Professional Documents
Culture Documents
ANDAM DEWI
1104142010192
PROPOSAL
ANDAM DEWI
1104142010192
Oleh :
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Program Studi SI Keperawatan
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh:
Nama
: Andam Dewi
NIM
: 1104142010192
Program Studi
Judul Skripsi
: S1 Keperawatan
: Hubungan Status Gizi dengan Kualitas Hidup Lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Sumatera Barat.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I
)
Pembimbing II : Ns. Sri Hayulita, S.Kep
Penguji I
Penguji II
Ditetapkan di
Tanggal
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah Yang Maha Esa, karena telah
memberi nikmat kesehatan, kekuatan, pikiran yang jernih dan keterbukaan hati
sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal penelitian ini yang berjudul
Hubungan Status Gizi Dengan Kualitas Hidup Lansia Di panti Sosial Tresna
Werdha (PSTW) Sumatera Barat Tahun 2015.
Penulisan proposal ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes
Yarsi Sumbar Bukittinggi. Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan proposal ini,
sangatlah sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan proposal ini. Oleh karena itu, pada
kesempatan kali ini izinkan peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ns. Marlina Andriani, S.Kep, M.Kep selaku ketua STIKes Yarsi
Sumbar Bukittinggi.
2. Ibu Ns. Sri Hayulita, S.Kep selaku ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi dan selaku pembimbing
II.
3. Ibu Ns. Dewi Kurniawati, S.Kep, MS selaku pembimbing I yang telah
menyediakan
waktu,
tenaga
dan
fikiran
untuk
mengarahkan,
Akhir kata peneliti berharap Allah Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Peneliti juga mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan dimasa yang akan datang. Semoga
proposal ini membawa manfaat bagi kita semua dan bermanfaat bagi pengembangan
ilmu pendidikan.
Bukittinggi, Mei 2015
Peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................i
PERSETUJUAN PEMBIMBING PROPOSAL...................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................iii
KATA PENGANTAR.iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................viii
DAFTAR TABELix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
Latar Belakang..................................................................................1
Rumusan Masalah............................................................................7
Tujuan Penelitian..............................................................................7
Manfaat Penelitian...........................................................................8
D.
A. Lanjut Usia
1. Defenisi lansia..............................................................................9
2. Batasan lansia ..............................................................................9
3. Teori penuaan ..............................................................................9
4. Proses penuaan .........................................................................13
5. Fakto-faktor yang mempengaruhi penuaan ...............................13
6. Perubahan yang terjadi pada lansia............................................14
7. Penyakit yang sering menyertai lansia ......................................18
B. Status Gizi
1. Pengertian status gizi.................................................................19
2. Klasifkasi status gizi..................................................................20
3. Faktor yang mempengaruhi status gizi......................................20
4. Penentuan status gizi..................................................................22
5. Masalah gizi pada lansia............................................................31
C. Kualitas Hidup
1. Defenisi kualitas hidup..............................................................33
2. Klasifikasi kualitas hidup...........................................................34
3. Dimensi kualitas hidup..............................................................34
4. Pengukuran kualitas hidup.........................................................37
5. Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup................................39
Kerangka Teori............ modifikasi..........................................................41
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka konsep ............................................................................44
Jenis penelitian...............................................................................45
Lokasi dan waktu penelitian...........................................................45
Populasi dan sampel.......................................................................45
Kriteria inklusi dan ekslusi.............................................................48
Defenisi operasional.......................................................................49
Instrument penelitian......................................................................49
Uji validitas dan reliabilitas............................................................51
Etika penelitian...............................................................................52
Metoda pengumpulan data..............................................................52
Teknik pengolahan data..................................................................54
Analisa data....................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................56
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indeks Massa Tubuh (IMT). ....................................................26
Tabel 4.1 Definisi Operasional.................................................................49
Tabel 4.2 Instrument Kualitas Hidup.......................................................50
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1 Kerangka Teori.......................................................................43
Skema 3.1 Kerangka Konsep...................................................................44
Skema 4.1 Prosedur Penelitian.................................................................53
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Ghanchart proposal
Lampiran 2 : Curriculum Vitae
Lampiran 3 : Lembar Konsul Penelitian
Lampiran 4 : Surat Izin Pengambilan Data
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program pembangunan nasional yang telah dijalankan mampu menghasilkan
kondisi sosial masyarakat yang semakin baik dan usia harapan hidup yang makin
tinggi. Dampak positif dari program pembangunan nasional dapat dilihat dari
meningkatannya derajat kesehatan dan meningkatnya kualitas hidup masyarakat
yang akan terlihat pada peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (Kemenkes,
2013).
Global Health and Aging (2012) mencatat, jumlah penduduk lanjut usia di
dunia pada tahun 2010 ada sekitar 524 juta jiwa, tahun 2012 terdapat 600 juta
jiwa lansia di seluruh dunia dan tahun 2025 diperkirakan akan mencapai 1,2
miliyar orang, jumlah ini diperkirakan akan meningkat mencapai 1,5 sampai 2
milliyar jiwa pada tahun 2050. Hasil sensus penduduk pada tahun 2010 mencatat
negara dengan jumlah lansia paling banyak di dunia adalah China (194 juta jiwa),
India (59 juta jiwa), Amerika Serikat (39,4 juta jiwa), dan Indonesia dengan
jumlah lansia sebanyak (24 juta jiwa), sehingga membuat Indonesia berada pada
posisi keempat dengan jumlah lansia terbanyak di dunia (Sunartyaningsih, 2012).
Kawasan Asia Tenggara (ASEAN), penduduk dengan usia 60 tahun ke atas
terdapat sebanyak 142 juta jiwa atau 8% dari total keseluruhan penduduk, dan
diperkirakan akan terus meningkat hingga 3 kali lipat di tahun 2050. Peningkatan
jumlah populasi lansia ini
Malaysia, Thailand, Singapura dan Indonesia (Global Health and Aging , 2012).
Hasil estimasi tahun 2013 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia
tercatat sebesar 248.422.956 jiwa dan 12.553.221 jiwa diantaranya adalah
penduduk lansia. Pada tahun 2005 terdapat sebanyak 19,9 juta jiwa lansia (8,48%),
sedangkan pada tahun 2010 meningkat menjadi 24 juta jiwa (9.77%), kemudian di
tahun 2020 diprediksikan akan menjadi 28,8 juta jiwa (11,34%) dari total jumlah
penduduk. Jumlah ini diperkirakan akan mengalami peningkatan lebih besar lagi
pada tahun 2050 yaitu sebanyak 73,6 juta jiwa (21,4%). Peningkatan penduduk
lanjut usia ini dapat dilihat dari berbagai provinsi di Indonesia.
Propinsi di Indonesia sebagian besar mengalami peningkatan jumlah lansia
diantaranya, di Yogyakarta (13,4%), Jawa Timur (10,40%), kemudian
Jawa
Tengah (10,34%), di ikuti oleh Bali (9,78%), Sulawesi Utara (8,45%), Sulawesi
Selatan (8,34%) dan Sumatera Barat menempati urutan ke 7 dengan presentase
sebesar 8,09% dari semua total penduduk lansia di Indonesia (Buletin Lansia,
2013). Sedangkan di provinsi Sumatera Barat sendiri terjadi peningkatan jumlah
lanjut usia dari tahun ketahun. Hal ini terbukti dengan meningkatnya presentase
lanjut usia dari 8,11% pada tahun 2010, diprediksi menjadi 8,77%, pada tahun
2015 dan angka ini terus meningkat mencapai 13,94% pada tahun 2035.
Meningkatnya jumlah lansia dari tahun ketahun, menuntut perhatian yang
makin besar terhadap kelompok lansia, salah satunya adalah terkait dengan
masalah gizi. Menurut Sharkey (2002), kekurangan zat gizi menunjukkan sebuah
ancaman potensial bagi kesehatan pada seluruh populasi lansia karena dapat
mengakibatkan
keterbatasan
dalam
aktivitas
fisik
yang
menyebabkan
dengan status gizi overweight yang berada di PSTW yaitu sebesar 16% dan 11,4%
lansia yang tinggal di lembaga social masyarakat Karang Lansia (KL) Sejahtera.
Sedangkan lansia dengan status gizi sangat gemuk didapatkan 12% yang berada di
PSTW dan lansia yang tinggal di KL hanya 2,9%.
Penelitian yang dilakukan oleh Aliabadi (2008) di Iran menunjukan bahwa
status gizi lansia berpengaruh terhadap kualitas hidup. Dilaporkan bahwa lansia
yang mengalami malnutrisi akan mengakibatkan peningkatan morbiditas,
mortalitas, dan penurunan kualitas hidup. Penelitian yang dilakukan oleh Burhan
(2013), di Makasar tentang hubungan care giver terhadap status gizi dan kualitas
hidup yang dilakukan dengan IMT dan kualitas hidup dengan WHOQOL-BREF,
dari 71 orang responden yang dilakukan penelitian didapatkan status gizi lansia
yang dikategorikan kurang dengan IMT sebanyak 86,7% dan 54,8% memiliki
kualitas hidup buruk. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aliabadi (2008)
dan Burhan (2013) dapat disimpulkan bahwa status gizi pada lansia memiliki
pengaruh terhadap kualitas hidup lansia, dimana seorang lansia yang memiliki
status gizi yang dikategorikan buruk memiliki kualitas hidup yang buruk dan
sebaliknya lansia yang dikategorikan status gizi yang baik akan memiliki kualitas
hidup yang baik.
Penelitian yang sejalan dengan penelitian diatas yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Yuniarti (2013) di Makassar, dari 100 orang responden lansia,
didapatkan hasil 78 responden (87,5%) beresiko terjadinya malnutrisi memiliki
kualitas hidup kurang dan 8 responden (12,5%) memiliki kualitas hidup baik.
Sedangkan untuk kategori malnutrisi didapatkan sebanyak 22 responden (84,62%)
memiliki kualitas hidup kurang, dan 4 orang responden (15,38%) memiliki
kualitas hidup baik. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan status gizi dengan
kualitas hidup, yang dapat dilihat dari lansia yang beresiko terjadinya malnutrisi
dan status malnutrisi memiliki kualitas hidup yang kurang.
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin dan Kasih
Sayang Ibu di Batusangkar merupakan tempat untuk merawat lansia terlantar yang
berada dibawah naungan dinas sosial Sumatera Barat. Lansia yang tinggal di
PSTW lebih berisiko terjadinya malnutrisi, karena lansia yang berada di PSTW
mereka mendapatkan makanan dari pihak panti, bagi pihak panti mereka tidak ada
membedakan jumlah asupan makanan bagi lansia perempuan maupun laki-laki.
Lansia di PSTW juga lebih berisiko terjadinya stress dibandingkan dengan lansia
yang tinggal dengan keluarga, kerena lansia yang tinggal di PSTW mereka banyak
yang teringat akan anak maupun keluarga mereka yang menelantarkan mereka
yang menyebabkan mereka malas untuk makan dimana akan berdampak pada
status gizi mereka. Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan di dua PSTW
ini pada tanggal 6 & 16 maret 2015, didapatkan data lansia yang berada di dua
PSTW ini berjumlah 180 orang lansia, yang terdiri dari 105 orang laki-laki dan 75
orang perempuan, yang berasal dari kabupaten / kota di Sumatera Barat. Hasil
wawancara yang peneliti lakukan dengan kedua kepala PSTW ini didapatkan
bahwa dalam pemenuhan gizi lansia dilaksanakan pemberian makanan dan minum
sebanyak 3x sehari, serta pemberian makanan tambahan seperti kue-kuean, buahbuahan dan susu. Hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan 5 orang lansia
yang berada di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin dan 5 orang lansia yang berada
PSTW Kasih Sayang Ibu Batu sangkar, didapatkan sebanyak 4 orang lansia yang
berada di PSTW Sicincin dan 3 orang lansia yang berada di PSTW Batusangkar,
mereka mengeluhkan susah dalam mengunyah makanan akibat gigi mereka yang
sudah banyak yang tanggal, lansia juga mengeluhkan nafsu makan berkurang yang
tidak diketahui oleh mereka penyebabnya tetapi sebagian mereka mengatakan
karena menu yang disediakan oleh PSTW tidak berubah yang menyebabkan
mereka bosan dengan makanan yang disediakan oleh pihak PSTW. Hasil
wawancara peneliti dengan beberapa lansia di PSTW mereka mengatakan kesepian
karena mereka beranggapan bahwa keluarga mereka tidak peduli dengan mereka
serta kurangnya aktivitas mereka di PSTW juga menyebabkan mereka teringat
akan keluarga mereka. Lansia juga mengatakan karena mereka sudah tua jadi
mereka beranggapan mereka tidak bisa melakukan apa-apa lagi.
Berdasarkan data diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
hubungan antara status gizi dengan kualitas hidup lansia di PSTW Kasih Sayang
Ibu Batusangkar dan Sabai Nan Aluih Sicincin Sumatera Barat tahun 2015.
B. Rumusan Masalah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANJUT USIA
1. Pengertian Lanjut Usia
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu tetapi dimulai sejak pemulaan
kehidupan. Pada usia tua seseorang mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mulai mengendur, rambut
yang mulai memutih, gigi yang mulai ompong, pendengaran yang mulai
berkurang, penglihatan yang semakin memburuk (Nugroho, 2008).
2. Batasan Lansia
Menurut Hurlock (1979), perbedaan lanjut usia terbagi dalam dua tahap:
a. Early old age (usia 60-70 tahun)
b. Advanced old age (usia 70 tahun keatas) (Nugroho, 2008).
3. Teori Penuaan
Menua (aging) merupakan suatu proses yang harus terjadi secara umum
pada seluruh spesies secara progresif seiring waktu yang menghasilkan
d. Teori fisiologik
Teori ini menjelaskan proses menua sebagai akibat adaptasi terhadap
stress. Stress dapat berasal dari dalam maupun luar, dapat bersifat fisik,
psikologik maupun sosial.
e. Teori psikososial
Teori ini mnejelaskan bagaimana seorang yang makin bertambah
umurnya maka ia semakin memperhatikan dirinya dan kehidupan, dan
kurang memperhatikan peristiwa dan isu-isu yang sedang terjadi.
f. Teori kontuinitas
Teori ini merupakan gabungan antara teori pelepasan ikatan dan teori
aktivitas. Perubahan diri lansia dipengaruhi oleh tipe kepribadiannya.
Seorang yang dahulunya sukses pada lanjut usia akan tetap berinteraksi
dengan lingkungan serta tetap memelihara identitas dan kekuatan egonya
karena memiliki tipe kepribadian yang aktif dalam kegiatan sosial.
g. Teori sosiologik
Teori ini merupakan teori sosial yang menerangkan menurunnya
sumber daya dan meningkatkan keadaan sosial yang tidak merata dan
menurunnya
sistem
penunjang
sosial.
Teori
pelepasan
ikatan
h. Teori aktivitas
Teori ini berlawanan dengan teori pelepasan ikatan, karena teori
aktivitas menjelaskan bahwa lansia sukses adalah lansia yang aktif dan
ikut dalam kegiatan sosial.
i. Teori penuaan yang ditinjau dari sudut biologis
Teori ini dulunya dikaitkan dengan organ tubuh. Akan tetapi kini
proses penuaan biologis ini dihubungkan dengan perubahan dalam sel-sel
tubuh yang disebabkan oleh:
1) Memiliki batas maksimum untuk membela diri sebelum mati
2) Setiap spesies mempunyai karakteristik dan masa hidup yang
berbeda
3) Penurunan fungsi dan efisiensi selular terjadi sebelum sel mampu
membelah diri secara maksimal.
Teori biologi terdiri dari :
a) Teori error catastrophe
Teori ini menjelaskan bahwa proses penuaan terjadi akibat
kesalahan susunan asam amino dalam protein tubuh yang
mempengaruhi sifat khusus enzim untuk sintesis protein,
sehingga terjadi kerusakan sel dan mempercepat kematian sel.
b) Teori pesan yang berlebih-lebihan (redundant message)
Teori ini menyebutkan bahwa proses penuaan terjadi akibat
DNA yang berisi pesan yang berulang-ulang atau berlebihlebihan yang dimiliki oleh manuasia.
c) Teori imunologi
Teori ini menekankan bahwa lansia mengalami pengurangan
kemampuan mengenali diri sendiri dan sel-sel asing atau
pengganggu, sehingga tubuh tidak dapat membedakan sel-sel
normal atau tidak normal, yang mengakibatkan antibody
menyerang kedua jenis sel tersebut sehingga muncul penyakitpenyakit degeneratif.
4. Proses Penuaan
Penuaan merupakan proses menghilangnya kemampuan jaringan secara
perlahan untuk memperbaiki diri, menggantikan dan mempertahankan fungsi
normalnya dan rentan terhadap penyakit dan tidak dapat memperbaiki
kerusakan yang dideritanya (Darmojo, 2004). Proses penuaan merupakan
akumulasi secara progresif dari berbagai perubahan fisiologis tubuh seiring
berjalannya waktu. Pada akhirnya proses penuaan mengakibatkan penurunan
kondisi anatomis dan sel terjadi akibat penumpukan metabolisme yang terjadi
didalam sel. Metabolisme yang menumpuk tersebut bersifat racun terhadap sel
sehingga bentuk dan komposisi pembangun sel akan mengalami perubahan
(Nugroho, 2008).
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penuaan
a. Faktor Endogenik (Endogenic Aging)
Faktor ini dimulai dengan menuanya sel-sel tubuh, jaringan tubuh, dan
anatomi tubuh kearah proses menuanya organ tubuh antara lain:
1) Kerusakan sistem imun
2) Kerusakan sel, jaringan, dan organ tubuh akibat radikal bebas
3) Kehilangan gigi
4) Penurunan fungsi indera tubuh
5) Menurunnya cairan dan enzim saluran cerna
6) Mengecilnya jantung dan penebalan katub jantung
7) Berkurangnya
elastisitas
paru-paru
sehingga
kemampuan
kerusakan
gusi
karena
proses
degenerasi
akan
Perubahan
struktur
ini
tidak
secara
signifikan
juga sering tidak efektif karena dinding abdomen pada lansia juga
mengalami kelemahan (Fatmah, 2010).
7. Penyakit Yang Sering Menyertai Lansia
a. Anemia
Anemia merupakan salah satu penyakit yang sering diderita oleh
lansia, anemia didefenisikan sebagai keadaan dimana kadar Hb rendah
karena kondisi patologis. Anemia merupakan keadaan menurunya kadar
hemoglobin, hematokrit, dan sel darah merah lebih dari nilai normal
sebagai akibat dari defisiensi salah satu atau beberapa unsur makanan
yang esensial yang dapat mempengaruhi timbulnya defisiensi tersebut
(Fatmah, 2010). Menurut Jones (1995) gejala yang sering ditimbulkan
akibat anemia adalah tubuh terasa lemah, cepat lelah, sakit kepala,
penglihatan berkunang-kunang, anoreksia, dan nausea. Selain itu pada
jantung akan terasa berdebar-debar, denyut nadi menjadi cepat, dan nafas
menjadi pendek. Gejala yang ditimbulkan pada jantung lebih sering
dikeluhkan oleh lansia yang menderita anemia karena adanya penyakit
vascular degenerative (Fatmah, 2010). Pada lansia anemia merupakan
kondisi yang berbahaya, karena secara alami lansia juga mengalami
penurunan kemapuan fungsi organ dan metabolisme.
International
Osteoporosis
Foundation
tahun
2007,
B. STATUS GIZI
1. Pengertian Status Gizi
Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan
yang masuk kedalam tubuh dengan kebutuhan tubuh akan zat gizi tersebut.
Oleh karena itu status gizi sangat dipengaruhi oleh asupan gizi yang berasal
dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat tersebut setiap hari
(Supariasa, 2001).
2. Klasifikasi Status Gizi
Klasifikasi status gizi menurut Mini Nutritional Assessment (MNA)
a. Gizi baik
b. Resiko Malnutrisi
c. Malnutrisi (Guigoz, 2006)
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
Masalah gizi yang dihadapi lansia berkaitan erat dengan penurunan
aktivitas fisiologi tubuhnya. Konsumsi pangan yang kurang seimbang akan
memperburuk kondisi lansia yang secara alami memang sudah menurun.
Dibandingkan dengan usia dewasa, kebutuhan gizi lansia umumnya lebih
rendah karena adanya penurunan metabolisme basal dan kemunduran lainnya.
a. Usia
Seiring pertambahan usia, kebutuhan zat gizi karbohidrat dan lemak
menurun, sedangkan kebutuhan protein, vitamin, dan mineral meningkat
karena ketiganya berfungsi sebagai antioksi dan untuk melindungi sel-sel
tubuh dari radikal bebas.
b. Jenis Kelamin
Dibandingkan dengan lansia wanita, lansia pria lebih banyak
memerlukan kalori, protein, dan lemak. Ini disebabkan karena perbedaan
tingkat aktivitas fisik.
c. Faktor Lingkungan
Perubahan lingkungan sosial seperti perubahan kondisi ekonomi
karena pensiun dan kehilangan pasangan hidup dapat membuat lansia
merasa terisolasi dari kehidupan sosial dan mengalami depresi.
Akibatnya, lansia mengalami kehilangan nafsu makan yang berdampak
pada penurunan status gizi lansia.
pelatihan
khusus,
tidak
membutuhkan
pemeriksaan
maksimun adalah 30. Batas nilai ambang full MNA ini adalah nilai 24
mengindikasikan
STATUS GIZI
Gizi kurang
Gizi normal
Gizi lebih
(Depkes RI, 2005)
a. Obesitas
Menurut Stanley, Blair, dan Beare (2005), obesitas merupakan suatu
kondisi kelebihan berat badan yang menempatkan lansia dalam
peningkatan resiko, mengalami kondisi kronis, seperti hipertensi,
penyakit arteri koroner, diabetes dan stroke. Kondisi ini menyebabkan
kelemahan sendi dan pembatasan mobilisasi dan kemandirian pada lansia
(Oktariani, 2012).
b. Malnutrisi
Malnurisis dapat terjadi baik pada lansia dengan berat badan lebih
maupun lansia dengan berat badan kurang. Malnutrisi dihubungkan
dengan kurangnya vitamin dan mineral, dalam beberapa kasus terjadi pula
kekurangan protein dan kalori. Malnutrisi pada lansia jika dalam kondisi
lama akan berdampak pada kelemahan otot dan kelelahan karena energy
yang menurun. Oleh karena itu lansia akan beresiko tinggi untuk terjatuh
atau mengalami ketidak mampuan dalam mobilisasi yang menyebabkan
cedera atau luka tekan (Watson, 2003).
Pada kondisi lain, malnutrisi juga dapat dimanifestasikan dengan
kurangnya energi kronis. Kurangnya energi kronis pada lansia disebabkan
oleh makanan tidak enak karena berkurangnya fungsi alat perasa dan
penciuman, banyak gigi yang tanggal sehingga terasa sakit untuk makan
dan napsu makan yang kurang akibat aktivitas yang kurang, kesepian,
depresi, penyakit kronis, serta efek samping obat (Depkes RI, 2003).
Selain itu hilangnya selera makan yang berkepanjangan pada lansia dapat
menyebabkan penurunan berat badan yang drastis, sehingga kondisi ini
secara
personal
mengevaluasi
bagaimana
mereka
tubuh
menggambarkan
terhadap
istirahat.
kemampuan
yang
dan
kapasitas
dimiliki
kerja,
individu
yang
dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya.
b. Dimensi Psikologi
Aspek psikologis terkait dengan keadaan mental individu. Keadaan
mental mengarah pada mampu atau tidaknya individu menyesuaikan diri
terhadap tuntutan perkembangan sesuai dengan kemampuannya, baik
tuntutan dari diri maupun tuntutan dari luar dirinya. Aspek psikologis
juga terkait dengan aspek fisik, dimana individu dapat melakukan suatu
aktifitas jika individu itu sehat secara mental. Kesejahteraan psikologis
lingkungan
yaitu
tempat
tinggal
individu
termasuk
aksesbilitas
dan
kualitas.
Lingkungan
rumah,
yang
hubungan sosial yang terdiri dari 3 pertanyaan yang terdapat pada pertanyaan
nomor 20, 21, dan 22 dengan skor 3 - 15, dan lingkungan yang terdiri dari 8
pertanyaan yang terdapat pada pertanyaan nomor 8, 9, 12, 13, 14, 23, 24, dan
25 dengan skor 8 40.
WHOQOL-BREF terbukti dapat digunakan untuk mengukur kualitas
hidup seseorang. Walaupun WHOQOL-BREF ini sudah digunakan di 23
negara pada usia dewasa namun penggunaan WHOQOL-BREF untuk lansia
masih belum banyak dilakukan, khususnya di Indonesia. Penghitungan untuk
menentukan skor dari kualitas hidup seseorang dapat dilakukan dengan
penjumlahan dari masing- masing skor domain yaitu semakin tinggi skor yang
didapatkan makan semakin baik kualitas hidup seseorang begitupun
sebaliknya semakin rendah skor yang didapatkan dari penjumlahan keempat
domain tersebut maka semakin rendah kualitas hidup seseorang. Kualitas
hidup seseorang dikatakan baik apabila skor yang didapatkan 51,5 dan
kualitas hidup buruk yaitu dengan skor < 51,5. dengan nilai maksimal 120 dan
nilai minimal 24.
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup
Pada usia yang lebih tua, penurunan fungsi tubuh semakin menonjol,
seperti penurunan sistem pencernaan yang akan berdampak pada asupan
nutrisi seseorang, sehingga akan mempengaruhi kualitas hidup mereka
karena angka kesakitan akan meningkat karena gizi yang tidak adekuat.
b. Gender / jenis kelamin
Menurut Moons (2004), mengatakan bahwa gender adalah salah satu
faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Menurut Bain (2003),
menemukan adanya perbedaan antara kualitas hidup laki-laki dan
perempuan, dimana laki-laki lebih baik dari perempuan (Fatmah, 2010).
c. Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Pendidikan yang semakin tinggi
dapat menghasilkan kemandirian yang semakin mantap karena lansia
dapat memperoleh kesempatan untuk mendapatkan informasi yang
banyak terkait dengan pengaturan aktivitas, sehingga ketergantungan
dengan orang lain lebih rendah (Darmojo, 2004).
d. Pekerjaan
Penduduk yang bestatus sebagai pelajar, penduduk yang bekerja,
penduduk yang tidak bekerja (atau sedang mencari pekerjaan) atau
penduduk yang tidak mampu bekerja memiliki perbedaan kualitas hidup
(Nofitri, 2009).
e. Status pernikahan
indera
seperti menurunnya indera penciuman, indera perasa, dan penurunan dari fungsi
fisiologis pada tubuh lainnya. Kehilangan indera perasa dan penciuman
menyebabkan turunnya nafsu makan dan juga sensitivitas rasa manis dan asin
berkurang. Perubahan fisiologis yang terjadi seperti kehilangan gigi, penurunan
sistem pencernaan akan mempengaruhi status gizi lansia. Kebutuhan gizi pada
lansia perlu dipenuhi secara adekuat untuk kelangsungan proses penggantian sel
dalam tubuh, mengatasi proses penuaan, dan memperlambat terjadinya usia
biologis dan gizi yang baik akan memperbaiki kesehatan lansia yang akan
meningkatkan kualitas hidup lansia.
Pengukuran status gizi pada lansia dapat dilakukan dengan berbagai cara
diantaranya yaitu pengukuran antropometri, dan pengkajian menggunakan
kuesioner Mini Nutrition Assessment (MNA). Pengukuran dengan antropometri,
yang meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar lengan, dan
pengukuran lingkar betis. Selain itu pengukuran MNA merupakan salah satu alat
ukur yang digunakan untuk meskrining status gizi pada lansia, untuk mengetahui
apakah seorang lansia mempunyai resiko mengalami malnutrisi atau malnutrisi
yang berat.
Status nutrisi pada lansia akan mempengaruhi kualitas hidup lansia, karena
salah satu domain dari kualitas hidup adalah kesehatan fisik, yang termasuk
didalamnya adalah masalah penyakit, kegelisahan tidur, dan beristirahat, energi
dan kelelahan, status gizi, mobilitas, aktivitas sehari-hari, ketergantungan obat
dan bantuan medis, serta kapasitas pekerjaan. Penilaian kualitas hidup dapat
dilakukan dengan menggunakan kusioner WHOQOL-BREF.
BAB III
KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat dari bagan dibawah ini dimana
variabel dependen yang digunakan adalah kualitas hidup sedangkan variabel
independen dalam penelitian ini adalah status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara status gizi dengan kualitas hidup lansia yang berada di
PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin dan Kasih Sayang Ibu Batusangkar Sumatera Barat.
Status gizi didapatkan setelah dilakukan pengukuran status gizi dengan berbagai cara
Variabel Independen
Variabel Dependen
Keterangan :
: Diteliti
: Hubungan
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional
dengan menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen
dan dependen hanya satu kali pada suatu saat yang artinya subjek diamati satu
kali dan tidak ada perlakuan terhadap responden (Hidayat, 2008).
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin dan PSTW
Kasih Sayang Ibu Batusangkar Sumatera Barat. Penelitian ini dilakukan pada
tanggal 1 Juni sampai dengan 14 Juni 2015.
C. Polulasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia yang berada di PSTW
Sabai Nan Aluih Sicincin dan Kasih Sayang Ibu Batusangkar Sumatera
Barat tahun 2015 yang berjumlah 180 orang yang terdiri dari 63 orang lakilaki, 47 perempuan yang berada di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin dan 70
orang berada di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar dimana laki- laki
berjumlah 53 orang dan perempuan 17 orang.
2. Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini di hitung menggunakan rumus dari
Slovin dengan populasi finit atau diketahui jumlahnya, yaitu :
N
n=
1+ N (d2)
Keterangan rumus :
N = Jumlah populasi
d2 = Presisi absolut/ tingkat ketepatan yaitu sebesar 5%
n = Jumlah sampel
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah :
N
n=
1+ N (d2)
180
n=
1 + 180 (0,05)2
180
n=
1+ 180 (0,0025)
180
n=
1 + 0,45
180
n=
1, 45
n = 124, 13
Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan yaitu 124,13 yang dibulatkan
menjadi 125 orang. Jadi sampel dalam penelitian ini adalah 125 orang lansia.
Kekuatan / power analisis yang diuji dengan menggunakan uji G* power
yaitu didapatkan kekuatan sebesar 0,86.
Mengingat peneliti tidak tahu persis karakteristik populasi yang ingin
dijadikan subjek penelitian karena populasi yang berada di dua tempat maka cara
pengambilan sampel dilakukan dengan teknik multi-stage sampling yaitu peneliti
menentukan sampel untuk masing-masing tempat agar seimbang, berupa
kelompok cluster. Cara pengambilan samplenya adalah sebagai berikut :
populasi lansia di 1 PSTW
n=
110
n=
70
n=
Jadi sampel yang di ambil dari masing- masing PSTW yaitu sebanyak 77
orang di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin dan 49 orang di PSTW Kasih Sayang
Ibu Batusangkar. Setelah sampel untuk masing-masing PSTW didapatkan, maka
selanjutnya untuk menentukan siapa saja responden yang akan dipilih peneliti,
dilakukan teknik sample random sampling dengan cara mengundi anggota
populasi di tiap-tiap kelurahan (lottery techinique).
1.
2.
Kriteria Eklusi
a. Lansia yang sedang sakit berat seperti kesadaran yang mulai
berkurang ketika penelitian sedang berlangsung.
b. Lansia yang mengalami gangguan pendengaran dan mengalami
gangguan penglihatan.
c. Lansia yang mengalami gangguan jiwa
E. Defenisi Operasional
Defenisi operasional tiap-tiap variabel dijelaskan dalam tabel berikut :
Table 4.1
Defenisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel
Defenisi
operasional
Cara ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Skala
ukur
Kualitas hidup
Kualitas hidup
merupakan
suatu persepsi
seorang
terhadap
kehidupanya
yang meliputi
kesehatan fisik,
psikologis,
hubungan
social
dan
lingkungan.
Wawancara
Kuesioner
WHOQOLBREF
- Jika skor
51,5
berati
kualitas
hidup baik
Jika
skornya
<
51,5 berarti
kualitas
hidupnya
buruk
Ordinal
Status gizi
Keseimbangan
antara asupan
zat gizi dan
kebutuhan akan
zat gizi.
Wawancara
dan
melakukan
pengukuran
antropometri
berupa
BB,
TB, LLA, LB.
Kuesioner
Mini
nutritional
Assessmant
(MNA)
Timbangan
berat badan,
alat
ukur
tinggi lutut,
alat
ukur
lingkar
lengan, dan
alat
ukur
lingkar betis
Jika
skornya 24
maka
dikategorikan
gizi normal.
ordinal
Jika
skornya 1723
maka
dikategorikan
resiko
malnutrisi.
Jika
skornya < 17
maka
dikategorikan
malnutrisi.
F. Instrument penelitian
1. Instrument Status Gizi
a) Kuesioner Mini Nutritional Assessment (MNA) yang terdiri dari 18
item yang tebagi dalam 4 komponen yaitu pengukuran antropometri,
pengkajian secara umum, pengkajian pola makan/diet, pengkajian
subjektif.
b) Timbangan injak seca (skala 0,1 kg) untuk mengukur berat badan, alat
untuk mengukur tinggi lutut, alat untuk mengukur lingkar lengan, dan
alat untuk mengukur lingkar betis, kemudian kalkulator untuk
menghitung IMT supaya cepat, dan untuk memudahkan dalam
mengkonversikan antara tinggi lutut dan tinggi badan.
2. Instrument Kualitas Hidup
Instrument yang digunakan untuk menilai kualitas hidup adalah kusioner
WHOQOL-BREFF. Kuesioner ini terdiri dari 26 item pertanyaan, setiap
item pertanyaan memiliki skala 1-5, yang terdiri dari 4 domain. Dari 26
pertanyaan tersebut 2 pertanyaan merupakan pertanyaan secara umum yang
tidak diikutkan dalam perhitungan 4 domain yaitu pertanyaan nomor 1 dan 2
tentang pendapat responden mengenai kualitas hidupnya dan kepuasan
responden terhadap kesehatannya. Penilaian kualitas hidup yaitu jika skor
51, 5 berarti kualitas hidup baik, sedangkan jika skor < 51, 5 berarti kualitas
hidup buruk.
Table 4.2
Instrument kualitas hidup
No
Variabel
Item
skor
7 item
Skor 7 - 35
Kesehatan fisik
Kesehatan psikologis
6 item
Skor 6 30
Hubungan sosial
3 item
Skor 3 15
Lingkungan
Total 24 item
8 item
Skor 8 40
Total skor 20-120
dengan (r hitung = 0,89 - 0,95 ), r table = 0,66 - 0,87). Artinya r hitung > r table. Sehingga
seseorang lansia.
Insrtumen MNA merupakan instrument yang telah divalidasi secara khusus
untuk mengetahui status gizi pada lansia. MNA telah dilakukan uji Validitasnya
secara internasional. Namun pada penelitian sebelumnya pada penelitian
Oktariani (2012) juga di lakukan uji validitas dan reliabilitas yang didapatkan
nilai r hitung > r table ( 0,74 > 0,30) sehingga instrument ini valid dan reliabel untuk
digunakan.
H. Etika penelitian
Sebelum responden masuk dalam penelitian ini terlebih dahulu peneliti
menjelaskan tentang bagaimana penelitian yang akan dilakukan agar responden
mengerti maksud, tujuan dan dampak dari penelitian. Supaya lebih jelas peneliti
dapat memberikan informed consent atau persetujuan menjadi responden.
Responden berhak untuk bersedia atau menolak menjadi subjek dalam penelitian
tersebut dan peneliti harus menghormati hak responden tersebut. Dalam menjaga
kerahasiaan responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden
(anonimity), tetapi pada lembar tersebut diberi kode. Sedangkan pada lembar
kuesioner tetapi pada lembar informed consent wajib ditulis nama responden.
Selain itu, untuk menjaga kerahasiaan (confidentiality) informasi responden,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian ini.
Hanya pihak tertentu dan dalam urusan tertentu informasi tersebut bisa diketahui.
I. Metode pengumpulan data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dimulai dari peneliti meminta surat
izin penelitian dari kampus STIKes Yarsi SUMBAR Bukittinggi. Kemudian
K. Analisis data
Seluruh data yang telah dikumpulkan akan dianalisa menggunakan program
komputerisasi. Analisa univariat bertujuan untuk melihat jumlah atau frekuensi
dan persentase masing masing variabel. Untuk melihat hubungan antara
hubungan status gizi dengan kualitas hidup lansia digunakan analisa bivariat
dengan uji statistik chi-square dilihat pada Pearson Chi-Square dengan tingkat
kepercayaan 95%, pvalue = 0,05. Sehingga, jika pvalue 0,05 maka hasil statistik
disebut bermakna, artinya ada hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen.
DAFTAR PUSTAKA
Abikusno, N., Turana, Y., & Santika, A. (2013). Buletin jendela data dan informasi
kesehatan. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.
Aliabadi, M. & Kimiagar, M. (2008). Prevalence of malnutrition in free living
elderly people in Iran: a cross-sectional study. The Asia Pacific Journal
Clinical Nutrition,17 (2), 285-289.
Almatsier, S. (2004). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Amarantos, E., Martinez, A. & Dwiyer, J. (2001). Nutritional and quality of life in
older adults. The Journal of gerontology, 56A (2), 54- 64.
Arisman. (2010). Buku ajar ilmu gizi obesitas, diabetes mellitus & dislipidemia.
Jakarta: EGC
Beard, J. & Zusman, R. (2012). Global health and aging. U.S.A : WHO.
Burhan, I.N., Taslim, N. A. & Bahar, B. (2013). Hubungan care giver terhadap status
gizi dan kualitas hidup lansia pada Etnis Bugis. Jurnal Gizi, 3 (3), 264-273
Darmojo, B. & Martono, H. (2004). Geriatri (ilmu kesehatan usia lanjut). Jakarta:
Balai penerbit Fakultas universitas Indonesia
Darmojo, B. (2010). Buku ajar geriatrik (ilmu kesehatan lanjut usia). Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Dasuki, M.S., Candrasari, A & Astuti, F. (2013). Hubungan status gizi dengan
kualitas hidup geriatric di posyandu lansia ngudi sehat bibis baru nasukan
Banjarsari Surakarta. Jurnal kedokteran, 1 (1), 1-10
Fatmah. (2010). Gizi usia lanjut. Jakarta: Erlangga.
Guigoz, Y. (2006). The mini nutritional asssessment (mna) review of the literaturewhat does it tell us. The journal of nutritional, health & aging.10 (6), 466487
Hidayat, A. A. (2008). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data.
Jakarta: Salemba Medika
Ismayanti, N. & Solikhah. (2012). Hubungan antara konsumsi dan aktivitas fisik
dengan status gizi lansia di panti sosial tresna werdha unit Abiyoso
Yogyakarta. Jurnal kesehatan masyarakat. 6 (3), 144-211
Istiany, A. & Rusilanti. (2013). Gizi terapan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Norhasanah. (2015). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi dan
kesehatan lansia perempuan pada panti social dan lembaga social masyarakat
di Banjarmasin (Tesis,
Institut Pertanian Bogor). Diakses dari.
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/74292, tanggal 20 maret 2015,
jam 20.00
Nugroho. (2008). Keperawatan gerontik&geriatrik. Jakarta: EGC
Oktariani. (2012). Gambaran status gizi lansia di PSTW Budi mulya 01 dan 03
Jakarta Timur (Skripsi, Universitas Indonesia). Diakses dari http:// www.
lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301303-S42017-Oktariyani.pdf, tanggal 28
Februari 2015, jam 09.00
Oliveira, M., Fogaca, K. & Leandro-Merhi, V. (2009). Nutritional status and
functional capacity of hospitalized elderly. Nutrition Journal, 8 (54), 1-8
Reno, R.B. (2012). Hubungan status interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia di
Panti Werdha Dharma Bhakti Surakarta. Jurnal kesehatan masyarakat.
Rinajumita. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kemandirian
lansia di wilayah kerja puskesmas Lampasi Kecamatan Payakumbuh Utara
tahun 2011. Jurnal kesehatan masyarakat, 1(1), 1-12
Salim, O., Sudharma, N., Kusumaratna, R.K. & Hidayat. (2007). Validitas dan
reliabilitas world health organization quality of life-bref untuk mengukur
kualitas hidup lanjut usia. 26 (1), 27-38
Sharkey, J. R., Branch, L.G., Zohoori, N., Busby, J. & Haines, P.S. (2002). Inadequate
nutrient intakes among homebound elderly and their correlation with
individual characteristics and health-related factors. American Journal
Clinical Nutrition. 76, 1435-1445
Stanley, M. & Beare,G.P. (2006). Buku ajar keperawatan gerontik edisi 2. Jakarta:
EGC.
Sunartyaningsih, R. (2012). Hubungan kendala pelaksanaan posbindu dengan
kehadiran lansia di posbindu RW 08 keluarahan Palasari kecamatan Cibiru
kota Bandung. Jurnal keperawatan,1 (2), 19-21.
Supariasa, I.D.N.,Bakri, B. & Fajar, I. (2002). Penilaian status gizi. Jakarta: EGC
WHOQOL group (1997). WHOQOL- BREF introduction, administration, scoring,
and generic version of the assessment. WHO: Geneva. Diakses dari,
http://www.who.int/mental health/media/en/76pdf/
tanggal 17 maret 2015, jam 09.15
Yani, D. (2010). Perbedaan kualitas hidup lansia yang tinggal di komunitas dengan
kualitas hidup lansia di PSTW Jawa Barat Kabupaten Garut. Jurnal
keperawatan, 1 (1), 35-46.
Yuniarti, A., Said, S. & Saleh, A. (2013). Nutritional stataus related to quality of life
of elderly people in rappokalling Makasar. Journal gerontology nursing.
1(1), 1-15