You are on page 1of 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

OSTEOARTHRITIS

Kelas : 5B
Dosen Pengampu :
Nama Kelompok:
1. Hendra Febri K (1432100)

4. Lailatul Fitrika (1432100)

2. Desi Purwantini (1432100)

5. Nanik Winarti (143210082)

3. Fifi May H

6. Rista Nur K (143210090)

(1432100)

PROGRAM S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDIKIA MEDIKA
JOMBANG
2016
1

KATA PENGANTAR

Dengan ucapan puji dan syukur, kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Atas rahmat, ridho
dan Inayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami dalam rangka memenuhi
tugas Mata Kuliah Sistem Muskuluskeletal 2.
Taklupa kami sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam segala hal sehingga tercapai apa yang kami inginkan dalam penyusunan tugas makalah
kami ini, khususnya kepada :
1. Ibu selaku Dosen Pengajar Mata Kuliah Muskuluskeletal
2. Teman-teman yang ikut serta dalam mengerjakan makalah ini
Akhirnya, kami banyak berharap agar makalah tentang ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN OSTEOARTHRITIS ini dapat membawa manfaat untuk yang membaca
dan membantu kami menjadi seorang Perawat yang benar-benar Profesional sehingga dapat
memajukan Keperawatan di Indonesia.

Jombang,15 September 2016

DAFTAR ISI
JUDUL............................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR........................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5
1.2 Tujuan.................................................................................................................5
BAB 2 TINJAUAN MEDIS
2.1 Definisi...............................................................................................................6
2.2 Etiologi...............................................................................................................7
2.3 Klasifikasi..........................................................................................................9
2.4 Patofisiologi.......................................................................................................9
2.5 Manifestasi Klinis.............................................................................................11
2.6 Pemeriksaan Diagnostik...................................................................................12
2.7 Penatalaksanaan...............................................................................................13
2.8 Komplikasi.......................................................................................................16
2.9 Prognosis..........................................................................................................16
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan..................................................................................17
3.2 Diagnosa Keperawatan.....................................................................................19
3.3 Intervensi Keperawatan....................................................................................20
3.3 Implementasi Keperawatan..............................................................................23
3.4 Evaluasi Keperawatan......................................................................................23
BAB 4 PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................................25
Saran.......................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Osteoarthritis merupakan penyakit tipe paling umum dari arthritis, dan dijumpai
khusus pada orang lanjut usia atau sering disebut penyakit degeneratif. Osteoarthritis
merupakan penyakit persendian yang kasusnya paling umum dijumpai di dunia
(Bethesda, 2013). Berdasarkan National Centers for Health Statistics, diperkirakan 15,8
juta (12%) orang dewasa antara usia 25-74 tahun mempunyai keluhan osteoarthritis
(Anonim, 2011). Prevalensi dan tingkat keparahan osteoarthritis berbeda-beda antara
rentang dan lanjut usia (Hansen & Elliot, 2005).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2004, diketahui bahwa
osteoarthritis diderita oleh 151 juta jiwa di seluruh dunia dan mencapai 24 juta jiwa di
kawasan Asia Tenggara. Prevalensi osteoarthritis total di Indonesia 34,3 juta orang pada
tahun 2002 dan mencapai 36,5 juta orang pada tahun 2007. Diperkirakan 40% dari
populasi usia diatas 70 tahun menderita osteoarthritis, dan 80% pasien osteoarthritis
mempunyai keterbatasan gerak dalam berbagai derajat dari ringan sampai berat yang
berakibat mengurangi kualitas hidupnya karena prevalensi yang cukup tinggi. Oleh
karena sifatnya yang kronik-progresif, osteoarthritis mempunyai dampak sosio-ekonomi
yang besar, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Diperkirakan 1 sampai 2
juta orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis (Soeroso, 2006)
Prevalensi osteoarthritis lutut pada pasien wanita berumur 75 tahun ke atas dapat
mencapai 35% dari jumlah kasus yang ada.
Dari aspek karakteristik umum pasien yang didiagnosis penyakit sendi osteoarthritis,
menurut Arthritis Research UK (2012), memperlihatkan bahwa usia, jenis kelamin,
obesitas, ras/genetik, dan trauma pada sendi mempunyai kolerasi terhadap terjadinya
osteoarthritis. Prevalensi penyakit osteoarthritis meningkat secara dramatis di antara
orang yang memiliki usia lebih dari 50 tahun. Hal ini adalah karena terjadi perubahan
yang berkait dengan usia pada kolagen dan proteoglikan yang menurunkan ketegangan
dari tulang rawan sendi dan juga karena pasokan nutrisi yang berkurang untuk tulang
rawan (Lozada, 2013).
Wanita juga lebih cenderung terkena penyakit osteoarthritis dibanding pria karena
pinggul wanita lebih luas dan lebih memberikan tekanan jangka panjang pada lutut
mereka. Selain itu, faktor sosial seperti pekerjaan yang dilakukan seharian juga
4

mempengaruhi timbulnya osteoarthritis, terutama pada atlet dan orang-orang yang


pekerjaannya memerlukan gerakan berulang (pekerja landskap, mangetik atau
mengoperasikan mesin), memiliki risiko lebih tinggi terkena osteoarthritis. Hal ini adalah
karena terjadinya cedera dan meningkatkan tekanan pada sendi tertentu (Anonim,
2013a ). Gaya hidup juga mempengaruhi kehidupan seseorang yang menderita penyakit
osteoarthritis. Perubahan gaya hidup dan pengobatan yang dilakukan dapat membantu
mengurangi keluhan osteoarthritis. Perubahan berat badan dapat meningkatkan tekanan
pada bagian sendi, terutamanya pada bagian lutut dan pinggul. Diet yang sehat
diperlukan untuk mengurangi berat badan. Pola makan yang sehat berserta olahraga
dapat menurunkan terjadinya osteoarthritis (Anonim, 2013b ). Menurut The American
Geriatrics Society (2001), kurang aktifitas fisik dikenal sebagai faktor risiko untuk
banyak penyakit pada populasi manula dan peningkatan aktifitas fisik pada pasien
osteoarthritis akan menurunkan morbiditas dan mortalitas.
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana tinjauan medis dari Osteoarthritis?
b. Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan Osteoarthritis?
1.3 TUJUAN
a. Mengetahui tinjauan medis dari Osteoarthritis.
b. Mengetahui asuhan keperawatan klien dengan Osteoarthritis.

BAB II
KONSEP DASAR
5

2.1 DEFINISI
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis
(sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan
dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002
hal 1087)
Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (1995) osteoartritis merupakan
kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi yang dapat digerakkan, terutama sendi
penumpu badan, dengan gambaran patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang
rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang
yang membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia, metabolisme,
fisiologis dan patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan subkondrial
dan jaringan tulang yang membentuk persendian.( R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi ,
1999)
Osteoarthritis disebut juga penyakit sendi degeneratif, merupakan gangguan sendi
tersering. Kelainan ini sering, jika tidak dapat dikatakan pasti menjadi bagian dari proses
penuaan dan merupakan penyebab penting cacat fisik pada orang berusia diatas 65 tahun.
Osteoartritis (OA) yang dalam bahasa awam masyarakat kita sering dinamakan
pekapuran sendi, adalah proses degenerasi atau penuaan sendi (Ahmad Aby, 2014)
Osteoarthritis adalah penyakit tulang degeneratif yang ditandai oleh pengeroposan
kartilago artikular (sendi). Tanpa adanya kartilago sebagai penyangga, maka tulang
dibawahnya akan mengalami iritasi, yang menyebabkan degenerasi sendi (Elizabeth
J.Corwin, 2009)
Osteoartritis (OA) berarti radang sendi, walaupun lebih dikenali sebagai penyakit
degeneratif yang karena dikarenakan oleh peradangan sendi dengan penipisan tulang
rawan yang berkaitan. Tulang rawan pada persendian kita memungkinkan pergerakan
sendi yang mulus. Ketika tulang rawan ini rusak karena cedera, infeksi, atau efek
penuaan, pergerakan sendi menjadi terganggu. Hasilnya, jaringan di dalam sendi
mengalami iritasi serta menyebabkan rasa nyeri dan pembengkakan.
Osteoarthritis (OA) atau penyakit degenerasi sendi ialah suatu penyakit kerusakan
tulang rawan sendi yang berkembang lambat yang tidak diketahui penyebabnya,
meskipun terdapat beberapa factor resiko yang berperan. Keadaan ini berkaitan dengan
usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang mananggung beban
dan secara klinis ditandai oleh nyeri, deformitas, pembesaran sendi dan hambatan gerak.

2.2 ETIOLOGI
Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa faktor
resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :
a.

Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah
yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin berkembang/berubah naik
dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang
pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur
dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen
yang berwarna kuning.

b. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering
terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah
45 tahun frekuensi osteoartritis minus lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50
tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesisosteoartritis.
c.

Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari
seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua
kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan
cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan anak perempuan dari
wanita tanpa osteoarthritis.
Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya
ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis, sedangkan wanita,
hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena.

d. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat
perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih
jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia.Osteoartritis lebih
sering dijumpai pada orang orang Amerika asli dari pada orang kulit putih. Hal ini
mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi
kelainan kongenital dan pertumbuhan.
e. Kegemukan (obesitas)
7

Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak
hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga
dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).
f.

Cedera sendi, pekerjaan dan olah raga (trauma)


Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.

g. Kepadatan tulang dan pengausan (wear and tear)


Penggunaan sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi
melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang
wajib dikandungnya.
h. Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi
peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran
sinovial dan sel-sel radang.
i.

Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi
akan membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil / seimbang sehingga
mempercepat proses degenerasi.

j.

Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang
berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan sendi,
ligamen, tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan
produksi proteaglikan menurun.

k. Deposit pada rawan sendi


Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat
mengendapkan

hemosiderin,

tembaga

polimer,

asam

hemogentisis,

kristal

monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.

2.3 KLASIFIKASI
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi :
a) Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan

dengan osteoarthritis
8

b) Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur (Long, C Barbara,

1996 hal 336)


2.4 PATOFISIOLOGI
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang,
dan

progresif

lambat,

yang

seakan-akan

merupakan

proses

penuaan,

rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan


tulang baru pada bagian tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan
unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik
tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang
membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang
rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat
badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan
proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal
ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang
sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut.
Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa
tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit
peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik
dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan
metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan
kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang
menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus.
( Soeparman ,1995).

PROSES PENUAAN

Pemecahan Kondrosit

Perubahan komponen
Sendi :
kolagen dan jaringan sub kondrial
9

TRAUMA
- Intrinsik
-Ekstrinsik

Proses penyakit
Degeneratif yang panjang
Pengeluaran enzim

Perubahan Metabolisme
Sendi

Lisosom
Kurang Kemampuan
Mengingat, Kesalahan
Interpretasi

Kerusakan Matrik Kartilago

MK : Kurang

Penebalan Tulang Sendi

Pengetahuan
Penyempitan Rongga Sendi
Penurunan Kekuatan, Nyeri

Perubahan Fungsi Sendi


Kontraktur

Deformitas
Tulang

MK: Ganguan
MK : Kurang Perawatan Diri

Citra Tubuh
MK: Kerusakan
Mobilitas Fisik

Hipertrofi

Distensi Cairan

MK : Nyeri Akut

2.5 MANIFESTASI KLINIS


Gejala pada penyakit osteoarthritis bervariasi, tergantung pada sendi yang terkena dan
seberapa parah sendinya berpengaruh. Namun, gejala yang paling umum adalah
kekakuan, terutamanya terjadi pada pagi hari atau setelah istirahat, dan nyeri. Sendi yang
sering terkena adalah punggung bawah, pinggul, lutut, dan kaki. Ketika terkena di daerah
sendi tersebut akan mengalami kesulitan untuk melakukan kegiatan seperti berjalan,
10

menaiki tangga, dan mengangkat suatu beban. Bagian lain yang sering terkena juga
adalah leher dan jari, termasuk pangkal ibu jari. Ketika bagian jari dan sendi tangan
terkena, osteoarthritis dapat membuatkan keadaan bertambah sulit terutamanya untuk
memegang suatu objek dan untuk melakukan pekerjaan (Anonim, 2006).
Pada umumnya, pasien osteoarthritis mengatakan bahwa keluhankeluhan yang
dirasakan telah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan. Berikut adalah
keluhan yang dapat dijumpai pada pasien osteoarthritis:
1). Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya bertambah dengan
gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan yang tertentu
terkdang dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain. Perubahan ini
dapat ditemukan meski osteoarthritis masih tergolong dini (secara radiologis)
(Soeroso dkk, 2006).
2). Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan dengan
pertumbuhan rasa nyeri (Soeroso dkk, 2006).
3). Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau setelah tidak
melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau duduk di mobil dalam waktu
yang cukup lama, bahkan setiap bangun tidur pada pagi hari (Soeroso dkk, 2006).
4). Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini
umum dijumpai pada pasien osteoarthritis lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan
akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa.
Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat terdengar hingga jarak
tertentu (Soeroso dkk, 2006).
5). Pembesaran sendi (deformitas)
Sendi yang terkena secara perlahan dapat membesar (Soeroso dkk, 2006).
6). Pembengkakan sendi yang asimetris
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi yang
biasanya tidak banyak (< 100 cc) atau karena adanya osteofit, sehingga bentuk
permukaan sendi berubah (Soeroso dkk, 2006).
7). Tanda-tanda peradangan
Tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa
hangat yang merata, dan warna kemerahan) dapat dijumpai pada osteoarthritis karena
adanya sinovitis. Biasanya tanda-tanda ini tidak menonjol dan timbul pada
perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala ini sering dijumpai pada osteoarthritis
lutut (Soeroso dkk, 2006).
8). Perubahan gaya berjalan
11

Gejala ini merupakan gejala yang membebankan pasien dan merupakan ancaman
yang besar untuk kemandirian pasien osteoarthritis, terutamanya pada pasien lanjut
usia. Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat
badan terutama pada osteosarthritis lutut (Soeroso dkk, 2006).
2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.

Sinar-X.
Gambar sinar X pada engsel akan menunjukkan perubahan yang terjadi pada tulang
seperti pecahnya tulang rawan.

2.

Tes darah.
Tes darah akan membantu memberi informasi untuk memeriksa rematik.

3.

Analisa cairan engsel


Dokter akan mengambil contoh sampel cairan pada engsel untuk kemudian diketahui
apakah nyeri/ngilu tersebut disebabkan oleh encok atau infeksi.

4.

Artroskopi
Artroskopi adalah alat kecil berupa kamera yang diletakkan dalan engsel tulang.
Dokter akan mengamati ketidaknormalan yang terjadi.

5.

Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai


penyempitan rongga sendi

6.

Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal (Iskandar, 2012).

2.7 PENATALAKSANAAN
Pengobatan penyakit sendi osteoarthritis dapat dilakukan dengan beberapa terapi,
antaranya adalah:
a. Terapi Non Farmakologis
1). Edukasi atau penerangan
Langkah pertama adalah memberikan edukasi pada pasien tentang penyakit,
prognosis, dan pendekatan manajemennya. Selain itu, diperlukan konseling diet
untuk pasien osteoarthritis yang mempunyai kelebihan berat badan (Elin dkk, 2008).
Ahli bidang kesehatan harus memberikan informasi pada pasien dengan
penyakit osteoarthritis mengikut kesesuaian keadaan dan keselesaan pasien
(Anonim, 2008).
2).Terapi fisik dan rehabilitasi
Terapi fisik dapat dilakukan dengan pengobatan panas atau dingin dan
program olahraga bagi membantu untuk menjaga dan mengembalikan rentang
12

pergerakan sendi dan mengurangi rasa sakit dan spasmus otot. Program olahraga
dengan

menggunakan

teknik

isometric

didesain

untuk

menguatkan

otot,

memperbaiki fungsi sendi dan pergerakan, dan menurunkan ketidakmampuan, rasa


sakit, dan kebutuhan akan penggunaan analgesik (Elin dkk, 2008).
Alat bantu dan ortotik seperti tongkat, alat pembantu berjalan, alat bantu
gerak, heel cups, dan insole dapat digunakan selama olahraga atau aktivitas harian
(Elin, dkk, 2008). Pasien osteoarthritis lutut yang memakai sepatu dengan sol
tambahan yang empuk yang bertujuan untuk meratakan pembagian tekanan akibat
berat, dengan demikian akan mengurangi tekanan di lutut (Bethesda, 2013).
Kompres hangat atau dingin serta olahraga dapat dilakukan untuk memelihara
sendi, mengurangi nyeri, dan menghindari terjadinya kekakuan (Priyanto, 2008).
Kompres hangat atau dingin ini dilakukan pada bagian sendi yang mengalami nyeri.
3). Penurunan berat badan
Penurunan berat badan dapat diterapkan dengan mempunyai gaya hidup yang
sehat (Iskandar, 2012). Penurunan berat badan dapat membantu mengurangi beban
atau mengurangi gejala pada bagian yang mengalami penyakit osteoarthritis
terutamanya pada lutut dan pinggul (Felson, 2008)

4). Istirahat
Istirahat yang cukup dapat mengurangi kesakitan pada sendi. Selain itu juga
istirahat dapat menghindari trauma pada persendian secara berulang (Priyanto,
2008).
b. Terapi Farmakologi
Terapi obat pada osteoarthritis ditargetkan pada penghilangan rasa sakit. Karena
osteoarthritis sering terjadi pada individu lanjut usia yang memiliki kondisi medis
lainnya, diperlukan suatu pendekatan konservatif terhadap pengobatan obat, antaranya
(Elin dkk, 2008):
1). Golongan Analgesik
a). Golongan Analgesik Non Narkotik
(1). Asetaminofen (Analgesik oral)
Asetaminofen menghambat sintesis prostaglandin pada sistem saraf
pusat (SSP). Asetaminofen diindikasikan pada pasien yang mengalami nyeri
ringan ke sedang dan juga pada pasien yang demam. Obat yang sering
digunakan sebagai lini pertama adalah parasetamol.
(2). Kapsaisin (Analgesik topikal)
Kapsaisin merupakan suatu estrak dari lada merah yang menyebabkan
pelepasan dan pengosongan substansi P dari serabut syaraf. Obat ini juga
13

bermanafaat dalam menghilangkan rasa sakit pada osteoarthritis jika


digunakan secara topikal pada sendi yang berpengaruh. Kapsaisin dapat
digunakan sendiri atau kombinasi dengan analgesik oral atau NSAID.
Kapsaisin ini diberikan dalam bentuk topikal, yaitu dioleskan pada bagian
nyeri sendi.
b). Analgesik Narkotika
Analgesik narkotika dapat mengatasi rasa nyeri sedang sampai berat.
Penggunaan dosis obat analgesik narkotika dapat berguna untuk pasien yang
tidak toleransi terhadap pengobatan asetaminofen, NSAID, injeksi intraartikular atau terapi secara topikal. Pemberian narkotika analgesik merupakan
intervensi awal, dan sering diberikan secara kombinasi bersama asetaminofen.
Pemberian

narkotika

ini

harus

diawasi

karena

dapat

menyebabkan

ketergantungan.
2). Golongan NSAID
Dalam dosis tunggal antiinflamasi nonsteriod (NSAID) mempunyai aktivitas
analgesik yang setara dengan parasetamol, tetapi parasetamol lebih banyak dipakai
terutamanya pada pasien lanjut usia.
Dalam dosis penuh yang lazim NSAID dapat sekaligus memperlihatkan efek
analgesik yang bertahan lama yang membuatnya sangat berguna pada pengobatan
nyeri berlanjut atau nyeri berulang akibat radang. NSAID lebih tepat digunakan
daripada parasetamol atau analgesik opioid dalam arthritis rematoid dan pada kasus
osteoarthritis lanjut.
3). Kortikosteroid
Kortikosteroid berfungsi sebagai anti inflamasi dan digunakan dalam dosis
yang beragam untuk berbagai penyakit dan beragam individu, agar dapat dijamin
rasio manafaat dan risiko setinggitingginya. Kortikosteroid sering diberikan dalam
bentuk injeksi intra-artikular dibandingkan dengan penggunaan oral.
4). Suplemen makanan
Pemberian suplemen makanan yang mengandung glukosamin, kondroitin yang
berdasarkan uji klinik dapat mengurangi gangguan sendi atau mengurangi simptom
osteoarthritis (Priyanto, 2008). Suplemen makanan ini dapat digunakan sebagai
obat tambahan pada penderita osteoarthritis terutamanya diberikan pada pasien
lanjut usia.
5). Obat osteoarthritis yang lain
a). Injeksi Hialuronat

14

Asam

hialuronat

membantu

dalam

rekonstitusi

cairan

sinovial,

meningkatkan elastisitas, viskositas dan meningkatkan fungsi sendi. Obat ini


diberikan dalam bentuk garamnya (sodium hialuronat) melalui injeksi intraartrikular pada sendi lutut jika osteoarthritis tidak responsif dengan terapi yang
lain (Priyanto, 2008). Dua agen intra-artrikular yang mengandung asam
hialuronat tersedia untuk mengobati rasa sakit yang berkaitan dengan
osteoarthritis lutut.
Injeksi asam hialuronat diberikan pada pasien yang tidak lagi toleransi
terhadap pemberian obat anti nyeri dan anti inflamasi yang lainnya (Hansen &
Elliot, 2005). Injeksi asam hialuronat diberikan oleh tenaga medis yang
mempunyai keahlian karena kesalahan dalam memberikan injeksi ini akan
memperparah kondisi lutut pasien.
c. Pembedahan
Terapi pembedahan dapat dilakukan pada pasien dengan rasa sakit parah yang
tidak memberikan respon terhadap terapi konservatif atau rasa sakit yang
menyebabkan ketidakmampuan fungsional substansial dan mempengaruhi gaya hidup
(Elin dkk, 2008). Beberapa sendi, terutama sendi pinggul dan lutut, dapat diganti
dengan sendi buatan. Biasanya, dengan pembedahan dapat memperbaiki fungsi dan
pergerakan sendi serta mengurangi nyeri. Terdapat beberapa jenis pembedahan yang
dapat dilakukan. Antara pembedahan yang dapat dilakukan jika terapi pengobatan
tidak dapat berespon dengan baik atau tidak efektif pada pasien adalah Arthroscopy,
Osteotomy, Arthroplasty dan Fusion (Lozada, 2013).
2.8 KOMPLIKASI
Komplikasi yang umum adalah kekakuan sendi dan nyeri tumpul yang dalam,
terutama pada pagi hari. Penggunaan sendi berulang-ulang cenderung menambah nyeri.
Krepitus, suara berderak akibat permukaan yang terpajan saling bergesekan, sering
terdengar pada masalah yang berat. Biasanya sendi agak bengkak, dan mungkin terjadi
efusi ringan.
2.9 PROGNOSIS
Prognosis pasien dengan osteoarthritis primer bervariasi dan terkait dengan sendi
yang terlibat. Pasien dengan osteoarthritis sekunder, prognosisnya terkait dengan faktor
penyebab terjadinya osteoarthritis. Umumnya baik. Sebagian besar nyeri dapat diatasi
dengan obat-obat konservatif. Hanya kasus-kasus berat yang memerlukan pembedahan,
yaitu apabila pengobatan dengan menggunakan obat tidak rasional pada pasien (Hansen
& Elliot, 2005).
15

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
1.

Identitas pasien
Berisikan nama, jenis kelamin, umur, no.MR ,status perkawinan, pekerjaan,
pendidikan terakhir, alamat,dll.
Tekanan darah : biasanya meningkat
Pernafasan

: biasanya meningkat

Suhu

: biasanya meningkat

Nadi

: biasanya meningkat

2.

Riwayat kesehatan
a.Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien pernah mengalami trauma, biasanya klien pernah mengalami
infeksi pada sendi, biasanya klien pernah mengalami fraktur, biasanya klien pernah
melalukan diet.
b.Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengeluh sering mengalami nyeri sendi, biasanya klien sering
mengeluh hambatan dalam bergerak, biasanya klien sering mengeluh kaku sendi
ketika bangun pagi..
c.Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya keluarga pernah menderita penyakit yang sama, yaitu osteoarthritis,
biasanya ada anggota kelurga yang menderita diabetes mellitus.

3.

Pemeriksaan fisik
a.

Rambut
Biasanya rambut klien terlihat bersih dan rambut berwarna hitam, dan rambut
tidak rontok.
16

b.

Wajah
Biasanya kulit wajah baik dan tidak terdapat edema

c.Mata
Biasanya konjungtiva tidak anemis dan sclera tidak ikterik, biasanya respon
cahaya baik (+)
d.Hidung
Biasanya bentuk telinga simetris kiri dan kanan , dan biasanya tidak ada
pembesaran polip.
e.

Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris kiri dan kanan, dan fungsi pendengaran baik

f.

Mulut
Biasanya mukosa mulut tidak pecah-pecah, dan biasanya lidah bersih.

g.

Thoraks
I : biasanya bentuk dada simetris kiri dan kanan
P: biasanya vocal premitus kiri dan kanan
P: biasanya saat perkusi bunyi sonor
A: biasanya tidak terdapat bunyi nafas tambahan

h.

Jantung
I: biasanya ictus cordis tidak terlihat
P: biasanya ictus cordis teraba
P: biasanya bunyi jantung pekak
A: biasanya bunyi jantung teratur

i.

Abdomen
I: biasanya simetris kiri dan kanan
P: biasanya bising usus normal
P: biasanya tidak terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas
A: biasanya bunyi thimpany

j.

Genetalia urinaria
Biasanya tidak terdapat gangguan eliminasi, dan tidak terpasang kateter

k..

Ekstremitas
Biasanya klien mengalami nyeri sendi,dan biasanya klien mengalami kekakuan
sendi, dan tidak dapat melakukan kegiatan pergerakan, dan biasanya panjang
ekstremitas bawah yang tidak sama panjang.

l.

Integument
17

Biasanya turgor kulit baik


m.

Neurologis
Biasanya kesadaran klien baik dan peka terhadap rangsangan, kecuali daerah
yang mengalami nyeri sendi atau kaku sendi.

4.

Kebiasaan sehari-hari
1.

2.

3.

4.

Nutrisi
a.

Sehat: biasanya 3x1 sehari ( porsi makan dihabiskan )

b.

Sakit: biasanya porsi 3x1 sehari (porsi makan dihabiskan )

Eliminasi
a.

Sehat: biasanya 1x sehari

b.

Sakit: biasanya 2x sehari

Istirahat
a.

Sehat: biasanya 8-9 jam perhari

b.

Sakit: biasanya 5-6 jam perhari

Aktivitas
a.

Sehat: biasanya bisa bergerak bebas dan mandi 2x sehari

b.

Sakit: biasanya klien sering mengalami nyeri ada saat beraktivitas dan

mandi 1x sehari.
5.

Data psikologis
Biasanya klien sering mengalami kecemasan, dan biasanya klien sering emosi
tiba-tiba.

3.2 DIAGNOSTIK KEPERAWATAN


1. Nyeri akut / kronisberhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses
inflamasi, distruksi sendi.
2. Kerusakan Mobilitas Fisikberhubungan dengan

Deformitas skeletal, Nyeri,

ketidaknyamanan , Penurunan kekuatan otot


3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan
Perubahan kemampuan melakukan tugas-tugas umum, Peningkatan penggunaan
energi, ketidakseimbangan mobilitas.

18

4. Kurang Pengetahuan (Kebutuhan Belajar) Mengenai Penyakit, Prognosis dan


Kebutuhan Perawatan dan Pengobatanberhubungan dengan Kurangnya pemahaman /
mengingat kesalahan interpretasi informasi.

3.3

INTERVENSI
No
1.

Diagnosa Keperawatan
Nyeri Akut

Tujuan dak Kriteria Hasil


NOC

Intervensi
NIC

Pain level

Pain menejement
Lakukan

Kriteria hasil:
Mampu mengontrol nyeri (tahu
penyebab

nyeri,

mampu

menggunakan

teknik

nonfarmakologi

untuk

mengurangi
bantuan )
Melaporkan

nyeri,
bahwa

mencari
nyeri

berkurang dengan menggunakan

pengkajian

nyeri

secara

komprehensiv
termasuk

lokasi,

karakteristik,

durasi,

frekuensi, kualitas dan


faktor prespitasi
Observasi
reaksi
nonverbal

dan

ketidaknyamanan
manajemen nyeri
Kontrol lingkungan yang
Mampu mengenali nyeri (skala
dapat mempengaruhi
untensitas frekuaensi dan tanda
nyeri seperti suhu
nyeri)
ruangan, pencahayaan
Menyatakan
rasa
nyaman
dan kebisingan
setelah nyeri berkurang
Kurangi faktor presipitasi
nyeri
Pilih

dan

lakukan

penanganan

nyeri

farmakologi,

nonfarmakologi
interpersonal)

19

dan

Analgetik
administration

Tentukan

lokasi,

karakteristik, kualitas,
dan

derajat

sebelum

nyeri

pemberian

obat
Check

instruksi

dokter tentang jenis


obat,

dosi,

dan

frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan

atau

kombinasi

dari

analgesik

ketika

pemberian lebih dari

satu
Tentukan

pilihan

analgesik tergantung
tipe

dan

nyeri
Tentukan
pilihan,

beratnya
analgesik
rute

pemberian, dan dosis

optimal
Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan

nyeri

secara teratur
Monitor
vitalsign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali

20

2.

Hambatan mobilitas fisik NOC:

NIC:

Joint movement:active

Exercise therapy :
ambulation
Monitoring

Kriteria hasil :

vital sign

sebelum/ sesudah

Klien meningkat dalam aktivitas

latihan dan lihat respon

fisik

pasien saat latihan.


Mengerti tujuan dari peningkatan Konsultasikan dengan
mobilitas
terapi fisik tentang
Memverbalisasikan perasaan

rencana ambulasi

dalam meningkatkan kekuatan

sesuai dengan

dan kemampuan berpindah

kebutuhan

Memperagakan penggunaan alat Bantu klienuntuk


bantu untuk mobilisasi (walker)
menggunakan tongkat
saat berjalan dan
cegah terhadap cedera
Ajarkan

pasien tenaga

kesehatan lain tentang


teknik ambulasi

Kaji kemampuan klien


dalam mobilisasi

Latih

pasien dalam

pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
Damping

dan bantu klien

saat mobilisasi dan


bantu penuhi
kebutuhan ADls ps
Berikan

alat bantu jika

klien memerlukan
Ajarkan

pasien

bagaimana merubah
21

posisi dan berikan


bantuan jika
diperlukan
3.4 IMPLEMENTASI
Menurut Setiadi,(2012) dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan,
implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan.
3.5 EVALUASI
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien
dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.. (Menurut
International Council of Nursing, 2006)
Digunakan untuk memudahkan perawat dalam mengevaluasi atau membantu
perkembangan klien
a) S artinya data subjektif
perawat dapat menuliskan yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
b) O artinya data objektif
Adalah data berdasarkan hasil pengumpulan atau hasil observasi perawat secara
langsung kepada klien dan yang dirasakan klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan
c) A artinya analis
Intepretasi dari data subjek dan data objektif. Analisis merupakan suatu masalah
atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga dapat dituliskan
masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan klien yang
telah teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif.
d) P artinya planning
Perencanaan keperawatan yang akan perawat lanjutkan ,hentikan,modifikasi,atau
tambahkan

dari

rencana

tindakan

keperawatan

yang

telah

ditentukan

sebelumnya,tindakan yang telah menunjukan hasil yang memuaskan dan tidak


memerlukan tindakan ulang pada umumnya dihentikan.
e) I artinya implementasi

22

Tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan instruksi yang telah


teridentifikasi dalam komponen p (perencanaan) jangan lupa menuliskan tanggal
dan jam penulisan.
f) E artinya evaluasi
Adalah respon klien setelah dilakukan tindakan keperawatan
g) R artinya Reassesment
Pengkajian ulang yang dilakukan terhadap perencaan setelah diketahui hasil
evaluasi apakah dari rencana tindakan perlu dilanjutkan dimodifikasi atau
dihentikan.

23

BAB IV
KESIMPULAN
4.1 KESIMPULAN
Osteoartritis (AO) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan
tulang dan sendi berupa disentegrasi dan pelunakan progresif yang diikuti dengan
pertambahan pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan sendi yang disebut osteofit,
dan fibrosis dan kapsul sendi. Kelainan ini timbul akibat mekanisme abnormal proses
penuaan, trauma atau kelainan lain yang menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi.
Keadaan ini tidak berkaitan dengan faktor sistemik atau infeksi.
Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut: Usia/Umur, Jenis
Kelamin, Ras, Faktor Keturunan, Faktor Metabolik/Endokrin, Faktor Mekanik, Diet.

4.2 SARAN
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, jadi diharapkan
untuk para pembaca untuk lebih mengembagkannya lagi. Jadikan makalah ini sebagai
perimbangan pengembangan dari penyakit yang telah dibahas diatas.

24

DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unila.ac.id/7309/15/BAB%20II.pdf
http://diagnosa-keperawatan.kumpulan-askep.com/lp-osteoarthritis-95055/
http://eprints.undip.ac.id/44826/3/Maya_Yanuarty_22010110110125_Bab2KTI.pdf

Amin dan Kusuma Hardhi.Nanda Nic Noc.Yogyakarta:Mediaction Publishing.2013


Heryati.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuluskeletal.Jakarta:EGC.2008

25

You might also like