Diket pada suhu 25oC, Ksp AgCl = 1,8 x 10 -10. Hitung kelarutan AgCl
dalam:
a. Air

b. HCl 0,1 M
KONSTANTA KESEIMBANGAN PADA ION KOMPLEKS:
Contoh ion kompleks: [Ag(CN)2]- ; [Zn(CN)4]2- ; [Co(NH3)6]3+
(A. Werner, 1893):
Atom logam mempunyai 2 jenis valensi
Valensi primer : berdasarkan banyaknya e yang dapat dilepaskan oleh atom logam
Valensi sekunder : berdasarkan kemampuan ion logam (pusat) membentuk ikatan
kovalen koordianat dengan gugus terkoordinasi (ligant).
Tipe ligant :

Unidentat : yang dapat menyediakan sepasang elektron


Multidentat : yang dapat menyediakan lebih dari sepasang elektron yang
berbeda. Bika ikatan antar ion logam dan multi dentat membentuk cicin,
maka ion kompelks yang etrbentuk dinamakan kelat dan ligannya disebut
pengkelat. Bentuk lingkar yang terbentuk biasanya berupa pola cincin segi 5
dan segi 6.

Contoh chelating agents:


a.
b.
c.
d.
e.
f.

En : etilendiamina
Oks:: oksalat
O-fen : o-fenantrolin
Dien: dietilentriamina
Trien : trietilenteraamina
EDTA

HUKUM HENRY

Persamaan Hukum Henry:


P=kHX

kH = konstanta hukum henry


X = Mol

Hubungan kH dengan Temperatur:


C = kP

C ; Konsentrasi
K ; konstanta (mol/L atm)
P ; tekanan

KELARUTAN GAS DALAM CAIRAN


Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat
terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan gas dalam
darah berarti kemampuan suatu gas dalam kuantitas maksimal yang dianggap
sebagai terlarut untuk larut dalam darah. Pembahasan ini menjelaskan bagaimana
gas-gas yang dihirup dapat larut dalam darah dilihat dari segi biokimiawi.
Sebelum membahas kelarutan gas dalam darah ada baiknya kita membahas
dahulu prinsip kelarutan gas dalam cairan baik secara fisika dan secara kimiawi,
faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan gas dalam cairan, bentuk-bentuk
transfer oksigen dalam darah, bentuk-bentuk transfer karbondioksida dalam darah,
hukum aksi masa dalam kelarutan oksigen dan carbondioksida dalam darah dan
efek dekompresi.
Kelarutan gas dalam cairan berarti kemampuan gas yang bertindak sebagai
terlarut untuk dapat larut dalam cairan yang bertindak sebagai pelarut.
Prinsip kelarutan gas dalam cairan adalah "like dissolve like" yang berarti zat
pelarut dan terlarut saling melarutkan, apabila mempunyai kemiripan kepolaran.

Kepolaran dalam ikatan kimia adalah suatu keadaan dimana distribusi


penyebaran elektron tidak merata atau elektron lebih cenderung terikat pada salah
satu atom. Jadi suatu gas akan larut dalam cairan jika mirip kepolarannya
sehingga saling melarutkan.
Senyawa polar adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan
antar elektron pada unsur-unsurnya, senyawa dikatakan polar jika ada perbedaan
keelektronegatifan.

contohnya NH3

yaitu

ada

unsur N

dan

H.

Jadi gas yang sama sifat keelektonegatifan dengan pelarut dalam hal ini cairan,
maka gas itu akan larut. Sayangnya kebanyakan gas bersifat Non polar dan pelarut
dalam hal ini cairan kebanyakan bersifat polar. Jika dua senyawa mempunyai
kepolaran yang sama maka akan saling melarutkan, tetapi jika senyawa yang satu
Non polar dan yang satunya lagi polar, maka tidak akan atau sedikit terjadi
kelarutan.
Kelarutan suatu gas dalam cairan dapat terjadi baik secara fisika maupun
secara kimia. Gas terlarut tanpa bereaksi dengan pelarutnya. Kelarutan gas secara
fisika sangat kecil, hal ini terjadi karena perbedaan kepolaran antara gas dan
pelarutnya juga kecil, contoh kelarutan gas 02, N2 atau H2 dalam air. Jadi gas 02,
N2 atau H2 kecil kelarutannya dalam air karena perbedaan kepolarannya kecil.
Gas 02, N2 atau H2 merupakan gas-gas diatomik atau dua atom non polar yang
dimana karena non polar berarti tidak ada perbedaan keelektronegatifan.
Gas yang terlarut bereaksi dengan pelarutnya, sehingga kelarutan gas
menjadi lebih besar. kelarutan gas secara kimiawi sangat besar karena perbedaan
kepolarannya sangat besar, contoh : NH3 + H2O. dalam reaksi ini juga terjadi

jembatan hidrogen antara gas NH3 dengan air. Pada contoh diatas dapat dilihat
adanya kesamaan kepolaran antara gas NH3 yang bersifat polar, dengan H2O atau
air yang bersifat polar juga, selain karena sama- sama polar, kelarutan kedua
senyawa ini juga semakin besar akibat adanya jembatan hidrogen yang terbentuk.
Jembatan hidrogen atau ikatan hidrogen adalah sejenis gaya tarik antar molekul
yang terjadi antara dua muatan listrik parsial dengan polaritas yang berlawanan.
Suatu gas dikatakan dapat larut dalam sangat di pengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu faktor kepolarannya, faktor adanya ikatan atau jembatan hidrogen,
faktor Temperatur,faktor tekanan dan faktor adanya zat terkarut lainnya

Faktor kepolaran suatu zat

Senyawa polar adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya

suatu ikatan antar elektron pada unsur-unsurnya. Hal ini terjadi karena unsur
yang berikatan tersebut mempunyai nilai keelektronegatifitas yang berbeda,
sedangkan senyawa Non polar adalah senyawa yang terbentuk akibat
adanya suatu ikatan antar elektron pada unsur-unsur yang membentuknya.
Hal

ini

terjadi

karena

unsur

yang

berikatan

mempunyai

nilai

elektronegatifitas yang sama/hampir sama. Senyawa polar memiliki


perbedaan keelektronegatifan yang besar, perbedaan harga ini mendorong
timbulnya kutub kutub listrik yang permanen ( dipol permanent ) sehingga
antar molekul polar terjadi gaya tarik dipol permanent. Jadi perbedaan
senyawa polar dan Non polar lebih dititik beratkan pada besarnya tingkat
perbedaan keelektronegatifan.

o Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya, bahwa kelarutan suatu gas dalam
cairan akan besar jika ada kepolaran antara gas tersebut dengan cairan
tersebut. Jadi senyawa Polar jika bertemu dengan senyawa polar, maka akan
mudah untuk larut, sedangkan senyawa Non polar bertemu dengan senyawa
polar maka akan tidak atau sedikit saling melarutkan.

Faktor ikatan atau Jembatan Hidrogen

o Ikatan hidrogen adalah sebuah interaksi tarik-menarik (dipol-dipol) antara


atom yang bersifat elektronegatif dengan atom hidrogen yang terikat pada
atom lain yang juga bersifat elektronegatif. Jadi, ikatan hidrogen tidak
hanya terjadi pada satu molekul, melainkan bisa antara molekul satu dengan
molekul yang lainnya. Ikatan hidrogen selalu melibatkan atom hidrogen.
syarat suatu ikatan atau jembatan hidrogen adalah adanya atom hidrogen
dan adanya atom-atom yang sangat keeletronegatifan sperti N, O dan F.
o Adanya ikatan atau jembatan hidrogen, akan mempercepat kelarutan gas
dalam cairan terutama antara suatu senyawa yang mengandung atom N, O
dan F dengan senyawa lain yang mengandung unsur H pada senyawa air,
kemungkinan akan cepat larut dibanding senyawa senyawa yang tidak
mengandung atom N, O dan F hal ini karena ke tiga atom diatas sangat
elektronegatif dan jika bertemu dengan atom H pada senyawa air yg juga
elektronegatif maka akan semakin mudah kelarutannya.

Faktor Temperatur

o Kelarutan suatu gas dalam cairan juga ditentukan oleh temperatur, dimana
jika temperaturnya tinggi, maka kelarutan gas dalam cairan akan semakin
kecil begitu pula jika temperatur suhunya diturunkan maka kelarutan suatu
gas dalam cairan makin mudah.
o Kenaikan temperatur atau suhu akan menyebabkan kelarutan gas dalam
cairan makin kecil hal ini terjadi karena pada temperatur yang meningkat
menyebabkan energi kinetik gas meningkat, molekul gas bergerak semakin
cepat sehingga mudah meninggalkan pelarutnya.

Faktor zat terlarut lain

o Faktor zat terlarut lainnya adalah dalam liqiud atau cairan terdapat zat
terlarut lain selain gas. adanya faktor zat terlarut lainnya ada dua efek yaitu
dapat menaikan atau menurunkan kelarutan gas dalam larutan.
o Apabila zat terlarut lain dapat bereaksi dengan gas terlarut, kelarutan gas
naik. contoh CO2 dalam larutan NaOH. Pada contoh ini terjadi reaksi CO2 +
NaOH yang terjadi adalah NaCO2 (natrium carbonat). Natrium carbonat
adalah garam juga, jadi hasilnya garam, dimana adalah CO2 adalah oksida
asam.
o Apabila zat terlarut lain tidak bereaksi dengan gas terlarut, kelarutan gas
berkurang. contohnya O2 dalam larutan Nacl (garam). Jika zat yang terlarut
itu adalah garam-garaman (jadi garam dilarutkan dalam air, dan didalam
larutan garam tersebut larut O2) misalnya pada air laut. Garam garam

bersifat hidroskopis yaitu menarik air, sehingga air yang dipakai untuk
melarutkan O2 (zat terlarut) menjadi sedikit, sehingga kelarutannya kecil.
Contoh larutan gaseous:

Larutan HCL
Larutan ammonia
Minuman berbuih (mengandung CO2)
Produk aerosol (CO2 atau N2)

Faktor Tekanan

Kelarutan gas dalam cairan akan meningkat jika tekanan


meningkat, begitupun sebaliknya jika tekanannya menurun maka kelarutan
suatu gas dalam cairan juga menurun. Kelarutan gas dalam cairan ini
meningkat karena jika tekanan di tingkatkan berarti kita paksa gas tersebut
masuk kedalam larutan, malah kelarutan gas dalam cairan dinyatakan dalam
satuan atm.

Hukum henry :
Dalam keadaan setimbang ( pada temperatur konstan), konsentrasi gas yang
terlarut sebanding dengan tekanan parsial gas (dalam fase gas)

Catt :

kelarutan gas meningkat bila tekanan diperbesar.


Untuk larutan tidak encer, satuan konsentrasi gas : fraksi mol (X1)
untuk larutan encer, satuan konsentrasi gas : molar (M)

Faktor Temperatur

o Kelarutan suatu gas dalam cairan juga ditentukan oleh temperatur, dimana
jika temperaturnya tinggi, maka kelarutan gas dalam cairan akan semakin
kecil begitu pula jika temperatur suhunya diturunkan maka kelarutan suatu
gas dalam cairan makin mudah.
o Kenaikan temperatur atau suhu akan menyebabkan kelarutan gas dalam
cairan makin kecil hal ini terjadi karena pada temperatur yang meningkat
menyebabkan energi kinetik gas meningkat, molekul gas bergerak semakin
cepat sehingga mudah meninggalkan pelarutnya

Kelarutan gas menurun bila temperatur diperbesar


Catt :

hati2 membuka tutup larutan gaseous ( misal daalm botol) pada kondisi

panas
misalnya untuk membuka tutup larutan gaseous etil nitral lakukan dengan
direndam dalam air.

Efek reaksi kimia :


Kelarutan suatu gas yang bereaksi dengan cauran lebih tinggi daripada kelarutan
suatu gas yang tidak bereaksi dengan cairan pelarut.
Misal : kelarutan HCl 10000 kali kelarutan O2 dalam H2O
Larutan gaseous ( terjadi reaksi), tidak memenuhi hukum henry, seperti larutan
HCl, ammonia dan CO2.

Efek adanya garam :


Bila keadaan larutan gaseous ditambahkan garam elektrolot, akan terjadi salting
out( pembebasan gas).
Hal ini disebabkan terjadinya atraksi ion2 elektrolit dengan molekul H2O.
Misalnya : kedalam carbonated solution ditambahkan sedikit garam, akan
terjadi salting out.

Soal
1. calculate the concentration of CO2 in a soft drink that is bottled with a
parsial pressure of CO2 of 4.0 atm over the liquid at 25 0C. the henry law
constan for CO2 in water at this temperatur is 3.4 x 10-2 mol/ Latm
2. calculate the concebtration of CO2 in a soft drink after the bottle in opened
and equilibrates at 250C under a CO2 pertial pressure of 3.0 x 10-4 atm.
3. when the partial pressure of nitrogen over a sample of water at 19.4 0C is
9.20 atm, the concentratiaon of nitrogen in the water is 5.76 x

10-3

mol L-1.

Compute henry law constant for nitrogen in water at this temperatur.


Jawab.
1. Dik : P = 4 atm
K = 3.4 x 10-2 mol/ Latm
Dit : C = ?
Jb : C = k. P
C = 3.4 x 10-2 mol/ Latm x 4 atm
C = 13.6 x 10-2 mol
2. Dik : P = 3.0 x 10-4 atm.
K = 3.4 x 10-2 mol/ Latm
Dit : C = ?
Jb : C = k. P

C = 3.4 x 10-2 mol/ Latm x 3.0 x 10-4 atm.


C = 10,2 x 10-6 mol
3. Dik : P = 9.20 atm.
C = 5.76 x 10-3 mol/ L
Dit : k = ?
Jb : C = k. P
k = 5.76 x 10-3 mol/ L / 9.20 atm.
k = 52,99 x 10-3 mol/ Latm

4. Hitung bobot molekul suatu senyawa disakarida yang dilarutkan sebanyak


24,1 g kedalam 1000 g H2O pada suhu kamar, berdasarkan data percobaan
berikut : tekanan uap larutan ini 23,73 mmHg, dan diketahui tekanan uap
H2O 23,76 mmHg pada suhu 250C dan bobot molekul H2O 18,0 g/mol.
5. 3 g urea dilarutkan kedalam 500 g air. Berapa titik beku larutan bila
diketahui titik beku normal air 00C dan Kf 1,86 K/molal dan BM urea
(NH2)2CO 60 g/mol.
6. Titik beku larutan dari 2 g suatu zat turunan benzene yang dilarutkan
dalam 100 g benzene mengalami penurunan sebesar 0,60950C. hitung
bobot molekul zat tersebut, bila diketahui K f benzene 5,12 K/mol, dan
berapa titik beku larutan ini bila diketahui titik beku benzen 5,50C.
7. Didapat titik beku larutan asam asetat 0,01 m = 0,01940C. tentukan nilai
derajat disosiasi larutan, selanjutnya tetapkan nilai Ka lart HAc.
Jawab.
4. ( P0pel Plart ) = Xi . P0pel
nzterl
npel P0pel
0,03 mmHg =
24,1 55,5molX 0,03mmHg

BM
23,76mmHg
24,1g
0,07mol
BM

24,1g
0,07 mol
BM = 344,29 g/mol
kg
3x1000 g

BM .gram BMx 500 g


5. Mol =
Mol = 0,1 mol
Tf = Kf.m
Tf = 1,86 K/molal x 0,1 mol
Tf = - 0,1860C
T = 0,186 K
1000 gXzatterlarut
gpelarut .BMzatterla rut
6. Mol =
Tf
1000 gXzatterlarut
Kf =
gpelarut .BMzatterla rut
BM

BM zat terlarut = Kf

1000 gXzatterlarut
gpelarutXTf

BM zat terlarut = 5,12 K/mol

1000 gX 2 g
0,6095 Kx100 g

BM zat terlarut = 168 g/mol


7. Tf = Ka x mol
Tf = 1,86 x 0,01
Tf = 0,0186
Tfpengama tan 0,0194

1,043
Tfnormal
0,0186

I=

Ka=

Equation

i 1 1,043 1 0,043
v 1
2 1
2c
1 =1,93 x 10-5

kH. pc

Pgas
Caq

kH. pc

Caq
Pgas

kH . px

Pgas
Xaq

kH.cc

Caq
Cgas

dimensio

Lso ln .atm
mo lg as

mo lg as
Lso ln .atm

n
O2
769.23
1.3 E-3
H2
1282.05
7.8 E-4
CO2
29.41
3.4 E-2
N2
1639.34
6.1 E-4
He
2702.7
3.7 E-4
Ne
2222.22
4.4 E-4
Ar
714.28
1.3 E-3
CO
1052.63
9.5 E-4
Tabel some forms of henry law and constans.

atm.molso ln dimensionless

mo lg as

4.259 E4
7.099 E4
0.163 E4
9.077 E4
14.97 E4
12.30 E4
3.955 E4
5.828E4

3.180 E-2
1.907 E-2
0.8317
1.492 E-2
9.051 E-3
1.101 E-2
3.425 E-2
2.324 E-2

Penyimpangan sifat koligatif larutan (aquaous) elektrolit.


Solute
C6H12O6

Conc T. Beku
1 m -1,860C

(atm)
Cons
0,01M 0,224

KCl

1 m -3,450C

0,01M 0,435

NiCl2

1m -5,380C

BaCl2

0,01M 0,610

Faktor Van Hoff (i)

I=

nilaikolig atifyangdiukur
nilaikolig atifnormal

I = 1 untuk nilai larutan non elektrolit


I > 1 untuk nilai larutan elektrolit

I=

jumlahpartikelterdisosiasi
jumlahpartikelsebelu mdisosiasi

I = 2,3, dst untuk larutan eletrolit kuat dan i tergantung pada nilai untuk larutan
elektrolit lemah
I = 1 + (v-1).

Contoh larutan asam asetat, v = 2


Sifat sifat koligatif larutan :

Larutan (aquous) non elektrolit + larutan koligatif


Larutan (aquous) elektrolit
Zat terlarut yang tidak terdisosiasi
Zat terlarut terdisosiasi ( membentuk partikel2 bermuatan / terionisasi)
Zat terlarut + H2O
LARUTAN AQUOUS

KINETIKA REAKSI KIMIA DALAM BIDANG FARMASI: dekomposisi


(kimia) obat.

Dalam kinetika kimia yang dipelajari adalah laju reaksi kimia dan energi
yang berhubungan dengan proses tersebut, serta mekanisme berlangsungnya
proses tersebut. Mekanisme reaksi adalah serangkaian tahap reaksi yang terjadi
secara berturutan selama proses pengubahan reaktan menjadi produk. Perubahan
kimia atau reaksi kimia berkaitan erat dengan waktu. Kinetika kimia menjelaskan
hubungan antara perubahan konsentrasi reaktan atau produk sebagai fungsi waktu.
Kinetika reaksi kimia merupakan bidang ilmu yang mempelajari laju reaksi
kimia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Laju reaksi atau kecepatan
reaksi tersebut merupakan perubahan konsentrasi reaktan terhadap waktu. Laju
reaksi maupun perubahan konsentrasi tidak dapat hanya dengan diramalkan atau
ditentukan dari persamaan reaksi keseluruhan, akan tetapi harus melalui
eksperimen atau percobaan.
Bentuk/tipe reaksi utama yang dapat menyebabkan terjadinya degredasi
senyawa obat:

Hidrolisis

Oksidasi
Dekomposisi fotokimia
Isomerasasi
Polimerasasi

HIDROLISIS
Misalnya:
Aspirin + H2O

as. Salisilat + as. Asetat

Prokain + H2O

p-Aminobenzoic acid + - Diethylaminoethanol

Senyawa- senyawa obat rentan terhadap hidrolisis, antara lain golongan ester,
amida, laktam, dan imida.
Proteksi degredasi hidrolisis, misalnya:

Eliminasi/ menurunkan kandungan H2O


Mengatuur pH medium sediaan
Pembentukan komplek
Contoh: inhibisi hidrolisis benzocaine dengan penambahan caffeine
membentuk koomploks bensocaine- cafffeine. ( nilai t senyawa kompleks
ini meningkat tajam hanya dengan sedikit penambahan caffeine.)

OKSIDASI
Misalnya:
Asorbic acid + H2O

Dehydroascorbic acid

Golongan senyawa kimia obat yang rentan terhadap oksidasi antara lain: golongan
streroid, asam-asam lemak tidak jenuh dan senyawa obat yang mengandung ikatan
rangkap terkonyugasi.
Peoteksi degredasi oksidatif:

Eliminasi O2

Gas inert
Kemasan vakum
Penambahan antioxidant kedalam sistem sediaan
Pengaturan temperatur
Pengaturan cahaya
Hindari kontak dengan ion-ion logam berat seperti besucobalt dan nikel

KINETIKA REAKSI
Laju reaksi
Faktir faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Mekanisme reaksi
Laju reaksi:
Jumlah mol reaktan persatuan volume yang bereaksi per satuan waktu. Satuan :
mol L-1 detik-1
Hukum laju reaksi:
Persamaan dasar reaksi
REAKTAN PRODUK
(R)

(P)

Laju suatu reaksi: v atau r


V

V=

d R
dt

d P
dt

(laju konsumsi reaktan)

(laju pembentukan produk)

Hukum persamaan laju reaksi:


V

d R
dt

= k

x : order reaksi

k : konstanta laju reaksi


Nilai order dan konstantanlaju reaksi ditetapkan melalui percobaan.
Nilai konstanta kecepatan reaksi (k) naik dengan kenaikan suhu reaksi (ratarata kenaikannya 2 kali dari nilai awal), hal ini sesuai dengan teori Arrhenius
bahwa kenaikan suhu akan menaikan nilai konstanta kecepatan reaksi, di mana
kenaikan 10C suhu reaksi menaikan konstanta kecepatan reaksi sebanyak 2 kali
dari nilai awal (Khairat, 2003).
Laju atau kecepatan suatu reaksi di berikan sebagai . Artinya terjadi
penambahan (+) atau pengurangan (-) konsentrasi C dalam selang waktu dt.
Menurut hukum aksi massa, laju suatu reaksi kimia sebanding dengan hasil kali
dari konsentrasi molar reatan yang masing-masing dipangkatkan dengan angka
yang menunjukkan jumlah molekul dari zat-zat yang ikut serta dalam reaksi.
Dalam reaksi k adalah konstanta laju. Laju berkurangnya masing-masing
komponen reaksi diberikan dalam bentuk jumlah mol ekuivalen masing-masing
komponen yang ikut serta dalam reaksi. Orde reaksi dari hukum aksi massa, suatu
garis lurus didapat bila laju reaksi diplot sebagai fungsi dari konsentrai reaktan
dipangkatkan dengan bilangan tertentu (Martin et al, 1993).
Dalam kinetika reaksi yang dipelajari adalah laju reaksi kimia dan energi
yang berhubungan dengan proses tersebut, serta mekanisme berlangsungnya
proses tersebut. Mekanisme reaksi adalah serangkaian tahap reaksi yang terjadi
secara berturutan selama proses pengubahan reaktan menjadi produk. Kecepatam
reaksi digunakan untuk melukiskan kelajuan perubahan kimia yang terjadi
(Sastrohamidjojo, 2001).

Salah satu contoh yang dipengaruhi oleh laju reaksi adalah perkaratan pada
besi.Sesungguhnya karat hanyalah sebagian dari produk akibat proses
korosi. Fontana, mendefinisikan korosi sebagai fenomena kerusakan material
yang diakibatkan oleh adanya reaksi kimia antara material tersebut dengan
lingkungan yang tidak mendukung. Definisi material yang dimaksud disini tidak
hanya reaksi anoda diindikasikan dengan naiknya bilangan valensi dan terjadinya
produksi elektron. Reaksi katoda diindikasikan dengan terjadinya konsumsi
elektron sehingga menyebabkan penurunan jumlah elektron. Hal ini merupakan
prinsip utama korosi yang dapat dituliskan Ketika suatu logam terjadi korosi
maka laju oksidasi akan sama dengan laju reduksi (Ashadi dkk, 2002).
Orde reaksi adalah jumlah pangkat konsentrasi dalam bentuk diferensial.
Secara teoritis orde reaksi merupakan bilangan bulat kecil, namun dalam beberapa
hal pecahan atau nol. Pada umumnya orde reaksi terhadap suatu zat tertentu tidak
lama dengan koefisien dalam persamaan stoikiometri reaksi. Reaksi Orde Nol.
Suatu reaksi disebut orde ke nol terhadap suatu pereaksi jika laju reaksi tidak
dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi tersebut. Jika [A] adalah konsentrasi dan
[A]0 adalah konsentrasi pada saat t = 0. Reaksi Orde Satu, reaksi Orde dua
(Prayitno, 2007).

Orde reaksi
0, 1, 2, ..., pecahan, pseudo, campuran dan negatif.
Hukum persamaan laju reaksi menurut ordernya:
A Produk

.....

Vk

A + B + dst Produk

.....

Vk

Order reaksi terhadap perubahan


.....

= x, dan terhadap B

=y

order reaksi (keseluruhan) = x + y

Untuk keperluan estimasi tingkat degradasi suatu sediaan obat, order


reaksi yang penting adalah: order 0; 1; 2; pseudo order 0; dan pseudo order
1.
Keterangan pseudo order:
A + B Produk .....

Bila B

Vk

Maka V k

, .....

bila x=1 dan y=1.

.....

reaksi order ke 2.

dibuat tetap, maka laju reaksi hanya dipengaruhi oleh perubahan

A , .....

V k

Selanjutnya bila

..... : pseudo order 1, dimana k = k B

juga dibuat tetap,

....

maka V k, pseudo

order 0.
Contoh pseudo order
Hidrolisis

sukrosa

dalam

suasana

asam),.......v

[sukrosa][H+]

memperlihatkan kinetika order hidrolisis sukrosa = 2.


Bila hidrolisis berlangsung dalam larutan yang dibufer berarti nilai: [H+]
tetap, maka kinetika order hidrolisis sukrosa = pseudo order 1.

Hidrolisis ampisilin dalam larutan suasana basa, ......Amp + OH- Produk,


maka v = k [Amp] [OH-], dimana kinetika order hidrolis ampisilin
memperlihatkan oerder ke 2. Bila hidrolisis berlangsuung dalam larutan
yang dibufer berarti nilai [OH-] tetap, maka kinetika order hidrolisis
ampisilin = pseudo order 1

Selanjutnya bila ampisilin dalam sediaan suspensi yang dibufer, maka kinetika
order hidrolisis ampisilin = pseudo order 0.

Persamaan Dasar Laju Reaksi (...laju konsumsi reaktan


V

dc
dt

= kCx......

dc
dt

= kCx, dimana C: [Rektan]; x: Order reaksi dan K:

konstanta laju reaksi, dan satuannya bergantung pada order reaksi.

Reaksi Order 0*;


*). laju reaksi order nol tidak bergantung pada konsentrasi reaktan.

kCx.....dimana X=0 maka.......

dc
dt

=k

dc
=k disusun menjadi dc = kdt .....atau dC = - kdt
dt
t

dC=K dt Ct =Cokt
o

Reaksi Order 1;
dc
dc
=kCx .C X=1 maka
=kC
dt
dt

dc
dc
dc
=kC disusun menjadi
=kdt . atau =kdt
dt
dt
c
t

dcc
0

= -K

dt InCt= C 0kt
0

dc
dt

Reaksi Order 2 :
dc
dc
KC dimana X=2 . maka
dt
dt
1
1


kt
C
C
O
t
atau

Kc

1
1


kt
C
C
O
t

Penetapan Order reaksi dan konstanta laju reaksi (harus) melalui percobaan:
Metode

Metode laju reaksi awal/ dan dikombinasi dengan metode isolasi/ pseudo

order reaksi
Metode integrasi (: mencocokan hasil pengolahan data percobaan dengan
persamaan laju reaksi yang sesuai).

Untuk reaksi-reaksi dengan mekanisme sederhsns (1 tahap). Order reaksi =


koifisien stoikhiometri reaksi
Untuk reaksi-reaksi dengan mekanisme kompleks ( beberapa tahap);
Order reaksi mungkin sama atau tidak sama dengan koifisien stoikhiometri
reaksi.
Laju suatu reaksi yang terdiri dari beberapa tahap reaksi dasar, biasanya
dijelaskan dengan menggunakan mekanisme dari masing-masing tahap reaksi
tersebut.
Tidak semua tahap mempengaruhi laju reaksi,... tapi hanya tahap reaksi dasar
yang paling lambat yang akan mempengaruhi laju reaksi.
Contoh :
Tentukan order reaksi yang konstanta laju reaksi berikut :

2NO(g) + Br2(g) 2NOBr(g)


V = k[NO]x[Br]y
Exp

.1
2
3
4

[NO]

[Br2]

v reaksi

(mol L-1)

(mol L-1)

(mol L-1det-1)

0,2
0,2
0,2
0,3

0,1
0,2
0,3
0,1

48
96
144
108

Cermati exp: antara 1, 2, dan 3


[NO] tetap v [Br2]
[Br2] dibuat 2x v = 2x
[Br2] dibuat 3x v = 3x
Jadi Y = 1
Cermati exp: antara 1 dan 4
[Br2] tetap v [NO], .... bila [NO] = 1,5x v = 2,25 x 2,25 = (1,5)2
Jadi X = 2
Jadi v = k[NO]2[Br2] ..... reaksi order 3
Log v = log k + 2log[NO] + LOG[Br2]
Log k = 1,6812 2(-0,699) (-1) = 4, 079
k = 12 x 103
Penetapan order reaksi dan konstanta laju reaksi dengan metode integrasi
Contoh :
Data kinetika reaksi pembentukan UREA {(NH2)2CO} dari AMMONIUM
SIANAT (NH4CNO) dalam larutan aquous (C=0,3817M) pada suhu 65 adalah
sbb:
t (menit):

20

50

75

165

Ct (M) :

0,3817 0,267 0,1869 0,1491 0,0861

Tetapkan order raksi dan hitung nilai konstanta laju reaksi.

NH4CNO (NH2)2CO
V= K [NH4CNO].....X=?
Uji dengan pers laju reaksi order ke nol
Ct = C0-kt
Plot Ct Vs t dan evaluasi grafik
Uji dengan pers laju reaksi order ke satu:
InCt = In C0 kt
Plot In Ct Vs dan evaluasi grafik
uji dengan pers laju reaksi order ke dua:
1
1
=
+ kt
Ct
Co
Menetapkan nilai waktu paruh (t1/2 ) dan umur simpan (nilai t90 ) untuk
reaksi-reaksi order ke nol dan ke satu.

Reaksi order ke nol


Ct = C0 kt

T1/2 =

0,5Co
k

T90 =

0,1Co
k

Reaksi order ke satu


lnCt = lnC0 kt

T1/2 =

0,693
k

T90 =

0,105
k

Faktor /konstanta arrhesius A dalam teori tabrakan antar molekul,


bergantung pada frekuensi tabrakan (f) dan probabilitas (P) bahwa tidak semua
tabrakan memberikan hasil reaksi. A = f P
*). Konstanta laju dekomposisi sulfacetamida dalam sediaan larutan (Ph= 7,4)
pada suhu 80= 3,25 x 10-7 det-1 dengan Ea = 95,81 Kj mol-1. Diketahui R =
8,314 JK-1mol-1.
Hitung k dan t90 sediaan sulfacetamida tersebut pada suhu 25.
*). Hasil percobaan dekomposisi suatu sediaan

Dekomposisinya seperti berikut ini, yaitu pada suhu: 120 = 3,258 x 10-4 det-1,
130 = 8,38 x 10-4 det-1 dan 140 = 1,350 x 10-3 det-1
Hitung: Ea, k (25) , dan t(90,25).
Diketahui R = 8,314 JK-1 mol-1.

Ea = 90,77 kj mol-1
K(298) = 4,995 x 10-8 det -1.
T90 =

0,105
k

2102102 det atau = 24 hari

Untuk reaksi berikut :

*). Fumarate + H2O L-Malate


Hitung laju perubahan fumarate menjadi L-malate, bila diketahui:
Konsentrasii fumarate = 1,24 x 10-4 mol L-1 ; konsentrasii enzim fumarase =
1,05 x 10-6 mol L-1, konstanta Michaelis = 1,85 x 10-6 mol L-1, dan bilangan
turnover enzim fumarase = 1,75 x 103 det-1.
*). Laju awal dekomposisi H2O2 yang dikatalisis dengan enzim ( katalase) adalah
1,38 x 10-2 ; 2,67 x 10-2 dan 6,10 M det

-1

berturut-turut untuk konsentrasi awal

H2O2 = 0,01; 0,02; dan 0,05 M. Konsentrasi enzim katalase = 4,0 x 10-8 M.
Hitung VMAX; Konstanta Michaelis; dan bilangan turnover enzim
*). Dekomposisi H2O2 pada suhu yang dikatalis oleh ion Fe3+ menunjukkan reaksi
order pertama, dan laju dekomposisinya ditetapkan secara permanganometri.
Setiap selang waktu 5 menit, sebanyak 10 Ml H2O2 0,3% yang mengandung Fe
(NO3)3 0,0500 M dititer dengan KmnO4 0,0200 M dalam suasana asam secara

duplo. Volume rata-rata titran KmnO4 pada 10 menit = 6,42 mL ; 15 menit = 5,0
Ml; 20 menit = 3,90 ml.
Karena konsentrasi H2O2 berbanding lurus dengan volume titran KmnO 4 yang
ekivalen dengan 10 ml H2O2 , maka dapat berlaku Ln Vt = Ln Vo kt.
Hitunglah konstanta laju dekomposisi H2O2 dan t1./2 nya.
*) Laju pertumbuhan bakteri Lactobacillus acidophilus ( dalam suatu media)
selama fase pertumbuhan exponensial menunjukkan = 9,24 x 10 -3 menit

-1

Hitunglah waktu generasi (tg ) bakteri tersebut tg : waktu yang diperlukan


mikroorganisme untuk melipat gandakan populasinya ( yakni menjadi double ).

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling
melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara
fisik. Larutan terdiri atas zat terlarut dan pelarut. Berdasarkan daya hantar
listriknya (daya ionisasinya), larutan dibedakan dalam dua macam, yaitu larutan
elektrolit dan larutan non elektrolit.

Sifat elektrolit dan non elektrolit didasarkan pada keberadaan ion dalam
larutan yang akan mengalirkan arus listrik. Jika dalam larutan terdapat ion, larutan
tersebut bersifat elektrolit. Jika dalam larutan tersebut tidak terdapat ion larutan
tersebut bersifat non elektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat
menghantarkan arus listrik. Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat

menghantarkan arus listrik. Hantaran listrik melalui larutan dapat dtunjukkan


dengan alat uji elektrolit seperti pada Gambar. Jika larutan menghantarkan arus
listrik, maka lampu dalam rangkaian tersebut akan menyala dan timbul gas atau
endapan pada salah satu atau kedua elektroda.
Contoh lain adalah, bila NaCl dilarutan dalam air akan terurai menjadi ion positif
dan ion negatif. Ion positif yang dihasilkan dinamakan kation dan ion negatif yang
dihasilkan dinamakan anion. Larutan NaCl adalah contoh larutan elektrolit.
Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menemukan contoh larutan
elektrolit maupun non elektrolit. Contoh larutan elektrolit: larutan garam dapur,
larutan cuka makan, larutan asam sulfat, larutan tawas, air sungai, air laut. Contoh
larutan non elektrolit adalah larutan gula, larutan urea, larutan alkohol, larutan
glukosa.
Sifat Koligatif Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau
lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut
atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain
dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut
dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses
pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau
solvasi.
Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut
dan pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam
perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau
dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa
satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta (part per million,

ppm). Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai
encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi).
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya
zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut
(konsentrasi zat terlarut). Hukum Roult merupakan dasar dari sifat koligatif
larutan. Keempat sifat itu ialah :
1. Penurunan tekanan uap relatif terhadap tekanan uap pelarut murni
2. Peningkatan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Gejala tekanan osmotik.
Sifat koligatif larutan dapat dibedakan menjadai dua macam, yaitu sifat
larutan nonelektrolit dan elektrolit. Hal itu disebabkan zat terlarut dalam larutan
elektrolit bertambah jumlahnya karena terurai menjadi ion-ion, sedangkan zat
terlarut pada larutan nonelektrolit jumlahnya tetap karena tidak terurai menjadi
ion-ion, sesuai dengan hal-hal tersebut maka sifat koligatif larutan nonelektrolit
lebih rendah daripada sifat koligatif larutan elektrolit. Larutan merupakan suatu
campuran yang homogen dan dapat berwujud padatan, maupun cairan. Akan
tetapi larutan yang paling umum dijumpai adalah larutan cair, dimana suatu zat
tertentu dilarutkan dalam pelarut berwujud cairan yang sesuai hingga konsentrasi
tertentu.
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan
sifat larutan itu sendiri. Namun sebelum itu kita harus mengetahui hal- hal berikut

Molar, yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan

Molal,yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg larutan

Fraksi mol, yaitu perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah mol
zat pelarut dan zat terlarut.
a.

Penurunan Tekanan Uap


Proses penguapan adalah perubahan suatu wujud zat dari cair menjadi

gas. Ada kecenderungan bahwa suatu zat cair akan mengalami penguapan.

Kecepatan penguapan dari setiap zat cair tidak sama, tetapi pada umumnya cairan
akan semakin mudah menguap jika suhunya semakin tinggi.
Penurunan tekanan uap adalah kecenderungan molekul-molekul cairan
untuk melepaskan diri dari molekul-molekul cairan di sekitarnya dan menjadi uap.
Jika ke dalam cairan dimasukkan suatu zat terlarut yang sukar menguap dan
membentuk suatu larutan, maka hanya sebagian pelarut saja yang menguap,
karene sebagian yang lain penguapannya dihalangi oleh zat terlarut. Besarnya
penurunan ini di selidiki oleh Raoult lalu dirumuskan sebagai berikut.
Banyak sedikitnya uap diatas permukaan cairan diukur berdasarkan
tekanan uap cairan tersebut. Semakin tinggi suhu cairan semakin banyak uap yang
berada diatas permukaan cairan dan berarti tekanan uapnya semakin tinggi.
Jumlah uap diatas permukaan akan mencapai suatu kejenuhan pada tekanan
tertentu, sebab bila tekanan uap sudah jenuh akan terjadi pengembunan, tekanan
uap ini disebut tekanan uap jenuh.
Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi
penurunan tekanan uap. Pada suhu 20 C tekanan uap air jenuh diatas permukaan
air adalah 17,53 mmHg. Besarnya penurunan tekanan uap air akibat adanya zat
terlarut disebut penurunan tekanan uap larutan.
Sejak tahun 1887 1888 Francois Mario Roult telah mempelajari
hubungan antara tekanan uap dan konsentrasi zat terlarut, dan mendapatkan suatu
kesimpulan bahwa besarnya tekanan uap larutan sebanding dengan fraksi mol
pelarut dan tekanan uap dari pelarut murninya. Penurunan tekanan uap menurut
hukum Roult, tekanan uap salah satu cairan dalam ruang di atas larutan ideal
bergantung pada fraksi mol cairan tersebut dalam larutan P A = XA . PAo. Dari
hukum Roult ternyata tekanan uap pelarut murni lebih besar daripada tekanan uap

pelarut dalam larutan. Jadi penurunan tekanan uap pelarut berbanding lurus
dengan fraksi mol zat terlarut.
P = Po . X pelarut
P = tekanan uap larutan
X = fraksi mol
P = tekanan uap pelarut murni
Terjadinya penurunan tekanan uap larutan disebabkan oleh adanya zat
terlarut. Untuk menentukan seberapa besar pengaruh jumlah partikel zat terlarut
terhadap penurunan tekanan uap dapat dituliskan :
P = Po P

Karena X1 = 1-X2 untuk larutan yang terdiri atas dua komponen, maka hukum
Roult dapat ditulis :
P larutan = X pelarut . P pelarut
Jadi, perubahan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol
zat terlarut. Tanda negatif menyiratkan penurunan tekanan uap. Tekanan uap
selalu lebih rendah diatas larutan encer dibandingkan diatas pelarut murninya.
b. Peningkatan Titik Didih
Sifat yang berikutnya adalah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku.
Titik didih larutan selalu lebih tinggi dibandingkan titik didih pelarut. hal
sebaliknya berlaku pada titik beku larutan yang lebih rendah dibandingkan
pelarut. Sifat ini dirumuskan sebagai berikut :
Bila suatu zat cair dinaikkan suhunya, maka semakin banyak zat cair yang
menguap. Pada suhu tertentu jumlah uap diatas permukaan zat cair akan
menimbulkan tekanan uap yang sama dengan tekanan udara luar. Keadaan saat
tekanan uap zat cair diatas permukaan zat cair tersebut sama dengan tekanan
udara disekitarnya disebut mendidih dan suhu ketika tekanan uap diatas pemukaan
cairan sama dengan tekanan uap luar disebut titik didih. Pada saat zat konvalatil

ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi kenaikan titik didih dari larutan
tersebut.
Titik didih air murni pada tekanan 1 atm adalah 100 C. Hal itu berarti
tekanan uap air murni akan mencapai 1 atm ( sama dengan tekanan udara luar)
pada saat air dipanaskan sampai 100 C. Dengan demikian bila tekanan udara luar
kurang dari 1 atm (misalnya dipuncak gunung) maka titik didih air kurang dari
100 C.
Bila kedalam air murni dilarutkan suatu zat yang sukar menguap, maka
pada suhu 100 C tekanan uap air belum mencapai 1 atm dan berarti air itu belum
mendidih. Untuk dapat mendidih ( tekanan uap air mencapai 1 atm) maka
diperlukan suhu yang lebih tinggi. Besarnya kenaikan suhu itulah yang disebut
kenaikan titik didih.
Menurut hukum Roult, besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding
dengan hasil kali molalitas larutan (m) dan kenaikan titik didih molalnya (Kb).
Dapat dirumuskan sebagai :
Tb = Kb . m
Atau
Tb = Kb ( n x 1000 )
Tb = besar penurunan titik beku
Kb = konstanta kenaikan titik didih
m
= molalitas dari zat terlarut
n
= jumlah mol zat terlarut
p
= massa pelarut
Harga Kb bervariasi untuk masing-masing pelarut. K b diperoleh dengan
mengukur kenaikan titik didih dari larutan encer yang molalitasnya diketahui
(artinya, mengandung zat terlarut yang diketahui jumlah dan massa molalnya).
Titik didih larutan merupakan titik didih pelarut murni ditambah dengan kenaikan
titik didihnya atau Tb = Tb + Tb (Oxtoby, 2001).
c. Penurunan Titik Beku

Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu diturunkan sehingga
jarak antar partikel sedemikian dekat satu sama lain dan akhirnya bekerja gaya
tarik menarik antar molekul yang sangat kuat. Adanya partikel-partikel dari zat
terlarut akan menghasilkan proses pergerakan molekul-molekul pelarut terhalang,
akibatnya untuk mendekatkan jarak antar molekul diperlukan suhu yang lebih
rendah. Perbedaan suhu adanya partikel-partikel zat terlarut disebut penurunan
titik beku. Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan
terjadi penurunan titik beku larutan tersebut.
Seperti halnya kenaikan titik didih, penurunan titik beku larutan sebanding
dengan hasil kali molalitas larutan dengan tetapan penurunan titik beku pelarut
(Kf) dinyatakan dengan persamaan :
Tf = Kf . m
Tf = Kf ( n x 1000 )
Tf = penurunan titik beku
Kf = tetapan ttitik beku molal
n = jumlah mol zat terlarut
p = massa pelarut
Titik beku larutan merupakan titik beku pelarut murni dikurangi dengan
penurunan titik bekunya. Pengukuran penurunan titik beku, seperti halnya
peningkatan titik didih, dapat digunakan untuk menentukan massa molar zat yang
tidak diketahui.
Gejala penurunan titik beku analog dengan peningkatan titik didih. Di sini
kita hanya mempertimbangan kasus jika padatan pertama yang mengkristalkan
dari larutan adalah pelarut murni. Jika zat terlarut mengkristal bersama pelarut,
maka situasinya akan lebih rumit. Pelarut padat murni berada dalam
kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap pelarut, sebagimana ditentukan
oleh suhunya. Pelarut dalam larutan demikian pula, berada dalam kesetimbangan
dengan tekanan tertentu dari uap pelarut. Jika pelarut padat dan pelarut dalam
larutan berada bersama-sama, mereka harus memiliki tekanan uap yang sama. Ini

berarti bahwa suhu beku larutan dapat diidentifikasi sebagi suhu ketika kurva
tekanan uap pelarut padat murninya berpotongan dengan kurva larutan. Jika zat
terlarut ditambahkan ke dalam larutan, tekanan uap pelarut turun dan titik beku,
yaitu suhu ketika kristal pertama pelarut murni mulai muncul, turun. Selisih
dengan demikian bertanda negatif dan penurunan titik beku dapat diamati.
d. Tekanan Osmotik
Sifat koligatif keempat terutama penting dalam biologi sel, sebab
peranannya penting dalam trasfor molekul melalui membran sel. Membran ini
disebut semipermiabel, yang membiarkan molekul kecil lewat tetapi menahan
molekul besar seperti protein dan karbohidrat. Membran semi permiabel dapat
memisahkan molekul pelarut kecil dari molekul zat terlarut yang besar. Peristiwa
bergeraknya partikel (molekul atau ion) melalui dinding semipermeabel disebut
osmotik. Tekanan yang ditimbulkan akibat dari tekanan osmotik disebut tekanan
osmotik. Besar tekanan osmotik diukur dengan alat osmometer, dengan
memberikan beban pada kenaikan permukaan larutan menjadi sejajar pada
permukaan sebelumnya.
Osmosis atau tekanan osmotik adalah proses berpindahnya zat cair dari
larutan hipotonis ke larutan hipertonis melalui membran semipermiabel. Osmosis
dapat dihentikan jika diberi tekanan, tekanan yang diberikan inilah yang disebut
tekanan osmotik. Tekanan osmotik dirumuskan, berdasarkan persamaan gas ideal
PV = nRT

Jika tekanan osmotik larutan dilambangkan dengan , dari persamaan diatas dapat
diperoleh :
= nRT

Untuk larutan elektrolit ditemukan penyimpangan oleh Vanit Hoff.


Penyimpangan ini terjadi karena larutan elektrolit terdisosiasi di dalam air
menjadi ion, sehingga zat terlarut jumlahnya menjadi berlipat. Dari sini
dibutuhkan faktor pengali atau lumrah disebut faktor Vanit Hoff. Dirumuskan
sebagai berikut :
PV =

= tekanan osmotik
M = konsentrasi molar
R = tetapan gas ideal (0,082 L atm K mol )
T = suhu mutlak (K)
Tetapan titik beku molal (Kf)
Pelarut
Air

Titik beku (oC)


0

Kf (oC)
1,86

Benzena

5,4

5,1

Fenol

39

7,3

Naftalena

80

Asam asetat

16,5

3,82

Kamfer

180

40

Nitrobenzena

5,6

6,9

Partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel
dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini
dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non
elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan
dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan
elektrolit.
Elektrolit kuat, karakteristiknya adalah sebagai berikut:

1.

Menghasilkan banyak ion Molekul netral dalam larutan hanya sedikit/tidak

2.
3.

ada sama sekali


Terionisasi sempurna, atau sebagian besar terionisasi sempurna
Jika dilakukan uji daya hantar listrik: gelembung gas yang dihasilkan

4.
5.
6.

banyak, lampu menyala


Penghantar listrik yang baik
Derajat ionisasi = 1, atau mendekati 1
Contohnya adalah: asam kuat (HCl, H2SO4, H3PO4, HNO3, HF); basa kuat

(NaOH, Ca(OH)2, Mg(OH)2, LiOH), garam NaCl


Elektrolit lemah, karakteristiknya adalah sebagai berikut:
1.
Menghasilkan sedikit ion
2.
Molekul netral dalam larutan banyak
3. Terionisasi hanya sebagian kecil
4.
Jika dilakukan uji daya hantar listrik: gelembung gas yang dihasilkan
5.
6.
7.

sedikit, lampu tidak menyala


Penghantar listrik yang buruk
Derajat ionisasi mendekati 0
Contohnya adalah: asam lemah (cuka, asam askorbat, asam semut), basa
lemah (Al(OH)3, NH4OH), garam NH4CN

Sebagai tambahan, larutan non elektrolit memiliki karakteristik sebagai berikut:


1.
2.
3.

Tidak menghasilkan ion


Semua dalam bentuk molekul netral dalam larutannya
Tidak terionisasi Jika dilakukan uji daya hantar listrik: tidak menghasilkan

4.

gelembung, dan lampu tidak menyala


Derajat ionisasi = 0 Contohnya adalah larutan gula, larutan alcohol, bensin,

larutan urea.
Elektrolit Utama Tubuh Manusia
Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan
nonelektrolit. Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan
tidak bermuatan listrik, seperti : protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida
danasam-asam organik. Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na +),kalium (K+),
Kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat(HCO3-), fosfat
(HPO42-), sulfat (SO42-).Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi

pada satu bagian dengan bagian yang lainnya, tetapi meskipun konsenterasi ion
pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah
muatan-muatannegatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif.
Komposisi dari elektrolit-elektrolit tubuh baik pada intarseluler maupun
padaplasma terinci dalam tabel di bawah ini : No. Elektrolit Ekstraseluler Intraseluler
Plasma Interstitial1.
Kation : Natrium (Na+) 144,0 mEq 137,0 mEq 10 mEq
Kalium (K+) 5,0 mEq 4,7 mEq 141 mEq
Kalsium (Ca++) 2,5 mEq 2,4 mEq 0 Magnesium (Mg ++) 1,5 mEq 1,4
mEq 31
mEq2. Anion : Klorida (Cl-) 107,0 mEq 112,7 mEq 4 mEq

Bikarbonat (HCO3-) 27,0 mEq 28,3 mEq 10 mEq


Fosfat (HPO42-) 2,0 mEq 2,0 mEq 11 mEq
Sulfat (SO42-) 0,5 mEq 0,5 mEq 1 mEq
Protein 1,2 mEq 0,2 mEq 4 mEqa.

a. Kation :

Sodium (Na+) : - Kation berlebih di ruang ekstraseluler


Sodium penyeimbang cairan di ruang eesktraseluler
Sodium adalah komunikasi antara nerves dan musculus
Membantu proses keseimbangan asam-basa dengan menukar ion hidrigen padaion

sodiumdi tubulus ginjal : ion hidrogen di ekresikan


Sumber : snack, kue, rempah-rempah, daging panggang.
Potassium (K+) : - Kation berlebih di ruang intraseluler- Menjaga keseimbangaN
kalium di ruang intrasel
Mengatur kontrasi (polarissasi dan repolarisasi) dari muscle dan nerves.
Sumber : Pisang, alpokad, jeruk, tomat, dan kismis.
Calcium (Ca++) :- Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat,
flouride di dalam tulangdan gigi untuk membuatnya keras dan kuat- Meningkatkan
fungsi syaraf dan muscle- Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah

dengan proses pengaktifanprotrombin dan trombin- Sumber : susu dengan kalsium


tinggi, ikan dengan tulang, sayuran, dll.
b. Anion :

Chloride (Cl -) :- Kadar berlebih di ruang ekstrasel


Membantu proses keseimbangan natrium
Komponen utama dari sekresi kelenjar gaster
Sumber : garam dapur

Bicarbonat (HCO3 -) :
- Bagian dari bicarbonat buffer sistem
Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasanagaram
untuk menurunkan PH.

Fosfat ( H2PO4- dan HPO42-) :- Bagian dari fosfat buffer system


Berfungsi untuk menjadi energi pad metabolisme sel
Bersama dengan ion kalsium meningkatkan kekuatan dan kekerasan tulang
Masuk dalam struktur genetik yaitu : DNA dan RNA.
Pentingnya Larutan Elektrolit
Dalam tubuh manusia, elektrolit sangat vital keberadaannya, karena terkait
dengan segala mekanisme tubuh termasuk metabolism yaitu sebagai ion pengaktif
enzim, pembentuk hormon, melancarkan implus pada syaraf, serta mekanik pada
sel2 tubuh, seperti aktivitas permeabilitas membran sel. selain dibutuhkan untuk
tubuh, larutan elektrolit juga umum digunakan untuk elektrokimia sperti pengisi
pada ACCU, baterai, ataupun jembatan garam.
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan
salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit
melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh.Cairan tubuh adalah
larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zatterlarut). Elektrolit
adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh
melalui makanan, minuman, dan cairanintravena (IV) dan didistribusi ke seluruh
bagian tubuh. Keseimbangan cairandan elektrolit berarti adanya distribusi yang
normal dari air tubuh total danelektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.

Keseimbangan cairan dan elektrolitsaling bergantung satu dengan yang lainnya;


jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.Cairan tubuh
dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dancairan
ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel diseluruh tubuh,
sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luarsel dan terdiri dari
tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairaninterstitial dan cairan
transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan didalam sistem vaskuler,
cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel,sedangkan cairan
traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairanserebrospinal, cairan
intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan
nonelektrolit. Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan
tidak bermuatan listrik, seperti : protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida
danasam-asam organik. Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na +),kalium (K+),
Kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat(HCO3-), fosfat
(HPO42-), sulfat (SO42-).Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada
satu bagian dengan bagian yang lainnya, tetapi meskipun konsenterasi ion pada
tiap-tiap bagian berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah
muatan-muatannegatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif.

Sifat sifat umum larutan


a. Penurunan tekanan uap
Misal : larutan tdd 2 komponen
A = Pelarut
B = zat terlarut non_volatil
Hk. Roult : PA = XA . P
( XA = 1 XB)
PA = (1 XB) P

P - PA = XB . P
Untuk larutan encer : nB/nA

P - PA =

krn : nB<<nA

nB
nA . P

P - PA = penurunan tekanan uap


P = tek. Uap pelarut murni
PA = tek. Uap lartutan
b. Kenaikan titik didih
Catt :
o Zat terlarut menurunkan tekanan uap
o Zat terlarut menyebabkan kenaikan TD
Penurunan persamaan Clausius Clapeyion

P H
T T

P RTT

ln

Dimana : Po = tek. Uap pelarut murni pada titik didihnya (To)


P = tek. Uap terlarut murni pada titik didihnya (T)

Perubahan TD sangat kecil:


TTo = To2
RT 2 P
T T
ln

atau

Td

RT 2
P
ln
uap P

Hukum Raoult : P = XA . Po dimana XA adalah fraksi mol pel

ln

P
ln XA
P

ln

P
ln 1 XB
P

Bila XB kecil
Menurut deret Me. Laurin
ln 1 XB XB
Maka :
ln

dimana XB adalah fraksi mol terlarut

P
P
XB ln
XB
P
P

TD

RT 2
. XB
uap
XB

nB
nA

Untuk lart encer :


RT 2 WB.BMA
TD
.
uap WA.BMB

( krn nB<<nA)

RT 2 BMA 1000.BMA
TD
.
uap1000 WA.BMB
TD Kd .m
Kd : konst kenaikan TD molal
c. Penurunan titik beku
Dengan cara penurunan rumus yang sama dengan kenaikan TD akan
diperoleh bahwa :
Penurunan TD lart = konsentrasi molal
RT 2 BMA
TD
.m
TD Kb.m
leb1000
atau
Kb : konstanata penurunan TB molal
Nilai Kd dan Kb beberapa pelarut
Pelarut
Air
As. Asetat
Benzene
Fenol
Nitrobenzene

Kd (oK molal -1)


0,512
2,93
2,53
3,56
5,24

Kb (oK molal -1)


1,86
3,90
4,90
7,40
7,0

d. Tekanan osmosis
Osmosis adalah peristiwa mengalirnya pelarut murni melalui membran

semipermeabel ke lartanya.
Tekanan osmosis : tekanan luar yg harus dikenakan pada larutan utk
mencegah mengalirnya molekul-molekul pelarut murni apabila larutan dan

pelarutnya dipisahkan oleh membran semipermeabel.


Osmosis prosesnya berlangsung lambat
Larutan isotonik adalah lart yang mempunya tek osmosis yang sama

Setelah proses osmosis mencapai kesetimbangan :


Tinggi cairan pada kolom larutan > tinggi cairan pada kolom pelarut.

Tekanan osmosis ()=


= dgh

gaya Ahdg

luas
A

A : luas penampang kolom


d : berat jenis lart
g : gravitasi
h : tinggi cairan pada kolom lart
Tek osmosis suatu lart berbanding lurus dengan suhu absolut

T
konatanta
Tek osmosis suatu lart berbanding lurus dengan konsentrasi molarnya

M konstanta

MT konstanta
MAKA
Konstanta = konstanta gas ideal
nB
RT
V
= RMT
atau =
M : konst molal
nB : mol zat terlarut
V : vol larutan dalam liter

DEFINISI TENTANG ISOTONIS, ISOHIDRIS, HIPERTONIS,


HIPOTONIS, DAN TONISITAS

a.

Isotonis

Menurut ilmu resep, hal. 203


Isotonis adalah suatu keadaan pada saat tekanan osmosis larutan obat sama
dengan tekanan osmosis cairan tubuh kita (darah, air mata)
Menurut R.Voight, hal. 479
Larutan injeksi dan infus serta larutan bahan obat yang ditetapkan penggunaannya
pada mata sebaiknya memiliki sifat yang dapat diterima mata dengan baik, yang
jika dibandingkan dengan cairan darah, cairan jaringan atau cairan air mata harus
sesuai yakni diisotonisasikan artinya turunnya titik beku terhadap air murni dibuat
sama.
Menurut Scovilles, hal. 152
Isotonis, larutan yang memiliki tekanan osmotik yang sama dikatakan isotonik
satu sama lain. Untuk cairan yang digunakan dalam tubuh manusia, larutan
isotonik adalah salah satu yang memiliki tekanan osmotik yang sama dengan
cairan tubuh. Demonstrasi menunjukkan tekanan osmotik itu, ketika 2 larutan atau
pelarut dari larutan memiliki konsentrasi yang lebih besar sehingga meningkatkan
volume larutan yang terakhir.
b.

Isohidris

Menurut formulasi steril, hal. 54


Isohidris adalah kondisi suatu larutan zat yang pHnya sesuai dengan pH fisiologis
tubuh sekitar 7,4.
Menurut IImu Resep, hal. 20
Isohidri adalah pH optimal untuk darah atau cairan tubuh yang lain adalah 7,4 .
c.

Hipertonis

Menurut Formulasi Steril, Hal. 5O

Hipertonis, turunannya titik beku besar yaitu tekakan osmosisnya lebih tinggi dari
serum darah sehingga menyebabkan air keluar dari sel darah merah melintasi
membran semipermiabel dan menyebabkan terjadinya penciutan sel-sel darah
merah, peristiwa demikian disebut plasmolisa.
Menurut IImu Resep, hal. 202 - 203
Hipertonis adalah tekanan osmosis laruitan obat lebih besar daripada tekanan
osmosis iran tubuh. Jika larutan injeksi hipertonis disuntikkan, air dalam sel akan
ditarik luar dari sel sehingga sel akan mengerut, tetapi keadaan ini bersifat
sementara dan idak akan menyebabkan kerusakan sel tersebut. Keadaan hipertonis
adalah jika nilai B negatif; maka b,c > 0,52
d.

Hipotonis

Menurut Formulasi Steril, Hal. 50


Hipotonis turunannya titik beku keeil, yaitu tekanan osmosisnya lebih rendah dari
serum darah sehingga menyebabakanb air akan melintasi membran sel darah
merah . 'ang permiabel memperbesar sel darah merah dan menyebabkan
peningkatan tekanan dalam sel. Tekakan yang lebih besar menyebebkan peeabnya
sel-sel darah merah peristiwa tersebut disebut hemolisa.
Menurut IImu Resep, hal. 202 - 203
Hipotonis adalah tekanan osmosis larutan obat lebih kecil daripada tekanan
osmosis cairan tubuh, jika larutan injeksi yang hipotonis disuntikkan, air dari
larutan injeksi akan diserap dan masuk kedalam sel, akibatnya sel akan
mengembang dan peeah, dan keadaan ini bersifat tetap, Jika yang peeah itu sel
darah merah, disebut "haemolisis".

Pecah sel ini akan dibawa aliran darah dan dapat menyumbat pembuluh darah
yang Kecil. Keadaan hipotonis adalah jika nilai B positif; maka b, C < 0,52.
e.

Tonisitas

Menurut kamus lengkap kedokteran, hal. 263


Tonisitas adalah tegangan otot yang sehat
Menurut Farmasi Fisik, hal. 483
Tonisitas larutan dapat ditentukan dengan menggunakan salah satu yaitu
hemolisis, pengaruh berbagai larutan diperiksa berdasarkan timbulnya efek ketika
disuspensikan dengan darah.
Tonisitas mengacu pada tekanan osmotik yang diberikan oleh larutan atau
padatan terlarut ini. Cairan/ air mata dan cairan tubuh lainnya mengerahkan
tekanan osmotik sama dengan normal saline atau 0,9% larutan natrium klorida.
Larutan dengan sejumlah besar zat terlarut dari cairan mata memiliki tekanan
osmotik yang lebih besar dan disebut hipertonik, sebaliknya, larutan dengan zat
terlarut kurang memiliki tekanan osmotik yang lebih rendah hipotonik. Mata
dapat mentoleransi larutan yang memiliki nilai tonisitas mulai dari setara 0,5%
menjadi natrium klorida 1,6% tanpa ketidaknyamanan besar.

Prinsip larutan isotonik dan pengaturan tonisitas larutan.


Tonisitas
Membandingkan tekanan osmosis antara dua cairan yang dipisahkan oleh
membran semi permeabel.

Tonisitas sangat penting dalam farmasi, mulai dari cara perhitungan


tonisitas, sampai pada peranan dan fungsi dari larutan isotonis yang masuk
kedalam tubuh manusia.
Dalam sistem osmosis, dikenal 3 tipe larutan :

Larutan isotonik
Dua larutan yang mempunyai konsentrasi solute sama
Dalam sistem fluida biologis, konsentrasi solute diluar cell =
didalam cell.
Larutan hipotonik
Larutan dengan konsentrasi solute (yang diintroduksi) lebih rendah
Dalam sistem fluida biologis, konsentrasi solute diluar cell <
didalam cell.
Larutan hipertonik
Larutan dengan konsentrasi solute (yang diintroduksi) lebih tinggi.
Dalam sistem fluida biologis, konsentrasi solute diluar cell >
didalam cell.
Difusi Osmotik terjadi bila konsentrasi antar 2 larutan yang terpisah
dengan membran tidak sama maka molekul air akan berdifusi melewati
membran dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi sampai kedua
konsentrasi larutan seimbang.

PERHITUNGAN PENGATURAN TONISITAS LARUTAN


I.

Metode penurunan titik:


1a). Tf = Liso.M

....

M=

T f
L iso

Dimana
M = konsentrasi molar NaCl yang diperlukan untuk mencapai nilai
TF = 0,52
TF = 0,52 Tf larutan obat dan Liso = Liso NaCl Liso = 3,4

1b).

x
0,9

T f
0,52

Dimana
X = banyaknya gram NaCl yang dibutuhkan agar larutan isotonis
TF = 0,52 Tf larutan obat
II.

Metode-metode ekuivalensi NaCl


L iso
E =17,2
BM
Dimana

E = Nilai ekuivalensi (kesetaraan) NaCl


0,52
E =17,2
......
M : konsentrasi molar larutan (isotonis) obat
M
Banyaknya NaCl yang diperlukan = (0,9 E)
Contoh :
1*). Berapa banyaknya NaCl diperlukan dalam penyiapan 100 ml larutan
Pilokarpin Hidroklorida 1% agar larutan isotonik terhadap fluida tubuh.
Diketahui Tf larutan Pilokarpin Hidroklorida 1% = 1,13K, dan T f larutan NaCl
0,9% = 0,52K dan bobot molekul NaCl = 58,5 g mol-1.
Dan juga diketahui konsentrasi Liso larutan Pilokarpin Hidroklorida = 4,08% dan
bobot molekul Pilokarpin Hidroklorida diketahui = 244,72 g mol-1.

Penyelesaian :
Cara 1.a):

M =

T f
L iso

0,39
3,4

= 0,1147 ...... jadi konsentrasi NaCl =

0,1147 molL-1
Banyaknya larutan isotonis pilokarpin hidroklorida 1% yang
disiapkan = 100 ml
Jadi NaCl yang diperlukan = 0,01147 mol = 0,01147 mol x 58,5 g
mol-1 = 0,671 g
Jadi dalam preparasi 100 ml pilokarpin hidroklorida 1% dilarutkan
1 g pilokarpin hidroklorida dan 0,671 g NaCl dengan air ... ad 100
ml
Cara 1.b):
g

x
0,9

T f
0,52

.....

x
0,9

0,39
0,52

.....

X = 0,675

Jadi NaCl yang diperlukan = 0, 01147 mol = 0,01147 mol x 58,5 g


mol-1 = 0,675 g
Jadi dalam preparasi 100 ml pilokarpin hidroklorida 1%, dilarutkan
1 g pilokarpin hidroklorida dan 0,675 g NaCl dengan air .. ad 100
ml

Cara II:

Cara ini diperlukan data konsentrasi Liso larutan Pilokarpin


Hidroklorida , yakni diketahui = 4,08%, dan bobot molekul
Pilokarpin Hidroklorida (diketahui = 244,72 g mol-1)
E = 17,2

L iso
BM

Dimana

Liso =

0,52
M

Konsentrasi Liso larutan pilokarpin hidroklorida =

4,08% yakni =

4,08 g
100 ml

40,8 g
L

0,1667 mol
L

= 0,1667

M
Liso =
E = 17,2

L iso
BM

0,52
0,1667

= 17,2

= 3,12

3,12
244,72

= 0,22

NaCl diperlukan = (0,9 E) = (0,9 0,22) g = 0,68 g


Jadi dalam preparasi 100 ml pilokarpin hidroklorida 1%, dilarutkan 1 g pilokarpin
hidroklorida dan 0,68 g NaCl dengan air .. ad 100 ml.

2*).

Berapa gram banyaknya NaCl ditambahkan kedalam 100 ml larutan

Atropin Sulfat 1% agar larutan isotonik terhadap fluida tubuh.

Tf larutan atropin sulfat 1% adalah 0,065 K dan Tf larutan Nacl 0,9% = 0,52 K
dan bobot molekul NaCl = 58,5 g mol-1.
Diketahui BM atropin sulfat = 694,82 g mol-1, dan Liso atropin sulfat diketahui =
4,44. Selesaikan dengan menggunakan persamaan I (Ia dan Ib) dan persamaan II.

3*).

(Kelanjutan soal no. 2) .. Berapa gram banyaknya dextrose ditambahkan

kedalam 100 ml larutan atropin sulfat 1% untuk menggantikan fungsi NaCl pada
soal nomor 2 tersebut bila diketahui nilai kesetaraan NaCl (E) dextrose = 0,16.
Dalam hal ini, dapat digunakan persamaan sederhana seperti berikut :
1 g dextrose
0,16

X g dextrose
0,79

...

X = 4,94 g dextrose

Jadi banyaknya dextrose yang diperlukan untuk menggantikan fungsi 0,79 g


NaCl = 4,94 g.
Angka 0,79 g untuk NaCl diperoleh dari penyelesaian soal nomor 2.
Jadi dalam preparasi 100 ml atropin sulfat 1%, dilarutkan 1 g pilokarpin atropin
sulfat dan 4,94 dextrose dengan air ... ad 100 ml.

You might also like